Anda di halaman 1dari 25

1

2
BAB II

TINJAUAN TEORI

6
A. Konsep Dasar KeperawatanKomunitas
1. Definisi Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun dkk, 2006). Misalnya di
dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil, kelompok ibu menyusui,
kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok masyarakat dalam
suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya. Sedangkan dalam
kelompok masyarakat ada masyarakat petani, masyarakat pedagang,
masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan sebagainya (Mubarak,
2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif serta
mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya kesehatan
(Mubarak,2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi,2010).

2. Tujuan Dan Fungsi KeperawatanKomunitas


a. Tujuan keperawatankomunitas
Tujuan proses keperawatan dalam komunitas adalah untuk
pencegahan dan peningkatan kesehatan masyarakat melalui upaya-
upaya sebagaiberikut.
1) Pelayanan keperawatan secara langsung (direct care) terhadap
individu, keluarga, dan keluarga dan kelompok dalam konteks
komunitas.
2) Perhatian langsung terhadap kesehatan seluruh masyarakat (health
general community) dengan mempertimbangkan permasalahan
atau isu kesehatan masyarakat yang dapat memengaruhi keluarga,
individu, dan kelompok.
Selanjutnya, secara spesifik diharapkan individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat mempunyai kemampuan untuk:
1) Mengidentifikasi masalah kesehatan yangdialami;
2) Menetapkan masalah kesehatan dan memprioritaskan masalah
tersebut;
3) Merumuskan serta memecahkan masalahkesehatan;
4) Menanggulangi masalah kesehatan yang merekahadapi;
5) Mengevaluasi sejauh mana pemecahan masalah yang mereka
hadapi, yang akhirnya dapat meningkatkan kemampuan dalam
memelihara kesehatan secara mandiri (selfcare).

b. Fungsi keperawatankomunitas
1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah
bagi kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan
masalah klien melalui asuhankeperawatan.
2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai
dengan kebutuhannya dibidangkesehatan.
3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan
masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan
peran sertamasyarakat.
4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan
dengan permasalahan atau kebutuhannya sehinggamendapatkan

7
penanganan dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat
mempercepat proses penyembuhan (Mubarak, 2006).

3. Strategi Intervensi KeperawatanKomunitas


Strategi intervensi keperawatan komunitas adalah sebagai berikut:
a. Proses kelompok (group process)
Seseorang dapat mengenal dan mencegah penyakit, tentunya
setelah belajar dari pengalaman sebelumnya, selain faktor
pendidikan/pengetahuan individu, media masa, Televisi, penyuluhan
yang dilakukan petugas kesehatan dan sebagainya. Begitu juga dengan
masalah kesehatan di lingkungan sekitar masyarakat, tentunya
gambaran penyakit yang paling sering mereka temukan sebelumnya
sangat mempengaruhi upaya penangan atau pencegahan penyakit yang
mereka lakukan. Jika masyarakat sadar bahwa penangan yang bersifat
individual tidak akan mampu mencegah, apalagi memberantas
penyakit tertentu, maka mereka telah melakukan pemecahan-
pemecahan masalah kesehatan melalui proses kelompok.
b. Pendidikan Kesehatan (Health Promotion)
Pendidikan kesehatan adalah proses perubahan perilaku yang
dinamis, dimana perubahan tersebut bukan hanya sekedar proses
transfer materi/teori dari seseorang ke orang lain dan bukan pula
seperangkat prosedur. Akan tetapi, perubahan tersebut terjadi adanya
kesadaran dari dalam diri individu, kelompok atau masyarakat sendiri.
Sedangkan tujuan dari pendidikan kesehatan menurut Undang-
Undang Kesehatan No. 23 Tahun 1992 maupun WHO yaitu
”meningkatkan kemampuan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan derajat kesehatan; baik fisik, mental dan sosialnya;
sehingga produktif secara ekonomi maupun secara sosial.

c. Kerjasama(Partnership)
Berbagai persoalan kesehatan yang terjadi dalam lingkungan
masyarakat jika tidak ditangani dengan baik akan menjadi ancaman
bagi lingkungan masyarakat luas. Oleh karena itu, kerja sama sangat
dibutuhkan dalam upaya mencapai tujuan asuhan keperawatan
komunitas melalui upaya ini berbagai persoalan di dalam lingkungan
masyarakat akan dapat diatasi dengan lebih cepat

B. Asuhan KeperawatanKomunitas
Pelayanan dalam asuhan keperawatan komunitas sifatnya
berkelanjutan dengan pendekatan proses keperawatan sebagai pedoman
dalam upaya menyelesaikan masalah kesehatan komunitas. Proses
keperawatan komunitas meliputi pengkajian, analisa dan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi:
1. Pengkajian
Pengkajian komunitas adalah untuk mengidentifikasi faktor (positif
dan negatif) yang berhubungan dengan kesehatan dalam rangka
membangun strategi untuk promosi kesehatan. Dimana menurut model
Betty Neuman (Anderson and Mc Farlane, 2000) yang dikaji meliputi
demografi, populasi, nilai keyakinan dan riwayat kesehatan individu yang
dipengaruhi oleh sub system komunitas yang terdiri dari lingkungan fisik,
perumahan, pendidikan, keselamatan dan transportasi, politik
pemerintahan, kesehatan, pelayanan sosial, komunikasi, ekonomi dan
rekreasi. Aspek-aspek tersebut dikaji melalui pengamatan langsung, data
statistik, angket dan wawancara.
2. Analisa dan Diagnosa KeperawatanKomunitas
Data-data yang dihasilkan dari pengkajian kemudian dianalisa
seberapa besar stresor yang mengancam masyarakat dan seberapa berat
reaksi yang timbul dalam masyarakat tersebut. Kemudian dijadikan dasar
dalam pembuatan diagnosa atau masalah keperawatan. Diagnosa
keperawatan menurut Muecke (1995) terdiri dari masalah kesehatan,
karakteristik populasi dan lingkungan yang dapat bersifat aktual, ancaman
dan potensial.
3. Perencanaan
Perencanaan merupakan tindakan pencegahan primer, sekunder,
tersier yang cocok dengan kondisi klien (keluarga, masyarakat) yang
sesuai dengan diagnosa yang telah ditetapkan. Proses didalam tahap
perencanaan ini meliputi penyusunan, pengurutan masalah berdasarkan
diagnosa komunitas sesuai dengan prioritas (penapisan masalah),
penetapan tujuan dan sasaran, menetapkan strategi intervensi dan rencana
evaluasi.
4. Pelaksanaan(Implementasi)
Pelaksanaan kegiatan komunitas berfokus pada tiga tingkat
pencegahan (Anderson dan Mcfarlene, 1985), yaitu:
a. Pencegahanprimer
Pencegahan primer adalah pencegahan sebelum sakit atau
disfungsi dan diaplikasikan ke populasi sehat pada umumnya,
mencakup pada kegiatan kesehatan secara umum dan perlindungan
khusus terhadap suatu penyakit. Misalnya, kegiatan penyuluhan gizi,
imunisasi, stimulasi dan bimbingan dini dalam kesehatan keluarga.
b. Pencegahansekunder
Pencegahan sekunder adalah kegiatan yang dilakukan pada
saat terjadinya perubahan derajat kesehatan masyarakat dan
ditemukannya masalah kesehatan. Pencegahan sekunder ini
menekankan pada diagnosa dini dan inervensi yang tepat untuk
menghambat proses penyakit atau kelainan sehingga memperpendek
waktu sakit dan tingkat keparahan. Misalnya mengkaji dan memberi
intervensi segera terhadap tumbuh kembang anak usia bayi sampai
balita.
c. Pencegahantersier
Pencegahan tersier adalah kegiatan yang menekankan pada
pengembalian individu pada tingkat fungsinya secara optimal dari
ketidakmampuan keluarga. Pencegahan ini dimulai ketika terjadinya
kecacatan atau ketidakmampuan yang menetap bertujuan untuk
mengembalikan ke fungsi semula dan menghambat proses penyakit.
5. Evaluasi
Evaluasi perbandingan antara status kesehatan klien dengan
hasil yang diharapkan. Evaluasi terdiri dari tiga yaitu evaluasi struktur,
evaluasi proses dan evaluasi hasil. Tugas dari evaluator adalah
melakukan evaluasi, menginterpretasi data sesuai dengan kriteria
evaluasi, menggunakan penemuan dari evaluasi untuk membuat
keputusan dalam memberikan asuhan keperawatan.

C. Konsep Keperawatan Kesehatan Masyarakat (Community Health


Nursing)
1. Definisi
Keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) adalah suatu
bidang dalam keperawatan kesehatan yang merupakan perpaduan antara
keperawatan dan kesehatan masyarakat dengan dukungan peran serta aktif
masyarakat, serta mengutamakan pelayanan promotif, preventif secara
berkesinambungan (Depkes,2006)
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
279/menkes/sk/iv/2006 mengenai PERMENKES, keperawatan kesehatan
masyarakat merupakan salah satu kegiatan pokok Puskesmas yang sudah
ada sejak konsep Puskesmas di perkenalkan.Perawatan Kesehatan
Masyarakat sering disebut dengan PHN (Public HealthNursing) namun
pada akhir-akhir ini lebih tepat disebut CHN (CommunityHealth Nursing).
Perubahan istilah public menjadi community, terjadi dibanyak negara
karena istilah “public” sering kali di hubungkan dengan bantuan dana
pemerintah (government subsidy atau public funding), sementara
keperawatan kesehatan masyarakat dapat dikembangkan tidak hanya oleh
pemerintah tetapi juga oleh masyarakat atau swasta, khususnya pada
sasaran individu (UKP), contohnya perawatan kesehatan individu di
rumah (home health nursing).
Keperawatan kesehatan masyarakat (Perkesmas) pada dasarnya
adalah pelayanan keperawatan profesional yang merupakan perpaduan
antara konsep kesehatan masyarakat dan konsep keperawatan yang
ditujukan pada seluruh masyarakat dengan penekanan pada kelompok
resiko tinggi. Dalam upaya pencapaian derajat kesehatan yang optimal
dilakukan melalui peningkatan kesehatan (promotif) dan pencegahan
penyakit (preventif) di semua tingkat pencegahan (levels of prevention)
dengan menjamin keterjangkauan pelayanan kesehatan yang dibutuhkan
dan melibatkan klien sebagai mitra kerja dalam perencanaan, pelaksanaan,
dan evaluasi pelayanan keperawatan.
2. Tujuan
Tujuan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat adalah
meningkatkan kemandirian masyarakat dalam mengatasi masalah
keperawatan kesehatan masyarakat yang optimal. Pelayanan keperawatan
diberikan secara langsung kepada seluruh masyarakat dalam rentang
sehat–sakit dengan mempertimbangkan seberapa jauh masalah kesehatan
masyarakat mempengaruhi individu, keluarga, dan kelompok maupun
masyarakat
3. Sasaran
Sasaran keperawatan kesehatan masyarakat adalah seluruh
masyarakat termasuk individu, keluarga, kelompok beresiko tinggi
termasuk kelompok/ masyarakat penduduk di daerah kumuh, terisolasi,
berkonflik, dan daerah yang tidak terjangkau pelayanan kesehatan
Pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dapat diberikan
secara langsung pada semua tatanan pelayanan kesehatan , yaitu :
a. Unit pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas, dll) yang
mempunyai pelayanan rawat jalan dan rawat nginap
b. Rumah
Perawat “home care” memberikan pelayanan secara langsung pada
keluarga di rumah yang menderita penyakit akut maupun kronis. Peran
home care dapat meningkatkan fungsi keluarga dalam merawat
anggota keluarga yang mempunyai resiko tinggi masalahkesehatan.
c. Sekolah
Perawat sekolah dapat melakukan perawatan sesaat (day care)
diberbagai institusi pendidikan (TK, SD, SMP, SMA, dan Perguruan
tinggi, guru dan karyawan). Perawat sekolah melaksanakan program
screening kesehatan, mempertahankan kesehatan, dan pendidikan
kesehatan
d. Tempatkerja/industry
Perawat dapat melakukan kegiatan perawatan langsung dengan kasus
kesakitan/kecelakaan minimal di tempat kerja/kantor, home industri/
industri, pabrik dll. Melakukan pendidikan kesehatan untuk keamanan
dan keselamatan kerja, nutrisi seimbang, penurunan stress, olah raga
dan penanganan perokok serta pengawasan makanan.
e. Barak-barakpenampungan
Perawat memberikan tindakan perawatan langsung terhadap kasus
akut, penyakit kronis, dan kecacatan fisik ganda, danmental.
f. Puskesmaskeliling
Pelayanan keperawatan dalam puskesmas keliling diberikan kepada
individu, kelompok masyarakat di pedesan, kelompok terlantar.
Pelayanan keperawatan yang dilakukan adalah pengobatan sederhana,
screening kesehatan, perawatan kasus penyakit akut dan kronis,
pengelolaan dan rujukan kasus penyakit.
g. Panti atau kelompok khusus lain, seperti panti asuhan anak, panti
wreda, dan panti sosial lainya serta rumah tahanan (rutan) atau
lembaga pemasyarakatan(Lapas).
h. Pelayanan pada kelompok kelompok resikotinggi
1) Pelayanan perawatan pada kelompok wanita, anak-anak, lansia
mendapat perlakukankekerasan
2) Pelayanan keperawatan di pusat pelayanan kesehatanjiwa
3) Pelayanan keperawatan dipusat pelayanan penyalahgunaanobat
4) Pelayanan keperawatan ditempat penampungan kelompok lansia,
gelandangan pemulung/pengemis, kelompok penderita HIV
(ODHA/Orang Dengan Hiv-Aids), danWTS
Fokus utama kegiatan pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
adalah meningkatkan pengetahuan dan keterampilan keperawatan,
membimbingdanmendidikindividu,keluarga,kelompok,masyarakat
untuk menanamkan pengertian, kebiasaan dan perilaku hidup sehat
sehingga mampu memelihara dan meningkatkan derajad kesehatannya.
Keperawatan kesehatan masyarakat berorientasi pada proses pemecahan
masalah yang dikenal dengan “proses Keperawatan” (nursing proses) yaitu
metoda ilmiah dalam keperawatan yang dapat dipertanggung jawabkan
sebagai cara terbaik dalam memberikan pelayanan keperawatan yang
sesuai respon manusia dalam menghadapi masalah kesehatan. Langkah
langkah proses keperawatan kesehatan masyarakat adalah pengakajian,
perencanaan, pelaksanaan, dan penilaian. Dalam penerapan proses
keperawatan, terjadi proses alih peran dari tenaga keperawatan kepada
klien (sasaran) secara bertahap dan berkelanjutan untuk mencapai
kemandirian sasaran dalam menyelesaikan masalahkesehatannya.
Berdasarkan uraian diatas, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat
mempunyai ciri sebagai berikut :
a. Merupakan perpaduan pelayanan keperawatan dan kesehatan
masyarakat
b. Adanya kesinambungan pelayanan kesehatan (continuity ofcare)
c. Fokus pelayanan pada upaya peningkatan kesehatan (promotif) dan
pencegahan penyakit (preventif) baik pada pencegahan tingkat pertama,
kedua maupunketiga
d. Terjadi proses alih peran dari perawat kesehatan masyarakat kepada
klien (individu, keluarga, kelompok, masyarakat) sehingga terjadi
kemandirian
e. Ada kemitraan perawat kesehatan masyarakat dengan masyarakat dalam
upaya kemandirianklien.
f. Memerlukan kerjasama dengan tenaga kesehatan lain serta masyarakat
(Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor
279/menkes/sk/iv/2006)

D. Anak UsiaSekolah
Menurut UU RI No. IV th 1979 tentang kesejahteraan anak,
disebutkan bahwa anak adalah seseorang yang belum mencapai umur21
tahun dan belum menikah. Sedangkan menurut UU RI No. I th 1974 Bab IX
ps 42 disebutkan bahwa anak yang sah adalah yang dilahirkan dalam atau
sebagai perkawinan yang sah.
Anak sekolah menurut definisi WHO (World Health Organization)
yaitu golongan anak yang berusia antara 7-15 tahun , sedangkan di Indonesia
lazimnya anak yang berusia 7-12 tahun.
Menurut Wong (2008), anak sekolah adalah anak pada usia 6-12
tahun, yang artinya sekolah menjadi pengalaman inti anak. Periode ketika
anak-anak dianggap mulai bertanggung jawab atas perilakunya sendiri dalam
hubungan dengan orang tua mereka, teman sebaya, dan orang lainnya. Usia
sekolah merupakan masa anak memperoleh dasar-dasar pengetahuan untuk
keberhasilan penyesuaian diri pada kehidupan dewasa dan memperoleh
keterampilan tertentu.
Tahap usia ini disebut juga sebagai usia kelompok (gangage), di mana
anak mulai mengalihkan perhatian dan hubungan intim dalam keluarga
kerjasama antara teman dan sikap-sikap terhadap kerja atau belajar (Gunarsah,
2006).
Dengan memasuki SD salah satu hal penting yang perlu dimiliki anak
dalam kematangan sekolah, tidak saja meliputi kecerdasan dan ketrampilan
motorik, bahasa, tetapi juga hal lain seperti dapat menerima otoritas tokoh lain di
luar orang tuanya, kesadaran akan tugas, patuh pada peraturan dan dapat
mengendalikan emosi-emosinya (Gunarsah, 2006).
Pada masa anak sekolah ini, anak-anak membandingkan dirinya dengan
teman-temannya di mana ia mudah sekali dihinggapi ketakutan akan kegagalan
dan ejekan teman. Bila pada masa ini ia sering gagal dan merasa cemas, akan
tumbuh rasa rendah diri, sebaliknya bila ia tahu tentang bagaimana dan apa yang
perlu dikerjakan dalam menghadapi tuntutan masyarakatnya dan ia berhasil
mengatasi masalah dalam hubungan teman dan prestasi sekolahnya, akan timbul
motivasi yang tinggi terhadap karya dengan lain perkataan terpupuklah”industry”
(Gunarsah, 2006).
E. Upaya Kesehatan Anak UsiaSekolah
Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia tahun 2015 mulai masuk
sekolah merupakan hal penting bagi tahap perkembangan anak. Banyak
masalah kesehatan terjadi pada anak usia sekolah, seperti misalnya
pelaksanaan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) seperti menggosok gigi
dengan baik dan benar, mencuci tangan menggunakan sabun, karies gigi,
kecacingan, kelainan refraksi/ketajaman penglihatan dan masalah gizi.
Pelayanan kesehatan pada anak termasuk pula intervensi pada anak usia
sekolah.
Anak usia sekolah merupakan sasaran yang strategis untuk
pelaksanaan program kesehatan, karena selain jumlahnya yang besar, mereka
juga merupakan sasaran yang mudah dijangkau karena terorganisir dengan
baik. Sasaran dari pelaksanaan kegiatan ini diutamakan untuk siswa
SD/sederajat kelas satu. Pemeriksaan kesehatan dilaksanakan oleh tenaga
kesehatan bersama tenaga lainnya yang terlatih (guru UKS/UKSG dan dokter
kecil).
1. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat(PHBS)
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) adalah sekumpulan
perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil
pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, kelompo atau
masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang
kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat.
Dibidang pencegahan dan penanggulangan penyakit serta penyehatan
lingkungan harus diprakagakan perilaku mencuci tangan dengan sabun,
pengelolaan air minum dan makanan yang memenuhi syarat,
menggunakan air bersih, menggunakan jamban sehat, pengelolaan limbah
cair yang memenuhi syarat, memberantas jentik nyamuk, tidak merokok
di dalam ruangan dan lain-lain. Di bidang kesehatan ibu dan anak serta
keluarga berencana harus dipraktikkan perilaku meminta pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan, menimbang balita setiap bulan,
mengimunisasi lengkap bayi, menjadi akseptor keluarga berencana dan
lain-lain. Di bidang gizi dan farmasi harus dipraktikkan perilaku makan
dengan gizi seimbang, minum TabletTambahDarah selama hamil,
memberi bayi air susu ibu (ASI) eksklusif, mengonsumsi Garam
Beryodium dan lainlain. Sedangkan di bidang pemeliharaankesehatan
harus dipraktikkan perilaku ikut serta dalam jaminan pemeliharaan
kesehatan, aktif mengurus dan atau memanfaatkan upaya kesehatan
bersumberdaya masyarakat (UKBM), memanfaatkan Puskesmas dan
fasilitas pelayanan kesehatan lain dan lain-lain. (Kemenkes RI, 2011)
Manusia hidup di berbagai tatanan, yaitu berbagai tempat atau
system social dimana ia elakukan kegiatan sehari-harinya. Di setiap
tatanan, factor-faktor individu, lingkungan fisik dan lingkungan social
berinteraksi dan menimbulkan dampak terhadap kesehatan. (Kemenkes
RI,2011)
Telah di tetapkan adanya lima tatanan, yaitu salah satunya tatanan
di institusi pendidikan (kampus, sekolah, pesantren, seminari, padepokan
dan lain-lain), sasaran primer harus mempraktikkan perilaku yang dapat
menciptakan Institusi Pendidikan Ber-PHBS, yang mencakup antara lain
mencuci tangan menggunakan sabun, mengonsumsi makanan dan
minuman sehat, menggunakan jamban sehat, membuang sampah di
tempat sampah, tidak merokok, tidak mengonsumsi Narkotika, Alkohol,
Psikotropika dan Zat Adiktif lainnya (NAPZA), tidak meludah sembarang
tempat, memberantas jentik nyamuk dan lain-lain. (Kemenkes RI,2011)
Namun demikian, fokus pembinaan adalah pada PHBS tatanan
rumah tangga. Dalam Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup bersih dan
Sehat (Kemenkes RI, 2011) berdasarkan pada rapat Koordinasi Promosi
Kesehatan Tingkat Nasional, pada tahun 2007 indikator PHBS di Rumah
Tangga di ubah menjadi persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan,
memberi bayi ASI eksklusif, menimbang balita setiap bulan,
menggunakan air besih, mencuci tangan dengan sabun, menggunakan
jamban sehat, memberantas jentik nyamuk, mengonsumsi buah dan sayur
setiap hari, melakukan aktivitas fisik setap hari dan tidak merokok di
dalamrumah.

2. Pemberian Asupan giziSeimbang


Golongan umur ini sudah mempunyai daya tahan tubuh yang
cukup. Mereka jarang terjangkit infeksi atau penyakit gizi.Tetapi
kebutuhan nutrien justru bertambah, karena mereka sering melakukan
berbagai aktivitas, seperti bermain di luar rumah, olahraga, pramuka, dan
kegiatan sekolah lainnya. Kebutuhan energi pada golongan umur 10-12
tahun lebih besar daripada golongan umur 7-9 tahun, karena pertumbuhan
yang lebih pesat dan aktivitas yang lebih banyak. Sejak umur 10-12 tahun
kebutuhan energi anak laki-laki berbeda dengan anak perempuan. Selain
itu, anak perempuan yang sudah haid memerlukan tambahan protein dan
mineral besi (Markum, dkk, 2002).
Tujuan pemberian makan pada bayi dan anak adalah : 1)
Memberikan nutrien yang cukup sesuai dengan kebutuhan, yang
dimanfaatkan untuk tumbuh kembang yang optimal, penunjang berbagai
aktivitas, dan pemulihan kesehatan setelah sakit, dan 2) Mendidik
kebiasan makan yang baik, mencakup penjadwalan makan, belajar
menyukai, memilih, dan menentukan jenis makanan yang bermutu
(Markum, dkk, 2002).
Makan bersama dengan anggota keluarga tetap dianjurkan untuk
menjalin keakraban keluarga. Beberapa anak kurang menyukai makanan
di rumah dan lebih banyak jajan di luar karena itu harus pandai-pandai
memilih dan menghidangkan makanan di rumah. Namun sewaktu-waktu
anak dapat makan di luar bersama keluarga (Markum, dkk , 2002).
Cara pemberian makan pada anak yang tidak tepat dapat
menjadikan anak sulit makan, contohnya memberikan makanan dengan
kasar atau dengan marah-marah, suka memaksa anak untuk cepat-cepat
menghabiskan makanan setiap kali makan, memberikan makan terlalu
banyak, menetapkan banyak aturan yang harus dilakukan anak pada saat
makan, dan waktu yang tidak tepat (Widodo, 2009).
a. Pengaturan Makan pada Anak Usia Sekolah (7-12Tahun)
Jadwal pemberian makan merupakan kelanjutan dari jadwal
masa bayi dengan sedikit penyesuaian, menjadi sebagai berikut : 3
kali makan utama (pagi, siang, dan malam/sore), diantaranya
diberikan makanan kecil atau jajanan, dan bila mungkintambahan
susu (Markum, dkk, 2002). Secara lebih terinci jadwal yang
dianjurkan adalah:
Table 1.1 Pola Makanan Anak Usia 7-12 Tahun
Tabel 1.1 Pola 7-9 tahun 9-12 tahun
Makanan Anak Usia 7- BB 23kg(1900 BB 30 kg(2100
12 Tahun kkal) kkal)
Jam pemberian makan g urt g urt
06.00 : susu + gula 200 1 gelas 200 1 gelas
07.00 : nasi 1) 100 ¾gelas 150 1 gelas
telur 50 1 butir 50 1 butir
10.00 : kue 50 1potong 50 1 potong
12.00 : nasi 1) 150 1 gelas 200 1 ½ gelas
hewani 2) 50 1potong 50 1 potong
nabati 3) 25 1potong 25 1 potong
sayuran 50 ½ gelas 75 ¾ gelas
buah 50 1potong 50 1 potong
16.00 : bubur kacang 200 1 gelas 200 1 gelas
hijau 4) 150 1 gelas 150 1 gelas
18.00 : nasi 50 1potong 50 1 potong
hewani 25 1potong 25 1 potong
nabati 50 ½ gelas 75 75 ¾ gelas
sayuran 50 1potong 50 1 potong
buah 200 1 gelas 200 1 gelas
21.00 : susu gula 20 2 buah 20 2 buah
biskuit 5)
Sumber : Sub bagian Gizi anak FKUI/RSCM

Keterangan :
a. Dapat diganti dengan makanan penukarnya seperti roti, jagung,
kentang,sagu.
b. Diartikan sumber protein hewani : daging, telur, hati, ikan laut,
ikan tawar.
c. Diartikan sumber protein nabati : tahu, tempe,kacang-kacangan.
d. Dapat diganti dengan makanan penukar sebanyak 25 gram.
e. Berat biskuit “Regal” : 8-10gr/buah
f. Berat biskuit “ Farley” : 15-16gr/buah
g. Urt : ukuran rumahtangga
h. G :gram
Jenis bahan makanan pokok untuk dihidangkan terdiri atas : 1)
Serealia, yang merupakan makanan pokok dan sumber kalori.
Misalnya tepung, beras, ubi, ketela, sagu, jagung. 2) Makanan asal
hewan sebagai lauk-pauk dan sumber protein hewan, seperti telur,
daging, jeroan, ikan tawar , ikan laut, dan daging unggas. 3) Sayuran
sebagai lauk-pauk. Misalnya kacang-kacangan sebagai sumber protein
nabati, seperti kacang hijau, kacang panjang, daun-daunan seperti
bayam, kangkung, daun ketela, kubis, dan umbi-umbian seperti
wortel, bit (makanan yang telah diolah menjadi tahu dan tempe). 4)
Buah-buahan merupakan sumber vitamin A dan vitamin C, seperti
alpukat, nenas, pisang, jeruk, pepaya, dan mangga (Markum, dkk,
2002).
b. Kecukupan Gizi yang Dianjurkan
Angka kecukupan gizi (AKG) atau Recommended Dietary
Allowances (RDA) adalah banyaknya masing-masing zat gizi yang
harus dipenuhi dari makanan untuk mencukupi hampir semua orang
sehat. Tujuan utama penyusunan AKG ini adalah untuk acuan
perencanaan makanan dan menilai tingkat konsumsi makanan
individu/masyarakat ( Almatsier, 2001).
Hardiansyah dan Tambunan (2004) mengartikan Angka
Kecukupan Energi (AKE) adalah rata-rata tingkat konsumsi energi
dari pangan yang seimbang dengan pengeluaran energi pada kelompok
umur, jenis kelamin, ukuran tubuh (berat) dan tingkat kegiatan fisik
agar hidup sehat dan dapat melakukan kegiatan ekonomi dan sosial
yang diharapkan. Selanjutnya Angka Kecukupan Protein (AKP) dapat
diartikan rata-rata konsumsi protein untuk menyeimbangkan protein
yang hilang ditambah sejumlah tertentu, agar mencapai hampir semua
populasi sehat (97.5%) di suatu kelompok umur, jenis kelamin, dan
ukuran tubuh tertentu pada tingkat aktivitassedang.

Table 1.2 Angka kecukupan energi dan protein pada anak usia sekolah
Tabel 1.2 Berat Tinggi Badan Angka Angka
Angka Badan (kg) (kg) Kecukupan Kecukupan
Kecukupan Energi Protein
Energi dan (kkal/orang/har (gram/orang/ha
Protein pada i) ri)
Anak Usia
Sekolah Umur
(tahun)
7-9 25.0 120 1800 45
Pria 35.0 138.0 2050 50
10-12
Wanita 10-12 38 145 2050 50
Sumber : Hardiansyah dan Tambunan (2004) diacu dalam Widya
karya Nasional Pangan dan Gizi VIII,2004.

3. Menjaga kebersihan gigi danmulut


Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 93
dan 94, dinyatakan bahwa pelayanan kesehatan gigi dan mulut dilakukan
untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam
bentuk peningkatan kesehatan gigi, pencegahan penyakit gigi, pengobatan
penyakit gigi, dan pemulihan kesehatan gigi yang dilakukan secara
terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan dan dilaksanakan melalui
pelayanan kesehatan gigi perseorangan, pelayanan kesehatan gigi
masyarakat, usaha kesehatan gigi sekolah, serta pemerintah dan
pemerintah daerah wajib menjamin ketersediaan tenaga, fasilitas
pelayanan, alat dan obat kesehatan gigi dan mulut dalam rangka
memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut yang aman, bermutu,
dan terjangkau oleh masyarakat. (Kemenkes RI,2012)
Kebersihan mulut dan gigi bertujuan untuk mencegah terbentuknya
plak. Plak adalah transparan dan melekat pada gigi, khususnya dekat dasar
kepala gigi dan melekat pada gigi atau plak merupakan lapisan lengket
pada gigi yang mengandung bakteri dan sisa makanan yang terbentuk
pada gigi, menjelaskan bahwa plak yang menempel pada celah- celah dan
fissure gigi akan menghasilkan zat asam (acis) yang apabila tidak teratur
di bersihkan, secara perlahan akan merusak gigi, plak akan melapisi
permukaan enamel gigi, dan pada akhirnya menyebaban penyakit gusi
(periodontal disease). Plak juga dapatmenyebabkan
tanggalnya gigi. Menggososk gigi dan flossing dapat membersihkan plak
menempel pada gigi. (Potter, Patricia A, 2005)
Gigi adalah bagian terkeras dari tubuh manusia yang komposisinya
bahan organic dan airnya sedikit sekali, sebagian besar terdiri dari bahan
anorganik sehingga tidak mudah rusak, terletak dalam rongga mulut yang
terlindungi dan basah oleh air liur (Kemenkes RI, 2014)
Karies gigi merupakan masalah kesehatan gigi dan mulut pada
sebagian besar penduduk Indonesia. Di banyak negara, sebagian besar
karies pada anak-anak masih tidak diobti sehingga mengakibatkan sakit
gigi, penyakit pulpa, ulserasimukosa di jaringan sekitarnya, abses dan fi
stula. Kondisi ini dapat berdampak pada kesehatan umumanak. Di seluruh
dunia, karies berkontribusi 15 kali lebih tinggi sebagai beban penyakit
disabilityadjusted life year (DALY) dibandingkan dengan penyakit
periodontal. Keterbatasan (disable) berarti rasa sakit dan
ketidaknyamanan serta kurangnya perawatan diri, sering tidak masuk
sekolah, gangguan kognisi, terganggunya kegiatan interpersonal,
gangguan tidur dan berkurangnya energi. (Kemenkes RI,2012)
Survei Nasional Riskesdas 2007 melaporkan sebesar 75%
penduduk Indonesia mengalami riwayat karies gigi; dengan rata-rata
jumlah kerusakan gigi sebesar 5 gigi setiap orang, diantaranya 4 gigi
sudah dicabut ataupun sudah tidak bisa dipertahankan lagi, sementara
angka penumpatan sangat rendah (0,08 gigi per orang). Juga dilaporkan
penduduk Indonesia yang menyadari bahwa dirinya bermasalah gigi dan
mulut hanya 23%, dan diantara mereka yang menyadari hal itu, hanya
30% yang menerima perawatan atau pengobatan dari tenaga profesional
gigi. Ini berarti effective demand untuk berobat gigi sangat rendah, yaitu
hanya 7%. Temuan selanjutnya adalah angka keperawatan yang sangat
rendah, terjadinya keterlambatan perawatan yang tinggi, sehingga
kerusakan gigi sebagian besar berakhir dengan pencabutan. (Kemenkes
RI,2012)
Pendekatan WHO saat ini untuk upaya pelayanan kesehatan gigi
dilakukan dengan pendekatan Basic Package of Oral Care (BPOC) atau

Paket Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di puskesmas,


(Kemenkes RI, 2012) yang terdiri dari:
a. Penanganan Kegawatdaruratan Gigi dan Mulut (Oral Urgent
Treatment/OUT) yang terdiri atas 3 elemenmendasar:
1) Tindakan mengurangi rasa sakit melalui tindakan pemberian obat-
obatan dan perawatan penambalangigi
2) Pertolongan pertama infeksi gigi dan mulut serta trauma gigi dan
jaringan penyangga
3) Rujukan untuk kasus-kasus yang kompleks
b. Tersedianya Pasta Gigi yang mengandung fl uoride dengan harga
terjangkau (Aff ordable Fluoride Toothpaste/AFT)dan
c. Penambalan gigi dengan invasi minimal (tanpa bur)/Atraumatic
Restorative Treatment(ART).
Situasi di sebagian besar negara belum berkembang dan sejumlah
komunitas kurang mampu di negara maju membutuhkan perubahan
dalam metode pelayanan kesehatan gigi dan mulut. Pelayanan kesehatan
gigi dan mulut konvensional harus diganti kan dengan pelayanan yang
mengikuti prinsip-prinsip Oral Health Care. (Kemenkes RI,2012)
Ta
135.
136.DAFTAR PUSTAKA
137. 138. Almatsier, S. 2001. Prinsip Dasar Ilmu Status
Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama
139.
140. Gunarsah, Singgih 2008.Dasar dan Teori
Perkembangan Anak Seri Psikologi. Gunung
Mulia,Jakarta.
141.
142. Kementerian Kesehatan RI. 2006. Pedoman
Penyelenggaraan Upaya Keperawatan
Kesehatan Masyarakat di Puskesmas.Jakarta.
143.
144. . 2011. Pedoman Pembinaan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat.Jakarta
145.
146. . 2012. Pedoman Paket
Dasar Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di
Puskemas. Jakarta
147.
148.....................................2015. Profil Kesehatan
Indonesia 2015.Jakarta
149.
150. Mubarak, dkk 2006. Ilmu Keperawatan
Komunitas Konsep dan Aplikasi, Salemba
Medika,Jakarta.
151.
152. Potter, Patricia A dan Perry , Anne Griffin.
2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan.
Jakarta: EGC
153.
154. Wong, Donna L. 2008. Pedoman Klinis

Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC.

155.
1

Anda mungkin juga menyukai