Anda di halaman 1dari 355

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/344083880

Agar yang Daring tak Menjadi Garing: Cerita Seputar KKN pada
Masa Pandemi di Ibun Jawa Barat

Book · September 2020

CITATIONS READS
0 303

1 author:

Theresia Octastefani
Universitas Gadjah Mada
28 PUBLICATIONS   13 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Theresia Octastefani on 04 September 2020.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Agar yang Daring tak Menjadi Garing:
Cerita Seputar KKN pada Masa Pandemi di Ibun Jawa Barat
Editor : Theresia Octastefani

Penata Sampul : Azka Dzaki Arrazzaq

Diterbitkan oleh :
Tim KKN-PPM UGM JB036
Instagram : kknppmugm.pesonaibun

Bekerjasama dengan :
Cantrik Pustaka
Email : naskahcantrik@gmail.com
Web : www.cantrikpustaka.com
Instagram : cantrikpustaka
Fan Page : Cantrik Pustaka

Perpustakaan Nasional :
Katalog Dalam Terbitan (KDT)
Yogyakarta: Cantrik Pustaka, 2020
xvi + 331 hlm.; 18,2 x 25,7 cm

ISBN : 978-602-0708-87-4
Cetakan Pertama, September 2020.

Dilarang mengutip atau memperbanyak


sebagian atau seluruh buku ini dalam
bentuk apa pun (seperti cetakan, fotocopy,
mikrofilm, VCD, CD-Rom, dan rekaman suara)
tanpa izin dari penerbit.
Pengantar Editor

Pengabdian Asyik Tanpa Penerjunan Fisik:


Menjembatani Rumah dan Ibun dengan KKN Virtual

Kuliah Kerja Nyata - Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat


Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) merupakan bagian
integral dari rangkaian mata kuliah yang wajib diikuti oleh setiap
mahasiswa sebagai manifestasi dari pengabdian kepada masyarakat.
Namun sejak Indonesia dihantam pandemi Covid-19 di awal Maret
2020, hingga saat buku ini diterbitkan situasi di Indonesia masih belum
berangsur membaik, justru berbagai data menunjukkan semakin
luasnya wilayah penyebaran dan peningkatan jumlah kasus yang
signifikan dari hari ke hari. Sebagai upaya mereduksi masifnya
penularan Covid-19 di tengah masyarakat dan berdamai dengan
situasi, maka pelaksanaan kegiatan KKN-PPM UGM yang biasanya
dilakukan dengan terjun langsung ke lokasi KKN dan hidup
berinteraksi bersama masyarakat setempat akhirnya resmi diubah
dengan pelaksanaan KKN dari rumah dengan model dalam jaringan
(daring).

Pemberlakuan mekanisme KKN dari rumah secara daring


dinilai mampu menjadi solusi alternatif dan jalan terbaik agar
mahasiswa tetap produktif mengabdi dan berkontribusi pada
masyarakat dengan tetap menerapkan protokol kesehatan. Di satu sisi,
kondisi kesehatan dan keselamatan mahasiswa, dosen pembimbing
lapangan (DPL), koordinator wilayah (korwil), dan masyarakat tetap
menjadi prioritas utama. Namun di sisi lain, kegiatan KKN juga harus
tetap dilaksanakan sesuai jadwal agar mahasiswa tidak terhambat
masa studinya. Meski demikian hal tersebut bukanlah pilihan tunggal,
kampus tetap memberikan opsi bagi mahasiswa secara bijak. Apabila

v
mahasiswa tidak bersedia untuk mengikuti pelaksanaan KKN selama
masa pandemi Covid-19, mahasiswa juga diperkenankan untuk
menunda ke periode lain di semester berikutnya dengan konsekuensi
yang harus dipahami oleh mahasiswa.

Sejak dimulainya kegiatan KKN-PPM UGM tahun 1951, KKN


dari rumah secara daring tahun 2020 tercatat sebagai KKN model baru
yang pertama kalinya diberlakukan, dimana kegiatan KKN
mahasiswa sepenuhnya dilaksanakan dari rumah dengan
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi. UGM tidak
mengizinkan adanya penerjunan mahasiswa ke lokasi KKN meskipun
saat pelaksanaan kegiatan, status lokasi KKN yang dituju sudah
masuk dalam zona hijau. Hal ini karena sejak diberlakukan work from
home (wfh) pertengahan Maret 2020, mahasiswa sudah pulang ke
kampung halamannya masing-masing. Selain itu, pembatasan
mobilitas masyarakat dari satu daerah ke daerah lainnya masih
diberlakukan sehingga tidak dimungkinkan untuk menerjunkan
mahasiswa ke lokasi KKN secara langsung. Singkatnya, mahasiswa
tidak perlu meninggalkan rumah untuk tinggal di dusun atau desa
lokasi penempatan KKN karena interaksi langsung bersama
masyarakat setempat sangat berisiko untuk dilakukan.

Sebagai respon khusus di masa awal pandemi Covid-19 ini,


UGM menerjunkan mahasiswa KKN-PPM UGM Periode 1 Tahun 2020
yang dilaksanakan pada tanggal 8 Maret hingga 30 April 2020 dan
KKN-PPM UGM Periode 6 Tahun 2020 (periode khusus) yang
dilaksanakan pada 4 Mei hingga 22 Juni 2020. Realisasi rangkaian
pelaksanaan KKN pada kedua periode tersebut ditujukan untuk
membantu masyarakat dalam bidang kesehatan, khususnya dalam hal
edukasi, informasi, dan sosialisasi penanganan Covid-19. Banyak
kegiatan yang telah dilakukan diantaranya kampanye melawan hoax
dengan pembuatan video, flyer, poster terkait Covid-19; melakukan

vi
sosialisasi ke masyarakat tentang pentingnya menjaga kesehatan dan
kebersihan, menjaga jarak sosial, dan menjauhi kerumunan; serta
memberikan edukasi ke masyarakat mulai dari penggunaan hingga
pembuatan masker dan hand sanitizer yang sesuai protokol kesehatan.

Untuk memperluas jangkauan dan program KKN-PPM dalam


menghadapi Covid-19, selanjutnya UGM menerjunkan KKN-PPM
UGM Periode 2 Tahun 2020 yang merupakan rangkaian dari KKN-
PPM Periode 1 dan Periode 6 Tahun 2020. KKN-PPM UGM Periode 2
Tahun 2020 dilaksanakan pada tanggal 29 Juni hingga 18 Agustus 2020
yang berfokus pada penanganan Covid-19, penguatan sumber daya
manusia dan pembangunan desa di masa tanggap darurat Covid-19.
Upacara pengarahan dan penerjunan peserta KKN-PPM dilakukan
secara virtual melalui aplikasi Google Meet dan Youtube Channel
UGM pada tanggal 29 Juni 2020. Secara resmi, Rektor UGM
menerjunkan 4.504 mahasiswa dari berbagai program studi,
dibimbing oleh 178 orang DPL, dan 15 Korwil yang ditempatkan di 178
lokasi yang meliputi 263 desa, 143 kecamatan, 77 kabupaten/kota yang
tersebar di 27 provinsi di wilayah Indonesia; yang juga dihadiri oleh
perwakilan perangkat pemerintahan baik di tingkat provinsi,
kabupaten/kota, kecamatan, desa, dan dusun.

Dalam acara penerjunan mahasiswa tersebut, Nadiem Makarim


selaku Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI juga
turut hadir secara virtual dan menyampaikan apresiasinya atas inovasi
UGM dalam melakukan program KKN Daring, dimana inovasi ini
menjadi salah satu bentuk contoh realisasi Kebijakan Kampus
Merdeka. Selain itu, perwakilan kepala daerah yang juga turut hadir
secara virtual, Ganjar Pranowo selaku Gubernur Jawa Tengah
sekaligus Ketua Umum Kagama juga menyampaikan bahwa
kehadiran dan keterlibatan mahasiswa KKN diharapkan dapat
membantu pemerintah dalam mengedukasi masyarakat setempat

vii
khususnya bagi kelompok masyarakat yang terdampak Covid-19 serta
menyiapkan masyarakat menuju era adaptasi kebiasaan baru (new
normal).

Dalam pelaksanaan kegiatan KKN-PPM periode ini, saya


mendapatkan kesempatan untuk mendampingi 30 orang mahasiswa
KKN-PPM UGM Unit Ibun (2020-JB036) yang berlokasi di Kecamatan
Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Namun karena di periode ini
tidak ada penerjunan mahasiswa, DPL, dan Korwil ke lokasi KKN,
maka Tim KKN-PPM ini melakukan kegiatan pengabdian dan
pendampingan jarak jauh secara daring yang berfokus di Desa Talun
dan Desa Lampengan yang menjadi sub-unit Tim KKN-PPM Unit
Ibun. Setiap sub-unit terdiri dari 7 hingga 8 orang mahasiswa yang
merupakan gabungan dari keempat klaster (sains dan teknologi; agro;
sosial humaniora; kesehatan/kedokteran) dengan komposisi yang
berimbang antara jumlah mahasiswa laki-laki dan perempuan.

Bunga rampai yang tersaji di hadapan para pembaca yang


budiman ini merupakan rangkaian cerita reflektif yang dituangkan
oleh Tim KKN-PPM UGM Unit Ibun selama 50 hari kegiatan
pengabdian yang sepenuhnya dilaksanakan secara daring, mulai dari
pembekalan, penerjunan, pelaksanaan, hingga pelaporan. Tim KKN-
PPM ini berupaya untuk merealisasikan usulan kegiatan yang
bertemakan “Pembangunan Sabilulungan Raksa Desa Bandung 1000
Kampung di Desa Lampengan dan sekitarnya, Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat”. Selain melaksanakan usulan
kegiatan tersebut, Tim KKN-PPM ini juga mendapat tugas tambahan
untuk membantu mengidentifikasi dan mengumpulkan data
penyebaran dan penanganan Covid-19 sesuai dengan domisili masing-
masing mahasiswa.

viii
Banyak cerita aktivitas keseharian baik individu maupun
kelompok selama pengabdian daring yang disajikan oleh setiap
penulis. Untaian kata yang terukir dalam setiap tulisan ini sekaligus
membuktikan bahwa kegiatan pengabdian masyarakat secara daring
selama masa pandemi Covid-19 dapat tetap dilakukan dan tidak
memupus semangat mahasiswa untuk tetap berkontribusi ke
masyarakat. Meskipun tanpa penerjunan fisik ke lokasi KKN, namun
ide-ide kreatif yang ditunjang dengan pemanfaatan teknologi
informasi dan komunikasi mampu menjadi jembatan virtual antara
rumah dan Ibun. Pengabdian akan terasa tetap asyik meski tanpa
penerjunan fisik.

Mahasiswa KKN-PPM tetap dapat mengelola dan


melaksanakan kegiatan pengabdian mulai dari briefing, konsolidasi,
rapat unit, observasi awal, focus group discussion (FGD), penyuluhan,
kegiatan edukasi hingga pelatihan online dari rumahnya masing-
masing dengan tetap menjalin koordinasi dan komunikasi secara
intens dengan perangkat pemerintahan setempat dan stakeholders
terkait melalui pemanfaatan platform media digital virtual live meeting
seperti zoom, webex, google meet; maupun media sosial meliputi
Whatsapp, Instagram, Facebook, Twitter, dan Youtube yang
dimungkinkan untuk digunakan bersama-sama meski secara fisik
sedang tak bersama.

Dengan adanya pelibatan mahasiswa KKN-PPM diharapkan


dapat mengasah kemampuan mahasiswa dalam memecahkan
masalah (problem solving), melatih kemandirian, kepedulian sosial, dan
kerjasama dengan semua pihak terkait. Di sisi lain, pelibatan Tim
KKN-PPM juga diharapkan dapat mendorong pengembangan potensi
diri mahasiswa dalam penerapan dan pengembangan ilmu
pengetahuan yang interdisipliner, optimalisasi skill, serta penggunaan
teknologi informasi dan komunikasi yang telah diperoleh selama

ix
perkuliahan dapat dipraktekkan dalam kehidupan bermasyarakat
khususnya dalam situasi pandemi seperti saat ini. Sebagai intelektual
muda dan agent of change, maka kehadiran mahasiswa di tengah
masyarakat sangat dibutuhkan dan dinantikan.

Untuk memastikan penyelenggaraan KKN-PPM terlaksana


dengan lancar dan mampu mencapai tujuan optimalisasi pembelajaran
dalam kondisi tanggap darurat Covid-19, maka semua pihak yang
terlibat baik mahasiswa, DPL, korwil, pihak mitra, maupun pengelola
KKN-PPM dituntut untuk dapat belajar secara cepat dan mampu
beradaptasi dengan mekanisme KKN model baru ini. Meskipun dalam
realisasinya, terdapat sejumlah keterbatasan dalam pelaksanaan KKN
daring, seperti: (1) belum terpenuhinya keinginan perangkat
pemerintah setempat dan warga yang sangat menghendaki kehadiran
langsung mahasiswa di masyarakat karena status Kecamatan Ibun
masuk dalam zona hijau; (2) terbatasnya komunikasi karena tidak
semua perangkat pemerintah setempat maupun warga responsif
berkomunikasi secara daring; (3) terbatasnya kemampuan dalam
mengakses teknologi dan tidak stabilnya jaringan internet
menyebabkan pertemuan online yang melibatkan banyak warga sulit
dilakukan; dan masih banyak keterbatasan lain yang dijumpai selama
kegiatan pengabdian daring ini.

Tentunya pengalaman KKN daring ini akan menjadi catatan


perbaikan dan pembelajaran berharga agar pengelolaan KKN daring
periode berikutnya menjadi jauh lebih baik. Melalui buku ini,
gambaran refleksi kritis secara utuh tentang realisasi KKN daring
tersaji mulai dari suka-duka hingga berbagai rintangan dan tantangan
yang dihadapi oleh Tim KKN-PPM dalam menjalankan program
kerjanya dan bagaimana solusi atau strategi pemecahannya. Refleksi
kritis ini hadir agar KKN daring tak semata menjadi proyek asal jalan
sekedar sebagai pemenuhan kewajiban mahasiswa untuk lulus,

x
melainkan juga memberikan warna positif pada kehidupan
masyarakat sekalipun secara virtual. Atau dengan kata lain, agar KKN
daring tak menjadi deretan program yang garing.

Hingga tak terasa, tepat tanggal 18 Agustus 2020, pelaksanaan


KKN daring inipun harus berakhir. Ucapan beribu terima kasih dan
permohonan maaf, serta salam perpisahan dari jauh kami sampaikan
kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam melaksanakan
kegiatan pengabdian ini. Meski tangan tak mampu berjabat, tetapi
silahturahmi akan terus terjalin dan program yang telah terlaksana
selama kegiatan KKN daring dapat dilanjutkan oleh masyarakat
setempat secara mandiri sekalipun kegiatan pengabdian telah usai.

Pada kesempatan ini, saya mewakili tim penulis ingin


mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Panut Mulyono
(Rektor UGM), Bapak Prof. Irfan Dwidaya Prijambada (Direktur
Pengabdian kepada Masyarakat), Bapak Dr. Sulastriyono (Korwil Jawa
Barat dan Banten) yang telah mencurahkan perhatiannya kepada kami
dalam pelaksanaan kegiatan pengabdian daring ini. Kami juga ingin
mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Kabupaten Bandung,
Pemerintah Kecamatan Ibun, Pemerintah Desa Talun, Pemerintah
Desa Lampegan, serta seluruh pihak yang tidak dapat kami sebutkan
satu per satu; untuk segala dukungan, kemudahan, dan kelancaran
yang telah diperoleh selama melaksanakan kegiatan pengabdian.
Terima kasih kami juga ucapkan untuk Tim KKN-PPM UGM Unit
Ibun 2020 yang sangat luar biasa bersemangat dalam menjalani
seluruh kegiatan pengabdian, dengan komando dari Koordinator
Mahasiswa Unit (Kormanit) Taufik Al Faruk.

Kami menyadari bahwa buku ini jauh dari kata sempurna,


untuk itu saran dan kritik yang membangun kami harapkan untuk
perbaikan ke depan. Last but not least, semoga rangkaian cerita kegiatan

xi
pengabdian dari rumah secara daring yang tersaji dalam buku antologi
ini dapat menjadi refleksi bersama dan memberikan manfaat bagi para
mahasiswa, khususnya bagi yang saat ini sedang merancang kegiatan
KKN daring bersama DPL-nya.

Selamat membaca. Salam sehat.

Yogyakarta, 18 Agustus 2020


Theresia Octastefani

xii
Daftar Isi

Pengantar Editor --- v


Daftar Isi --- xiii

Lampegan 1: Pandemi Covid-19 dan Adaptasi Pengabdian Virtual

Urip Iku Urup, Jalani Realita Pengabdian Virtual --- 1


Daniel Yoga Simamora

Meretas Batas demi Berdamai dengan Pengabdian Virtual --- 12


Taufik Al Faruk

Bertamu Tanpa Bertemu --- 22


Azka Dzaki Arrazzaq

Semangat Pengabdian Daring: Between Nothing and


Something --- 35
Khansabila Alqibti Winantu Nariswari

(Hampir) Keluar dari Zona Nyaman --- 45


Hapsari Khansa Salsabila

Mengabdi Online: Sulitnya Komunikasi dan Belajar


Hal Baru --- 57
RA Tasik Wulan H

#StayAtHome dan Melihat Sisi Positif ber-KKN Daring --- 67


Nurul Hidayah

Kerjasama Tim yang Menguatkan --- 79


Abyan Irsyad

xiii
Lampegan 2: Mengabdi dan Mengenal secara Offline - Online

Dari yang Gak Terjun ke Lapangan --- 90


Aji Pangayoman

Pengabdian Seorang Apatis --- 101


Syah Menan Lubis

Sisi Lain Cerita Pengabdianku -- 107


Tigar Brilyan Sugijarta

Kisah di Tengah Wabah --- 117


La Ode Fikri Hanifa

Jadi KKN Online tuh Gini…. --- 128


Salsabilla Kiranasafira

KKN Bersama Karakter BoBoBoy --- 139


Tita Thalia N

Perjalanan Menuju Kenangan -- 149


Francesca Patricia Pamphila Chandra

Talun 3: Pendampingan Jarak Jauh dan Learning by Doing!

Jarak dan Covid-19 tak Menjadi Penghalang untuk


Mengabdi --- 160
Hanifa Rosa Wardhani

“Liyan” dan Kuliah Kerja Nyata via Daring --- 171


Sekar Fadhilah Zahra

Pengabdian Virtual? Jalanin Aja -- 181


Amira Anandita

xiv
Pilih Kerja Praktik atau KKN Daring? --- 194
Dwita Yoanida Y

Menularkan Positive Vibes dari KKN Daring --- 205


Umi Alifa Jamil

Bergerak pada Saat Pendemi --- 215


Luthfan Hadi Hilsan

Pengabdian Tidak Harus Terjun Langsung --- 224


Agam Perdana Prasetyo

Pelarianku di Masa Pandemi: Mengabdi pada


Masyarakat --- 234
Damasus Wahyu Kurnia

Talun 4: Tetap Produktif Mengabdi dengan Segala Keterbatasan

Kisah Pengabdian di Pertengahan Tahun 2020 --- 245


Farrah Erifa Roni

Pengabdian Online Bukan Berarti Mudah --- 256


Vincent Tandy

Tetap Berdaya Walau #DiRumahAja --- 272


Irene Clarisa Gunawan

Virtually Connected --- 283


Wildan Fajar Putramaulana

Ceritaku Dibalik KKN Online --- 294


Dinda Ardhenareshwari

xv
Mencari Cara Menjaga Kesehatan Hewan untuk
KKN Online --- 306
Pande Putu Akira Narayana

Tak Sekadar Sebuah Kisah Pengabdian --- 317


Sinta Febriani

Daftar Penulis --- 328

xvi
Lampegan 1:
Pandemi Covid-19 dan
Adaptasi Pengabdian Virtual
Urip Iku Urup, Jalani Realita Pengabdian Virtual
Daniel Yoga Simamora

Tahun 2020 merupakan salah satu tahun yang dirasa cukup


berat bagi seluruh umat manusia. Dimulai dari hubungan beberapa
negara yang memanas akibat perang, meninggalnya beberapa pesohor
nasional dan dunia, serta yang paling dirasakan oleh seluruh umat
manusia di muka bumi ini yaitu pandemi Covid-19. Pandemi Covid-
19 turut meluluhlantakkan hampir seluruh sendi kehidupan umat
manusia. Tak sedikit yang mengalami kekacauan hidup akibat
pandemi ini. Banyak kejadian di balik kekacauan hidup itu seperti
kematian banyak orang akibat terpapar virus ini, karyawan-karyawan
yang terkena PHK, usaha-usaha kecil hingga tingkat tinggi banyak
yang mengalami kerugian, bahkan hingga hal yang paling mendasar
yaitu masalah pendidikan yang menjadi tersendat.

Pendidikan yang dijalankan di masa pandemi ini cukup


membuat banyak siswa hingga mahasiswa mengalami shock yang luar
biasa karena belum mampu untuk menghadapinya. Pembelajaran
yang mulanya dijalankan secara tatap muka kemudian berbalik arah
180° menjadi pembelajaran jarak jauh yang dilakukan melalui aplikasi
video conference. Kegiatan yang selalu diadakan secara nyata tiba-tiba
berubah menjadi maya seluruhnya. Semua lini pendidikan mulai dari
mahasiswa, dosen, bahkan hingga pembuat kebijakan sekalipun juga
ikut terpontang-panting dengan kondisi seperti ini.

Akan tetapi, bukankah manusia sejatinya merupakan makhluk


yang paling mampu untuk beradaptasi dengan segala keadaan?
Manusia sejak lahir memiliki kodrat untuk mampu berusaha
mempertahankan diri dari segala kondisi yang terjadi,
mempertahankan diri dari segala ancaman, dan mempertahankan diri

1
dari segala kondisi yang membelenggunya. Akan tetapi semua itu
kembali lagi pada masing-masing pribadi. Apakah pribadi tersebut
ikhlas untuk mau bergerak maju dengan segala kondisi yang ada.
Ataukah pribadi tersebut hanya diam termangu sambil melihat sendi-
sendi kehidupannya tergerogoti secara perlahan dan pasti.

Bergerak Maju

Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat


Universitas Gadjah Mada (KKN-PPM UGM) Periode 2 Tahun 2020
merupakan salah satu kegiatan yang ikut terpengaruh dengan adanya
pandemi ini. Agenda yang sewajarnya dilakukan secara langsung
dengan terjun ke masyarakat kemudian berubah seketika dengan
aplikasi dan internet yang sangat maya. Sungguh kontradiktif sekali
ketika agenda tersebut mengagungkan mengenai pembelajaran
pemberdayaan masyarakat tetapi kami sendiri tidak mengenal seluk
beluk masyarakat dimana seharusnya kami mengabdi. Bahkan untuk
membayangkan wilayahnya saja kami kesulitan. Sungguh sangat jauh
dari kata ideal.

Tetapi toh bukannya pada masa pandemi ini seluruh lini


kehidupan banyak yang tidak berjalan dengan ideal? Kita saat ini
diperhadapkan dengan ego kita masing-masing. Apakah kita tetap
mau bergerak dengan meninggalkan idealisme kita yang terlanjur
sudah membuat kita nyaman ataukah kita mau bergerak dengan
segala hal yang baru dengan realitas yang ada dan sudah pasti akan
membuat kita sedikit kewalahan?

Bergerak maju ialah satu jawaban dan langkah pasti yang


menurut saya sebagai mahasiswa, Tim KKN-PPM UGM Unit
Kecamatan Ibun, harus dilakukan dengan melihat segala

2
kemungkinan yang ada di depan. Bukankah membantu masyarakat
merupakan sikap yang paling mulia dari seorang mahasiswa selama
pembelajarannya di kampus.

“Menuntut ilmu dan mengabdi kepada rakyat bukanlah dua perkara yang
sepantasnya dipisah-pisahkan”, Y.B. Mangunwijaya (dalam novel
Burung-Burung Manyar).

Seorang aktivis, rohaniwan, dan penulis terkenal, Y.B.


Mangunwijaya, pernah bertutur bahwa menuntut ilmu dan mengabdi
kepada rakyat ialah dua hal yang semestinya berjalan secara
beriringan. Menuntut ilmu tanpa adanya niat untuk mengamalkannya
dalam sebuah pengabdian kepada rakyat luas hanya akan menjadi
sebuah kesombongan belaka. Sedangkan mengabdi tanpa adanya ilmu
adalah suatu kebodohan. Oleh karena itu sangat tepat apabila KKN-
PPM UGM kemudian hanya dapat dilaksanakan oleh mahasiswa yang
sudah memiliki jumlah SKS yang cukup.

KKN-PPM UGM sudah selayaknya menjadi kawah


Candradimuka bagi setiap mahasiswa tingkat akhir di UGM untuk
mampu mengejawantahkan segala visi misi sebagai seorang
mahasiswa seutuhnya. Berhadapan dengan masyarakat, bekerja
bersama dengan masyarakat, bahkan hidup dan tinggal bersama
dalam lingkungan masyarakat ialah hal yang lumrah dan sewajarnya
dilakukan selama KKN.

Sejatinya mahasiswa menjadi tonggak penerus dan perubahan


terhadap apa yang terjadi di Indonesia. Meneruskan dan merubah ke
arah yang lebih baik tentunya. Itulah sebabnya mahasiswa membawa
sebuah tanggung jawab pengharapan dari seluruh masyarakat
Indonesia sebagai Agent of Change, Iron Stock, dan Social Control. Ketiga
pondasi dan pegangan itu haruslah dibawa selama menjadi
mahasiswa bahkan selamanya.

3
Susah memang untuk memegang tanggung jawab tersebut.
Banyak usaha yang harus dikorbankan demi tercapainya cita-cita
mulia tersebut. Namun sebuah tanggung jawab tetaplah menjadi
tanggung jawab yang harus ditunaikan dengan tulus ikhlas bagi nusa,
bangsa, dan Sang Esa.

“Lebih Baik Menyalakan Lilin Daripada Mengutuk Kegelapan”

Kalimat bijak tersebut menjadi penggambaran dari lubuk hati


saya yang paling dalam untuk mau bergerak maju dan tetap mengabdi
kepada masyarakat di tengah segala kondisi yang sedang terjadi.

Menyalahkan dan memaki suatu kelompok atas semua hal yang


telah terjadi hari-hari ini memang sangat menyenangkan. Berbincang
ngalor ngidul sambil menikmati kopi di kala senja dan berbicara
tentang segala kemungkinan teori konspirasi juga sungguh sangat
mengasyikkan. Bahkan untuk berdiam diri dengan menikmati
kelamnya hidup sambil mengutuk keadaan yang sedang terjadi pun
juga tidak kalah asyiknya.

Namun… benarkah itu yang Tuhan kehendaki?

Manusia yang tercipta menjadi makhluk paling sempurna di


antara makhluk lain sudah sewajarnya dapat bertindak sesuai dengan
apa yang Sang Esa kehendaki. Mengutuk kegelapan sungguh sangat
mudah dilakukan, tetapi gelap tersebut selamanya akan tetap menjadi
gelap karena tidak ada yang menjadi terang di tengah-tengah
kegelapan yang terjadi itu. Menyalakan lilin kecil di tengah kegelapan
mungkin juga bagi sebagian orang dianggap tidak akan memberikan
dampak besar terhadap gelap yang terjadi tersebut. Namun satu lilin
akan mampu memberikan dampak besar apabila lilin-lilin lain juga
ikut menyala menjadi suatu terang bagi tempat gelap tersebut.

4
Suatu bintang di langit tidak akan terlihat indah apabila hanya
berdiam sendirian. Tetapi bintang tersebut akan menjadi indah apabila
bintang-bintang lain ikut menemaninya menghiasi langit di tengah
kegelapan.

Lilin-Lilin Kecil

Mengabdi di tengah pandemi merupakan bentuk nyata kami


sebagai mahasiswa UGM untuk berani menyalakan lilin-lilin kecil
tersebut di tengah kondisi seperti ini. Berjuang untuk masyarakat
dengan membawa nama almamater kampus kerakyatan menjadi hal
yang bisa kami banggakan di hari tua nanti.

Dalam kondisi seperti ini, tentu terjadinya suatu hambatan ialah


hal pasti. Contohnya ialah yang terjadi dalam unit kami. Pemerintah
desa yang kurang kooperatif menjadi contohnya. Mereka dengan
pendirian yang teguh berharap ingin berkenalan secara langsung
dengan kami. Memang tak afdol apabila ketika ingin bekerja sama
tetapi satu sama lain belum pernah berjumpa secara dekat tanpa sekat
apapun termasuk dunia maya.

Tetapi apa daya pihak kampus juga dengan aturan yang telah
dibuatnya melarang kami untuk bersilaturahmi menemui pemerintah
desa dan juga masyarakat tempat kami seharusnya tinggal. Tidak ada
yang salah juga dengan peraturan tersebut. Pihak kampus berusaha
agar mahasiswa KKN-PPM UGM tidak kemudian malah menjadi
pembawa virus Covid-19 ke daerah-daerah yang masih menjadi zona
hijau. Malah akan menjadi dagelan ketika mahasiswa KKN-PPM UGM
yang seharusnya menjadi pembawa perubahan ke arah positif dengan
program pemberdayaannya tetapi malah justru berkebalikan dengan

5
membawa virus ke daerah-daerah yang akan menambah
permasalahan baru di daerah tersebut.

Seluruh pihak dalam hal ini telah melakukan yang terbaik


menurut mereka. Tidak benar jika kemudian kami sebagai mahasiswa
memaksakan kehendak kami terhadap cara pandang salah satu pihak.
Tetapi semuanya kembali lagi kepada masing-masing pribadi bahwa
bukankah kodrat manusia adalah sebagai makhluk yang akan selalu
beradaptasi dengan segala kondisi yang membelenggunya?

Itulah sebabnya kami dengan teguh tetap menjalankan rencana


awal yang sudah kami rancangkan dengan segala penyesuaian
terhadap kondisi yang sangat jauh dari kata ideal. Mulai dari
penyesuaian setiap kegiatan yang sudah direncanakan bahkan hingga
penyesuaian terhadap hasil yang akan akan kita keluarkan. Segalanya
kami landaskan dengan sikap mengabdi yang ingin kami lakukan
terhadap masyarakat.

Pandemi Covid-19 tidak akan pernah menyurutkan niat


pengabdian kami dalam KKN ini. Memiliki hidup yang berguna,
berdaya, menjadi berkat yang luar biasa bagi sesama bahkan di tengah
pandemi Covid-19 ini menjadi kehendak ilahi terhadap setiap insan
yang percaya kepadaNya. Tidak ada kata nanti pada setiap orang
yang dengan tulus hati mau mengabdi kepada masyarakat dan Sang
Khalik. Tetapi yang ada ialah kata sekarang. Ya.. Sekaranglah saatnya
untuk mulai berjalan maju dari segala keadaan yang tidak
memungkinkan. Sekaranglah saatnya mulai bangkit atas segala
kondisi yang membelenggu. Selama masih ada kesempatan, maka
semuanya harus dilakukan dengan baik dan penuh hati.

Jam berganti jam sudah terlewat. Hari demi hari telah dilalui.
Bahkan minggu berganti minggu juga telah berlalu hingga sampai
akhir masa KKN. Akan tetapi hingga masa KKN berakhir kami tetap

6
tidak bisa bercengkrama dengan masyarakat Kecamatan Ibun
khususnya Desa Lampegan. Bahkan luaran dari apa yang telah kami
kerjakan selama kurang lebih 2 bulan juga pada akhirnya tidak
direspon dengan baik oleh pemerintah desa. Kecewa? Sudah Pasti…
Semua usaha yang telah kami lakukan dengan harapan ingin
membantu masyarakat desa untuk lebih maju sungguhlah sangat jauh
dari kata ideal bahkan dengan standar ideal yang telah kami turunkan
pun juga sama sekali masih jauh dari hal tersebut.

Lelah yang tak terbayarkan dan pengharapan yang tidak


tertunaikan sungguh membuat kecewa. Harapan untuk melihat warga
desa tersenyum dan bangga hanya menjadi sebuah angan-angan.
Tetapi pada akhirnya kami tetap mau percaya bahwa segala sesuatu
hal baik yang telah kami lakukan tidak akan pernah sia-sia. Semesta
selalu berpihak terhadap insan dunia yang mau berusaha dengan
segala usaha yang telah dilakukannya.

Setidaknya kami percaya bahwa Sang Esa berkenan untuk mau


melihat niat dan ketulusan kami dalam mengabdi dari lubuk hati kami
yang paling dalam.

“Hanya karena sesuatu tidak sesuai dengan rencanamu bukan berarti itu sia
sia.”, Thomas Alva Edison.

Semuanya memang tidaklah berjalan sesuai dengan idealisme


yang kami miliki. Namun melalui refleksi diri atas apa yang telah
terjadi selama masa KKN ini maka banyak pelajaran hidup yang dapat
saya ambil dari pengabdian di tengah pandemi ini. Belajar ikhlas
dengan penuh ketulusan hati atas segala yang terjadi menjadi
pelajaran utama yang bisa saya petik dari kegiatan KKN ini. Suatu
pembelajaran yang susah untuk ditemukan di momen lain.

7
Bersikap dan bertindak untuk selalu memberikan sepenuhnya
apa yang saya bisa persembahkan walaupun di tengah kondisi yang
tidak ideal juga menjadi pemaknaan lain yang dapat saya renungkan
selama kegiatan KKN berjalan. Memang, hidup itu haruslah seimbang
dalam memaknai suatu realitas yang terjadi. Realitas yang ada
haruslah seimbang dengan idealisme yang dirancang. Terkadang
manusia terlalu sibuk dengan apa yang diinginkan dan apa yang
menjadi idealismenya sampai-sampai ia melupakan realita atas apa
yang telah terjadi dalam hidupnya. Hidup tidak selalu dapat berjalan
dengan mulus sesuai apa yang menjadi keinginan kita. Berpikir serta
bertindak realistis dan idealis haruslah dilakukan secara seimbang.

Oleh karena itu, evaluasi terhadap apa yang telah terjadi selama
KKN haruslah dilakukan. Sebuah evaluasi dengan harapan perbaikan
pada masa KKN yang akan datang. Sebuah evaluasi dengan suatu
angan impian agar sistem pengabdian masyarakat melalui KKN-PPM
UGM yang apabila akan dilanjutkan secara daring lagi dapat menjadi
jauh lebih baik dari yang sebelumnya.

Salah satu program kerja yang seutuhnya dapat kami


laksanakan dengan baik adalah program yang berkaitan dengan
Pengembangan Kampung Lauk di Desa Lampegan. Melalui luaran
program tersebut kami menghasilkan rekomendasi suatu hal yang
menurut kami akan dapat berdampak baik bagi kehidupan
masyarakat Desa Lampegan. Rekomendasi itu ialah rekomendasi
pembangunan desa wisata berbasis sistem budidaya mina padi. Sistem
budidaya yang memadukan pertanian ikan dan pertanian tanaman
padi.

Dalam proses pembuatan rekomendasi kami melakukan


beberapa kali survey pada desa wisata mina padi yang ada di daerah
Samberembe, Pakem, Kabupaten Sleman. Kami merekomendasikan

8
mengenai mina padi karena kami yakin dan percaya bahwa hal
tersebut nantinya dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Desa
Lampegan dengan segala kondisi desa. Mina padi di daerah
Samberembe tersebut mampu meningkatkan pendapatan masyarakat
sekitar desa khususnya petani. Pendapatan meningkat berkali-kali
lipat melalui panen dua komoditas yaitu ikan dan padi. Bahkan
seluruh warga desa mendapatkan dampak positif dari adanya desa
wisata mina padi tersebut. Warga yang bukan petani juga ikut
terberdayakan dari adanya desa wisata tersebut.

Anak-anak muda yang sebelumnya selalu pergi merantau


keluar kota untuk mencari penghidupan yang layak, sekarang setelah
adanya desa wisata tersebut mereka kemudian mau kembali ke
desanya untuk mau membangun bersama karena banyak manfaat
yang dapat diperoleh daripada ketika mereka pergi mencari rezeki
keluar kota. Seluruh warga ikut serta untuk tercapainya kemajuan
desa. Mulai dari anak muda, dewasa, bahkan lansia ikut terjun
langsung dalam perencanaan dan pelaksanaan desa wisata mina padi
tersebut. Tak mengenal pria atau wanita, yang terpenting ialah siapa
yang mau bekerja maka ia akan dirangkul untuk bekerja bersama-
sama dengan yang lainnya. Sungguh suatu kondisi yang sangat jarang
di masa saat ini.

Tentunya penerapan suatu sistem dari satu desa yang telah


sesuai dengan suatu desa yang sedang akan dikembangkan akan
sangat berbeda. Akan tetapi dengan segala penyesuaian di Desa
Lampegan maka kami percaya tidak ada yang tidak mungkin ketika
ada suatu peluang yang muncul. Selama Tuhan telah berkehendak
maka semuanya akan terjadi. Sungguh akan menjadi kebanggaan
apabila nantinya apa yang kami rekomendasikan dapat bermanfaat
bagi kehidupan yang lebih baik bagi masyarakat Desa Lampegan.

9
Urip Iku Urup “Hidup Itu Nyala”

“Urip Iku Urup” menjadi satu filosofi Jawa kuno yang selalu
saya genggam teguh dalam setiap langkah kehidupan yang terjadi
dalam hidup saya. Bahkan saat masa KKN pun filosofi tersebut masih
tetap saya pegang secara erat. Satu filosofi yang memiliki pemaknaan
sangat mendalam apabila direnungkan. Filosofi yang membawa
manusia untuk jauh lebih dalam lagi dalam berbuat baik terhadap
sesama selama hidup di dunia. Tak mengenal suku, ras, agama,
bahkan golongan apapun. Bahkan ketika perbuatan baik yang sudah
kita lakukan tidak direspon dengan baik juga sudah sewajarnya kita
tetap mau dan mampu bersyukur atas hal tersebut.

Urip Iku Urup apabila diterjemahkan ke dalam bahasa


Indonesia bermakna hidup itu menyala. Namun apabila diartikan
sedikit lebih mendalam maka berarti bahwa hidup seseorang itu
haruslah mau menyala kapanpun dan dimanapun. Menyala dalam
makna kata yang positif tentunya.

Apabila diibaratkan dengan api maka api tersebut ialah api


yang mampu bermanfaat bagi orang di sekitarnya. Api yang mampu
menerangi setiap jalan orang yang membawa obor dalam badai
kegelapan. Api yang mampu menjadi penghangat di kala manusia
membutuhkan kehangatan atas dingin yang menderanya.

Bukankah setiap orang akan sedikit cemas apabila berada


dalam ruangan yang gelap gulita tanpa ada cahaya sedikitpun dalam
waktu yang lama. Namun ketika terang itu datang maka terang akan
menelan kegelapan yang ada dan mengusir rasa cemas yang datang
menghinggapi manusia. Sebuah pelita seperti obor pada zaman nenek
moyang dahulu akan menjadi penerangan manusia ketika akan
melewati suatu kegelapan yang ada. Pelita tersebut memampukan
manusia untuk mampu melihat secara jelas dan bekerja dengan baik

10
dalam kegelapan yang terjadi. Seseorang manusia haruslah mampu
menjadi seorang pembawa cahaya untuk menghalau kegelapan di
dunia ini.

Menjadi terang bagi sesama sungguhlah tidak mudah. Menjadi


terang yang menerangi banyak orang tentulah akan banyak rintangan
penderitaan yang akan dialami dan dirasakan. Sudah seharusnya
manusia bisa menjadi berkat bagi sesamanya dalam segala laku dan
perbuatan. Hidup ini tak lebih dan tak bukan merupakan sebuah
kesempatan bagi setiap insan manusia dari Sang Maha Kuasa.
Kesempatan untuk mampu bermanfaat baik orang lain. Kesempatan
untuk mengubah lingkungan sekitar menjadi jauh lebih baik lagi.

Bukankah di masa awal penerjunan KKN seluruh mahasiswa


juga diajak untuk menyanyikan dengan khusyuk lagu Himne Gadjah
Mada yang mengandung banyak sumpah janji sebagai seorang
mahasiswa kampus kerakyatan? Sebuah janji untuk memenuhi
panggilan bangsa. Sebuah janji untuk memenuhi dharma bakti bagi
Ibu Pertiwi. Itu semua ialah janji tulus setia sebagai seorang mahasiswa
Gadjah Mada yang harus selalu diamalkan dan diejawantahkan
selama hidup di dunia ini.

Sudah seharusnya juga apa yang telah terjadi selama KKN juga
tidak menyurutkan sedikitpun niat pengabdian pada negeri ini hingga
akhir hayat nanti. Hidup haruslah terus berdampak di setiap musim
kehidupan kita selama Tuhan masih memberikan nafas kehidupan
dunia. Hidup haruslah terus menyala bagaikan lilin yang menerangi
gelapnya ruang. Sebab, Urip Iku Urup.

11
Meretas Batas demi
Berdamai dengan Pengabdian Virtual
Taufik Al Faruk

Aku Alfa, seorang mahasiswa yang sedang menempuh Strata 1


di Departemen Politik dan Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan
Ilmu Politik Universitas Gadjah Mada. Lahir di Semarang, 27
September 1999 di tangan seorang dokter. Dibesarkan di keluarga
yang berpindah-pindah menuntut diriku untuk lebih dapat
memahami karakter yang ada di setiap wilayahnya. Sekarang aku
menjadi mahasiswa semester 6 dan SKS yang telah aku peroleh selama
ini telah mencukupi persyaratan untuk melaksanakan KKN.

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan mata kuliah wajib yang


kutunggu-tunggu karena dengan kegiatan ini setidaknya ilmu yang
aku dapat selama ini akan berguna bagi masyarakat. Selain itu, ya,
pastinya, liburan!. Hidup di pedesaan jauh dari keruwetan kota besar
adalah salah satu impianku selama di bangku universitas. Impian
untuk mengucapkan selamat pagi dunia di tempat KKN menjadi
sangat penting di hidupku di samping dapat mengabdikan diri bagi
negeri melalui kegiatan tersebut. Namun impian sederhanaku tersebut
harus pupus, seperti lagunya dewa, ah sudah lupakan.

Waktu itu Januari 2020, jiwa pengabdianku menggebu-gebu


serasa ingin sekali cepat-cepat penerjunan KKN. Dimana semua proses
sebelum pelaksanaan KKN seperti pengajuan proposal, mencari DPL,
dan berbagai persyaratan administrasi lainnya sudah aku laksanakan
dengan sangat baik. Tapi kemudian dia datang dan merusak segala
imaginasiku mengenai pengabdian yang akan mengasyikan. Ya betul
sekali, Covid-19 dinyatakan masuk ke Indonesia di awal Maret 2020

12
dan terpaksa aku harus mengubur impian sederhanaku untuk
mengabdikan diri ke pelosok negeri.

Semua orang pasti kecewa karena pelaksanaan KKN yang


harus dilakukan secara online, aku tidak punya bayangan bagaimana
itu bisa dilakukan. Hari demi hari mendekati pelaksanaan KKN,
DPkM mencoba memberikan arahan dan pengertian kepada seluruh
mahasiswa terkait pelaksanaan KKN daring yang belum tentu arah
dan tujuannya kedepan. Menjelang pelaksanaan KKN ini kegiatan
yang bisa kulakukan hanya menerka-nerka bagaimana 50 hari
menatap laptop, dan berdamai dengan virtual life yang sudah kuyakini
akan membuat diriku muak. Ya tepat 50 hari, pertanyaan yang selalu
kupertanyakan adalah “akankah aku berdamai dengan virtual life ku
kedepan?”, mau tak mau aku harus mau berdamai dengan semuanya.

Aku menjadi sangat lebih santai menghadapi virtual life ku


kedepan karena tuntutan untuk tetap stay at home saat pelaksanaan
kegiatan pengabdian mulai dari bangun pagi, menatap laptop, makan,
meeting online, dan lain sebagainya. Mungkin pelaksanaan KKN online
tidak membuatku kaget karena sudah sedikit terlatih dengan adanya
kuliah daring yang aku lakukan selama satu setengah bulan lamanya.

Ya, KKN ini sangat terlihat mudah dengan adanya sistem online
yang tidak mengharuskan diriku yang mulai malas ini untuk berusaha
3 kali lebih dari yang dibayangkan, HAHA. Dari tulisan ini aku
berharap dapat menuangkan segala kisah pengabdianku secara
virtual, berjarak dengan masyarakat namun dekat secara tujuan.
Mungkin akan membosankan tapi aku juga tidak mau memberi
jaminan tulisan ini akan menginspirasi kalian. Tapi, sudahlah aku
dedikasikan tulisan ini untuk semua yang terlibat didalam hidupku
baik sebelum, saat dan sesudah KKN ini.

13
Hari itu, aku masih ingat betul betapa bersemangatnya diriku
terhadap KKN daring ini. Aku mempersiapkan semua agenda dan
jadwal yang mungkin dapat dilakukan selama pelaksanaan KKN ini.
Telah aku persiapkan segalanya, termasuk hati untuk jatuh cinta,
Salfok! HAHA. Tenang saja pengabdianku murni hanya ingin
mengabdi dan liburan, ya tapi harus bagaimana lagi, semuanya hanya
bisa kulakukan secara online. Online, kata yang mungkin akan menjadi
sahabatku selama 50 hari kedepan. Tidak! Dia hanya datang untuk
melakukan tugasnya, kesal? Mungkin! Karena harus berdamai dan
mengenal kata online lebih dari yang aku tahu sebelumnya.

Hi mate! Aku tergabung ke dalam tim KKN-PPM UGM Unit


Ibun dan aku juga seorang Koordinator Mahasiswa Unit (Kormanit).
Sejujurnya aku tidak berharap menjadi kormanit di unit ini, tapi
sudahlah lupakan saja! Ada kesepakatan kecil bersama Wildan, Bella,
dan Khansa sebelum mengusulkan adanya unit ini ke DPkM. Dari
sinilah cerita ini dimulai, pengembaraan kisah pengabdian secara
virtual yang mulai aku kenal lebih dari doi, Tunggu! Siapa doi? Aku
tak mengingatnya! Baiklah lupakan omong kosong itu. Dari sanalah
terbentuk tim pengusul ini, Ya! Aku, Bella, Wildan, dan Khansa, empat
mahasiswa UGM semester 6 yang putus asa akan per-KKN-nan
dengan alasan tidak ingin KKN bersama orang yang tidak dikenal.
Alasan macam apa itu? bukankah seharusnya kita bisa lebih
bersosialisasi dengan seluruh mahasiswa UGM melalui KKN ini?.
Entahlah sepertinya tidak dengan kami berempat, atau mungkin tidak
denganku yang terlalu lelah jika harus mengenal orang baru.

Tapi semua ada hikmahnya, aku mulai belajar hal baru dan
berkenalan dengan orang baru setelah tim membuka recruitment
terbatas dengan mengajak teman terdekat kita, eh no! Lebih tepatnya
teman Bella dan Khansa, HAHA. Tapi dengan begitu, kita adalah tim
paling progresif menurutku, karena tidak ada waktu satu minggu

14
kami bisa mengumpulkan 14 orang dan telah menyelesaikan seluruh
proposal yang ada. Hebat bukan? Biasa aja sih! HEHE. Setelah adanya
proposal dan mulailah pengajuan proposal ke DPkM, kami mencoba
melakukan open recruitment bagi 16 orang lainnya untuk melengkapi
tim. Akhirnya kita mendapatkan 16 orang tersebut, ya meskipun tidak
sama persis dengan yang ada sekarang, tapi lupakan, aku sangat
senang dan bahagia memiliki tim KKN ini.

Hari pertama penerjunan KKN daring, masih teringat betul


penerjunan di hari itu dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan RI, Nadiem Makarim. Jujur tidak ada kesan mendalam
mengenai penerjunan itu karena semuanya dilakukan secara online
tapi lucu juga kala itu, komentar di kolom komentar Youtube dari
berbagai mahasiswa yang mencoba menyampaikan pikiran dan
keresahan tentang KKN ini. Kata orang ini adalah penerjunan KKN
paling spesial, tapi menurutku biasa saja tak ada hal yang bisa
dibanggakan kecuali UGM melakukan KKN Online yang diresmikan
oleh Nadiem Makarim. Mungkin itu menjadi awalan yang cukup
menarik untuk memulai kegiatan KKN di Ibun selama 50 hari
kedepan. Ya benar saja, semuanya terasa menarik, mungkin. Tapi
tunggu, kita urutkan semua cerita ini dari awal penerjunan ke desa.

Melaksanakan KKN daring adalah salah satu hal yang tidak


pernah aku bayangkan sebelumnya. Ya! Mana mungkin pengabdian
virtual dapat diterima begitu saja oleh masyarakat pedesaan?. Dan
terbukti dalam pelaksanaan KKN ini, meskipun tidak semuanya
merasa seperti ini. Kebetulan aku tergabung di Sub-unit 1 Desa
Lampegan bersama Abyan Irsyad sebagai kormasitnya, Khansabila
Alqibti, Hapsari Khansa S, Daniel Yoga S, RA. Tasik, Azka Dzaki, dan
Nurul Hidayah. Aku sendiri tak paham kenapa harus berada di Sub-
Unit 1, mungkin takdir yang menyatukan kami!

15
Mungkin secara program dan metode pelaksanaan kinerja KKN
di Sub-unit 1 Desa Lampegan sudah sangat baik, terstruktur, terarah,
dan jelas. Namun seperti kubilang diawal, mana mungkin masyarakat
desa dapat menerima pengadian virtual dengan cuma-cuma, Ya!
Meskipun aku sudah mendapatkan nomor WA dari perangkat
kecamatan, perangkat desa, sampai masyarakat Desa Lampegan itu
semua tidak menjamin komunikasi kita lancar. Yang ada malah kita
diminta untuk datang ke desa secara langsung untuk hanya sekadar
bersilaturahmi.

Terdengar lucu memang, di saat PSBB diterapkan, mengaku


zona hijau tapi mengundang orang dari zona merah untuk datang ke
wilayahnya. Tapi lupakanlah, ya! Meskipun begitu secara pribadi aku
tidak perlu repot karena semua yang berhubungan dengan programku
terutama pengembangan pariwisata dapat berjalan tanpa adanya
campur tangan desa, ya! Betul! Semua karena ada Bu Lilis, Bu Ani, dan
Bu Irma, yang mana beliau adalah aparatur sipil di Kantor Bappeda
Kabupaten Bandung. Aku rasa semua kegiatan yang kujalani di awal
KKN ini terasa biasa saja karena semua terkait pengumpulan data dan
analisis.

Tak ada kesan sedikitpun, yang aku tahu aku tidak boleh
memberatkan diriku sendiri maupun anggota unitku. Betul sekali
tebakan kalian! Aku selalu berpegang pada prinsip yang diberikan
oleh Pak Djarot “Jangan sepaneng kek besok mau kiamat!” Iya sih
belum kiamat tapi KKN ini seperti apa yang dikatakan para selebgram
saat me-review makanan yang enaknya aku aja ga tahu. Namun aku
sedikit tidak setuju jika DPkM berpendapat bahwasanya kita yang
harus menjalin hubungan baik kepada desa, itu tidak adil! Ya
meskipun aku tahu sebenarnya DPkM sudah mencoba menjalin
kerjasamanya dengan desa melalui pemerintah daerah. Menurutku ini
adalah salah satu hal yang membuat pelaksanaan KKN ini sedikit

16
terkendala, karena kadang komunikasi yang dijalin oleh DPkM
dengan dearah belum tentu sampai ke desa bersangkutan. Kesal!
Mungkin iya, tapi aku juga tidak dapat menyalahkan siapapun karena
memang kondisinya seperti ini dan semua orang aku yakin sedang
berada dibawah tekanan.

Meskipun pelaksanaan KKN yang kurasa tidak akan berhasil


dengan tidak berjalannya komunikasi antara Sub-unit ku kepada
Pemerintah Desa Lampegan, aku bisa ambil segala manfaat dari
keaadaan tersebut. Mungkin salah satu manfaatnya adalah aku bisa
lebih mengerti mengenai birokrasi dan beberapa persoalan mengenai
pelaksanaan pemerintahan di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.
Aku pikir dengan KKN di Pulau Jawa, desa akan jauh lebih mengerti
dengan keadaan seperti ini yang harus dilakukan secara virtual, eh
ujung ujungnya sama saja, meskipun teknologi telah menginvansi
hingga ke pelosok desa di Pulau Jawa, itu semua tidak menjamin orang
akan terbuka terhadap semua kondisi dan tantangan perkembangan
zaman.

Tapi tak apalah, ini mungkin salah satu tantangan yang perlu
dihadapi dan di evaluasi kedepannya. Setidaknya tanpa ada
komunikasi kepada desa, aku bisa menghubungi dinas vertikal terkait,
mulai dari Bappeda, Dinas Pendidikan, Dinas Kebudayaan dan
Pariwisata, Dinas Ketahanan Pangan, Pertanian, dan Parikanan, Dinas
Lingkungan Hidup, dan beberapa pihak terkait untuk sekadar
koordinasi mengenai beberapa hal yang terkait dengan program
tentunya. Meskipun disini etika kita diuji, tapi aku bersyukur bisa
mengerti sopan santun dalam berkomunikasi melalui media sosial
serta menghargai setiap hal yang secara tidak langsung disampaikan
kepada kita tanpa mengerti latar belakang dan emosi lawan bicara kita
saat itu.

17
Pelaksanaan KKN yang menurutku absurd ini, yang kurang
jelas arah dan tujuan pengabdiannya, mungkin menjadi pengalaman
paling berharga yang pernah kudapat untuk mempersiapkan diri di
masa mendatang. Dengan tantangan yang kuhadapi saat pelaksanaan
KKN ini setidaknya telah mengajarkan bagaimana menjadi manusia
yang harus selalu siap untuk beradaptasi dan selalu optimis terhadap
berbagai macam keadaan serta perubahan. Menurutku ini adalah salah
satu cara memaksa diri untuk lebih mengerti mengenai perubahan,
baik sosial, budaya, dan teknologi. Perkerjaan ini mungkin memang
tidak mudah karena jauh dari kata memberdayaan masyarakat,
namun setidaknya diriku dapat sedikit mengimplementasikan segala
teori pemberdayaan sosial itu.

Sedikit bingung dengan apa yang harus ditawarkan kepada


masyarakat terkait pemberdayaan masyarakat, kegelisahanku terlebih
berada pada bagaimana komunikasi efektif untuk mengetahui
permasalahan dan potensi yang ada di desa. Ya! Terlalu sulit
memberdayakan masyarakat secara virtual, karena tidak semua orang
mampu beradaptasi dan menerima mengenai pemanfaatan teknologi
yang katanya sudah sangat pesat. Tidak mengerti lagi bagaimana
dampak yang akan dihasilkan dari segala pekerjaan yang kucoba
maksimalkan melalui energi seorang mahasiswa sepertiku.

“It’s okay to not be okay”, Lah sama seperti judul series Korea aja
nih. Mungkin kalimat tersebut yang dapat menggambarkan
bagaimana seharusnya aku dalam menyelesaikan segala program
KKN. Memaksimalkan semua urusan per-KKN-an adalah salah satu
jalan yang bisa ku ambil guna berjalannya segala kegiatan yang
kulakukan selama 50 hari. Betul saja aku hanya berharap programku
dapat memberdayakan masyarakat Desa Lampegan khususnya,
dimana aku membuat target capaian tiap minggunya melalui memo
yang kubuat secara manual.

18
Tidak ada yang spesial seperti martabak bangka dengan dua
telur bebek, tapi caraku dengan membuat rencana capaian telah
memberikan kemudahan untuk mengatur segala jadwal dan jam
pelaksanaan masing-masing program yang kubawa. Setidaknya
dengan program yang kubawa aku tidak harus kecewa terlalu dalam
karena belum bisa memberdayakan masyarakat secara langsung,
karena masih ada dua program yang masih dapat dimaksimalkan dan
dapat dirasakan manfaatnya.

Disaat saat seperti ini memang sudah seharusnya kita berfikir


kreatif untuk tetap bermanfaat bagi masyarakat desa lokasi KKN,
salah satunya edukasi literasi sekolah dengan luaran pengiriman buku
ke salah satu SD. Aku pikir program tersebut tidak akan berjalan,
namun atas bantuan kitabisa.com dan para donatur akhirnya program
itu dapat dilaksanakan secara maksimal, optimal dan tepat sasaran.
Terima kasih kitabisa.com dan para donatur, aku sangat bahagia dan
gembira sekali program yang kubawa tetap dapat dilaksanakan
meskipun tidak dapat terjun secara langsung.

Program kedua yang mungkin kurasa maksimal adalah


pengembangan kawasan wisata, dimana dalam program ini aku
sangat antusias karena dapat berkomunikasi secara langsung via
media sosial dan seterusnya guna berdiskusi perihal pengembangan
kampung lauk yang sedang dilakukan oleh pemerintah daerah kepada
masyarakat Desa Lampegan. Ini mungkin menjadi program keduaku
yang paling niat, karena ada hubungannya dengan ketertarikanku
mengenai pemberdayaan sosial dan travelling, HAHA. Ngomongin
pelaksanaan KKN ini, aku merasa metode dan strategi pelaksanaan
didalam unit JB036 sudah sangat tepat sesuai aturan yang ditentukan
oleh DPkM sehingga luaran yang dihasilkanpun sesuai seperti yang
diekspektasikan di awal.

19
Cerita yang kubawa ini mungkin akan sedikit membingungkan,
tapi sudahlah!, setidaknya dengan menuliskan sedikit pengalamanku
meretas batas demi pengabdian virtual ini terselesaikan. Okay,
tunggu! Aku tidak tahu judul dan isi ini akan sinkron atau tidak,
HAHA lucu memang. Tapi inti dari kisah ini adalah mengenai
pengabdian yang tak terbatas pada kondisi seperti ini, pengabdian
masih dapat dilakukan meskipun harus mematahkan jari-jari tangan
dan menyakitkan mata.

Pengabdian itu berbicara mengenai niatan untuk menjadi


berguna bagi lingkungan sekitar. Bakti untuk Tuhan, Bangsa, dan
Almamater, Tunggu! Seperti kenal itu tagline. Eh keceplosan,
maksudku Bakti untuk Negeri, UGM Bersatu, Bangkitlah
Nusantaraku. Nah cakep! Itu baru bener. Tapi tunggu bentar deh,
pengabdian ini seharusnya menjadikan kita (Mahasiswa) untuk dapat
belajar dan terus beradaptasi serta berdamai dengan perkembangan
zaman yang sangat sangat pesat. Mungkin kisah ini tidak menarik dan
menginspirasi kalian, tapi juga mungkin tidak mengedukasi maupun
entertain kalian. Tapi poin terpentingnya kalian bisa tahu bagaimana
pengabdian virtualku selama 50 ini.

Oh ya, satu lagi aku ingin sedikit berkeluh kesah diluar apa
yang aku kerjakan selama KKN ini. Sejujurnya pengalaman KKN ini
akan menjadi pengalaman berkesan karena bisa mengenal banyak
teman dari berbagai latar belakang dan mungkin ini adalah satu dari
beberapa komunikasi kepada orang baru yang tidak menguras
tenagaku. Dalam kisah ini, aku sangat berterima kasih kepada Mbak
There yang mau dan bersedia menjadi Dosen Pembimbing Lapangan
karena sudah sabar dan berdedikasi tinggi kepada Tim Unit.
Kemudian juga atas support dari Salsabilla Kiranasafira yang selalu
memberikan jalan keluar di setiap permasalahan selama KKN dan juga
untuk Wildan Fajar Maulana yang menghiburku selama kestressanku

20
melanda meskipun kadang waktu bercandamu kurang tepat sobat!.
Serta untuk teman teman tim unit yang selalu kooperatif dalam setiap
hal. Aku minta maaf ya! Weh ini belum Lebaran. Ah tapi tidak apa apa,
tidak perlu menunggu lebaran untuk mengatakan terima kasih dan
maaf, iya bukan?.

Tunggu! Sebelum aku tutup kisah ini, terima kasih untuk para
kormasit yang telah mau dan mungkin sedikit terpaksa untuk menjadi
kormasit, HAHA. Termasuk juga bendahara unitku, Khansabila
Alqibti yang telah mau mengatur keuangan unit dan bela-belain KKN
sambil tanam bawang tak perlu dibajak. Tidak lupa untuk teman-
teman unit terima kasih dan maaf kan daku yah!, mungkin selama
pengabdian ini terlalu egois untuk memenuhi administrasi yang
disyaratkan DPkM. Luv Y’all (emoticon Koala, kangoroo, Yellow
Heart)!!

Sekian kisah yang mungkin bisa aku tuliskan disini, selebihnya


kalian bisa hubungi aku di Twitter @princeremang_, atau di Instagram
@taualpha_, atau mungkin kita bisa ngobrol sambil mendaki gunung.
Semua pintu untuk bercengkrama dengan kalian semua sudah kubuka
sejak tulisan ini ku niatkan untuk diterbitkan. Sayangnya di kisah ini,
belum ada kisah romantis yang bisa dibawa maupun kisah horor yang
dapat dibagi.

Supaya lebih terlihat berguna, aku akan bilang kalau kisah ini
berpesan untuk selalu senantiasa belajar dan beradaptasi dengan
lingkungan sekitar. Jangan lupa pengabdian itu tidak harus terjun ke
lapangan, apa guna teknologi hebat masa kini kalau kita tidak ada
niatan untuk memanfaatkannya. Ini udah dua ribu lima ratus tujuh
belas kata, sampai sini aku akhiri kisahku. Semoga apa yang kutulis ini
dapat memberi kesan untuk diriku sendiri dimasa mendatang. Terima
kasih telah membaca dan sampai jumpa di kesempatan berikutnya.

21
Bertamu Tanpa Bertemu
Azka Dzaki Arrazzaq

Cerita ini berawal di bulan Februari 2020 ketika Universitas


Gadjah Mada sedang mempersiapkan dan merancang kegiatan KKN-
PPM Periode 2. Sebagai mahasiswa yang cukup antusias dengan
program pengabdian dan sosialisasi lapangan, saya ingin berusaha
semaksimal mungkin untuk dapat berkontribusi dan mengambil
banyak pelajaran dari kegiatan ini.

Selagi berimajinasi dengan kegiatan yang akan saya lakukan


ketika KKN tiba, saya melihat postingan di media sosial mengenai
salah satu tim KKN yang sedang membuka pendaftaran dan
bertempat di Bali. Ya, tim KKN-PPM UGM Kintamani. Sedikit
banyaknya saya memiliki keinginan untuk merasakan budaya dan
keseharian masyarakat Bali yang kita tahu sangat kuat. Saya putuskan
untuk mendaftar tim tersebut dan berharap akan mendapat teman-
teman yang menyenangkan.

Ketika mendaftar tim ini, saya berada di luar Yogyakarta dan


kemudian diberitahukan jadwal wawancara yang mana saya tidak
dapat menghadirinya secara langsung. Maka dari itu saya bertanya
kepada Alfa, Kormanit tim KKN, untuk meminta sesi wawancara
secara daring. Setelah melalui proses wawancara, saya ditetapkan
menjadi salah satu anggota tim KKN-PPM UGM Kintamani. Namun,
dikarenakan kondisi saya yang sedang berada di luar Yogyakarta, saya
tidak dapat mengikuti first gathering dan kegiatan kumpul lainnya
sebelum kami terjun ke daerah terpilih. Kondisi saya ini membuat saya
tidak enak dengan teman-teman lain karena tidak dapat bertemu dan
bersama merancang kegiatan KKN ini.

22
Singkat cerita, tim KKN kami tidak berkesempatan untuk
mengabdi di Bali dan pada akhirnya kami meyakinkan diri untuk
mengabdi di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat
dengan dosen pembimbing kami adalah Mbak There. Sayangnya,
dalam pelaksanaan KKN kali ini kami tidak bisa langsung datang
untuk bertemu dan bertamu dengan perangkat pemerintah setempat.
Dengan KKN daring ini, kami bertamu tanpa pernah bertemu secara
fisik.

Seperti yang kita ketahui bersama bahwa pada tahun 2020,


dunia sedang dilanda pandemi yang sangat mengkhawatirkan. Virus
Covid-19 memaksa kita untuk mengurangi interaksi sosial dan
berkunjung ke berbagai tempat. Dengan menyesuaikan protokol
kesehatan, kegiatan KKN-PPM UGM Tahun 2020 dilaksanakan secara
daring untuk mencegah penularan penyakit selagi terus mengabdi
kepada masyarakat. Dikarenakan KKN bersifat daring, saya ragu
untuk dapat bertemu teman-teman sebelum kegiatan KKN. Oleh
karena itu saya mencoba mencari tahu teman-teman satu tim melalui
akun media sosial dan berharap jika kami memiliki teman yang sama.

KKN-PPM UGM Periode 2 dilaksanakan mulai 29 Juni hingga


18 Agustus 2020 dengan harapan kegiatan ini dapat membawa
manfaat bagi kesejahteraan masyarakat dan juga bagi mahasiswa
dalam mengabdi sesuai disiplin ilmu yang dimiliki. Di awal kegiatan
KKN ini kami banyak melakukan koordinasi antar anggota, klaster,
dan sub-unit. Koordinasi ini dimaksudkan untuk mendapat gambaran
mengenai bagaimana skema pengerjaan kegiatan ketika waktunya
tiba. Selain itu juga meningkatkan semangat untuk saling membantu
satu sama lain dalam mengerjakan kegiatan.

23
Saya tergabung dalam sub-
unit 1 yang bertugas di Desa
Lampegan. Sub-unit 1 terdiri
dari delapan anggota yang
terbagi kedalam empat klaster.
Ada saya, Abyan, Alfa, Bila,
Khansa, Nurul, Tata, dan Yoga.
Cukup canggung bagi saya untuk memulai berkomunikasi dalam sub-
unit ini karena memang tidak ada anggota yang saya kenal
sebelumnya. Namun semakin lama kami pun semakin akrab dan pada
akhirnya sub-unit ini cukup menyenangkan bagi saya dalam
membantu berproses selama KKN.

Kormasit sub-unit 1 adalah Abyan, dan karena pada awal


pertemuan kami memang tidak begitu aktif, ia membuat julukan bagi
siapapun yang tidak banyak bicara dengan sebutan candi dan akan
terus memanggil siapapun anggota sub-unit 1 untuk berbicara. Ya,
wajar saja karena kami memang belum mengenal satu sama lain.
Namun saya rasa hal ini akan saya rindukan ketika kegiatan KKN
sudah selesai.

Pada minggu pertama KKN, hampir setiap hari kami


melakukan rapat daring untuk berkoordinasi dan menentukan
kegiatan secara bersama-sama agar tidak ada yang tertinggal.
Seringkali kami selipkan canda dan kegiatan lainnya agar rapat tidak
membosankan dan penuh kesan. Cukup padat kegiatan yang kami
lakukan pada minggu pertama ketika kami perlu menyusun Laporan
Rencana Kegiatan (LRK) dan merencanakan Jam Kerja Efektif
Mahasiswa agar KKN nantinya dapat berjalan terstruktur.

Pada salah satu rapat, kami sempatkan bermain bersama,


permainan menebak gambar. Permainan cukup menyenangkan dan

24
beberapa kali saya berhasil menebak gambar tersebut. Lalu tiba pada
sesi terakhir bermain dimana kami sepakat bahwa siapapun yang
kalah harus melakukan tarian PPSMB UGM. Saya cukup yakin bahwa
saya tidak akan berada di posisi terakhir. Namun yang namanya hidup
kadang ada jatuh dan bangun. Ya, saya berada di posisi terakhir dan
entah mengapa suasana yang menyenangkan ini membuat saya benar-
benar ingin melakukan hukuman tersebut dan tetap saja pada
akhirnya rasa malu tidak dapat dibendung.

Selagi mengerjakan program-program yang saya ajukan, saya


memiliki kekhawatiran tersendiri mengenai dampak KKN ini
terhadap masyarakat. Banyak pertanyaan bermunculan di kepala saya
ketika kondisi KKN kerap kali tidak bersahabat. Apakah kegiatan
KKN ini akan berguna bagi masyarakat desa atau hanya sekedar
pengerjaan program yang tidak ada kelanjutannya. Apakah saya dapat
mengambil esensi dari pengabdian dan permasalahan desa yang
seringkali tidak tersentuh. Dan banyak lagi hal yang kadang membuat
semangat saya berkurang.

Disini saya sangat bersyukur karena memiliki teman-teman


yang sangat baik dan saling menyemangati. Ternyata tidak hanya saya
yang memiliki kekhawatiran tersebut, namun banyak mahasiswa
KKN lain yang juga merasakannya. Sangat menyenangkan untuk bisa
berbagi keluh kesah mengenai KKN daring ini bersama teman sub-
unit dan teman tim.

Setiap minggunya kami mengadakan rapat untuk melaporkan


kegiatan apa saja yang telah dilakukan dan kendala yang ada. Dalam
satu minggu dapat diadakan beberapa rapat dan hal tersebut tidak
membuat jenuh. Saya merasa nyaman ketika dapat mendengar keluh
kesah teman lain yang mungkin sama dengan apa yang saya rasakan.

25
Hal tersebut membuat saya menjadi lebih tenang karena ternyata ada
orang lain yang merasakan perasaan serupa.

Dengan kegiatan KKN ini saya dilatih menjadi orang yang lebih
terstruktur dalam mengerjakan kegiatan sehari-hari karena adanya
presensi dan logbook harian yang harus kita isi. Pada awal kegiatan
KKN, saya tidak begitu tertarik untuk langsung mengisi logbook karena
saya pikir akan mudah mengisinya. Namun menjelang minggu kedua,
saya mulai kehilangan jejak mengenai kegiatan yang saya lakukan.
Oleh karena itu saya mulai mengisi logbook setiap hari dan membuat
rencana kegiatan mingguan.

Sekilas mengenai Program KKN

Program yang saya ajukan dalam KKN ini banyak yang


bersentuhan dengan situs web desa. Hal tersebut membuat saya harus
mempelajari sistem situs web desa sebelum melakukan perubahan
pada situs web desa. Situs web Desa Lampegan menggunakan sistem
OpenSID (Sistem Informasi Desa) yang dikembangkan secara open
source oleh banyak kontributor. Dengan bantuan dokumentasi yang
ada, saya mempelajari penggunaan sistem OpenSID tersebut.

Namun dikarenakan akses situs web Desa Lampegan yang


sulit, maka saya mengubah rencana untuk melakukan perubahan situs
web Desa Lampegan menjadi buku panduan melakukan perubahan
situs web desa. Saya membuat situs web percontohan yang serupa
dengan situs web Desa Lampegan dan mulai mengerjakan program-
program terkait.

Dalam KKN ini saya memiliki total 6 program dengan 2


program individu dan 4 program interdisiplin. Program pertama yang
saya kerjakan adalah menambahkan fitur informasi Covid-19 pada

26
situs web desa. Program ini saya kerjakan selama satu minggu.
Perkembangan Covid-19 yang begitu cepat menjadi kekhawatiran bagi
banyak pihak. Hingga tulisan ini dibuat, tercatat telah ada 316
terkonfirmasi, 129 positif, 180 sembuh, dan 7 meninggal dunia akibat
Covid-19 di Kabupaten Bandung. Dengan luas kabupaten yaitu 1.768
km2, sangat besar potensi persebaran yang ditimbulkan jika tidak ada
kesadaran masyarakat mengenai Covid-19. Pada situs web Desa
Lampegan belum ada informasi khusus mengenai Covid-19 secara
spesifik. Hanya ada informasi situs web Covid-19 Jawa Barat yang
dapat diakses melalui situs web Desa Lampegan. Oleh karena itu saya
berencana menambahkan fitur Covid-19 yang berisi informasi spesifik
Desa Lampegan.

Beradaptasi dengan kondisi saat ini, sistem situs web desa


mengeluarkan fitur Covid-19 yang dapat digunakan oleh seluruh situs
web yang terintegrasi dengan sistem OpenSID. Oleh karena itu, saya
mempelajari penggunaan sistem tersebut. Fitur Covid-19 tersedia
mulai versi sistem 20.0 dan situs web Desa Lampegan saat ini sudah
menggunakan versi 20.3 yang berarti dapat menerapkan fitur Covid-
19. Dengan kesempatan tersebut saya membuat buku panduan
menggunakan fitur Covid-19 pada situs web desa.

Selagi membuat buku panduan, saya menyadari bahwa fitur


tersebut tidak hanya menampilkan data Covid-19 di kabupaten dan
desa tertentu. Dalam sistem situs web, admin dapat melakukan
pendataan dan pemantauan warga terhadap Covid-19. Pendataan
berupa menambahkan informasi
pemudik yang datang ke desa.
Sedangkan pemantauan adalah
menambahkan informasi mengenai
warga yang sedang melakukan
isolasi mandiri. Saya harap dengan

27
adanya fitur Covid-19 ini akan membantu administrasi berkaitan
Covid-19 di Desa Lampegan sehingga pendataan dan pemantauan
warga dapat langsung dicatat secara daring dan laporan akhir dapat
tersusun dengan lebih rapi.

Program selanjutnya yang saya kerjakan adalah menambahkan


fitur peta administrasi Desa Lampegan pada situs web Desa. Program
ini saya kerjakan bersama teman saya yang berasal dari klaster saintek,
Tita. Saya tidak memiliki kemampuan dalam mengoperasikan
perangkat lunak dan melakukan analisis data guna membuat peta
administrasi sehingga saya lebih berfokus dalam implementasi peta
desa sebagai salah satu fitur situs web desa.

Bayangkan apabila peta administrasi desa sudah dimiliki


sebelumnya, maka mengumpulkan data wilayah desa pada KKN
daring seperti saat ini akan lebih mudah. Dengan adanya peta
administrasi maka pemantauan perkembangan sarana atau prasarana
yang telah ada maupun yang akan dibangun akan lebih tersusun.
Faktor utama yang menghambat proses pengerjaan program ini
adalah kondisi daring yang menyebabkan sulitnya komunikasi
dengan pihak desa dan terkumpulnya data desa. Lalu survei lapangan
yang tidak dapat dilakukan secara langsung juga menghambat proses
visualisasi peta desa.

Pada akhirnya peta administrasi selesai dibuat beserta buku


panduan mengenai cara
implementasi fitur peta administrasi
pada situs web desa. Diharapkan
agar data peta administrasi Desa
Lampegan ini diperbarui secara
berkala oleh perangkat desa jika

28
terdapat perubahan sarana atau prasarana yang berkaitan dengan peta
administrasi desa ini.

Setelah selesai dengan program peta administrasi, saya mulai


mengerjakan program selanjutnya. Melihat perkembangan Covid-19
yang tidak kunjung menurun, pemerintah menerapkan suatu alur
hidup yamg dikenal dengan new normal. Penerapan adaptasi kebiasaan
baru ini membatasi masyarakat dalam bersosial langsung secara tatap
muka sebagai bentuk antisipasi penularan Covid-19. Oleh karena itu,
pemanfaatan penggunaan teknologi informasi sebagai pengganti
kegiatan sosial adalah alternatif utama. Saya mencari data sekolah
yang ada di Kecamatan Ibun dan mendapati bahwa jumlah total
sekolah di Kecamatan Ibun adalah 84 sekolah dengan 14 diantaranya
berada di Desa Lampegan dan Desa Talun. Dapat dilihat dampak yang
akan ditimbulkan apabila sekolah tidak dapat dilangsungkan secara
tatap muka.

Saya rasa pengenalan teknologi cloud dan video conference


menjadi prioritas utama dalam mengajarkan penggunaan teknologi
informasi bagi siswa. Selain sektor pendidikan, beberapa sektor lain
juga dapat terbantu dengan adanya pemanfaatan teknologi informasi.
Contohnya penggunaan media sosial yang
menjadi alat komunikasi alternatif dalam masa
pandemi ini. Penggunaan media sosial saat ini
sudah cukup dikenal di beberapa daerah bahkan
desa-desa pun sudah mulai menggunakannya.
KKN daring yang dilaksanakan saat ini pun
mendorong kami untuk menggunakan media
sosial dalam berinteraksi dengan masyarakat
desa. Program pembuatan buku saku mengenai penyesuaian terhadap
new normal dikerjakan selama seminggu dengan bekerja sama bersama
disiplin ilmu lain sehingga pembahasan dilihat dari berbagai sudut

29
pandang. Dengan adanya buku saku ini diharapkan warga dapat
terbantu dalam memperoleh informasi tambahan mengenai
bagaimana penyesuaian diri terhadap new normal.

Dari beberapa program yang saya kerjakan, banyak yang


membutuhkan situs web sebagai alat pelaksanaan program. Saat
pertama mengenal Desa Lampegan, saya mengetahui bahwa desa
tersebut sudah memiliki situs web desa sehingga saya ingin melihat
bagaimana performa situs web desa tersebut. Setelah saya lakukan
analisis, performa situs web desa terbilang sangat buruk. Hasil analisis
menunjukan bahwa penggunaan gambar atau multimedia lain dan
pengelolaan artikel yang tidak rapi sehingga membuat besar ukuran
situs web terlalu besar. Hal tersebut berdampak pada lambatnya
kecepatan load situs web dan besar kemungkinan jika banyak fitur atau
informasi yang tidak dapat dimuat ketika membuka situs web.

Pengaruh lain yang menyebabkan performa situs web tidak


optimal adalah dari sistem yang cukup rumit untuk diubah namun
tidak begitu memiliki pengaruh yang tinggi
sehingga dapat diabaikan. Setelah mendapat data
dan melakukan analisis serta mencoba
memperbaiki performa situs web pada situs web
percontohan, maka saya membuat rekomendasi
optimalisasi performa situs web Desa Lampegan.
Rekomendasi ini tidak saya buat seorang diri
namun juga dibantu oleh teman-teman dari
berbagai disiplin ilmu untuk memberikan rekomendasi penggunaan
situs web desa yang lebih optimal.

Salah satu potensi yang dimiliki oleh Desa Lampegan adalah


dari segi pertanian. Masyarakat setempat pun memiliki rencana untuk
mengembangkan potensi tersebut menjadi lebih besar. Saat ini dikenal

30
dengan nama Kampung Lauk Lampegan. Saat ini Kampung Lauk
Lampegan memiliki media sosial Instagram sebagai media
informasinya. Kami sebagai mahasiswa KKN berencana membantu
pengembangan Kampung Lauk Lampegan sesuai disiplin ilmu kami
masing-masing. Dikarenakan kondisi yang tidak memungkinkan
untuk kami mengambil data dan melakukan survei di Desa Lampegan,
maka kami mencari alternatif lain yaitu dengan mengambil data dan
melakukan survei di daerah Yogyakarta. Namun karena saya tidak
berada di Yogyakarta sehingga hanya teman-teman yang sedang
berada di Yogyakarta saja yang melakukan pengambilan data.

Kami berkunjung ke Desa Samberembe, Pakem, Kabupaten


Sleman yang terkenal dengan wisata pertanian mina padi. Jika dicari
melalui internet, banyak sekali artikel mengenai Desa Samberembe
berkaitan dengan mina padi dan wisata pertanian lainnya. Hal
tersebut yang mendorong kami untuk mempelajari bagaimana
pengelolaan wisata pertanian dan bagaimana memanfaatkan potensi
desa untuk mengembangkan wisata pertanian.

Di Desa Samberembe kami diberikan beberapa laporan hasil


dari penerapan mina padi pada pertanian. Mina padi adalah bentuk
usaha yang memanfaatkan genangan air sawah yang sedang ditanami
padi sebagai kolam untuk budidaya ikan sehingga meningkatkan
efisiensi lahan karena dapat digunakan untuk dua komoditas
pertanian. Kampung Lauk Lampegan yang berfokus pada budidaya
ikan memiliki potensi untuk dikembangkan lebih lanjut dalam bentuk
mina padi. Hal tersebut juga dapat mendorong Desa Lampegan
sebagai desa wisata mina padi seperti di Desa Samberembe.

Dalam program ini saya berfokus pada pemanfaatan teknologi


informasi sebagai media promosi wisata desa. Dengan Instagram yang
telah dimiliki Desa Lampegan untuk mengenalkan Kampung Lauk

31
Lampegan, akan sangat baik apabila pengelolaan media sosial tersebut
dapat dilakukan secara optimal. Selain media
sosial, penggunaan situs web sebagai media
promosi merupakan langkah yang baik
dikarenakan situs web dapat digunakan sebagai
wadah utama dalam penyampaian informasi
wisata desa. Dari analisis literatur diketahui bahwa
banyak desa wisata di Indonesia yang berhasil
melakukan branding melalui penggunaan media
sosial dan situs web. Selain karena mudahnya mengakses kedua
teknologi tersebut, dengan menggunakan kedua teknologi ini desa
dapat direkomendasikan melalui algoritma media sosial dan search
engine kepada pengguna internet yang memiliki ketertarikan terkait
wisata pertanian.

Program terakhir adalah mengenai peredaran hoaks yang saat


ini sangat cepat dan menimbulkan perpecahan bagi sebagian pihak.
Sulit bagi kita untuk menilai apakah berita tersebut valid atau tidak
hanya dengan membacanya saja. Jika berita yang
disampaikan oleh televisi adalah berita yang
telah disaring validitasnya, berita yang beredar
pada media sosial mungkin saja tidak valid
karena setiap orang dapat menyebarkannya pada
siapapun tanpa menyaring validitasnya. Oleh
karena itu edukasi mengenai hoaks menjadi
cukup penting bagi masyarakat. Program
edukasi hoaks ini saya kerjakan bersama teman-teman dari disiplin
ilmu yang berbeda untuk melihat dampak hoaks dari berbagai sudut
pandang.

Saya menjelaskan mengenai bagaimana teknologi informasi


yang merupakan salah satu sumber peredaran hoaks dapat

32
dimanfaatkan juga sebagai media penyaring hoaks. Teknologi tersebut
dikenal dengan hoaks buster. Program ini saya kerjakan selama satu
minggu dengan harapan warga Desa Lampegan dapat mengetahui
bagaimana cara melakukan validasi berita sebelum membagikannya
kepada orang lain.

Kegiatan Lainnya Selama KKN

Selain mengerjakan program yang telah direncanakan, saya


juga bertugas sebagai PiC Poster untuk tim KKN ini. Saya bekerja
bersama Amira dalam membuat poster. Poster yang kami buat
meliputi poster kegiatan KKN di luar kegiatan program. Saya
membagi tugas dengan Amira untuk membuat poster. Selama periode
KKN ini saya membuat salah satu poster podcast.

Berbicara mengenai podcast, saya juga sangat senang diberi


kesempatan untuk menjadi salah satu pembicara pada podcast KKN
Ibun yang dapat didengarkan melalui Spotify. Dalam podcast tersebut
saya berbincang bersama Alfa, Sekar, dan Wahyu serta ditemani oleh
Ode dan Wildan membahas mengenai pendapat kami terhadap
kegiatan KKN daring yang saat ini kami lakukan. Proses pembuatan
podcast tersebut begitu menyenangkan walaupun diawali dengan
beberapa kendala seperti jaringan internet dan platform video call yang
kurang baik. Saya mendapat banyak pandangan mengenai dampak
KKN daring bagi teman-teman dari disiplin ilmu lain dan bagaimana
kendala yang dihadapi oleh tim KKN ketika berkomunikasi dengan
desa.

Dalam kegiatan KKN ini, Mbak There mengajak kami untuk


menuliskan cerita KKN untuk nantinya dijadikan buku. Awalnya saya
tidak yakin dapat menuliskan banyak cerita karena saya rasa tidak

33
akan memiliki banyak hal yang dapat diceritakan. Namun seiring
berjalannya waktu, kegiatan KKN daring memiliki kesan dan
pengalaman berbeda yang mungkin tidak dirasakan teman-teman
ketika melakukan KKN luring. Walaupun cara bersenang-senang kita
berbeda namun kebersamaan sebagai tim sangat terasa dan
menyenangkan. Ada banyak sekali cerita entah itu senang, sedih,
menakutkan, dan lain-lain yang juga kami lalui bersama.

Selama melakukan KKN daring ini saya sangat terbantu oleh


seluruh teman-teman tim KKN dan juga DPL kami yang dapat
mengerti berbagai kendala yang kami alami. Terima kasih terutama
kepada teman-teman sub-unit 1 yang sudah membantu pengerjaan
program dan saling menguatkan ketika kegiatan KKN terasa begitu
berbeda dengan harapan kita semua.

Walau berawal sebagai orang asing dan saling berjarak, namun


dengan KKN ini kita menjadi keluarga. Sangat disayangkan kami tidak
dapat terjun langsung ke desa dan mengenal warga Desa Lampegan
serta menjalin komunikasi yang baik akibat adanya Covid-19. Saya
harap apa yang telah saya lakukan di KKN ini setidaknya dapat
memberi bantuan kepada warga Desa Lampegan. Terima kasih karena
KKN ini juga membantu saya untuk mengenal diri saya lebih baik dan
membuka relasi saya dengan teman-teman dari berbagai disiplin ilmu.

KKN daring membuat saya lebih sering menghabiskan waktu


dengan gawai untuk berinteraksi dengan teman-teman dan
mengerjakan program. Meskipun jadi lebih sering diomelin karena
terlalu banyak berdiam diri dengan gawai, namun itu semua tak apa
karena KKN ini benar-benar mewarnai hari. Sekali lagi, terima kasih
untuk teman-teman KKN dan Mbak There yang sudah berjuang
bersama-sama dalam KKN daring kali ini.

34
Semangat Pengabdian Daring: Between Nothing and
Something
Khansabila Alqibti Winantu Nariswari

Aku Khansa, lengkapnya Khansabila Alqibti Winantu


Nariswari, mahasiswa Program Studi Biologi Universitas Gadjah
Mada. Sesaat setelah selesai semester 5 lalu aku mulai panik tentang
KKN yang wajib aku laksanakan di akhir semester enamku. Aku
khawatir akan mendapatkan tim KKN yang sama sekali belum pernah
aku kenal. Sebenarnya aku anaknya supel, suka punya banyak teman,
suka punya teman baru, suka hal-hal baru bahkan bisa dibilang aku
SKSD, Sok Kenal Sok Deket. Tapi tetap saja, aku tidak mau jika harus
menghabiskan waktu tujuh mingguku bersama orang-orang yang
sama sekali tidak pernah aku kenal sebelumnya. Ya walaupun bisa aja
sih kenalan dengan teman-teman baru, tapi jauh di dalam diriku
merasa tidak nyaman. Akhirnya aku menghubungi sahabatku sejak
SMA yang kuliah di FISIPOL untuk menanyakan tentang KKN ini,
namanya Bella.

“Bel, KKN bareng yuk” ucapku kala itu. Desember 2019 Bella
mengenalkanku pada kedua teman sekelasnya, namanya Wildan dan
Alfa. Kita berempat menjadi teman dan kita memutuskan untuk
membentuk tim KKN bersama. Yap, menjadi tim pengusul KKN. Saat
itu kita memikirkan dua opsi lokasi KKN yakni di Pengalengan Jawa
Barat dan di Pulau Bali. Dalam hati kecil ingin sekali aku KKN di Bali,
karena.... yah bisa ditebak, aku ingin sambil berlibur. Sekali dayung 2
pulau terlampaui, mengabdi kepada masyarakat sekaligus merasakan
liburan antar semester 6 dan 7. Ternyata setelah menggali informasi
lebih jauh, telah ada Tim KKN lain yang mengusulkan lokasi di
Pengalengan Jawa Barat dan akhirnya kami memutuskan untuk
membentuk tim KKN untuk lokasi di Binyan, Kintamani, Bangli, Bali.

35
Kala itu kami tertarik dengan lokasi tersebut karena memiliki
peluang untuk dijadikan lokasi KKN yaitu minimnya fasilitas
pendidikan, adanya permasalahan stunting serta ingin
mengoptimalkan kopi kintamani. Kami berempat yang hanya terdiri
dari klaster saintek atau diriku sendiri dan mereka bertiga dari ilmu
politik dan pemerintahan lantas mencari teman lain untuk menjadi tim
pengusul tim kami.

Bergabung pada UKM Marching Band ternyata ada


keuntungan tersendiri buat aku. Aku jadi punya banyak teman dari
beragam program studi yang bisa aku ajak untuk gabung di tim
pengusul. Akhirnya aku mengajak teman marching bandku, Aji
Pangayoman dari klaster agro. Aji kemudian mengusulkan teman
marching bandku juga untuk ikut bergabung, namanya Hapsari
Khansa Salsabila. Ya.. namanya mirip dengan namaku dan nama Bella,
dan Hapsari ini sebenarnya juga panggilannya Bella, untung bukan
Khansa, yah akhirnya Hapsari dipanggil di tim ini dengan “Bila”. Tapi
tetap saja, setiap ada yang manggil “Bella” dua orang temanku ini
menoleh bersamaan. Bila ini calon dokter gigi, dari klaster medika.
Akhirnya klaster saintek, soshum, medika, dan agro sudah ada
orangnya masing-masing walaupun cuma satu, padahal untuk
membentuk tim pengusul harus delapan orang.

Akhirnya aku dan yang lain mulai mengajak teman kami, dan
ternyata close requitment ke tim kami paling banyak berasal dari aku.
Tim pengusul terbentuk dan ada Akira orang asli Bali dari Kedokteran
Hewan, dia yang membantu menghubungi desa dan Bappeda di Bali.
Kala itu kami belum mendapatkan Dosen Pembimbing Lapangan, dan
akhirnya Alfa mencoba menghubungi dosennya di Departemen
Politik dan Pemerintahan terkait hal ini. Kabar baik, seorang dosen
muda yang dihubungi oleh Alfa ini mau untuk menjadi DPL kami.
Beliau akrab kami sapa dengan mbak There. Singkat cerita tim kami

36
semakin banyak orang dan kami membuka open recruitment untuk tim
KKN Kintamani.

Open recruitment tim kami ternyata cukup mendapat perhatian,


terbukti banyak sekali yang mendaftar ingin bergabung menjadi Tim
KKN Kintamani. Aku menebak karena lokasinya berada di Pulau
Dewata Bali. Tidak dapat dipungkiri kami mahasiswa ingin sekali
KKN sambil berlibur di minggu terakhir pengabdian setelah selesai
mengerjakan laporan. Mungkin ini salah satu alasan mengapa banyak
sekali yang ingin bergabung dengan tim kami. Padahal, lokasi KKN
kami ini terletak di dataran tinggi dan tidak dekat dengan pantai yang
destinasinya sangat popular menjadi icon Pulau Dewata Bali. Kami
yang telah bergabung di tim pengusul dan teman-teman yang berasal
dari close recruitment akhirnya melakukan wawancara kepada semua
calon pendaftar tim KKN kami ini. Dari hasil wawancara akhirnya
kami memutuskan siapa sajakah yang akan bergabung dengan tim
KKN kami ini.

Terbentuklah tim KKN Kintamani ini lengkap dengan formasi


30 orang, yang rencananya kala itu akan dibagi menjadi tiga sub-unit
untuk mengabdi di tiga desa. Proposal sudah siap, orang dalam tim
juga sudah lengkap. Kami telah beberapa kali mengadakan pertemuan
untuk membicarakan hal-hal teknis seputar KKN ini dan bertempat di
FISIPOL. Yah selain karna Alfa yang ditunjuk sebagai kormanit
merupakan anak FISIPOL, di FISIPOL juga tersedia fasilitas yang
nyaman untuk mengadakan pertemuan dengan banyak orang. Kami
juga sempat mengadakan pertemuan bersama dengan DPL kami,
mbak There, untuk perkenalan dan membicarakan hal-hal teknis KKN.
Ada banyak sekali tim lain yang juga mengusulkan lokasi KKN di
Provinsi Bali, akhirnya tim kami harus bersaing untuk memperoleh
lokasi tersebut. Bersaing dalam hal ini yaitu melakukan presentasi di

37
depan DPkM. Kala itu Alfa sebagai kormanit bersama Mbak There
yang mewakili tim untuk presentasi di depan DPkM.

Setelah melalui proses penyeleksian tim KKN oleh DPkM,


ternyata tim kami tidak lolos untuk bisa berlokasi KKN di Kintamani,
Bangli, Bali. Jujur kami seluruh tim kecewa dengan keputusan
tersebut. Namun apa boleh buat, kami hanya bisa mencoba
mengikhlaskan dan menerima keputusan tersebut walau dengan berat
hati. Kami sudah merencanakan semuanya mulai dari transportasi
hingga berencana melakukan vaksin sebelum melakukan
penerbangan ke Pulau Bali. Anggota di tim kami sudah lengkap,
namun lokasi KKN kami ternyata tidak sesuai apa yang kami
inginkan, padahal kami juga sudah merekrut teman-teman untuk
bergabung dengan tim KKN kami.

Aku dan tim pengusul akhirnya menawarkan kembali kepada


teman-teman yang bergabung melalui jalur open recruitment tim kami,
dan ada beberapa teman kami yang memutuskan untuk keluar dari
tim kami karena lokasinya tidak sesuai dengan kemauan mereka.
Dengan berat hati akhirnya kami membiarkan beberapa teman kami
tersebut untuk lepas dari tim KKN kami daripada mereka berada di
tim kami dengan setengah hati. Terdapat beberapa orang yang keluar
dari tim kami, namun sebagian besar memilih untuk tetap bersama
menjadi satu tim dengan kami. Akhirnya kami mencoba untuk
mencari lokasi baru dan diputuskanlah lokasi kami yang baru di
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Pihak DPkM juga
menyetujui lokasi kami yang baru, Alhamdulillah.

Akhirnya tim kami mencoba untuk menyusun kembali


proposal kami untuk lokasi baru, melakukan komunikasi dengan
pihak desa, kecamatan dan Bappeda, mencoba mencari mitra sponsor,
dan lain sebagainya. Kami juga sudah merencanakan anggaran

38
transport, mulai menabung untuk biaya hidup di lokasi KKN dan
mencari tahu seluk beluk mengenai Ibun di internet. Namun ternyata
lagi-lagi rencana kami tidak sesuai dengan apa yang kami harapkan.
Realita mengubah semuanya, rencana tim kami untuk KKN di
Bandung Jawa Barat mulai terancam dengan adanya berita pandemi
virus corona yang mewabah dimana-mana. Kami dan mungkin
hampir seluruh mahasiswa UGM yang akan melaksanakan KKN
dibuat kebingungan akan bagaimanakah pelaksanaan KKN jika
terdapat wabah pandemi seperti ini. Akhirnya kebijakan pemerintah
Indonesia mengeluarkan peraturan untuk melakukan work form home
(wfh) dan dilarang berpergian keluar kota.

Pihak DPkM masih belum memutuskan kebijakan pelaksanaan


KKN kala itu. Bahkan sepertinya saat itu terdapat mahasiswa yang
sedang KKN di Periode 1. Berita simpang siur tentang pelaksanaan
KKN online bertebaran dimana-mana, di obrolan, di grup, sosial
media dan sebagainya. Terdengar berita juga bahwa mahasiswa yang
sedang KKN Periode 1 ditarik kembali oleh pihak kampus. Kuliah
online mulai diterapkan kala itu. Namun bagaimanakah dengan
pelaksanaan KKN? Akankah dilakukan juga secara online? Lalu
bagaimana mekanismenya? Namanya saja Kuliah – Kerja – Nyata, lalu
jika dilakukan online akan seperti apa? Bukankah online tersebut tidak
nyata? Bagaimana cara kami mengabdi tanpa tindakan nyata? Tanpa
terjun langsung ke lapangan menemui masyarakat? Berjuta tanda
tanya berkecamuk dipikiranku, mungkin tidak hanya di pikiranku
namun teman-temanku juga memikirkan hal yang sama. Diskusi di
grup sosial media semakin kencang, ada yang merasa panik, ada yang
kecewa, marah, atau bahkan ada yang senang jika KKN dilakukan
secara online karena tidak menuntut kami harus berada di lokasi asing
selama 50 hari lamanya.

39
Akhirnya keputusan dari DPkM telah dirilis, ya.. KKN Periode
2 dilakukan secara daring. Bahkan pihak DPkM juga memberi
kesempatan adanya KKN Periode 6 yang dilakukan selama bulan Mei
hingga Juni khusus untuk membantu masyarakat menangani Covid-
19. Bagi mahasiswa yang ingin pindah dari periode 2 ke periode 6
dipersilahkan untuk melakukan KKN sesuai domisili mahasiswa
masing-masing. Aku dan timku yang berbeda-beda tempat asal ini
sepakat untuk tetap melakukan KKN di Periode 2 yakni mulai 29 Juni
hingga 18 Agustus 2020. Tidak ada yang ingin keluar lagi dari tim kami
dan semuanya menerima keputusan walaupun masih dengan berat
hati harus melakukan KKN secara online.

Syarat tetap melakukan KKN Periode 2 ini yaitu lokasi KKN


yang telah diusulkan harus menyetujui diadakannya KKN daring.
Kormanit timku, Alfa, serta dibantu oleh Mbak There mencoba
menghubungi lokasi KKN kami di Kecamatan Ibun untuk
menanyakan kesanggupan diadakannya KKN secara daring. Puji
syukur, lokasi KKN kami yang telah kami usulkan menerima dan
sanggup untuk diadakan KKN secara daring. Aku sedikit lega akan
berita baik ini, karena aku dan timku tidak perlu repot untuk mencari
lokasi baru lagi. Banyak teman-temanku yang berbeda tim KKN
denganku mencari lokasi baru karena lokasi mereka tidak
menyanggupi adanya KKN daring dikarenakan terkendala dalam hal
teknis yaitu sinyal internet dan keterbatasan lokasi KKN di daerah
yang cukup terpencil.

Tim kami mulai merancang kembali dan melakukan


penyesuaian beberapa program kerja untuk dapat dilakukan melalui
daring. DPkM melakukan sosialisasi kepada kormanit, kormasit,
kormater dan bendahara terkait pelaksanaan teknis KKN Online. Aku
yang ditunjuk sebagai bendahara unit bertugas untuk mengelola dana
bantuan program DPkM sebesar 5 juta rupiah.

40
Tim kami mulai mengadakan koordinasi atau rapat secara
daring melalui google meeting. Sungguh sangat bersyukur adanya
kemajuan teknologi yang memfasilitasi kami semua untuk dapat tetap
terhubung satu sama lain meskipun tim kami berada di provinsi
bahkan pulau yang berbeda satu dengan yang lainnya. Kami mulai
rutin mengadakan meeting secara online dan melakukan koordinasi
kira-kira luaran program apa yang sesuai dan program kerja yang
bagaimana yang relevan dengan permasalahan di lokasi KKN namun
masih tetap dapat kami lakukan walau hanya melalui daring.

Banyak orang bertanya, lalu apa bukti kerja nyata jika KKN
online dilakukan secara daring? Ya, KKN online memang terlihat
“nothing” dan terlihat tidak ada apa-apanya jika dibandingkan dengan
KKN yang terjun langsung ke lapangan atau ke lokasi tempat KKN.
Kami tidak dapat berinteraksi langsung dengan masyarakat dan
melakukan pengabdian kepada masyarakat sebagaimana mestinya
kegiatan KKN pada umumnya sebelum adanya pandemi virus corona
ini yang mengharuskan kami semua untuk isolasi diri dan melakukan
physical distancing. Namun bagaimana lagi? Pandemi Covid-19 ini
sama sekali tidak ada yang mau untuk terjadi dan mewabah hampir di
seluruh belahan dunia ini. Daripada hanya terus meremehkan,
menyesali, dan menganggap KKN Online tidak ada manfaat atau
pengaruh nyatanya. Perlahan kami mulai dapat menggali sisi positif
dari KKN Online ini dan berusaha mencari solusi permasalahan serta
bagaimana cara kami dapat mengabdi ditengah keterbatasan dan
walaupun terkendala oleh jarak, hanya melalui daring.

Tim KKN-PPM UGM Unit Ibun mengabdi di dua desa, yakni


Desa Lampegan dan Desa Talun. Setiap desa terdapat 2 sub-unit. Aku
berada di sub-unit 1 Desa Lampegan bersama Kormanitku Alfa, Yoga,
Azka, Nurul, dan dua teman marching bandku Bila dan Tata. Oiya,
kormasit di sub-unitku namanya Abyan Irsyad. Awalnya aku berpikir

41
karena KKN online ini maka tidak akan terasa kedekatan diantara sub-
unitku, tetapi di minggu pertama penyusunan rencana kerja program
walaupun hanya melalui google meeting ternyata kami dapat mencoba
mengenal satu sama lain lebih dalam, terutama aku dengan Azka,
Nurul, dan Abyan yang jarang sekali bertemu bahkan dengan Azka
sama sekali belum pernah bertemu.

Di awal-awal google meeting di sub-unitku bahkan kormasitku


Abyan memanggil kita semua bertujuh dengan sebutan “candi”
karena kita hanya saling diam seperti batu candi tapi justru karena itu,
kami punya bahan bercanda. Ya walaupun terkesan sarkas terlebih
Abyan, yang sukanya bercanda tapi dengan nada serius dan tanpa
tawa. Tapi seiring berjalannya waktu, minggu ke minggu kami saling
mengenal satu sama lain, terlebih karena adanya program
interdisipliner dan program bantu yang memaksa kami untuk saling
berkoordinasi satu sama lain.

Kormasit sub-unit 2 temanku marching band, Aji. Sub-unit 2 ini


juga mengabdi di Desa Lampegan dengan anggota Bella, Ode, Tita,
Icha, Lubis, dan Tigar. Serunya sub-unit 2 ini semua anggotanya
berada di Jogja, jadi mereka sering mengadakan kumpul sub-unit,
bikin iri. Terkadang kami yang berdomisili di Jogja dan teman yang
masih berada di kos Jogja mengadakan kumpul bersama sub-unit 2.
Aku, Tata, Bila, Alfa, Yoga dari sub-unit 1, Wahyu kormasit sub-unit 3
serta Dinda dari sub-unit 4 yang berada di Jogja bergabung bersama
tim sub-unit 2 untuk berkumpul sekedar untuk merekatkan kami satu
sama lain.

Banyak yang mengira KKN daring ini tidak menghasilkan apa-


apa, yah bisa dibilang begitu. Tetapi setidaknya masih ada “something”
yang kami lakukan dengan semangat pengabdian. Walaupun hanya
dilakukan secara daring dan terkendala komunikasi dengan pihak

42
desa di Lokasi KKN, kami tetap mencoba melakukan analisis
permasalahan dan berusaha menemukan solusi bagi permasalahan di
Desa Lampegan dan Talun tersebut. Solusi kami hanya sebatas
menganalisis perencanaan bagaimana cara pengoptimalisasian,
bagaimana cara pengelolaan sumber daya di desa yang lebih baik,
pemetaan, dan memberikan sosialisasi informasi serta penyuluhan.
Hasil kegiatan kami tersebut kemudian dituangkan dalam bentuk
luaran atau output program kerja yang berupa poster, buku panduan,
booklet, leaflet, modul, katalog, video serta melakukan semacam
seminar online dengan narasumber atau yang biasa disebut webinar.

Pelajaran yang berharga bagi kami dari adanya KKN online ini
adalah bahwa segala sesuatu yang sekiranya tidak mungkin dapat
dilakukan karena keterbatasan justru hal tersebut menjadi pemicu
semangat untuk mengupayakan bagaimana keterbatasan tersebut
tidak dapat menghalangi niat baik semangat juang pengabdian kepada
negeri ini. Meskipun terkesan formalitas yang dipaksakan atau
mungkin pihak desa juga tidak begitu menerima dampak yang
signifikan dengan adanya mahasiswa yang KKN di desa tersebut,
namun setidaknya kami telah berusaha sebaik mungkin memberikan
yang terbaik dan berusaha belajar nilai-nilai aplikatif dari teori yang
kami pelajari di bangku kuliah. Pikiran kami mengenai realitas
kehidupan diluar bangku akademik menjadi lebih terbuka. Ternyata
masih banyak hal-hal dari desa yang dapat digali dan dimanfaatkan
seoptimal mungkin bagi kesejahteraan masyarakat desa.

Kemajuan di desa selain membutuhkan semangat dari dalam


atau dari warga desa itu sendiri juga membutuhkan bantuan dari
pihak eksternal seperti hubungan dengan universitas melalui kegiatan
KKN ini. Mahasiswa KKN dapat memperhatikan secara lebih teliti
mengenai apa saja yang dapat dioptimalkan dari desa lokasi KKN
tersebut yang mungkin selama ini jarang sekali diperhatikan oleh

43
pemerintah desa atau masyarakat desa bahwa hal tersebut dapat
dijadikan suatu peluang bagi kemajuan desa. Meskipun kami tidak
melakukan observasi lapangan secara langsung dan kurang
mengetahui realita yang ada di lokasi KKN namun kami mencoba
menganalisis sebaik mungkin mengenai potensi-potensi yang dapat
dikembangkan di desa tersebut.

Saya pribadi merasa senang dengan adanya KKN daring ini


karena merupakan suatu tantangan tersendiri bagi kami harus dapat
mengabdi ditengah keterbatasan. Dibalik terlihat “nothing” namun
tetap ada “something” untuk dapat dipelajari dan diambil hikmahnya.
Meskipun pada awalnya saya merasa kecewa dan ragu untuk
menjalani KKN ini namun tidak terasa 50 hari telah terlewati dan saya
dapat mengerjakan 9 proker sekaligus. Ya, sepertinya saya yang
memiliki program kerja paling banyak diantara 29 temanku yang lain
di Unit Ibun ini. Selain dapat memanajemen waktu dengan baik, diluar
pelajaran mengenai pengabdian yang dapat saya petik ternyata saya
dapat menemukan keuntungan dibalik adanya KKN daring ini.

Selain tidak membutuhkan biaya sebanyak KKN yang terjun


langsung ke lapangan, hanya berupa biaya pembelian kuota internet,
dengan adanya KKN daring ini saya bisa sekaligus mencicil untuk
menanam bawang putih untuk kepentingan skripsi saya. Mungkin
apabila KKN saya tidak dilakukan secara online saya tidak bisa
mencicil mengerjakan penelitian skripsi. Doakan saja semoga aku bisa
lulus lebih cepat dan dengan adanya KKN daring ini, saya juga tidak
perlu terpisah selama tujuh minggu lamanya jauh dari keluarga
tercinta di Yogyakarta.

44
(Hampir) Keluar dari Zona Nyaman
Hapsari Khansa Salsabila

Sejak awal tahun sudah membayangkan bagaimana jalannya


semester ini. Terpicu oleh unggahan beberapa teman satu jurusan di
Instagram yang sibuk memperkenalkan teman-teman dan lokasi KKN
tujuan masing-masing. Kebanyakan dari mereka mengikuti KKN K2,
saya mulai resah karena memikirkan mau K1 atau K2 pun belum.
Mengapa harus pusing? Toh KKN di mana saja, mengabdi di mana
saja tidak masalah. Pengabdian kepada masyarakat menjadi salah satu
program yang wajib dilaksanakan sebagai salah satu syarat kelulusan
dari Universitas Kerakyatan ini.

Universitas Gadjah Mada merintis Kuliah Kerja Nyata


Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat (KKN-PPM) agar
mahasiswanya dapat menganalisis permasalahan yang sebenarnya
terjadi di masyarakat, mampu melihat potensi yang ada di masyarakat
dan membuat suatu program untuk memberdayakan masyarakat.
Selain itu, mahasiswa diharapkan dapat bekerja sama melalui program
interdisipliner dengan mahasiswa lainnya serta menumbuhkan rasa
kepedulian sosial. Mungkin program ini yang benar-benar saya
butuhkan untuk membantu saya keluar dari zona nyaman, mulai
bersosialisasi dan menumbuhkan sikap peduli antar sesama.

Tidak biasa untuk memulai percakapan dengan orang baru, Aji,


teman satu UKM mengajak saya bergabung di tim KKN-nya. Sudah
ada Khansa dan Dinda yang juga merupakan teman dari UKM yang
sama, Marching Band Universitas Gadjah Mada. Tidak lama, Tata,
yang lagi-lagi merupakan teman kami di UKM ikut bergabung.
Selamat, setidaknya ada orang-orang yang sudah saya kenal agar tidak
terlalu merasakan tekanan batin bersama banyak orang yang tidak

45
dikenal. Pertemuan pertama dengan teman-teman KKN ternyata
menyenangkan. Mungkin memang ini saatnya, lebih mau
bersosialisasi dengan siapapun. Jika mengobrol dengan teman sebaya
saja enggan, bagaimana nanti bisa bermasyarakat?

Saya masih ingat semangat tim pengusul di awal saya


bergabung dengan tim ini. Sempat merasa tidak percaya diri, takut
tidak banyak berkontribusi. Tidak jarang kami mengadakan rapat
koordinasi membahas proposal, rencana program yang akan
dilaksanakan, teknis kegiatan, hingga memikirkan berapa biaya yang
harus kami siapkan. Sering berkumpul bersama anggota tim KKN agar
semakin akrab dan nyaman saat menjalankan program kerja bersama
nantinya. Kami merencanakan sembari berdoa, semoga tim kami bisa
melaksanakan kegiatan KKN di lokasi yang kami tuju.

Tibalah saatnya hari pengumuman, melalui grup WhatsApp,


Kormanit membawa berita bahwa tim kami belum berhasil untuk
KKN di lokasi yang kami tuju yaitu Kecamatan Kintamani, Kabupaten
Bangli, Bali. Kami saling menyemangati dan berharap tidak ada
teman-teman yang terlalu kecewa serta tetap bisa bersama-sama
berjalan ke depan. Beberapa teman harus pergi dari tim kami karena
beberapa alasan pribadi. Saya kehilangan sosok teman, sama-sama
dari klaster kesehatan, pergi rapat bersama, tetapi ia memilih pergi.
Tidak apa-apa, harus hargai keputusannya. Saya yakin tetap bisa
menjalankan kegiatan KKN dengan baik karena sahabat saya Sinta dan
Ode, teman satu klaster yang bahkan merupakan teman satu jurusan
juga ada bersama saya di tim KKN ini untuk saling mendukung.

Sempat khawatir apakah di Kintamani masih bisa mendengar


azan? Baju hangat seperti apa yang harus disiapkan? Sebelum
berangkat, perlu vaksin PrPP di mana? Katanya di Kintamani banyak
anjing liar? Ya, untuk berjaga-jaga. Baguslah, tak perlu khawatir lagi,

46
itu sudah tidak perlu dipikirkan. Bohong namanya jika tidak melihat
semangat teman-teman surut saat itu. Namun Kecamatan Ibun yang
akhirnya membuat kami harus tetap semangat untuk mengabdi.

Kuliah Kerja N...

Saat menjalankan salah satu program dari fakultas yaitu


pengabdian masyarakat angkatan di semester kemarin, sempat
memikirkan harus melakukan apa saat KKN nanti. Saat itu kami
menjadi penyelenggara kegiatan pengabdian, namun siapa yang
benar-benar mengabdi kepada masyarakat? Siapa yang memberi
pelayanan kesehatan kepada masyarakat? Bukan. Bukan kami
mahasiswa semester lima. Eh, tunggu dulu. Memberi edukasi kepada
siswa sekolah dasar tentang menyikat gigi yang baik dan benar
termasuk kegiatan pengabdian kepada masyarakat, bukan? Pada
dasarnya saya masih belum percaya diri. Saya bisa apa? Apa yang bisa
saya berikan kepada orang-orang di sekitar? Oke, ayo belajar lagi.

Menjalani semester genap untuk yang ketiga kalinya di salah


satu klaster kesehatan, dari awal pertemuan sudah diberi peringatan
oleh dosen penanggung jawab semester bahwa kegiatan akademik
akan sangat padat. Sudah masuk masa preklinik, banyak teori maupun
praktikum dan skills lab yang tidak boleh dilewatkan. Mengingat
kembali saat kami (mahasiswa) bersama-sama dengan penanggung
jawab bagian akademik fakultas mencari jadwal Ujian Akhir Semester
(UAS) terbaik. Ya, jadwal perkuliahan yang tidak sesuai dengan
jadwal akademik universitas memang sudah tidak asing lagi.

Tidak ada yang perlu dikeluhkan, mungkin memang itu


jalannya untuk kami bisa belajar dengan maksimal, agar di luar nanti
bisa menjadi tenaga kesehatan yang berilmu dan berkompeten, dapat

47
membantu banyak orang, dan dapat mengabdi kepada masyarakat.
Membayangkan harus ada Sabtu atau Minggu yang dikorbankan
untuk tetap berangkat ke kampus dan tidak ada lagi minggu tenang
untuk persiapan ujian. Beberapa dari kami bahkan sempat
melontarkan pertanyaan yang menjadi perhatian mahasiswa fakultas
lain saat mengikuti pembekalan KKN, tatapan mereka seolah heran,
atau… iba?

“Pak, kalau tidak bisa ikut penerjunan KKN karena masih ada
kegiatan akademik di kampus, bagaimana ya, Pak?”

Banyak berekspektasi, manusia yang merencanakan, Tuhan


yang menentukan. Saya ingat persis, Ujian Topik Epidemiologi
tanggal 16 Maret harus ditunda karena kegiatan akademik tatap muka
terhitung dari hari itu ditiadakan. Kesulitan menyusun strategi untuk
“bertahan hidup” di semester ini ternyata masih harus merombak dari
awal karena kondisi yang tidak terduga. Semua harus cepat
menyesuaikan diri, beberapa kegiatan terhambat, beberapa lainnya
harus ditunda, sisanya bisa dilakukan dengan cara yang disesuaikan
dengan keadaan, seperti KKN.

Sejak ditetapkan KKN-PPM UGM Periode 2 dilaksanakan


secara daring, mulai bermunculan istilah-istilah baru yang
meramaikan jagat media sosial. Kuliah Kerja Nyantai, Kuliah Kerja
Nonton, Kuliah Kerja Ngemall, Kuliah Kerja Ngemil, dan lain-lain.
Istilah yang lebih cocok untuk saya mungkin “Kuliah Kerja Ngampus.”
Berlagak sibuk dengan kegiatan perkuliahan di kampus, mengeluh
dalam hati tentang ketidakadilan sebab masih harus menjalankan
praktikum daring saat kegiatan KKN telah berlangsung, ditambah lagi
harus mulai memikirkan skripsi, sedangkan persiapan KKN bisa
dibilang masih nol besar. Mengesampingkan pikiran tentang KKN,
padahal sama pentingnya dengan perkuliahan di kampus. Sempat

48
menolak hal-hal yang berkaitan dengan KKN sampai rasanya tubuh
juga melakukan penolakan secara biologis, mengerjakan Laporan
Rencana Kegiatan KKN saja bisa sampai merasa mual, hahaha.

Kuliah Kerja Maya?

“Saat kuliah kerja nyata tidak bisa dilakukan dengan turun ke


lapangan, lantas KKN daring menjadi alternatif pilihannya.” Kata-kata
ini sempat saya dengar dari Mbak There, DPL kami. Oh, mungkin
lebih tepatnya bukan dengar, ya? Tetapi baca. Hanya bisa menerka-
nerka bagaimana nada bicara Mbak There saat beliau yang
mengucapkannya karena bertemu langsung dengan beliau pun belum,
sekali dua kali mendengar suara beliau saat ada rapat koordinasi
menggunakan fitur Google Meet. Memang benar, banyak waktu selama
KKN daring kami gunakan untuk berkomunikasi lewat dunia maya.
Menurut KBBI, maya berarti hanya tampaknya ada, tetapi nyatanya
tidak ada, lantas apakah KKN ini adalah kemayaan?

Desa Lampegan, salah satu desa di Kecamatan Ibun, Kabupaten


Bandung, Jawa Barat, menjadi tempat saya dan empat belas
mahasiswa yang terbagi dalam dua sub-unit mengabdi selama lima
puluh hari. Terkesan hampir tidak diterima oleh masyarakat desa
karena belum srawung. Saat ini kita sedang bersama-sama menghadapi
masa pandemi Covid-19, harus physical distancing, katanya. Tidak
boleh ada agenda berkerumun dengan sengaja. Minggu pertama
pelaksanaan KKN, seharusnya saat itu kami sedang menyusun
rencana kegiatan di Desa Lampegan bersama dengan perangkat desa.
Namun pesan WhatsApp dan panggilan suara tak kunjung berbalas.
Tidak bisa bertemu di dunia nyata, tidak pula bisa bertemu di dunia
maya? Selesai sudah. Namun cerita kami di Desa Lampegan agaknya
berbeda dengan enam belas mahasiswa satu unit di Desa Talun,

49
Kecamatan Ibun, komunikasi dengan pihak desa bisa berjalan dengan
lancar.

Tidak berhenti sampai di sini, setiap kami menghadapi masalah


selalu ada solusi dari DPL dan pihak DPkM. Kami tetap menjalankan
kegiatan KKN daring di Desa Lampegan dengan banyak penyesuaian,
mencari alternatif lain dengan bantuan pihak BAPPEDA untuk
mendapatkan informasi dan data desa agar tetap dapat
memaksimalkan program kegiatan yang telah kami rencanakan.

Teman Seperjuangan

Kegiatan interdisipliner merupakan kegiatan yang


dilaksanakan berdasarkan 2 atau lebih klaster, menjadi salah satu
syarat kegiatan KKN-PPM daring. Kami dituntut untuk dapat
mengelola program bersama dengan klaster yang berbeda, dengan
kata lain harus bisa bekerja sama dengan teman-teman mahasiswa.

Bekerja sama dengan teman-teman di sub-unit 1 Desa


Lampegan merupakan hal yang tidak sulit untuk dilakukan. Teman-
teman memiliki inisiatif untuk mencapai tujuan bersama. Bukan hanya
sekadarnya, teman-teman mengerjakan program bantu dengan
sungguh-sungguh. Lebih dari itu, anggota sub-unit 1 kerap kali
menawarkan bantuan kepada satu sama lainnya. Tata dan Yoga tidak
keberatan bangun pagi demi membantu saya mengerjakan luaran
interdisipliner, Persiapan Pelaksanaan New Normal. Yoga aktif
memberi masukan juga sama seperti Abyan yang selalu menanyakan
jika ada yang bisa ia bantu kerjakan. Tata patut dinobatkan menjadi
manusia paling gercep, semua tanggung jawab yang diberikan kepada
Tata bisa selesai dalam sekejap. Saat bekerja sama dengan Tata saya

50
jadi termotivasi untuk gerak cepat, bisa menyelesaikan program
kegiatan jauh dari tenggat waktu membuat saya merasa tenang.

Lain halnya saat mengerjakan program mengenai pentingnya


bank sampah bersama Khansa, sempat ketir-ketir karena sudah
mendekati minggu ke-7 namun program belum rampung. Belum bisa
berdiskusi dengan Khansa karena ia masih sibuk mengerjakan
program interdisipliner dengan yang lain. Maklum, Khansa punya
sembilan program yang harus ia selesaikan. Sembilan? Iya, sembilan.
Bisa gila saya kalau harus mengerjakan sembilan program. Hebat,
Khansa!

Ada lagi program yang harus dikerjakan bersama-sama secara


interdisipliner, Optimalisasi Website untuk Kelengkapan Informasi
Desa Lampegan. Kali ini bersama Azka, Alfa, Abyan, dan Tata. Tidak
bisa mendapatkan data kesehatan dari Desa Lampegan, saya
menghabiskan banyak waktu untuk mencari data desa melalui
internet tapi belum juga menemukannya.

Malam itu saya menghubungi Azka sebagai penanggung jawab


program lewat WhatsApp Chat, dengan kebaikan hatinya Azka dengan
sabar memberikan beberapa alternatif dan solusi kepada saya.
Bukannya memecahkan masalah, di akhir diskusi saya malah
membawa Azka ikut dalam kepanikan saya. Haha! maaf ya, Azka.
Kemudian kami menghubungi Alfa, penyelamat yang memberikan
ketenangan jiwa sekaligus solusi dari permasalahan yang ada. Alfa
memang paling bisa diandalkan.

Saling membantu untuk mengerjakan program KKN


merupakan salah satu kompetensi KKN-PPM. Di samping itu, ada lagi
yang tak kalah penting dalam menjalankan kegiatan KKN-PPM,
terima kasih saya ucapkan kepada teman-teman yang senantiasa

51
memberi dukungan moril. Terima kasih kepada teman yang selalu
memberikan semangat. Terima kasih, Ode.

17 Agustus 2020

Sempat berkata dalam hati, “Sebuah kesempatan emas,


melaksanakan kegiatan KKN bertepatan dengan Hari Kemerdekaan
Republik Indonesia ke 75 Tahun, bisa dijadikan ajang untuk
melaksanakan lomba kesehatan dalam rangka memperingati hari
kemerdekaan.”

Memilih Departemen Kedokteran Gigi Anak untuk menulis


skripsi, saya belajar bahwa hal yang dapat kita lakukan untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat dimulai dari individu dan
dimulai sejak dini. Penting untuk menerapkan kebiasaan baik kepada
anak, selain itu orang tua juga harus sadar bahwa mereka memiliki
peran yang penting untuk kesehatan anak. Bukan hanya tentang
kesehatan gigi dan mulut, tetapi juga kesehatan holistik, saya
berencana untuk mengadakan program untuk edukasi anak-anak
sekolah dasar, tentunya dengan pendekatan yang anak suka.

Memilih lomba
mewarnai dan
mengisi teka-
teki silang
bertema
kesehatan untuk
dijadikan sarana
edukasi anak.
Sempat
mengurungkan

52
niat untuk menjalankan program ini karena KKN dilaksanakan secara
daring, selain itu juga karena saya tidak percaya diri.

Melihat program teman-teman dari klaster lain, program ini


terdengar receh. Namun saya mendapat semangat dari Kormasit saya,
Abyan dan juga Alfa yang merupakan Kormanit sekaligus teman satu
sub-unit bahwa kegiatan ini tetap bisa dilaksanakan.

Dibantu Alfa, kami menghubungi Ibu Lilis selaku Kepala


Sekolah SDN Cieuri untuk mensosialisasikan program. Setelah
beberapa kali tim KKN kami menghubungi pihak Desa Lampegan dan
tidak mendapat balasan, rasanya senang sekali saat Ibu Lilis
menyambut baik program yang kami ajukan. Mendapatkan informasi
bahwa SDN Cieuri melaksanakan kegiatan belajar mengajar dengan
metode daring dan luring saya makin optimis untuk program ini tetap
dapat berjalan. Sempat merasa bingung untuk menyusun teknis
perlombaan, akhirnya dapat kami selesaikan melalui diskusi dengan
Ibu Lilis. Kami mengirimkan materi lomba berupa lembar mewarnai
dan lembar teka-teki silang lengkap dengan hadiah juara satu sampai
dengan tiga kepada pihak sekolah. Saya sempat menulis kata-kata
pengantar di lembar teknis perlombaan.

Sampurasun,

Semoga dalam keadaan sehat.

Saat ini Indonesia tengah berada dalam kondisi pandemi Covid-19, meskipun
Desa Lampegan, Kecamatan Ibun termasuk zona hijau, hal terbaik yang dapat
kita lakukan yaitu tindakan pencegahan. Peran orang tua sangat penting bagi
kesehatan anak. Oleh karena itu, melalui media ini diharapkan orang tua
dapat berperan dalam mengedukasi anak dengan cara yang menyenangkan.

Menjalankan program secara daring berarti tidak dapat


bertemu langsung dengan masyarakat, dalam hal ini berarti tidak

53
dapat bertemu dengan siswa SDN Cieuri maupun orang tua siswa.
Meskipun demikian, melalui tulisan di atas saya berharap pesan dari
kegiatan dapat tersampaikan. Selain itu, besar harapan saya untuk
orang tua dapat mengajarkan kepada anak melalui kegiatan yang
menyenangkan mengenai kesehatan umum, pencegahan penyakit,
dan kebiasaan baik yang dapat diterapkan demi mendukung untuk
mewujudkan derajat kesehatan yang optimal.

Dari beberapa program yang saya jalankan, mungkin program


ini yang paling berkesan. Bukan karena program ini super, tetapi
karena saya mendapat respons positif dari Ibu Lilis. Senang rasanya
bisa benar-benar berkomunikasi dan berdiskusi, saya jadi bisa
merasakan “percikan” Kuliah Kerja Nyata di saat saya menjalankan
“Kuliah Kerja Maya” ini.

Hobi

“Ketinggalan zaman!” Kata salah satu tetua budak desain.

Banyak program kegiatan KKN daring dicapai dengan luaran


melalui media elektronik, entah itu poster, brosur, buku, katalog,
video, dan lain sebagainya. Teman-teman pastinya setuju jika Canva,
salah satu aplikasi desain grafis online yang patut diberi gelar sebagai
“penyelamat” karena banyak fitur yang mendukung siapapun untuk
dapat menghasilkan desain grafis yang ciamik dengan mudah. Berbeda
dengan teman-teman, saya lebih memilih tetap menggunakan aplikasi
CorelDraw yang sempat saya pelajari di bangku sekolah dulu, sebuah
aplikasi editor grafis vektor yang katanya sekarang sudah ketinggalan
dibandingkan dengan Adobe Photoshop. Meskipun pengerjaannya
membutuhkan waktu yang tidak sebentar, saya tetap menikmati setiap
proses saya mengerjakan luaran kegiatan KKN saya dengan aplikasi

54
CorelDraw. Bahkan saat teman-teman satu sub-unit maupun unit
menawarkan program bantuan untuk mendesain sesuatu, saya paling
semangat untuk mengerjakannya. Kadang sampai lupa mengerjakan
program kerja sendiri, saking asyiknya mendesain untuk program
teman. Meskipun hasilnya bisa dibilang biasa-biasa saja, tetapi saya
cukup puas dan merasa senang bisa menyalurkan kegiatan yang saya
suka melalui kegiatan KKN ini. Ya, namanya juga amatir!

Saya jadi ingat dulu waktu masih galau menentukan jurusan


apa yang akan saya ambil saat kuliah. Bercita-cita menjadi dokter gigi,
tetapi sempat ingin kuliah desain komunikasi visual, dua hal yang
tidak saling berkaitan, ya? Inilah saya sekarang, mahasiswa Program
Studi Pendidikan Dokter Gigi yang mengikuti program KKN-PPM
UGM Periode 2. Sepertinya tidak salah pilih jurusan, toh sembari
berkuliah saya tetap bisa menyalurkan hobi untuk mendesain. Sudah
beberapa waktu tidak menyalurkan hobi, setelah mengerjakan luaran-
luaran KKN saya jadi semangat lagi untuk belajar dan menjelajahi
lebih banyak mengenai desain. Tidak ada salahnya, siapa tahu ilmu
desain-mendesain nanti bisa berguna saat saya sudah menjadi dokter
gigi. Sudah ah, sampai di sini saja daripada terlalu banyak cocoklogi.

Refleksi Diri

KKN-PPM UGM seharusnya menjadi kesempatan mahasiswa


untuk bisa langsung terjun ke masyarakat, belajar memperdalam
tentang apa yang selama ini kami dapatkan dibangku perkuliahan,
memahami permasalahan riil di masyarakat, belajar bagaimana
memecahkan permasalahan yang ada, dan hal penting lainnya untuk
membangun rasa kepedulian sosial terhadap kemajuan masyarakat.
Rasanya ada yang terlewatkan saat menjalankan KKN secara daring,
banyak hambatan yang ditemui terutama masalah komunikasi.

55
Mungkin ceritanya akan berbeda jika komunikasi dengan pihak desa
bisa berjalan dengan lancar.

Saat ini perkembangan teknologi semakin pesat, dengan


adanya pandemi mungkinkah ini cara Tuhan agar kita dipaksa untuk
mengikuti perkembangan zaman? Katanya mahasiswa merupakan
agent of change, tetapi mengajak masyarakat untuk bisa bekerja sama
saja masih gagal, mencoba berkomunikasi dengan perangkat desa
masih kesulitan. Apakah pihak desa yang harus disalahkan karena
terkesan tidak mau terbuka dengan adanya KKN dengan metode
daring ini? Mungkin saja. Ataukah mungkin pendekatan kami kepada
pihak desa yang masih kurang tepat sehingga pihak desa belum bisa
menerima kami? Bisa jadi.

Setelah menjalani KKN dengan metode daring ini mungkin


saya mendapat pengalaman yang berbeda dengan mas dan mbak yang
lebih dulu menjalankan kegiatan KKN dengan terjun langsung ke
lapangan. Bukan bekal pengalaman dan pembelajaran dari
masyarakat yang saya dapatkan, bukan kekeluargaan dan kehangatan
yang saya rasakan. KKN kali ini justru menjadi tamparan bagi diri saya
sendiri. Sadar bahwa masih banyak “PR” yang harus dikerjakan.
Kagok, belum pernah terjun langsung ke masyarakat, khawatir tidak
bisa melayani masyarakat dengan baik. Cerita tentang KKN kali ini
terkesan banyak dukanya, akan tetapi banyak pula pelajaran yang
dapat diambil. Selesainya pelaksanaan KKN-PPM UGM Periode 2 ini
menyadarkan saya bahwa masih harus banyak belajar dari kehidupan
nyata di luar kampus. Masih harus banyak belajar untuk keluar dari
zona nyaman.

56
Mengabdi Online:
Sulitnya Komunikasi dan Belajar Hal Baru
RA Tasik Wulan H

Perkenalkan, namaku Tata. Aku adalah seorang mahasiswa


hukum tingkat akhir dan seorang newbie di bidang "pengabdian".
Pengalamanku mengabdi ke masyarakat pertama kali akan aku
rasakan bersama program KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2020. Aku
mulai bergabung dengan unit ini sejak Februari. Berawal ajakan
dengan embel-embel “KKN di Bali” dari teman-teman yang aku kenal
dari Unit Kesenian Mahasiswa (UKM) Marching Band, aku pun
tertarik untuk ikut mendaftar dan berangkat wawancara.

Singkat cerita, aku diterima sebagai anggota unit ini dan kami
pun beberapa kali bertemu untuk rapat dan bonding. Namun ternyata
cerita KKN unitku tidak berjalan semulus yang aku ekspektasikan.
Ditengah perjalanan, ternyata kami harus mengubah lokasi karena
satu dan dua alasan. Kami yang mulanya berangan-angan mengabdi
di Kintamani, Bali pada akhirnya harus mengubah lokasi ke Ibun,
Kabupaten Bandung.

Pada proses itu, banyak teman-teman yang akhirnya harus


keluar karena masih mengejar impian mereka untuk “KKN di Bali”.
Aku yang walaupun awalnya tertarik untuk bergabung dengan unit
KKN ini karena lokasinya, akhirnya tetap bertahan karena pasrah dan
terlalu malas apabila harus wawancara lagi! Lagipula lokasinya masih
di pegunungan, jadi udara di sana pasti enak dan segar. Selain itu juga
orangtuaku santai-santai saja mau dimanapun lokasiku KKN, asalkan
tidak terlalu pelosok.

Aku dan teman-teman unitku yang sudah mulai menerima


nasib untuk KKN di Kabupaten Bandung, malah harus lebih sabar dan

57
pasrah ketika Direktorat Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM)
UGM mengumumkan bahwa KKN-PPM Periode 2 harus dilaksanakan
secara daring karena covid-19. Dikarenakan perubahan mekanisme
KKN, dan juga karena DPKM mengadakan periode KKN baru yang
dinamakan KKN Periode 6, aku mulai goyah. Pada dasarnya, lokasi
penempatan KKN Periode 6 ini di Jogja. Walaupun tempat pengerjaan
tiap-tiap mahasiswa berbeda tergantung dimana mahasiswa itu
tinggal. Aku mulai berpikir ingin pindah karena, toh, tidak ada
bedanya juga dimana lokasi KKN, kan aku juga bakal stay di depan
laptop. Tapi karena sudah terlanjur bonding dengan teman-teman unit,
akhirnya aku memutuskan untuk tetap bertahan di unit ini.

Setelah perubahan mekanisme KKN ini, dan juga karena


pandemi yang sedang berlangsung, rapat yang mulanya kita lakukan
secara tatap langsung, harus diubah menjadi rapat online yang biasa
kita lakukan lewat Google Meet. Program yang mula sudah terbayang,
harus diubah pula, menyesuaikan dengan mekanisme daring atau
online.

Sesaat sebelum periode KKN dimulai, anggota unit dibagi


menjadi empat sub-unit. Aku tergabung dalam Sub-Unit 1. Selain aku,
ada tujuh anggota lainnya. Dua orang perempuan yang sudah aku
kenal luar dalam akibat bergelut di Marching Band, Khansa dan Bella.
Sumpah, aku lega sekali saat melihat nama mereka dalam grup
WhatsApp Sub-Unit 1. Azka, yang kupikir awalnya anak pendiam
ternyata baru akhir-akhir ini aku sadar bahwa dia orangnya cheeky
sekali. Ada juga Yoga, anak pertanian yang awalnya kupikir juga
pendiam, eh, ternyata otaknya cepat sekali merespon kalau membahas
hal-hal “tertentu”. Selanjutnya adalah Alfa, anak Fisipol yang juga
menjabat sebagai Kormanit alias Ketua Suku di unit kami. Cewek anak
peternakan yang bernama Nurul, yang super baik hati. Yang terakhir
adalah Aby, Kormasit alias ketua Sub-Unit 1.

58
Ada cerita lucu tentang Aby dan Sub-Unit kami ini. Awal-awal
kami rapat, kami semua lebih sering diam dan mematikan kamera,
sedangkan Aby karena dia merupakan seorang Kormasit, mau tidak
mau dia memang harus terus ngomong selama rapat dan menyalakan
kameranya. Waktu itu sih, jujur, aku sangat enggan. Malu, iya. Aneh,
juga iya. Aku bahkan belum pernah ngobrol secara langsung dengan
mereka tapi sekarang aku harus ngobrol dan melihat wajah mereka
lewat kamera. Mungkin untuk orang lain itu tidak aneh, tapi buatku,
aku merasa sangat tidak nyaman. Si Aby ini, setiap rapat selalu
menyuruh kita untuk menyalakan kamera dan mic, tapi semua
anggota, termasuk aku, tetap tidak ada yang mau menyalakan kamera
dan mic-nya! Alhasil, rapat online kami seperti kuburan alias sunyi
senyap karena keengganan kita untuk muncul dan bersuara itu, Aby
mulai memanggil kita candi.

Ketiduran di Rapat Pertama

Lewat KKN daring ini, aku juga menyadari bahwa ternyata aku
tidak sepandai itu dalam beradaptasi. Buktinya, aku “tidak sengaja”
ketiduran saat rapat pertama. Cerita ini dimulai pada hari Jumat di
bulan Juni. Aby, yang merupakan Kormasit Sub-Unit 1, sudah
mengumumkan mengenai rapat pertama ini sejak sehari sebelumnya.
Aku pun juga sudah mencatatnya dalam otakku.

Pada hari yang dijanjikan, sekitar satu sampai dua jam sebelum
rapat dimulai, aku sudah mulai standby di depan laptop. Tujuannya
untuk nge-test kamera, mic, dan program pendukung. Maklum ‘kan
baru rapat pertama, takutnya laptop yang akan aku pakai kurang
mendukung atau ada error lainnya. Setelah semua itu beres dan
kuanggap aman, akupun menyetel film di laptop sambil tiduran.

59
Santai, pikirku saat itu, toh masih sejam-an lagi. Tapi, alih-alih fokus
menonton film sambil menunggu rapat dimulai, aku justru ketiduran!

Lupa dengan rapat dan film yang tengah kusetel, aku tertidur
nyenyak. Nyenyak sekali, seperti tidak ada beban. Aku baru terbangun
ketika aku mendengar suara notifikasi dari laptop yang menandakan
bahwa baterai laptop perlu di-charge. Aku yang saat itu terbangun
karena kaget, tambah kaget lagi saat aku melihat ke arah jam di
handphone. Aku sudah telat lebih dari setengah jam dari jam rapat yang
dijanjikan! Saat melihat jam itu pula aku menyadari bahwa teman-
teman sub-unitku sudah mengirimiku chat via WhatsApp yang pada
intinya menanyakan keberadaanku.

Dengan terburu-buru aku segera membalas chat mereka,


meminta maaf karena terlambat dan menjelaskan kalau aku terlambat
karena ketiduran. Apesnya, saat aku sudah bergabung ke dalam rapat
via Google Meet itu, mereka langsung mengabariku sebuah berita
buruk: aku ditunjuk menjadi Sekretaris, sekaligus Bendahara Sub-Unit
karena aku terlambat datang rapat. Walaupun kalau aku pikir-pikir
sekarang, peranku itu tidak memiliki tugas yang berat, namun saat itu
aku cukup panik juga.

Lesson learned, deh, jangan sekali-sekali telat rapat karena alasan


receh. Apalagi di rapat pertama. Pengalaman ini juga mengubah
kebiasaanku. Setelah semua interaksi berubah menjadi online seperti
sekarang ini. Setiap rapat dan janji lainnya selalu aku alarm agar
pengalaman ketiduran tidak lagi terulang.

Belajar Hal Baru

Aku adalah anak hukum yang sudah sekitar 2 (dua) semester


ini berfokus untuk mempelajari Hukum Pidana. Bukan berarti aku

60
belum pernah mempelajari Hukum Dagang, Perdata, maupun bidang-
bidang hukum lainnya. Sebagai mahasiswa hukum, sudah pasti aku
pernah mempelajarinya pada semester-semester awal. Namun, hal itu
terbatas mempelajari mengenai hal-hal dasar seperti asas-asas atau
aturan yang sifatnya lebih general.

Dalam KKN ini, tema yang dibawa unit adalah Pembangunan


Sabilulungan Raksa Desa Bandung 1000 Kampung di Desa Lampegan
dan Talun dengan beberapa rincian tema seperti Optimalisasi Potensi
Agrowisata, Optimalisasi Sumber Daya Lokal, Pengembangan Usaha
UMKM saat New Normal, Peningkatan Kesehatan Masyarakat,
Peningkatan Kapasitas Pemerintah Desa, Mitigasi bencana, serta Sosial
dan Edukasi Umum. Jujur, agak cukup sulit bagi materi pidana untuk
masuk ke dalam tema. Oleh karena itu aku memutuskan untuk benar-
benar banting setir dan masuk ke ranah hukum yang lain. Pilihannya
ada dua: antara aku masuk ke bab pemerintahan yang merupakan
ranah Hukum Administrasi Negara, atau mengambil fokus UMKM
saja.

Akhirnya aku membawa dua program pokok mengenai Hak


Kekayaan Intelektual dan Pajak yang berada dalam lingkup program
Pengembangan UMKM saat New Normal. Kedua program tersebut
jelas bukan disiplin ilmu yang aku dalami, apalagi berbicara tentang
UMKM. Sejauh yang pernah aku pelajari di dalam kelas, aku sebatas
“mengenal” jenis-jenis Hak Kekayaan Intelektual saja. Apalagi Hukum
Pajak dan pengaturannya, apa yang pernah aku pelajari hanya tentang
konsep subjek dan objek pajak, tarif, dan juga pengaturannya secara
general. Tapi pada saat itu, UMKM lah satu-satunya pilihanku.
Walaupun bisa saja sih, masuk ke ranah pemerintahan. Tapi karena
aku kurang enjoy belajar tentang administrasi negara, daripada KKN
ini menjadi sesuatu yang aku benci, lebih baik aku belajar ulang dan
lebih dalam lagi tentang UMKM.

61
Tapi, justru karena KKN ini, aku jadi sungguh-sungguh
mempelajari materi yang akan aku bawa ke dalam buku saku. Karena
‘kan, masa asal memberi informasi kepada masyarakat? Dengan
mindset itu, aku benar-benar mencoba mendalami materi tentang Hak
Kekayaan Intelektual dan Pajak. Walaupun cukup pusing,
pengalaman ini cukup berguna juga buatku, karena aku sekarang jadi
cukup “ngelotok” tentang pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual.
Selain itu juga, itung-itung untuk latihan saat bekerja nanti. ‘Kan kita
juga tidak akan berhenti belajar.

Tidak berhenti sampai situ saja, di KKN Daring ini, aku juga jadi
belajar ulang program editing! Kalau diingat-ingat, terakhir kali aku
menyentuh aplikasi Photoshop adalah waktu liburan kelulusan SMA
alias sudah tiga tahun lalu. Setelah itu aku lebih sering “menulis” atau
lebih tepatnya mengejar deadline tugas, sampai kehilangan passion
untuk sekedar meng-klik aplikasi Photoshop. Lagian saat aku kuliah
sudah ada aplikasi Canva yang menyelamatkan semua orang yang
buta desain saking mudahnya aplikasi itu dioperasikan.

Namun karena KKN ini akhirnya aku menyentuh kembali


Photoshop. Sebenarnya awalnya karena sifat ke-”Jowo”an-ku yang
tidak enakan kalau sering-sering minta tolong teman untuk
didesainkan poster, atau cover buku. Selain itu, aku juga ingin bisa
desain biar dapat jam bantu dari teman-teman yang lain. Alasan
lainnya adalah karena Canva kurang nyaman dan kurang explorable.
Tapi, apapun alasannya itu, pada akhirnya aku mulai mempelajari
Photoshop lagi dan sekarang aku jadi mulai familiar lagi dengan fitur-
fiturnya. Lumayan, lah, selain jadi mampu mengantongi sekian jam
bantu dari teman-teman juga mungkin bisa jadi isi-isi CV?

62
Berkomunikasi dengan Pihak Desa

Mencoba berkomunikasi dengan pihak desa mungkin adalah


tugas terberat yang pernah aku lakukan selama KKN. Tugas inilah
yang paling menyita energiku. Programku sebenarnya tidak banyak
mengharuskan untuk berkomunikasi dengan pihak desa dan memang
sengaja ku desain begitu, mengingat di minggu awal pun, pihak desa
cukup sulit untuk diraih. Hanya saja, ada dua program yang memang
berorientasi pada data yang ada di lapangan, yang berarti aku harus
menghubungi pihak desa atau program tidak akan jalan. Salah satu
kesalahanku pada saat itu adalah, aku sengaja memundurkan jadwal
pengerjaan kedua program itu karena memang dari awal cukup sulit
untuk menghubungi desa, jadi kupikir, kerjakan dulu sajalah yang
mudah-mudah. Setelah program lain selesai, barulah kukerjakan
program yang membutuhkan data dari pihak desa. Sekali lagi
kukatakan bahwa langkah inilah yang merupakan kesalahan fatalku.

Sekitar 3 minggu sebelum penarikan KKN Periode 2 ini, aku


baru mulai mencari kontak Karang Taruna Desa Lampegan dari pihak
pemerintah desa. Hal ini aku lakukan untuk mengerjakan programku
yang berkaitan dengan analisis AD/ART Karang Taruna. Setelah satu
minggu penuh aku menunggu, aku belum juga mendapat jawaban.
Aku yang takut akan masa depan keberlangsungan programku ini,
sudah mulai berkeringat dingin. Gimana, ya, kalau program ini tidak
bisa jalan?, pikirku saat itu. Cukup ngeri juga, karena apabila aku gagal
untuk menyelesaikan semua program, semakin jauh pula
kemungkinanku untuk mendapatkan nilai A bulat. Untung saja di
minggu yang sama, Farrah, anggota Sub-Unit 4 yang merupakan satu-
satunya anggota unit yang satu jurusan denganku mempunyai kontak
Karang Taruna Desa Talun karena dia membawa program yang mirip.
Beruntungnya, dia sudah mendapatkan data berupa file AD/ART dari
Karang Taruna Desa Talun.

63
Aku langsung meminta kontak Karang Taruna Desa Talun dari
Farrah, dengan tujuan, siapa tahu kontak Karang Taruna Desa Talun
pernah berkomunikasi dengan Karang Taruna Desa Lampegan.
Senangnya aku saat itu, karena saat aku mengkontak Karang Taruna
Desa Talun, orangnya sangat ramah! Benar-benar seramah itu dan
mau membantuku untuk mencarikan kontak Karang Taruna Desa
Lampegan. Dibalasnya pun penuh emoji dan juga sangat cepat alias
“fastrep”. Sampai sekarang, kalau kuingat-ingat aku masih sedikit
terharu dengan kebaikan bapak Karang Taruna Desa Talun. (Sehat dan
sukses terus, Pak!)

Melalui Karang Taruna Desa Talun, akhirnya aku mendapat


kontak Karang Taruna Desa Lampegan. Siang itu, aku meng-kontak
beliau sekaligus menjelaskan program yang aku bawa dan
menanyakan kesediaannya. Sayangnya, setelah menjelaskan panjang
dan lebar, beliau yang pertama aku hubungi ini ternyata bukanlah
ketua, melainkan sekretaris. Padahal, menurut birokrasi yang ada di
dalam Karang Taruna Desa Lampegan, aku harus terlebih dahulu
meminta izin ke ketua.

Untungnya sang sekretaris berbaik hati untuk memberikanku


kontak Ketua Karang Taruna Desa Lampegan. Langsung saja aku
menghubungi ketuanya, dan mengulang proses yang sama tadi:
menjelaskan program yang aku bawa, dan juga menanyakan apakah
boleh dan bersedia. Walaupun tidak se-”fastrep” Karang Taruna Desa
Talun, beliau tetap membalas chatku dan menyampaikan bahwa
beliau bersedia untuk mengirimkan AD/ARTnya ketika sudah siap.
Wah, saat itu benar-benar sampai ubun-ubun rasa senangku!
Akhirnya, dapat juga! Tapi, ternyata aku seharusnya tidak boleh
kelewat senang dulu, karena berita buruk baru terjadi setelahnya.

64
Setelah mengucapkan terima kasih sebagai perwakilan rasa
senangku, aku juga kemudian bertanya: “Kira-kira bisa dikirimkan
kapan, ya, pak?”. Namun pesan itu tidak segera dijawab. Batinku,
wajar deh, karena besok juga Idul Adha, mungkin bapaknya sibuk.
Tapi walaupun sudah kutunggu sehari, dua hari, dan tiga hari, sang
ketua masih belum membalas pesanku. Lima hari berlalu, kukirimkan
lagi pesan yang isinya bertanya ulang mengenai kelanjutan program
itu. Seminggu berlalu, masih belum ada balasan, apalagi data yang
kubutuhkan.

Bahkan sampai minggu keenam, alias minggu terakhir


pengerjaan program sebelum minggu pembuatan laporan, Ketua
Karang Taruna Desa Lampegan masih belum juga membalas pesan
WhatsApp-ku. Bosan menunggu dan juga karena sudah mulai pesimis
serta sudah kehabisan waktu, akhirnya aku mengubah programku
yang awalnya rekomendasi spesifik bagi AD/ART Karang Taruna
Desa Lampegan menjadi rekomendasi secara general. Jujur, aku sangat
sedih, karena rekomendasi yang aku berikan tidak bisa maksimal.
Sekali lagi, lesson learned. Besok-besok lagi, kalau menghubungi jangan
terlalu mepet, deh.

Pengalaman KKN daring ini jelas sangat berbeda dengan


pengalaman KKN terjun langsung ke lapangan. Ekspektasi yang
pernah ada di pikiranku pun banyak yang tidak terwujud. Kalau
dibilang “mengabdi”, rasa mengabdi itu berbeda dengan testimoni-
testimoni kakak tingkat yang pernah KKN sebelumnya. Selama tujuh
minggu tambah satu hari ini, apa yang aku lakukan hanyalah
membaca dan menulis di depan laptop. Tidak jauh berbeda dengan
aku ketika kuliah.

Benar-benar tidak terasa mengabdi kepada masyarakat. Tapi


hal positif yang bisa aku ambil pelajarannya pun tidak sedikit, aku jadi

65
lebih tertata dan punya time management yang lebih baik. Buktinya aku
selalu mencoba untuk bangun lebih pagi agar ingat presensi dan otak
lebih segar ketika mengerjakan KKN. Hal ini adalah suatu kemajuan
pesat untukku! Mengingat aku adalah orang malas gerak tingkat
dewa, dan hobi tidur. Menjadi seorang yang bangun pagi dan rajin
mandi, bukankah itu suatu prestasi?

Aku juga lebih tepat waktu karena saat rapat online, terlambat
satu menit sangatlah terasa. Tak lupa, melalui KKN daring ini aku
bertemu dengan teman-teman yang telah menemani hari-hari sepi kala
pandemi. Andai saja tidak ada KKN, pasti sebulan ini akan terasa
sangat panjang dan membosankan, tapi karena KKN, aku jadi
“dipaksa” untuk sering-sering rapat di Google Meet dan bertemu
teman-teman KKN-ku. Yang tentu saja, tidak akan aku lupakan. Stay
in touch, ya!

Aku juga berharap, dengan segala keterbatasan dan


kekurangan, luaran yang aku dan anggota unit lainnya berikan ke
masyarakat Ibun akan bermanfaat. Walaupun manfaatnya sangat
kecil, aku sudah sangat bersyukur, karena kami pun newbie sekali
dalam hal ini. Juga, menyenggol peribahasa sedikit sedikit lama-lama
menjadi bukit. Semoga manfaat kecil yang kami berikan tahun ini akan
menjadi bukit di tahun-tahun berikutnya.

Akhir kata, siapapun yang sedang membaca tulisan ini, semoga


kamu sehat selalu dan selalu produktif di kala pandemi ini. Walaupun
terbatas, kita juga bisa kok tetap produktif dan bermanfaat lewat
daring, contohnya melalui KKN Daring ini.

66
#StayAtHome dan Melihat Sisi Positif ber-KKN Daring
Nurul Hidayah

Kuliah Kerja Nyata (KKN) merupakan sebuah kewajiban bagi


setiap mahasiswa Strata 1 sebelum lulus. Kegiatan pengabdian
masyarakat yang mewajibkan setiap individu terjun langsung ke
lapangan dan berinteraksi dengan warga. Yah, begitulah ekspektasi
KKN yang sesungguhnya.

Tahun ini KKN terasa berbeda, tidak ada penerjunan lapangan;


tidak ada sambutan hangat di tempat KKN; dan tidak ada interaksi
langsung dengan warga. Semua hal dilakukan secara daring di rumah
masing masing. Pandemi yang tidak dapat dihindari menjadi alasan
utama. Anjuran #StayAtHome bahkan sudah disiarkan sejak sebelum
penerjunan KKN dilaksanakan. Kesehatan dan keselamatan selama
KKN menjadi alasan utama tidak adanya penerjunan lapangan.

Suasana KKN yang berbeda tentu saja membuat semangat yang


menguat turut mengalami perubahan. Penerjunan KKN yang
dilaksanakan secara daring sedikit menurunkan ghirah berKKN
walaupun niat untuk mengabdi tetap tertanam dalam hati. Hari
pertama KKN berjalan begitu saja cukup dengan upacara penerjunan
KKN secara daring.

Minggu pertama KKN dimulai sejak setelah upacara


penerjunan dilaksanakan. Deadline minggu pertama adalah
menyelesaikan Laporan Rencana Kegiatan (LRK). Penyusunan LRK
terasa sedikit berat karena informasi tentang kecamatan maupun desa
sangat minim bahkan letak desapun tidak ada yang tau kecuali
memalui peta. Semua anggota sibuk mencari data yang berkaitan
dengan jurusan masing-masing.

67
Pencarian data terus berlangsung hingga akhir minggu
pertama. LRK tersusun dengan apa adanya. Data sekecil apapun
mampu diubah menjadi informasi yang penting guna menyusun
kegiatan yang akan dijalankan selama periode KKN. Saat itu sudah
tidak terfikir tentang sumber data, yang kita tahu hanyalah info sekecil
apapun harus dapat kita olah menjadi program yang dapat bermanfaat
bagi para warga.

Di akhir minggu pertama program individu ataupun


intradisiplin telah tersusun dengan apik. Dengan semua info yang
didapat memalui data pemerintahan, data yang ditemukan di internet
maupun data yang didapat melalui para perangkat desa yang dapat
dihubungi. Penyusunan program telah usai. LRK sudah siap untuk
dipaparkan kepada perangkat desa dan dijalankan selama periode
KKN berlangsung.

Minggu pertama KKN telah berlalu…..

Minggu kedua KKN dimulai dengan banyak kebingungan.


Bingung untuk mencari alokasi jam bantu. Bingung untuk memulai
program. Bingung cara mengisi logbook. Banyak kebingungan serta
keresahan lain selama minggu kedua. Kami semua bingung karena
baru kali ini program KKN dilaksanakan full daring.

Bagiku yang merupakan mahasiswa kedokteran hewan


awalnya sangat bimbang dalam memulai program. Jurusan yang aku
ambil lebih banyak menuntunku kepada program yang
mengharuskan turun ke lapangan. Melihat langsung hewan-hewan
ternak milik penduduk dan memeriksa kesehatan hewan secara
langsung. Aku memang sedikit pesimistis dalam memulai program
KKN yang akan kujalankan.

68
Kebingungan akan pengisian logbook, alokasi jam bantu
maupun jam pokok terselesaikan karena bantuan kormanit dan
kormasit serta DPL yang senantiasa membimbing. Namun,
kebingungan untuk memulai program terus terasa hingga akhir
minggu kedua.

Di minggu kedua aku lebih banyak mencari data lapangan yang


mendukung program yang akan aku jalankan. Pencarian data
lapangan memang tidak dapat dilakukan secara langsung, mau tidak
mau semuanya tetap dilakukan secara online dengan bantuan internet.
Data yang kudapat mungkin banyak yang tidak akurat tetapi apa
boleh buat hanya itulah ikhtiar yang dapat kulakukan. Begitulah
minggu kedua berakhir.

Di minggu ketiga, aku mulai terbiasa dengan banyak hal.


Terbiasa untuk mengawali hari dengan presensi. Terbiasa untuk
mengikuti rapat unit dan subunit. Serta terbiasa untuk menjalankan
program. Di minggu ketiga ini baru satu program yang aku jalankan
yakni “Sosialisasi Kesehatan Hewan Ternak”.

Pada awalnya aku merencanakan kegiatan soasialisasi secara


langsung, tapi sepertinya hal tersebut tidak memungkinkan karena
aku pribadi belum cukup mumpuni untuk berbagi ilmu secara
langsung dan juga pelaksanaan sosialisasi secara virtual akan sedikit
sulit mengingat pihak desa juga cukup susah untuk dihubungi.
Kegiatan ini berakhir dengan pembuatan booklet tentang penyakit
hewan.

Pembuatan booklet berjalan dengan cukup lancar. Tidak ada


hambatan yang berarti dalam pembuatannya, mengingat semangat
untuk menjalankan program masih tinggi. Booklet yang kususun
berisi tentang jenis-jenis penyakit yang sering menyerang hewan
ternak. Di dalam booklet yang kususun berisi penjelasan tentang

69
penyakit, gejala klinis yang terjadi pada hewan serta penanganan awal
dan pencegahan terhadap penyakit tersebut. Dalam booklet tersebut
juga terdapat gambar-gambar yang dapat memudahkan peternak
dalam mengidentifikasi penyakit.

Dalam booklet tersebut juga terdapat beberapa penyakit


zoonosis yang endemis di daerah Jawa Barat. Penyakit zoonosis
sendiri merupakan penyakit yang dapat menular dari hewan ke
manusia ataupun sebaliknya. Oleh karena itu dirasa perlu bagi
masyarakat untuk mengerti tentang jenis-jenis penyakit zoonosis dan
penanganannya.

Harapanku booklet yang kususun dapat bermanfaat bagi para


peternak di Desa Lampegan. Mungkin aku tidak tau dimana desa itu
berada, aku juga tidak tau dan tidak mengenal penduduk disana,
tetapi semoga booklet yang kuhasilkan dapat bermanfaat bagi para
peternak di desa lampegan. Minggu ketigaku berakhir seiring dengan
selesainya program pertamaku.

Minggu keempat dimulai dengan sesuatu yang ringan. Setelah


selesai menyusun booklet rasanya ingin melakukan hal yang lebih
ringan daripada menyusun buku. Di minggu keempat aku mulai
mengerjakan kegiatan-kegiatan yang tidak banyak menuntutku
berpikir berat. Di minggu keempat kupustuskan untuk menyelesaikan
pembuatan poster salah satu programku yakni “Sosialisasi terkait
Antimicrobial Resistence (AMR)”.

AMR merupakan isu global yang cukup hangat di awal tahun


2019. Pengetahuan tentang AMR di tengah masyarakat belum
menyebar luas walupun di awal tahun 2019 pemerintah sudah
mengeluarkan undang-undang terkait pelarangan penggunaan
antibiotik sebagai pakan tambahan pada hewan. Hal ini membuatku
ingin untuk menyebarkan informasi terkait penyebab, dampak dan

70
cara mencegah kejadian AMR. Mungkin aku tidak dapat melakukan
banyak hal untuk melakukan campaign terkait bahaya AMR tetapi
dengan poster yang telah dibuat dan dikirimkan ke desa semoga dapat
menambah awareness bagi setiap warga yang membaca.

Di pertengahan minggu keempat aku juga mulai


mengumpulkan data lapangan terkait kejadian Covid-19 pada hewan.
Kejadian Covid-19 pada hewan mungkin bukan hal yang terlalu
banyak diperhatikan di tengah ke chaosan pandemi ini, tetapi kejadian
infeksi pada hewan masih dapat terjadi. Kemungkinan itu yang
membuatku ingin bisa memberikan informasi yang akurat kepada
masyarakat terkait kejadian Covid-19 pada hewan serta pencegahan
yang dapat dilakukan pemilik hewan.

Di akhir minggu keempat aku mulai mengumpulkan data


literature terkait kejadian Covid-19 pada hewan dan menganalisis
semua data yang sudah berhasil kukumpulkan. Hasil analisis yang
terlah tersusun berakhir dengan analisis ulang dengan melihat
kejadian Covid-19 di Indonesia serta kebiasaan masyarakat yang
berubah selama masa pandemi ini.

Minggu keempat berakhir dengan begitu saja. Di akhir minggu


keempat sebenarnya semangat menjalankan KKN masih cukup besar
dan semua rintangan kemalasan dapat dihindari dengan baik. Namun,
diawal minggu kelima semua terasa berat. Rasa malas mulai
meningkat hingga mencapai puncak. Masa produktif KKN yang
biasanya dilalui dengan 5-10 jam kerja dalam sehari menurun drastis
menjadi 2-4 jam saja sehari. Jiwa-jiwa malas mulai bangun dan cukup
sulit dikendalikan.

Di minggu kelima tiba-tiba saja ghirah untuk melakukan


program milik sendiri lebih rendah dari biasanya. Tetapi di minggu ini
setiap ada yang membutuhkan bantuan aku pasti mengerjakan dengan

71
secepat kilat. Ntahlah kurasa di minggu ini otakku sedang ingin
beristirahat sejenak dari hal-hal yang berbau hewan maupun
kesehatan hewan.

Di minggu kelima tidak banyak peningkatan yang terjadi.


Hanya meneruskan analisis dan penulisan informasi tentang kejadian
infeksi Covid-19 pada hewan. Informasi yang tersusun nantinya akan
disatukan dengan informasi yang disusun teman-teman lain terkait
hubungan antara Covid-19 dan bidang-bidang yang dipelajari teman-
teman yang bergabung dalam pembuatan buku saku persiapan new
normal.

Di minggu kelima ini sebenarnya aku mulai mengumpulkan


data lapangan terkait manajemen ternak unggas di daerah jawa barat
guna menyusun buku manajemen pemeliharaan ayam ras pedaging.
Hanya saja pencarian data lapangan tidak seseru biasanya. Semua
berjalan dengan sangat lambat.

Minggu kelima berakhir dengan banyak bermalas-malasan dan


beristirahat. Minggu keenam dimulai dengan meneruskan
penyusunan buku saku menejemen pemeliharaan ayam ras dan salah
satu program intradisiplin yakni pembuatan booklet pariwisata
mengenai kampung lauk. Sama seperti minggu sebelumnya
penyusunan buku saku menejemen pemeliharaan ayam ras berjalan
sangat lambat, tetapi karena pembuatan booklet pariwisata minggu
keenam tidak semonoton minggu kelima. Minggu keenam berjalan
cukup normal.

Di akhir minggu keenam baru 3 luaran yang benar-benar


selesai. Cukup mengkhawatirkan karena pelaksanaan program harus
berakhir di minggu ketujuh. Di awal minggu ketujuh semangat untuk
menyelesaikan program mulai berkobar lagi. Di minggu ketujuh buku
saku menejemen pemeliharaan ayam ras juga terselesaikan.

72
Penyusunan isi katalog pariwisata juga terselesaikan. Di minggu
ketujuh pembuatan poster tentang pengolahan limbah ternak juga
terselesaikan dengan baik. Minggu ketujuh terasa sangat berat.
Minggu ketujuh menjadi minggu terberat diantara semua minggu
yang telah terlewat.

Di minggu ketujuh jam kerja otomatis meningkat drastis. Dalam


sehari jam kerja bisa berjalan 10-12 jam. Somehow overwork but yet
satisfying. Minggu yang terasa berat tetapi cukup fun doing. Semua hal
berjalan dengan baik karena di minggu ketujuh juga terdapat banyak
bantuan dari teman-teman KKN yang lain baik secara kontektual
ataupun moral. Di minggu ini semua orang menjadi cukup panik
tetapi dapat menguatkan satu sama lain. Tiga program dapat aku
selesaikan dengan baik. Hingga di penghujung minggu ketujuh semua
program berhasil terselesaikan meskipun ada beberapa hal chaos yang
terjadi.

Kebiasaan menjadi deadliner selama kuliah membuat semua hal


dilakukan dengan overwork di akhir periode. Kebiasaan yang cukup
buruk untuk dilakukan tapi selalu terjadi. Bekerja dengan prinsip
dealiner membuat pekerjaan terasa sangat berat di akhir tetapi karena
adanya tekanan imajinatif membuat semuanya tetap selesai pada
waktunya. Walaupun dengan prinsip deadliner tidak semua pekerjaan
dapat selesai dengan sempurna.

Minggu kedelapan dimulai……

Di minggu kedelapan ada banyak hal yang perlu dilakukan


sebagai penutup semua minggu yang telah berlalu. Di minggu
kedelapan agenda-agenda yang dilakukan kebanyakan agenda
administratif untuk melengkapi semua administrasi KKN yang telah
dilaksanakan utamanya penyusunan Laporan Pelaksanaan Kegiatan
(LPK).

73
Di minggu kedelapan kukira aka nada banyak waktu luang
karena LPK sudah tersusun secara otomatis melalui web yang sudah
ada. Tetapi, semua tidak berjalan semudah itu. Diawal minggu
pertama penyusunan LPK sudah selesai dengan baik dan kurasa
cukup sampai disana. Dipertengahan minggu kedelapan aku
memutuskan untuk rehat sejenak dan melakukan healing time.

Healing time yang kumaksud adalah melakukan perjalan jauh


tanpa gangguan. Aku memutuskan untuk melakukan camping di
lereng gunung tanpa adanya internet yang mendukung. Hal ini hanya
kulakukan dalam semalam. Berangkat di sore hari dan pulang
keesokan siang. Di perjalanan pulang saat sinyal internet mulai cukup
mudah diraih terdapat informasi bahwa administrasi KKN yang
sudah kurampungkan masih belum mencapai final round. Hal ini
cukup membuat terkejut. Ternyata file output kegiatan perlu diunggah
ke laman simpan.ugm.ac.id. Tidak begitu berat untuk dilakukan.
Semua berakhir dalam semalam.

Setelah semua alur administratif terselesaikan hal yang perlu


dilakukan hanya menunggu hari penarikan KKN. Hari yang harusnya
mengharukan apabila KKN dilakukan di lapangan tetapi menjadi
dinantikan disaat yang seperti ini. Sebenarnya pelaksanaan KKN
secara online cukup seru hanya saja vibe yang dihasilkan berbeda dan
terasa lebih berat daripada KKN secara offline dengan penerjunan
lapangan.

Hari-hari yang berlalu selama KKN cukup mengesankan.


Mungkin chemistry bersama teman-teman unit maupun subunit tidak
dapat terjalin secara intens tetapi cukup ada cerita didalamnya.
Hampir semua program dilakukan secara individu. Program bantu
pun hanya memerlukan komunikasi yang cukup singkat. Rapat

74
koordinasi jatuhnya serius dan chemistry antara satu sama lain menjadi
cukup susah dirajut dalam forum.

KKN online secara umum pasti sangat berbeda dengan KKN


offline. Mulai dari cara berkomunikasi, cara menjalin relasi, cara
menjalankan program semuanya berbeda. Bahkan kebiasaan selama
pelaksanaan KKN akan sangat berbeda. Banyak sekali ekspektasi KKN
yang melesat begitu saja bahkan sebelum upacara penerjuanan
dilaksanakan.

Selama pelaksanaan KKN secara online tiap individu dituntut


menjadi sangat mandiri dan bertanggungjawab terhadap diri sendiri.
Bila KKN offline setiap pagi pasti akan ada satu atau dua teman yang
rajin untuk membangunkan dan memulai kegiatan bersama tetapi,
saat KKN online semua harus dilakukan sendiri. Mulai dari manajemen
waktu, manajemen diri, dan juga dalam hal mengumpulkan semangat
untuk melaksanakan program.

Selama KKN online berlangsung jujur saja jam tidurku mejadi


sangat berantakan. Ntah memang karena kebiasaan mengerjakan
laporan di tengah malam membuat pengerjaan aktivitas KKN
kulakukan di tengah malam juga. Mungkin ini hanya terjadi padaku
atau banyak juga teman-teman KKN lain yang mengalaminya. Aku
biasa mengerjakan kegiatan KKN online mulai sore hingga dini hari
bahkan hingga matahari mulai menjemput pagi.

Salah satu hal yang menjadi hal positif dalam pelaksanaan KKN
online adalah fleksibilitas waktu. Apabila KKN dilakukan secara offline
maka akan ada banyak batasan-batasan waktu yang tidak dapat
ditembus tanpa urgensi yang tinggi. Pelaksanaan kegiatan KKN offline
mungkin membatasi kegiatan untuk dimulai di pagi hari menjelang
siang hingga sore hari menjelang malam. Just like normally people be
doing their day. Karena KKN secara offline juga melibatkan masyarakat

75
secara langsung dalam pelaksanaanya. Begitulah KKN online
terlaksana. Tidak ada banyak hal yang begitu spesial tetapi tetap bisa
berjalan dengan baik.

Hal baik lain yang terjadi selama KKN online adalah kebiasaan
menulis aktivitas harian yang rutin karena mau tidak mau selama
masa pelaksanaan KKN setiap individu wajib untuk mengisi logbook.
Setiap anak mungkin memiliki caranya masing-masing dalam
menyusun aktivitas harian baik menggunakan note, ms. Excel, ataupun
secara manual menggunakan buku agenda. Suatu hal yang mungkin
dilakukan secara paksa pada awalnya tetapi berubah menjadi
kebiasaan yang baik pada akhirnya.

Pelaksanaan KKN secara online sebenrnya juga cukup riskan


utamanya dalam hal komunikasi. Hal yang sangat krusial dalam
menjalin hubungan. Meskipun KKN secara online membuat kita dapat
melakukan banyak hal secara individu tetapi, masih ada banyak hal
yang perlu dikomunikasikan utamanya apabila kegiatan yang
dilaksanakan merupakan kegiatan intradisiplin.

Hubungan dengan teman-teman di unit maupun sub-unit juga


perlu untuk tetap dijaga karena semua informasi akan menyebar
diantara mereka semua dan kita tidak bisa mendapatkan semua
informasi tersebut secara individu. Dalam semua hal keseimbangan
dalam komunikasi harus dijaga dengan baik untuk mendapatkan hasil
akhir yang baik.

Hal baik lain yang terjadi selama KKN online adalah tidak ada
drama yang terlalu dramatis antara setiap anggota karena komunikasi
digunakan hanya seperlunya perasaan yang tidak seperlunya juga
menjadi tidak dapat hadir diantara setiap individu. Saat KKN
dilaksanakan secara offline mungkin akan ada banyak perselisihan
ataupun pertengkaran yang terjadi akibat kesalahpahaman. Tetapi

76
kesalahpahaman selama KKN online selalu dapat ditolerir dengan
berbagai alasan. Ntah karena memang tidak ada yang melebihi batas
dalam berperilaku atau memang karena komunikasi yang tidak begitu
intens.

Minimnya drama KKN yang terjadi sebenarnya membuat


suasana unit terlihat selalu baik-baik saja. Mungkin ada satu dua topik
yang diperbincangkan dibelakang layar tetapi tidak ada hal ekstrem
yang terjadi. Baik itu extremely good or extremely bad. Semua bejalan
dengan sangat aman, santai dan damai dalam hubungan antara satu
sama lain.

Pelaksanaan KKN baik secara online maupun offline memiliki


hal positif dan negatifnya masing-masing. Semua hal akan selalu
berjalan begitu hal positif akan selalu berada disamping hal negatif.
Hal-hal tersebut tidak terbantahkan. Sebagai seorang individu yang
dapat kita lakukan hanya memilah dan memilih cara untuk menyikapi
semua hal tersebut. Kita tidak dapat menyuruh orang lain untuk
memiliki pandangan yang sama terkait segala hal baik itu positif
ataupun negatif. Yang bisa kita lakukan hanyalah menyikapi segala
hal dengan apa yang kita yakini benar.

Memiliki prinsip dalam menyikapi banyak hal akan


membentuk kita untuk tetap berada pada jalan yang kita yakini. Di
dunia ini tidak ada yang salah dan tidak ada yang benar semua itu
hanyalah presepsi pribadi yang kita ungkapkan atau kita yakini.

Realita KKN online dan offline mungkin sangat berbeda dalam


segala hal. Tetapi, kembali lagi dengan hal yang kita yakini. KKN
online maupun offline bisa sama-sama terlihat baik-baik saja saat kita
dapat melihat keduanya melalui sisi positif yang dimiliki oleh
keduanya. Saat kita hanya berfikir bahwa semua hal berat karena sisi

77
negatif yang dimiliki maka pandangan kita akan jelek terhadap hal
tersebut.

Having a positive view on something new would open up your eyes into a
new world that you’ve never known

78
Kerjasama Tim yang Menguatkan
Abyan Irsyad

KKN-PPM UGM merupakan salah satu mata kuliah


pengabdian yang wajib dijalankan oleh setiap mahasiswa UGM,
sekaligus menjadi moment yang sangat ditunggu bagi beberapa
mahasiswa dan mungkin hal yang paling dihindari oleh lainnya.
Namun, bagi aku, seorang mahasiswa internasional Fakultas
Ekonomika dan Bisnis, KKN menjadi momentum untuk membangun
desa dengan kapasitas yang aku miliki.

Selama mengikuti pembelajaran matakuliah di kelas


internasional, pengetahuanku dipenuhi dengan pemahaman tentang
korporasi dan manajemen strategi pengembangan sebuah usaha
berskala internasional, sedangkan pengetahuanku tentang desa
sangatlah minim karena. Aku tidak begitu mengenal ragam persoalan
dan kebutuhan yang ada di desa. Tentu saja dengan adanya kegiatan
KKN membuat aku menjadi lebih antusias untuk dapat berkontribusi
dalam membangun usaha desa agar dapat go intenational juga. Desa
manapun yang nantinya menjadi lokasi KKN, aku berusaha untuk
dapat memberikan luaran yang berdampak.

Selama mempersiapkan KKN, muncul berita mengagetkan


dimana kasus virus covid-19 ditemukan di Wuhan, China. Mirisnya,
tepat pada tanggal 2 Maret 2020, Indonesia resmi terjangkit virus ini.
Berawal dari dilaporkannya dua kasus di Tangerang kemudian
menyebar dengan cepat ke hampir seluruh daerah di Indonesia.
Masifnya penyebaran virus ini tentu memberikan dampak bagi semua
aspek kehidupan, termasuk penyelenggaraan kegiatan KKN-PPM
UGM tahun 2020.

79
Skema terbaik penyelenggaraan kegiatan KKN-PPM UGM
tahun 2020 pun harus disesuaikan dengan kondisi yang ada. Desas
desus pelaksanaan KKN batal, KKN diubah menjadi daring turut
menghantui selama masa awal persiapan. Dalam situasi yang tidak
menentu ini, akupun menjadi bimbang. Muncul keresahan dalam hati.
Apa benar, moment yang sudah kunanti sejak lama tidak akan
terwujud. Sungguh tidak terbayangkan rasanya jika berkuliah di UGM
tanpa pengabdian.

Tak lama, ada sebuah kabar burung mengenai KKN Daring


2020 untuk pelaksanaan KKN-PPM UGM Periode 2. Stigma negatif
pun mulai keluar dalam social media maupun lingkungan sekitar.
“Yakin ga tuh KKN? Pengabdian tapi daring. Apa ga memaksa?”
Keraguan pun mulai menghantui program yang sudah kurancang
sebelumnya. Pasalnya, program yang telah kususun sebelumnya
rencananya akan kujalankan secara luring dan bukan secara daring.

Namun, semuanya berubah sejak pandemi merajalela di negeri


ini. KKN daring menjadi pilihan yang akhirnya harus kupilih. Kita
sebagai manusia harus dapat beradaptasi dengan kondisi dan perlu
melakukan penyesuaian dengan perubahan yang ada. Kondisi
pandemi memaksa masyarakat untuk adaptif. Termasuk untukku.
Aku harus belajar untuk beradaptasi dengan situasi yang baru karena
aku seorang manusia dan bukan robot yang bekerja dengan sebuah
template yang ada.

KKN daring bukan lagi menjadi sebuah wacana belaka,


melainkan realita yang mengundang mahasiswa untuk bersifat adaptif
terhadap segala rintangan. Pengabdian tidak berhenti karena
pandemi. Meski ada sedikit kekecewaan tidak dapat terjun langsung
ke masyarakat dan adanya perubahan program kerja yang telah
disusun semuanya. Luaran yang awalnya berbentuk tangible pun

80
perlu diubah untuk menyesuaikan penyampaiannya dalam bentuk
daring. Waktu dan tenaga tambahan untuk memikirkan alternatif
program daring tentu menjadi tantangan tersendiri untukku dalam
mengawali kegiatan KKN daring ini. Namun hal tersebut tak
menyurutkan antusiasku untuk tetap mengabdi.
Desa Lampegan Kecamatan Ibun menjadi tempat pengabdian
KKN daring kami dari unit JB036. Tanpa berekspektasi besar, aku
hanya ingin menjalankan program yang ada dan mencapai target
luaran ku, mengedukasi. Jumat, 22 Mei 2020, jam 11 pagi, kurang
lebihnya 4 minggu sebelum KKN daring dimulai, aku masih hanya
seorang anggota dengan kegiatan yang sudah sedikit terbayang untuk
dijalankan. Tiba-tiba aku menerima sebuah pesan dari kormasitku,
Taufi Al Faruk atau yang biasa dikenal Alfa. Dia mengajak ku untuk
berperan sebagai Koordinator Mahasiswa (Kormasit) Sub-Unit 1 untuk
Desa Lampegan.
Takut, merupakan reaksi pertama saat menerima pesan ini. Aku
tidak begitu mendalami peran mereka yang penting dalam KKN.
Fokusku hanya kepada programku saja dan bukan memimpin
kelancaran seluruh program.
Dengan jawaban ragu dan
mempertanyakan peran dari
jabatan tersebut, tanpa kepastian
yang ada, aku pun ditunjuk oleh
Alfa untuk menjadi kormasit. 22
mei 2020 jam 3 sore. Sejak itu, aku
bukanlah seorang anggota biasa,
melainkan aku adalah salah satu
pemimpin sub-unit dari tim
KKNku. Hanya dalam hitungan jam, semua persiapan awal perlu
diubah untuk kepentingan tim.

81
Jabatan kormasit ini cukup mengahantui pikiranku. Aku pun
mulai berfikir untuk bertanya kepada kakak tingkat yang pernah
menjadi kormasit. Namun, aku kesulitan menemukan orang yang
kukenal dan pernah menjadi kormasit. Untungnya, salah satu
temanku pernah menjadi kormanit. Mulai lah ku bertanya kepadanya.
Ia berkata bahwa menjadi kormasit bisa dibilang lebih sulit
dibandingkan menjadi Kormanit. Pembuatan laporan yang banyak
dan mengkompilasikan laporan masing-masing teman sub-unit,
mengingatkan dan mengawasi program masing-masing rekan sub-
unit, dan tentunya menjadi seorang pemimpin yang baik untuk sub-
unitnya. Tugas yang bahkan orang manapun akan sadar bahwa
tingkat kesulitannya cukup tinggi. Bukannya menjadi lebih takut, aku
malah merasa tertantang untuk membuat tugas yang dibilang sulit
menjadi mudah.

KKN daring menjadi sebuah kata yang horror bagi permulaan


KKN. Banyak ketidakpastian mengenai hal tersebut yang membuat
apapun yang disiapkan menjadi penuh dengan ketidakpastian. 29 Juni
2020 merupakan awal hari dari pelaksanaan KKN daring yang dibuka
dengan tamu kehormatan Nadiem Makarim. Mas Nadiem (sapaan
akrabnya) memberikan pidato pembukaannya, mengingatkan kita
kaum muda yang memiliki peran penting sebagai agent of change.
Sebuah kehormatan menjadi bagian dari KKN daring yang
menujukkan bahwa pengabdian bisa dijalankan dalam bentuk baru
yang mungkin bisa menjadi terobosan alternatif baru untuk
kedepannya.

Ditempatkan menjadi kormasit dalam sub-unit 1 Desa


Lampegan, bekerja bersama kormanit Alfa dan dua Kormater lainnya
seperti Hapsari, Daniel Yoga. Tak lupa bendahara unit yang juga
menjadi bagian dari sub-unit 1, Khansabila. Sisanya adalah anggota
sub-unitku yaitu Nurul, Azka, dan Tata. Demi kelancaran KKN daring

82
selama sebulan kedepan, tentunya perlu diadakan sistem untuk sub-
unit dalam perjalanannya. Sistem berupa target jam serta template
waktu kerja yang diekspektasikan dapat diisi agar tidak kekurangan
jam kerja kedepannya.

Rapat pertama kami sebagai sub-unit pun dimulai tanggal 1 Juli


2020 setelah kami coba untuk mempersiapkan Laporan Rencana
Kegiatan (LRK) secara individu. Namun, tentunya sebuah sistem yang
lebih tertata akan membantu pengisian LRK yang lebih cepat sebagai
tim. Rapat tersebut menjadi rapat pertama, namun juga rapat yang
paling mengasyikkan. Seusai rapat, kami pun melanjutkannya dengan
bermain game secara daring agar menenangkan pikiran sejenak dari
kepenatan penyusunan LRK. Untuk menambah keseruan dalam
bermain game ini, kami menyepakati hukuman bagi yang kalah main.
Bagi yang kalah, kami meminta mereka untuk menarikan tarian
PPSMB sewaktu masih
menjadi mahasiswa
baru. Azka menjadi
orang pertama yang
menerima kekalahan
tersebut dan menari
untuk kami semua.
Kamipun tertawa lepas.
Permainan ini sangat membantu menenangkan pikiran kami serta
dapat membangun kedekatan diantara anggota tim.

Kedekatan yang telah kami bangun juga dapat mendorong


peningkatan kerjasama tim sedikit demi sedikit. Minggu pertama
merupakan minggu yang diisi dengan perencanaan kegiatan. Sebagai
kormasit, sistem yang kusiapkan untuk rekan rekan sub-unit berupa
google sheets yang memberikan mereka sebuah platform untuk saling
melihat kegiatan yang direncanakan. Dengan begitu, masing-masing

83
akan memiliki akses yang lebih mudah untuk mencari program
interdisipliner yang membantu serta memasarkan rencana kegiatan
masing-masing kepada teman sub-unit. Dalam google sheets tersebut
pun ada juga sebuah pertanyaan identifikasi masalah kegiatan yang
dirancang dan apa urgensi dalam pelaksanaanya. Hal tersebut dapat
mempermudah kinerja kami untuk memasukkan program kerja ke
dalam sistem logbook nantinya.

Dalam perencanaan program kerja, aku mulai memikirkan


programku secara individu. Apa yang ingin aku raih dari KKN ini,
tentunya diperlukan juga analisis megenai kebutuhan desa agar luaran
yang kuciptakan setidaknya dapat membantu desa dan
kebutuhannya. Namun seiring berjalannya waktu, dalam perancangan
LRK masih ditemukannya sebuah tantangan awal yaitu tantangan
dalam berkomunikasi dengan pihak desa.

Komunikasi tentunya menjadi hal yang sangat penting sebagai


fondasi dari terlaksananya program. Sayangnya, komunikasi kami
dengan pihak desa tidak selalu mendapatkan respon yang baik.
Sebagai solusinya, kami berupaya untuk terus mengkomunikasikan
apapun program kerja yang telah kami susun agar pihak desa juga
mengetahui apa saja yang telah kami lakukan. Kami berupaya mencari
data dengan mengandalkan sumber data sekunder yang kami peroleh
melalui website. Kami berharap data sekunder yang kami peroleh
dapat membantu kami dalam pelaksanaan program. Meskipun kami
juga sangat menyadari bahwa data sekunder yang kami peroleh
mungkin saja masih bersifat umum dan belum menyentuh titik
permasalahan utama yang ada di desa.

Dengan kondisi tersebut, perancangan LRK untuk klaster sosial


humaniora (soshum) dan satu-satunya mahasiswa fakultas ekonomi
dalam unit, maka kami memulai program kerja dengan memanfaatkan

84
dukungan data sekunder sebagai basis identifikasi masalah.
Selanjutnya, aku mencoba menganalisis untuk menemukan apa saja
permasalahan umum di sektor ekonomi Desa Lampengan.
Berdasarkan hasil analisis awal, aku menemukan bahwa
pembangunan ekonomi desa relatif lambat. Hal ini dikarenakan masih
kurangnya fasilitias maupun infrastruktur yang membantu mengolah
produk maupun dalam pemasaran produk olahannya.

Berdasarkan data dari Pusat Data Desa Indonesia, Desa


Lampegan termasuk katagori desa maju. Hal ini membangun hipotesis
awal saya bahwa infrastruktur di desa tersebut masih aman untuk
memulai ekposur produk. Hipotesis lain pun juga muncul dengan
data mengenai produk kain tenun yang ada di Desa Lampegan
menjadi salah satu produk unggulan dari desa tersebut. Namun masih
kurang dari segi pemasaran yang mendukung perkembangan UMKM
dalam menarik pasar yang ada. Untuk itu, aku berupaya untuk
mengedukasi dari sisi pemasaran produk UMKM agar dapat
berkembang dan mampu mendorong peningkatan ekonomi desa.

Hal lain yang juga tidak kalah pentingnya, berdasarkan analisis


data sekunder aku juga menjumpai kolaborasi bersama BUMDesa
masih masuk dalam kategori rendah. Untuk itu, aku merancang
kegiatan yang dapat meningkatkan kolaborasi BUMDesa. Kolaborasi
BUMDesa menjadi salah satu kunci perkembangan dari UMKM
sekaligus untuk memperluas jejaring kemitraan agar UMKM yang ada
dapat lebih berkembang.

Dari identifikasi dan analisis data sekunder tersebut, muncul


tiga kegiatan utama yang nantinya akan aku jadikan sebagai program
kerjaku yaitu (1) Sosialisasi Pengelolaan BUMDesa, (2) Sosialisasi
Mengenai Platform Penjualan di Internet Sebagai Bentuk
Pengembangan UMKM yang Telah Ada, dan (3) Pelatihan product

85
branding UMKM Desa sebagai Pengembangan Bisnis. Untuk program
interdisipliner, aku pun berkomunikasi dengan tim sub-unit 1
mengenai kemungkinan bekerjasama dan menghasilkan luaran yang
lebih komprehensif dalam beberapa kegiatan mereka yang dapat aku
lihat dalam platform google sheets dan berujung mendapatkan 4
program pokok tema serta 2 program pokok non-tema interdisipliner.

Agar ketiga kegiatan utamaku dapat berjalan dengan lancar


secara daring, maka aku merealisasikannya dengan membuat forum
“webinar”. Aku berharap pihak desa, BUMDesa, UMKM, maupun
masyarakat desa dapat mengikuti acara sosialisasi dan pelatihan ini.
Tanpa berfikir lama, itulah yang menjadi luaran utama yang ingin
kucapai. Ada atau tidak keberadaan pihak desa yang akan bergabung
dalam acara webinar ini, aku akan tetap menjalankan mitigasi resiko
tersebut dengan merekam webinar yang telah dijalankan dan
menyimpannya dalam google drive agar nantinya dapat diakses oleh
warga desa dan mungkin disaksikan bersama dalam kantor desa
sebagai salah luaranku. Dengan idealisme yang tinggi, aku pun siap
menjalankan program kerja KKN daring ini.

Minggu kedua menjadi awalan sebuah pelaksanaan program


yang sudah dirancang. Di minggu ini, aku mendedikasikan waktu dan
tenaga untuk mempersiapkan topik program tema individuku. Berat,
namun akan menjadi permulaan yang sangat kuat. Sembari
mempersiapkan, terpikirkan sejenak dalam pikiran ku untuk
mengembangkan luaran dengan materi yang lebih relevan, bukan
materi dari aku, tapi dari pemateri yang memahami mengenai topik
tersebut. Tak terlepas bahwa mereka juga harus memahami kondisi
Desa Lampegan sebelum mengisi materi. Untuk itu, aku
mempersiapkan identifikasi dan analisis awal untuk membantu
memberikan gambaran kepada pemateri terkait Desa Lampengan.
Analisis tersebut menjadi awalan untuk langkah selanjutnya.

86
Namun, dengan adanya komunikasi yang terbatas kepada
warga desa maupun KaDes Lampegan. Mitigasi resiko mengenai
perkenalan rancangan kegiatan pun menjadi krusial. Pembuatan
proposal untuk masing-masing program kerja tersebut pun
kujalankan apabila nantinya komunikasi berujung lancar, kesempatan
dalam menjelaskan isi program akan dipermudah dengan pemaparan
proposal dari webinar yang ingin dijalankan. Kondisi daring dan
sulitnya berkomunikasi akhirnya memberikan pelajaran untuk selalu
memiliki alternatif untuk memitigasi resiko apabila ada perubahan
dadakan dan untuk mengontrol perubahan apabila terjadi.

Satu demi satu proposal selesai dilaksanakan dengan lancar dan


aku bekerjasama dengan Hapsari, salah satu anggota sub-unit 1.
Dilanjutkan dengan pembuatan ToR untuk tamu undangan pembicara
yang diharapkan dapat mengisi materi. Saran yang konstruktif dalam
pembuatan ToR dari Tata sebagai salah satu anggota sub-unit pun
dijalankan bersama. Pembicara pun terkumpul dan menerima ToR
dengan struktur yang sangat profesional, berkat bantuan dan kerja
tim. Ketika pembicara yang sesuai dengan expertise nya sudah fix,
ekposur kegiatan juga menjadi poin penting untuk memasarkan
dampak yang ada untuk tak hanya kepada desa, namun juga publik
apabila menginginkan pengetahuan tersebut.

Pembuatan konten untuk ekposur pun dibantu dengan tenaga


kerja tim sub-unit 1 dari Alfa, Hapsari, dan Khansa. Sebagai tim,
konten dapat dibuat hanya dalam satu hari dan siap di-post dengan
cepat. Dalam pelaksanaan webinar, Azka dapat bekerja sebagai
operator mengingat latar belakangnya sebagai mahasiswa Teknologi
Informasi, Khansa dan Tata juga bersedia membantu menuliskan
Notulensi agar bentuk luaran menjadi variatif.

87
Tiga webinar dengan pembicara yang professional serta total
peserta kurang lebih 40 user menjadi hasil dari kegiatan yang
dijalankan dalam 1 bulan. Namun, apabila dilihat lebih dalam, semua
itu tidak akan tercapai dengan upaya seorang individu. Sebagai tim,
hasil yang diraih dan pelaksanaan proses pencapaian hasil akan jauh
lebih mudah. Segala apresiasi aku berikan kepada teman teman sub-
unit 1 yang berhasil melaksanakannya dengan penuh senang hati demi
terlaksananya kegiatan pengabdian yang dibilang tidak terasa itu.

Setelah menelaah kembali seluruh proses dalam pembuatan


luaran yang selalu ingin kukembangkan dalam KKN, aku pun mulai
sadar bahwa semua itu tercapai dengan hasil yang lebih dari
bayanganku dengan adanya kerja sama tim. Hal yang tidak pernah
kupikirkan dalam KKN akan memberikan dampak signifikan dalam
pelaksanaannya. Kerja tim sudah menjadi sebuah variabel yang dapat
membantu kesuksesan semua luaranku. Tidak hanya program, sebuah
jabatan yang selalu kutakuti mengingat tingkat kesulitan yang ada.

Aku pun kembali menyadari bahwa pekerjaan itu menjadi


sangat mudah dengan adanya rapat koordinasi dan ide-ide yang
konstruktif untuk membuat sistem yang mempermudah seluruh
elemen sub-unit 1 dalam membuat rancangan maupun laporan di
akhir. Mereka yang aku kira hanya akan memikirkan programnya
sendiri, ternyata juga mendukung dan sedia membantu kesuksesan
tim. Sungguh janggal apabila dibayangkan kembali, beban seribu ton
di awal tentang sebuah stigma KKN daring dan kemungkinan
kesulitannya yang akan merepotkan ternyata tidak begitu benar.
Masing-masing selamat dan bercerita kisah suka dan duka, walaupun
di awal, saat, dan akhir KKN tidak pernah bertemu. Tapi, sebuah
perasaan kebersamaan mendorong untuk mencapai seluruh luaran
untuk tercapai dengan kepuasan yang sesuai dengan ekspektasi
masing-masing.

88
Telat kusadari, KKN bukanlah perihal memberi apa yang kamu
miliki sebagai individu melainkan memberi dan mengabdi dengan apa
yang dimiliki seluruh tim untuk pengembangan desa. Programmu
sebagai individu bukanlah sebuah index yang menunjukkan
penyelesaianmu. Namun, hasil luaran kompilasi dalam satu sub-
unitmu untuk mencapai seluruh luaran utamanya, yaitu
pengembangan potensi desa, tentu menjadi sebuah index yang jauh
lebih memuaskan apabila tercapai.

Segala tantangan yang ada; pandemi, KKN daring, dan


komunikasi yang terbatas bukanlah menjadi hal yang menutup
kemungkinan untuk mengabdi. Tapi tanpa kerja sama tim antar rekan
sub-unitmu lah yang akan merusak dan membuat pengabdian
bukanlah hal yang kamu bayangkan. Sebuah bibit permulaan baru
yang kupelajari untuk kalian yang nantinya melanjutkan kisah ini.

89
Lampegan 2:
Mengabdi dan Mengenal
Secara Offline - Online
Dari yang Gak Terjun ke Lapangan
Aji Pangayoman

Halo Aji disini dan ini adalah cerita seputar KKN-ku. Secara
pribadi sebenarnya aku bukan tipe orang yang begitu tertarik dengan
kegiatan KKN ini terlepas dari apakah KKN ini akan dilakukan secara
daring atau tidak. Padahal yang kutahu bahwa di luar sana banyak
orang yang teramat mendamba-dambakan kegiatan KKN ini. Mulai
dari kisah jalan-jalan saat KKN, kisah percintaan, sampai pengalaman
tinggal di tempat yang belum pernah dikunjungi sebelumnya.

Aku adalah orang yang skeptis dengan hal-hal tersebut, karena


menurutku KKN ini hanya akan seperti hari-hari biasa saja. Oleh
karena itu, saat teman-teman sangat antusias saat menginjak semester
6 karena akan menyambut KKN, aku menjadi satu dari sekian orang
yang tidak begitu tertarik dengan kegiatan ini. Meskipun sebelumnya
aku sudah mendengar cerita dan drama-drama yang luar biasa dari
teman yang sudah menjalani KKN sebelumnya.

Misi utamaku di KKN ini sebenarnya cukup sederhana. Aku


cuman ingin ke tempat yang belum pernah kukunjungi sebelumnya.
Selebihnya, siapa sih yang bisa memalingkan padangan dari
keindahan alam yang dimiliki di Nusa Tenggara? Ingin rasanya
melihat pemandangan itu secara langsung, bukan dari feed Instagram
lagi. Waktu sudah mulai bergeser menuju pertengahan semester
genap, tapi open recruitment dari KKN Nusa Tenggara belum juga
lewat timeline. Akhirnya aku sudah lebih dulu diajak untuk gabung tim
KKN di Desa Binyan Bali sama teman satu UKM. Sebenarnya saat itu
aku tidak sampai berfikir panjang karena KKN di Bali sepertinya asyik
juga. Akhirnya aku memutuskan untuk bergabung di tim ini. Satu hal
yang membuatku tidak begitu memperjuangkan lokasi KKN di Nusa

90
Tenggara adalah karena secara umum aku gak punya antusiasme
sama KKN ini.

Drama panjang dilalui tim KKN ini untuk memperjuangkan


lokasi KKN. Aku sempat mendengar kabar dari teman-teman kalau
lokasi KKN di Bali ini termasuk lokasi dengan persaingan yang cukup
ketat. Drama ini bermula dari keberadaan tim KKN yang lokasinya
sama. Tim KKN yang memilih lokasi sama itu adalah tim KKN yang
meneruskan tim KKN sebelumnya yaitu di Desa Satra dan Bantang
Kecamatan Kintamani. Sementara tim kami memilih lokasi di Desa
Binyan yang berada pada kecamatan yang sama. Masalahnya ada pada
regulasi dari kampus yang menetapkan bahwa kegiatan KKN ini
berbasis pada kecamatan sehingga tidak memungkinkan adanya 2 tim
dalam 1 kecamatan.

Cerita itu berlanjut sampai tim kami harus melakukan


presentasi di depan Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat
(DPkM). Presentasi ini lebih populer disebut sebagai battle di kalangan
mahasiswa karena pada prinsipnya memang benar itu adalah
pertarungan antar tim untuk memperebutkan lokasi KKN. Singkat
cerita kami tidak berhasil memenangkan battle tersebut. Ada beberapa
teman kami yang kecewa akan hal tersebut dan memutuskan untuk
tidak melanjutkan bergabung di tim ini.

Hilangnya beberapa anggota tim yang sudah bergabung


sebelumnya membuat kami harus kembali melakukan rekrutmen.
Setelah berlalu akhirnya tim kami kembali lengkap dan siap untuk
melanjutkan perjuangan tim KKN ini. Setelah kalah battle, tim kami
diberi kesempatan untuk memilih lokasi yang disediakan oleh DPkM.
Akhirnya tim kami memilih lokasi KKN di Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung. Mulai dari sinilah kisah KKN yang
sesungguhnya dimulai.

91
Pada awal Maret tahun 2020 kabar bahwa virus corona sudah
mencapai Indonesia. Kami pun mendengar bahwa teman-teman yang
melakukan KKN di periode pertama ditarik dari lokasi KKN dan
kegiatan dilanjutkan secara daring. Hal ini mengundang rasa kecewa
dari teman-teman. Kalau aku? Biasa aja karena dari awal sudah gak
begitu tertarik justru hal ini membuatku semakin tidak tertarik dengan
KKN daring. Apa yang bisa diharapkan dari KKN daring? Tentunya
kita tidak bisa berharap dalam kondisi seperti ini.

Persiapan tim untuk melaksanakan KKN pun jadi semakin


kendur. Aku merasa semangat tim KKN ini tidak membara seperti di
awal proses pembentukan tim. Padahal tadinya kami sudah
merencanakan akan tinggal dimana, berapa dana yang dibutuhkan,
akan mencari dana sponsor kemana saja. Namun semua berubah
setelah DPkM mengumumkan secara resmi bahwa KKN-PPM Periode
2 akan dilaksanakan secara full daring. Yang awalnya setiap minggu
mengadakan rapat 2 sampai 3 kali, setelah pengumuman itu tidak lagi
diadakan rapat dengan jadwal serutin itu.

KKN daring inipun masih menimbulkan banyak pertanyaan


dari mahasiswa. Mulai dari teknis pelaksanaan sampai urusan
administrasi. Persiapan KKN daring ini dirasa membutuhkan waktu
lebih lama lagi agar benar-benar siap untuk diimplementasikan.
Persiapan KKN ini kurasa masih terkesan buru-buru dan serba
mendadak. Bagaimana ingin menikmati prosesnya jika seperti ini?
Jiwa skeptis yang ada pada dirikupun semakin menjadi-jadi.

Satu hal lagi yang aku sadari di tengah riuhnya persiapan KKN
adalah alur informasi yang chaos. Gimana enggak? Yang seharusnya
alur informasi tersalur dari atas ke bawah secara teratur dari DPkM
kemudian ke kormanit, dari kormanit kemudian kormasit, dan
akhirnya sampai kepada seluruh mahasiswa peserta KKN. Yang

92
terjadi adalah informasi menyebar begitu cepat di grup-grup berupa
kabar burung yang dilengkapi screenshoot-an. Mungkin bagi beberapa
orang tidak masalah dengan hal itu. Tapi menurutku yang begitu-
begitu dapat menimbulkan persepsi liar dari masing-masing
mahasiswa yang gak sedikit jumlahnya sehingga di setiap sosialisasi
yang diadakan DPkM sering tidak kondusif. Mulai dari banyaknya
pertanyaan yang sama yang diajukan berulang, sampai perdebatan
alot antar mahasiswa maupun pihak DPkM.

Sedikit drama dan perdebatan yang terjadi selama KKN ini lagi-
lagi membuatku semakin tidak tertarik untuk tergabung didalamnya.
Setiap hal itu mulai terjadi, entah itu dalam sosialisasi yang dilakukan
DPkM, atau rapat general satu tim, kalau bisa memilih untuk diam aku
akan bertahan pada pilihan itu. Perdebatan berkepanjangan hanya
akan membuang-buang energi bagiku. Tapi entah mengapa mungkin
bagi beberapa orang, perdebatan adalah ajang untuk pamer
intelektualitas.

Berbicara tentang persiapan KKN dan seluruh rapat online


yang berapi-api. Banyak diantara mahasiswa tim kami yang
“kebakaran jenggot” pada minggu pertama KKN, karena pada
dasarnya kami memang masih bingung tentang apa yang akan kami
lakukan selama kurang lebih 2 bulan kedepan. KKN ini adalah sesuatu
yang belum pernah kita lakukan sebelumnya, dan KKN daring ini
adalah sesuatu yang baru pertama kali dilakukan di UGM atau
mungkin di seluruh kampus di Indonesia. Banyak hal
membingungkan dalam menjalani KKN ini karena sejatinya KKN
yang kami lakukan adalah Kuliah Kerja Maya dan bukan Kuliah Kerja
Nyata yang sesungguhnya.

Pada minggu pertama pelaksanaan KKN diawali dengan


penyusunan Laporan Rencana Kegiatan (LRK). Banyak dari

93
komponen LRK yang tidak benar-benar kami pahami karena
sebenarnya kami tidak benar-benar menjalani hal tersebut. Aku
merasa LRK itu tidak begitu relevan dengan KKN daring ini.
Walaupun mungkin benar bahwa LRK yang sekarang kami isi adalah
LRK yang baik dan relevan jika KKN yang dilakukan secara luring.
Instruksi yang kami terima dari DPkM dan cerita-cerita yang kami
terima dari kakak tingkat kurasa tidak membantu sepenuhnya.
Instruksi dan informasi yang kami terima masih cenderung
menggambarkan tentang KKN luring. Sedangkan yang kami
butuhkan adalah gambaran utuh bagaimana KKN daring sebenarnya.

Sempat DPkM mengundang salah satu mahasiswa yang


melaksanakan KKN pada periode pertama untuk menceritakan kisah-
kisah suksesnya. Namun tetap saja menurutku hal itu tidak membantu
banyak karena sejatinya kita akan benar-benar belajar ketika kita
melakukannya sendiri. Terlebih kisah sukses adalah satu dari sekian
cara untuk memotivasi sekelompok orang untuk melakukan sesuatu.

Suatu keberuntungan bagiku karena tinggal di sebuah indekos


bersama teman-temanku yang memiliki peran berbeda-beda. Dalam
sebuah tim KKN UGM terdiri dari koordinator mahasiswa unit
(kormanit), koordinator mahasiswa subunit (kormasit), dan
koordinator kluster (kormater), dan di lingkungan teman-temanku
mereka memiliki peran yang berbeda-beda tersebut. Mudah bagiku
untuk saling berbagi dan belajar bersama mereka karena kami dapat
belajar dari sudut pandang yang berbeda-beda. Dengan belajar dari
sudut pandang yang berbeda-beda itu rasanya dapat mempelajari
bagaimana KKN ini berjalan secara utuh.

Beruntungnya aku tergabung dalam sebuah kelompok kecil


dalam tim KKN ini yang bernama sub-unit 2 Lampegan. Secara
kebetulan semua anggota sub-unit 2 berada berada di Yogyakarta

94
sehingga akan lebih mudah untuk mengajak berkumpul untuk
membahas sesuatu yang berkaitan dengan KKN. Hal ini juga membuat
persiapan KKN yang kujalani terasa lebih mudah. Walaupun sebelum
KKN aku dipenuhi dengan pemikiran skeptis, tapi diawal proses KKN
aku dipertemukan dengan banyak keberuntungan.

Mulai dari minggu pertama KKN kami sub-unit 2 jadi sering


berkumpul di salah satu rumah teman kami yaitu La Ode Fikri Hanifa.
Awal pertemuanku dengan mereka merupakan momen-momen
canggung dan aneh. Tapi
apa boleh buat karena
merekalah partner-ku
selama kurang lebih 2 bulan
kedepan. Tidak lupa diawal
pertemuan kami melakukan
foto bersama. Tidak lupa
juga kami menunjukkan
protokol kesehatan tetap
kami junjung tinggi dalam foto kami.

Anggota sub-unit 2 ini berisikan 7 manusia yang dalam


beberapa hal kami berada satu golongan yang sama. Begitu berkumpul
jadi satu kami hanya akan berisik mengobrol bergurau hanya kalau
kami mau. Selebihnya kami akan diam seribu bahasa entah sibuk
dengan kesibukannya masing-masing, atau memang bersiap untuk
melanjutkan pembicaraan. Entah dalam hal apa lagi kami memiliki
kesamaan namun sampai sejauh ini kami merasa baik-baik saja ketika
bersama.

Menurutku anggota dari sub-unit 2 ini bukan orang-orang yang


serba sama dan serba cocok, tentu saja kami memiliki perbedaan dan
keunikannya masing-masing. Yang aku suka dari teman-teman yang

95
ada di subunit 2 adalah mereka semua adalah orang-orang yang
memahami dimana mereka berada. Hal itu juga yang membuat
mereka tidak begitu banyak bicara di semua situasi. Dengan begitu
sub-unit 2 memiliki caranya untuk membuat nyaman antara satu
dengan yang lainnya.

Aku belum begitu mengenal mereka tapi aku punya beberapa


hal yang bisa kuceritakan tentang mereka. Mulai dari anggota yang
bernama Syah Menan Lubis. Berasal dari Fakultas Peternakan, asal
daerahnya dari Kota Medan. Yang aku tahu tentang stereotip orang
Medan adalah orang dengan watak yang keras. Entah ada berapa
banyak stereotip negatif yang aku pikirkan terhadap temanku yang
satu ini. Namun yang jelas Syah Menan Lubis bukan orang yang
seperti itu. Lubis ini orang yang tahu bumi mana yang ia sedang pijak.
Menurutku juga, Lubis ini tahu bagaimana caranya bersikap di saat
dia sedang berkumpul dengan siapa. Walaupun diawal sampai akhir
KKN Lubis ini adalah orang yang paling santuy, tapi dia tetep keren
karena bisa melewati KKN sampai tuntas. Pada saat kami sedang
berkumpul, kami tidak begitu banyak berbicara namun tetap
mendengarkan.

Banyak yang bisa aku pelajari dari teman-temanku seperti dari


salah satu anggota subunit 2 yang bernama Tigar Brilyan Sugijata.
Lelaki tidak berhidung belang ini orang asli Yogyakarta yang berasal
dari Fakultas Ilmu Budaya. Tigar adalah orang yang mandiri dan tidak
menggantungkan kebutuhannya secara penuh ke orangtuanya. Punya
usahanya sendiri, dan juga punya pacarnya sendiri. Orang yang bisa
dibilang paling kalem diantara teman-teman sub-unit 2. Suaranya nge-
bass dan tempo bicaranya yang lambat membuat manusia yang satu
ini punya kharismanya sendiri tapi bukan motor karisma.

96
Kalau Tigar punya tempo bicara yang lambat, teman sub-unitku
yang satu ini memiliki tempo bicara yang sangat cepat sampai-sampai
tidak dapat dikontrol. Namanya La Ode Fikri Hanifa, orang yang
bersedia menampung teman-teman sub-unitnya untuk berkumpul
setiap minggu di rumahnya. Urusan perut tidak perlu khawatir kalau
ada dia. Ode ini gak banyak berfikir untuk membantu teman-
temannya yang butuh bantuannya. Aku dengar dari ceritanya juga
kalau Ode aktif di organisasi fakultasnya dan memiliki peran yang
cukup penting. Dari sini aku mulai sadar kalau aku dikelilingi teman-
teman yang keren juga ya. Temanku ini juga suka banget kalau lagi
bahas tentang lokasi, apalagi bahas suatu tempat yang dia belum
pernah kunjungi tapi daerahnya sudah dia ketahui. Pokoknya orang
yang paling semangat kalau lagi membahas lokasi atau tempat La Ode
namanya.

Beralih ke kaum hawa, teman-teman sub-unit perempuan ada 3


orang dan salah satunya adalah sang beauty blogger, Salsabila
Kiranasafira atau yang biasa dipanggi Bella. Bella ini salah satu
founding fathers dari tim KKN Ibun bersama teman seperjuangannya
Alfa, dan Wildan. Walaupun seorang blogger, bintang film dan
selebgram, ternyata Bella tidak begitu heboh dan ramai di
kesehariannya. Dia tetap diam seperti teman-teman sub-unitnya.
Mungkin Bella ini memang humble dan merendah tidak tahu untuk
meroket atau tidak orangnya. Bella orangnya santai dalam
mengerjakan semua programnya tapi tetap selesai. Kaum hawa di sub-
unit 2 ini memang cenderung rajin-rajin orangnya. Bella ini juga dalam
beberapa kesempatan bersedia untuk meng-cover kerjaan kormasitnya
yang suka khilaf dan terjebak dalam jurang kemalasan.

Bella juga punya teman dalam membantu kormasitnya itu yaitu


Tita Thalia Nurcahyani yang biasanya dipanggil Tita. Salah satu orang
yang berdedikasi tinggi untuk mengerjakan KKN ini dengan

97
programnya yang cenderung idealis. Meskipun terbatas akses data
dari Desa Lampegan, Tita bisa merealisasikan programnya dengan
ciamik. Tita orangnya serius diantara kami-kami yang suka
melemparkan lawakan absurd nan tidak jelas. Namun entah kenapa
Tita punya caranya sendiri dengan keseriusannya untuk tetap
membaur dengan lawakan teman-teman subunit 2.

Sub-unit 2 selalu punya caranya mencairkan suasana disela-sela


heningnya mereka. Salah satu dewi lawak di sub-unit 2 yang turut
berpartisipasi dalam mencairkan suasana adalah Fransesca Patricia
Pamphila Chandra. Seorang wanita dengan nama terpanjang dan
terumit diantara kami semua ini adalah orang yang santuy-nya hampir
setara dengan Lubis. Namun dibalik itu semua Fransesca atau yang
biasa dipanggil Ica ini adalah orang yang aktif. Aku denger sih dia
punya pet shop. Dia aktif di salah satu tim mobil-mobilan UGM, entah
tim mobil-mobilan atau tim roket aku kurang tahu juga sebenarnya.
Dia juga suka mengikuti part-time job gitu entah sebagai guru les privat
atau lainnya. Mungkin seorang Ica ini sudah tidak memiliki banyak
energi untuk menghadapi KKN daring ini karena sudah dia habiskan
diluar.

Momen ketika kami berkumpul adalah momen yang berharga.


Dalam setiap pertemuan tidak selalu ada yang baru, tapi yang pasti
setiap kami berkumpul adalah proses kami untuk mengenal satu
dengan yang lain. Dalam proses itupun tidak selalu dengan saling
berbicara dan bercerita. Namun juga dengan saling mendengarkan,
atau sekadar saling mengamati apa yang dilakukan.

Menurutku yang menjadi ciri khas dari manusia sub-unit 2


adalah inside jokes-nya yang tidak mudah dimengerti oleh orang lain
yang bukan dari sub-unit 2. Entah itu jenis lawakan yang “receh”
sampai dengan sepatah kata yang bisa bikin tertawa terbahak-bahak.

98
Bagi orang lain mungkin akan terheran ketika melihat kami tertawa
sambil bertanya-tanya apa yang sedang kami tertawakan sebenarnya.
Menurutku aku dan teman-teman sub-unitku telah memasuki tingkat
kedekatan tertentu dengan memiliki inside jokes itu. Suatu kebanggaan
dan kebahagiaan bisa bersama mereka.

Bisa rutin berkumpul di tengah KKN dan membangun momen


tersendiri diantara kami sub-unit 2. Sampai-sampai akupun tidak tahu
apa yang bisa aku ceritakan tentang tim KKN secara keseluruhan.
Meskipun begitu, di beberapa kesempatan aku sempat menjalankan
program kerja interdisipliner lintas sub-unit. Bertemu secara langsung,
mengunjungi mitra untuk bekerjasama dalam program kerja. Yang
paling berkesan diantara semua adalah makan gratisnya. Buat teman-
teman yang mungkin timbul perasaan iri dan dengki dalam hatinya
dimohon untuk tidak meluapkan amukannya ya.

Disamping sub-unit 2 yang bisa bertemu secara langsung,


masih ada teman-temanku dari sub-unit lain yang bahkan aku belum
kenal sama dia. Ada yang kurang rasanya ketika masih ada orang yang
benar-benar belum pernah berinteraksi langsung dengannya. KKN
daring ini sedikit banyak telah membangun “dinding” antara kami.
Karena bagaimana membangun interaksi ketika memang tidak
memiliki urusan sama sekali? Besar harapan aku bisa kenal kalian
semua. Kalau ada makrab nanti, semoga bisa menjadi malam
keakraban bagi kita semua, bukan hanya antar sub-unit, antar jurusan,
antar geng atau antar UKM.

Disisi lain, aku sadar bahwa kita tidak selamanya bisa bersama
tapi hal itu tentu saja bukan masalah. Kita mungkin bisa bahagia
bersama, tapi kita punya hal lain yang ingin kita lakukan, kita punya
keluarga, kita punya teman yang bisanya kita habiskan waktu
bersamanya. Teman-teman saat ini bukan segalanya tapi tetaplah

99
berharga dan punya ruang di hati kita. Sekali lagi suatu kebanggaan
dan kebahagiaan bisa mengenal kalian semua wahai teman yang gak
seperjuangan banget.

Akhir kata yang gak akhir-akhir banget. Terima kasih kepada


seluruh teman-teman tim KKN Pesona Ibun 2020 dan special thanks
kepada seluruh warga sub-unit 2 yang luar biasa. KKN daring ini
bukanlah sebuah bencana atau nestapa yang melanda kita yang ada
didalamnya. Selama kita bisa mangambil pelajaran dan nilai yang ada
didalamnya, kesan-kesan puitis nan romantis itu bisa kita peroleh
sendiri. Selamat melanjutkan perjuangan di kampus biru teman-
teman!

100
Pengabdian Seorang Apatis
Syah Menan Lubis

Sebelum saya menceritakan pengalaman saya selama proses


Kuliah Kerja Nyata (KKN), saya akan memperkenalkan diri saya
terlebih dahulu. Perkenalkan nama saya Syah Menan Lubis saya
berasal dari Sumatra Utara. Saya mengambil jurusan di Fakultas
Peternakan Universitas Gadjah Mada angkatan 2017. Sedikit berbicara
tentang saya, saya tidak suka dengan teori tetapi lebih menyukai yang
namanya praktek langsung atau terjun langsung ke lapangan. Saya
memiliki kesulitan dalam mengingat pelajaran dalam waktu yang
lama. Saya akan memulai cerita pengalaman KKN (Kuliah Kerja
Nyata) saya yang begitu banyak fenomenalnya dan saya akan
menjelaskan untuk para pembaca bagaimana mencegah KKN daring
agar tidak garing.

Pada pertengahan bulan dua belas 2019, kelompok KKN kami


terbentuk yang awal masuknya saya masih berjumlah kurang lebih
sepuluh orang yang terdiri dari semua klaster dan dibimbing oleh
salah satu Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang sangat keren dan
juga sangat perhatian ke anak didiknya yaitu mbak Theresia
Octastefani. Dosen yang tidak pandang buluh dan dan selalu
memberikan solusi yang sangat dapat membangkitkan semangat anak
didiknya. Awal masuk ke tim KKN saya tidak pernah kepikiran akan
masuk ke dalam tim ini tetapi mungkin jalan Tuhan dipertemukan
dengan teman-teman yang hebat.

Awal bergabung dengan tim ini, saya mendapatkan tawaran


dari teman satu fakultas saya yang ketepatan dia adalah salah satu tim
pengusul. Saya berpikir dia hanya bercanda mengajak saya gabung
kedalam timnya karena dari banyak teman saya baru dia yang

101
mengajak saya ikut gabung ke tim. Walaupun kemungkinan sudah
banyak juga yang dia ajak ikut gabung ke tim. Tetapi saya sangat
bersyukur saya masuk dalam rekrutan dia. Dalam tim ini, saya dan
Dinda Ardhena berasal dari satu fakultas yang sama. Dinda
merupakan salah satu wanita keren selain wajah yang cantik dia juga
memiliki ilmu dan gagasan yang banyak dalam membantu
melaksanakan dan menyelesaikan program yang telah kami buat.
Pada awal mula terbentuk tim KKN, kami mengambil di daerah Bali
yang menurut kami punya potensi untuk dikembangkan daerahnya.

Tim KKN yang dulunya memilih di Bali mempunyai 8 orang


tim pengusul yang berjuang habis-habisan agar bisa melakukan KKN
di salah satu desa di Bali. Kami juga mempunyai ketua tim yang sangat
bertanggung jawab dalam melaksanakan tugasnya. Delapan orang tim
pengusul melakukan kerja keras dari pagi siang dan malam dalam
mengerjakan proposal agar lolos untuk didanai oleh Direktorat
Pengabdian kepada Masyarakat (DPkM). Selang bebeberapa minggu
saya masuk ke dalam tim ini, maka kami melanjutkan proses dengan
oprec untuk dapat memenuhi syarat jumlah anggota sesuai aturan dari
DPkM yaitu 1 tim berjumlah tiga puluh orang. Oprec dilakukan
selama dua minggu. Pada awal perukrutan banyak mahasiswa yang
minat atau mendaftar ingin ikut serta. Dua minggu dilakukan
perekrutan banyak pendaftar yang ditolak karena tidak memenuhi
kriteria yang diinginkan.

Dalam perekrutan ada beberapa syarat yang harus dipenuhi


dan menurut saya syaratnya cukup lebih mudah dibandingkan
dengan persyaratan dari team KKN unit lain. Banyak dari team KKN
lainnya yang menurut saya memberikan persyaratan yang tidak
masuk akal dan bahkan ada tim KKN yang mewajibkan peserta KKN
yang akan di rekrut harus mendapatkan sponsor agar menjadi nilai
plus mausk ke dalam tim KKN. Salah satu tindakan pemilihan anggota

102
yang kurang berkompeten. Setelah proses rekrutmen terlaksana dan
sudah dilakukan proses pengumuman anggota yang masuk ke dalam
timm kemudian diadakan pertemuan pertama sekali di Fakuktas
ISIPOL. Peserta KKN yang datang hampir berjumlah 30 orang dan ada
juga yang tidak hadir karena sebuah alasan tertentu.

Pertemuan pertama para anggota KKN dilakukan mulai dari


memperkenalkan diri dan dilanjutkan dengan mengadakan games
kecil-kecilan dan lumayan seru walaupun kadang garing. Diawal
pertemuan semua anggota masih terlihat malu-malu, diam, dan belum
menampakkan jati diri sebenarnya, contohnya seperti saya. Setelah
pertemuan pertama itu, kami menyepakati agenda pertemuan rapat
yang akan dilakukan setiap seminggu sekali. Pertemuan kedua
dilakukan pada hari Selasa jam 6 sampe selesai dilakukan di sebuah
gedung di lingkungan Fisipol. Di pertemuan ini mulai dilakukan
pembahasan tentang program-program kerja yang harus dikerjakan
selama proses KKN. Di pertemuan ini para anggota masih kelihatan
malu-malu dan masih belum berani dalam menuangkan ilmu yang
mereka ketahui.

Di pertemuan ketiga dilakukan lagi rapat yang sama halnya


membahas program yang harus dilakukan dan yang akan dimasukkan
kedalam proposal yang akan diajukan ke DPKM. Setelah beberapa
program kerja yang sudah di tulis di dalam proposal selesai, tim
pengusul melakukan pengolahan data lagi guna lolos seleksi dengan
memenangkan proposal pengajuan dan mendapatkan bantuan dari
DPkM. Pengajuan proposal tahap pertama tim KKN kami lolos dan
melaju ketahap selanjutnya. Tetapi ada kendala yang cukup
menghambat yaitu dalam daerah yang kami tuju ada juga team lain
yang lolos juga walaupun masih fenomenal juga. Proses selanjutnya
yaitu proses debat yang diikuti oleh DPL dan ketua dari tim KKN
kami. Proses debat dilakukan dalam satu hari yang diadakan oleh

103
DPkM. Setelah berbagai proses kegiatan dan tahap yang sudah dijalani
tinggal menunggu hasil dari kerja keras yang dilakukan.
Pengumuman lolos atau tidaknya dilakukan setelah kurang lebih
seminggu setelah proses debat dilakukan. Hari yang dinantikan tiba,
DPkM mengumunkan tema tim yang lolos dan mendapatkan bantuan
dari DPkM. Namun sangat disayangkan tim KKN kami tidak lolos dari
hasil seleksi tersebut. Bagi saya itu tidak terlalu berpengaruh tetapi
saya lebih kasihan kepada tim pengusul yang sudah berjuang untuk
memenangkan.

Untungnya, anggota tim KKN kami tidak putus asa dan tetap
berjuang untuk mencari daerah lain yang memiliki potensi dan mau
menerima KKN di daerahnya. Setelah pengumuman ketidaklolosan
KKN di Bali, ada beberapa anggota yang sebelumnya menjadi anggota
mengundurkan diri dengan berbagai alasan dan juga mendapatkan
tim lain. Anggota tim KKN pun berkurang dan dilakukan lagi
perekrutan anggota baru. Setelah didapatkan anggota baru maka
anggota tim KKN kembali berjumlah 30 orang yang terdiri dari setiap
kluster. Dari 30 orang anggota KKN dilakukan pembagian sub-unit
yang terdiri dari empat sub-unit yang masing masing sub-unit
berjumlah 7 orang. Setiap sub-unit mewakili steiap kluster yang ada.

Pada kesempatan KKN ini, kami akhirnya mendapatkan lokasi


KKN di Kecamatan Ibun Kebupaten Bandung. Setelah mendapatkan
lokasi KKN yang dituju, tak berselang lama kabar virus covid-19 yang
awalnya berasal dari Wuhan sudah mencapai Indonesia. Di minggu
pertama ditemukannya kasus covid-19, mahasiswa sudah dilarang
untuk beraktifitas di kampus dan seluruh kegiatan perkuliahan
dilakukan secara daring, termasuk pelaksanaan KKN. Pengumuman
kegiatan KKN daring oleh DPkM pun disosialisasikan dan membuat
banyak peserta KKN kecewa. Atas kebijakan tersebut. Saya menjadi
tidak semangat dalam menjalani KKN dan proragm yang sebelumnya

104
sudah dirancang karena nantinya penyelesaian kegiatan KKN hanya
akan dilakukan di depan laptop dan tidak akan pernah bisa
berinteraksi dengan warga setempat. Hingga tiba saat penerjuan KKN
dan dihadiri oleh seluruh peserta KKN termasuk yang juga turut hadir
Menteri Pendidikan yaitu Bapak Nadiem Makarim. Penerjunan
dilakukan secara daring. Dalam kurun waktu 2 jam tersebut,
penerjunan KKN dilakukan dengan hikmat.

Di minggu pertama dilaksanakannya kegiatan KKN, kami


berfokus pada penyusunan Laporan Rencana Kegiatan (LRK). Di
dalam LRK ditulis semua kegiatan yang akan dilakukan selama proses
kegiatan KKN dan program yang akan kita kerjakan dan selesaikan
selama proses KKN dilaksanakan. Pada minggu ini kegiatan
penyusunan LRK difinalisasikan. Di minggu kedua setelah penerjunan
mulai melakukan pengerjakan program yang sudah ditulis di LRK dan
para anggota tim KKN sudah memulai tahap pertama pengerjaan
program yang sudah disusun sebelumnya. Pada saat pengerjaan
program didapatkan sebuah masalah yaitu pihak desa dari daerah
yang kami tuju tidak menanggapi atau tidak merespon tim KKN kami.
Kami dari sub-unit 2 mulai pesimis karena hingga hampir akhir
minggu ketiga belum mendapat balasan dari perangkat desa daerah
yang kami tuju.

Di minggu keempat hingga minggu terakhir KKN, kami tetap


berupaya untuk selalu semangat dalam mengerjakan program KKN
walaupun sering kali tidak mendapat balasan dari perangkat desa.
Dalam pengerjaan program kegiatan kami sesekali melakukan rapat
walaupun dilakukan secara online. Setiap minggu sub-unit kami
melakukan rapat online untuk mengatasi kejenuhan atau kebosanan
dalam mengerjakan program. Banyak pembicaraan yang tidak penting
tetapi asik dan dapat mengurangi kebosanan dalam mengerjakan
program KKN. Banyak kegiatan kegiatan kocak dan lucu yang

105
dilakukan walaupun hanya bertemu secara virtual. Salahnya dengan
melakukan podcast. Kegiatan podcast ini sangat berguna dalam
mengilangkan kejenuhan sementara.

Podcast dilakukan dengan mewawancarai para anggota tim


KKN dengan berbagai tema yang menarik. Topik yang menarik dan
sepertinya tidak terlalu penting untuk dibicarakan membuat kita
dapat melupakan sejenak kejenuhan kita. Contohnya saat podcast
tentang Skincare yang topiknya sama sekali tidak penting dan tidak ada
hubungannya dengan KKN. Selain itu, kami juga berwisata ke pantai
dengan tetap menerapkan protokol kesehatan untuk mengusir
kepenatan di layar laptop. Dengan demikian, KKN daring tak
selamanya menjadi garing.

106
Sisi Lain Cerita Pengabdianku
Tigar Brilyan Sugijarta

Awal tahun yang cukup membuatku senang dan gembira saat


mengetahui jika sebentar lagi aku akan melaksanakan Kuliah Kerja
Nyata - Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat Universitas Gadjah
Mada (KKN-PPM UGM) Periode 2 Tahun 2020. Aku tak sabar
menunggu waktu pelaksanaan yang tinggal hitungan hari.

Yah, rasa senang dan gembira yang saya rasakan ini


merupakan buah dari usaha dalam mencari pelabuhan Tim KKN
setelah beberapa kali mengikuti open recruitment (oprec) Tim KKN-
PPM UGM 2020. Akhirnya pelabuhan terakhir untuk mencari Tim
KKN terselamatkan dengan diterima di Tim KKN-PPM UGM
Kintamani yang sekarang berubah tempat di Bandung, Jawa Barat.
Singkat cerita, pada tanggal 29 Juni 2020 penerjunan KKN-PPM
secara daring di mulai.

Tahun 2020 menjadi tahun yang sangat berbeda dari tahun-


tahun sebelumnya dalam pelaksanaan KKN-PPM UGM. Ya, pada
tahun ini KKN-PPM harus diubah cara pelaksanaannya dengan
mengunakan metode daring. Adanya pelaksanaan KKN daring ini
dikarenakan efek dari terus bertambahnya jumlah orang yang
terkena virus covid-19, di mana hal tersebut juga berimbas pada
perubahan mekanisme segala kegiatan pembelajaran. Pandemi yang
terjadi di Indonesia telah memasuki hampir seluruh penjuru daerah,
tidak terkecuali Yogyakarta. Akibatnya KKN-PPM UGM yang
seharusnya dilakukan dengan terjun langsung kepada masyarakat,
kali ini harus ditiadakan.

Dalam pelaksanaan KKN daring, Tim KKN-PPM yang aku


ikuti mendapatkan lokasi di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung,

107
Jawa Barat. Dalam pembagiannya, Tim KKN ku terbagi menjadi ke
dalam dua desa. Masing-masing desa terdapat dua kelompok sub-
unit dimana diantaranya terdapat dua sub-unit berada di Desa
Lampegan, sedangkan dua sub-unit lagi berada di Desa Talun. Dalam
pembagian tersebut aku mendapatkan pengelompokan di sub-unit 2
di Desa Lampegan.

Dalam ceritaku menjalani KKN-PPM UGM secara daring,


sedikit banyak cerita yang bisa aku dapatkan dan bagikan bersama
teman-temanku di sub-unit 2 Desa Lampegan. Ya, perkenalkan nama
teman-temanku yang sudah mengisi hari-hari kegiatan KKN daring.
Perkenalkan sebelumnya namaku Tigar Brilyan Sugijarta dari
Fakultas Ilmu Budaya, dan biasa dipanggil Tigar. Selanjutnya, ada
Kormasit-ku yang bernama Aji Pangayoman dari Fakultas Pertanian,
biasa dipanggil Ajik. Kemudian Salsabilla Kiranasafira dari Fakultas
Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, biasa dipanggil Bella. Tita Thalia
Nurcahyani dari Fakultas Geografi, biasa dipanggil Tita. Francesca
Patricia Pamphila Chandra dari Fakultas Teknik dan biasa dipanggil
Icak. Kemudian La Ode Fikri Hanifa dari Fakultas Kedokteran Gigi,
biasa dipanggil Ode. Yang terakhir ada Syah Menan Lubis dari
Fakultas Peternakan, biasa dipanggil Lubis. Keenam teman satu sub-
unit inilah yang membuat hari-hariku selama menjalankan KKN
daring ini cukup berwarna.

Sejak awal dimulainya KKN yang harus serba online,


membuat aku berfikir tidak akan bisa bertemu teman-teman KKN
dan mungkin tidak bisa menjadi lebih dekat selama lima puluh hari
kedepan karena harus dilakukan secara online. Suatu ketika saat
beberapa hari KKN ini telah berjalan, agenda yang biasa kami
lakukan adalah rapat koordinasi dengan sub-unit menggunakan
google meet bersama. Saat rapat sub-unit hampir selesai, aku
mencoba mengalihkan pembicaraan untuk mengajak bertemu teman-

108
teman yang masih berada di Jogja untuk sekedar ngobrol seputar
KKN karena pada minggu-minggu awal KKN, aku masih merasa
kebingungan dengan bagaimana teknis pelaksanaan KKN secara
daring ini. Ahkirnya aku menanyakan satu-satu kepada temanku
sub-unit, dan ternyata enam orang tersebut sedang berada di Jogja.

Begitu kami mengetahui jika sub-unit 2 semua berada di Jogja


kami pun tertawa terpingkal-pingkal. Pasalnya selama beberapa
minggu awal, kita tidak mengira bahwa bisa bertemu secara
langsung dan tidak ada satu pun yang menanyakan posisi masing-
masing. Setelah itu barulah kami memutuskan untuk mengadakan
pertemuan bersama yang telah disepakati untuk bertemu di rumah
Ode. Setelah rapat bersama yang diadakan di google meet selesai,
perasaanku cukup senang dan melegakan. Kerisauanku untuk
mengerjakan KKN secara daring dapat terbantu dengan bertemu
bersama teman-teman satu sub-unitku.

Selama beberapa minggu pertama, memang sub-unit kami


masih bersikap malu-malu dan tidak banyak mengobrol di google
meet maupun grup WhatsApp. Seperti mahasiswa baru pada
umumnya, tidak ada percakapan yang panjang ataupun bercanda
yang dapat mengundang gelak tawa, membuat kegiatan KKN ini
berjalan sangat sepaneng dan membuat pikiran menjadi kurang
tenang. Namun semua berubah saat kami sub-unit 2 Desa Lampegan
dapat bertemu bersama-sama di minggu ke minggu berikutnya.

Pertemuan pertama kami di rumah Ode sungguh sangat


mengesankan. Pasalnya pada saat itu sifat pendiam kami yang
selama ini berada di dalam chat dan meet masih terbawa pada saat
itu. Perbincangan kami yang hanya sedikit dengan memendam rasa
malu, membuat suasana rumah Ode sangat hening, sehingga tidak
sadar bahwa keheningan itu membuat kami tertawa bersama-sama.

109
Ya, memang sejak awal kami memiliki kerecahan yang tidak bisa
diungkapkan. Tidak mengeluarkan kata-kata satu pun kami bisa
tertawa bersama tanpa tahu apa yang sedang kita tertawakan. Pada
pertemuan pertama membuat kami lebih mengenal satu sama lain
dan membuat pertemuan berikutnya tidak sehening pertemuan awal.
Minggu-minggu berikutnya kami sering melakukan pertemuan
kembali di rumah Ode. Akibat dari seringnya kami melakukan
pertemuan, membuat kami kerap memiliki jokes-jokes yang sangat
absurd untuk dapat dipahami oleh orang lain.

Minggu-minggu KKN yang sebelumnya masih membuatku


kebingungan dan kurang memiliki semangat, dapat berubah setelah
kami sering mengerjakan tugas bersama-sama dan menukar keluh
kesah kami selama mengerjakan program. Satu hal yang membuat
aku menemukan semangat saat mengerjakan program KKN ini
karena teman-teman satu sub-unit 2 sangat memotivasiku. Mereka
sering kali membantu dan menuntaskan masalah tiap kali aku atau
teman-teman yang lain memiliki kesulitan dalam mengerjakan
program. Namun kadang-kadang kami juga membingungkan
masalah yang sama dan terkadang kami meninggalkannya.

Setelah bulan pertama berjalan, aku cukup santai dan tenang


dalam mengerjakan program-program KKN selanjutnya. Namun
terkadang aku juga sangat serius untuk menyelesaikan beberapa
programku yang menurutku lumayan susah untuk dibawa santai.
Kekuranganku dalam menjalankan KKN secara daring ini terlihat
dalam hal menggunakan teknologi edit mengedit dan semacamnya.
Seperti mengedit video, membuat poster (sedikit bisa), membuat di
photoshop dan masih ada lainnya yang berhubungan dengan
teknologi di laptop. Mungkin orang awam mengenalnya dengan
sebutan “gaptek” atau gagap teknologi.

110
Selain itu selama mengerjakan program KKN ini, aku cukup
kesulitan dalam mencari data yang dibutuhkan. Dari mulai
kurangnya informasi desa di internet, susahnya menghubungi pihak
desa dan perangkatnya, tidak mendapatkan data yang up to date dan
masih banyak kendala yang aku hadapi selama melaksanakan KKN
daring ini. Mungkin tidak hanya aku saja, banyak dari teman-teman
seperjuangan KKN tahun ini yang hampir memiliki kendala yang
sama denganku. Menilik cerita-cerita yang terjadi selama KKN daring
ini cukup beraneka ragam. Dari ada yang tidak mendapatkan
tanggapan sama sekali oleh pihak desa, ada yang nomor WhatsApp
di blokir oleh kepala desa, ada yang terkena “semburan” dari pihak
desa, ada juga yang meminta jatah pulsa kepada mahasiswa dan
masih banyak cerita lucu dan aneh selama KKN daring ini.

Namun kembali lagi, kegelisahanku pada KKN daring ini


cukup terobati dengan dapat berkumpul dan bersama-sama
mengerjakan kegiatan KKN bersama teman-teman dari sub-unit 2.
Ada yang menarik dari kegiatan saat kami berkumpul selain untuk
mengerjakan program dan mengisi logbook, kami juga sering
mengadakan kegiatan masak-masak dan menonton film bersama.
Rumah Ode seperti sudah menjadi tempat basecamp bagi kami
karena seringnya mengadakan segala kegiatan di sana. Mulai dari
kegiatan serius hingga bisa dibilang kegiatan yang tidak perlu kita
kerjakan pun berakhir di rumah Ode.

Sedikit cerita dari pandanganku terhadap teman-teman di sub-


unit 2 yang bisa membuatku semangat dalam mengerjakan KKN
daring ini dan yang dapat membuat kami semua tertawa melepas
penat saat berlangsungnya kegiatan KKN ini. Pertama, Ajik
(panggilan yang sekarusnya tidak menggunakan imbuhan k) adalah
salah satu kormasit yang menurutku sangat humble dan santai dalam
menghadapi segala cobaan saat pelaksanaan KKN ini. Jika

111
diperhatikan dengan seksama dan fokus kepada bentuk wajahnya,
Ajik ini memiliki kemiripan dengan salah satu icon kartun di film
komedi Malaysia yang berjudul “BoBoiBoy”. Salah satu karakter film
di kartun komedi BoBoiBoy tersebut bernama Adu Du. Adu Du
adalah antagonis utama dalam serial ini. Berkepala kotak dan
berwarna hijau. Tujuannya adalah menghancurkan BoBoiBoy dan
kawan-kawannya serta mendapatkan coklat. Mungkin seperti itulah
gambaran temanku yang bernama Ajik. Namun aku tidak sejahat itu.
Penjelasan dari karakter Adu Du dalam film BoBoiBoy tersebut
memiliki arti sebaliknya. Ya, Ajik adalah kormasit yang sangat baik
dan suka membantu teman-temannya dalam menyelesaikan masalah
di sub-unit 2. Selain itu, dia juga memiliki lawakan yang sering
menghibur kami.

Kemudian Bella. Temanku yang satu ini adalah orang yang


suka sekali menangis, bahkan tertawa pun ia juga menangis. Kadang
dalam keadaan tenang kita dapat melihat dia menahan tawa hingga
dia ingin menangis. Disisi lain, Bella adalah orang yang cekatan dan
selalu menyelesaikan tugasnya tepat waktu tanpa ada yang
menyuruhnya. Namun dibalik sikapnya yang selalu rajin dan
cekatan, ia juga memiliki sifat seperti Adu Du (Ajik) yang suka
menghibur dikala kami sedang buntu.

Lanjut, temanku satu ini memiliki kelebihan yang tidak


disangka oleh banyak orang. Namanya adalah Tita (kadang kami
tambahkan imbuhan k untuk menegaskan namanya menjadi
Titak..Tak..Tak). Ia adalah salah satu orang yang memiliki kekuatan
spiritual dan ilmu-ilmu jawa yang kadang memiliki kebenaran.
Temanku satu ini kadang dapat melihat makhluk-makhluk tak kasat
mata dan dapat meramalkan apa yang akan terjadi. Mungkin banyak
orang yang tidak mempercayainya, seperti saya Namun semua itu
hanya gurauan yang kami buat dan berikan kepadanya. Ya,

112
sebenarnya Titak adalah orang yang mirip dengan Bella. Dia
memiliki pribadi yang rajin dan semangat dalam mencari data saat
KKN daring ini. Kadang dia juga mendahului mengerjakan data yang
seharusnya dia hanya membantu orang tersebut. Kerajinannya dalam
mengerjakan tugas KKN menjadi salah satu orang yang paling pintar
di dalam kelompok sub-unit 2 ini.

Francesca Patricia Pamphila Chandra. Temanku yang satu ini


merupakan orang yang absurd selama menjalankan KKN bersama.
Orang yang suka sekali mengeluarkan jokes-jokes yang kurang lucu
namun dia bersikukuh tetap memaksakannya. Terkadang dia juga
mengerikan jika sedang fokus mengerjakan tugas. Seperti beberapa
saat lalu, saat kami sedang berkumpul bersama, dari awal dia datang
hingga kami ingin pulang dia tidak bisa diajak berbicara dan
bercanda karena ada beberapa kerjaannya yang belum terselesaikan.
Namun tetap saja dia juga selalu memberikan kami tawa yang
terkadang kami pun tidak tahu mentertawakan apa.

La Ode Fikri Hanifa, salah satu bos besar kami yang sangat
dermawan dan baik hati. Dia memiliki selera humor yang tinggi yang
mana terkadang humor yang terlalu tinggi membuat kami tidak
dapat mencernanya dengan baik. Kami terkadang dibuat terdiam dan
memutar otak untuk dapat bisa menemukan jawaban dari jokes yang
ia berikan. Terkadang dia seperti Icak yang suka memaksakan
lawakannya. Padahal lawakan yang sering dibawakan oleh Ode saat
kumpul bersama, terkadang hanya di ulang-ulang saja, yang mana
membuat kita terdiam seusai dia melontarkan jokesnya. Namun di
sisi lain ia salah satu laki-laki di sub-unit 2 yang memiliki sifat rajin
dan tepat waktu dalam mengerjakan tugas KKN. Dia juga sering
membantu kami mengerjakan tugas pengeditan video yang kami
tidak bisa lakukan. Tak lupa lagu kebangsaan yang wajib diputar
oleh bos besar yaitu “Juicy Luicy – Mawar Jingga”.

113
Terakhir, temanku yang jauh-jauh merantau dari Medan untuk
menuntut ilmu di Kota Pelajar yaitu Syah Menan Lubis. Temanku
yang satu ini berbeda dari yang lain. Orang paling santuy dan
pendiam ya Syah Menan Lubis, siapa lagi? Engga ada kan? Iya dong?
Iya engga sih?.... Laki-laki satu ini memang doyan bernyanyi dan
membuat sub-unit 2 mengikutinya bernyanyi. Paling suka menjadi
sutradara saat sedang menonton film bersama, tetapi ujung-ujungnya
dia tertidur lelap sampai membawa pulang sandal new era ku yang
baru dibeli. Berkat dia kami anak-anak di sub-unit 2 selalu menyapa
menggunakan kata “Bro..”, “Ya kan bro...”

Yah itulah sedikit cerita dan gambaran dari teman-temanku di


sub-unit 2 yang memiliki kelakuan receh dan tingkah aneh yang
hanya bisa kami pahami sendiri.

Membicarakan kegiatan KKN dan program yang kami


kerjakan, mungkin sudah selesai dan sebaiknya lebih baik
menceritakan sisi lain dari pengalamanku menjalankan KKN secara
daring ini. Suka duka aku rasakan dalam perjalananku mengikuti
KKN ini. Dibilang capek ya capek, dibilang seneng ya seneng,
dibilang susah ya bareng-bareng, semuanya menjadi satu seperti
saatku mengaduk bubur yang aku beli di selatan kampus biru.
Pengalaman baru yang aku rasakan ini mugkin tidak akan dirasakan
oleh orang-orang lain nanti. Berkat KKN ini juga aku bisa
menemukan teman-teman yang memang “gila”.

Namun terbesit kesedihan yang menurutku sayang untuk


tidak bisa aku dapatkan. Bertemu teman-teman satu unit dan
bercengkrama bersama yang seharusnya bisa aku dapatkan saat
menjalankan KKN di Bandung, kini tidak bisa aku rasakan. Akan
tetapi sedikit terobati dengan adanya program interdisiplin yang
diikuti oleh sub-unit lain sehingga aku dapat bertemu dengan teman-

114
teman lain seperti Alfa, Yoga dan Khansa. Beberapa momen juga
mempertemukan anak-anak yang masih berada di Jogja seperti Tasik,
Wahyu, Dinda dan Billa.

Untuk teman-temanku satu unit yang tidak aku sebutkan


namanya di atas, mungkin kali ini kita tidak bisa bertemu seperti
teman-teman lainnya. Tapi suatu saat setelah masa pandemi ini
berakhir kita dapat bertemu bersama dan merayakan keberhasilan
kita dalam menjalankan KKN ini. Terima kasih juga buat teman-
teman pengusul Tim KKN-PPM yang sudah mau menerimaku
menjadi anggota Tim KKN-PPM kalian. Sebuah kado yang manis.

Terima kasih yang sebesar-besarnya juga kepada dosen


pembimbing lapangan kami, Mbak There yang dengan sabar
menemani kami semua selama menjalankan KKN daring. Walaupun
banyak halangan yang ditemui, beliau tetap memberikan yang
terbaik buat kami semua serta dapat menjadi dosen yang sangat
humble bagi kami.

Teruntuk teman-temanku sub-unit 2, terima kasih telah


meluangkan waktu selama lima puluh hari bersama dan
mengerjakan kegiatan KKN ini bersama-sama. Mungkin tanpa
semangat kalian saat sedang berkumpul, aku kurang luwes dalam
mengerjakan program KKN ini. Kalian juga yang membuat suasana
KKN ini tidak menjadi momok yang tegang buat kita kerjakan
bersama-sama. Maaf aku jadi pemalu kalau lagi ramai-ramai seperti
ini (soalnya banyak yang lagi baca nih), jadi terima kasih adalah kata
yang bisa aku berikan kepada kalian semua. Sukses selalu “BroBro
Sandiwara Lampegan” ku. Jangan capek kumpul-kumpul lagi pasca
KKN ini selesai...

Sukses juga buat teman-teman satu unitku, jangan lupa kita


masih ada program interdisiplin yang belum kita kerjain bersama,

115
makrab di Kaliurang sambil bersenda gurau! Juga undangan yang
selalu terbuka untuk dosen pembimbing lapangan kami Mbak There.

Tak lupa untuk menutup kisah KKN-PPM daring ini, mari kita
nyanyikan bersama-sama lagu dari:

“Juicy Luicy – Mawar Jingga”

Mengapa kita ditakdirkan berjumpa


Padahal kita takkan mungkin ke sana
Ke tujuan sama bertemu di tengahnya
Menunggu yang kutahu sia-sia
Kupetik bunga mawar warna jingga
Hanya semata senyum kau dibuatnya
Tak sadar 'kan durinya terluka di akhirnya
Mencinta tanpa tahu akibatnya
Di sana kau bahkan tak sesaat pun teringat
'Ku yang selalu mengingat
Di sana 'ku bukan yang utama
Di sana kau terlihat bahagia
Kupetik bunga mawar warna jingga
Hanya semata senyum kau dibuatnya
Tak sadar 'kan durinya terluka di akhirnya
Mencinta tanpa tahu akibatnya
Di sana kau bahkan tak sesaat pun teringat
'Ku yang selalu mengingat
Di sana 'ku bukan yang utama
Di sana kau terlihat bahagia
Angin bawa pergi air mataku ini
Coba kutahan namun tak berhenti
Mengalir 'tuk kau yang takkan mengerti

116
Kisah di Tengah Wabah
La Ode Fikri Hanifa

Sebagai salah satu mahasiswa Universitas Gadjah Mada


semester 6, libur semester kali ini bakal berbeda dari biasanya, karena
pada libur semester nanti saya dan teman-teman akan melaksanakan
Kuliah Kerja Nyata atau yang lebih dikenal dengan KKN-PPM UGM.

Oh, iya, perkenalkan nama saya La Ode Fikri Hanifa,


mahasiswa Fakultas Kedokteran Gigi dari Kampus Kerakyatan.
Kuliah Kerja Nyata adalah salah satu kegiatan yang paling saya
tunggu-tunggu sejak awal masuk kampus ini. Apalagi mendengar
cerita-cerita dari kakak tingkat bahwa pada saat KKN ilmu-ilmu yang
sudah kita dapatkan di kampus dapat diterapkan langsung kepada
masyarakat, kita juga dapat membantu masyarakat secara langsung
serta mendapatkan pengalaman baru dan juga ilmu-ilmu baru dari
masyarakat.

Tidak hanya itu, dari cerita kakak tingkat yang sudah


melakukan pengabdian, KKN adalah waktu dimana kita bisa
mendapatkan banyak teman baru dari berbagai macam fakultas yang
ada di UGM. Sebagai mahasiswa yang akan melaksanakan KKN,
tentunya yang pertama saya lakukan adalah mempunya tim KKN.
Karena tidak mau jadi pengusul dan beberapa alasan lainnya akhirnya
saya mencari tim KKN yang sesuai dengan kemauan. Beberapa kali
mencoba mendaftar tim KKN yang saya mau namun belum diterima
sampai akhirnya diterima di tim KKN ini.

Sama seperti tim-tim KKN di tahun lalu, tim KKN kami pun
sudah banyak melakukan persiapan, seperti gathering, rapat
koordinasi unit ataupun sub-unit, dan persiapan lainnya, bahkan

117
akomodasi dan apa saja perlengkapan yang akan dibawa untuk
beberapa orang sudah dipersiapkan. Tim KKN kami juga rutin setiap
minggu melaksanakan kumpul koordinasi supaya kegiatan Kuliah
Kerja Nyata nantinya dapat berjalan lancar.

Tim KKN kami akan melaksanakan pengabdian di Kecamatan


Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali. Persiapan dimulai dari pembagian
sub-unit, apa saja yang perlu dilakukan di tempat KKN nanti sudah
kami siapkan. Akan tetapi tim yang akan melaksanakan KKN di
Kintamani ternyata bukan kami saja, sehingga harus diputuskan
secara battle di DPkM. Saat battle dengan tim KKN lain, tim kami belum
berkesempatan untuk melaksanakan KKN disana. Pada awalnya
semangat kami sempat redup karena belum berkesempatan untuk
melaksanakan KKN di tempat yang kami inginkan, tapi kami sadar
bahwa melaksanakan KKN atau pengabdian lainya bisa dimana saja.

Beberapa tempat menjadi incaran kami untuk pindah lokasi, di


antaranya daerah Kalimantan Timur dan Jawa Barat, hingga pada
akhirnya setelah berbagai macam diskusi dan pertimbangan,
kelompok kami akan melaksanakan KKN di Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat. Pertama yang terpikirkan
ketika akan melaksanakan KKN di daerah Jawa Barat adalah daerah
yang dingin, asri, sejuk, dan pemandangan alam yang indah. Memiliki
pengalaman SMP dan SMA di daerah Subang yang memiliki cuaca
sejuk dan dingin juga menjadi alasan saya untuk tidak keluar dari tim
KKN ketika pada akhirnya menetapkan lokasi KKN di Kecamatan
Ibun karena sama-sama terletak di Provinsi Jawa Barat.

118
Corona Time

Pindah lokasi KKN dari tempat yang sudah direncanakan ke


tempat yang baru tentu banyak hal yang harus segera dipersiapkan
mengingat waktu yang terus berjalan. Persiapan mengenai
komunikasi dengan pemerintah daerah sampai program kegiatan apa
yang akan dilaksanakan sudah mulai berjalan. Namun kondisi dunia
yang sedang tidak baik-baik saja dengan adanya virus covid-19.
Wabah virus yang bermula pada akhir tahun 2019 dan berasal dari
Wuhan ini sangat cepat menyebar. Penyebaran yang begitu cepat ini
juga mengakibatkan beberapa daerah di belahan dunia melakukan
lockdown. Virus ini dapat ditularkan melalui kontak dengan tetesan
kecil atau droplet dari saluran pernapasan. Kondisi ini juga
menyebabkan Pemerintah Indonesia menerapkan Physical Distancing.
Pemerintah berharap masyarakat untuk tidak berpergian ke tempat
ramai dan tetap berada di rumah serta melakukan pembatasan sosial
seperti berjabat tangan.

Tidak lama setelah Pemerintah Indonesia memutuskan


melakukan physical distancing dan kampus melaksanakan kuliah secara
online, sempat terdengar kabar bahwa kegiatan pengabdian KKN
akan dilakukan secara daring juga. Sangat tidak terpikirkan
bagaimana akan melaksanakan KKN secara daring karena sebelumnya
kegiatan KKN secara daring belum pernah dilakukan. Sampai pada
akhirnya ada pengumuman resmi dari DPkM bahwa kegiatan KKN-
PPM UGM Periode 2 Tahun 2020 dilakukan secara daring. Ketentuan
dan petunjuk baru dalam pelaksanaan KKN secara daring tentu ada,
sesuai arahan dari pemerintah dengan memperhatikan protokol
kesehatan.

KKN daring tidak menghalangi semangat kami untuk


melakukan pengabdian. Rapat dan koordinasi yang biasanya kami

119
lakukan bersama secara langsung karena kondisi pandemi ini tetap
kita laksanakan bersama namun tidak secara langsung. Kami
menggunakan Zoom maupun Google Meet. Beberapa program
kegiatan yang sudah direncanakan secara langsung juga mengalami
perubahan menyesuaikan dengan kondisi sekarang, dengan tetap
mematuhi protokol kesehatan dan tidak mengurangi esensi
dilaksanakannya kegiatan tersebut. Waktu pelaksanaan KKN daring
pada periode ini tetap dimulai pada tanggal 29 Juni sampai dengan 18
Agustus 2020. Penerjunan KKN yang biasanya dilakukan dengan
upacara pada periode kali ini juga dilakukan secara daring melalui live
Youtube.

Melaksanakan KKN daring pada awalnya terlihat lebih mudah


karena tidak turun langsung ke lapangan. Akan tetapi
dilaksanakannya KKN daring justru membuat beberapa hal lebih
menantang. Kami kesulitan mendapatkan data dari desa karena
kendala komunikasi dengan pihak desa. Kondisi di tengah pandemi
juga membuat semua koordinasi baik unit, sub-unit, maupun kegiatan
aktivitas dilakukan secara daring.

Cerita Sub-unit

KKN di Kecamatan Ibun kali ini dibagi menjadi 2 desa dan 4


sub-unit. Desa yang menjadi tempat kami KKN adalah Desa
Lampegan dan Desa Talun. Pembagian sub-unit yaitu Lampegan 1,
Lampegan 2, Talun 1, dan Talun 2. Saya termasuk ke dalam Sub-unit
Lampegan 2. Sub-unit 2 Desa Lampegan dipimpin oleh kormasit yang
bernama Aji Pangayoman asal Balikpapan dari Fakultas Pertanian
Program Studi Ekonomi Pertanian dan Agribisnis.

120
Teman-teman yang tergabung dalam sub-unit 2 Desa
Lampegan yaitu Salsabilla
Kiranasafira asal Jogja dari
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Program Studi Politik dan
Pemerintahan, Tita Thalia
Nurcahyani asal Jogja dari Fakultas
Geografi Program Studi Geografi
Lingkungan, Tigar Brilyan
Sugijarta asal Jogja dari Fakultas Ilmu Budaya Program Studi
Antropologi Budaya, Francesca Patricia Pamphila Chandra asal Jogja
dari Fakultas Teknik Program Studi Teknik Mesin, dan yang terakhir
Syah Menan Lubis asal Medan dari Fakultas Peternakan. Berasal dari
Fakultas, daerah, dan lingkungan yang berbeda tentu memiliki sifat
yang berbeda pula, tapi di sinilah semuanya bisa saling melengkapi.
Keberagaman sifat ini juga yang menjadi ciri khas masing-masing
individu. Aji dan Lubis dengan sifat kocaknya, Bella dengan sifat
keibuannya, Tita dengan sifat yang sangat tertata, Ica dengan sifat
peduli, dan Tigar dengan sifat mengayomi.

Awal saya mengenal teman-teman sub-unit 2 Desa Lampegan


melalui koordinasi pertama lewat Google Meet. Saat sub-unit 2 Desa
Lampegan melakukan koordinasi melalui Google Meet kesekian kali,
Tigar bertanya lokasi Aji sekarang dimana, kemudian kita saling
bertanya dan ternyata semua jawabanya sedang berada di Jogja.
Kemudian kami merencanakan untuk berkumpul di suatu tempat,
sempat ragu karena kondisi yang tidak menentu, akhirnya kami
merencanakan bertemu di rumah saya. Namun tetap melakukan
protokol kesehatan sesuai anjuran pemerintah. Beberapa hari
kemudian ketika pertama kalinya kami melakukan pertemuan rasanya
senang bisa berjumpa dengan teman satu sub-unit 2 Desa Lampegan
kawan pengabdian Kuliah Kerja Nyata.

121
Pada pertemuan pertama kali ini kami semua seperti sudah
lama mengenal satu dan lainnya, yang awalnya malu-malu kemudian
kami tertawa bersama. Banyak hal yang kami lakukan ketika
berkumpul bersama. Agenda yang rutin dilakukan adalah makan,
masak, dan menonton. Sebagai salah satu agenda penting memasak
juga salah satu cara kami untuk saling mengakrabkan satu sama lain.
Kita punya pembagian sendiri, memasak lauk dan sayur bagian Bella,
Tita, dan Ica, sedangkan memasak nasi bagian Tigar, sisanya kami
bertiga Aji, Lubis, dan saya bagian menyiapkan tempat makan.
Uniknya, dari setiap apapun yang kita makan tidak lupa saus dari
salah satu merek terkenal di Indonesia. Berbagai macam makanan
sudah pernah kami buat, ketika agenda cukup padat dan tidak sempat
memasak, kami memesan makanan secara online ataupun pergi
mencari makan.

Menonton film juga merupakan aktivitas rutin kami, selain


sebagai cara mengakrabkan satu sama lain. Aktivitas menonton juga
menjadi kegiatan yang kami tunggu-tunggu karena menonton
menjadi salah satu cara kami melepas penat. Film yang kami tonton
beraneka ragam dari luar negri sampai film produksi Indonesia, secara
garis besar genre film yang kami tonton yaitu horor. Biasanya,
kegiatan menonton kami lakukan di akhir hari ketika semua kegiatan
KKN sudah selesai dilakukan.

Meski memiliki latar belakang yang berbeda ternyata di antara


kami juga ada yang memiliki kesamaan. Meskipun saya mengenyam
pendidikan selama jenjang SMP dan SMA bukan di tempat saya
tinggal, Balikpapan. Saya dan Aji ternyata mengenal orang yang sama.
Kemudian Bella dan Ica yang baru tahu kalau mereka berdua ternyata
pernah satu sekolah yang sama dan melakukan beberapa aktivitas
yang sama. Rasanya KKN seperti menyatukan kami yang sudah lama
berpisah.

122
Turun Lapangan

KKN pada periode kali ini memang dilakukan secara daring,


tetapi tidak semua kegiatan aktivitas bisa dilakukan secara daring.
Salah satu contohnya ketika saya mengikuti program bantu Aji tentang
berkebun di rumah. Pada tanggal 19 Juli 2020 kami bertiga saya, Aji,
dan Tigar bersiap dan berkumpul terlebih dahulu, kemudian kami
berangkat bersama menuju rumah narasumber berkebun dirumah
yaitu Ibu Atik. Perjalanan kami tempuh kurang lebih sekitar 10 km
dengan memakan waktu sekitar 30 menit.

Dalam perjalanan kami mampir terlebih dahulu di kios buah


untuk membeli beberapa bingkisan. Sesampainya kami di rumah Ibu
Atik di daerah Sayegan kami kembali memperkenalkan diri terlebih
dahulu kemudian bertanya-tanya
mengenai berkebun di rumah. Tidak
hanya mewawancarai Ibu Atik
mengenai berkebun di rumah kami
juga mendokumentasikan langkah-
langkah menanam tumbuhan dari
bentuk biji. Ibu Atik juga
menjelaskan kepada kami bahwa
berkebun di rumah itu mudah asal ada kemauan. Pada hari yang sama
setelah dari rumah Ibu Atik kami bergegas untuk meninjau lokasi
Mina Padi Cibuk Kidul di daerah Sayegan.

Dalam kesempatan lain, saya mengikuti program bantu Aji


yaitu Pemanfaatan Limbah Organik. Selain ikut mendokumentasikan,
saya juga mendapatkan ilmu baru mengenai pemanfaatan limbah
organik. Sore hari itu pada tanggal 21 Juli 2020 bersama Aji kami
berangkat menuju narasumber yang sudah melakukan pemanfaatan
limbah organik dengan menggunakan aktivator bikompos. Perjalanan

123
tidak jauh dari tempat kami berkumpul, kurang lebih sekitar 10 menit.
Narasumber yang sudah menggunakan alat aktivator biokompos kali
ini adalah Mirza, mahasiswa yang juga sedang melaksanakan KKN di
daerah Blora ini menggaku menggunakan alat aktivator biokompos
untuk memanfaatkan limbah organik yang berasal dari rumah tangga.
Mengikuti program interdisipliner atau bantu selain memberikan
manfaat untuk masyarakat pada dasarnya juga memberikan ilmu
mengenai hal baru untuk kita

Sebagai seorang mahasiswa aktif kegiatan belajar mengajar


merupakan hal penting yang tidak bisa dikesampingkan, begitu pula
ketika bersamaan dengan persiapan KKN atau pun kegiatan program.
Ingat sekali di hari penerjunan KKN daring, pagi harinya saya tetap
harus melakukan kegiatan praktikum, meskipun kegiatan praktikum
dilakukan secara daring tetapi tetap menguras pikiran. Bukannya
merasa sedih karena KKN berbarengan dengan agenda akademik
kampus, justru saya merasa bangga pada diri sendiri karena bisa
menyelesaikan semua tanggung jawab. Meskipun semua tidak lepas
dari bantuan teman di tim KKN dan teman kampus. Makasih Bila.

PiC Video KKN

Ketika rapat unit kesekian kali menggunakan Google Meet, Alfa


menunjuk beberapa orang menjadi penanggung jawab beberapa
aktivitas unit. Diperoleh beberapa nama untuk beberapa aktivitas,
seperti penanggung jawab foto yaitu Ica dan Tigar, penanggung jawab
media ada Dinda, Ocha, dan Wildan, penanggung jawab bunga
rampai yaitu Lubis dan Dwita serta penanggung jawab video yaitu
Saya dan Sekar. Sebagai seorang yang belum ahli di bidang per-video-
an menjadi penanggung jawab video unit bersama Sekar bukanlah hal
yang mudah, banyak hal yang masih perlu dipelajari. Saat pertama kali

124
melakukan diskusi bersama Sekar, banyak hal yang akan kita kerjakan,
salah satu aktivitas yang menjadi kegiatan rutin yaitu Podcast Ibun.

Program pertama yang saya lakukan bersama Sekar adalah


membuat video perkenalan unit Ibun yang nantinya akan dipublikasi
melalui media sosial Instagram. Pada awalnya saya merupakan orang
yang apatis di grup kemudian diamanahi menjadi penanggung jawab
video membuat saya harus lebih sering muncul karena beberapa
kegiatan membutuhkan perhatian dari teman unit. Sebelum mulai
mengedit video perkenalan banyak hal yang harus saya pelajari
terlebih dahulu, dari mulai bertanya kepada teman kampus yang biasa
melakukan editing video sampai mempelajari melalui Youtube.

Menjadi penanggung jawab video bersama Sekar merupakan


salah satu hal yang perlu disyukuri, hal itu karena Sekar jauh lebih ahli
dan mau membantu saya yang sama sekali belum tahu apa-apa.
Biasanya, kami membagi pekerjaan yang menjadi tanggung jawab
kami. Saya mengerjakan bagian awal video yang pengerjaannya
cenderung tidak terlalu rumit. Kemudian Sekar mengerjakan bagian
finishing dan upload ke media sosial. Pada waktu pengumpulan video
sempat khawatir akan terlambat karena terdapat beberapa kendala,
tetapi pada akhirnya dapat terlaksana dengan baik.

Kegiatan selanjutnya yang menjadi tanggung jawab Saya dan


Sekar adalah podcast, sesuatu yang baru bagi saya. Kali ini yang
melaksanakan kegiatan podcast ini tidak hanya kami berdua, ada Alfa
yang membantu menyusun skrip kemudian ada Wildan, Ocha dan
Sekar yang menjadi host, dan saya bagian merekam dan editing. Pada
saat diskusi awal, kami membahas mengenai konten podcast edisi
pertama dan mencari siapa pembicara yang tepat, akhirnya edisi
pertama Podcast Ibun membahas perbedaan KKN online dan offline,

125
dengan pembicara Azka Dzaki dan Damaskus Wahyu dipandu Alfa
dan Sekar.

Pada saat perekaman kami mengira akan berjalan mulus sesuai


dengan apa yang sudah direncanakan, ternyata salah. Banyak kendala
yang tidak kami pikirkan sebelumnya, dari sinyal jelek sampai waktu
yang baik untuk melakukan perekaman agar mengurangi gangguan.
Pada awalnya, kami melakukan perekaman melalui Webex kemudian
di tengah rekaman tiba-tiba di antara kami ada yang sinyalnya
bermasalah sehingga suara jadi putus-putus. Kemudian kami
melakukan rekaman melalui Zoom.

Salah satu momen yang tidak akan dilupakan pada saat


perekaman podcast adalah ketika di tengah proses rekaman terdengar
suara azan dari daerah Alfa, setelah menunggu azan di daerah Alfa
selesai kami melanjutkan rekaman. Belum lama memulai, suara azan
kembali terdengar tapi kali ini dari daerah saya. Setelah menunggu
daerah saya selesai azan kami melanjutkan rekaman. Lagi-lagi belum
lama memulai terdengar suara azan dari daerah tempat Sekar tinggal,
begitu terus hingga selesai untuk semua daerah. Hal seperti ini yang
menjadi kendala dalam perekaman podcast kemudian akan menjadi
pembelajaran untuk perekaman podcast edisi selanjutnya.

Selanjutnya adalah proses editing tetapi sebelum proses editing


tentu banyak hal yang harus aku pelajari, dari tentang cara cara dasar
edit sampai cara memasukkan sound effect. Sampai pada akhirnya
podcast edisi pertama sudah mengudara. Pada saat sudah bisa
didengar di platform Spotify, bangga rasanya bisa mendengarkan
hasil karya kami meskipun banyak kendala yang terjadi.

Podcast edisi kedua kali ini akan membahas tentang skincare.


Pembicara pada podcast edisi ini adalah Bella dan Lubis, Bella sebagai
seseorang yang tertarik dibidang ini dan Lubis dari pandangan yang

126
biasa saja mengenai skincare. Pada saat perekaman sudah banyak
perbaikan dari edisi sebelumnya, tetapi beberapa kendala seperti
sinyal yang bermasalah tetap tidak bisa kami hindari. Pada saat
perekaman podcast edisi kali ini dipenuhi canda tawa, Lubis dengan
lelucon khasnya yang selalu lucu menambah cerianya suasananya
podcast kali ini.

Podcast edisi ketiga pembicaranya lebih banyak dari


sebelumnya, karena pada podcast kali ini semua kormasit akan
menjadi pembicara. Podcast kali ini juga menampilkan sisi lain dari
kormasit yang selalu dianggap serius.

Menjadi penganggungjawab video yang awalnya khawatir


akan banyak hal baru dan kekhawatiran lainnya sampai rasa bangga
hasil kegiatan kami bisa dinikmati banyak orang. Juga rasa senang
karena malah bisa belajar banyak hal baru. Pada akhirnya kegiatan
pengabdian KKN selain memberikan pembelajaran untuk masyarakat
luas juga memberikan pembelajaran untuk kita yang menjalankannya.

127
Jadi KKN Online tuh Gini....
Salsabilla Kiranasafira

Namaku Bella. Aku mahasiswa Departemen Politik dan


Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Gadjah Mada. Selain kuliah, aku aktif menulis dan dikenal sebagai
seorang beauty blogger. Sebagai mahasiswa (hampir) akhir, aku
mengikuti KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2020 yang dilaksanakan
pada bulan Juni sampai Agustus 2020.

KKN-PPM merupakan mata kuliah 3 SKS yang wajib diambil


oleh seluruh mahasiswa UGM sebagai syarat kelulusan. KKN-PPM
juga menjadi ajang untuk melepas penat setelah menempuh kuliah
teori beberapa semester. Biasanya mahasiswa UGM akan
mengusulkan lokasi-lokasi yang memiliki pemandangan alam yang
indah. Sayangnya karena pandemi covid-19 yang sedang merebak saat
ini, KKN-PPM UGM Periode 2 harus dilaksanakan secara daring.
Pupus sudah impian tinggal dan melihat pemandangan indah
Kabupaten Bandung bersama teman-teman satu unit. Suasana
pengabdian dan menyatu dengan masyarakat pun tidak bisa secara
langsung kami rasakan. Semua akan diperantarai dengan teknologi
dan dilakukan secara daring.

Sebelum KKN-PPM daring dimulai, tim telah melakukan


analisis permasalahan dan potensi desa. Kami juga telah membuat
rencana program kerja yang akan dikerjakan selama masa KKN. Di
bayangan kami semua KKN-PPM akan diselenggarakan dengan
penerjunan sehingga program-program yang kami buat memang
membutuhkan partisipasi dan kolaborasi dengan masyarakat. Segala
rencana tim sudah mulai dipikirkan, dari siapa yang akan memasak,
apa yang akan dimasak dan siapa yang akan membangunkan kami

128
semua di pagi hari. Namun akhirnya yang tidak diharapkan pun
terjadi, muncul pengumuman dari DPkM bahwa KKN-PPM UGM
Periode 2 akan dilaksanakan secara daring.

Hari pelaksanaan KKN-PPM UGM Periode 2 pun tiba.


Penerjunan dilakukan pada 29 Juni 2020 dan kami mengikuti upacara
secara daring melalui Youtube. Hari-hari setelah itu kami lalui dengan
mengerjakan program, mengisi logbook dan melakukan koordinasi tim.
Semua dilalui secara daring tanpa interaksi secara langsung dengan
masyarakat. Setiap hari, aku hanya bertemu dengan laptop dan duduk
seharian. Beberapa kali ada rapat unit dan sub-unit yang membuat aku
berinteraksi dengan teman-teman satu timku. Namun tetap saja lebih
banyak waktuku untuk bertatap muka dengan laptop. Bahkan untuk
melakukan koordinasi bersama teman-teman satu sub-unit aku juga
harus bertatap muka dengan laptop merah kesayanganku ini.

Minggu pertama aku mencoba membiasakan diri dengan


situasi KKN daring ini. Bangun pagi, absen online, lalu bergegas
membuka laptop dan berkoordinasi untuk menyusun program kerja.
Di minggu pertama ini aku lebih banyak melakukan koordinasi
dengan teman-teman unit dan sub-unit karena agendanya adalah
pengisian Laporan Rencana Kegiatan (LRK).

Di minggu kedua, kami mulai mengerjakan program kerja


masing-masing. Rutinitas bertatap muka dengan laptop semakin
bertambah intensitasnya. Dari pagi hingga malam, hanya berusaha
mencari data-data dari internet tentang Desa Lampegan. Di hari-hari
awal, aku masih semangat mengerjakan program-program dengan
baik. Dari mulai pencarian data hingga analisis. Komunikasi dengan
masyarakat pun masih berusaha dilakukan walaupun responnya tidak
sesuai harapan.

129
Di minggu-minggu selanjutnya, aku mulai kehilangan
semangat karena rutinitas yang membosankan. Bertatap muka dengan
laptop dengan waktu yang lama hanya membuat mataku cepat lelah.
Tidak adanya respon dari masyarakat desa juga membuat KKN ini
terasa kosong. Untungnya masih ada teman-teman sub-unitku yang
selalu menghibur dan membuat aku menangis karena terlalu banyak
tertawa.

Eits, aku kenalin dulu deh temen-temen satu sub-unitku. Aku


berada di sub-unit 2 Desa Lampegan. Sub-unitku berisi tujuh orang,
empat orang laki-laki dan 3 orang perempuan. Sub-unitku dipimpin
oleh Aji Pangayoman sebagai Kormasit. Tiga laki-laki lain adalah Syah
Menan Lubis, Tigar Brilyan, dan La Ode Fikri. Selain itu ada tiga
perempuan, yaitu Tita Thalia, Francesca Patricia, dan aku. Kayanya
aku mau ceritain tentang mereka dulu deh. Karena nggak bisa
dipungkiri kalau memang teman-teman sub-unitku inilah yang
mengisi hari-hariku selama KKN daring ini.

Sub-unit dua sendiri berisi tujuh orang yang cenderung


pendiam. Namun karena sifat kami bertujuh cenderung sama, maka
tidak butuh waktu yang lama untuk menjadi akrab. Kami memiliki
selera humor yang sama sehingga tertawa ketika melihat hal yang
sama adalah sebuah rutinitas. Selain itu, kami juga memiliki selera
musik yang hampir sama sehingga karaoke bersama juga menjadi
salah satu rutinitas. Eits, ada satu rutinitas lagi yang hampir selalu
kami lakukan tiap minggu yaitu menonton film horror. Penasaran
nggak sama anggota sub-unit dua?

Aku mulai dari Kormasitku, namanya adalah Aji Pangayoman.


Sebagai seorang Koordinator Mahasiswa Sub-unit, dia sangat
memperhatikan kami sebagai anggota. Setiap hari ia selalu
mengingatkan kami untuk mengisi absensi online dan memastikan

130
administrasi KKN kami aman dan tidak ada yang kurang sedikitpun.
Aji ini adalah orang yang sangat matang dalam hal perencanaan.
Pokoknya sesuatu harus direncanakan secara dengan baik dan
maksimal, nggak tau deh eksekusinya. Selain itu, Aji ini orangnya
selow, pokoknya dipikir santai dan kalem aja. Itulah yang membuat
sub-unitku selalu jauh dari perasaan panik ketika menghadapi
permasalahan. Oiya, Aji ini juga pemain film kartun loh. Tebak
perannya jadi apa?

Orang kedua adalah Syah Menan Lubis, atau biasa dipanggil


Lubis. Ia adalah sosok yang mengajarkan kami untuk menjadi orang
simple. Kalau ngantuk ya tidur, kalau capek ya istirahat, nggak usah
dibikin ribet. Lubis ini kalau nyanyi suaranya halus banget, jadi
pengen dinyanyiin nggak sih? Lagu andalannya adalah “Aku tak akan
berhenti, menemani dan menyayangimu”, tuh romantis banget deh
pokoknya. Lubis juga jadi salah satu sumber playlist lagu sub-unit dua,
rekomendasi dari dia pasti syahdu. Walaupun lubis pendiam, tapi
kehadirannya selalu menghidupkan suasana dan membawa gelak
tawa kita semua karena tingkah lakunya. Ya nggak sih? Ya kan? Ya
dong?

Selanjutnya ada Tigar Brilyan, orang paling misterius diantara


kami semua. Kenapa misterius? Karena dia suka diem sendiri waktu
kita lagi ngomongin hal-hal tertentu. Tigar ini juga punya kemampuan
yang nggak dimiliki oleh kebanyakan orang. Penasaran nggak? Hmm,
rahasia. Setiap Tigar berbicara, ekspresi mukanya selalu sama. Kadang
kami sampai bingung Tigar ini berbicara serius atau bercanda. Tigar
ini kalau rambutnya udah dikucir, lalu dilihat dari belakang, udah deh
cocok jadi kembang desa. Yang menarik dari Tigar adalah, dia orang
yang berambisi tapi nggak mau terlalu terlihat oleh orang lain. Dia
lebih sering bekerja dalam diam, tiba-tiba udah jadi aja. Oiya kalian
harus tau, Tigar ini jualan tahu bakso enak banget aku enggak bohong.

131
Apalagi dimakan pakai hot lava. Oiya, karna Tigar ini anak band, jadi
dia punya kebiasaan reflek main drum kalau lagi dengerin lagu.

Laki-laki terakhir di sub-unitku adalah La Ode Fikri. Ode


adalah satu-satunya laki-laki dari kluster Medika. Manusia ini baru
mencoba memanjangkan rambutnya, tapi nggak tau deh tahan sampai
kapan, gerah katanya. Ode adalah orang yang paling riweh di antara
kami semua, masalahnya banyak. Ode kalau ngomong suka belibet,
kadang sampai bingung sendiri, sebenernya ngomong apa sih? Ode
juga salah satu sumber playlist sub-unitku selain Lubis. Ciri khas dari
Ode adalah hobi banget ngomongin rute jalan, gini nih biasanya “dari
pertigaan? Oh belok kanan ya? Sama pohon beringin? Kalo sama
jembatan?”.Oiya, karena KKN ini Ode jadi suka nonton film horor,
padahal sebelumnya selalu sembunyi dibalik bantal. Mantap, bro!

Lanjut ke ciwi-ciwinya ya, ada Tita Thalia. Cewek yang diam-


diam tau segala hal dari mulai urusan dapur sampai topik-topik yang
susah diterima oleh nalar. Sebagai ensiklopedi hidupnya sub-unit dua,
Tita selalu jadi orang yang ditanya tentang segala hal dan dia tahu
jawabannya. Tita ini orangnya juga baik hati dan rajin membantu,
udah banyak jasa-jasa Tita untuk kami satu sub-unit. Tita ini punya
kebiasaan mengarahkan pembicaraan ke topik-topik misterius, sama
kaya Tigar lah. Tapi Tita ini hebat karena jadi satu-satunya manusia
paling nggak receh diantara kami semua. Oiya, Tita ini orang paling
doyan pedas diantara kami semua. Kalau beli makan pasti cabenya
paling banyak dan pas makan nggak pernah kepedesan.

Terakhir, ada Francesca Patricia yang punya panggilan


kesayangan yaitu Icux. Icux ini adalah teman satu almamaterku di SD
dan SMA, bahkan di SMA kita pernah satu ekstrakulikuler tapi kita
nggak saling kenal. Terima kasih KKN-PPM JB036 dan sub-unit dua
yang sudah mempertemukan kami, hehe. Cewek ini tahan banting

132
banget, satu dari tiga wanita yang ada di jurusan Teknik Mesin. Icux
adalah orang yang paling rame dan selalu bisa mencairkan suasana
dengan celetukannya. Tapi kalau udah badmood, udah deh nggak
bakalan ngomong satu katapun. Bahkan ngelihatin kita aja enggak,
pokoknya serem deh. Oiya, Icux ini bikin kita satu sub-unit kaget
waktu tahu kalau dia itu ternyata........ternyata apa hayo? Kepo ya?

Lanjut ya ke cerita KKN-PPM daring minggu-minggu


selanjutnya. Ditengah-tengah masa KKN daring ini, aku dihubungi
oleh PIC Video unit JB036 yaitu Sekar dan Ode untuk jadi salah satu
narasumber di podcast KKN Ibun. Selain aku, ada juga Lubis yang
akan menjadi partnerku di podcast KKN Ibun. Di podcast itu temanya
adalah “Beauty Brain” dan kami diminta untuk membahas seputar
pengalaman menggunakan skincare pada masa KKN daring ini.
Pembuatan podcast dilakukan menggunakan aplikasi Zoom dan
dilakukan pada malam hari. Selama pembuatan podcast, obrolan
berjalan sangat seru hingga berjam-jam lamanya. Kalian masih bisa
mendengarkannya di Spotify!

Ngomongin soal skincare, seperti yang sudah aku sampaikan di


awal bahwa aku adalah seorang beauty blogger. Keseharianku selama
ini adalah mencoba produk lalu menuliskan ulasannya di blog. Aku
sempat khawatir dengan blogku ketika harus mengikuti KKN-PPM.
Tapi ternyata KKN-PPM Periode 2 diadakan secara daring sehingga
aku tetap bisa menjalankan keduanya beriringan. Aku tetap
melakukan pengabdian secara daring, namun aku juga tetap membuat
ulasan di blog. Aku menyebutnya dengan Kuliah Kerja Ngonten, hehe.
Ketika aku merasa suntuk dengan KKN daring yang hanya di depan
laptop, aku akan bergegas membuat konten beauty di blog dan
instagram. Ketika sudah selesai dan suntukku sudah menghilang, aku
bisa mengerjakan program kerja lagi.

133
KKN daring ini membuat aku bisa melakukan banyak hal yang
tidak bisa dilakukan ketika KKN-PPM dilaksanakan secara terjun
langsung, selain ngonten. Pertama, aku bisa mengerjakan program
tanpa turun dari kasur. Bagi kaum rebahan sepertiku, menjalankan
aktivitas tanpa perlu beranjak dari kasur adalah hal paling indah. Dan
akhirnya bisa terwujud pada KKN daring ini. Kedua, menjalankan
program kerja sambil menggunakan masker. Eits, masker disini
maksudnya bukan masker untuk menghalangi virus ya tapi masker
wajah. Jadi selain mengabdi kepada masyarakat, aku juga bisa
memanjakan diri sendiri. Ketiga, aku bisa mengerjakan program kerja
pada dini hari. Entah kenapa aku merasa bahwa dini hari adalah
waktu dimana kreativitasku memuncak. Karena KKN daring ini
programnya berbasis individu, maka aku bisa bebas memilih kapan
waktu terbaik untuk mengerjakan program kerja. Aku sendiri sering
mengerjakan program kerja di malam hingga dini hari dan beristirahat
di siang hari.

Program-programku sendiri ada lima, yaitu Pembuatan Buku


Profil Desa, Analisis Kapasitas Pemerintah Desa, Pengadaan
Perpustakaan Mini, Pengembangan Pariwisata, dan Pemetaan
Kerentanan Ekonomi. Dari kelima program tersebut, tiga diantaranya
adalah program interdisipliner. Yang bukan program interdisipliner
hanya Analisis Kapasitas Pemerintahan Desa dan Pengadaan
Perpustakaan Mini. Program-program tersebut dipilih dengan tujuan
untuk mengembangkan potensi-potensi yang dimiliki oleh Desa
Lampegan.

Program Pembuatan Buku Profil Desa adalah program yang


melibatkan seluruh anggota sub-unit 2. Program ini diusulkan oleh
Tigar dari kluster soshum dan akhirnya dikerjakan oleh semua kluster.
Dalam program ini aku berperan untuk melakukan pendataan
struktur organisasi pemerintah, keadaan ekonomi, keadaan

134
pendidikan, dan potensi Desa Lampegan. Untuk mendapatkan data
tersebut, perlu usaha yang tidak mudah. Hal terebut karena pihak
Desa Lampegan tidak memberikan respon ketika dihubungi oleh tim
kami. Namun kendala tersebut tidak membuat kami menyerah, kami
tetap berusaha mencari data yang dibutuhkan dari sumber sekunder
lainnya. Selain melakukan pendataan, aku juga berperan untuk
membuat layout dan desain Buku Profil Desa. Pembuatannya lumayan
menyita waktu, tapi tetap menyenangkan.

Program Analisis Kapasitas Pemerintah Desa Lampegan adalah


satu-satunya program pokok tema non-interdisiplin yang aku
lakukan. Program ini bertujuan untuk memberikan rekomendasi
strategi bagi Pemerintah Desa Lampegan dalam mengambil
keputusan. Dimulai dengan pemetaan kekuatan, kelemahan,
kesempatan, dan ancaman, lalu dilanjutkan dengan analisis. Hasilnya
adalah poin-poin rekomendasi apa saja strategi yang bisa diambil oleh
pemerintah untuk memaksimalkan kekuatan dan peluang tanpa
terpengaruh kelemahan dan ancaman.

Program selanjutnya adalah Pengadaan Perpustakaan Mini di


Desa Lampegan. Latar belakang aku memasukkan program ini adalah
karena jumlah sekolah di Desa Lampegan sangat minim. Akibatnya
banyak anak-anak dan remaja yang tidak melanjutkan pendidikan
dengan alasan jarak yang jauh. Untuk membuka wawasan masyarakat
lebih luas lagi, maka tercetuskanlah ide untuk membuat perpustakaan
mini atau spot membaca agar masyarakat tetap bisa mendapatkan
ilmu. Namun program ini menemui kendala serius karena tidak bisa
menghubungi masyarakat Desa Lampegan sehingga spot membaca
tidak jadi dibuat dan hanya mengirimkan buku-buku bacaan ke Desa
Lampegan.

135
Program selanjutnya adalah Pengembangan Pariwisata di Desa
Lampegan. Desa Lampegan memiliki potensi pariwisata yang sudah
ditindaklanjuti oleh Pemerintah Kabupaten Bandung melalui
Bappeda. Kami bekerjasama dengan Bappeda Kabupaten Bandung
untuk membuat rekomendasi pengembangan pariwisata Kampung
Lauk Mina Padi dengan lebih maksimal. Untuk itu, kami melakukan
studi banding ke Kampung Mina Padi Samberembe yang berada di
Sleman. Dengan bantuan dari Kelompok Sadar Wisata di Kampung
Mina Padi Samberembe, kami bisa membuat rekomendasi untuk
pengembangan Kampung Lauk Mina Padi di Desa Lampegan.

Program terakhir yang aku miliki adalah Pemetaan Kerentanan


Ekonomi. Sebenarnya program ini adalah program interdisipliner
dengan judul Pemetaan Kerentanan Bencana. Namun aku mengambil
peran untuk menganalisis dari sisi ekonominya. Bencana ekonomi
sendiri menjadi salah satu hal yang ditakutkan sehingga perlu dibahas
lebih lanjut. Oleh sebab itu, program ini dilaksanakan.

Walaupun KKN daring ini sempat membuatku sedih karena


tidak bisa menikmati keindahan alam Kabupaten Bandung dan
menghabiskan waktu bersama teman-teman tim, namun ternyata
banyak hal yang bisa disyukuri. Karena sejatinya setiap hal yang
terjadi di dalam hidup memang tidak semata-mata berisi kesedihan,
tapi pasti terselip juga kebahagiaan di dalamnya. Keren abis nggak
tuh. Sebagai orang pertama yang merasakan pengabdian secara online,
sepertinya kami merupakan orang-orang yang beruntung karena
mendapatkan pengalaman baru. Abis ini mulai nih part sedih-
sedihnya. Udah siap belum? Huhu

136
Dengan dibuatnya tulisan ini, berarti masa KKN-PPM daring
sudah hampir selesai. Aku mau berterimakasih kepada semua pihak
yang terlibat dan membantu dari awal hingga akhirnya selesai juga.
Terima kasih Mbak There, dosen kesayangan di DPP yang sudah mau
sabar menghadapi dan
mendampingi kami berproses.
Terima kasih Taufik Al Faruk dan
Wildan Fajar karena sudah mau
bersama-sama memulai semuanya
dari nol. Semua dimulai pada 10
September 2019 di Kos Wildan.

Terima kasih juga kepada Khansabila karena sudah mau


membersamai aku, Alfa, dan Wildan dari awal, 16 Desember 2019 di
Dixie. Terima kasih kepada teman-teman tim pengusul, Alfa, Khansa,
Aji, Bila, Akira, Yoga, dan Jamil. Yang sudah berkali-kali rapat dan
revisi proposal, tapi akhirnya pindah lokasi. Yang udah mau
wawancara sampai larut malam. Mau cari info tentang desa, walaupun
susah banget. Terima kasih kepada seluruh teman-teman anggota tim
JB036 atas ketersediaannya melakukan KKN daring bersama.
Meskipun harus merelakan keindahan Kabupaten Bandung yang
sudah lama kita idam-idamkan.

Terima kasih paling khusus aku ucapkan untuk teman-teman


sub-unit dua ‘Brobro Sandiwara Lampegan’. Terima kasih banyak
sudah mau melewati hampir dua bulan KKN bersama. Dari mulai
semangat sampai semangat banget, karena kita nggak pernah nggak
semangat. Iya kan? Terima kasih rekomendasi lagu-lagu enaknya.
Sekarang playlistku isinya Juicy Luicy sama Nosstress semua, oiya
sama Nikita Willy. Terima kasih sudah membuat tertawa sampai
nangis berkali-kali, imunku jadi meningkat. Terima kasih ke-hectic-
annya di minggu minggu terakhir. Terima kasih untuk asupan film

137
dan cerita horrornya. Pokoknya terima kasih untuk hal-hal
menyenangkan selama dua bulan terakhir ini.

Semoga pengabdian online yang sudah kita lakukan selama


kurang lebih dua bulan ini bermanfaat bagi pemerintah dan
masyarakat Desa Lampegan. Semoga
semua hal yang sudah kita lewati
bersama juga bisa menjadi pengalaman
dan pembelajaran bagi diri kita
masing-masing. Selamat melanjutkan
rutinitas, teman-temanku. Agendain
kumpul lagi jangan lupa!

138
KKN Bersama Karakter BoBoBoy
Tita Thalia N

Pagi itu aku membuka handphone, aku melihat notifikasi pesan


yang membicarakan bahwa ada rumor KKN daring. Kala itu pikiranku
menerawang jauh membayangkan bagaimana nasib KKN ini. KKN
dilaksanakan secara daring, tanpa penerjunan langsung mendampingi
masyarakat. Semua lewat sosial media, sungguh berat rasanya. Kita
dituntut untuk bisa berkomunikasi dengan baik di sosial media,
bersabar menanti jawaban yang ntah kapan di jawab. Pandemi covid-
19 memang mengubah segalanya, kini semua berbasis internet. Orang
yang tak punya akses maka akan tertinggal.

Padahal persiapan KKN sudah direncanakan sejak bulan


Februari, jauh sebelum covid-19 merambah ke Indonesia. Persiapan
yang kami lakukan bukan main. Semua sudah kami rencanakan mulai
dari transportasi, tempat tinggal, bagaimana kami makan di lokasi
masak atau minta dimasakkan dan bahkan siapa yang akan
membangunkan kami tidur. Kami sudah membagi sub-unit rata
berdasarkan bidang studi yang dimiliki dan tingkat kerajinan
orangnya karena ditakutkan kalau isinya orang malas semua habis
sudah KKN-nya enggak jalan.

Menginjak bulan Maret, KKN daring bukan lagi menjadi rumor


namun benar-benar akan dilaksanakan. Bahkan pada bulan Mei
Universitas Gadjah Mada sudah menerjunkan KKN-PPM Periode 6
secara daring. Apa yang sudah kami rencanakan mungkin jika kalian
baca hanyalah sesuatu yang sia-sia tapi semua yang telah kami siapkan
tidak ada yang sia-sia menurutku, karena persiapan itu membuat aku
dan yang lain menjadi saling kenal dan kompak ketika melaksanakan
KKN daring ini.

139
Persiapan KKN sungguh banyak rangkaiannya, mulai dari
persiapan lokasi hingga tema program yang akan ditawarkan.
Perjuangan untuk memperoleh lokasi KKN memang tak semudah
dugaanku. Kita harus berkomunikasi dengan baik dan menyiapkan
proposal yang tepat juga, karena desa-desa di Indonesia ini sebagian
sudah maju dan menganggap dirinya mampu tanpa kehadiran
mahasiswa KKN. Apalagi kali ini KKN dilaksanakan secara online.
Desa yang dapat dijadikan lokasi juga desa yang memiliki akses
internet yang baik untuk memudahkan komunikasi.

Sebelumnya kami juga sudah mempersiapkan desa untuk


tempat KKN yaitu salah satu kecamatan di Provinsi Bali. Berbulan-
bulan kami persiapkan dengan baik namun pada bulan Mei kami
gagal mempertahankan desa tersebut karena ada tim lain yang
dianggap lebih mampu mendampingi desa tersebut. Kegagalan kami
dikala itu tak mematahkan semangat kami. Kami pun memulai
semuanya lagi dari awal siang malam kami berdiskusi kembali untuk
memilih dan menentukan lokasi KKN dengan berbagai pertimbangan,
akhirnya kami mendapatkan Desa Lampegan dan Desa Talun,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.

Setelah memperoleh lokasi KKN daring hatiku sedikit tenang,


namun tetap saja masih gaduh membayangkan bagaimana bisa KKN
dilaksanakan via online dan hanya berkomunikasi lewat sosial media.
Di otakku membayangkan jikalau orang desa yang kami jadikan
narasumber maupun penghubung merasa terbebani dan sulit
memperoleh data. Memang otak mikirnya udah negative thingkhing aja
akhirnya kejadian.

Aku ditempatkan di Desa Lampegan yang mana setelah


penerjunan pihak desa masih sulit dimintai data bahkan dihubungi. Di
satu minggu awal program yang akan kami bawakan tidak mengacu

140
pada kebutuhan desa secara langsung. Kami mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten
Bandung dan berbagai masalah yang kami temukan di internet
tentang Desa Lampegan. Hal ini dikarenakan pihak desa meminta
kami datang ke lokasi karena beranggapan bahwa desanya aman dari
covid-19. “Yaa emang desanya aman sih, tetapi kan kita enggak tahu
bagaimana kondisi selama di perjalanan ntah aman atau enggak..
hehe” Keinginan pihak desa untuk kami terjun ke lokasi langsung juga
karena Desa Lampegan merupakan salah satu desa yang masih
lumayan pelosok sehingga sulit untuk mendapatkan jaringan.
Komunikasi via online kurang memungkinkan untuk dilakukan
selama KKN Daring.

Tapi beruntung sekali aku bergabung dengan tim KKN yang


isinya orang-orang hebat serta dosen pembimbing lapangan yang
sangat pengertian, terlebih aku ditempatkan di sub-unit yang asik-asik
orangnya. Jadi semua yang awalnya kuanggap sulit setelah aku jalani
bersama mereka tak sesulit bayanganku di awal.

Orang-orang di anggota sub-unit 2 ini seperti karakter


BoBoBoy. Ada Aji Pangayoman selaku koordinator sub-unit yang
seperti Adu Du. Karakternya yang mirip dengan Adu Du adalah
pemikirannya yang begitu cerdas
dalam menyusun strategi untuk
menyelesaikan berbagai tahapan KKN
agar mudah dipahami oleh
anggotanya. Selain dari karakternya
yang mirip Adu Du mukanya pun
mirip banget. Ada Tigar Briliyan
Sugijarta yang memiliki karakter seperti BoBoBoy, orang yang selalu
misterius dan selalu bisa mengontrol emosi dan mencairkan suasana.
Ada Salsabilla Kiranasafira yang memiliki karakter seperti Yaya yang

141
baik ke semua temannya. Ada pula Francesca Patricia Pamphila
Candra yang seperti Ying tomboi dan selalu ceria. Ada pula karakter
gopal yang memiliki badan agak besar tetapi penakut yaitu La Ode
Fikri Hanifah, karena ketika menonton film horor dia adalah orang
yang paling takut. Dan yang terakhir, ada Syah Menan Lubis yang
memiliki karakter berkarisma tetapi terkadang menyepelekan sesuatu
namun tetap bertanggung jawab akan apa yang dia kerjakan seperti
karakter Fang.

Walaupun kawan-kawanku memiliki karakter seperti animasi


BoBoBoy tingkah mereka sungguh tak dapat ditebak. Ketika google
meet ada aja yang kami bicarakan di luar program KKN yang membuat
kami tertawa bersama. Tapi ketika membahas tentang KKN kami juga
serius sampai masalah itu di selesaikan oleh Adu Du dan kawan-
kawan. Teman-teman sub-unitku ini kuanggap seperti karakter-
karakter di BoBoBoy memang benar adanya. Contohnya waktu aku
bingung banget cari data buat salah satu programku mereka dengan
suka rela membantuku dalam menemukan berbagai solusi. Di situ
berasa banget kerjasama kami untuk menyelesaikan masalah. Tetapi
tak jarang juga ada yang bingung sama programku, karena akunya
bingung juga.

KKN Daring ini memang mengharuskan belajar mendalami


materi mengenai bidang dan kajian yang dibawakan karena yang kami
rencanakan semua lebih ke bentuk rekomendasi dan literatur agar
mudah dipahami. Jadi sebelum menyusun aku sendiri harus paham
sama apa yang aku tulis. Kadang aku pikir agak kurang bermanfaat
apa yang aku kerjakan ini karena di masa sekarang media
pembelajaran online begitu banyak dan mudah diakses, sehingga apa
yang kita kerjakan sebenarnya juga sudah ada di internet. Tapi di sini
aku berusaha sebisa mungkin agar apa yang aku tuliskan lebih mudah
dipahami dan informatif sehingga dapat bermanfaat.

142
Salah satu program yang dibawakan oleh sub-unit 2 Desa
Lampegan adalah buku profil desa. Mulanya kami ingin membuat
buku profil tahun 2020 agar menjadi basis data untuk pemerintah desa.
Namun apa yang kami rencanakan di awal gagal. Begitu banyak
permasalahan yang kami temukan ketikan akan menyusun buku
profil desa tahun 2020. Mulai dari sulitnya berkomunikasi dengan
pihak desa untuk meminta data yang kami butuhkan. Beberapa
narasumber yang tidak sesuai dengan apa yang kami butuhkan.

Hingga minggu ke-3 pelaksanaan KKN data yang kami


butuhkan masih simpang siur bahkan sangat sulit untuk diperoleh
bahkan di internet masih sedikit yang mempublikasi tentang Desa
Lampegan. Akhirnya mau gak mau dan dengan berat hati kami
menggunakan basis data buku digital Kecamatan Ibun Dalam Angka
Tahun 2018 yang diperoleh dari laman web Badan Pusat Statistik
Indonesia. Buku profil desa berubah menjadi buku tentang desa dan
rekomendasi untuk desa, karena di titik itu kami sudah bingung tidak
mendapat respon baik dari pihak desa maupun masyarakat dan tidak
tahu harus bagaimana. Mau datang ke lokasi gak mungkin, mau
ngejar-ngejar pihak desa yang ada pihak desanya tambah lari tambah
bingung dah kita. Tapi dari pada tambah bingung ya udah seadanya
aja, penting program selesai gitu katanya. Katanya siapa itu? Adalah
kata orang yang membisiki telinga kami secara tiba-tiba.

Wadidaw ternyata buat ngerjain semua program aku ini ada aja
yang membuatku bingung. Bingung masalah dari mana kami dapat
memperoleh data yang sesuai dengan Desa Lampegan. Aku ada
program buat peta desa. Setahu aku peta desa itu ada batas dusunnya.
Di awal perencanaan, aku sudah membayangkan ingin minta salah
satu perangkat desa yang paham betul tentang batas dusun di Desa
Lampegan menggambarkan batasnya atau setidaknya memberi batas-

143
batas secara visual dari peta batas desa yang sudah ada atau dengan
aplikasi Google Maps.

Jikalau terjung langsung mungkin akan lebih mudah


mendapatkan data ini. Tapi lagi-lagi rencana awal gagal karena pihak
desa susah banget buat dihubungi. Pada akhirnya aku mencari sumber
lain bagaimana membuat peta desa. Ternyata batas dusun itu
merupakan data pilihan, kalau enggak dapat datanya enggak
ditampilkan bukanlah sebuah masalah. Oke di situ aku mulai gerak
buat peta desa berbasis data dari Google Earth dan data dari web
pemerintah yaitu Ina Geoportal.

Setelah aku dapat data batas desa penggunaan lahan dan


beberapa fasilitas umum yang ada di Desa Lampegan rupa-rupanya
ada masalah lagi. Batas desa yang ada di Ina Geoportal berbeda
dengan batas desa di Google Maps. Di sini aku mulai pusing lagi, aku
bingung. Mau tanya ke pihak desa kayaknya enggak memungkinkan
akhirnya aku tanya ke orang yang lebih paham tentang pemetaan. Dia
bilang pakai Ina Geoportal aja karena sumber lebih jelas dan di Ina
Geoportal sama dengan batas desa di peta yang di tampilkan dalam
buku Kecamatan Ibun dalam Angka. Akhirnya peta desa aku
selesaikan dengan basis data seadanya dan semampuku dalam jangka
waktu 1 minggu.

Pada minggu ke-6 pelaksanaan KKN satu persatu program


mulai selesai kami kerjakan. Selama pelaksanaan KKN kami bukan
satu per satu program selesaikan pada tiap minggunya namun rata-
rata dari kami memulai semua program secara bersamaan sehingga
semua program akan selesai secara bersama di akhir. Semua
pengumpulan data kami lakukan di awal minggu agar memudahkan
koordinasi. Setiap minggunya pun kami melakukan evaluasi program
agar ketika ada hambatan maupun masalah tidak berkepanjangan

144
sehingga program dapat selesai sesuai target waktu yang telah
ditetapkan.

Beberapa Luaran Sub-Unit 2 Desa Lampegan

Selama KKN Daring ini banyak sekali pengalaman yang aku


dapat yang tidak akan aku dapatkan di tempat lain. Pengalaman
pertama aku digabungkan dengan berbagai bidang pengetahuan, dan
perbedaan itu membuat kami lebih akrab, dari awal pertemuan kami
yang acuh satu sama lain menjadi akrab rasa persaudaraan ketika
dijalani. Selama pelaksanaan KKN daring sub-unit BoBoBoy sungguh
meninggalkan ego masing-masing untuk menghindari konflik dalam
pelaksanaan KKN, terlebih lagi KKN dilaksanakan secara daring.

Kalau udah ada konflik udah deh mungkin akan saling blok
dan KKN enggak akan berjalan dengan baik bahkan bakalan ngulang
di periode selanjutnya. Semua masalah kami selesaikan secara
bersama dengan berkomunikasi jarak jauh melalui google meet maupun
aplikasi tatap muka lainnya, tapi dari awal sampai akhir belum pernah
aku temukan masalah yang begitu besar sehingga menimbulkan
perpecahan di sub-unit BoBoBoy. Di sub-unit ini semuanya saling
toleransi dan saling pengertian. Adu Du tidak pernah memaksakan

145
kehendaknya untuk melakukan koordinasi tatap muka setiap hari, dia
selalu menanyakan dan mengkoordinasikan waktu dimana semua
anggotanya ada waktu senggang karena selama kegiatan KKN
diantara kami juga masih melaksanakan rutinitas seperti hari biasa
dengan kesibukan yang berbeda-beda.

KKN daring sungguh fleksibel waktunya. Kapan aja kita bisa


ngerjain karena kita cuma di rumah di depan laptop, bawa camilan
dan syaratnya yang paling utama yaitu internet lancar jaya. Enggak
mandi pun enggak masalah. Tapi kalau bisa ya mandi dong, soalnya
selama pandemi ini kita anjurkan untuk berdiam diri di rumah aja
untuk menjaga kesehatan dan kebersihan, masak iya malah enggak
mandi. Kan mandi agar kita bersih dan sehat terhindar dari kuman dan
penyakit, nanti abis pandemi selesai yang ada malah kadas kurap
bukannya sehat.

KKN daring yang fleksibel ini membuatku terlena dari


program-program yang menjadi tanggung jawabku sehingga aku
terkadang menunda pekerjaanku demi menonton konten yang
sungguh tak ada manfaatnya. Hanya menghabiskan kuota dan tak
mendapatkan hasil yang seimbang. Alhasil programku terbengkalai
dan aku harus mengerjakan semuanya dengan tekad lembur bak
Bandung Bondowso yang harus membuat candi sehari semalam.
Dengan tekad yang kuat dan semangat yang membara semua
programku selesai sesuai target walau hasil biasa saja tak seindah
Candi Prambananan. KKN daring ini menurutku yang paling penting
adalah presensi setiap hari dan melaksanakan semua agenda yang
telah disusun oleh pihak universitas sesuai dengan jadwal.

Begitu banyaknya tuntutan jam yang harus kami selesaikan dan


rasionalitas dalam perhitungan jam membuat kami harus berfikir dua
kali jika ingin menunda pekerjaan. Kini aku tak lagi memunda-nunda

146
pekerjaan karena ada sistem yang harus kami isi, karena jika
dimanipulasi mungkin hasilnya tak akan rasional atau bahkan bisa
kelihatan. Tetapi semua itu tergantung bagaimana kita
menjalankannya dan menyikapinya. Strategi yang baik dalam
menyusun jam sungguh diperlukan selama KKN daring. “Waduh dah
mau belajar jadi koruptor ini mah, masak iya mau manipulasi jam?
Manipulasi waktu aja udah mahir apa lagi manipulasi uang”.

KKN daring memang sulit untuk beberapa desa yang masih


kurang dalam memperoleh akses jaringan tapi apa yang ada harus kita
syukuri dan kita jalani sebaik mungkin karena semua itu pasti ada
hikmah dibaliknya. Walaupun hikmahnya tidak langsung aku sadari
di awal tetapi hikmah KKN daring memang ada diantaranya adalah
kita bisa mengerjakan sembari nonton film, mendengarkan musik dan
bersantai ria, jika lelah tinggal tidur, kalau males mandi tidak perlu
mandi karena tidak bertemu dengan perangkat desa maupun
masyarakat, dan kalau lapar tinggal pesan pakai aplikasi online kalau
enggak jalan ke dapur lihat meja makan. Sungguh banyak hikmah di
balik KKN online yang tidak kita sadari ini.

Lirik lagu Mawar Jingga seperti yang telah dituliskan syairnya


di tulisan Tigar sebelumnya sungguh mewakili perasaan kami selama
KKN daring. Setiap pertemuan sub-unit selalu kami dengarkan lagu
ini. Ntah berapa banyak lagu yang kami putar, tapi yang jelas selalu
ada lagu Mawar Jingga. Entah mengapa lagu itu selalu di putar,
mungkin karena lagu ini sungguh mewakilkan kami yang ditakdirkan
berjumpa di satu sub-unit KKN tapi takkan mungkin ke lokasi KKN
karena pandemi covid-19 yang sedang melanda seluruh negara di
dunia termasuk Indonesia.

Hari demi hari kami lewati bersama, pusing bersama, dengerin


musik bareng, nonton film bareng yaa walaupun semua itu cuma via

147
daring tapi tetep aja seru bersama anggota BoBoBoy ini. KKN daring
sungguh berkesan walau tak terjun langsung, tak ada upacara
penerjunan di Lapangan Pancasila yang ada hanya penerjunan depan
laptop via Youtube sambil ngopi. Semua ini tak akan berkesan jika tak
ada Mbak There selaku Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) yang
sangat sabar membimbing kami dan selalu membersamai kami dalam
pelaksanaan KKN-PPM Ibun.

Kormanit yang tanpa lelah dan dengan sabar menjawab


pertanyaan-pertanyaan kami yang membingungkan dan entah ia
paham atau tidak tapi ia selalu menjawabnya dengan jawaban yang
meyakinkan. Kormasit yang bingung mengatur dan menyusun
rencana agar anggotanya paham akan apa yang harus dikerjakan, serta
teman-teman anggota unit KKN-PPM Ibun yang selalu berbaik hati
membagi ilmunya dan tanpa lelah meramaikan grup. KKN Daring
memang serasa sesuatu yang dipaksakan, semoga KKN Daring tidak
berkelanjutan karena pemberdayaan masyarakat via daring itu
sungguh mustahil jika tidak ada niat dalam diri tiap individu untuk
merubah dan memajukan desa mereka masing-masing. Semoga di lain
waktu kita sub-unit BoBoBoy bisa ketemu lagi dan kumpul bareng
menceritakan masa-masa KKN yang penuh kenangan ini.

148
Perjalanan Menuju Kenangan
Francesca Patricia Pamphila Chandra

Pernah denger nggak sih ada peribahasa yang mengatakan


kalau ‘tak kenal maka tak sayang’? Hehehe. Sebelumnya perkenalkan
nama aku Francesca Patricia Pamphila Chandra biasa dipanggil Icha
tapi juga sering dipanggil Icux dan juga Cia. Entah bagaimana
ceritanya nama-nama itu bisa muncul. Namun bagi aku sendiri di
dalam setiap nama tersebut terkandung makna dan memori yang
tentunya berharga. Oiya, aku lahir di Bekasi tepatnya dua puluh taun
yang lalu pada bulan November. Pada usia lima tahun, aku terpaksa
pindah ke Yogyakarta karena keperluan pekerjaan ayahku.

Setelah menjalani lima belas tahun hidup di Yogyakarta


ternyata kenyataannya tidak seburuk yang aku pikirkan diawal.
Yogyakarta atau lebih sering disebut Jogja, memiliki berbagai macam
julukan seperti Kota Pelajar, Kota Gudeg, Kota Perjuangan, Kota
Pariwisata, maupun Kota Budaya. Apabila kita kembali melihat
kacamata sejarahnya terutama pada masa sebelum dan sesudah
kemerdekaan, peran dari Kota Yogyakarta untuk Indonesia sendiri
sangatlah besar. Oleh sebab itu, tidaklah heran jika pemerintah pusat
memberi status khusus untuk Kota Yogyakarta yaitu sebagai Daerah
Istimewa. Keren bukan? Ya tentunya.

Berbagai jenis lembaga pendidikan negeri maupun swasta


bermunculan di Yogyakarta sehingga dapat dikatakan hampir tidak
ada cabang ilmu pengetahuan yang tidak diajarkan di kota ini. Hal ini
telah menjadikan Yogyakarta tumbuh sebagai kota pelajar dan pusat
pendidikan. Itulah yang menjadikanku betah untuk terus tinggal dan
menuntut ilmu di kota kecil namun berhati nyaman ini.

149
Aku merupakan salah satu dari tiga mahasiswi S1 Program
Studi Teknik Mesin angkatan 2017 di Universitas Gadjah Mada. Iya
benar sekali, tahun ini merupakan tahun ketiga aku menjalani
kehidupan sebagai seorang mahasiswi. Suka duka merupakan dua hal
yang paling setia, tidak pernah lepas atau bahkan hilang, dan selalu
membersamai perjalanan seorang anak kecil yang berusaha menjadi
dewasa ini. Mungkin bagi sebagian orang sering kali bertanya
kepadaku mengenai apa alasan dibalik aku masuk dan menggeluti
dunia perkuliahan yang notabene didominasi oleh cowok ini.
Pemikiran seperti itu terdengar sangat klise sekaligus sepele di
telingaku karena menurut aku sendiri untuk saat ini kita sebagai
wanita telah diberi kebebasan untuk dapat mengekspresikan dan
menekuni hal-hal yang menjadi passion atau minat kita. Mari kita ingat
kembali mengenai makna tanggal 21 April khususnya terkait hak dan
keberadaan kaum wanita.

Dunia perkuliahan dan menjadi seorang siswa dengan gelar


’maha’ bukan merupakan hal yang mudah. Tentunya saat ini kita
dituntut untuk dapat menjadi pribadi yang lebih dewasa dan
tanggung jawab terhadap setiap keputusan yang telah kita ambil
sebelumnya. Oleh karena itu, sebelum prolog ini semakin panjang dan
tak tentu arahnya, aku akan menjelaskan maksud dan tujuan aku
mengapa aku menulis tulisan ini.

Kali ini aku memiliki kesempatan untuk dapat bercerita


mengenai momen bersejarah yang paling ditunggu tunggu oleh tiap
mahasiswa maupun mahasiswi di berbagai universitas, yaitu saat
KKN. KKN merupakan suatu momen dimana ilmu yang telah kita
pelajari selama kuliah dapat di implementasikan dan berguna untuk
kehidupan bermasyarakat. Namun ada yang berbeda nih mengenai
proses perjuangan aku dalam meraih suatu momen yang bernama
KKN ini. Apa sajakah itu? Mari kita bahas satu persatu.

150
Sejak masih berada bangku sekolah, aku sangat suka sekali
dengan alam dan hal-hal apapun itu yang berbau tentang keindahan
alam. Sesekali terbesit dipikiranku ingin sekali rasanya mengunjungi
dan melihat secara langsung bagaimana indahnya ciptaan Tuhan ini.
Aku sangat bersyukur kepada Tuhan karena telah dilahirkan di negara
dengan keindahan alam yang tidak ada habisnya, yaitu negara
Indonesia tercinta. Seperti yang sering kali kita dengar bahwa
Indonesia terdiri dari ribuan pulau yang membentang luas dari
Sabang sampai dengan Merauke. Indonesia dibekali dengan berbagai
macam suku, adat istiadat, budaya, dan Bahasa daerah yang tentunya
beraneka ragam. Sama seperti semboyan yang sering kali kita dengar,
yaitu Bhineka Tunggal Ika dimana memiliki arti bahwa walupun
berbeda-beda tetapi tetap satu jua. Atau dengan kata lain perbedaan
inilah yang membuat Indonesia dapat menjadi satu kesatuan negara
yang utuh yang mengandung beribu kekayaan akan keberagaman
yang indah.

Oleh karena itu, tak heran apabila Indonesia telah diakui oleh
mancanegara sebagai salah satu dari berbagai macam rekomendasi
destinasi wisata yang mempu memanjakan mata. Salah satu rencana
yang menjadi kesempatan aku agar dapat sedikit menikmati alam
yang dimiliki oleh Indonesia adalah dengan mengikuti program KKN
di luar Pulau Jawa.

Cerita ini berawal ketika akhir dari semester tiga. Ketika aku
sedang asyik bermain Instagram, aku melihat kakak – kakak tingkatku
mengabadikan berbagai momen saat mereka sedang melakukan
kegiatan KKN di salah satu daerah paling Timur dari Indonesia, yaitu
Biak. Menurut aku pribadi, Indonesia bagian Timur memiliki alam
yang masih asri dan begitu polos tak berdosa. Oleh karena itu aku
memiliki rencana untuk dapat melaksanakan kegiatan KKN di bagian
timur Indonesia. Aku ingin sekali dapat melaksanakan KKN di luar

151
Pulau Jawa sedangkan untuk dapat mewujudkan itu semua tentu
harus merogoh kocek yang tidak sedikit, mulai dari peninjauan lokasi,
persiapan, keberangkatan, bahkan biaya hidup disana, aku mengambil
kerja sambilan di salah satu perusahaan oleh-oleh khas Yogyakarta
untuk menambah uang saku sekaligus menabung guna keperluan
KKN yang rencananya akan aku ambil di semester enam nantinya.

Pertengahan semester lima, salah satu kakak tingkatku yang


sebelumnya telah melaksanakan KKN di Biak bersedia membantuku
untuk melanjutkan program KKN mereka di desa tersebut. Tentu
perasaan senang menyelimutiku dengan sangat hangat. Segala
bayangan akan keindahan alam dari daerah Biak ini selalu menjadi
bayang-bayang yang mengendap setiap saat di pikiranku. Bagaimana
tidak, karena salah satu dari list keinginanku akan segara terwujud,
dan aku sungguh amat bersyukur atas hal itu.

Namun kesenangan itu segera sirna ketika aku meminta ijin


dari orang tuaku untuk dapat melangsungkan kegiatan KKN di Biak
pada akhir semester enam nantinya. Alasan kenapa ibuku tidak
menyetujuinya itu dikarenakan daerah tersebut masih sering sekali
terjadi perang antar saudara yang tentunya membuat perasaan
waswas menyelimuti hati ibuku. Setelah berdebat cukup panjang
akhirnya aku memilih untuk mengalah dan merelakannya. Aku tidak
jadi melanjutkan rencana untuk KKN di Biak, Papua. Seketika aku
teringat akan suatu prinsip dimana ketika seorang ibu tidak
mengijinkan anaknya untuk melakukan sesuatu, tanpa disadari Ia
sedang berusaha menyelamatkan anaknya tersebut dari suatu hal
buruk yang menanti di depannya.

Semangat untuk kuliah tentu menurun dikarenakan penolakan


ijin dari salah satu orangtuaku. Selain semangat kuliah yang menurun,
semangat aku dalam mencari tim KKN pun juga menurun. Aku mulai

152
melupakan berbagai rencana dan keinginanku untuk sekedar melihat
alam atau bahkan mengabdikan ilmu yang telah aku pelajari kepada
masyarakat. Satu persatu teman-teman angkatanku yang telah
mengikuti pendaftaran secara terbuka atau biasa disebut open
recruitment memberi kabar kepadaku bahwa mereka telah diterima di
tim KKN yang mereka inginkan. Ada yang diterima di Sulawesi, NTT,
NTB, Andamas, dan ada juga yang diterima di daerah yang dulu
sempat aku inginkan, yaitu Biak. Apabila ditanya apakah iri
merupakan kata yang sangat cocok untuk menggambarkan suasana
hati aku pada saat itu? Jawabannya tentu adalah iya. Jujur aku
memang iri dengan mereka. Mereka yang dengan mudah
mendapatkan ijin untuk dapat melaksanakan pengabdian di daerah
daerah bagian Timur dari Indonesia.

Kesibukan menjelang Ujian Akhir Semester (UAS) membuat


aku sama sekali tidak memikirkan ingin melakukan KKN di daerah
mana. Pasrah, seperti itulah yang aku rasakan. Ketika UAS telah usai
aku mengubah pola pikir aku mengenai alasan sekaligus tujuan dari
adanya program pengabdian ini. KKN-PPM UGM merupakan suatu
kegiatan yang wajib dilakukan oleh seluruh mahasiswa Universitas
Gadjah Mada. Salah satu yang menjadi syarat kelulusan adalah
sertifikat berupa bukti telah mengikuti dan melaksanakan KKN
semasa masih duduk di bangku perkuliahan. Oleh karena itu, prinsip
aku yang sebelumnya ingin menjelajah keindahan alam sembari
memanjakan mata, dengan resmi aku ubah menjadi hanya sekedar
ingin mencari bukti dan syarat kelulusan saja.

Dengan bermodalkan prinsip seperti itu, aku mulai


menemukan lagi semangatku yang sempat hilang ditengah jalan
kemarin. Beberapa informasi aku dapatkan bahwa masih ada beberapa
tim KKN yang masih membuka pendaftaran, salah satunya yaitu
untuk daerah penerjunan di Lombok. Namun apa daya ternyata

153
Lombok pun juga bukan merupakan lokasi yang menjadi rezekiku
untuk dapat melakukan program KKN ini. Tak berselang lama aku
pun mendapat ajakan dari teman yang dulu sempat satu SMA
denganku. Namanya Khansabilla atau biasa dipanggil Khansa, Ia
mengajakku untuk ikut ke dalam tim KKN yang telah dia dan teman
temannya bentuk. Tim KKN tersebut berlokasi di daerah Binyan, Bali.
Alasan dibalik kenapa Ia mengajakku untuk masuk tim KKN-PPM
UGM Binyan, yaitu karena kluster saintek masih kekurangan orang.

Oiya, sebelumnya mungkin aku akan menjelaskan sedikit


tentang komposisi seperti apa yang harus ada dalam setiap pembuatan
suatu kelompok KKN itu sendiri. Dalam satu kelompok KKN haruslah
mengandung empat unsur atau kluster, yaitu kluster saintek, agro,
medika, dan sosial humaniora atau biasa disingkat menjadi soshum.
Setiap kluster berisikan beberapa fakultas dengan cabang ilmu yang
apabila ditarik garis lurus akan terlihat benang merahnya. Berikut
merupakan sedikit penjelasannya. Yang pertama adalah kluster
saintek, kluster ini berisikan beberapa fakultas dengan cabang ilmu
dan konsentrasi di bidang sains, seperti Fakultas Biologi, Matematika
dan IPA, Geografi, dan Teknik. Sedangkan fakultas yang masuk
kedalam kluster agro yaitu Fakultas Pertanian, Peternakan,
Kehutanan, Teknologi Pertanian, dan Kedokteran Hewan. Kluster
medika berisikan beberapa fakultas yang memiliki konsentrasi di
bidang medis, sepert Fakultas Kedokteran, Kedokteran gigi, dan
Farmasi. Untuk kluster terakhir adalah kluster sosial humaniora yang
didalamnya berisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Filsafat, Hukum, Ilmu
Budaya, dan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

Komposisi penentuan jumlah dari keempat kluster tersebut


dalam satu kelompok KKN tentu harus dibagi sama rata. Ini
dikarenakan agar cakupan ilmu yang dimiliki dalam satu kelompok
itu menjadi lebih luas sehingga diharapkan mampu menangani

154
berbagai macam masalah yang akan ditemui saat pengabdian itu
dimulai. Karena aku merupakan mahasiswi dari jurusan Teknik Mesin
maka aku masuk dan tergolong ke dalam anggota kluster saintek.

Kegiatan KKN ini diselenggarakan dan diawasi oleh lembaga


di UGM yang bernama Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat
atau disingkat dengan sebutan DPKM. Sedangkan untuk pembagian
lokasi KKN-PPM UGM ini terbagi menjadi 2, yaitu peminatan K1 dan
peminatan K2. Karena aku turut bergabung ke dalam tim KKN Binyan,
maka lokasi itu akan masuk kedalam K2 karena berada di luar Pulau
Jawa. Namun pada perjalanan untuk mempertahankan daerah
tersebut, ternyata kami kalah battle dan dengan terpaksa harus
berpindah tempat.

Disisi lain terdengar desas desus kabar bahwasanya KKN untuk


periode 2 ini akan dilakukan secara full daring dengan kata lain KKN
dilakukan di rumah masing-masing. Ini semua dikarenakan adanya
wabah virus corona yang sedang minta perhatian lebih kepada dunia.
Akhirnya setelah berdiskusi panjang dan lebar terkait lokasi yang akan
menjadi pengganti Binyan, Kecamatan Ibun yang berada di Kabupaten
Bandung lah yang menjadi pemenangnya. Hal lain yang juga menjadi
pertimbangan kami mengapa memilih Kecamatan Ibun sebagai lokasi
KKN yaitu karena dekat dan terlihat menyanggupi unuk
dilakukannya KKN berbasis daring.

Kelompok KKN-PPM UGM dengan kode JB036 ini di


koordinatori oleh seorang mahasiswa laki – laki yang berasal dari
Departemen Politik Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
angkatan 2017 yang bernama Taufik Al-Faruk atau biasa dipanggil
dengan sebutan Alfa. Pada pelaksanaannya satu unit KKN ini dipecah
menjadi 4 bagian sub-unit. Dimana 2 sub-unit berada di Desa
Lampengan, dan 2 sub-unit lainnya berada di Desa Talun. Namun dua

155
desa tersebut tentunya masih termasuk kedalam Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung. Tiap sub-unit memiliki satu koordinator yang
disebut dengan kormasit atau koordinator mahasiswa sub-unit.

Aku saat ini berada di kelompok sub-unit 2 dengan desa


binaannya adalah Desa Lampengan. Tapi tentunya aku tidak
sendirian, di sub-unit ini aku ditemani oleh enam orang temanku
lainnya yang tak kalah seru. Sub-unit 2 Desa Lampengan ini
dikoordinatori oleh seorang laki-laki yang berasal dari Fakultas
Pertanian Program Studi Ekonomi Pertanian dan Agribisnis
Universitas Gadjah Mada angkatan 2017 yang bernama Aji
Pangayoman. Kelima anggota lainnya yaitu Salsabilla Kiranasafira
biasa dipanggil Bella dari Program Studi Politik dan Pemerintahan,
Tita Thalia Nurcahyani biasa dipanggil Tita dari Program Studi
Geografi Lingkungan, Tigar Brilyan Sugijarta biasa dipanggil Tigar
dari Proram Studi Antropologi Budaya, dan La Ode Fikri Hanifa biasa
dipanggil Ode dari Program Studi Pendidikan Dokter Gigi.

KKN ini dilakukan selama lima puluh hari terhitung mulai


tanggal 29 Juni 2020 hingga tanggal 18 Agustus 2020. Dikarenakan
KKN periode 2 ini dilakukan secara daring sehingga upacara
penerjunan pun dilakukan
menggunakan siaran
langsung Youtube pada
tanggal 29 Juni 2020 jam
14.00 dengan diikuti oleh
seluruh mahasiswa peserta
KKN-PPM UGM Periode 2
Tahun 2020. Untuk masalah presensi dilakukan melalui kolom
komentar pada siaran langsung tersebut. Minggu pertama KKN terasa
lebih santai karena masih terfokus pada penyusunan Laporan Rencana

156
Kegiatan (LRK). Di dalam LRK kami menyusun identifikasi masalah,
prioritas pemilihan permasalahan, dan rencana program kegiatan.

Pada minggu kedua barulah kami mulai melakukan program-


program kegiatan yang sebelumnya telah kita rencanakan dalam LRK.
Minggu kedua ini terasa begitu berat karena kami masih sangat asing
terhadap sistem pengisiannya. Terlebih banyak sekali simpang siur
mengenai beberapa teori cara pelaksanaan KKN-PPM UGM Periode 2
via daring ini. Kebetulan sekali kami
anggota sub-unit 2 sama-sama
berada di area Yogyakarta sehingga
kami pun memiliki ide untuk
melakukan kumpul di salah satu
rumah anggota kami, yaitu Ode
yang berada di daerah Jombor.
Namun tetap mengikuti protokol
kesehatan yang ada.

Pada pertemuan pertama dirumah Ode kami merasa masih


sangat amat canggung. Namun pada pertemuan selanjutnya kamipun
mulai terbiasa. Selain membahas mengenai beberapa permasalahan
yang terjadi pada sub-unit kami, kami juga mengadakan sedikit
refreshing yaitu dengan memasak dan menonton film bersama. Ini
semua kami lakukan agar kami sedikit dapat merasakan bagaimana
rasanya KKN apabila terjun langsung ke lapangan.

Untuk minggu kedua program kerja yang aku lakukan lebih


terfokus kepada Inovasi Desain Microbubble Generator Guna
Meningkatkan Kadar Oksigen dalam Air. Ini merupakan program
tema pertama yang aku mulai kerjakan. Untuk kesulitannya sendiri
aku merasa program ini belum menemukan kesulitan. Program ini
cenderung memakan waktu yang relatif lama hingga mencapai 2

157
minggu pengerjaan, dan Alhamdulillah pada tanggal 14 Juli program
ini telah selesai dilakukan.

Untuk program selanjutnya aku mengerjakan Permainan


Edukasi Pembuatan Roket Air untuk Anak-Anak. Program ini
merupakan program non tema yang aku sukai karena proses
pembuatannya menyenangkan. Program ini selesai pada 18 Juli.
Sedangkan untuk acara kumpul di rumah Ode kami rutinkan menjadi
seminggu sekali.
Diharapkan dengan
adanya bonding seperti
ini kami bisa meluruskan
beberapa presepsi yang
agak menyimpang
mengenai pelaksanaan
KKN-PPM UGM Periode 2 ini. Perihal untuk rapat rutin per unit
dilakukan secara daring setiap hari Selasa dan Jumat untuk waktunya
sekitar pukul 14.30 WIB.

Untuk minggu-minggu selanjutnya aku melanjutkan tiga


program interdisipliner yang memang sengaja difokuskan di minggu
keempat dan selanjutnya, yaitu program interdisiplin aku dengan Tita
mengenai Pengumpulan Data Kerentanan Fisik Guna Menganalisis
dan Melakukan Pemetaan Kerentanan Bencana, serta Pembuatan
Desain Gardu Pandang Guna Memaksimalkan Amenitas dalam Sektor
Potensi Wisata. Aku juga mengikuti program interdisiplin dengan
Tigar yaitu mengenai Pembuatan Desain Inovatif untuk Desa
Lampegan dalam Kaitannya Pembuatan Buku Profil Desa.
Alhamdulillah kelima program kerja aku telah selesai tepat waktu
yaitu pada minggu kedua bulan Agustus.

158
Untuk proses selanjutnya yaitu penyusunan LPK atau
singkatan dari Laporan Pelaksanaan Kegiatan. Pengisian LPK
dilakukan langsung di sistem melalui web periode2.kkn-ppm.id dengan
membuka menu ‘laporan’ kemudian ‘LPK Individu’. Setelah LPK dan
LRK telah diisi lalu pencet tombol kunci. LRK, LPK, dan Kartu i-1
beserta keluaran (output) kemudian di upload ke sistem yang telah
disediakan.

Lalu apabila ditanya mengenai bagaimana kesan pesan selama


KKN via daring ini? Tentu jawabanku sangat sederhana, aku
menikmatinya. Aku senang karena aku mendapat teman. Sebenarnya
aku tidak terlalu meributkan bagaimana sistem KKN periode ini
berjalan. Selama aku bertemu dengan teman-teman yang asyik semua
akan menjadi seru, hehehe. Aku bersyukur karena telah diterima di tim
KKN-PPM UGM Pesona Ibun ini. Terima kasih.

159
Talun 3:
Pendampingan Jarak Jauh dan
Learning by Doing
Jarak dan Covid-19 tak Menjadi Penghalang untuk
Mengabdi
Hanifa Rosa Wardhani

Bagi mahasiswa UGM, Kuliah Kerja Nyata (KKN) mungkin


menjadi salah satu momentum yang paling dinantikan
pelaksanaannya. Layaknya sudah sebagai tradisi yang dilakukan
turun-temurun, KKN seolah menjadi ciri khas bagi perguruan tinggi
tertua di Indonesia ini yang kental akan nilai pengabdian pada
masyarakatnya, maka dari itu dikenal dengan sebutan kampus
kerakyatan. Tidak heran akan selalu ada sejuta cerita yang tersimpan
selama lima puluh hari dalam rangkaian pelaksanaan KKN.

KKN dapat dikatakan sebagai waktu bagi mahasiswa belajar


memanfaatkan dan mengaplikasikan ilmu yang telah diperoleh
selama di bangku kuliah kepada masyarakat. Melalui momen ini,
mahasiswa dituntut untuk melihat secara langsung permasalahan dan
kondisi di lapangan sekaligus memberikan solusi yang sesuai dan
tepat dengan situasi yang ada. Oleh karenanya, biasanya KKN
dilakukan dengan mengirim para mahasiswa secara langsung terjun
ke lapangan yang tersebar di berbagai daerah.

Namun ada yang berbeda dari pelaksanaan KKN-PPM UGM


tahun ini, yaitu untuk pertama kalinya KKN-PPM UGM dilaksanakan
secara daring melalui komunikasi virtual jarak jauh
(chatting/teleconference). Hal ini disebabkan adanya pandemi covid-19
yang merebak di Tanah Air. Wabah penyakit berbahaya ini memaksa
setiap orang untuk menjaga jarak dan tidak mengadakan pertemuan
tatap muka secara langsung. Akibatnya berimbas pada teknis
pelaksanaan KKN yang berubah menjadi online.

160
Sejumlah teman bahkan bertanya kepada saya “KKN online itu
gimana memang caranya?”, dan berkali-kali juga saya menjawab “Aku
nggak tahu”. Benar dikatakan demikian, karena saya sendiri sangat
clueless mengenai konsep seperti apa nantinya jika KKN dilakukan
secara daring. Ekspetasi dan khayalan untuk terjun langsung berada
di antara masyarakat pun sirna. Sungguh disayangkan, karena saya
sendiri sudah berekspetasi akan menyenangkan pastinya jika
melakukan pengabdian kepada masyarakat secara langsung di Kota
Kembang.

Mendapat kesempatan untuk melaksanakan KKN di kawasan


Bandung menjadi pengalaman tersendiri bagi saya karena dibalik itu
ada kisah tersendiri sebelum saya bergabung dalam Unit JB036. Sejak
awal saya memang berkeinginan untuk melaksanakan KKN di luar
daerah Jogja dan sekitarnya (K1), lebih tepatnya ingin lokasi KKN
yang berada tidak jauh dari ibukota. Hal ini dikarenakan selain ingin
mencari suasana dan pengalaman baru selama KKN, saya juga ingin
tetap dekat dengan keluarga yang ada di Jakarta.

Berangkat dari keinginan tersebut, saya mulai mencoba


mengikuti rekrutmen terbuka untuk tim KKN yang berlokasi di
daerah Jakarta dan sekitarnya. Satu, dua, hingga beberapa rekrutmen
pun saya ikuti, tetapi namanya belum rezeki, maka belum ada satu
pun hasil yang lolos. Hingga mendekati hari penentuan lokasi
pelaksanaan KKN, tidak kunjung ada satu pun dari rekrutmen yang
diikuti menyatakan saya diterima. Sedikit kecewa pada awalnya tetapi
saya mencoba menerimanya, “Mungkin memang yang terbaik jika
saya KKN di Jogja saja”.

Pucuk dicinta ulam pun tiba, suatu hari seorang teman lama
menghubungi saya. Namanya Alfa, ia adalah teman saya ketika masih
menjadi mahasiswa baru, lebih tepatnya kami teman satu gugus saat

161
masa PPSMB Palapa. Melalui pesan singkat yang dikirimkannya via
WhatsApp, ia mengajakku untuk bergabung bersama tim KKN-nya
yang berlokasi di Kabupaten Bandung. Mendengar tawaran itu, lantas
tanpa berpikir panjang, saya langsung mengiyakan ajakan tersebut.
Begitulah akhirnya hingga saat ini saya bisa tergabung dalam Unit
JB036 yang berlokasi di Desa Lampegan dan Talun, Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Dalam Unit JB036, kami terbagi menjadi dua desa dengan


empat sub-unit, yakni Sub-unit 1 dan 2 di Desa Lampegan, serta Sub-
unit 3 dan 4 ditempatkan di Desa Talun. Menjadi anggota Tim KKN
UGM Unit JB036 yang tergabung dalam Sub-unit 3, bagi saya seperti
ada rasa canggung pada awalnya. Hal ini karena tidak ada satu pun
dalam tim tersebut yang saya kenal, kecuali Alfa selaku Kormasit pada
tim KKN ini.

6 Juni 2020 adalah kali pertama saya bertemu dengan mereka


secara virtual. Nama-nama dan wajah-wajah baru tersebut terlihat
asing bagi saya, tapi entah mengapa saya mempunyai firasat bahwa
kami akan menjadi tim yang solid dan kompak ke depannya.
Pertemuan itu diawali dengan sesi perkenalan satu-persatu setiap
anggota kemudian dilanjutkan dengan membahas rencana program
kerja dan teknis pelaksanaan KKN yang tersisa 23 hari lagi sebelum
Upacara Penerjunan KKN.

Semenjak pertemuan pada 6 Juni silam, setiap individu diminta


untuk mulai berkoordinasi dengan sub-unitnya masing-masing,
menyusun dan merancang program kerja yang sesuai dengan
kebutuhan desa. Pada tahap ini, saya sedikit mengalami kesulitan
karena saya tidak mempunyai gambaran mengenai kondisi
lingkungan dan masyarakat di Desa Talun secara langsung. Namun

162
ternyata tidak hanya saya yang mengalami hal tersebut, teman-teman
di Sub-unit 3 pun juga merasakan hal yang serupa.

Di hari yang sama pula, kami langsung melakukan online


meeting membahas rencana koordinasi program. Pertemuan virtual
perdana dengan teman-teman Sub-unit 3 memberikan kesan tersendiri
bagi saya. Hal ini karena tidak disangka, mereka sangatlah
menyenangkan, memiliki pola pikir dan selera humor yang sama, dan
yang terpenting bisa diajak bekerja sama. Sejak hari itu, kami semakin
sering melakukan pertemuan online yang menjadikan kami semakin
dekat dan mengenal satu sama lain meskipun kami belum pernah
bertemu secara langsung dan hanya berkomunikasi secara vitual saja.

Mempunyai teman-teman KKN yang supportif dan bisa


diandalkan merupakan salah satu keinginan dan impian saya apabila
suatu saat nanti saya melaksanakan KKN. Tidak sedikit saya
mendengar cerita dari kakak tingkat yang telah lebih dulu
melaksanakan KKN, bahwa KKN identik dan selalu penuh dengan
“drama”. 50 hari bersama mengerjakan serangkaian program, pasti
lambat laun akan muncul satu-dua permasalahan di antara anggota
kelompok. Hal itulah yang sebisa mungkin saya hindari, karena saya
tidak menyukai rasa ketidaknyamanan berada dalam lingkup
pertemanan (circle) yang di dalamnya banyak konflik terselubung.

Tetapi alangkah beruntungnya saya bertemu dan mempunyai


teman-teman baru seperti para anggota Sub-unit 3. Terdiri dari
Wahyu, Sekar, Dwita, Umi, Amira, Agam, dan Luthfan yang dengan
karakternya masing-masing, mampu mewarnai serangkaian dalam
lima puluh hari pelaksanaan KKN daring. Wahyu, selaku Kormasit
Sub-unit 3 bisa membimbing dan memberi arahan dengan baik kepada
para anggotanya serta selalu siap-siaga membantu jika di antara kami
mengalami kesulitan.

163
Kemudian ada Sekar, si manis paling ceriwis di kelompok kami
yang selalu bisa menghadirkan tawa lewat guyonan khas Betawinya.
Ada pula Dwita, Umi, dan Amira, tiga dara yang dengan sifatnya
masing-masing mampu menghadirkan kenyamanan di tengah-tengah
sub-unit kami. Serta tidak lupa ada Agam dengan sifatnya yang
mudah panik, sering kali memicu kehebohan di antara kami, dan
Luthfan yang senang menawarkan kami makanan dan cemilan khas
Kota Padang, membuat kami selalu tergiur untuk mencicipinya.

Kedekatan itu bisa saya rasakan di antara kami, seolah seperti


sudah berteman dan mengenal mereka sejak lama. Layaknya seperti
keluarga, maka tidak ada lagi “dinding” pemisah di antara kami, rasa
canggung dan malu-malu juga sudah tidak kami rasakan. Tidak jarang
kami saling bertukar cerita mengenai kehidupan masing-masing,
mulai dari hal-hal yang kami sukai, lalu kegiatan kami di kampus,
sampai pada ranah hubungan pribadi kami, seperti pacar. Dan tidak
jarang juga kami saling melempar canda akan hal itu. Contohnya yang
paling saya ingat yaitu ketika kami sedang melakukan online meeting,
tidak sengaja kami melihat ada notifikasi pesan masuk untuk Wahyu
dari ‘Bocil Rewel’. Sontak kami langsung meledek dan menertawakan
Wahyu akan julukan yang ia berikan untuk pacarnya itu hingga saat
ini.

Di antara mereka bertujuh, saya paling dekat dengan Sekar


karena sifat kami sama-sama ekstrovert dan berasal dari Jakarta, tidak
heran mengapa kami dengan mudah merasa cocok satu sama lain
padahal kami baru saja kenal dan belum pernah bertemu secara
langsung. Senang rasanya istilahnya memiliki teman “satu frekuensi”,
semua yang kami bicarakan terasa nyambung dan mengalir begitu saja
layaknya dua sahabat yang sudah berteman sejak lama. Kami sering
berbagi keluh-kesah, menceritakan unek-unek yang dihadapi selama

164
KKN ini mulai dari membahas program kegiatan sampai pada
menceritakan kehidupan masing-masing.

Bersama dengan teman-teman Sub-unit 3, saya dapat melewati


tahapan demi tahapan yang harus dijalankan selama KKN. Meskipun
pelaksanaan KKN kali ini bersifat daring, tidak serta merta membuat
proses tersebut menjadi semudah yang dibayangkan. Justru tantangan
dan kendala yang dihadapi sama besarnya dengan KKN penerjunan,
salah satunya akibat keterbatasan dalam observasi dan berkomunikasi
secara langsung dengan pihak desa. Untuk itu, diperlukan analisis dan
identifikasi masalah yang lebih matang agar dapat memetakan
program kegiatan sesuai dengan potensi dan kemampuan desa.

Berbicara mengenai kondisi Desa Talun sendiri, sebenarnya


wilayah tersebut sudah cukup maju karena fasilitas dan prasarana
yang ada sudah memadai, akses terhadap internet dan informasi
teknologi pun juga terjangkau. Hanya saja masyarakatnya kurang
memanfaatkan dan menggali potensi serta kesempatan yang ada
secara optimal. Berdasarkan pada hasil identifikasi masalah dan
potensi yang ada di Desa Talun, akhirnya saya menentukan empat
kegiatan sebagai program kerja yang nantinya akan dilaksanakan,
yaitu; membuat kampanye lingkungan berbasis digital melalui media
sosial Instagram tentang pengurangan penggunaan plastik sekali
pakai, mengadakan pelatihan public speaking bagi remaja Karang
Taruna Desa Talun, sosialisasi penerapan konsep Smart Village, serta
menyusun dan membuat buku profil Desa Talun.

Pada minggu pertama pelaksanaan KKN, belum banyak


kegiatan yang saya lakukan. 29 Juni 2020 adalah hari pertama KKN
yang saya awali dengan mengikuti upacara pelepasan oleh pihak
UGM bersama Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Nadiem
Makarim yang disiarkan langsung melalui akun YouTube resmi UGM.

165
Selain Mendikbud, acara tersebut juga dihadiri sejumlah pejabat
negara seperti Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo selaku Ketua
KAGAMA yang menyampaikan semangat dan salam pengabdian
kepada para mahasiswa KKN.

Hari-hari berikutnya pun kami disibukkan dengan penyusunan


laporan rancangan program kerja yang akan dilaksanakan selama
KKN berlangsung. Selain itu, kami juga harus memastikan alokasi
waktu pengerjaan program kegiatan mencapai jam kerja yang telah
ditentukan yaitu 288 jam. Di minggu yang sama pula, kami banyak
melakukan koordinasi dengan pihak desa, mulai dari koordinasi
program hingga pemberian sejumlah inventarisasi informasi data
tentang Desa Talun sebagai gambaran awal bagi kami melaksanakan
dan menyesuaikan kegiatan program kerja kepada masyarakat Talun.

Masyarakat Desa Talun sangatlah terbuka kepada para


mahasiswa KKN UGM. Mereka menyambut dan menerima kami,
mereka juga tidak segan membantu jika dari kalangan mahasiswa
membutuhkan sejumlah informasi dan data tentang Desa Talun. Saya
sendiri pun berkesempatan untuk berkoodinasi dengan Ketua Karang
Taruna Desa Talun, Bapak Suratman terkait seluruh program kegiatan
yang saya ajukan, karena memang mayoritas sasaran audiens dari
kegiatan tersebut ditujukan bagi Karang Taruna Desa Talun. Selain
Pak Suratman, saya juga berkoordinasi dengan pihak desa lainnya
seperti Teteh Penti, Ibu Tety, dan Ibu Ipah selaku kader PKK di Desa
Talun. Beliau inilah yang banyak membantu saya dalam memberi
data-data yang dibutuhkan serta beberapa masukan dan rekomendasi
terhadap pelaksanaan program kegiatan saya.

Hari demi hari pun berlanjut, saya pun mulai menjalankan satu
per-satu program kegiatan yang telah diajukan. Pertama, saya
mengerjakan terlebih dahulu program kampanye digital lingkungan

166
yang bertajuk “Less Waste ala Talun: #KerenTanpaPlastik”, kemudian
dilanjutkan dengan pembuatan booklet Smart Village, pembuatan
buku profil Desa Talun, dan terakhir pembuatan video public speaking.
Dari keempat program kegiatan yang saya ajukan, pengerjaan
program kampanye digital “Less Waste ala Talun:
#KerenTanpaPlastik” membawa kesan tersendiri dan tidak biasa bagi
saya. Pemilihan program ini pada mulanya didasarkan atas kondisi
masyarakat Talun yang masih rendah dalam tingkat pengelolaan
sampah, khususnya pengetahuan akan urgensi tentang masalah
sampah plastik.

Melalui kampanye ini, saya ingin mengajak dan meningkatkan


kesadaran masyarakat Desa Talun untuk mulai mengurangi produksi
sampah plastik yang berasal dari penggunaan plastik sekali pakai.
Inisiasi program kegiatan dalam bentuk kampanye ini juga salah satu
bentuk pembelajaran penerapan ilmu Kampanye Kehumasan yang
saya peroleh selama di bangku perkuliahan. Sebagai mahasiswa Ilmu
Komunikasi dengan konsentrasi peminatan Hubungan Masyarakat
(Public Relations), saya cukup banyak disuguhi dan diajarkan bentuk
praktik-praktik humas salah satunya melalui pembuatan kampanye.

Uniknya selama di bangku kuliah, pembuatan kampanye selalu


dilakukan dalam bentuk tim atau kelompok, karena memang dalam
penyusunan dan pelaksanaannya sangatlah kompleks sehingga
membutuhkan banyak kepala dan suara untuk menjalankannya. Akan
tetapi, saya memberanikan diri untuk mencoba menjadikannya
sebagai salah satu program tema KKN meskipun dengan resiko saya
harus siap menyusun dan menjalankannya sendiri.

Terdengar sangat menyakinkan dan optimis pada awalnya,


akan tetapi seiring berjalannya waktu saya mulai agak keteteran untuk
mengerjakannya seorang diri. Merancang sekaligus menjalankan

167
kampanye ternyata bukanlah hal yang mudah. Karena kampanye
yang dilakukan berbasis digital pada media sosial, maka setiap
harinya saya harus menyiapkan materi untuk konten unggahan di
Instagram. Setelah materi tersusun, saya kemudian masuk pada proses
design yang memakan waktu 3 sampai 4 jam setiap harinya. Barulah
saat itu konten tersebut siap untuk dipublikasikan di Instagram
maupun kepada masyarakat Desa Talun. Layaknya siklus, proses itu
terus berulang setiap harinya selama 20 puluh hari perencanaan
program kampanye. Beruntungnya saya mempunyai teman-teman di
Sub-unit 3 yang mau meluangkan waktunya untuk membantu saya
menjalankan program kampanye ini.

Selain itu, hal yang membuat saya merasa “hidup” berada


dalam Tim JB036 ialah karena saya merasa cukup sering dilibatkan
selama proses rangkaian KKN ini dilaksanakan, khususnya dalam hal
publikasi. Hal ini karena bisa dibilang saya termasuk anggota yang
“masuk terakhir” dalam tim ini.

Akan tetapi, saya diberi kesempatan oleh Mbak There, DPL Tim
KKN Ibun, untuk menjadi Person in Charge (PiC) media sosial Tim
KKN Ibun bersama dengan Dinda. Tentu merupakan suatu
pengalaman baru bagi saya menjadi penanggung jawab dalam
mengelola akun media sosial Tim KKN, karena selama ini saya masih
sebatas belajar membantu pekerjaan seorang social media officer. Atas
kesempatan itu, saya jadi belajar mengaplikasikan pengetahuan saya
dalam hal manajemen konten di media sosial.

Meskipun saya dan Dinda bertanggung jawab atas media sosial,


tidak menjadikan kami untuk tidak terlibat dan membantu kegiatan
PiC publikasi lainnya. Pengalaman menyenangkan lainnya yaitu saat
saya membantu Sekar dan Ode untuk membuat podcast untuk Tim

168
KKN Ibun. Mulai dari menyusun script podcast, hingga bergantian
menjadi host pada setiap episode-nya.

Dibalik kesan dan pengalaman menyenangkan tersebut, tentu


juga tidak sedikit kesulitan dan beban yang dihadapi selama
menjalankan program kegiatan KKN. Masa-masa ketika kami
dihadapkan pada ketidakpastian situasi dan kondisi pandemi covid-
19 saat ini yang menjadikan semuanya terasa berat. Kondisi tersebut
menyebabkan kami tidak bisa datang dan melakukan observasi
langsung ke lapangan menjadikan tidak sedikit miskomunikasi terjadi.
Simpang siur informasi yang berhembus menambah kegelisahan dan
kecemasan kami akankah mungkin terlaksananya KKN ini dengan
baik.

Tidak jarang pula terdapat ketidaksamaan dan mispersepsi


antara mahasiswa dengan pihak desa, contohnya seperti mereka terus
membujuk saya untuk datang meninjau langsung lokasi KKN. Hal
lainnya ialah ketika terhambatnya proses pengerjaan program
kegiatan akibat belum terkumpulnya data yang dibutuhkan. Apabila
memerlukan sejumlah data, saya harus menunggu berhari-hari tanpa
ada kejelasan mengenai progress data tersebut. Ingin rasanya menjerit
dan menangis memikirkan hal tersebut karena takut dan cemas
bahkan program kegiatan yang telah diusulkan terhambat bahkan
terancam batal. Pemikiran-pemikiran tersebut menghantui saya setiap
harinya, tidak heran mengapa saya merasa sangat stress pada saat di
awal pelaksanaan KKN daring ini.

Hari berganti menjadi minggu, dan minggu pun berlalu


menjadi bulan, tidak terasa tibalah di penghujung pelaksanaan KKN-
PPM Periode 2 secara daring di Desa Talun, Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Dengan segala suka maupun duka
selama 50 hari rangkaian pelaksanaan KKN, akhirnya selesai sudah

169
kewajiban kami melakukan pengabdian ini. Meski berat memang pada
awalnya, diliputi rasa cemas akan ketidakpastian, tidak disangka saya
bisa melalui masa-masa itu.

Dari pelaksanaan KKN daring ini saya belajar banyak hal, mulai
dari sisi akademik yang diuji dari bagaimana kita mampu
mengidentifikasi dan membaca situasi, kemudian merancang program
kegiatan untuk menjawab dan menjadi solusi atas permasalahan yang
ada di desa. Dari tim KKN-PPM UGM Unit JB036 saya juga belajar
akan pentingnya kekompakkan dan kepercayaan terhadap satu sama
lain, menjadikan tim ini mampu bertahan dan tetap berjalan sampai
akhir. Meskipun saat ini jarak dan covid-19 adalah musuh kita
bersama, tetapi tidak menjadi penghalang untuk kami mengabdi pada
Ibu Pertiwi.

170
“Liyan” dan Kuliah Kerja Nyata via Daring
Sekar Fadhilah Zahra

Seperti sebuah perbincangan di ruang kelas, salah satu dosen


memberikan pemahaman kepada mahasiswanya mengenai “Liyan”.
Secara sederhana, diartikan orang lain atau the other. Salah satu
kegiatan yang bisa digunakan dalam konteks ini adalah pada masa
Kuliah Kerja Nyata (KKN). Pemahaman sederhananya, ketika kita bisa
mengidentifikasi “Liyan” maka kita bisa melihat keberagaman dan
kita secara tidak langsung bisa melihat apa yang membedakan kita
dengan “Liyan” itu sendiri. “Liyan” sendiri juga tidak mengajarkan
kita soal hierarki siapa yang memiliki ilmu tinggi dan yang tidak.
Tetapi dari “Liyan” kita diajarkan untuk bisa bertukar perspektif dari
apa yang kita lihat dan pahami dari ruang kelas menjadi suatu
pemahaman baru yang kita temukan di lapangan.

Seperti halnya “Liyan” dan Kuliah Kerja Nyata, ternyata kedua


hal ini bisa menjadi korelasi. “Liyan” sangat dibutuhkan bagi
mahasiswa untuk bisa bertukar perspektif dan mengimplementasikan
ilmu yang mereka dapatkan di ruang kelas. Sedangkan, KKN
merupakan media mahasiswa untuk bisa menemukan “Liyan” itu
sendiri. Ada sejarah panjang yang akhirnya kami semua memutuskan
untuk pindah dari Kecamatan Kintamani, Bali menuju Kecamatan
Ibun, Kabupaten Bandung. Namun, pada akhirnya kami semua siap
untuk pindah ke Kecamatan Ibun. Hal ini tidak mematahkan semangat
saya untuk bisa terjun lapangan, keluar dari zona nyaman dan
bertukar ilmu dengan “Liyan”.

Namun, nyatanya tidak sampai sini. Secara tiba-tiba satu virus


bergerak cepat menyebar ke Indonesia, membuat kami mengubah
semua aktivitas di luar rumah menjadi di dalam rumah atau dengan

171
istilahnya work from home (wfh), termasuk kegiatan KKN. Hal ini yang
awalnya membuat saya optimis untuk segera bertemu dan berbaur
dengan masyarakat terpaksa harus diberi jarak dengan media
teknologi sebagai jembatan pendekatannya. “Apakah saya tetap bisa
dikatakan ‘mengabdi’ jika saya sendiri saja tidak bisa bertemu secara
fisik dengan mereka?” “Apakah mereka siap untuk bisa berpartisipasi
dalam kegiatan KKN kami?” “Apakah saya tetap bisa keluar dari zona
nyaman saya dan belajar dengan ‘liyan’?” segelintir pertanyaan seperti
ini mencoba memenuhi isi pikiran saya mengenai KKN via Daring.

Dengan seiring berjalannya waktu, saya tetap harus maju dan


optimis dengan KKN via Daring tersebut. Bermula pada setiap rapat,
kami berusaha mengenal lebih dalam soal Desa Ibun melalui media
google. Mulai dari kondisi desa hingga angka harapan hidup juga
mayoritas mata pencaharian desa, penentuan program kerja
mahasiswa untuk bisa membantu mewujudkan apa yang dibutuhkan
masyarakat, hingga tahap dimana kami berusaha mencari tau kontak
pemerintah desa untuk bisa lebih dekat dengan masyarakat Ibun atau
‘liyan’.

Saya sangat beruntung bisa menjadi bagian dalam Tim KKN


Pesona Ibun. Saya merasakan bahwa kami seperti kepingan 30 puzzle
yang tersebar dan akhirnya ditemukan kembali oleh tuan pemiliknya.
Teringat salah satu celetukan dari teman saya soal kata “sobat”. Saya
memahami nyatanya memang bisa dikatakan bahwa kami memang
“sobat” atau “sahabat”. “Sobat” adalah mereka yang tidak pernah
menuntut kita untuk melakukan suatu hal yang besar dan sempurna
tetapi mereka yang menjadi pendengar utama dan merangkul satu
sama lain untuk sama-sama melakukan apa yang kami bisa dan
berusaha mewujudkan segala rencana kecil untuk desa dan kecamatan
yang lebih baik. Saya rasa itu yang disebut dengan “sobat”. Sepanjang

172
perencanaan kami untuk bisa dekat dengan masyarakat, Tim KKN
Pesona Ibun juga merencanakan berbagai macam kegiatan.

Salah satunya adalah menjadi PiC. PiC yang diartikan sebagai


Person in Charge atau seorang penanggung jawab dalam suatu program
kegiatan, merupakan suatu hal yang sangat menyenangkan! Teringat
dalam sebuah rapat yang dibimbing oleh Ibu Theresia Octastefani, S.
AP ., M. AP ,.M. Pol.Sc atau panggilan akrab kami Mbak There selaku
DPL kami membuka kesempatan bagi mahasiswanya, siapa yang
ingin menjadi PiC baik Media Sosial, Fotografi, Videografi, dan
Konten. Dalam rapat tersebut, saya berani untuk mengajukan diri
menjadi PiC Videografi karena saya ingin mencoba pengalaman baru
dalam media editing video dan menjadi penanggung jawab dalam hal
video di Tim KKN Pesona Ibun. Setelahnya, mbak There mengajukan
Ode sebagai partner saya dalam mengurus PiC Video.

Masih menjadi suatu hal yang tidak saya sangka sampai detik ini,
apa yang membuat saya berani untuk mengambil keputusan dan
tanggung jawab sebagai PiC Video. Melalui penugasan pertama
menjadi PiC Video, saya rasa saya sudah mulai untuk berani keluar
dari zona nyaman saya yang mungkin dulu hanya sebagai anggota
dalam sebuah tim di Media. Kali ini saya dipilih untuk menjadi
penanggung jawab sebuah kepengurusan di media editing spesifiknya
bentuk video.

Bertemunya saya dengan seluruh PiC juga menjalin relasi dengan


baik dengan Ode menjadi pembelajaran baru soal “Liyan” sendiri.
Dalam tim ini saya bisa menemukan berbagai macam keahlian.
Ketertarikan mereka dalam suatu bidang, dan juga kreatifitas yang
sangat unik membuat saya banyak belajar dari mereka. Melalui anak
PiC, saya belajar untuk bisa menjadi orang yang unik, kreatif, disiplin,
tanggung jawab, dan menjadi pribadi yang ringan tangan dengan

173
membantu beberapa anggota Tim KKN Pesona Ibun untuk proses
pengunduhan video dalam platform media sosial Youtube hingga
memberikan media hiburan dikala penat mengurus program pribadi
dan interdisipliner dengan merilis Podcast.

Teman satu PiC Video saya, Alfa dan Ode. Mereka adalah media
informasi baru saya dalam melihat suatu hal. Dari sini saya belajar
memahami berbagai hal dari beragam perspektif, semisal, dalam
penentuan tema dan topik Podcast. Kami melakukan diskusi kecil via
Google Meet dan dalam diskusi ini kami juga bertukar ide dan
kreatifitas masing-masing. Bagaimana Alfa dengan keahliannya yang
bisa dengan detail dan rapi menyusun Script agar semua bisa
memahami bagaimana alur Podcast berjalan. Hingga Ode, yang siap
sedia menemani siaran Podcast dan menggunakan skill-nya dalam
bidang editing. Melalui mereka, saya memahami ‘Liyan’ dan melalui
mereka saya juga bisa bertukar sudut pandang agar bisa menemukan
titik temu untuk suatu karya yang bisa kita rilis setiap minggunya.

Tentu tidak hanya dari PiC saya memahami ‘Liyan’. Melalui sub-
unit saya sendiri, yaitu sub-unit 3. Saya bertemu dengan berbagai
macam pribadi dari kebiasaan dan juga kepribadian yang berbeda.
Wahyu, sang ‘ketua suku’ yang
memiliki pribadi sangat tegas dan
semangat membara untuk selalu
mengingatkan anggotanya agar
tetap semangat menjalani KKN via
Online. Lalu ada Agam dan
Luthfan, dua lelaki yang sangat
fokus dan tetap santuy dalam
menjalani KKN daring. Amira, Oca, Dwita, dan Umi perempuan-
perempuan hebat yang selalu siap sedia menjadi pendengar yang baik

174
untuk anggotanya. Tetapi, support dan semangat mereka juga selalu
tersebar di setiap pembicaraan.

Kita memang meyakini bahwa kita beragam, ada mereka yang


terlahir dan hidup di daerah dari kebudayaan yang sangat disiplin dan
pemikiran yang terbuka, ada juga mereka yang hidup di daerah
dengan kebudayaan yang sangat lemah dan lembut, dan ada mereka
yang tinggal dan hidup di daerah dan kebudayaan sangat cepat dan
kompleks. Sub-unit 3 merupakan “Liyan” dengan beragam wajah
yang berbeda. Perbedaan yang kami yakini bisa menyatukan kami
untuk bisa saling membantu menyelesaikan permasalahan bersama-
sama. Keterbukaan antar sesama, saling memahami, dan menjaga
relasi antar anggota merupakan sikap yang membuat saya merasa
mereka adalah ‘rumah’ baru bagi saya untuk kembali.

Perbedaan pendapat sering terjadi dalam berbagai perbincangan


dan diskusi. Kesalahpahaman pun juga pernah kami alami di setiap
rapat sub-unit. Hal ini, tidak membuat kami memutuskan untuk pergi
menyelesaikan segala permasalahan kami sendirian. Kami
menyediakan ‘telinga besar’ untuk bisa mendengarkan apa yang kami
inginkan dan harapkan satu sama lain. Komunikasi menjadi andalan
kami dalam menyelesaikan berbagai permasalahan. Jarak yang
membuat kami tidak bisa bertemu, pun akan terasa dekat karena kami
yakin kami ada untuk satu dengan yang lainnya. Melalui mereka, saya
belajar keluar dari zona nyaman saya yang terbiasa melakukan
berbagai macam hal sendiri dan mendapatkan perspektif baru soal
kerjasama dan ‘rumah’.

Setelah perjalanan panjang dalam penyusunan program kerja


dan kegiatan PiC pada akhirnya saya diberikan kesempatan untuk bisa
bertemu dengan masyarakat. Walau hanya terbatas dalam satu media.
Saya berusaha meyakinkan pihak masyarakat bahwa kami ada dan

175
kami mau sedikit demi sedikit mewujudkan apa yang diharapkan
masyarakat untuk kemajuan daerahnya. Desa Ibun, yang terkenal
dengan kata “Sabilulungan” yang jika diartikan dengan “gotong
royong” meyakinkan saya bahwa Desa ini lah yang akan menjadi
pembelajaran baru bagi saya. Desa ini juga, yang akhirnya menjadi
tempat saya untuk berani keluar dari zona nyamannya saya.
Membangun komunikasi yang baik adalah cara kami satu-satunya
untuk meyakini masyarakat mengenai kegiatan KKN dan pelan-pelan
kami mengajak masyarakat untuk bisa ikut berpartisipasi dalam
berbagai kegiatan KKN yang sudah kami rancang sebelumnya.

Empat program kerja saya, tiga diantaranya membahas soal


sampah dan masyarakat, hal ini yang pada akhirnya bisa
mempertemukan saya dengan dua narasumber hebat saya. Aa
Suratman dan Teh Penti Prianti. Kedua narasumber ini membuka
pandangan saya soal masyarakat dalam menangani sampah. Mungkin
masih ditemui, ada beberapa pandangan yang mengatakan bahwa
masyarakat hanya bisa mengeluh dan tidak bisa menangani soal
sampah secara mandiri dan rapi. Tetapi hal ini dipatahkan oleh dua
narasumber saya. Aa Suratman dan Teh Penti Prianti selaku
masyarakat memberikan saya pandangan berbeda soal masyarakat
yang kurang ahli dalam menangani sampah secara mandiri.

Perkenalkan, Aa Suratman. Melalui penilaian saya dari sebuah


perbincangan dilakukan dalam media telefon Whatsapp, melalui gaya
bahasa dan diskusi saya dengan beliau. Beliau adalah pribadi yang
halus dan sederhana. Kesederhanaannya dapat dilihat bagaimana ia
tidak ingin dipanggil “bapak” ketika sesi wawancara dan diskusi saya
dengan beliau berlangsung. Menurutnya, hal ini terlihat seperti ada
senjang dan jarak antara saya dengan beliau. Dan akhirnya, beliau
menyarankan saya untuk memanggil beliau “Aa” agar terasa akrab
dan dekat. Aa Suratman yang merupakan bagian masyarakat dan dan

176
juga disatu sisi memiliki tanggung jawab sebagai Ketua Karang
Taruna salah satu dusun di Desa Talun memperlihatkan gambaran
baik bagaimana hubungan pemuda dan sampah.

Dalam perbincangan ringan saya dengan beliau, saya


mendapatkan banyak pemahaman baru mengenai kepekaan pemuda
dalam menangani sampah. Karang taruna di Talun yang dikenal
dengan Karang Taruna “Bina Muda” memiliki berbagai macam
kegiatan yang positif dan produktif. Salah satu kegiatannya yang
sampai saat ini dilakukan adalah penanganan sampah. Menurutnya,
kegiatan penanganan sampah yang dilakukan oleh pemuda karang
taruna ini didasarkan pada kesadaran penuh pemuda melihat
lingkungan tempat tinggalnya yang sangat mengganggu dan tidak
enak dipandang karena banyaknya sampah yang berserakan dimana-
mana. Banyak juga rumah tangga yang menurut beliau belum bisa
memahami bagaimana mengelola sampah sehingga masih banyak
ditemui sampah di dekat pemukiman, di dekat jalan raya, dan di
sungai.

Hal ini menggerakkan hati Aa Suratman dan karang taruna


dengan sukarela secara rutin pindah dari rumah ke rumah untuk
mengumpulkan sampah karena tidak bisa dipungkiri, rumah tangga
adalah penyumbang sampah terbanyak sampai saat ini. Prosedur
bagaimana sampah berjalan sampai akhirnya bisa diolah dengan baik,
dijelaskan dengan detail oleh Aa Suratman. Dimulai dari kelompok
karang taruna yang secara rutin 2 kali seminggu datang ke setiap
rumah untuk mengambil sampah, setelah itu dibawa ke tempat
pengelolaan sampah yang tentunya dibuat secara mandiri oleh
masyarakat dan karang taruna. Setelah itu dipilah mana yang organik
dan non-organik. Untuk sampah yang memiliki nilai rendah dan tidak
bisa diolah maka salah satu caranya dengan membakar.

177
Aa Suratman merasa bahwa masyarakat Talun masih
membutuhkan edukasi penanganan sampah yang baik agar
masyarakat pelan-pelan mau mengelola sampah secara mandiri.
Bukan hanya itu, selama masa jabatannya menjadi ketua karang taruna
dan melayani masyarakat Talun khususnya di bidang kebersihan, Aa
Suratman juga menjelaskan bahwa masyarakat sangat membutuhkan
pihak yang mengatasi persoalan sampah bisa menangani sampah
secara merata. Selain itu, dalam kasus penanganan sampah, lahan
menjadi kendala saat ini bagi masyarakat untuk bisa mengelola
sampah secara mandiri. Seperti yang diceritakannya, tidak semua RT
memiliki lahan yang cukup apalagi bisa digunakan untuk mengelola
sampah. Aa Suratman menjelaskan bahwa sikap masyarakat hampir
semua sudah antusias untuk mengelola sampah dan memahami soal
sampah secara mandiri.

Aa Suratman adalah “Liyan” yang banyak memberikan saya


ilmu baru soal pemuda, masyarakat dan sampah. Dengan intonasi
suara yang pelan dan gaya bahasanya yang sangat singkat dan jelas
dapat menceritakan apa yang dipahami dari sudut pandang
masyarakat dan pemuda soal sampah. Berbagai cara sudah dilakukan
oleh Aa dalam menangani sampah. Kepekaan Aa Suratman dalam
menangani sampah bisa menjadi contoh besar bagi pemuda Desa
Talun untuk mau bergerak secara kolektif dan mandiri menangani
sampah di lingkungannya. Kebudayaan “sabilulungan” melekat
didalam diri Aa Suratman. Aa Suratman, menjelaskan bahwa isu
sampah bukan menjadi persoalan milik satu kelompok, ini menjadi
permasalah sesama yang jika tidak ditangani dengan serius
dampaknya akan kembali ke diri kita masing-masing.

Saya cukup takjub dengan pemikiran Aa Suratman. Saya merasa


belajar banyak dengan Aa Suratman, melaluinya saya mulai tergerak
untuk bisa peka dalam penanganan sampah. Saya merasa kecil hati

178
ketika saya melihat masyarakat desa yang memiliki pemikiran yang
luas dan panjang mengenai sampah. Saya harap saya bisa berbincang
lebih lama dengan beliau. Selanjutnya ada teh Penti Prianti, beliau
adalah Perempuan, Ibu Rumah Tangga, dan Guru di salah satu TK di
Talun. Awal saya bisa melakukan komunikasi dan wawancara
mendalam dengan beliau melalui Google Form yang saya sebar
melalui Aa Suratman, memang sengaja saya mencantumkan “nomor
telepon” untuk bisa dihubungi. Pada akhirnya, saya menemukan
waktu yang pas untuk wawancara dan berbincang ringan dengan Teh
Penti Prianti.

Dalam perbincangan saya dengan Teh Penti Prianti, saya melihat


dari Teh Penti bisa memahami dengan baik bagaimana kondisi kita
saat ini. Ia juga mengatakan untuk kesekian kalinya bahwa ia juga
pernah menjadi mahasiswa dan bagaimana ia melewati berbagai
macam ujian yang dijalani ketika menjalani KKN. Komunikasi yang
dibangun antara saya dengan Teh Penti, sangatlah dekat. Melalui hasil
wawancara dengan Teh Penti, Teh Penti merasa bahwa pengelolaan
sampah menjadi suatu hal yang penting dikarenakan walaupun
memang di Talun jarang terjadi banjir. Tetapi jangan sampai
masyarakatnya bisa membuang sampah ke sungai.

Teh penti merasa bahwa pembuangan sampah di sekitar


lingkungannya juga sudah mencukupi. Untuk sosialisasi sendiri, Teh
Penti mengikuti salah satu kegiatan yang diadakan oleh pihak karang
taruna. Teh Penti merasa bahwa pengelolaan sampah menjadi
permasalahan penting karena sampah bukan hanya mengganggu
kesehatan, tapi juga mengganggu penglihatan dan indera penciuman.
Teh Penti menyampaikan bahwa, “mungkin bisa saja kalau kali di
depan rumah saya itu deras airnya, tapi jika musim kering, kan juga
jadi mengganggu”. Banyak dari masyarakat yang diamati Teh Penti
memahami bahwa cara umum yang dilakukan masyarakat adalah

179
dengan membakar sampah di ruang terbuka. Ketika sosialisasi, Teh
Penti mengajak masyarakat untuk mau terlibat dan sebagian
masyarakat juga sudah mulai antusias dalam penanganan sampah.

Sebagai perwakilan masyarakat, Teh Penti menjelaskan bahwa


masyarakat sudah mulai perlahan mandiri dalam pengelolaan
sampah, mengenai pendanaan sendiri, bersifat memutar dari karang
taruna dan masyarakat. Masyarakat mulai mandiri untuk membayar
“Karang Taruna” untuk mengelola sampah. Mengenai adanya
lembaga pemerintah, masyarakat mengeluhkan kebijakan pemerintah
dan support pemerintah ke masyarakat untuk tetap sabar dan terus
memberikan inovasi untuk mau mengajak masyarakat dan pelan
dalam mengubah mindset masyarakat untuk mengelola sampah.
Seperti slogan yang melekat di pemikiran Teh Penti “ubah sampah jadi
rupiah”. Untuk bisa mewujudkan Talun bersih, semua bermula dari
masyarakat sendiri. Banyak dari masyarakatnya yang “terjebak”
dalam kebudayaan pengelolaan sampah yaitu malas mengelola
sampah. Maka dari itu, kesadaran masyarakat menjadi kunci penting
untuk bisa kolektif dalam penanganan sampah.

KKN daring menjadi pembelajaran yang sangat berharga bagi


saya. Asumsi awal saya mengenai KKN daring dan rasa pesimis saya
ternyata tidak seburuk apa yang saya jalani. Saya rasa saya tidak bisa
semaksimal mungkin untuk mewujudkan apa yang diharapkan
masyarakat Desa Talun. Tapi, ilmu yang saya dapati dari masyarakat,
lalu perspektif dan pandangan baru yang saya terima dari teman-
teman tim KKN Pesona Ibun akan menjadi hal yang tidak akan ternilai
dengan apapun. “Liyan” benar-benar mengajarkan saya banyak hal.
Seperti apa yang dijelaskan oleh dosen di suatu kelas yang
mengatakan bahwa melalui “Liyan” kita diajarkan untuk bisa bertukar
perspektif dari apa yang kita lihat dan pahami dari ruang kelas
menjadi suatu pemahaman baru yang kita temukan di lapangan.

180
Pengabdian Virtual? Jalanin Aja
Amira Anandita

Perjalanan KKN saya bermula dari percakapan singkat dengan


teman sefakultas di depan kosnya. Waktu itu saya berniat untuk ikut
KKN K1 atau daerah Jogja saja karena tidak perlu pusing-pusing
mendaftar, melakukan open recruitment dan mengikuti sesi wawancara,
namun keinginan saya untuk KKN di Bali masih terbayang-bayang.

Saat berbincang dengan Nurul mengenai lokasi KKN-nya, ia


menyampaikan bahwa di timnya sudah ada dua anak Kedokteran
Hewan (selanjutnya disingkat KH), Nurul dan Akira, namun timnya
masih kurang anak agro dan lokasi KKN tersebut di Kintamani, Bali.
Karena sudah semangat ada kata ‘Bali’-nya, saya menyampaikan
niatan untuk bergabung dan akan disampaikan kepada Kormanit tim
KKN-nya. Beberapa hari kemudian, ada pesan dari Nurul.

“Mir, jadi mau ikut ngga? Kalo mau, kirimin nama lengkap, NIM,
sama CV ya.”

Disaat itu saya merasa senang sekali, ditambah dengan bayang-


bayang melihat pegunungan dengan pemandangan danau juga
keseruan perjalan bersama 30 orang lainnya di desa terpencil selama
kurang lebih 50 hari. Jiwa jalan-jalan saya merasa terpanggil dan
semangat sekali untuk memberi tahu orang tua yang hanya
memperbolehkan lokasi KKN terjauh dari luar Pulau Jawa adalah
Pulau Bali.

Pertama kali saya bertemu dengan teman-teman satu unit


adalah saat first gathering di Kantin FISIPOL. Suasana kala itu masih
canggung malu-malu gitu dan sudah ada beberapa orang yang
mengenal satu sama lain.

181
“Oh, dari anak-anak pengurus kali ya”, batin saya.

Kami duduk mengitari meja panjang kantin yang disatukan.


Alfa sebagai Kormanit memulai acara dengan perkenalan diri masing-
masing, ya nama fakultas dan jurusan untuk awalan. Selanjutnya,
beberapa permainan singkat pun dimulai. Dari duduk sesuai bulan
lahir, tanggal lahir, hingga menggunakan media permen mentos.

Suasananya yang awalnya malu-malu, mulai mencair dan


kesempatan bertemu teman baru dari fakultas lain pun membuat
teman-teman lainnya semakin semangat. Setelah posisi duduk sudah
acak dan pembicaraan agak santai, Alfa menjelaskan mengenai
gambaran umum Tim KKN ini dan akan ada battle untuk penerjunan
karena satu provinsi luar Jawa membutuhkan maksimal tiga tim KKN
saja, sedangkan di daerah Kintamani sudah ada dua tim. Otomatis,
salah satu tim akan terdepak dari lokasi dan memilih lokasi lainnya.
Doa dan harapan untuk menang battle disampaikan karena Desa
Binyan yang kita pilih pun termasuk salah satu desa tertinggal dan
harapannya dengan adanya Tim KKN yang kesana akan membantu
warga desa.

Detak-detik menuju battle semakin dekat. Rapat malam pun


kian berjalan walaupun tidak 100% datang terus semua. Perencanaan
program tiap klaster semakin matang dan saat itu program anak
kedokteran hewan hanya pengecekan ternak rutin. Program ini dirasa
sudah cukup karena akan dilakukan setiap pagi pada ternak yang
berbeda ditambah dengan beberapa penyuluhan.

Saat penyempurnaan rencana pun tiba. Tim pengusul


menyatakan bahwa anggaran kami terlalu banyak di operasionalnya
dibanding dengan programnya sendiri. Usulan-usulan seperti
pemotongan biaya transport pun mulai bermunculan karena dirasa
kategori itu memakan anggaran tertinggi. Ada yang mengusulkan

182
menggunakan jalur darat saja, baik itu menggunakan bus atau kereta
api.

Transportasi menggunakan kereta, apalagi kereta ekonomi,


tambah menjadi opsi karena dirasa paling murah. Namun, bayangan
duduk di kereta 90° selama kurang lebih 10 jam, perjalanan dari
stasiun-pelabuhan-desa yang tidak bisa menggunakan kereta, dan
kerja untuk mewujudkan semua itu dianggap kurang efektif juga
membutuhkan tenaga yang lebih banyak. Ditambah lagi menimbang
jumlah anggota tim yang terlibat di perjalanan tidak sedikit sehingga
koordinasi yang dibutuhkan juga lebih ekstra. Teman-teman akhirnya
lebih condong kepada bus, menimbang kenyamanan tidak usah gonta-
ganti transportasi, lebih praktis, dan bisa sampai titik poin bertemu
dengan desanya. Segala pertimbangan dan kalkulasi akhirnya dapat
dibuat rencana kasar anggaran yang lebih rasional dan bisa untuk
dipresentasikan pada battle nantinya.

Hari demi hari berlalu. Berita-berita mengenai outbreak virus


corona dari Wuhan semenjak awal tahun semakin marak.
Penyebarannya pun sudah sampai Singapura. Pembicaraan di grup
terdekat KH sudah banyak candaan tentang peniadaan KKN. Ah tidak
mungkin lah menurut saya. Masuk Indonesia saja belum.

Saat pengumuman penentuan lokasi tiba. Alfa mengumumkan


tim kita tidak mendapatkan lokasi KKN di Kintamani, Bali. Bayang-
bayang saya mengenai indahnya pemandangan Bali, rasa penasaran
saya melihat peternakan babi pertama kali, dan rencana menyusuri
hutan sekitar pun sirna. Tetap saya yakin, jika memang KKN di Bali
bukan jalan yang terbaik, jalan terbaik kami di daerah lainnya masih
menunggu.

Pengumuman warga Indonesia ada yang positif corona cukup


menggemparkan seluruh masyarakat. Desas-desus mengenai

183
penularan massif covid-19 semakin menyebar. Angka positif terhadap
tes PCR meningkat. Suasana pembelajaran menjadi berubah menjadi
daring. Teman-teman fakultas yang sama-sama berasal dari Jakarta
mulai pulang. Asumsi peniadaan KKN tahun ini semakin menguat
dan membuat deg-deg-an.

Saya waktu itu memutuskan untuk pulang ke Jakarta saat Ujian


Tengah Semester (UTS) sudah selesai. Saya akhirnya pulang karena
makin hari, penghuni kos-kosan semakin sedikit, hingga saya merasa
tinggal ada tiga penghuni dari sekitar tujuh kamar. Ditambah suasana
Ramadhan yang akan datang sehingga mencari sahur dan buka puasa
tentunya akan semakin sulit.

Akhirnya pada awal UTS, saya mengontak keluarga saya dan


menjelaskan dari 16 orang anak Jabobadeta (Jakarta-Bogor-Bandung-
Depok-Tangerang) terdekat saya yang ada di FKH, tersisa 3 orang saja
termasuk saya. Ibu pun menyegerakan untuk pulang besok juga
karena khawatir kondisi di Jakarta yang mungkin akan dipersulit jika
semakin menunda kepulangan. Setelah berdiskusi dengan yang lain,
kami memutuskan untuk pulang pada hari Sabtunya karena jika besok
(Jumat) langsung pulang, kami masih ada ulangan pada jam
keberangkatan.

Setelah membeli tiket pulang, saya menghubungi jasa


pengiriman kucing karena tidak tega jika kucing saya dititipkan pada
teman dengan ketidakjelasan akan kembali kapan ke Jogja. Tiket
selesai, kucing selesai, persipan pulang pun selesai. Pada hari
Sabtunya, saya dan teman-teman saya kembali pulang ke Jakarta
dengan harapan KKN tidak diadakan penerjunan langsung ke daerah
atau bahkan tidak diadakan sama sekali.

184
Grup KKN masih ramai dengan usulan-usulan daerah
penerjunan, masih dengan anggapan akan ada penerjunan langsung.
Optimis sekali kita. Canda saya dalam hati.

Dari beberapa usulan, muncul satu daerah yang masih berada


di Pulau Jawa dan terbilang dekat dengan ibukota. Lokasi tersebut
berada di Kabupaten Bandung, Kecamatan Ibun, dengan dua desa
pilihan untuk lokasi pengerjaan KKN kami. Opini-opini dari yang lain
mulai bermunculan saat penjabaran opsi-opsi pemilihan daerah
penerjunan. Opini saya pribadi memilih daerah Ibun ini karena masih
dalam wilayah Jawa dan daerahnya terdengar masih familiar atas kata
‘Bandung’-nya. Ah, bisa lah nanti pulang dulu sebelum ke Jogja lagi.
Pikir saya waktu memilih opsi ‘Ibun’ ini.

Setelah proses pemilihan, ternyata Kecamatan Ibun yang


menjadi pemenang dengan dua desa yaitu Desa Lampegan dan Desa
Talun. Kedua desa ini terbilang desa berkembang dan setelah berjalan-
jalan virtual, kondisi desa ini menurut saya lumayan dan sudah cukup
proper. Tidak lama setelah pengumuman penutupan UGM untuk
aktivitas belajar-mengajar, desas-desus pengadaan KKN virtual makin
menguat. Desas-desus itu berubah menjadi kenyataan dengan
pengumuman resmi dari universitas. Setelah pengumuman KKN
secara daring, muncullah opsi KKN Periode 2 bisa diundur ke tahun
berikutnya.

Tim saya kembali berdiskusi dan memutuskan jika menunda


KKN Periode 2 ke periode selanjutnya, akan membuat pikiran baru
karena pada semester berikutnya tugas-tugas akan semakin banyak
menimbang sudah mau masuk semester akhir. Dengan pendirian
tersebut dan melihat KKN Periode 6 khusus covid-19 yang dilakukan
secara daring, kami memilih tetap pada KKN Periode 2. Positifnya dari
kejadian ini adalah kami bisa tetap di rumah membantu pemerintah,

185
namun KKN tetap jalan. Ini juga yang membuat luaran program
beberapa yang berupa jasa diganti menjadi sebuah hal yang baru.

Sejujurnya, dari mahasiswa kedokteran hewan sendiri, saya


awalnya bingung bagaimana bisa melakukan sosialisasi ke masyarakat
dengan ilmu kedokteran hewan walaupun tanpa terjun langsung
melihat ternaknya. Setelah berbincang dengan anak KH lainnya di unit
ini, Nurul dan Akira, ada ide untuk membuat buku saku kesehatan
hewan saja sebagai program tema dan infografis atau poster sebagai
program non tema. Pertimbangan yang lebih lagi adalah kami sebagai
mahasiswa belum berhak untuk menyebutkan obat apa dengan dosis
apa yang akan dipakai untuk penyakit tertentu sebagai pencegahan
penggunaan obat masal oleh masyarakat.

Telpon berjam-jam malam itu pun membuahkan hasil. Isi buku


saku kami adalah nama penyakit dengan nama lokalnya, penyebab,
gejala klinis; pencegahan, pengendalian, dan kontrol penyakit, juga
kategori penyakit tersebut. Setiap orang setidaknya mengambil tiga
penyakit dari kategori penyakit viral, bakterial, mikal, protozoal,
ektoparasit, dan helmin (cacing) sehingga membuat kurang lebih ada
18 penyakit yang akan digarap. Penentuan jumlah penyakit ini juga
dirasa agar beban yang dilaksanakan setiap individu kurang lebih
sama walaupun disebar pada sub-unit yang berbeda-beda. Penentuan
jenis ternak dilakukan dikemudian harinya setelah ada jawaban dari
pihak desa mengenai komoditas ternak daerahnya.

Beberapa hari sebelum penerjunan daring, kami mengadakan


briefing singkat mengenai apa yang akan dihadapi selama hampir 50
hari kedepannya. Alfa menjelaskan seminggu pertama akan dilakukan
pelaksanaan penyusunan Laporan Rencana Kerja untuk program yang
akan dijalankan. Penyusunan program ini didasarkan mengenai

186
informasi seputar desa terkait yang akan diberikan oleh pihak yang
menjadi jembatan teman-teman KKN dengan pihak desa.

Lalu minggu ke-2 hingga 6, program yang telah disetujui oleh


DPL dilaksanakan dan minggu terakhir akan dilaksanakan
penyusunan LPK dan pengadaan responsi. Awalnya memang serasa
sulit. Ditambah dengan ada pembatasan minimal waktu kerja pokok
tema sebanyak 140 jam dan minimal bekerja 288 jam. Perhitungan
mengenai jam bantu, jam pokok non tema, apakah jam rapat-rapat
selama ini akan terhitung atau tidak, tentunya menjadi perdebatan
lainnya.

Jujur, saya awalnya bingung dengan pembagian waktu jam


kerja yang disampaikan oleh DPkM karena jika dilihat dari pembagian
waktu pada materi KKN kemarin, terlihat mudah dan ringkas. Namun,
saat perubahan situasi menjadi daring ini, membuat beberapa orang
bingung dan menerka-nerka, apakah jam kerja proker saya akan
mencukupi dari 288 jam tersebut?

Minggu penyusunan LRK tiba setelah kemarinnya


dilaksanakan upacara penerjunan secara dari oleh Bapak Menteri
Pendidikan dan Rektor UGM. Satu kata yang bisa mendeskripsikan
penyusunan LRK ini.

Bingung.

Memang bukan hal aneh tentunya karena kami sama-sama


menghadapi sistem baru, tentunya ada masalah-masalah baru juga
yang akan dihadapi. Satu dua hari setelah penerjunan baru diadakan
rapat mengenai penjelasan pengisian LRK. Data desanya juga belum
didapatkan dari pihak sananya dan akhirnya kami memutuskan
melihat data desa online secara umum dari Kabupaten Bandung-nya.

187
Beberapa hari kemudian, baru lah kami mendapatkan RPJMDes
Talun dengan format excel yang didapat dari Bapak Dedi. Format
inilah yang membuat saya tahu di Desa Talun ada komoditas domba
dan sapi, sehingga hewan untuk buku saku saya adalah domba
sedangkan Akira adalah sapi karena dalam satu desa tidak boleh sama
judul programnya. Awalnya saya ingin membahas unggas saja karena
pasti ada peternakan ayam sederhana di desa dan Akira membahas
ruminansia baik besar atau kecil, namun karena komoditas ini tidak
disebutkan atau tidaknya, lebih baik kami membagi menurut jenis
hewannya saja.

Informasi yang kami dapat belum cukup menurut saya dan


akhirnya membuat daftar pertanyaan yang akan ditanyakan kepada
pihak desa. Hal yang lucunya adalah saat kami semua sudah finalisasi
LRK dan tidak bisa diganti kembali, Bapak Dedi selaku narahubung
baru menjawab pertanyaan-pertanyaan kami dan dugaan saya
terjawab, ternyata memang ada peternakan ayam di desa ini.

Toh, nanti buku saku ini juga akan berguna untuk peternak
domba, yang penting terlaksana dan bermanfaat lah. Pikir saya setelah
mendapat jawaban tersebut.

Pengerjaan program pada minggu-minggu pertama tentunya


masih pada saat semangat-semangatnya. Program saya yang awalnya
membuat satu buku saku menjadi dua buku saku dan satu infografis.
Pembagian buku saku tersebut untuk pemenuhan jam kerja saya. Biar
cukup dan lewat batas minimal. Setelah dihitung-hitung, sebagai
pemenuhan 288 jam, satu orangnya minimal bekerja 5 – 6 jam per hari.
Menurut saya logis sih, tapi kayaknya bisa dibanyakin atau
dimaksimalin sampai 10 – 12 jam sehari.

Kenyataannya?

188
Saat pengerjaan proker, ada yang hanya 3 jam sehari, hanya
mengerjakan program bantu saja, atau malah hingga 13 jam sehari.
Biasanya juga saya memulai aktivitas pada jam 9 pagi dan selesai pada
jam 10 atau jam 11 malam. Namun, kadang-kadang juga jam 11 malam
itu kebablasan hingga pagi karena mengejar target yang saya buat
sendiri.

Pada pengerjaan proker pokok tema yang pertama, Buku Saku


Domba Penyakit Viral, Bakterial, dan Mikal, hal yang paling
menariknya adalah pembuatan desain buku sakunya. Saat membuat
desain-mendesain biasanya saya menggunakan aplikasi Adobe
Photoshop. Namun, akhir-akhir ini saya mulai tertari dengan dunia
Illustrator. Mulailah dengan membuat layout kasarnya dahulu pada
buku tulis dan mencorat-coret tata letak halaman isi buku saku,
sampul, daftar isi, kata pengantar, pembatasnya, dan juga halaman
referensi. Oh ya, halaman petunjuk isi buku juga agar mempermudah
masyarakat nantinya sehingga informasi yang disampaikan tidak
berkurang.

Ornamen-ornamen pengikat dari buku tersebut juga dibuat


agar pembaca merasa familiar. Saya memilih lingkaran, segitiga, dan
persegi yang menjadi satu-kesatuan dan tiga gelombang sebagai satu-
kesatuan. Ornamen-ornamen ini disebar pada setiap halaman,
berguna sebagai penyeimbang satu sama lain, juga sebagai pembatas.
Kategori penyakitnya juga ditentukan dengan berbagai warna.
Misalnya, oranye untuk penyakit viral, hijau untuk bakterial, dan
seterusnya. Buku kedua juga seperti itu dengan warna yang berbeda
juga. Sampul bukunya juga saya beri ilustrasi hewan ternaknya, dalam
buku saya domba garut, dengan vektor.

Saat mendesain, tentu saja yang ada dibayangan saya agar tetap
sederhana, bisa dibaca, dan tidak pecah saat dicetak. Prinsip yang

189
sepertinya mudah, namun agak sulit untuk mengkomposisikannya.
Saya senang dengan KKN ini, skill desain saya juga semakin terasah,
apalagi dengan penggunaan Illustrator sebagai media yang baru
menurut saya dan belum pernah saya dalami.

Sejujurnya pada proker pokok tema kedua, saya hanya


mengganti warna utamanya saja. Jadi tantangan untuk program ini
ada pada pencarian literatur dan penyusunan isi buku sakunya. Saya
yang lebih suka dengan media pembelajaran audio-visual merasa agak
gimana gitu saat dipaparkan oleh jurnal, buku, dan artikel internet.
Hmm, jadi teringat tugas akhir yang sifatnya studi literatur karena
saya memiliki ‘mimpi buruk’ mengenai pencarian jurnal relevan agar
bisa dimasukkan ke studi. Topik yang saya pilih juga belum ditelaah
sekali di Indonesia dan di dunia pun masih belum banyak individunya
sehingga cukup sulit.

Sudahlah, KKN dulu Mir.

Pokok tema yang kedua ini menurut saya terbilang cukup cepat
pengerjaannya. Saat program yang pertama membutuhkan waktu
seminggu untuk pencarian literatur, data lapangan, dan penyusunan
isi, seminggu kemudiannya juga digunakan untuk proses penyusunan
desain dan desainnya. Jadi kurang lebih memerlukan waktu dua
minggu untuk program pertama. Di program kedua, saya kurang lebih
memerlukan waktu seminggu saja karena waktu itu juga dikejar
tunggakan dan menimbang program non tema juga interdisipliner
belum terjamah sama sekali.

Kedua program tema selesai dalam kurun waktu tiga minggu.


Normal sih, tapi menurut saya itu suatu pencapaian yang WAH
mengingat saya orangnya mager-an alias malas gerak.

Pembuatan infografisnya sendiri juga sedikit unik. Jujur, untuk


komposisi sebuah poster, saya masih belum paham betul dan kurang

190
lihai lah. Konsep yang saya mau tonjolkan, tidak ada konsep. Tapi,
setelah mencoba corat-coret ada lah gambaran kasarnya. Semuanya
terklik saat saya tiba-tiba ingin membuat setengah lingkaran pada
judul. Aneh awalnya, tapi setelah diotak-atik, wah seperti matahari.
Latar belakangnya seperti hutan gelap dengan nuansa hijau tua
kombinasi. Memang aneh tapi menyatu menurut saya. Dengan
menaruh isi dari infografisnya mengenai Bahaya Zoonosis pada
Masyarakat, infografis ini selesai dan menandakan program non tema
saya selesai sehingga seminggu kedepannya saya hanya memikirkan
program interdisipliner. Yeay.

Saat membuat program interdisipliner, yang ada dipikiran saya


adalah waah, seperti membuat laporan IPUK lagi. Mata kuliah IPUK
atau Ilmu Peternakan Umum dan Kewirausahaan adalah mata kuliah
wajib pada semester 1 dan membekas sekali. Jadi teringat saat saat
maba karena belum handal untuk mencari referensi atau mensitasi,
ada teman saya yang melampirkan 1 buku full fotokopian dan
akhirnya disita oleh asisten. Di mata kuliah ini juga adalah pengenalan
tinjauan pustaka, yang sampai banyak sekali, dan begadang, dan
pengumpulan pagi dengan masih memakai baju tidur juga jaket saja.
Banyak lah ceritanya.

Di program interdisipliner ini saya juga belajar cara menanam


padi dan memerah susu karena program saya adalah membuat buku
panduan agrowisata tersebut. Keluar dari zona nyaman, memang.
Tapi, saya senang bisa mempelajari hal baru yang tidak diajarkan di
perkuliahan.

Serunya juga, di perencanaan program ini, saya membuat alur


agrowisatanya. Jadi, dari mulai wisatawan masuk, paket yang
ditawarkan, apa saja fasilitas yang akan didapatkan, hingga personil
dari warga yang ikut terlibat pada agrowisata juga diperhitungkan.

191
Susahnya adalah membuat anggarannya. Saya tidak terlalu
berpengalaman pada hal-hal berbau anggaran dan tidak tahu berapa
harga pasaran, jadi bermodal tautan Tokopedia dan Mbah Google saya
mencari tahu harga pasarannya.

Disela-sela program saya sendiri, tentunya saya juga membantu


beberapa program teman-teman lainnya. Waktu awal Mba There
sebagai DPL ,kami membuat grup PiC yang bertanggung jawab atas
media komunikasi ke masyarakat luas. Saya bergabung dengan Azka
sebagai PiC Poster. Di grup itu yang paling seru adalah saat obrolan
mengenai Podcast yang disebarkan melalui media Spotify. Topik
pembicaraan awal-awalnya masih cukup serius dengan pembicaraan
mengenai pandangan KKN Online & Offline (ON&OFF). Topik kedua
juga cukup menarik dengan pembahasan skincare anak-anak KKN
Ibun di rumah masing-masing. Topik ketiga adalah yang seru karena
mengundang semua Kormasit dan ditengahi oleh Kormanit dan Sekar
sebagai PiC Podcast. Saya yang mendengarkan merasa seru saja
mendengarkan tarik ulur candaan mereka. Hiburan sekali memang,
boleh banget dicek ya di Spotify.

Pada sub-unit saya, saya merasa KKN ini tidak sebagai beban.
Teman-teman saya lainnya juga pembawaannya santai, menjadi
tempat keluh kesah bersama karena data dan pertanyaan belum
dijawab juga, dan suasana grup itu seru aja. Ada yang mancing topik
terus, ada yang ngehujat, ada yang diem-diem menghanyutkan, ada
juga yang santaaaiiii banget tapi tiba-tiba selesai. Kan seru ya.

Memang sih, ketemu mereka baru tiga-empat kali saat tatap


muka, tapi dengan telponan kapan aja malem-malem kaya gini
koneksinya jadi deket aja dan nyambung. Awalnya KKN daring serasa
susah sekali tapi saat dijalani ternyata bisa santai juga.

192
Minggu-minggu terakhir untuk penyusunan LPK menjadi
minggu yang lucu? Seminggu itu kami menyusun pendahuluan,
kesimpulan, dan saran saja awalnya yang ditarget selesai dalam dua
hari. Namun, tiba-tiba ada pemberitahuan penambahan ini itu, upload
ke Simaster poin pengisiannya jadi bertambah, dan ada penggunaan
link dokumentasi. Menurut saya agak mendadak memang, tapi
sebagai mahasiswa, jalani saja.

Dari KKN daring ini saya belajar mengabdi itu tidak selalu
harus terjun ke lapangan, namun jika tidak terjun, komunikasi
merupakan jembatan utama. Pekerjaan jika memang sudah bersistem
juga bisa diselesaikan dengan luaran yang nantinya bisa dikirim ke
pihak desa melalui softfile atau hardfile. Buaian melihat daerah baru
dengan orang-orang baru di tempat yang baru memang hanya sebatas
impian. Namun, niat baik akan juga tersampaikan sekalipun dengan
KKN daring.

193
Pilih Kerja Praktik atau KKN Daring?
Dwita Yoanida Y

Kuliah Kerja Nyata. KKN. Kata yang sudah sering kudengar.


Juga merupakan salah satu mata kuliah yang wajib diambil oleh
seluruh mahasiswa jenjang S1 dan D4 Sekolah Vokasi Universitas
Gadjah Mada. Tentunya kegiatan ini diadakan sebagai bentuk
pengabdian mahasiswa kepada masyarakat serta mengamalkan ilmu
yang telah dipelajari selama mengemban ilmu di Universitas Gadjah
Mada. Sebagai mahasiswi yang memasuki tahun terakhir kuliah,
sudah saatnya untuk mengambil mata kuliah “Kuliah Kerja Nyata”
untuk melengkapi SKS sebagai syarat kelulusan kelak.

Sebenarnya, aku tidak berniat untuk mengikuti KKN di akhir


bulan Juni hingga Agustus ini atau biasa disebut juga dengan KKN
Periode 2, karena kebijakan baru program studiku, yaitu Perencanaan
Wilayah dan Kota yang mengundur jadwal Kerja Praktik (KP) kami,
mahasiswa angkatan 2017. Kegiatan Kerja Praktik yang biasanya
dilakukan pada bulan Desember hingga awal Januari terpaksa harus
diundur jadwal pelaksanaannya terkait hampir tidak adanya proyek
yang diadakan oleh instansi yang berkaitan dengan Perencanaan
Wilayah dan Kota pada bulan-bulan tersebut sehingga dinilai kurang
efektif untuk dijadikan sebagai periode Kerja Praktik dalam rangka
pengenalan dunia kerja kepada mahasiswa sekaligus memberikan
pengalaman tersendiri, dan akhirnya kami diberikan beberapa
alternatif pilihan untuk melakukan Kerja Praktik.

Aku yang plin plan ini tentu saja sangat sulit untuk menentukan
pilihan dari alternatif yang telah ditawarkan oleh prodi. Dari alternatif
tersebut, banyak pertimbangan yang aku pikirkan. Jika aku memilih
KKN di Periode 2, aku bisa memilih lokasi KKN dimana pun yang aku

194
inginkan akan tetapi tidak bisa memilih lokasi magang di tempat yang
aku mau. Namun, jika aku memilih Kerja Praktik, tidak dapat
dibayangkan bagaimana sulitnya mengambil data untuk tugas akhir
disaat KKN berlangsung.

Mendekati jadwal pengisian KRS, aku dilanda panik dan


kebingungan yang tidak ada hentinya. Bertanya kepada teman-teman
yang lain tetap tidak membuahkan hasil karena mereka sudah
mengetahui dan menetapkan pilihannya masing-masing, pun tidak
ada satu pun dari jawaban tersebut yang dapat menghilangkan rasa
kecemasanku. Sangat sulit untuk menentukan pilihan antara ingin
KKN atau KP di periode 2 ini karena teman-teman dekatku ternyata
lebih memilih untuk KP terlebih dahulu dan mereka juga telah siap
dengan konsekuensinya yaitu KKN di saat pengambilan data tugas
akhir. Aku juga telah meminta saran
dan masukan kepada para kakak
tingkat yang terlebih dahulu
merasakan KKN dan KP.
Kebanyakan dari saran mereka ialah
aku harus menentukan dengan jelas
bagaimana tujuanku dan harus memilih dengan bijak, serta apapun
pilihan yang akan aku ambil nantinya memang akan selalu ada plus
minusnya.

Sebelumnya, cerita ini bukanlah mengenai aku yang terlalu plin


plan dalam memilih antara dua pilihan. Hehehe… Cerita di atas
merupakan kilas balik bagaimana aku bisa berada di sini, menulis
cerita ini, dan bagaimana cerita ini bisa dimulai. Oiya, perkenalkan
nama aku Dwita Yoanida Yoserizal. Biasanya aku dipanggil Wiwik,
namun khusus untuk teman-teman KKNku, aku memilih untuk
dipanggil Dwita, tapi mereka biasanya memanggilku dengan sebutan
Wi. Aku merupakan salah satu mahasiswi di Universitas Gadjah Mada

195
Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota. Tidak jelas asalku dari mana,
karena dari kecil aku sudah terbiasa berpindah-pindah kota mengikuti
pekerjaan orang tuaku. Di sini aku akan menceritakan bagaimana
perjalanan dan pengalamanku dalam mengikuti kegiatan KKN PPM
UGM Periode 2 Tahun 2020 secara daring.

Nah, saat pengisian KRS pun tiba. Aku pun telah mantap untuk
memilih KKN di Periode 2 ini walaupun teman-temanku yang lain
lebih memilih untuk melaksanakan Kerja Praktik. Aku sebenarnya
merasa takut, takut apakah aku bisa melakukan ini di saat hanya
segelintir teman-temanku yang lebih memilih untuk melaksanakan
KKN di Periode 2 sedangkan yang lainnya memilih KP. Dari dulu aku
telah terbiasa mengikuti arus, mengikuti pilihan yang banyak diambil
oleh teman-temanku. Bahkan, mengikuti organisasi pun, aku juga
mengikuti teman-teman dekatku karena aku tidak terbiasa jika tidak
ada mereka di sekitarku dan melakukan apapun tanpa ada mereka.
Yah, begitulah aku. Namun, aku ingin berubah. Aku tidak mau lagi
bergantung kepada mereka karena tidak selamanya teman-temanku
dapat selalu berada di sisiku. Semua orang juga punya kesibukan dan
urusannya masing-masing sehingga aku pun tidak lagi memikirkan
apa pilihan orang lain dan lebih mendengarkan apa yang aku
butuhkan dan inginkan.

Memasuki semester 6, aku mulai disibukkan oleh kegiatan


kuliah, yaaa sama sih seperti semester-semester yang sudah lewat.
Namun semester 6 ini sedikit lebih berbeda. Sejujurnya, aku belum
memikirkan ingin KKN di mana. Teman-temanku yang lain telah
mendapatkan tim karena kebanyakan dari mereka merupakan tim
pengusul yang terlebih dahulu telah dilaksanakan KKN di lokasi
tersebut. Jujur saja aku terlalu malas untuk mencari informasi
mengenai tim mana yang sudah membuka recruitment karena
sebetulnya aku sudah tidak begitu excited mengenai KKN tanpa

196
teman-teman terdekatku. Sebenarnya aku ingin sekali KKN di wilayah
timur seperti Papua.

Aku ingin tahu dan dapat menginjakkan kaki di tanah


kelahiranku tersebut. Rasa penasaran seperti apa lokasi aslinya,
masyarakatnya, apakah sama seperti cerita dari kedua orang tuaku?
Aku ingin merasakannya sendiri. Akan tetapi sudah tentu usulanku
ditolak oleh orangtuaku karena lokasinya yang sangat jauh dan jelas
membutuhkan biaya yang tidak sedikit untuk bisa ke sana.

Selain itu, orangtuaku belum terlalu mempercayaiku untuk


dapat bepergian sejauh itu serta kondisi di sana yang masih dipenuhi
oleh konflik. Aku pun mengubur dalam-dalam keinginanku tersebut.
Sempat terpikir ingin KKN di Pogung saja karena lebih dekat dengan
kos-kosanku, tapi karena itu sistemnya plottingan, jadi hasilnya pun
juga untung-untungan. Syukur-syukur dapat lokasi di Pogung, tapi
kalau lokasinya juga jauh kan sama saja lebih baik mencari lokasi yang
jauh sekalian di luar Jawa Tengah dengan mengikuti oprec.

Berbekal postingan dari official account tentang informasi KKN-


PPM UGM yang bernama KKN’ERS UGM 2020, aku mencari
informasi tim mana saja yang sedang membuka rekrutmen untuk
anggota baru. Oh iya, aku lupa menyebutkan sebelumnya kalau
orangtuaku hanya memperbolehkan aku untuk memilih lokasi KKN
paling jauh hanya sampai sebatas Pulau Bali. Kalau dipikir-pikir, KKN
di Bali sepertinya asyik juga.

Aku juga ingin kembali mendatangi Bali karena terpesona


dengan alam dan budayanya, serta banyak tempat wisata keren yang
belum sempat aku coba ketika terakhir berkunjung ke sana pada tahun
2016 lalu. Oleh karena itu, aku pun bertekad ingin mencari tim KKN
Bali yang sedang mencari anggota tambahan. Awalnya aku ingin
bergabung dengan salah satu tim temanku yang berlokasi di

197
Payangan, Bali. Tapi karena aku ketiduran dan lupa untuk mengisi
form pendaftaran yang sudah diberikan, ya sudah mau gimana lagi,
kan memang murni kecerobohanku. Setelah itu aku pun mulai
mencari info di official account KKN’ERS UGM 2020 dan melihat salah
satu oprec yang berlokasi di Kintamani, Bali. Kebetulan sekali, aku
mendaftar di hari terakhir mereka melakukan oprec. Aku pun
dihubungi oleh salah satu perwakilan tim KKN mereka mengenai
jadwal pelaksanaan dan lokasi untuk wawancara.

Aku sebagai orang awam yang


belum mengetahui seluk beluk
dunia KKN tentulah merasa
bingung seperti apa gambaran
wawancara yang akan dilakukan,
apakah sama seperti wawancara
untuk memasuki organisasi? Oleh
karena itu aku memutuskan untuk
bertanya kepada salah satu kakak
tingkat mengenai tips n trick dalam
wawancara oprec KKN ini.

Berbekal dari masukan di atas, aku mulai mencari tahu lebih


dalam mengenai lokasi dan proker yang sekiranya cocok dengan tema
yang diangkat oleh tim KKN Iraga Kintamani. Pada hari wawancara,
aku sedikit kesulitan untuk menemukan lokasinya karena
dilaksanakan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Kalau tidak
salah, aku diwawancarai oleh Alfa, Yoga, dan Bella. Pada awalnya aku
sempat grogi dalam menjawab pertanyaan yang mereka ajukan tapi
lama kelamaan aku dapat menjawab pertanyaan dengan lancar karena
pada dasarnya mereka bertiga ternyata asyik untuk diajak ngobrol.
Keesokan harinya setelah wawancara, aku mendapat kabar bahwa aku

198
diterima menjadi bagian dari tim KKN Iraga Kintamani. Akhirnya
impianku untuk dapat KKN di Bali pun ada di depan mata.

Setelah itu, seperti biasanya terjadi apabila bergabung di sebuah


kelompok, pasti ada perkenalan. Tim ini mengadakan first gathering di
FISIPOL untuk mengenal lebih lanjut anggota baru yang terpilih. Di
sana aku berkenalan dengan Vincent yang ternyata adalah tetangga
Departemenku, yaitu Teknik Geodesi, karena bangunan kami
bersebelahan. Selain itu aku juga berkenalan dengan Amira, anak
Fakultas Kedokteran Hewan.

Gathering ini membahas tentang pengenalan lokasi KKN serta


mengenai battle yang akan diadakan berhubung terdapat tim KKN lain
yang lokasinya bersamaan dengan lokasi KKN kami, yaitu Kecamatan
Kintamani. Battle tersebut merupakan ajang untuk memperebutkan
lokasi KKN untuk tim di lokasi yang sama dengan melakukan
presentasi di hadapan DPkM. Namun, sepertinya KKN di Bali bukan
menjadi jatah kami, sehingga kami pun memilih lokasi baru yang
keadaannya hampir mirip dengan desa sebelumnya di Kintamani,
yaitu di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung. Setelahnya, tim ini
dikenal juga dengan nama Pesona Ibun dengan kode lokasi JB036.

Dengan begitu, perjalanan KKNku dimulai…

Kalau boleh jujur, aku lebih memilih untuk melaksanakan KKN


dengan terjun langsung ke lapangan dan berbaur dengan masyarakat.
Ga papa gosong karena matahari karena momen ini cuma datang
sekali seumur hidup, kalo kata orang sih begitu. Pengalaman yang
didapat pun tentunya berbeda karena kebudayaan dan keberagaman
masing-masing lokasi. Tapi apa dikata, karena pandemi global yaitu
corona virus, pihak kampus harus memutar otak agar kegiatan KKN
tetap dapat berjalan namun dengan mengedepankan protokol
kesehatan. Tercetuslah KKN daring. Sungguh, aku berpikir KKN

199
dengan metode seperti ini sangat sulit dilaksanakan, mengingat kuliah
yang dilakukan dengan sistem yang sama pun dinilai kurang efektif
dalam kegiatan perkuliahan.

Tidak dapat dibayangkan bagaimana harus melaksanakan KKN


secara online disaat kita semua dalam menjalankan kegiatan nantinya
tentulah harus menggunakan data yang ditemukan di lapangan.
Pikiran menyesal sempat terlintas, menyesal mengapa lebih memilih
KKN di Periode 2, menyesal tidak mengikuti pilihan teman-temanku
yang lainnya. Namun, perasaan menyesal ini tidak berlangsung lama,
karena teman-temanku yang lainnya juga sedang kebingungan
mencari instansi yang menerima mahasiswa magang dikarenakan oleh
pandemi ini. Banyak kantor yang memilih untuk tidak menerima
mahasiswa magang saat ini. Ternyata kita semua sedang berjuang
namun dalam konteks yang berbeda.

Pada 29 Juni 2020, proses penerjunan mahasiswa untuk kegiatan


KKN pun dilaksanakan melalui live di kanal Youtube Universitas
Gadjah Mada. Pada saat penerjunan berlangsung, aku cukup terhibur
dengan komentar-komentar yang dilontarkan mahasiswa lain, sangat
menggelitik perut. Sebelum penerjunan dimulai, kami terlebih dahulu
mengisi absen pada akun Simaster masing-masing dengan
memasukkan kode yang sebelumnya telah diberikan oleh kormanit
(koordinator unit). Penerjunan yang dilakukan selama 2 jam yang
dimulai pada pukul 14.00 hingga 16.00 berjalan dengan lancar. Namun
tetap saja aku masih merasakan kebingungan bagaimana aku akan
melaksanakan KKN dua bulan kedepan.

Keesokan harinya dilaksanakan rapat unit yang membahas apa


saja yang harus kami lakukan pada minggu pertama dan bagaimana
cara pengisian logbook serta absensi kami. Rapat tersebut terbilang
lama, banyak dari anggota unit yang mengajukan pertanyaan karena

200
juga merasa kebingungan terkait dengan kegiatan KKN ini. Sistem
KKN seperti ini masih terbilang baru, bahkan baru pertama kali
dilaksanakan pada periode kami di tahun 2020 sehingga wajar saja
masih terdapat trial dan error.

Sesuai dengan arahan, pada minggu pertama ini kami


dijadwalkan untuk mengisi Laporan Rencana Kegiatan (LRK) di laman
https://periode2.kkn-ppm.id/. Seluruh kegiatan KKN daring ini harus
dicatat pada laman tersebut, mulai dari absensi, penyusunan LRK,
pengisian logbook, dll. LRK bertujuan untuk menjabarkan apa saja
program kerja yang kita tawarkan berdasarkan analisis potensi dan
masalah desa yang terdapat dalam Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Desa (RPJMDes) agar program yang dilaksanakan selaras
dengan kegiatan masyarakat desa. Aku berada pada Sub-unit 3 yang
berlokasi di Desa Talun. Di sini aku tidak sendirian, aku bersama 7
anggota lainnya yang bernama Agam, Amira, Oca, Sekar, Wahyu, dan
Umi. Kormasit (koordinator sub-unit) di desaku bernama Damasus
Wahyu dari Fakultas Ilmu Tanah.

Selama berada di Sub-unit 3 ini, ada ada saja hal-hal lucu yang
dilakukan, mulai dari membahas ide proker hingga bergosip,
membuat kami melupakan rasa lelah sejenak. Awalnya aku berpikir
pasti akan sulit mengakrabkan diri kepada teman-teman sub-unitku,
karena pada dasarnya kami belum pernah bertemu dan berbicara
secara langsung. Tapi karena sudah ada perkembangan teknologi,
kami pun dapat dengan mudah berbaur dan menjadi akrab hingga
sekarang. Pengisian LRK pun tidak semudah yang dibayangkan.

Ternyata, dalam penyusunan tersebut kami bukan hanya melihat


potensi-masalah yang ada, akan tetapi menyesuaikan akumulasi jam
kerja dari proker yang kami ajukan agar dapat memenuhi syarat Jam
Efektif Kerja, yaitu 200 jam untuk kegiatan program yang terbagi lagi

201
menjadi 140 jam untuk kegiatan pokok tema, dan 60 jam untuk
kegiatan pokok non tema. Kegiatan pokok tema merupakan kegiatan
yang sesuai dengan tema yang diangkat oleh masing-masing tim KKN.

Untuk tim KKN Pesona Ibun, tema yang diangkat ialah


“Pembangunan Sabilulungan Raksa Desa Bandung 1000 Kampung di
Desa Lampegan dan Talun”. Sabilulungan Raksa Desa Bandung 1000
Kampung merupakan salah satu program kerja Pemerintah
Kabupaten Bandung dalam meningkatkan keunggulan komparatif
daerah melalui potensi lokal yang menjadi ciri khas wilayah sehingga
dapat bersaing secara global. Untuk mendukung hal tersebut, aku
mengajukan empat program kerja, yaitu Pemetaan Penggunaan Lahan
di Desa Talun, Penyusunan Buku Profil Desa Talun, Perencanaan
Ruang Terbuka Publik, dan Gerakan Bersih Masjid. Dari empat
kegiatan tersebut, aku memperoleh gambaran akumulasi waktu jam
kerja kegiatan pokok sebanyak 200 jam.

Minggu ke-2 hingga minggu ke-6 dilakukan dengan menjalankan


program kerja dari masing-masing mahasiswa. Selama itu pula antara
unit dengan sub-unit kami melakukan rapat koordinasi mingguan
yang bertujuan untuk memantau perkembangan masing-masing
anggota serta masalah apa yang sedang dihadapi untuk dipikirkan
jalan keluarnya secara bersama-sama.

Secara keseluruhan, masalah yang dihadapi oleh masing-masing


anggota ialah minimnya data serta kurangnya komunikasi dengan
pihak desa. Kendala jaringan dan kesibukan masing-masing membuat
komunikasi kurang lancar. Selain itu, aku pribadi merupakan
mahasiswa yang deadliner, jadi selalu mengerjakan sesuatu jika sudah
mepet. Minggu-minggu awal KKN masih merasa semangat untuk
dapat menyelesaikan proker yang ada. Tapi ternyata jiwa pemalasku
muncul di minggu-minggu terakhir KKN. Ditambah pekerjaan dari

202
instansiku dalam melakukan Kerja Praktik juga telah “meraung-
raung” meminta segera diselesaikan. Pikiranku terpecah menjadi 2.
Pekerjaan dari kantor sudah lama tidak aku sentuh, namun di sisi lain
jam kerja KKN harus aku penuhi.

Karena kelalaianku, akhirnya aku mengerjakan keduanya


sekaligus secara bersamaan. Untuk menghilangkan rasa mager, aku
sangat menghindari mengerjakan tugas di dalam kamar. Aku lebih
memilih untuk mengerjakannya di ruang tamu lantai 2 indekosku.
Pemandangannya cukup untuk mengembalikan semangatku kembali
yang merasa suntuk berada di dalam kamar terus menerus tanpa
menghirup udara luar. Tapi, di sela-sela rasa suntuk tersebut aku
bersyukur masih memiliki teman yang siap sedia untuk mendengar
keluh kesahku, dan juga teman-teman sub-unitku yang selalu
memberikan hiburan di kala bosan. Xixixi. Indahnya hidup :D.

Hingga hari yang aku nantikan pun tiba, yaitu hari dimana
seluruh pogram kerja yang aku tawarkan dapat diselesaikan dengan
tepat waktu, walaupun terdapat beberapa kendala seperti data yang
berguna dalam penyusunan Buku Profil Desa Talun baru diberikan
oleh perwakilan desa pada h-3 deadline yang telah ditetapkan oleh
kormanit untuk dapat menyelesaikan seluruh proker yang telah
dirancang pada minggu pertama.

Aku tidak menyesal sudah keluar dari zona nyaman, yaitu tanpa
adanya teman-teman dekatku. Malah bersyukur mendapatkan teman
juga sahabat baru yang tidak kalah seru dan bisa berbagi cerita
walaupun hanya sebatas video call. Aku juga sangat berterima kasih
karena memiliki kesempatan untuk dapat mengenal teman-teman di
KKN Pesona Ibun yang sangat baik, penyabar, pengertian, kocak, dan
memiliki karakter uniknya masing-masing, serta Dosen Pembimbing
Lapangan yang keren dan pengertian, yaitu Mba There.

203
Eheehee…Selama melaksanakan KKN selama hampir dua bulan ini aku
menyimpulkan bahwa kunci yang paling penting dalam
melaksanakan kegiatan secara daring ialah niat, timeline kegiatan
untuk membantu kita agar selalu berada di jalan yang lurus
(wkwkwk), serta komunikasi (ini penting ya! :D)

Selain itu, aku juga berterima kasih kepada masyarakat Desa


Talun yang telah menerima kami untuk dapat melaksanakan KKN
daring. Khususnya kepada Ibu Euis Tuti selaku Kepala Desa Talun dan
Bapak Dedi selaku Ketua BPD Talun yang telah membantu kami,
mahasiswa Unit 3 dan 4 dalam mengumpulkan data-data yang kami
butuhkan sehingga kegiatan kami dapat berjalan lancar hingga hari
terakhir. Aku berharap komunikasi yang terjalin akan terus bertahan
hingga kapanpun, dan untuk teman-temanku di Unit JB036 semoga
kegiatan kalian selanjutnya juga dapar berjalan lancar dan sampai
bertemu lagi jika corona sudah berlalu. Terima kasih cerita indah dan
pengalamannya ^_^

204
Menularkan Positive Vibes dari KKN Daring
Umi Alifa Jamil

Kuliah Kerja Nyata Pembelajaran Pemberdayaan Masyarakat


atau yang biasa disingkat KKN-PPM merupakan mata kuliah yang
bersifat wajib bagi seluruh mahasiswa S1 dan D4 Sekolah Vokasi
Universitas Gadjah Mada. KKN-PPM merupakan program
pengabdian kepada masyarakat yang dicanangkan oleh Universitas
Gadjah Mada sebagai sarana penerapan disiplin ilmu yang dimiliki
oleh mahasiswa dalam mengatasi permasalahan yang ada di
masyarakat untuk mewujudkan kemandirian dan kesejahteraan
masyarakat secara berkelanjutan. Pelaksanaan KKN-PPM UGM
identik dengan diterjunkannya mahasiswa ke lokasi KKN secara
langsung dan menetap disana selama 50 hari. Akan tetapi, sangat
berbeda dengan tahun ini.

Pelaksanaan KKN-PPM UGM Tahun 2020 terbagi menjadi 7


(tujuh) periode. KKN-PPM UGM Tahun 2020 dilaksanakan secara
daring atau dari rumah masing-masing mulai dari awal hari
penerjunan, perencanaan program, pelaksanaan program, hingga hari
penarikan mahasiswa. Hal ini dikarenakan adanya pandemi virus
Covid-19 yang mengharuskan sistem pelaksanaan KKN-PPM
dilakukan secara full daring untuk menghindari penambahan dan
penularan kasus Covid-19.

Begitu pun dengan pelaksanaan KKN-PPM UGM Periode 2


Tahun 2020 yang keseluruhan rangkaian KKN dilakukan secara full
daring. KKN berlangsung selama 50 hari terhitung mulai tanggal 29
Juni 2020 sampai tanggal 18 Agustus 2020. Ngomong-ngomong
tentang KKN, saya jadi ingin meng-kilas balik alias flashback ke masa
awal hingga berakhirnya KKN yang saya jalani. Sebagai informasi,

205
saya merupakan anggota dari Tim JB036 yang lokasinya di Kecamatan
Ibun.

Awal dari Seluruh Rangkaian Per-KKN-an

Awal bergabung ke tim ini, saya diajak oleh Alfa alias Topik
untuk gabung jadi tim pengusul yang udah dibentuk sama dia dan
teman-temannya. Alasannya yaitu karena tim Alfa masih kekurangan
anggota untuk dapat memenuhi syarat minimal dari Direktorat
Pengabdian Kepada Masyarakat (DPkM) untuk menjadi tim pengusul,
juga karena kebetulan dari klaster saintek masih diisi sama 1 orang,
yaitu Khanshabila dari Fakultas Biologi. Aakhirnya Alfa mengajak
saya untuk gabung. Sebagai informasi, saya berasal dari Fakultas
Geografi yang merupakan salah satu fakultas dari klaster saintek.

Reaksi saya ketika mendapatkan chat ajakan dari dia cukup kaget
dan seketika itu saya merasa menjadi mahasiswa “tua”. KKN
merupakan mata kuliah yang baru bisa diambil pada semester akhir
(semester 6, 7 dan 8). Ketika saya sudah bisa mengambil mata kuliah
ini, itu menandakan bahwa memang benar saya patut untuk diberikan
gelar sebagai mahasiswa “tua” tersebut.

Lanjut ke ajakan Alfa untuk gabung jadi pengusul. Pada awalnya


saya masih bimbang apakah akan mengiyakan atau malah menolak
ajakan tersebut karena pada saat itu saya masih berkeinginan untuk
KKN di lokasi yang dekat dengan tempat asal saya, yaitu Semarang,
sedangkan lokasi yang dipilih Alfa untuk KKN yaitu Kecamatan
Kintamani, Provinsi Bali. Antara keinginan saya dan tawaran dari Alfa
sangat bertolak belakang sehingga saya menjadi bimbang setengah
mati. Tapi setelah saya pikir-pikir lagi, rasanya sayang kalau ajakan
Alfa untuk gabung ke tim dia saya tolak. Mengingat untuk bisa

206
bergabung ke tim-tim pengusul KKN, berdasarkan cerita pengalaman
dari kakak tingkat saya, itu sangat sulit. Perlu menyiapkan Curriculum
Vitae yang tentu isinya harus berbobot, harus memiliki kemampuan di
bidang video atau syarat-syarat lainnya tentu membuat saya menjadi
berpikir dua kali. Akhirnya setelah mempertimbangkan satu dan
banyak hal, beberapa minggu kemudian saya memutuskan untuk
meng-iya-kan ajakan Alfa dan bergabung menjadi tim pengusul tim
KKN Kintamani, Bali.

Langkah selanjutnya setelah memutuskan untuk gabung menjadi


tim pengusul yaitu melakukan rapat beberapa kali untuk
mempersiapkan segala sesuatu yang dibutuhkan untuk melakukan
banding, karena ternyata ada tim KKN lain yang memilih Kecamatan
Kintamani sebagai lokasi KKN. Singkat cerita, ternyata Kintamani
belum menjadi rejeki kami untuk bisa melakukan KKN disana.
Akhirnya kami memutuskan untuk berpindah lokasi KKN dan
memilih satu lokasi usulan dari DPKM yaitu di Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung, Jawa Barat dengan mengusung tema
“Pembangunan Sabilulungan Raksa Desa Bandung 1000 Kampung di
Desa Lampegan dan Sekitarnya”.

Persiapan Menuju Pelaksanaan KKN Daring

Setelah memutuskan untuk berpindah lokasi di Kecamatan


Ibun, dilanjutkan dengan pembagian subunit. Tim JB036 terbagi
menjadi 4 Sub-unit, dengan pembagian terdiri atas Sub-unit 1 dan Sub-
unit 2 bertanggung jawab terhadap Desa Lampegan; dan Sub-unit 3
dan Sub-unit 4 bertanggung jawab terhadap Desa Talun. Berdasarkan
hasil pembagian, ternyata saya tergabung menjadi anggota dari Sub-
unit 3.

207
Sub-unit 3 terdiri atas 8 (delapan) anggota, diantaranya yaitu
Wahyu (yang juga sekaligus diamanahkan sebagai kormasit Sub-unit
3), Sekar, Oca, Amira, Agam, Luthfan, Dwita, dan tentunya saya
sendiri. Awal gabung dengan tim Sub-unit 3, saya merasa cukup
segan karena dari seluruh anggotanya tidak ada satupun yang saya
kenal sebelumnya. Jujur saja, saya merupakan pribadi yang cukup
sulit untuk beradaptasi dengan teman-teman baru. Terlepas dari apa
yang saya rasakan, yang pasti sudah menjadi kewajiban saya dan
teman-teman untuk kedepannya harus dapat menjalin komunikasi
yang baik agar nantinya dapat bekerja sama dalam menjalankan
program-program KKN.

Untuk mempersiapkan segala sesuatunya agar pelaksanaan


KKN daring ini berjalan lancar, kami memutuskan untuk melakukan
rapat rutin setiap hari Rabu melalui aplikasi google meet. Bahasan
utama yang diperbincangkan ketika rapat rutin pada minggu pertama
yaitu kami fokus terhadap penyusunan rencana kegiatan. Pada
minggu kedua hingga minggu keenam, kami banyak membahas
tentang progress pelaksanaan program individu/interdisiplin, kendala
yang dihadapi, dan keluh kesah yang mungkin sedang dihadapi oleh
masing-masing anggota untuk kemudian dapat didiskusikan dan
dicarikan solusi terbaik agar permasalahan dapat terselesaikan dan
program dapat terselesaikan dengan baik. Pada minggu terakhir atau
minggu ketujuh, kami fokus membahas terkait penyusunan laporan
pelaksanaan kegiatan dan pembuatan bunga rampai. Akan tetapi pada
setiap kali rapat, obrolan kami tidak melulu tentang bahasan utama
tersebut, terkadang juga diselingi dengan candaan, julid, atau bahkan
menonton vlog horror bersama hahaha.

Ngomongin soal program, dalam pelaksanaan KKN di Desa


Talun ini saya memiliki 4 (empat) program kerja yang terdiri atas 3
program individu dan 1 program interdisipliner. Program individu

208
saya juga terbagi lagi yaitu 2 program pokok tema dan 1 program
pokok non tema.

Program kerja yang pertama kali saya kerjakan adalah


Sosialisasi Pengembangan Sarana Pendukung Pariwisata di Desa
Talun. Pemilihan program ini dilatarbelakangi oleh adanya
permasalahan terkait sarana prasarana di Desa Talun yang diketahui
dari data RPJMDes Desa Talun, yaitu berupa minimnya penerangan
lampu jalan, kondisi jalan masih berupa tanah, masih adanya lereng
yang belum dilapisi tembok penahan tanah (TPT), dan beberapa
lainnya. Kondisi tersebut tentu menjadi kendala tersendiri apabila
dibiarkan, mengingat Desa Talun memiliki potensi pariwisata dari
sektor pertaniannya yang apabila dikelola dengan baik dapat
dijadikan sebagai wisata berbasis pertanian atau biasa disebut
“agrowisata”. Luaran yang dihasilkan dari program ini berupa Buku
Saku Pengembangan Sarana Pendukung Pariwisata di Desa Talun.

Buku saku tersebut berisi


beberapa sarana dan prasarana yang
setidaknya harus ada di Desa Talun yang
berguna untuk menjadikan Desa Talun
siap menjadi daerah tujuan wisata
karena masih banyak ditemukan tempat
wisata dimana objek yang ditawarkan
memiliki daya tarik yang sangat tinggi
sehingga banyak dikunjungi oleh
wisatawan dari berbagai daerah. Akan
tetapi, kondisi sarana prasarana menuju
tempat wisata yang tidak memadai
dapat menyebabkan munculnya kemungkinan terburuk yaitu
menurunkan daya tarik wisatawan terhadap tempat wisata tersebut.
Tentu hal tersebut menjadi sesuatu yang sangat disayangkan karena

209
sektor pariwisata khususnya wisata alam memiliki peran yang sangat
besar dalam peningkatan penerimaan devisa, peningkatan
kesempatan berusaha, dan membuka kesempatan kerja.

Pembuatan Buku Saku Pengembangan Sarana Pendukung


Pariwisata di Desa Talun berlangsung selama 14 hari dengan tahapan
yang terdiri atas pengumpulan data lapangan, koordinasi dengan
pihak desa, analisis permasalahan, pengumpulan referensi/literatur,
penyusunan buku saku, revisi, dan finalisasi. Dalam prpses
pembuatannya, Alhamdulillah dapat berjalan dengan lancar dan
mendapat bantuan dari teman-teman Sub-unit 3 juga bantuan dari
Tita, anggota Sub-unit 1.

Program kerja kedua yang saya kerjakan adalah Edukasi Desa


Siaga Bencana. Pemilihan program ini tentu karena dilandasi oleh
adanya bencana yang mengancam Desa Talun, yaitu bencana tanah
longsor. Berdasarkan hasil
wawancara dengan Pak Dedi
Ruswandi, selaku BPD Desa Talun,
diketahui bahwa Desa Talun telah
beberapa kali terjadi bencana tanah
longsor. Ditambah tidak adanya
plang kebencanaan seperti jalur
evakuasi, plang-plang peringatan
daerah rawan longsor, ataupun plang
titik kumpul, serta belum pernah
diadakannya sosialisasi terkait
mitigasi bencana longsor,
menggugah minat saya untuk
membuat poster yang berisi tentang mitigasi bencana longsor.
Harapannya dengan adanya poster ini yang kemudian ditempel di
beberapa wilayah Desa Talun dapat meningkatkan kapasitas

210
masyarakat desa terkait mitigasi bencana tanah longsor dan mengetuk
hati perangkat desa agar melakukan beberapa tindakan mitigasi secara
lebih maksimal.

Program kerja yang ketiga yang saya kerjakan adalah program


interdsipliner, yaitu pembuatan Buku Profil Desa Talun. Dwita
merupakan PiC dari program ini. Pembuatan buku profil bertujuan
untuk menuangkan informasi-informasi penting yang ada di Desa
Talun agar dapat terinventarisasi dengan baik. Selain itu, penyusunan
buku saku juga dapat digunakan sebagai sarana memperkenalkan
Desa Talun ke masyarakat luas tanpa harus mengunjungi Desa Talun.
Dalam penyusunan buku saku, saya berperan dalam pengumpulan
informasi terkait sumberdaya alam, karakteristik kebudayaan desa,
dan kebencanaan yang
mengancam Desa
Talun. Pengumpulan
informasi yang saya
lakukan yaitu dengan
melakukan wawancara
dengan pihak desa
terkait. Akan tetapi, karena respon yang diberikan oleh pihak desa
cukup lambat, kemudian saya memiliki ide untuk melakukan
pengumpulan data lapangan dengan google maps yaitu dengan
memanfaatkan fitur Open Street Map yang kemudian saya manfaatkan
untuk mengetahui tanaman pertanian dan beberapa aktivitas
peternakan yang ada di Desa Talun.

Program kerja yang terakhir saya kerjakan adalah Perencanaan


Pemugaran Fasilitas Publik Posyandu. Pemilihan program ini didasari
oleh adanya permasalahan terkait masih ditemukan kasus stunting
pada balita Desa Talun. Posyandu merupakan wadah untuk
memberikan kemudahan masyarakat mendapatkan pelayanan

211
kesehatan dasar, khususnya terkait pemenuhan gizi bayi. Dalam hal
ini, posyandu memiliki peran yang sangat penting dalam menangani
kasus stunting. Selain itu, ternyata di dalam RPJMDes Talun juga
terdapat permasalahan terkait revitalisasi posyandu.

Untuk itu, saya memiliki ide untuk membuat booklet yang berisi
panduan terkait revitalisasi posyandu yang kelak dapat digunakan
sebagai referensi dalam pelaksanaannya di lapangan. Pada saat
penyusunan booklet ini, saya dibantu oleh Ketua Pengurus Posyandu
Desa Talun, yaitu Ibu Ipah. Beliau sangat baik sekali, dan sabar dalam
menjawab pertanyaan yang saya berikan kepada beliau.
Alhamdulillah pada akhirnya booklet “Revitalisasi Posyandu Desa
Talun” berhasil tersusun dengan baik. Rasanya sangat senang ketika
berhasil menyelesaikan luaran dari program ini, mengingat ini
merupakan program terakhir yang menandakan bahwa beban untuk
menyelesaikan luaran akan segera berakhir, uhh senangnyaa.

Tahap Akhir dari Rangkaian KKN

Tahap akhir sebelum KKN resmi telah terselesaikan, yaitu kami


harus menyusun Laporan Pelaksanaan Kegiatan (LPK). Dalam
penyusunan LPK sebenarnya saya merasa senang tetapi juga diliputi
rasa sedih. Senang karena KKN akan segera berakhir sehingga beban
saya akan berkurang, tetapi sedih juga karena dengan berakhirnya
KKN menandakan bahwa saya dan teman-teman Sub-unit 3 akan
berpisah. Ya walaupun sebenarnya masih tetep bisa komunikasi sih
tapi entah kenapa sedih aja gitu. Alhamdulillah, tak henti-hentinya
saya ucapkan syukur kepada Allah karena pada akhirnya saya dapat
melaksanakan serangkaian kegiatan KKN dengan baik dan lancar.
Tapiiii, selain LPK ada juga nih bunga rampai yang saat ini sedang
kalian baca hihihi. Melalui bunga rampai ini, semoga segala kenangan

212
tentang pelaksanaan KKN dapat tersimpan dengan baik sekaligus
dapat menularkan positive vibes dari KKN daring khususnya bagi para
pembaca yang nantinya akan melaksanakan kegiatan pengabdian
jarak jauh seperti yang aku jalani saat ini.

Ucapan Terima Kasih

• Mbak There
Terima kasih banyak, Mbak There sudah membersamai kami dari
awal menjadi tim pengusul hingga berakhirnya masa KKN ini.
Terima kasih sudah selalu baik, sabar, dan dan tersenyum ceria
ketika sedang memberikan wejangan kepada kami. Terima kasih
atas segalanya, Mbak There <3
• Alfa alias Topik
Topikkk alias Alfa, terima kasih sudah mengajak saya untuk
gabung ke tim ini. Terima kasih sudah selalu sabar menghadapi
kami. Terima kasih sudah selalu mengingatkan kewajiban kami di
rangkaian per-KKN-an ini. Semoga lelahmu menjadi ladang
pahala bagimu ya pikk.
• Teman-teman Sub-unit 3
Teman-temanku di Sub-unit 3. Wahyu, Sekar, Oca, Amira, Agam,
Dwita, dan Luthfan. Terima kasih guys telah membersamai saya
dari awal hingga akhir KKN di tim Ibun ini.
Terima kasih Wahyu sudah bersedia menjadi Kormasit yang sabar
dan kooperatif. Mungkin kalau kormasit saya bukan kamu, saya
bisa mati kutu di dalam tim hehe sekali lagi terima kasih Wahyu ~
Terima kasih Sekar sudah selalu baik dan hangat kepada semua
orang. Sudah mau direpotkan untuk nelfonin saya beberapa kali
pas mau rapat rutin Sub-unit. Terima kasih ya, Sekar ~

213
Terima kasih Oca, sudah selalu ceria dalam kondisi apapun
soalnya kamu kalau ngomong kaya orang ceria gitu Ca menurutku
wkwk Terima kasih juga ya Ca, sudah selalu baik dan hangat tiap
kali aku tanya-tanya sama kamu. Terima kasih Ocaaa ~
Terima kasih Amira, sudah selalu memberikan komen dan ide-ide
yang kocak bagi Sub-unit 3. Tanpamu Sub-unit 3 kurang asik eaaa.
Terima kasih Amiraa ~
Terima kasih Agam, atas segala celotehan lucunya dan
kepanikanmu yang mencairkan suasana. Terima kasih Agam ~
Terima kasih Dwita, Dwita si ceriwis tiap kali meet. Partner Saintek
di Sub-unit 3. Terima kasih Dwita sudah selalu baik dan ceria tiap
kali rapat. Terima kasih atas segalanya Dwita~
Terima kasih untuk Luthfan, walaupun sibuk dagang, tapi semua
kewajibanmu di Sub-unit dapat terselesaikan dengan baik, mantap
Luthfan. Terima kasih Luthfan ~
• Teman-teman Unit JB036
Terima kasih tentu saya haturkan kepada teman-teman Unit Tim
JB036. Terima kasih telah membersamai dari awal hingga akhir
KKN. Semoga kalian sukses selalu kedepannya dan dimudahkan
segala urusannya. Sampai jumpa di lain kesempatan <3

214
Bergerak pada Saat Pendemi
Luthfan Hadi Hilsan

Haaaii, kenalin saya Luthfan Hadi Hilsan dari Fakultas


Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Gadjah Mada.
Saya ingin menceritakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) online saya pada
saat pandemic korona pada tahun ini. Ada beberapa cerita sedikit nih
yang ingin saya sampaikan ke pembaca tulisan ini yang penasaran
dengan KKN online ini. Pasti kalian bertanya tanya kan? Bagaimana
cara melakukan KKN online? Gimana sih rasanya? Apakah efektif?

Nah disini saya akan menjelaskan semua, apa saja yang saya
rasakan selama KKN Periode 2 Tahun 2020 yang membuat banyak
pertanyaan bagi banyak pihak atas pelaksanaanya yang sangat tidak
relevan dengan kuliah kerja nyata yang sebenarnya, yang dimana
luaran langsung berdampak bagi penduduk desa dengan turun
langsung ke lapangan. Sangat jelas kuliah kerja nyata yang dilakukan
pada periode ini sangat tidak sesuai dengan hakikatnya yang nyata
yang dirasakan oleh masyarakat sekitar, dan yang hebatnya lagi
universitas kita berhasil menjalankan KKN ini yang menjadi
kebanggaan kita semua. Walaupun banyak kekurangan di berbagai
aspek, itu sangat lumrah dikarenakan segala sesuatu yang baru butuh
penyesuaian yang lebih.

KKN, mungkin tidak asing lagi bagi mahasiswa Universitas


Gadjah Mada. Ya disini saatnya kita beraksi langsung terjun ke daerah
daerah terpencil guna untuk meningkatkan dan memajukan daerah
tersebut. Kedepannya diharapkan efek dari KKN ini dapat membantu
memajukan desa mereka baik dari segi perekonomian, pembangunan,
kesehatan, transportasi, dan lain-lain agar tidak tertinggal dari daerah
daerah lainnya.

215
Pada tahun ini, KKN yang saya bayangkan yaitu saya bisa
berbaur dengan masyarakat sekitar, menyelesaikan masalah yang ada,
dan memberi inovasi terbaru untuk desa tersebut. Sebenarnya agak
bohong sih, hehe, daya tarik KKN bagi saya sih ingin menjelajahi
tempat baru, yang berharapnya sih bisa sebagai refreshing bagi saya
dari perkuliahan yang rumit walaupun punya kewajiban sebagai
mahasiswa KKN.

Awalnya memang ingin KKN di tempat yang indah seperti tepi


pantai. Tapi apalah daya saat itu orang tua tidak memperbolehkan
KKN di luar Pulau Jawa, yaudah terpaksa saya mencari lokasi KKN
yang diadakan di Pulau Jawa. Saat itu saya mencari oprec KKN yang
diadakan di Pulau Jawa, tapi semakin dicari jujur saya makin tidak
tertarik karena memang awalnya ingin KKN di tepi pantai. Oleh
karena itu saya lebih memilih menjadi peserta KKN plotingan
daripada menjadi tim pengusul atau ikut oprec KKN di tim lain karena
semangat saya untuk melakukan KKN sudah berkurang.

Pada bulan maret, seperti yang kita tahu, pandemi corona


menyerang bumi hingga hampir semua kegiatan kita terbatasi dan
banyak yang gagal rencananya. Sampai sampai UGM memutuskan
untuk KKN periode dua pada tahun ini dilakukan secara daring.
Setelah membaca pengumuman tersebut, saya berfikir panjang. Ada
hal yang selalu mengganggu pikiran saya, yaitu “Apakah kuliah KKN
pada kali ini akan serius dilakukan secara daring? Memangnya
sepenting itukah dilakukannya KKN di masa pandemi?, emang
bagaimana sistemnya ya?“, beberapa menit kemudian saya berdiskusi
dengan teman saya dan di akhir kami menyimpulkan kalau tidak
dilakukan KKN, bakal dilakukan kapan lagi kan? karena KKN
merupakan hal yang wajib dilakukan, mau ga mau harus dilakukan.
Merupakan sesuatu yang rumit yang harus dipaksakan pengadaannya
tetapi ya mau gimana lagi kan?

216
Akhirnya setelah penantian yang panjang dimana pengumuman
peserta KKN plotingan selalu di undur hingga satu bulan, keluarlah
pengumuman bahwa saya di terima KKN di Desa Ibun. Alasan saya
memilih KKN disini yaitu awalnya ingin KKN di dekat Bandung,
tetapi karena KKN yang dilakukan secara daring, keinginan ini
menjadi gagal. Awalnya saya heran tidak adanya informasi untuk
menghubungi pihak tim KKN yang bersangkutan, setelah mencari-
cari informasi, saya dihubungi kormanit dari KKN Kecamatan Ibun,
lalu akhirnya saya di undang ke grup Desa Talun.

Saat beberapa minggu sebelum penerjunan, kami diminta untuk


mengidentifikasi program yang cocok dan dapat dilakukan selama
KKN daring. Di awal persiapan KKN, kami sering mengadakan rapat
satu kluster untuk merancang program yang dilakukan bersama
anggota kluster. Berhubung saya dari Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, maka saya masuk ke kluster saintek. Pada
awalnya pun sangat bingung sekali untuk menentukan program yang
akan dilakukan.

Diskusi yang panjang memakan rapat hingga tiga kali pertemuan


daring, hingga akhirnya saya memutuskan untuk membuat program
berupa buku panduan untuk membuat lampu jalan, pembuatan
monitoring ketinggian sungai, monitoring pemantauan suhu dan
kelembaban ruangan penyimpanan suhu, dan sistem penyemprotan
tanaman kebun secara otomatis. Kenapa saya memilih program saya
luaran berupa buku panduan, karena yang memungkinkan luaran kali
ini berupa buku, poster, dan video. Saya tidak memiliki kepandaian
untuk mendesain poster dan video, maka saya lebih memilih untuk
membuat buku untuk menjadi luaran program saya.

Hari pertama KKN, penerjunan daring dilakukan oleh DPkM


secara daring melalui live Youtube. Saya ingat sekali waktu itu

217
penerjunan dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Bapak
Nadiem Makarim. Mungkin kedengarannya sangat luar biasa, tetapi
saya tidak terlalu terkesan dengan penerjunan ini karena dilakukan
secara online. Saat penerjunan pun, kata-kata yang selalu saya dengar
yaitu kebanggaan bahwa terwujudnya KKN yang sangat diidam-
idamkan saat pandemi ini, akan tetapi menurutku hanya hal biasa
yang terpaksa dilakukan saat pandemi. Berbagai komentar dari
curahan hati mahasiswapun banyak dilontarkan pada saat di kolom
komentar. Kebanyakan komentar yang dilontarkan lucu dan sangat
berkaitan dengan KKN pada periode ini yang lebih rumit.

Pada minggu pertama, kami melakukan penyusunan lembar


rencana kegiatan. Kami mengumpulkan beberapa permasalahan dari
Desa Talun yang diperkirakan bisa relevan dengan program yang
telah direncanakan sebelumnya. Pada minggu ini sangat banyak
dilakukan rapat oleh sub-unit saya agar terkoordinasi dengan baik saat
pengisian lembar rencana kegiatan yang dibuat. Sangat banyak yang
harus dipelajari seperti apa saja langkah pembuatannya, cara
menginputannya, dan lain lain.

Untuk beberapa hari awalpun website logbook kuliah kerja nyata


periode dua ini masih tidak bisa dibuka dikarenakan masih dalam
masa maintenance, bahkan pengisian presensipun belum bisa
dilakukan hingga tiga atau empat hari KKN dimulai. Saya
berspekulasi bahwa banyak waktu luang yang akan diisi dengan
gabut, maka dari itu saya mencoba untuk memulai usaha online. Saya
merupakan reseller makanan yang target pemasarannya di daerah
saya sendiri. Maka dari itu saya berfikir untuk tidak buang-buang
waktu gabut pada saat KKN. Pada saat itu, saya lebih memilih untuk
memproritaskan jualan makanan online saya.

218
Hingga pada pertengahan minggu awal pertama KKN
berlangsung baru bisa diakses websitenya. Sangat banyak keluhan
dari kami karena alurnya yang ribet, pengisian yang rumit, dan
susahnya akses untuk mendapatkan data dari desa untuk menjadi
bahan pada program yang kami lakukan. Walaupun begitu, saya
sangat bersyukur karena satu tim saya asik dan menyenangkan,
walaupun saya belum pernah bertemu langsung sebelumnya dan
belum ada seorangpun yang saya kenal, tetapi saya sudah bisa
langsung berbaur dengan mereka. Diakhir rapatpun kami sering
bertukar pikiran satu sama lain, ngobrol, dan bercanda. KKN ini terasa
lumayan menyenangkan karena dapat bercengkrama dengan orang-
orang seperti mereka sehingga timbul sedikit semangat untuk
melakukan KKN ini dengan sabar dan menyelesaikannya bersama.

Pada minggu kedua, program yang telah direncanakan akan


dijalankan sesuai rencana. Setiap harinya kami mengisi logbook harian
yang ada pada website KKN online. Pada minggu ini saya lebih
banyak menghabiskan waktu pada studi literature. Program saya
sendiri banyak membutuhkan sumber data dikarenakan program
yang saya buat merupakan pembuatan alat-alat yang berhubungan
dengan teknologi. Saya sangat memperhatikan betul alat yang akan
dibuat hingga mudah dikerjakan oleh penduduk desa dan pemerintah
desa. Berbagai sumberpun saya cari sehingga terkumpullah data yang
akan dijadikan gagasan dan dasar dari pembuatan buku. Butuh
berjam-jam mengumpulkan data hingga laptop saya penuh dengan
tab chrome yang sangat membosankan.

Terkadang saya memilih rehat sebentar dan keluar nongkrong


dengan teman untuk menenangkan otak dari tekanan KKN yang
selalu menghantui. Dikarenakan saya melakukan KKN sambil
menjalankan jualan online saya, saya sering membuat program saya di
luar rumah, bahkan sampai saat rapat pun, saya sering berada di luar

219
rumah. Saat membuat program KKNpun saya sering membuatnya di
rumah teman untuk menumpang wifi-an karena internet di rumah
saya kadang sangat lambat sehingga sangat mengganggu dalam
melakukan program saya.

Hari demi hari dijalani, ternyata jualan online ku pun mulai


benyak orderan, jujur saya agak kewalahan untuk menjalani KKN dan
jualan secara berbarengan. Terkadang lupa ada rapat unit atau sub-
unit, ada informasi yang tertimbun, dan bahkan kadang tidak sempat
untuk menggarap KKN untuk beberapa hari. Akhirnya, saya
memutuskan untuk menyelesaikan KKN terlebih dahulu hingga
tuntas baru fokus lagi dengan jualan online saya. Beberapa hari pun
dilewati dan akhirnya bagian besar dari luaran program saya sudah
terselesaikan dan hanya tinggal tahap merapikan dan mendesain pada
minggu ke empat. Setelah itu saya fokus lagi dengan jualan online saya
lagi.

Dua minggu terakhir KKN, saya mulai lagi dengan menggarap


program saya yang hanya tinggal merapikan, mendesain buku, dan
menunggu tulisan dari tim untuk pembuatan program interdisiplin
kami. Untuk mendesain sendiri saya butuh bantuan Dwita yang ahli
dalam desain. Saya minta tolong untuk mendesain cover buku saya
sebanyak empat buah. Lalu untuk desain buku interdisiplin sendiri
saya minta bantuan Wahyu agar bukunya terlihat lebih menarik.
Untuk merapikan buku sendiri, yang diawal saya anggap gampang
ternyata butuh waktu yang lama karena butuh konsentrasi karena
banyak terdapat typo dalam penulisan.

Mata menatap laptop terus-terusan selalu menjadi teguran oleh


orang tua. Tapi apalah daya, KKN harus selesai pada waktu yang telah
ditentukan. Satu per satu buku pun selesai di garap, tetapi logbook
sama sekali belum terisi dari tanggal 15, haha, akan memakan banyak

220
waktu lagi hanya buat mengisi logbook di website. Pengisian yang
harus detail, mengakibatkan saya butuh waktu berjam-jam hanya
untuk mengisi logbook. Sering terjadi salah input, salah ketik, ataupun
salah keterangan waktu, hingga waktu itu saya hanya bisa mengisi
logbook sampai dengan tanggal 30 Juli dalam waktu tiga jam. Waw,
pasti kalian tidak menyangka untuk mengisi logbook saja butuh waktu
lama. Karena sudah letih saya pun rebahan dan secara tak sadar sudah
tidur ke alam mimpi.

Di beberapa kesempatan, saya malah ikutan teman saya untuk


mencari data ke desa tempat dia menjalani KKN yang berada tidak
jauh dari tempat tinggal saya. Mereka mencari data ke pihak desa dan
diajak bermalam disana untuk melihat acara adat disana. Saya
terkadang berharap bisa mendapatkan jam bantu dari menemani
teman saya saat mencari data di desa tempat dia melakukan KKN,
haha, tapi ya tetap aja berapa lamapun aku disana akan tidak
mempengaruhi KKN yang saya jalani. Bahkan saya mulai akrab
dengan teman teman tim KKN teman saya. Saya berfikir, mungkin
KKN yang saya jalani akan lebih jauh menyenangkan jika dilakukan
secara offline. Sangat disayangkan ya KKN kita pada periode ini.

Di minggu terakhir, saya harus pergi ke rumah nenek saya


dikarenakan suatu hal. Saya kira urusan KKN ini hanya tinggal
beberapa saja yang terdapat pada website simaster dan website KKN
ini. Tetapi yang terjadi ialah banyak sekali sistem baru yang diperbarui
pada website-website tersebut sehingga minggu terakhir pada KKN
sangat sering terjadi info mendadak di grup KKN. Jujur saya sangat
tidak terbiasa dengan hal ini karena informasi yang telah tersampaikan
sering tertimbun dan banyaknya pesan yang masuk dari orderan
jualan online. Hal ini membuat saya sering ketinggalan informasi yang
ada, bahkan saya salah paham untuk pengisian data pada simaster dan
juga hal lainnya. Saya akui kinerja saya terhadap KKN di minggu akhir

221
KKN agak berkurang karena banyak sekali informasi mendadak dan
saya tidak terlalu fokus dengan KKN ini.

Tetapi walaupun sangat banyak kendala, tidak sedikit masalah


yang ada, drama balasan dari pihak desa yang lambat, dan sulitnya
berkomunikasi, pada akhirnya ini akan berakhir juga. Mungkin ini
akan menjadi sejarah baru bagi dunia perkuliahan bahwa kita menjadi
peserta KKN online pertama di Indonesia. Lelah kita pasti akan
terbayarkan dengan melihat perubahan yang kita buat, inovasi yang
kita telah kita sampaikan, dan senyuman saat melihat nilai KKN di
simaster kelak.

Ceritaku bertele-tele ya? Hehe, ya gimana lagi saya bukan


penulis cerita yang handal. Soal tulis menulis mohon dimaklumi ya,
bahkan ujian nasional mata pelajaran Bahasa Indonesia saya saja
dibawah rata rata nasional, sangat miris. Ya pokoknya begitulah,
serangkaian cerita KKN saya saat pandemi ini. Walau diawal saya
mengira ini mungkin akan sulit bahkan tidak mungkin terjadi, malah
sekarang udah di penghujung aja, pokoknya udah diatur DPkM deh
masalah mustahil ga mustahilnya, kita cuma jalanin aja. Ada beberapa
pesan buat teman-temanku seperjuangan KKN ku kali ini, terima kasih
telah menerima aku di tim kalian walaupun saya orangnya ngerepotin
dan mageran, tetapi kalian tetap selalu saling mengingatkan untuk
beberapa dan banyak hal. Saya menyadari bahwa dengan kerja sama
tim dan pemimpin yang bagus, walaupun KKN ini dilakukan dengan
keterbatasan yang sangat banyak, pasti akan bisa dilalui dengan baik.

Untuk DPkM sebagai penyelenggara KKN, mungkin pada KKN


kali ini sangat banyak kekurangan yang harus dibenahi dan dikaji
dengan baik. Bagi saya sendiri KKN yang kita lakukan memiliki efek
yang kurang bagi penduduk desa dibandingkan dengan kuliah kerja
nyata sebelumnya. Mungkin sistemnya sendiri lebih baik dibenahi lagi

222
dan tipe luarannya diubah agar lebih bermanfaat bagi penduduk desa
yang dijadikan target dari KKN.

Sekian dulu cerita dari saya, banyak kekurangan untuk


mengabdi bukan berarti kita berhenti untuk berbakti. Setidaknya kita
tetap berusaha untuk melakukan pengabdian ke negeri kita walau
hanya sedikit. Itulah yang saya pelajari pada KKN daring ini. Walau
tidak ada kisahku yang menarik, setidaknya kalian bisa mengambil
hikmahnya dari perjalananku pada lima puluh hari ini. Terima kasih
sudah membaca dan sampai jumpa.

223
Pengabdian Tidak Harus Terjun Langsung
Agam Perdana Prasetyo

Kuliah Kerja Nyata atau biasa disebut KKN merupakan sebuah


mata kuliah lapangan yang dapat mengembangkan soft skill
mahasiswa dalam hidup bermasyarakat, berorganisasi, berhubungan
dengan orang/organisasi lain, mengelola sumber daya, mengelola
perbedaan, membangun empati dan kepedulian terhadap masyarakat,
merumuskan rencana dan melaksanakan kegiatan dalam kelompok
maupun mandiri, untuk memberdayakan masyarakat dalam rangka
meningkatkan kesejahteraan masyarakat. KKN menjadi salah satu
mata kuliah interdisipliner yang wajib ditempuh oleh mahasiswa
program S-1. Program ini diselenggarakan perguruan tinggi guna
mengembangkan kompetensi mahasiswa melalui pengalaman riil di
masyarakat dan menyiapkan mahasiswa untuk terjun di masyarakat
kerja setelah lulus. Hal ini sesuai dan berhubungan langsung dengan
Tri Dharma Perguruan Tinggi yang ketiga, yaitu pengabdian
masyarakat.

KKN yang dilaksanakan oleh Universitas Gadjah Mada


merupakan salah satu dari bentuk implikasi pengabdian masyarakat.
Tidak hanya untuk kepentingan masyarakat, KKN juga dapat
memberikan manfaat besar untuk mahasiswa dan lembaga. Secara
umum, KKN memiliki tiga tujuan pokok yaitu berkaitan dengan
kepentingan masyarakat; mampu menumbuhkan motivasi untuk
mengelola potensi yang dimiliki sehingga mampu melaksanakan
pembangunan secara mandiri dan berkelanjutan dalam rangka
meningkatkan kualitas hidup mahasiswa; mampu mendapatkan
pengalaman belajar dan mengambangkan kompetensi berkomunikasi
dan berhubungan langsung dengan masyarakat, dan lembaga; serta
meningkatkan hubungan antara perguruan tinggi dengan pemerintah

224
daerah, instansi terkait dan masyarakat.

Nantinya, mahasiswa perlu membuat rencana program kerja


agar kegiatan KKN dapat terlaksana secara terencana, terprogram dan
terarah. Rencana program kerja dapat disusun berdasarkan hasil
observasi yang dilakukan sebelum penerjunan mahasiswa ke lokasi.
Observasi dilakukan mahasiswa dengan metode tanya-jawab,
dokumentasi dan melakukan pengamatan langsung ke lokasi. Dari
hasil observasi, mahasiswa menyeleksi dan merancang program kerja
dengan mempertimbangkan prinsip feasible (praktis), acceptable (dapat
diterima), sustainable (berkelanjutan), dan partisipatif. Berdasarkan
hasil observasi, maka ditentukan program kerja KKN yang akan
dilaksanakan, meliputi program pokok tema, program pokok non
tema dan program interdisipliner.

Namun, dengan adanya wabah tahun ini membuat rancangan


pelaksanaan KKN mengalami perubahan. Yang sebelumnya
dilakukan dengan terjun langsung ke masyarakat diubah menjadi
online atau melalui daring. Mungkin dengan metode ini terdengar
aneh untuk dilaksanakan, namun tidak ada cara lain lagi untuk
melakukan program mata kuliah kerja nyata ini. Mengingat dengan
adanya wabah covid-19 yang mengharuskan kita untuk tetap stay at
home agar memperkecil rantai penebaran wabah virus covid-19
tersebut.

Sebelumnya sudah terdengar kabar simpang siur mengenai


rencana kuliah kerja nyata tahun ini dilakukan secara daring. Akan
tetapi kabar tersebut masih sebatas kabar yang belum jelas. Pihak
mahasiswa tentunya juga bingung apakah berita ini valid atau tidak.
Kami dari pihak mahasiswa juga bingung bagaimana nanti melakukan
KKN secara online. Bingung mengenai bagaimana nantinya cara
kerjanya. Mendekati hari H penerjunan KKN, berita yang kupikir
simpang siur ternyata benar adanya. KKN dilaksanakan secara online.

225
Mendengar berita atau pengumuman itu yang terlintas langsung
dalam benak saya adalah tidak jadi berangkat ke Bandung beneran.
Ada sedikit rasa kecewa karena tidak bisa merasakan langsung
mengabdi dengan turun langsung ke lapangan dan membaur dengan
masyarakat.

Kali ini saya akan menceritakan bagaimana saya bisa masuk di


dalam tim KKN Ibun ini. Keinginan saya adalah KKN di luar Pulau
Jawa atau lebih tepatnya saya sangat ingin sekali KKN di Pulau Bali.
Mengingat keindahan alam Pulau Bali yang menjadi daya tarik saya
untuk ber-KKN disana. Mengikuti oprec kesana kemari tidak kunjung
mendapatkan hasil. Saya sempat menyerah terhadap nasib dan berniat
mengikuti program penempatan K2. Tiba-tiba ada teman satu fakultas
saya yang menghubungi dan memberitahu bahwa teman satu fakultas
saya berniat keluar dari tim KKN Bangli. Mendengar berita itu saya
langsung menghubungi teman saya yang bernama Naya untuk
menanyakan kebenaran berita tersebut.

Mendengar kabar tersebut benar saya langsung meminta kontak


kormanit Tim KKN Bangli yaitu Alfa. Saya meminta ijin untuk
menggantikan posisi Naya yang sebelumya berada di tim KKN
tersebut. Alhamdulillah saya akhirnya diberikan ijin oleh Alfa untuk
menggantikan posisi Naya sebagai anggota tim KKN Bangli. Dengan
ini keinginan saya untuk KKN di Pulau Bali terwujud. Setelah itu saya
langsung dimasukkan ke dalam grup KKN Bangli dan alhamdulillah
teman-teman lain menyambut saya dengan baik.
Lalu, diadakan rapat rutin tim tersebut dan itulah pertama kali
saya bertemu dengan teman-teman baru saya dari fakultas lain. Teman
pertama saya yang langsung akrab diajak untuk ngobrol adalah Lubis
dari Fakultas Peternakan dan Ode dari Fakultas Kedokteran. Mereka
berdua dengan senang hati menjelaskan tentang tim KKN ini kepada
saya dengan baik dan mengenalkan teman-teman yang lain. Dalam

226
rapat tersebut saya enjoy mengikutinya dan menjelaskan tentang battle
yang akan dilakukan dengan tim KKN lain yang memilih untuk ber-
KKN di Pulau Bali. Battle tersebut bertujuan untuk mendapatkan
suntikan dana dari DPkM dan hanya akan diambil 3 tim yang
mendapat suntikan dana untuk dapat melakukan KKN di Pulau Bali;
dan sisanya yang tidak lolos maka harus pindah ke tempat lain yang
sudah ditentukan oleh DPKM.

Tuhan belum mengijinkan kami untuk KKN di Pulau Bali. Tim


KKN kami kalah battle dengan tim KKN lain. Alhasil tim KKN kami
harus pindah ke daerah lain dan terpilihlah Kecamatan Ibun di
Bandung sebagai tempat resmi KKN tim kami. Sebenarnya ada rasa
kecewa terhadap diri saya karena tidak bisa KKN di tempat yang
diinginkan akan tetapi mau bagaimana lagi. Sebenarnya teman-teman
juga sudah menawarkan boleh pindah ke tim yang lain apabila kurang
berkenan dengan tim KKN yang baru ini. Namun saya memutuskan
untuk tetap stay di tim KKN ini karena sudah terlanjur cocok dengan
tim ini. Dalam pemikiran saya jika saya keluar saya harus beradaptasi
lagi dengan teman-teman baru dan itu membuat saya kurang tertarik
untuk mencari tim KKN lagi.

Tim KKN kami pun berubah nama menjadi tim KKN Ibun karena
Kecamatan Ibun yang pada akhirnya menjadi lokasi pelaksanaan KKN
kami. Di kecamatan ini, tim KKN kami dibagi menjadi dua desa yaitu
Desa Lampegan dan Desa Talun. Dari kedua desa tersebut nantinya
per desa masih dibagi menjadi dua sub-unit per desa. Jadi di Desa
Lampegan ada dua unit dan di Desa Talun juga ada dua unit. Jadi
pembagiannya Sub-unit 1 dan 2 berada di Desa Lampegan dan Sub-
unit 3 dan 4 berada di Desa Talun.

Dari hasil plotting, saya mendapatkan tim Sub-unit 3 yang berarti


Desa Talun akan menjadi tempat KKN saya. Kormasit sub-unit kami
adalah Wahyu dari Fakultas Pertanian. Lalu anggota yang lain yaitu

227
Luthan, Dwita, Ocha, Sekar, Amira, Umi dan terakhir saya sendiri.
Kedelapan anggota tersebut harus saling bahu membahu dan bantu
membantu guna menjalankan program yang telah ditentukan agar
nantinya program dapat terselesaikan dengan baik.

Sub-unit 3 selalu mengadakan rapat rutin setiap hari Rabu


malam guna membahas apapun terkait kendala dan permasalahan
yang terjadi selama pelaksanaan KKN daring. Setiap rapat selalu ada
saja topik pembahasan yang seru terkait pelaksaan KKN daring ini.
Tentunya dalam rapat ini biasanya menggunakan aplikasi google
meet. Dalam rapat tidak selalu membahas hal-hal yang serius
melainkan kadang teman-teman juga diiringi dengan bercanda, agar
tidak merasa stress dengan pelaksanaan KKN dengan metode baru ini.
Mengingat dengan metode ini mahasiswa bisa dipastikan
menghabiskan hampir seluruh waktunya menatap laptop. Bagaimana
tidak mahasiswa diharapkan dapat menjalankan program KKN dalam
sehari enam jam kerja.

Terkadang dalam rapat sub-unit juga mengutarakan keluh


kesahnya terhadap program yang dijalankan. Keluh kesah tersebut
berguna untuk meminta bantuan dan siapa tahu diantara teman-
teman yang lain dapat memberikan solusi yang tebaik terkait program
kerja yang dijalankan. Tidak semua program kerja dapat berjalan
dengan baik dengan metode penerapan KKN daring ini. Keterbatasan
waktu dan teknologi yang menjadi permasalahan utama dalam
metode ini. Selain itu dalam rapat juga biasanya bahu membahu
membantu menyelesaikan permasalahan yang terjadi dan juga
memberikan bantuan terhadap proker teman lain yang membutuhkan
bantuan itung-itung bisa masuk jam bantu. Dalam rapat hal yang
paling sering terjadi adalah signal lemah jadi suara yang terdengar
menjadi putus-putus dan juga ketiduran mengingat kondisi tubuh
mungkin yang sudah lelah. Durasi dalam rapat biasanya berkisar

228
antara 1-3 jam tergantung pada permasalahan atau situasi yang terjadi
di Sub-unit 3.

Program kerja yang saya jalankan yaitu sebanyak empat


program kerja yang dimana yang dua adalah pokok tema dan yang
dua sisanya adalah program interdisipliner. Program kerja pertama
saya yaitu pokok tema dengan judul Sosialisasi Mengenai Potensi
Bahan Hasil Pertanian dan Perkebunan
untuk dijadikan Pangan Olahan dan
Mengerti Cara Pengolahannya. Dalam
program tersebut saya menjelaskan tentang
bagaimana pengolahan hasil yang baik dan
benar dan juga pemberian contoh inovasi
produk hasil olahan pertanian. Pengolahan
dan inovasi tersebut ditujukan terhadap
UMKM setempat. Nantinya diharapkan
masyarakat Desa Talun dapat mengolah
hasil pertaniannya lebih baik lagi
kedepannya agar produk olahan mereka dapat memiiki nilai jual yang
tinggi dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Desa Talun.
Berikut adalah luaran yang dapat saya berikan yaitu berbentuk buku
saku.

Program kerja saya yang kedua yang merupakan program


pokok tema yaitu tentang Sosialisasi Mengenai Potensi Limbah Hasil
Pertanian dan Perkebunan. Limbah pertanian adalah material-material
biologi yang terkumpul sebelum atau sementara hasil utamanya
diambil untuk keperluan konsumtif sehingga barang sisaan ini
biasanya hanya dikumpulkan sebagai sampah serta ditangani dengan
cara dibakar saja. Limbah pertanian akan sangat melimpah
keberadaannya saat suasana panen raya khususnya pada golongan
tanaman serealia yang dibudidayakan para petani antara lain padi,

229
jagung, dan sorgum. Sebenarnya limbah pertanian tersebut masih
dapat diolah sebagai pakan ternak.
Limbah dari sisa jerami padi yang
menjadi limbah utama dari Desa Talun.
Lmbah tersebut bisanya dibakar begitu
saja. Pengolahan limbah yang tepat
dapat mengurangi resiko dari limbah
tersebut. Maka dari itu masyarakat
Desa Talun saya beri penjelasan
mengenai pengolahan limbah agar
dapat meminimalisir limbah yang ada
dalam bentuk buku saku. Berikut
adalah luaran buku saku yang saya
buat.

Program kerja saya yang ketiga yaitu program kerja


interdisipliner yang bekerja sama dengan klsuter lain untuk
mengerjakan programnya. PIC dari program kerja ini adalah Luthan
dari Fakultas MIPA. Luaran yang dihasilkan yaitu berupa Buku
Panduan Perancanaan Pengadaan Fasilitas
Penunjang Agrowisata di Desa Talun. Lalu
saya mendapatkan bagian dengan judul
yaitu Perencanaan Pengadaan Fasilitas
Penunjang Agrowisata di Desa Talun dalam
Bentuk Edukasi Bibit Tanaman. Di program
ini nantinya saya menjelaskan untuk
wisatawan yang berkunjung tentang
bagaimana edukasi bibit tanaman, ragam
bibit tanaman, serta paket pembayaran
wisata tentang bibit tanaman. Program ini

230
diharapkan dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung
ke Desa Talun.

Program kerja yang terakhir yaitu program kerja interdisipliner


yang memiliki luaran berupa Buku Profil Desa Talun. Dalam program
ini yang bertindak sebagai PIC adalah Dita dari Fakultas Teknik.
Dalam Buku Profil Desa Talun ini saya mendapat bagian untuk
mengidentifikasi sektor ekonomi Desa Talun yang dimana sektor
ekonomi merupakan tolak ukur dari
kemajuan desa. Analisis ekonomi saya
buat dengan mengumpulkan data. Data
tersebut saya peroleh dari Bapak Dedi
selaku Ketua BPD. Selain itu, saya juga
mencari data dari internet. Betapa sulitnya
mencari data perekonomian dari Desa
Talun dikarenakan website Desa Talun
sudah lama sekali tidak di-update. Hal
inilah yang menjadi permasalahan dalam
KKN dengan metode daring seperti ini.
Pencarian data yang sulit serta informasi yang lambat membuat
program kerja tidak dapat berjalan dengan baik dan maksimal. Berikut
ini adalah luaran yang dapat saya berikan yaitu berupa Buku Profil
Desa Talun.

Hal yang ingin saya sampaikan selama pelaksanaan KKN


daring adalah ucapan syukur dan lega karena seluruh program kerja
dapat terlaksana dengan cukup baik dan dapat terselesaikan
seluruhnya. Semua ini tidak hanya bermodalkan pengetahuan
akademik yang saya dapatkan di bangku perkuliahan lalu dapat
diterapkan disini. Menurut saya pelaksanaan KKN ini sangat berkesan
dan membuat saya belajar banyak hal yakni kebersamaan,
kekeluargaan, kekompakan dan solidaritas. Disini saya juga belajar

231
untuk bersosialisasi, bagaimana bekerja dalam tim serta belajar
bertanggung jawab dalam suatu hal. Terlebih lagi dengan metode
KKN daring yang terdengar aneh kali ini akhirnya dapat
terlaksanakan walaupun masih banyak kekurangannya.

Dalam hal ini, kita dituntut untuk tidak hanya menyalahkan


keadaan atau menyalahkan orang lain, seakan mencari kambing hitam
atas permasalahan yang terjadi. Dalam KKN, kita dituntut untuk
mampu menginstropeksi diri kita sendiri, mengakui kesalahan dan
kekurangan diri kita sendiri, serta belajar untuk menjadi pribadi yang
lebih baik lagi di masa mendatang. Kedepannya, pelaksanaan KKN
daring seperti ini dapat diperbaiki lagi agar bisa lebih baik dan
optimal.

Pada akhirnya, saya pribadi sangat bersyukur dengan


pelaksanaan kegiatan KKN yang telah dijalani. Banyak hikmah yang
dapat dipetik dan direnungi. Kita pun mempunyai saudara-saudara
baru yang semakin menambah warna dalam hidup kita. Banyak
senyum yang mengusir rasa lelah dan penat kita. Banyak pelajaran
yang menjadikan kita lebih dewasa. Selain itu, ucapan banyak terima
kasih untuk Bapak Dedi selaku Ketua BPD Talun dan Bu Euis Tuti
selaku Kepala Desa Talun yang telah membantu kami dalam kegiatan
KKN ini. Pak Dedi dan Bu Euis Tuti selalu membalas pertanyaan yang
kami ajukan secara fast respond dan tentunya kedepannya kami
tetap menjaga silaturahmi dengan berkomunikasi melalui alat
komunikasi yang ada.

Semoga apa yang kita lakukan selama KKN benar-benar


membawa kebermanfaatan yang penuh berkah dalam pemberdayaan
desa. Semoga persahabatan antar anggota KKN tidak hanya sebatas
saat KKN saja, namun terus berlanjut bahkan hingga ke Surga-Nya
kelak. Amin. Selain itu doa serta harapan agar wabah virus covid-19

232
ini segera terselesaikan dan masyarakat Indonesia sehat. Selalu jaga
kesehatan dan usahakan untuk tidak berpergian keluar rumah jika
tidak dalam keadaan yang sangat mendesak agar wabah ini segera
terselesaikan dan nantinya pelaksanaan KKN periode selanjutnya
dapat berjalan sebagaimana mestinya.

233
Pelarianku di Masa Pandemi:
Mengabdi pada Masyarakat
Damasus Wahyu Kurnia

Kuliah Kerja Nyata (KKN) biasanya menjadi agenda wajib di


beberapa semester menuju akhir masa perkuliahan di berbagai
kampus. KKN kerap ditunggu para mahasiswa karena kegiatannya
yang berbeda dibanding kegiatan perkuliahan reguler. KKN
mengedepankan program turun langsung ke lapangan dan
melaksanakan program yang telah dirancang bagi masyarakat di salah
satu daerah tertentu. Nah, daerah ini biasanya jarang dikunjungi oleh
beberapa mahasiswa sehingga menimbulkan kesan yang menarik dan
patut ditunggu. KKN juga kerap menjadi elemen cerita dari sebuah
karya tulis atau karya film, loh! Jadi, wajar saja bila momen KKN selalu
ditunggu buat para mahasiswa. Kebanyakan cerita momen KKN ini
berisikan berkenalan dengan teman KKN dari fakultas yang berbeda,
mengunjungi desa dan ikut ambil bagian dalam kegiatan rutin desa
tersebut, bahkan sampai jadi ajang cari jodoh selama kegiatan KKN
berlangsung.

Sayangnya, hal ini tak dapat dirasakan oleh para mahasiswa


yang menjalankan mata kuliah KKN di tahun 2020 ini. Karena
terdampak pandemi, segala macam bentuk perkuliahan termasuk
KKN, diwajibkan dalam bentuk daring dan virtual setidaknya hingga
akhir tahun 2020 nanti. Dengan sistem yang berbeda dari KKN tahun-
tahun sebelumnya, mahasiswa dituntut untuk lebih kreatif dalam
menjalankan KKN, karena tak bisa tatap muka dan turun langsung ke
lapangan. Jadi mari kita simak bersama cerita KKN-PPM UGM daring
dari Kormasit Desa Talun 1.

234
Perkenalkan nama Aku Wahyu, di dalam tulisan ini aku akan
menceritakan bagaimana pengalamanku KKN di Universitas Gadjah
Mada mulai dari mencari tim KKN hingga pelaksanaan KKN secara
full daring beserta dengan suka dukanya. Cerita ini dimulai dari bulan
Januari 2020 ketika aku sedang melaksanakan kegiatan Kerja
Lapangan di Kalimantan. Pada saat ini pula aku juga sempat bingung
karena belum mendapatkan tim KKN. Hingga pada akhirnya aku
mendapatkan tawaran untuk menjadi kormanit di tim KKN Tombolo
Pao, Sulawesi. Bulan Januari merupakan waktu yang sangat sedikit
untuk mempersiapkan segala sesuatunya demi KKN. Namun dengan
optimism dan dukungan dari kakak tingkat, aku memberanikan diri
untuk membentuk beberapa rencana agar KKN Tombolo Pao dapat
berjalan. Akan tetapi kenyataan berkata lain, pada akhirnya KKN Tim
Tombolo gagal karena kami kurang persyaratan administrasi
dikarenakan waktu yang sudah terlalu dekat dengan deadline
pengumpulan.

Mulai memasuki Bulan Februari, di bulan ini Aku mulai


mencoba untuk mencari-cari adanya tim KKN yang cocok untuk Aku.
Pada akhirnya ada tawaran dari salah seorang teman untuk mendaftar
di Bali, Kintamani. Pada awalnya Aku merasa canggung karena tidak
ada satu orang pun yang aku kenal di tim ini. Namun dengan tekad
dan keberanian yang sudah dipersiapkan sebelumnya Aku
mendaftarkan diri untuk mengikuti wawancara. Kemudian setelah
melakukan pendaftaran, Aku hanya tinggal menunggu saja email
konfirmasi dari tim KKN ini. Setelah menunggu email konfirmasi dari
kormanit, kemudian Aku dijadwalkan untuk mengikuti wawancara
pada waktu dan hari tertentu.

Wawancara dimulai dan tim kemudian mulai bertanya tentang


banyak hal mulai dari keseharian diriku hingga bagaimana bisa
mendaftar di tim KKN ini. Pada saat wawancara telah selesai, Aku

235
kemudian pulang dan menunggu pengumuman untuk beberapa hari
kedepan. Beberapa hari Aku lewati dan kemudian tiba pada hari
pengumuman penerimaan anggota KKN. Saat sudah pengumuman
aku merasa lumayan bahagia karena dapat diterima di tempat yang
cukup baik yakni di Bali. Di hari berikutnya Aku mendapat ajakan
untuk melakukan first gathering bersama dengan tim KKN. Pertemuan
pertama ini dilakukan di kantin Fakultas Ilmu Sosial dan Politik
bersama dengan kurang lebih 20 orang lainnya. Dalam pertemuan
perdana ini kami saling memperkenalkan diri satu dengan yang
lainnya.

Beberapa minggu terlewati dengan banyak nya keperluan dan


progress yang harus di penuhi untuk keperluan KKN. Pada
pembagian tim untuk sub-unit, aku mendapatkan sub-unit Binyan.
Disini Aku pun merasa cukup senang karena dapat Ber-KKN-ria di
Bali dengan pemandangan dan suasana yang baru. Mendapatkan
pengalaman baru dan mendapatkan banyak sekali teman baru di
wilayah KKN nantinya. Di hari selanjutnya dilaksanakan pembuatan
rencana program untuk dibawa ke Binyan. Hingga pada akhirnya
kami Tim KKN Bali mencapai tanggal dan waktu untuk
mempresentasikan Tema dari KKN Binyan ke DPKM. Disini hanya
kormanit dan DPL saja yang mengikuti, Aku tidak mengikuti dan
hanya berdoa kepada Tuhan untuk kelancaran segala sesuatunya.
Beberapa hari berlalu, dan pada akhirnya tiba saatnya dimana
pengumuman untuk tim siapa saja yang lolos ke dalam tim pengusul
dan dibiayai oleh DPKM.

Pada pengumuman, Aku berusaha mencari nama Tim kami


disini. Namun setelah aku scroll up scroll down dan Aku baca-baca
ulang tetap saja tidak ada nama tim KKN kami di list yang diberikan
oleh DPKM. Betapa perasaanku langsung sedih dan hilang sudah
harapan-harapan untuk bias ke Bali. Namun harus bagaimana lagi,

236
waktu tetap berjalan dan dunia tetap berputar. Beberapa hari kedepan
ada pernyataan mengenai desas-desus untuk perkuliahan secara
daring karena adanya Pandemi Covid-19. Kami mengadakan rapat
pun secara daring melalui google meet, dan pada akhirnya kami
mendapatkan beberapa opsi tempat untuk KKN. Di pilihan pertama
ada Penajam Paser yakni di Kalimantan dan pilihan selanjutnya adalah
KKN Ibun di Jawa Barat. Setelah beberapa pendapat dan musyawarah
tim akhirnya disepakati bahwa KKN kami di Jawa Barat, Kecamatan
Ibun, dua Desa Talun dan Lampegan.

Kuliah Kerja Nyata atau yang biasa disingkat dengan kata KKN
merupakan salah satu program pengabdian mahasiswa terhadap
masyarakat menjelang usia akhir perkuliahan jenjang sarjana.
Dilakukan secara berkelompok dengan berbagai program kerja yang
harus dilaksanakan, KKN terkadang menjadi hal yang paling
ditunggu atau bahkan dirindukan oleh sebagian orang. Sama halnya
seperti kondisi saat ini. Pandemi Covid-19, tak ayal membuat banyak
universitas di Indonesia melakukan KKN secara daring.
Bagaimanapun caranya, hal tersebut disesuaikan dengan kondisi
setiap universitas. Sebagian mahasiswa bahkan mengaku sedih dan
kecewa dengan keputusan kampus yang mengharuskan KKN
dilakukan secara daring. Pasalnya, sebagian mahasiswa bahkan sudah
melakukan riset dan membuat program kerja yang dengan terpaksa
harus dibatalkan karena kondisi yang masih serba tidak pasti.
Pengabdian masyarakat secara daring dan luring tentu memiliki cerita
yang sangat berbeda. Bagaimana tidak, banyak sekali kisah seru yang
terjadi selama hampir 2 bulan lamanya itu. Bersama teman-teman dari
bangun sampai tidur lagi. Mengerjakan proker bersama, dan masih
banyak lagi.

Memulai masuk pada hari-hari kritis dimana pemilihan dan


penyusunan struktur Tim KKN. Terdapat 4 orang yang dipilih untuk

237
menjadi kormasit dan 4 orang dipilih untuk menjadi kormater. Disini
Aku juga termasuk menjadi salah satu kormasit di Desa Talun.
Sejujurnya Aku tidak begitu paham mengenai tugas-tugas kormasit
namun dengan rasa penasaran yang tinggi karena Aku sangant
menyukai tantangan baru dan mencari pengalaman. Perlahan demi
perlahan Ku pelajari tentang penugasan Kormasit dan kemudian Aku
mulai memahami apa saja yang diperlukan. Kemudian mulai dibagi-
bagi untuk anggota per sub-unit, langsung saja tanpa berpikir panjang,
Aku membuat grup melalui WhatsApp untuk anggota Sub-unit Talun
1. Pada awalnya memang terasa agak canggung untuk memulai
percakapan di grup karena semuanya Aku tidak begitu kenal dekat.
Ada yang pendiam, ada yang lumayan banyak bicara, ada yang
kebingungan mengenai KKN pelaksanaan secara daring.

Namun segala hal tersebut tidak mematahkan semangatku


untuk memenuhi tanggung jawab sebagai kormasit. Dengan bantuan
beberapa pihak seperti kormanit dan kormasit yang lainnya, Akhirnya
penyusunan masing-masing sub-unit dapat diselesaikan. Di minggu
pertama kami banyak sekali melakukan koordinasi unit maupun sub-
unit, dimana banyak sekali pembahasan mengenai LRK (Laporan
Rencana Kegiatan). Kami mahasiswa dituntut untuk tetap dapat
bersosialisasi dengan warga yang menjadi target KKN dan
menjalankan program-program yang telah direncanakan dan diinput
melalui LRK. Pada minggu pertama kami Sub-unit Desa Talun
mendapatkan kontak orang Talun yakni Pak Dedi Ruswandi selaku
kepala BPD Talun.

Pandemi Covid-19 telah mengubah banyak hal kehidupan


masyarakat di bidang ekonomi bahkan termasuk di sektor Pendidikan.
Hampir semua level pendidikan terdampak dan dialihkan ke
sekolah/kuliah daring. Namun demikian, tidak semua lapisan
masyarakat dapat mengikuti kegiatan-kegiatan berbasis daring

238
dengan berbagai sebab pertama, tidak adanya akses internet
(ketiadaan sinyal dan jaringan internet). Kedua, Tidak adanya alat
yang memadai untuk pembelajaran daring (komputer, tablet, hp, dan
internet) disebabkan tidak ada biaya (faktor kemiskinan). Ketiga,
meskipun tersedia akses internet di daerah tersebut, tidak semua
orang tua memiliki dana yang cukup untuk membeli paket data,
terlebih jika ada beberapa anak dalam keluarga tersebut yang masih
sekolah memerlukan biaya yang lebih besar. Adapun program yang
dilaksanakan sesuai dengan program yang disusun dari awal dan
ditambah dengan program tanggap darurat Covid-19.

Memulai untuk minggu ke-2 di periode 2 KKN UGM. Di


minggu ke-2 ini mulai dijalankannya program-program kami mulai
dari sosialisasi, desain, dan pengumpulan data-data artikel beserta
literatur. Pada Desa Talun, minggu pertama dan minggu ke-2 berjalan
dengan lancar walaupun kami agak sedikit kebingungan dalam
pembuatan program apa saja yang sekiranya cocok bermanfaat untuk
warga Desa Talun. Namun semua telah dilewati bersama dengan tim
sub-unit. pak Dedi Ruswandi selaku pihak Talun yang mewakili suara
kami di sana juga sangat kooperatif dan fast respond dalam
percakapan melalui WhatsApp. Kami mulai mengerjakan program-
program yang telah kami usulkan melalui LRK dan kemudian mulai
banyak bertanya-tanya terhadap pihak Desa Talun.

Dalam pelaksanaannya, banyak sekali ternyata keperluan-


keperluan yang harus dilengkapi seperti data-data desa Talun.
Beruntungnya desa kami memiliki kontak yang cukup fast respond
yakni Pak Dedi. Sehingga cukup terbantu dalam pelaksanaan
program-programnya. Pada fase minggu ke-2 ini Aku bersamaan
dengan teman-teman sub unit melaksanakan banyak sekali rapat-
rapat online melalui google meet atau bahkan sesekali kami juga
menggunakan Zoom ata Webex. Walau pun kami tidak bertemu secara

239
langsung namun terasa sekali eratnya pertemanan kami di KKN ini.
Pada hari-hari selanjutnya berjalan dengan baik sehingga Aku pun
juga tidak terlalu kerepotan dalam menjalankan program-programku
sendiri. Pada dasarnya program-program yang aku laksanakan
tersebut berbasis pada Agrowisata dan pertanian. Mulai dari
pembuatan poster, leaflet, dan rancangan untuk sewa sepeda.

Pada minggu yang pertama Aku mengerjakan program


individu yang telah direncanakan. Aku mencoba-coba untuk mencari
literature yang tepat dalam pembuatan programku ini khususnya
mengenai dampak erosi. Pada saat pencarian literature-literatur ini
aku tidak sendirian karena kami pasti melakukan online meeting
melalui google meet. Bersamaan dengan Sub-unit 4 yang sama-sama
berada di Desa Talun, kami mengerjakan program dengan canda tawa
bahagia selama KKN daring. KKN ini terasa cukup nyaman karena
selama masa pandemic kami semua tetap harus berada di rumah
masing-masing. Dengan system yang telah dibuat sedemikian rupa
oleh DPKM UGM, kami menjalankan KKN dengan senang hati.
Perasaan senang menjalankan KKN akhirnya tidak berlangsung lama
karena selang beberapa waktu, anggota sub-unit ku sedang
melakukan chat via WhatsApp dan mendapatkan jawaban atau respon
yang kurang mengenakan. Pernyataannya ialah bahwa kami
diharuskan untuk langsung saja terjun ke Lapangan alias kami disuruh
untuk datang langsung ke desa Talun.

Seperti yang telah diketahui bersama bahwa DPKM dan pihak


UGM tidak menyetujui untuk adanya penerjunan. Kemudian pada
akhirnya Aku memberikan saran untuk dilakukan luaran program
yang lain saja dan lebih mengoptimalkan untuk kinerja jarak jauh,
bukan untuk jarak dekat seperti tatap muka secara langsung. Beberapa
hal yang perlu digaris bawahi dalam pelaksanaan KKN daring ini ialah
etika dalam berkomunikasi dan etika menggunakan teknologi. Banyak

240
sekali cerita-cerita dari mahasiswa unit yang lain, dalam
pelaksanaannya mendapatkan beberapa kendala seperti kepala desa
atau perangkat desa yang kurang kooperatif dan bahkan ada yang
sampai di blokir secara nomor sehingga tidak memungkinkan kembali
untuk berkomunikasi via daring. Hal ini mengakibatkan kami sebagai
mahasiswa KKN juga waspada dan khawatir apabila kami mendapati
kesalahan dalam berbicara atau menyampaikan pendapat beserta
dengan pertanyaan. Maksud dari kami adalah ingin memberikan
program dan terobosan yang baik untuk desa. Namun apakah daya
diri ini hanya mengerjakan segalanya secara daring.

Baiklah kembali lagi ke cerita alur KKN yang aku kerjakan,


beberapa hari telah berlalu dan program pun satu demi satu
terselesaikan. Banyak kendala yang aku hadapi bersama dengan
teman-teman Sub-Unit 3. Mulai dari kami mengalami masalah
jaringan atau koneksi yang buruk hingga mengalami lupa untuk
melakukan presensi. Jadi dalam system KKN daring ini, presensi
bersifat wajib dan mutlak. Apabila kami mendapati bahwa kelupaan
pengisian maka kami harus konfirmasi dengan Kormanit atau dapat
pula langsung menghbungi Dosen Pembimbing Lapangan kami,
untuk mengganti status Alpha menjadi masuk. Pada saat kami akan
menjalankan beberapa program pasti saja ada halangan-halangan
bahkan godaan yang mendatangi. Seperti godaan untuk tetap rebahan
di kasur atau pun godaan untuk bermain game. Jadi bercerita tentang
godaan-godaan ini, Aku alami bersama dengan kormasit Sub-unit 4
yang terkadang memberikan ajakan untuk bermain game atau bahkan
ketia aku yang sedang suntuk, maka Akulah yang mengajak dia untuk
bermain game online.

Dengan catatan bahwa satu hari harus bekerja optimal selama 6


jam maka Aku mencoba memulai pola hidup baru yang lebih baik.
Setiap pagi bangun pukul 07.00 WIB untuk presensi kemudian mandi

241
dan sarapan, lalu pukul 09.00 WIB mengerjakan program KKN selama
6 jam dan pada sore hari pukul 16.00 WIB Aku pergi ke tempat Gym
untuk sekedar berolahraga agar sehat. Hal tersebut selalu aku lakukan
sudah hampir 3 bulan semenjak sebelum KKN hingga saat ini. Namun
terkadang yang paling sulit untuk menjaga pola hidup sehat selama
KKN daring adalah untuk tidak begadang hingga larut malam. Karena
sudah menjadi kodratnya mahasiswa ialah tidur selalu melewati jam
23.00 WIB. Hal tersebut sudah menjadi rutinitas kami para pejuang
daring. Ada kalanya pula Aku benar-benar merasa suntuk dan jenuh
untuk melaksanakan KKN sehingga dalam sehari Aku hanya presensi
dan mengerjakan programku sambil rebahan.

Tak terasa juga kami mengerjakan banyak sekali program dan


banyak sekali melaksanakan rapat koordinasi. Mendekati hari dimana
sudah akhir dari KKN daring Periode 2 di Universitas Gadjah Mada
ini. Suka dan duka kami lewati bersama walau pun tidak bertemu
secara langsung. Saling support dan saling membantu antar anggota
sangat diperlukan dalam pelaksanaan dan kelancaran KKN daring
tersebut. Aku pun banyak sekali mendapatkan pengalaman yang
berbeda pastinya dari KKN penerjunan. Belajar bagaimana menjadi
kormasit di tengah Pandemi, belajar menjadi penyabar dalam
menjelaskan dan menerangkan beberapa hal kepada teman-teman.
Karena kalau tidak sabar akan menyebabkan peperangan dalam
pertemanan. Kemudian belajar tentang manajemen waktu yang lebih
smart dan lebih baik dalam KKN daring ini.

Sampai lah kami semua tim KKN unit JB036 di Kecamatan Ibun,
pada minggu-minggu terakhir. Pada minggu terakhir ini kami semua
diharapkan sudah menyelesaikan semua bentuk luaran program.
Sehingga beberapa program yang belom terselesaikan langsung Aku
cover dan bantu agar mempercepat prosesnya pembuatan LPK dan
laporan-laporan lainnya. Aku pun telah beberapa kali membantu

242
teman-teman yang lain karena Aku pun juga banyak dibantu dalam
pelaksanaan program individu. Hingga akhir masa KKN ini Aku pun
sudah cukup lelah untuk menjalankan pelaporan seperti LPK dan
sebagainya. Namun teman-teman sub-unit selalu memberikan support
beserta Mood booster untuk diriku sendiri. Sehingga pada saat
pelaksanaan pengisian pendahuluan, kesimpulan, dan saran, teman-
teman saling membantu satu dengan yang lainnya.

Aku berencana untuk memberikan reward terhadap teman-


teman yang telah mengikuti KKN di Unit JB036 ini. Jadi Aku berencana
untuk membuat sebuah makrab dimana semua teman-teman
diharapkan untuk hadir, tentunya dengan protocol dan keamanan
Covid-19. Dimana saat makrab ini aku juga ingin lebih merekatkan
teman-teman yang belum pernah ketemu tatap muka sama sekali.
Karena pada saat awal gathering ada beberapa teman yang
meninggalkan tim KKN karena masih ingin KKN di luar Jawa.
Sehingga posisi yang kosong tersebut terisi oleh orang-orang baru lagi.
Saat terakhir-terakhir seperti ini menjadi banyak sekali kenangan-
kenangan selama masa KKN mulai dari awal pencarian tim,
berkenalan dengan orang baru, mendapatkan lingkungan baru.
Bahkan system KKN yang masih sangat asing untuk Aku. Satu hal lagi,
masa pandemi Covid-19 seperti ini banyak sekali hal-hal kebaikan
yang dapat kita lakukan.

Di akhir kata ini, aku ingin menyampaikan banyak sekali terima


kasih kepada orang tua aku yang telah banyak sekali memberikan
support yang begitu luar biasa. Kepada Ibu DPL yang telah banyak
juga membantu dalam pelaksanaan KKN Unit JB036. Kepada Bapak
Dedi Ruswandi selaku Kepala BPD Talun yang telah sangat
memberikan banyak bantuan dan kontribusi kepada Sub-unit Talun.
Kepada teman-teman pula yang telah banyak membantu dalam
pelaksanaan program KKN ku. At least, terima kasih KKN-PPM UGM

243
2020 via daring, semoga kita dapat berjumpa kembali di tulisan aku
yang lain di lain kesempatan pula.

244
Talun 4:
Tetap Produktif Mengabdi
dengan Segala Keterbatasan
Kisah Pengabdian di Pertengahan Tahun 2020
Farrah Erifa Roni

Selasa, 11 Agustus 2020. Hari dimana saya mulai mengutarakan


kesan tertulis dalam kertas putih mengenai perjalanan bersama Unit
2020-JB036 KKN-PPM UGM. Kami ditempatkan untuk mendapatkan
pengalaman yang terjadi hanya sekali seumur hidup ini di Kecamatan
Ibun, Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat.

Perjalanan kali ini sangat berbeda dari perjalanan unit-unit


KKN-PPM UGM periode sebelum tahun dua-ribu-dua-puluh datang
menghampiri. Jika dahulu pembukaan resmi penerjunan KKN
diselenggarakan dengan upacara di lapangan Pancasila, maka kali ini
saya mengikuti upacara di atas kasur, didampingi oleh laptop, bantal,
guling dan selimut. Andaikan kami diberikan kesempatan untuk
mengikuti KKN dengan ciri khasnya yaitu bertukar kisah hidup
bersama masyarakat di lokasi KKN, mungkin saat menulis ini saya
sedang duduk di pondokan desa menikmati angin di sore hari
bersama beberapa teman unit seraya memperhatikan anak-anak yang
sedang asyik bermain di halaman rumah salah satu penduduk desa
yang luas. Mungkin pembaca juga dapat membaca salah satu cerita
saya yang menarik mengenai kisah seorang anak desa. Tapi apa daya,
situasi saat ini berkata lain.

Situasi pandemi global memaksa kami untuk melakukan


pengabdian dengan cara lain. Cara yang membuat kami tidak bisa
langsung bercengkrama dengan masyarakat di Desa Talun.
Universitas dengan terpaksa mengubah pelaksanaan KKN-PPM UGM
dari penerjunan langsung ke desa menjadi penerjunan secara online.
Oleh karena itu, alih-alih menulis sambil memperhatikan anak-anak
bermain dengan riang, saya terjebak di kamar ditemani dengan playlist

245
musik favorit seraya mengutarakan bagaimana rasanya mengabdi
kepada masyarakat tanpa bertemu langsung dan mengetahui secara
riil apa saja permasalahan yang terdapat didalamnya.

Di awal tahun 2020, saya sudah membayangkan bagaimana


rasanya nanti ketika melaksanakan KKN. Terus terang, saya bukan
seseorang yang mudah untuk beradaptasi pada lingkungan baru,
teman-teman baru, hingga suatu daerah yang baru saya datangi
dengan tujuan untuk menetap sementara waktu. Akibatnya seperti
saya sulit tidur dengan tenang selama kemungkinan minggu pertama.
Oleh karena itu, sebelumnya saya sedikit khawatir. Namun disisi lain,
saya juga sangat menantikan pengalaman baru yang sangat menarik
ini sambil membayangkan nilai kehidupan apa saja yang akan saya
dapatkan dari pelaksanaan KKN.

Seperti yang dikatakan orang-orang, KKN merupakan sarana


kita sebagai seorang mahasiswa untuk meningkatkan kepedulian
sosial, merasakan keberagaman, melihat strata ekonomi yang berbeda
antara satu daerah dengan daerah lainnya, menyaksikan secara
langsung perbedaan ras/suku/agama dan kebiasaan masyarakat
setempat, dan juga menjadi ajang mahasiswa untuk peduli
lingkungan. Sebelum terjadi perubahan pelaksanaan KKN-PPM UGM,
agar kekhawatiran saya teratasi, saya bertekad untuk memilih wilayah
penerjunan yang tidak jauh dari kampung halaman ataupun
Yogyakarta dan satu unit dengan teman terdekat saya. Dengan begitu,
saya akan tetap mendapatkan pengalaman yang saya inginkan, namun
saya tidak begitu khawatir apabila hal buruk yang tidak diinginkan
terjadi selama pelaksanaan KKN.

Rencana awal saya ternyata tidak berjalan mulus. Banyak dari


teman saya memilih daerah di luar Pulau Jawa. Sudah dipastikan saya
tidak akan menerima tawaran dari teman-teman saya untuk ikut

246
melaksanakan kegiatan KKN di luar Pulau Jawa. Saya meyakinkan diri
untuk memilih wilayah K-1, yaitu penempatan yang dilakukan oleh
universitas di wilayah Yogyakarta dan sekitarnya.

Sekitar bulan April, universitas mengumumkan bahwa KKN


tahun ini akan dilaksanakan secara online mengingat virus Covid-19
yang mulai menyebar dengan cepat di Indonesia. Ketika berita
tersebut muncul, saya sangat menyayangkan bahwa mungkin
pengalaman yang akan saya dapatkan dari masyarakat desa tidak
akan semaksimal yang sebelumnya saya bayangkan. Namun
bagaimanapun, sebagai mahasiswa harus sebisa mungkin melakukan
strategi agar tetap melakukan pengabdian, mengimplementasikan
ilmu yang sudah didapatkan selama di perkuliahan. Tugas saya saat
itu tinggal memilih daerah pengabdian saya. Untungnya, salah satu
teman sejurusan bernama RA Tasik Wulan atau akrab dipanggil Tata
merekomendasikan saya untuk bergabung dengan unitnya, yaitu unit
2020-JB036 Kecamatan Ibun. Dan… disinilah saya, membantu sebisa
mungkin untuk Kecamatan Ibun.

Selama kegiatan KKN, saya ditempatkan di sub-unit 4 atau


lebih detailnya membantu pihak yang terlibat di Desa Talun. Desa
Talun merupakan salah satu desa yang terdapat di Kecamatan Ibun.
Kekhawatiran kami pada saat memulai kegiatan KKN ini yaitu
khawatir apabila pihak desa tidak begitu terbuka dengan kami
ataupun sulitnya berkomunikasi secara online. Meskipun kami
mendapatkan kontaknya, bisa saja kesulitan komunikasi terjadi seperti
pihak desa tidak membalas pesan atau bisa saja kejadian lebih buruk
dari tidak membalas pesan yaitu adanya miskomunikasi antara pihak
desa dan mahasiswa yang menyebabkan pihak desa tidak ingin
bekerjasama dengan mahasiswa lagi.

247
Kekhawatiran kami mulai terjadi pada saat minggu pertama
kami mengerjakan Laporan Rencana Kegiatan (LRK). Pada saat itu,
saya cukup kebingungan bagaimana cara saya dapat membuat
program yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat desa sedangkan
ketika saya mencari permasalahan yang berkaitan dengan Kecamatan
Ibun di mbah google sangat sedikit yang muncul, dapat dihitung
dengan jari, hanya satu atau dua kasus. Kasus tersebut pun berkaitan
dengan pencurian motor yang sudah ditangani oleh pihak yang
berwenang. Akhirnya, kami mencari permasalahan yang mungkin
masih relevan saat ini dengan mengakses Rencana Pembangunan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bandung. Akan tetapi
menurut saya, permasalahan dalam RPJMD tersebut mencangkup
wilayah yang terlalu luas. Sedangkan yang kami butuhkan hanyalah
permasalahan yang terdapat di Desa Talun.

Setelah sedikit kebingungan, keesokan harinya Kormasit kami


mengirimkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Desa
Talun yang dia dapatkan dari Kepala BPD Desa Talun, Bapak Dedi.
Beruntungnya kami. Selain itu, kami mengirimkan beberapa
pertanyaan untuk mengetahui lebih detail permasalahan disana
melalui Kormasit kepada Pak Dedi. Dengan senang hati beliau
menjawab pertanyaan kami satu persatu. Ternyata, dugaan kami
sebelumnya salah. Pihak desa sangat kooperatif dan mendukung
pelaksanaan kegiatan kami. Berbekal jawaban dari Kepala BPD Desa
Talun dan RPJM Desa Talun, kami menyusun program kerja yang
diharapkan membantu dan bermanfaat bagi seluruh pihak desa.

Minggu kedua merupakan minggu awal kami untuk


melaksanakan program yang telah kami tetapkan sebelumnya.
Program dari sub-unit kami lebih banyak berkaitan dengan bacaan
mengingat keterbatasan kami untuk berinteraksi membantu secara
langsung dengan pihak desa. Dalam hal ini, saya membuat program

248
booklet Penyuluhan Gerakan Anti Korupsi sebagai salah satu akses
pelatihan perangkat desa; Analisis Peraturan Perundang-undangan
terkait New Normal dan Penerapannya dalam Lingkup Desa Talun
sebagai upaya sosialisasi mengenai apa saja yang dapat dilakukan oleh
pihak desa maupun masyarakat dalam menghadapi situasi new normal
berdasarkan peraturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah;
Analisis AD/ART Karang Taruna Bina Muda Desa Talun sebagai
upaya untuk membantu meningkatkan kualitas organisasi
masyarakat; dan dua program interdisiplin yaitu modul Standarisasi
Kemasan Pangan yang diusung oleh Irene Clarissa serta poster
Perlindungan Hukum Wisatawan yang diusung oleh Vincent Tandy.
Kekhawatiran saya muncul ketika ingin mengerjakan program
analisis AD/ART Karang Taruna pada minggu keempat pelaksanaan
KKN. Program ini membutuhkan data primer yang harus saya
dapatkan dari pihak karang taruna. Saya takut apabila saya tidak
mendapatkan AD/ART Karang Taruna Desa Talun akibat tidak bisa
memperoleh akses komunikasi dengan pihak yang bersangkutan.
Apabila tidak mendapatkan data primer tersebut, maka program saya
terancam tidak dapat diselesaikan.

Awalnya, salah satu teman dari sub-unit 3, Sekar, pada hari


minggu mencoba menghubungi salah satu pihak desa yang berkaitan
dengan karang taruna. Pihak desa tersebut menjawab pesan Sekar
dengan ramah, bahkan beliau meluangkan waktu untuk kami
melakukan wawancara pada hari Senin, pukul 10 pagi di tempatnya.
Pada dasarnya kami sangat senang diundang oleh beliau untuk datang
dan mewawancarainya langsung. Namun, permasalahannya adalah
kami tidak dapat datang ke tempat beliau karena situasi pandemi.
Universitas pun tidak memperbolehkan kami untuk datang langsung
ke desanya karena sangat beresiko. Bisa saja saat kami di perjalanan
menuju tempat beliau, kami terinfeksi virus dan menyebarkannya ke

249
desa tersebut. Dengan terpaksa kami menolak undangan beliau secara
halus, berharap beliau paham dengan kondisi kami saat ini.

Singkat cerita, Sekar mendapatkan kontak Ketua Karang


Taruna Desa Talun. Ia pun memberitahu saya untuk ikut serta dalam
wawancara dengan Ketua Karang Taruna tersebut. Pak Suratman atau
beliau lebih suka dipanggil Aa Suratman, karena panggilan tersebut
akan terasa lebih akrab dan santai selama wawancara. Beliau
menyambut kami dengan ramah, terbuka untuk menjawab
pertanyaan kami satu persatu serta sangat bersemangat menjelaskan
kegiatan yang dilakukan oleh anggota karang taruna. Karang Taruna
Bina Muda, katanya. Beliau juga memberi tahu kami mengenai
kesibukannya sehari-hari dan mengatakan bahwa setiap minggu akhir
bulan beliau kemungkinan sulit untuk dihubungi karena sangat sibuk.

Pada saat saya bertanya perihal AD/ART, beliau berkata


AD/ART ada di sekretarisnya yang saat itu juga sedang memiliki
kesibukan. Saya menjadi sedikit khawatir karena kesibukan masing-
masing, beliau menjadi tidak sempat berkomunikasi dengan
sekretarisnya sehingga data yang saya butuhkan tidak sampai di
tangan saya. Akhirnya seminggu kemudian saya memberanikan diri
untuk bertanya kembali mengenai keberlanjutan data terkait. Dengan
ramahnya beliau menjawab akan mengirimkan data tersebut dalam
bentuk softfile. Beberapa jam kemudian, saya dapat mengakses data
tersebut.

Saya sangat berterima kasih kepada Pak Suratman karena


mendukung dan membantu pelaksanaan kegiatan kami. Sangat
disayangkan pelaksanaan kegiatan ini tidak dapat langsung bekerja
sama di lapangan bersama beliau. Beliau pun berkata hal yang serupa
pada saat wawancara berlangsung. Beliau menyampaikan:

250
‘Sayang sekali kalian tidak dapat datang langsung ke desa. Apabila datang
langsung kan kalian bisa langsung bergerak membantu kami di sini seperti
memberikan pelatihan kepada masyarakat desa mengenai pengolahan sampah
menjadi tas belanja daur ulang yang bertujuan mengurangi sampah’.

Selama pelaksanaan program kerja, teman-teman sub-unit 4


sangat berperan penting dalam hal membantu saya menyelesaikan
seluruh program karena anggota sub-unit 4 terdiri dari berbagai
jurusan dan kami sama sekali tidak mengenal satu sama lain. Pada
awalnya saya menduga tidak akan begitu mengenal anggota sub-unit
saya dengan lebih dekat, seperti kalau melaksanakan KKN secara
langsung. Ternyata saya salah sangka. Teman-teman di sub-unit 4
sangatlah ramah dan terbuka satu sama lain mengenai kehidupan per-
KKN-an ini. Bahkan tak jarang setelah mengadakan rapat yang sedikit
serius pembahasannya, dilanjutkan dengan pembahasan ringan untuk
mengenal satu sama lain.

Sub-unit 4 pun terdiri dari tujuh personil dengan keunikannya


masing-masing. Vincent Tandy seseorang Kormasit sub-unit 4 yang
tidak mau dipanggil sebagai Kormasit melainkan sebagai Pelayan sub-
unit 4. Entahlah saya juga tidak paham mengapa dia tidak mau
dipanggil sebagai Kormasit ataupun Pemimpin sub-unit, yang pasti
saya tidak memanggil dia dengan kedua panggilan tersebut. Auranya
mengatakan kepada saya untuk memanggilnya ‘koh’. Untungnya, ia
tidak masalah saya panggil seperti itu. Selain sebagai kormasit, ia juga
memegang peran sebagai ratu bergunjing alias selalu mengajak untuk
bergunjing. Setiap rapat, pasti selalu diiringi dengan api-api
pergunjingan. Terlepas dari hal tersebut, Vincent merupakan Kormasit
yang gesit, bertanggung jawab dan sangat membantu anggotanya
yang terkadang kebingungan permasalahan teknis. Vincent, seseorang
yang setiap hari tidak lelah mengingatkan anggotanya untuk presensi.

251
Apabila ada pergunjingan, maka ada pula pihak yang
memberikan bumbu pergunjingan. Peran ini dipegang oleh Dinda Ar.
Secara tiba-tiba ia bisa saja melontarkan kalimat yang membuat kami
penasaran dengan cerita dibalik kalimat tersebut. Dinda juga
memegang peran penting dalam pelaksanaan pembuatan video tiktok
karena yang kami tahu Dinda merupakan salah satu dari sekian
banyak artist tiktok. Selain itu, kata Vincent, Dinda mudah panik. Tapi
Dinda sangat mudah beradaptasi dan ramah. Ia memperlakukan kami,
yang notabene baru berkenalan saat terbentuknya sub-unit 4, seakan
seperti teman yang sudah lama kenal.

Oh iya, kalau kalian penasaran peran saya di sub-unit ini,


tenang. Saya tidak memegang peran yang penting dalam
pergunjingan. Saya terkadang hanya sedikit menimpal atau tertawa?
Ya, bisa dibilang tim hura lah sama seperti Irene Clarissa. Selain
menjadi tim hura, Irene Clarissa juga merupakan seorang perempuan
yang berdomisili di Purwokerto. Seseorang dengan nada bicara yang
sangat merdu, kemayu sekali. Berbeda dengan beberapa teman yang
saya kenal dari daerah asal Irene. Pasalnya, beberapa teman saya
tersebut mereka terbiasa dengan logat ngapak sebutannya, sedangkan
Irene sama sekali tidak berbicara dengan logat tersebut. Irene
merupakan seseorang yang dengan senang hati membantu teman-
teman sub-unit, bahkan hampir seluruh program yang saya
laksanakan dibantu oleh Irene. Selama saya melaksanakan program
interdisiplin mengenai standarisasi kemasan pangan, Irene sangat
membantu saya terutama dalam pembuatan desain modul. Ia
membantu menentukan desain seperti apa yang akan lebih baik
digunakan untuk modul kami.

Selain ada tim hura, ada juga seseorang yang bicara secukupnya
saja. Sinta panggilan akrabnya atau nama di KTPnya adalah Sinta
Febriani. Mengemban ilmu di Fakultas Kedokteran Gigi. Tempat

252
nongkrong favoritnya adalah coffee shop, bukan warkop ya. Sinta kalau
bicara secukupnya saja. Bahkan Sinta diledek ‘penjual kebab’ tidak
merespon sama sekali. Yang saya tau, obrolan terpanjang Sinta adalah
ketika diwawancarai Wildan tentang sikat gigi dan kehidupan
kuliahnya. Meskipun saya anggap Sinta pendiam, tapi Sinta tidak
pernah absen dalam kegiatan bincang-berbincang sub-unit.

Kalau Sinta pendiam, maka ada seseorang yang sangat terbalik


dengan sifat tersebut. Panggil saja Wildan. Seseorang yang dengan
mudahnya berganti identitas saat google meeting. Tiba-tiba datang
menjadi Ryan Dmasiv, Jarinx SID, bahkan jadi Akira (salah satu
anggota sub-unit juga). Entah motivasinya apa. Tak jarang dia juga
mengimprovisasi Akira. Kalau dipikir-pikir, mungkin Wildan ini fans
nya Akira kali ya. Terlepas dari kejahilannya, sebenarnya Wildan juga
berperan dalam mencairkan suasana meeting. Dia dengan mudahnya
mencari topik yang terkadang di luar jalur pembahasan yang telah
ditentukan. Tiba-tiba mewawancarai seluruh anggota, bertanya dari a
sampai z, sekedar bertanya bagaimana caranya menggosok gigi, atau
review seluruh barang yang ada di kamarnya. Bikin capek aja
dengernya.

Kalau Akira, salah satu anggota yang kebiasaannya ketiduran.


Entah berapa kali Vincent mencoba mengingatkan dia untuk presensi.
Akira merupakan salah satu orang yang kalau ditanya ide terkadang
hanya menjawab ‘aku sih ikut aja’, tapi kalau niat dia pasti ngasih ide
cemerlang. Berdasarkan pengalaman kerja sama dalam program
interdisiplin, Akira merupakan seseorang yang kooperatif. Tapi
terkadang Akira suka ketinggalan informasi. Kalau kata Vincent
‘Akira ga terlalu merhatiin kalau lagi diterangin sesuatu, kadang tanya
berulang kali. Tapi untungnya selalu aman ngerjain programnya’.
Padanan kata yang tepat untuk menggambarkan Akira adalah ‘sloth’,
kata Wildan sambil tertawa.

253
Setelah saya menyelesaikan seluruh program kerja saya, saya
merasa tidak ada hambatan yang membuat saya panik. Seluruh
program kerja yang saya susun di awal terlaksanakan dengan baik dan
sesuai dengan jangka waktu yang telah ditetapkan. Awalnya saya kira
selama masa pelaksanaan program, saya tidak dapat mengenal lebih
jauh mengenai Desa Talun karena hanya mengenal Desa Talun sebatas
RPJM Desa Talun dan informasi yang tersebar di google mengenai Desa
Talun. Beruntungnya saya dapat melakukan wawancara dengan Pak
Suratman. Beliau menceritakan berbagai macam hal mengenai
keadaan desa, seperti permasalahan sampah, perekonomian
masyarakat, karakteristik remaja desa, serta kegiatan yang dilakukan
oleh remaja karang taruna dalam membantu meningkatkan
kesejahteraan sosial di sana. Ternyata, meskipun saya tidak bertemu
langsung dengan masyarakat desa, saya masih bisa membayangkan
bagaimana kehidupan sosial di sana.

Adanya keterbatasan komunikasi dengan masyarakat desa,


maka sepertinya bukanlah hal yang tepat apabila mengatakan KKN
online sebagai salah satu wahana bagi mahasiswa untuk mengenal
lebih dalam dan membantu sesuai dengan kepentingan daerah-daerah
tersebut. Kendati demikian, kegiatan KKN tetap memberikan hal-hal
positif. Dalam hal ini saya belajar bagaimana caranya agar tetap
membantu suatu desa meskipun tidak harus berkunjung dan bertemu
langsung dengan masyarakat desa. Bahwa membantu dan mengabdi
tidak hanya terbatas pada bergerak, terjun langsung ke lapangan, akan
tetapi dapat juga dilaksanakan melalui memberikan ide-ide positif
yang diharapkan membangun masyarakat untuk bersemangat
meningkatkan kualitas hidup di tempat tinggalnya.

Meskipun sedang berlangsung pandemi covid-19 yang


menyebabkan terbatasnya cara kami dalam melaksanakan kegiatan,
ternyata tidak membatasi kami mengenal anggota sub-unit sebagai

254
rekan dalam pelaksanaan program kerja. Kami memang sedang tidak
bersama saat melaksanakan kegiatan ini, tapi ternyata
ketidakbersamaan itu pun tetap membawa kami mengenal, bekerja
sama dan saling membantu satu sama lain tanpa pamrih.

Sebagai penutup dan pelengkap tulisan ini, maka saya


lampirkan foto bersama seluruh personil sub-unit 4. Kalau ada yang
bertanya, ‘kok cuma enam orang, katanya tujuh?’. Coba perhatikan baik-
baik kawanku, Vincent malu-malu kucing bersembunyi di kanan atas.
Oh iya, kalau
diperhatikan
Akira mirip
dengan Sinchan
sedang tidur,
bukan?

255
Pengabdian Online Bukan Berarti Mudah
Vincent Tandy

Pandemi covid-19 yang terjadi di tahun 2020 ini sungguh


melumpuhkan aktivitas dunia. KKN-PPM UGM di tahun 2020 ini pun
tidak luput dari keganasan covid-19 yang sudah masuk ke Indonesia
pada bulan Maret 2020 yang lalu. Imbasnya, UGM secara resmi
mengadakan KKN dengan metode daring. Saya tergabung di Tim
KKN yang berlokasi di Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung,
Provinsi Jawa Barat. Kami menyebutkan Tim Pesona Ibun, yang mana
dalam unit JB036 beranggotakan 30 orang dari berbagai klaster dan
jurusan.

Oh ya, sebelumnya perkenalkan saya Vincent Tandy, seorang


mahasiswa yang sedang berkuliah di Teknik Geodesi Universitas
Gadjah Mada angkatan tahun 2017. Mungkin para pembaca sekalian
bertanya-tanya, apa itu Geodesi? Menurut International Association of
Geodesy (IAG) Geodesi adalah sebuah ilmu disiplin cabang
matematika terapan yang mempelajari tentang pengukuran dan
perepresentasian dari bumi dan benda-benda langit lainnya, termasuk
medan gaya beratnya masing-masing, dalam ruang tiga dimensi yang
berubah dengan waktu.

Jadi, tugas saya sebagai seorang Geodet adalah


merepresentasikan suatu kenampakan bumi di dalam sebuah peta
dengan sistem transformasi koordinat dan referensi yang sesuai agar
benar merepresentasikan dengan keadaan yang ada di lapangan.
Disaat saya sedang menulis narasi ini, saya sedang menjalani prosesi
KKN-PPM UGM Periode 2. Saya dipercaya oleh koordinator
mahasiswa unit (Kormanit) JB036, Taufik Al Faruk untuk menjadi
koordinator mahasiswa sub-unit (Kormasit) di Desa Talun, Kecamatan
Ibun.

256
Pendaftaran ke dalam tim KKN ini bukan tanpa suatu alasan.
Sebelumnya, saya tergabung di tim KKN Pulau Seribu, namun karena
administrasi yang terhambat dari pemerintah daerah, KKN tersebut
ditiadakan sehingga saya harus kembali mencari tim KKN. Akhirnya
saya mengikuti open recruitment yang dilaksanakan oleh tim KKN
PPM UGM Kecamatan Kintamani, Bali dan kemudian saya diterima di
dalam tim tersebut.

Kami mengadakan pertemuan rutin setiap 2 minggu sekali


untuk membahas terkait pelaksanaan KKN di Kintamani. Dengan
pertemuan-pertemuan tersebut yang berlangsung di co-working space
FISIPOL UGM, kami sudah sangat yakin untuk melaksanakan KKN
secara langsung di Kintamani, Bali. Namun karena proposal kami
tidak disetujui, maka kami memutuskan untuk berpindah lokasi ke
Kecamatan Ibun, Kab. Bandung.

Kebetulan sekali saat itu pandemi coronavirus dimulai dan


KKN terpaksa diubah sistemnya menjadi online. Tentu hal ini sangat
membingungkan kami karena pastinya sangat berbeda pada KKN
umumnya. Apalagi saya berpikir untuk mencari jodoh di KKN, jikalau
KKN dilaksanakan daring, mana mungkin bisa saya bisa mencari
jodoh. Namun karena kondisi masih seperti ini, tetap kami jalani
walaupun tidak mudah dan tentunya harapan yang putus tanpa
adanya suatu pengalaman yang terbilang menarik karena hanya
menatap komputer sepanjang waktu.

Tanggal 29 Juni 2020 merupakan awal dari perjalanan KKN


kami. Diawali terlebih dahulu dengan upacara penerjunan KKN lewat
live Youtube yang turut dihadiri oleh Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nadiem Makarim. Minggu pertama KKN, saya dan sub-
unit saya (sub-unit 4) segera berkoordinasi dengan sub-unit 3 karena
kami berada di dalam satu desa yang sama. Koordinasi awal ini

257
diperlukan dengan tujuan agar tidak terjadi miskomunikasi dan tidak
ada program yang sama dan mengakibatkan masalah.

Minggu pertama, kami menyusun Laporan Rencana Kegiatan


(LRK). LRK ini merupakan daftar rencana kegiatan yang sekiranya
akan dilakukan pada saat menjalani KKN di desa bersangkutan (yang
dalam kasus ini adalah Desa Talun). Untuk berkomunikasi dengan
pihak desa, seluruh kegiatan komunikasi disampaikan oleh kormasit
tiap sub-unit di dalam sebuah grup WhatsApp yang hanya
beranggotakan kormasit Desa Talun, Kepala BPD Talun (Bapak Dedi
Ruswandi), kormanit JB036, dan Dosen Pembimbing Lapangan (Mbak
There). Mengapa hanya kormasit saja yang masuk ke dalam grup
tersebut? Hal ini dimaksudkan agar seluruh komunikasi dapat
dijadikan satu saja agar tidak merepotkan desa.

Anggota sub-unit dipersilahkan untuk bertanya kepada pihak


desa melalui kormasit. Kemudian kormasit terkait akan
menyampaikannya melalui grup yang sudah disediakan tersebut.
Jujur saja, saya sebagai kormasit merasa terbebani akan hal tersebut
karena komunikasi dijadikan satu lewat kormasit saja. Padahal
kormasit tentunya juga memiliki kegiatan lain yang harus
diselesaikan. Online bukan berarti mudah bukan? Pada akhir minggu
pertama, kami pun berhasil menyusun LRK baik individu maupun
sub-unit berkat Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM)
Desa Talun.

Program-program yang saya lakukan di Desa Talun ini ada


empat program, 2 program merupakan program interdisipliner
(program yang dilakukan bersama dengan mahasiswa/i yang berbeda
kluster), 1 program non-tema, dan 1 program tema diantaranya:

258
1. Pemetaan Desa Talun Kecamatan Ibun Kabupaten Bandung.

Pada RPJM Desa Talun dituliskan bahwa Desa Talun akan


mengadakan banyak renovasi pada desa, oleh karena itu saya
berinisiatif untuk membuat sebuah peta desa terbaru. Saya
menggunakan citra satelit terbaru (tahun 2019) lewat Google Earth
untuk kemudian dilakukan digitasi dan menghasilkan peta desa yang
dapat dipergunakan untuk keperluan pembangunan infrastruktur
yang ada pada RPJM Desa. Program ini saya kerjakan dari tanggal 30
Juni-14 Juli 2020. Mengapa program ini saya kerjakan lumayan lama?
Karena saya harus mencari citra satelit yang sesuai dan citra satelit
dengan intensitas awan yang minimal sehingga bisa dilakukan digitasi
atau proses konversi data raster (dalam hal ini adalah citra satelit)
menjadi data vektor (shapefile).

Tentunya penyusunan peta desa ini tidak dilakukan asal-asalan


karena ada peraturan yang mengatur tentang penyajian peta desa.
Peraturan yang saya acu adalah Peraturan Kepala Badan Informasi
Geospasial (BIG) Nomor 3 Tahun 2016 tentang Spesifikasi Penyajian
Peta Desa. Di dalam peraturan ini mengatur tentang segala hal yang
patut diperhatikan saat menyusun peta desa, termasuk kualitas citra
satelit. Seharusnya, kualitas citra satelit yang disarankan adalah citra
satelit resolusi tinggi (CSRT) namun karena CSRT berbayar, saya
terpaksa menggunakan citra satelit Google Earth dengan resolusi
menengah sehingga kualitas peta desa yang saya hasilkan tentu tidak
sebagus dengan menggunakan CSRT. Namun setidaknya peta desa
yang dihasilkan masih cocok untuk dijadikan acuan untuk
pembangunan infrastruktur yang sudah direncanakan di RPJM Desa
Talun.

Proses digitasi yang dilakukan meliputi beberapa komponen,


yakni sungai, pemukiman, bangunan, jalanan, sawah, ladang,

259
perkebunan, dan saluran irigasi. Dari seluruh komponen-komponen
tersebut, komponen bangunan merupakan komponen yang paling
mudah untuk dilakukan identifikasi karena sangat mudah dikenali
pada citra satelit dikarenakan warna genting yang mencolok.
Sementara, komponen paling sulit untuk diidentifikasi adalah sungai
dan ladang karena warna air sungai sudah sangat coklat sehingga
ketika dilakukan interpretasi sering menganggap kalau yang
seharusnya air sungai, pada kenyataannya itu merupakan lapangan
kosong biasa.

Oleh karena itu saya menggunakan bantuan Google Maps


untuk membantu melakukan interpretasi sehingga hasil tetap dapat
dipertanggungjawabkan. Ukuran kertas yang saya pakai mengikuti
aturan, yaitu sebesar A1. Selain itu saya ikut melakukan input
toponimi di sekitar Desa Talun sehingga peta desa nampak lebih baik
sesuai dengan kaidah kartografi. Dibawah ini merupakan hasil peta
desa yang saya telah buat.

Peta Desa Talun

260
2. Optimalisasi Jarak Tempat Pembuangan Sampah dari
Pemukiman Warga.

Permasalahan sampah merupakan hal yang paling lumrah di


masyarakat saat ini terutama di Desa Talun, maka dari itu saya dan
teman saya Sinta Febriani (Kedokteran Gigi 2017) dari kluster Medika
melaksanakan program interdisiplin ini yang bertujuan untuk
mewujudkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) bagi
masyarakat, khususnya masyarakat Desa Talun. Saya merancang
program interdisiplin ini dengan tujuan untuk dapat melakukan
analisis spasial penempatan Tempat Pembuangan Sampah Sementara
(TPST) yang cocok ditempatkan di lingkungan warga di Desa Talun.

Untuk aturan, saya mengacu kepada Peraturan Pemerintah


Republik Indonesia Nomor 81 Tahun 2012 tentang Pengelolaan
Sampah Rumah Tangga dan Sampah Sejenis Sampah Rumah Tangga.
Dari peraturan tersebut, saya mengetahui bahwa optimalnya, jarak
pemukiman dengan tempat pembuangan sampah sementara paling
dekat adalah 500 meter. Mengingat ukuran Desa Talun yang terbilang
kecil, saya mencoba untuk melakukan analisis spasial terlebih dahulu
di Desa Talun, namun ternyata tidak ada cukup ruang untuk adanya
tempat pembuangan sampah sementara tersebut.

Disaat menyadari hal tersebut, saya merasa putus asa karena


program yang saya laksanakan ternyata tidak dapat dilanjutkan.
Kemudian saya berpikir ulang sehingga saya memutuskan untuk
melakukan optimalisasi bukan hanya untuk Desa Talun, namun untuk
seluruh Kecamatan Ibun karena melihat dari peta, Kecamatan Ibun
terbilang luas sehingga memungkinkan untuk adanya tempat
pembuangan sampah sementara. Kemudian permasalahan lain
bermunculan. Darimana saya bisa mendapatkan data pemukiman di
Kecamatan Ibun tanpa harus melakukan digitasi? Karena digitasi

261
membutuhkan proses yang lama dan tidak luput dari kesalahan.
Akhirnya saya memutuskan menggunakan data dari Geoportal milik
Badan Informasi Geospasial. Walaupun tidak akurat, namun bisa
merepresentasikan keadaan yang ada di lapangan.

Selanjutnya, saya
melakukan analisis spasial dan
didapatkan daerah yang
dimungkinkan untuk dijadikan
TPST. Setelah saya mendapatkan
area yang bisa dijadikan TPST,
saya berkoordinasi dengan Sinta
untuk membuat sebuah poster
sosialisasi kepada masyarakat
untuk menjaga perilaku hidup
bersih dan sehat. Peta yang saya
buat disisipkan ke dalam poster
tersebut dengan tujuan agar
Pemerintah Kecamatan Ibun
dapat ikut mempertimbangkan
usul saya untuk penempatan
TPST di Kecamatan Ibun. Program ini saya kerjakan dari tanggal 16
Juli sampai 24 Juli 2020.

3. Pemetaan Vegetasi dan Pemukiman di Desa Talun.

Bencana alam merupakan fenomena alam yang pastinya selalu


terjadi tiap tahun. Salah satu jenis bencana alam yang sering terjadi di
Indonesia adalah longsor. Hal ini tentunya diakibatkan
ketidakmampuan tanah untuk menyerap air hujan yang berlebih
khususnya di musim penghujan karena tidak memiliki penyerap alami
(vegetasi) sehingga mengakibatkan pergerakan tanah dan

262
menyebabkan longsor. Tak terkecuali di Desa Talun dimana bencana
banjir dan longsor pernah dan sering melanda desa. Maka dari itu,
berkaca dari RPJM Desa Talun, saya melakukan analisis terhadap
perubahan lahan yang ada di Desa Talun dari tahun 2016 sampai tahun
2019.

Mengapa hanya sampai 2019? Karena setelah saya cek citra


satelit di tahun 2020, hampir tidak ada citra satelit yang cocok
digunakan di tahun 2020 karena tertutup oleh awan. Pasti banyak dari
pembaca sekalian yang bertanya-tanya, bagaimana anda bisa
melakukan analisis alih fungsi lahan menggunakan epok waktu yang
berbeda? Apalagi 4 tahun! Pastinya perlu digitasi yang memakan
waktu banyak bukan? Disini saya tidak menggunakan teknik digitasi,
namun saya menggunakan bantuan Machine and Deep Learning
untuk membantu saya mengidentifikasi fungsi lahan walaupun di
epok waktu yang berbeda (2016-2019). Disini saya menggunakan
Google Earth Engine untuk membantu coding process dan bantuan
shapefile batas desa untuk identifikasi mana yang merupakan Desa
Talun.

Dalam program ini, saya pertama-tama melakukan coding atau


pemrograman yang tentunya sangat memakan waktu karena saya
sendiri belum terlalu ahli dalam melakukan coding. Setelah proses
coding selesai, saya ‘mengajari’ machine untuk melakukan
identifikasi. Prinsip daripada kegiatan ini adalah mengajarkan
komputer untuk bisa mengenali warna. Jadi saya memberikan contoh
warna untuk kemudian dikenali komputer sebagai suatu obyek.
Untuk program ini, saya menggunakan 4 jenis klasifikasi, yaitu
klasifikasi air, pemukiman (urban), tanah, dan vegetasi. Bagian paling
mudah untuk dilakukan klasifikasi adalah pemukiman karena
pemukiman gampang dikenali lewat citra satelit karena kondisi yang
ramai dan warna yang mencolok. Sementara bagian yang paling sulit

263
untuk dilakukan klasifikasi adalah air. Mengapa air? Air warnanya
tetap biru bukan? Tidak selalu demikian, kadang beberapa sungai
memiliki warna coklat sehingga tidak jarang terjadi mis-interpretasi
dengan lahan kosong
yang warna nya juga
berwarna coklat. Namun
saya tetap menggunakan
bantuan Google Maps
untuk identifikasi badan
air. Luaran dari program
non-tema ini adalah
sebuah booklet yang
berisikan perubahan
lahan dari tahun 2016-2019. Harapan saya adalah dengan booklet yang
saya sudah susun ini, pemerintah dapat mempertimbangkan kembali
untuk melakukan reboisasi di Desa Talun agar Desa Talun dapat
terhindar dari longsor yang biasanya menyerang. Program ini saya
kerjakan dari tanggal 22 Juli sampai 29 Juli 2020.

4. Pemetaan Potensi Wisata dan Penunjang Pariwisata di Desa


Talun.

Kecamatan Ibun merupakan salah satu kecamatan yang berada


di Kabupaten Bandung yang terkenal dengan wisatanya seperti
Kawah Putih, Situ Patenggang, dll. Sementara Desa Talun merupakan
Desa yang terletak di ujung utara Kecamatan Ibun. Dari yang saya
observasi, Desa Talun bisa dianggap sebagai pintu masuk Kecamatan
Ibun. Oleh karena itu saya berminat untuk menggali potensi yang ada
di Desa Talun. Namun sayangnya saya sudah bertanya kepada Bapak
Dedi Ruswandi selaku kepala BPD Talun dan Desa Talun tidak
memiliki potensi wisata apapun.

264
Akhirnya saya membuat peta wisata untuk seluruh Kecamatan
Ibun dan untuk Desa Talun, saya hanya dapat memetakan 1 buah
masjid dan 1 buah toko oleh-oleh untuk sebagai penunjang wisata.
Kecamatan Ibun sebenarnya sungguh kaya dengan potensi wisata
diantaranya Kawah Kamojang, Jembatan Kamojang, Kolam Air Panas,
dan Pertamina Geothermal yang saya percaya bisa menjadi potensi
study tour bagi pelajar baik SMA maupun sekelas universitas.

Peta Kawasan Wisata dan Penunjang Wisata Kecamatan Ibun

Setelah saya membuat peta tersebut, saya melakukan


koordinasi kepada Farrah Erifa Roni (Hukum 2017) dan Wildan Fajar
Putramaulana (Politik dan Pemerintahan 2017) karena program ini
merupakan program interdisipliner antara Saintek dan Soshum untuk
kemudian kami menyatukan luaran kami ke dalam suatu poster.
Program ini saya laksanakan dari tanggal 30 Juli sampai 5 Agustus
2020.

265
Poster Wisata Kecamatan Ibun

Itulah empat program yang saya hasilkan. Selanjutnya, pada


bagian ini saya ingin mempersembahkan sebuah tulisan yang saya
tujukan kepada tim LOCALIST yang telah berjuang mengikuti sebuah
kompetisi internasional di masa KKN daring.

KKN ini terasa berat, namun karena saya adalah seorang


penantang, saya makin menantang diri saya sendiri dengan mengikuti
sebuah lomba di kancah internasional. Kompetisi tersebut adalah
Innovation Challenge for Sustainable Society yang dilaksanakan oleh
School of Integrated Innovation, Chulalongkorn University, Thailand.
Kompetisi ini dilaksanakan secara berkelompok berjumlah 5 orang
dan kebetulan 3 orang berasal dari unit JB036, unit yang sama dengan
saya! 3 orang tersebut adalah kormanit saya Taufik Al Faruk (Alfa),
koordinator mahasiswa sub-unit 3 Damasus Wahyu Kurnia, dan
anggota sub-unit 1 Azka Dzaki Arrazzaq. 1 orang lagi merupakan
seorang mahasiswi yang satu jurusan dengan Alfa, yakni Nabila Ulva.

266
Kami membuat sebuah ide aplikasi untuk para wisatawan agar
dapat mengetahui local culinary (sesuai dengan judul ide kami yaitu
LOCALIST Your Local Culinary Solution) yang ada di daerah tersebut.
Teknologinya menggunakan Location Based Services (LBS) agar
navigasi ke tempat kuliner dipermudah. Lomba ini kami kerjakan
sejak tanggal 15 Juli sampai
23 Juli 2020. Pengumuman
sudah diumumkan pada
tanggal 31 Juli kemarin dan
tim kami tidak masuk ke
dalam 10 besar. Sungguh
disayangkan namun kami
mendapat pengalaman berharga dengan mengikuti kompetisi ini
ditengah sibuknya KKN daring.

Setelah bercerita panjang mengenai program-program yang


saya lakukan, saya ingin bercerita tentang anggota-anggota sub-unit
saya. Disini saya tergabung di dalam sub-unit 4 yang beranggotakan 7
orang termasuk saya sendiri. Diantaranya adalah Farrah Erifa Roni
(Hukum 2017), Irene Clarisa Gunawan (Teknik Industri 2017), Dinda
Ardhenareshwari (Ilmu dan Industri Peternakan 2017), Sinta Febriani
(Kedokteran Gigi 2017), Pande Putu Akira Narayana (Kedokteran
Hewan 2017), dan Wildan Fajar Putramaulana (Politik dan
Pemerintahan 2017). Mereka ini adalah teman yang membuat saya
bertahan sampai sekarang untuk tetap teguh memegang jabatan
kormasit sampai akhir KKN. Disini akan saya jelaskan satu-persatu:

Farrah Erifa Roni

Manusia ini merupakan salah satu anggota saya yang berasal


dari Bogor, jadi bisa dipanggil “Teteh” walaupun dia juga tidak mau
dipanggil demikian. Saya sempat mengira bahwa Farrah adalah orang

267
yang dingin, yang tidak mau bergaul. But, don’t you guys judge the
book by its cover yet! Farrah merupakan orang yang pandai bergaul
bahkan terkesan humoris walaupun terkadang agak menyeramkan
bagi Wildan. Farrah ini memiliki hobi nonton, namun dia tidak suka
menonton hal aneh seperti saat saya menunjukkan kepadanya channel
Youtube milik Bobon Santoso, The Santoso yang terkenal.

Irene Clarisa Gunawan

Manusia super kuat dari Teknik Industri ini merupakan salah


satu anggota saya yang sangat baik dalam berbagi jam bantu. Pasti
selalu ada pengumuman di grup sub-unit untuk bisa bergabung di
kegiatan nya dan kami bisa mendapatkan jam bantu. Irene sebenarnya
dipanggil Ica, namun karena sub-unit 4 merupakan sub-unit yang Go
International, kami pun sepakat untuk memanggil Irene dengan ejaan
luar negeri berupa Irene (baca: ‘Airin’). Sama seperti Farrah, Irene ini
memiliki hobi menonton. Saat ditanya sedang apa, pasti jawabannya
selalu sama, yaitu menonton. Walaupun Irene bukan orang yang
monoton, bukan pula yang sering berbicara secara ‘waton’, tentu
beratnya tidak 1 ton. Irene berasal dari Purwokerto, Jawa Tengah.

Dinda Ardhenareshwari

Manusia yang dekat dengan alam ini berasal dari Yogyakarta.


Selain melakukan program KKN, Dinda tidak pernah lupa untuk
melanjutkan karirnya. Sebagai apa mungkin kalian bertanya-tanya?
Ya! Sebagai artis TikTok! Dinda merupakan seorang artis TikTok yang
terkenal, terkenal di sub-unit 4. Tapi seriously Dinda juga mengerjakan
KKN ditengah kesibukkan nya untuk melakukan penelitian bersama
dosen di jurusannya. Penelitian apakah itu? Ayam Hitam! Mungkin
penelitian yang dilakukan Dinda ini bisa menjadi inspirasi bagi Chef
Juna, Chef Renata, dan Chef Arnold untuk mencari bahan lain untuk
dijadikan masakan di ajang kompetisi Masterchef Indonesia.

268
Nonetheless, Dinda selalu tepat waktu dan siap siaga jika diperlukan.
Walaupun ia sempat sakit karena overworked. Tapi saya melihat
Dinda ini sebagai orang yang sangat berdedikasi tinggi, tidak seperti
Dinda Hauw (apa hubungannya ya).

Sinta Febriani

Manusia penyembuh gigi yang pendiam namun ternyata bisa


bawel ini berasal dari negeri rendang, Padang. Seperti jurusan yang
diambilnya, Sinta sempat mengajarkan sub-unit kami cara menyikat
gigi yang baik dan benar walaupun saya tidak mempraktekkan nya
dan alhasil gigi saya sering sakit. Faktanya, tongkrongan seorang Sinta
adalah sebuah Warung Kopi (baca: Coffee Shop). Jadi buat para lelaki
yang ingin mendekati Sinta, pastikan dulu ya anda sekalian mampu
atau tidak. Fakta lain mengenai Sinta adalah dia dan Akira akan lulus
lebih lama karena harus melakukan koas. Semangat selalu ya
menggapai impian!

Pande Putu Akira Narayana

Manusia yang mirip host Kisah Tanah Jawa ini (Baca: Om Hao)
merupakan seorang pemimpi yang sangat besar! Bagaimana tidak?
Pukul 10 malam pun sudah tertidur dan baru bangun jam 1 siang. Pasti
sudah banyak mimpi yang diraihnya bukan? Akira ini berasal dari
daerah terindah yang ada di Indonesia dan tujuan turis. Ya, Bali. Akira
selalu menjadi yang terakhir untuk absen di sistem KKN. Mengapa
demikian? Kalau menurut saya, Akira memiliki prinsip bahwa yang
terakhir akan menjadi yang didahulukan, sementara yang di awal
akan menjadi yang terakhir. Fakta tentang Akira adalah dia sampai
sekarang sedang mencari jodoh yang tidak bisa ditemukan. Fakta
lainnya adalah dia seorang weaboo (baca: wibu) sejati.

269
Wildan Fajar Putramaulana

Manusia super random yang bisa cosplay menjadi apapun ini


(Akira, Jerinx SID, Tukang Siomay, Ryan Dmasiv) dan serba bisa ini
merupakan bagian dari sub-unit 4 yang bertugas untuk mengurangi
tingkat spaneng kami, atau justru malah menambah stress kami.
Mungkin tanpa dirinya, tidak ada dinamika di dalam sub-unit 4.
Wildan ini berasal dari banyak daerah, kadang bisa dari Jakarta, bisa
dari Bandung, bahkan bisa dari Bogor. Mungkin kemampuan
teleportasinya luar biasa.

Fakta tentang Wildan adalah dia seorang buruh desain di Unit


JB036 ini. Wildan dan saya juga merupakan sesama ‘kokoh’ di Unit
JB036 ini. Oh ya, Wildan ini adalah orang yang pertama kali saya
temukan di unit ini, lebih tepatnya pada saat wawancara untuk masuk
ke dalam tim KKN ini. Fakta lain tentang Wildan adalah dia
merupakan seorang yang menekuni bidang ilmu yang kurang lebih
penting di dunia ini yaitu Cocoklogi. Wildan juga sangat menekuni
bidang konspirasi dunia, mungkin mirip dengan Jerinx SID. Sama
seperti Irene (baca: Airin), Wildan merupakan bandar jam bantu yang
selalu dermawan menawarkan jam bantu bagi sub-unit 4.

Akhir kata, tak henti-hentinya saya haturkan terima kasih


kepada tim sub-unit 4 yang selalu membantu, menguatkan, dan
support saya selama menjadi kormasit. Kepada anggotaku di sub-unit
4, terima kasih dan maaf aku belum bisa melayani kalian dengan baik
sebagai pelayan kalian di sub-unit 4. Tapi kalian membuat hidup KKN
ku menjadi sesuatu yang berarti, bukan hanya sekedar menatap
laptop, namun membentuk persaudaraan dan persahabatan. KKN ini
yang tadinya terasa sulit bagiku. Dengan kalian aku lalui semua ini
dengan mudah sehingga aku bisa kuat dan selalu dapat bertahan
sampai di penghujung acara ini. Maaf aku tidak bisa menjadi kormasit

270
yang sempurna, namun aku berjuang selalu untuk menjadi yang
terbaik untuk kalian. I love you guys from the bottom of my heart. Thank
you for your support as always!

271
Tetap Berdaya Walau #DiRumahAja
Irene Clarisa Gunawan

Kecamatan Ibun merupakan salah satu daerah yang terletak di


Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Apabila kita mendengar kata
“Bandung”, tentu salah satu hal yang terlintas di benak kita adalah
udaranya yang sejuk. Benar saja, karena Kecamatan Ibun sendiri
termasuk kedalam wilayah pengembangan Majalaya yang mana
topografi dari wilayah Ibun ialah dataran dan lereng pada ketinggian
500-1200 Mdpl. Cukup banyak potensi yang dimiliki oleh Kecamatan
Ibun ini, baik dari sektor pariwisata, peternakan, perikanan, pertanian,
hingga sektor industri. Melihat banyaknya potensi tersebut, aku pun
tergerak untuk mengabdi dan mencoba mengoptimalkan potensi-
potensi yang ada. Dari situlah perjalanan Kuliah Kerja Nyata (KKN)
bersama teman satu unitku dimulai. Mengabdi “dari rumah kami
masing-masing” tepatnya untuk Desa Talun dan Desa Lampegan,
Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat.

Dari rumah masing-masing? Ya, sangat disayangkan memang


karena adanya pendemi covid-19 membuat kegiatan KKN kali ini
harus dilakukan secara daring. Aku tidak dapat datang secara
langsung ke lokasi KKN dan hanya dapat melakukan pengabdian
secara daring. Aneh memang jika dibayangkan dan aku pun awalnya
bingung karena memang KKN secara daring ini baru pertama kali
dilaksanakan. Bagaimana bisa kegiatan KKN yang seharusnya
dilakukan secara luring, kini harus dilakukan secara daring? Program
kerja apa yang bisa dilaksanakan? Bagaimana kita bisa berkomunikasi
kepada pihak desa? Beberapa pertanyaan-pertanyaan tersebut
merupakan pertanyaan yang selalu terlintas dalam pikiranku sebelum
kegiatan KKN ini dimulai.

272
Ditambah lagi, lokasi KKN di Kecamatan Ibun ini aku dapatkan
melalui sistem plotting. Yang artinya aku belum pernah bertemu
dengan teman-teman satu unitku secara langsung dan kesempatanku
untuk bisa bertemu dengan mereka melalui KKN luring pun seketika
musnah. Namun seiring berjalannya kegiatan KKN, pertanyaan-
pertanyaan dan keresahan yang sempat terlintas tersebut akhirnya
terjawab dan aku pun dapat menjalankan beberapa program kerja
yang merupakan bentuk pengabdianku untuk Kecamatan Ibun. Yup,
inilah ceritaku selama 50 hari lamanya menjalani KKN bersama
dengan teman-teman dari unit JB036 tepatnya pada tanggal 29 Juni
2020 hingga 18 Agustus 2020.

JB036 sendiri merupakan suatu kode unit yang mana kegiatan


KKNnya akan difokuskan untuk sebuah daerah yang berada di
provinsi Jawa Barat. Ya, tepatnya di Kecamatan Ibun, Kabupaten
Bandung. Unit KKNku sendiri beranggotakan 30 orang dan
didampingi oleh satu Dosen Pembimbing Lapangan atau kami sering
menyebutnya dengan istilah DPL. Kami pun berasal dari berbagai
program studi yang dapat dikelompokkan menjadi beberapa kluster,
antara lain kluster Saintek, Soshum, Agro, hingga Medika. Aku sendiri
masuk ke dalam kluster Saintek karena program studiku adalah
Teknik Industri. Di awal pertemuanku dengan anggota unit,
sebenarnya aku cukup canggung. Seperti yang sudah kuceritakan
diawal, aku bergabung ke unit JB036 melalui sistem plotting sehingga
aku sendiri belum pernah bertemu dengan mereka secara langsung
sedangkan beberapa anggota unit sudah pernah bertemu secara
langsung satu sama lain. Tetapi aku pun cukup lega karena ternyata
mereka cukup ramah dan welcome denganku yang notabene
merupakan anggota baru.

Unit KKNku sendiri bisa dibilang merupakan unit yang cukup


aktif dan persiapan yang dilakukan sebelum pelaksanaan kegiatan

273
KKN pun juga berjalan cukup baik. Beberapa minggu sebelum KKN
dimulai, kami sudah mengadakan beberapa kali pertemuan secara
daring dalam rangka bonding antar anggota unit serta melakukan
persiapan sebelum kegiatan KKN berlangsung. Menurutku adanya
pertemuan-pertemuan tersebut cukup membantuku untuk bisa
beradaptasi dan lebih mengenal anggota unit.

Ceritaku Bersama Sub-unit 4

Dalam melaksanakan kegiatan KKN kali ini, kami dibagi


menjadi 4 kelompok, atau kami menyebutnya dengan sebutan “Sub-
Unit”. Sub-unit 1 dan sub-unit 2 berfokus di Desa Lampegan
sedangkan sub-unit 3 dan sub-unit 4 berfokus di Desa Talun. Aku
sendiri tergabung ke dalam sub-unit 4. Sub-unit 4 terdiri dari tujuh
anggota yang berasal dari program studi yang berbeda beda. Uniknya
pula kami melakukan kegiatan pengabdian ini dari domisili yang
berbeda-beda. Ada yang berasal dari Jakarta, Bogor, Jogja, Ubud
hingga Padang. Diawal pertemuanku dengan mereka, tentu ada
perasaan canggung. 6 orang asing yang baru aku tahu. Perasaan takut
pun muncul apabila aku tidak dapat bersosialisasi dengan mereka
semua. Namun, hal itu ternyata memang hanya muncul sesaat. Aku
justru merasa bersyukur bisa tergabung dalam sub-unit ini karena
teman sub-unit 4 ternyata sangat seru dan tak sulit bagiku untuk bisa
bersosialisasi dengan mereka semua. Vincent, Wildan, Akira, Farrah,
Sinta dan Dinda. Yup, mereka adalah teman sub-unitku. Bisa dibilang
mereka adalah teman-teman dekatku selama KKN berlangsung karena
sejujurnya aku masih belum terlalu mengenal teman unitku selain
mereka.

Tiga minggu sebelum KKN dimulai, kami sudah melakukan


rapat sub-unit secara online sebagai persiapan KKN ini. Kira-kira

274
hampir setiap minggu. Menurutku ini yang membuat kami menjadi
lebih dekat satu sama lain. Selama rapat kami tak hanya membahas
tentang KKN saja. Kami pun juga sering melakukan sharing cerita
antara satu sama lain dan tak lupa juga diselingi dengan candaan.
Tidak ada suasana kaku yang aku rasakan setiap kegiatan rapat
berlangsung. Di minggu pertama KKN kami pun mengikuti upacara
penerjunan KKN-PPM Periode 2 Tahun 2020 yang dapat diakses
melalui Youtube dan juga melakukan observasi permasalahan yang
ada di Desa Talun.

Di minggu kedua hingga keenam kami melaksanakan program


kerja yang sudah direncanakan. Selama KKN berlangsung, teman-
teman sub-unit 4 sangat supportif dan mau membantu satu sama lain.
Masing-masing dari kami sering mengingatkan untuk presensi,
menawarkan jam bantu, berbagi informasi, dan mau memberikan
solusi ketika ada suatu kendala dalam menjalankan program kerja.
Menjalani KKN secara daring ini tentunya bukan suatu hal yang
mudah. Masing-masing dari kami pasti sempat merasa jenuh dan lelah
karena kegiatan pengabdian yang kami lakukan ini mengharuskan
kami untuk selalu dekat dengan layar laptop maupun handphone. Sub-
unit 4 lah yang menjadi wadah bagiku dan teman-teman untuk
mencurahkan segala keluh kesah yang dirasakan. Nah, agar kalian
yang membaca ini tidak penasaran, aku akan sedikit bercerita
mengenai masing-masing sosok yang ada di sub-unit 4.

Dimulai dari pemimpin kami atau Koordinator Mahasiswa Sub-


Unit 4 (Kormanit) yaitu Vincent Tandy a.k.a Vincent a.k.a Koko yang
berasal dari Prodi Teknik Geodesi dan berdomisili di Jakarta. Usut
punya usut, dia adalah salah satu pelopor ramainya grup WA Sub-
Unit 4. Mulai dari mengingatkan untuk mengisi presensi dan logbook,
membagikan link google meet, hingga curhat loh. Bisa dibilang Vincent
ini merupakan sosok yang cukup berjasa untuk Sub-Unit 4. Kenapa?

275
Ya, karena dia yang menjembatani kami untuk mendapatkan segala
informasi baik informasi mengenai KKN maupun informasi mengenai
desa lokasi KKN. Salutnya juga, dia cukup sabar ketika harus
membimbing masing-masing anggota sub-unit saat melakukan
pengisian LRK dan LPK. Tapi walaupun sabar, bukan berarti dia tidak
bisa marah dan mengeluarkan makian, sih (:p).

Oke, lanjut ke anggota kedua dari Sub-Unit 4 yaitu Wildan Fajar


Putramaulana a.k.a Wildan yang berasal dari Prodi Politik dan
Pemerintahan dan berdomisili juga di Jakarta (bukan Bandung ya).
Sebelas dua belas dengan Vincent, dia juga merupakan pelopor
ramainya grup WA Sub-Unit 4. Kemampuan cocoklogi, teori konspirasi
dan impersonate-nya patut diacungi jempol. Apalagi kemampuan
“mengoceh”. Jika ditanya siapa juru bicara Sub-Unit 4, mungkin
jawabannya ya Wildan. Tapi walaupun begitu, dia orang yang cukup
dermawan loh. Terbukti dia menyelamatkan jam bantu anak-anak Sub-
Unit 4 karena sering menawarkan bantuan dan juga memberikan
bantuan selama kami melaksanakan program kerja. Terima kasih raja
“flashsale”.

Anggota ketiga adalah Pande Putu Akira a.k.a Akira a.k.a Om


Hao yang berasal dari Prodi Kedokteran Hewan dan berdomisili di
Ubud. Nah kalau Akira, bisa dibilang dia adalah guru Bahasa
Jepangnya Sub-Unit 4. Tidak hanya tentang bahasa juga¸ sih. Semua
hal tentang Jepang bisa kita tanyakan ke dia. Selain sebagai informan
mengenai Jepang, dia juga menjadi tempat ketika kita ingin
berkonsultasi mengenai kesehatan hewan peliharaan. Ya, maklum
karena memang dia berkuliah di Fakultas Kedokteran Hewan.
Berdasarkan wawancara yang sempat dilakukan, ternyata
kecintaannya terhadap hewanlah yang akhirnya membuat Akira
memutuskan untuk berkuliah di prodi tersebut. Kebiasaan unik yang
sering dilakukan Akira selama masa KKN adalah mengisi presensi

276
ketika batas waktunya hampir habis. Cukup sering membuat si
kormasit panik memang 😊.

Lanjut ke anggota perempuan pertama di Sub-Unit 4 yaitu


Farrah Erifa Roni a.k.a Farrah a.k.a Encik yang berasal dari Prodi Ilmu
Hukum dan berdomisili di Bogor. Sedikit cerita, panggilan “Encik” ini
baru saja disematkan oleh tim Sub-Unit 4, mengingat jiwa bisnis dan
dagang yang dimiliki Farrah tidak perlu diragukan lagi. Selain
memiliki jiwa dagang, Farrah juga memiliki kepribadian yang sangat
santai. Walau begitu, dia merupakan anggota yang sangat sigap dan
progresif dalam mengerjakan program kerja selama KKN
berlangsung. Terbukti diantara kami semua, dia yang paling pertama
menyelesaikan semua program kerjanya.

Selanjutnya adalah Dinda Ardhenareshwari a.k.a Dinda Ar


yang berasal dari Prodi Ilmu dan Industri Peternakan serta berdomisili
di Jogja. Jika guru bahasa Jepang Sub-Unit 4 adalah Akira, maka guru
dalam hal mengatur waktu yaitu Dinda. Dalam kesibukannya yang
luar biasa, mulai dari urusan laboratorium di kampus hingga urusan
penelitian, Dinda ini masih dapat melaksanakan kegiatan KKNnya
dengan baik. Bahkan masih dapat meluangkan waktunya untuk
membuat berbagai konten di media sosial seperti Tiktok. Salut, banget.
Kalau anak-anak Sub-Unit 4 mulai keracunan Tiktok, ya Dinda ini
penyebabnya.

Anggota terakhir adalah Sinta Febriani a.k.a Sinta yang berasal


dari Prodi Kedokteran Gigi dan berdomisili di Padang. Sinta ini dokter
kedua yang ada di Sub-Unit 4, selain Akira. Bedanya, hal yang kita
konsultasikan yaitu tentang kesehatan gigi dan mulut tentunya. Tips
untuk merawat dan menjaga kesehatan gigi serta mulut pun tak ragu
dibagikan kepada kami. Sedikit cerita, sebenarnya Sinta ini adalah
orang pertama dalam unit Kecamatan Ibun ini yang aku kenal. Hal ini

277
dikarenakan Sinta adalah orang yang aku hubungi setelah aku
mendapatkan pengumuman plotting lokasi KKN sehingga akhirnya
aku bisa bertemu dengan seluruh anggota di tim Ibun. Terima kasih
Sinta!

Itulah sedikit cerita tentang mereka. Terima kasih teman-teman


sudah berdinamika bersama selama 50 hari KKN. Senang bisa
mengenal kalian. Jangan lupakan aku ya dan sampai bertemu di Jogja
(sate klathak Dinda jangan lupa).

Serangkaian Program Kerja untuk Desa Talun

Output Program Kerja

Desa Talun sendiri sebenarnya merupakan desa yang memiliki


segudang potensi namun sayangnya potensi yang ada tersebut masih
kurang digali dan dioptimalkan. Akibatnya masih terdapat beberapa
permasalahan yang ditemukan pada minggu pertama kegiatan KKN
aehingga perlu adanya penanganan terhadap permasalahan-
permasalahan yang ada agar pengoptimalan potensi dapat lebih
maksimal. Beberapa permasalahan yang ditemukan antara lain
permasalahan sampah dan limbah, adanya potensi bencana, dan juga
kegiatan UMKM yang belum berjalan maksimal. Ketiga permasalahan
tersebutlah yang menjadi fokusku selama menjalani kegiatan

278
pengabdian ini. Selama masa KKN, aku berupaya melaksanakan
sejumlah program kerja yang harapannya mampu menjadi solusi dan
dapat membantu desa dalam mengatasi permasalahan yang terjadi.
Terdapat 4 program kerja yang aku laksanakan dalam KKN periode
ini.

Program kerja yang pertama adalah dalam rangka mengatasi


permasalahan sampah yang ada di Desa Talun melalui sebuah Katalog
Produk Olahan Sampah dan Peluang Bisnisnya. Katalog ini berisi
beberapa ide produk yang terbuat dari sampah khususnya sampah
rumah tangga. Mulai dari sampah plastik, kertas, dan juga logam/kaca.
Dalam katalog juga tercantum analisis peluang bisnis dari setiap
produk olahan sampah tersebut. Tak lupa pula terdapat pemaparan
berupa langkah pembuatan produk serta alat dan bahan yang
sekiranya diperlukan. Sasaran dari pembuatan katalog ini tentunya
ditujukan untuk masyarakat yang ada di Desa Talun. Selain itu,
ditujukan pula untuk para ibu-ibu PKK maupun pelaku UMKM
kerajinan yang harapannya dapat membantu mengurangi adanya
penumpukan sampah dan bisa berpeluang untuk dijadikan suatu
bisnis berbasis industri rumah tangga. Dengan hal tersebut maka akan
membantu pula peningkatan ekonomi desa.

Program kerja kedua adalah pembuatan Modul Pengembangan


Packaging Produk Industri Makanan/Minuman. Pembuatan modul ini
dilatar belakangi oleh adanya UMKM makanan/minuman yang
berjalan di Desa Talun. Salah satu produk hasil UMKM
makanan/minuman Desa Talun adalah rangginang. Namun jika
diamati, produk-produk industri makanan maupun minuman yang
sudah berjalan masih kurang dikenal luas oleh masyarakat. Padahal
potensi yang dimiliki untuk melebarkan sayap industri ke lingkungan
luar cukup besar. Selain itu, kegiatan UMKM Desa Talun sendiri
memiliki peran yang cukup besar dalam perekonomian desa. Dari

279
permasalahan tersebut, maka perlu adanya suatu pengembangan agar
produk-produk yang dihasilkan dari industri makanan/minuman
tersebut memiliki nilai jual yang lebih tinggi sehingga peluang untuk
melebarkan sayap akan lebih besar. Salah satu pengembangan yang
dapat dilakukan adalah pengembangan dari segi packaging/kemasan
produk. Dengan pembuatan modul tersebut, harapannya dapat
dijadikan pedoman bagi pelaku UMKM industri makanan/minuman
Desa Talun.

Program kerja selanjutnya adalah menganalisis dampak limbah


ternak terhadap lingkungan. Program kerja ini dilatar belakangi oleh
adanya usaha peternakan yang cukup berkembang di Desa Talun.
Mulai dari peternakan domba, sapi, hingga kambing. Hal ini terjadi
karena usaha peternakan memang memiliki prospek yang cukup baik,
terlihat dari tingginya permintaan akan produk-produk peternakan.
Selain itu, keuntungan yang diberikan juga cukup tinggi. Usaha ini
memang tak lagi asing di pedesaan, bahkan sering pula usaha ini
sering kali dijadikan sebagai sumber pendapatan bagi banyak
masyakarat. Namun walau begitu, aku pun berpikir bahwa usaha
peternakan tak hanya memberikan keuntungan semata. Tetapi
terdapat pula kerugian yang dapat ditimbulkan oleh usaha ini, yaitu
berupa limbah. Limbah tersebut dapat menjadi sumber pencemaran
bagi lingkungan sekitar peternakan apabila tidak dilakukan
pengolahan dengan baik.

Walaupun hanya terdapat satu peternakan di desa tersebut,


namun apabila usaha peternakan semakin berkembang maka akan
merugikan lingkungan sehingga aku merasa perlu adanya
peningkatan pengetahuan dari masyarakat, khusunya para pelaku
usaha peternakan ini menganai bahaya/dampak dari limbah ternak
tersebut terhadap lingkungan. Output yang dihasilkan dari program
kerjaku ini adalah sebuah poster. Selain memberikan informasi

280
mengenai dampak limbah ternak terhadap lingkungan, terdapat pula
informasi mengenai pengolahan limbah ternak menjadi pupuk
kompos. Dengan adanya program kerja ini harapannya dapat menjadi
pengetahuan baru bagi masyarakat dan juga kesadaran agar selalu
menjaga kelestarian lingkungan sekitar.

Program terakhir adalah pembuatan Booklet Edukasi Bencana


Alam yang ditujukan untuk anak-anak SD. Melihat topografi dari Desa
Talun sendiri yang merupakan dataran dan lereng, maka terdapat
beberapa bencana yang berpotensi terjadi di wilayah ini antara lain
banjir dan juga tanah longsor. Namun selain kedua bencana tersebut,
potensi bencana gempa bumi dan gunung meletus juga perlu untuk
diperhatikan. Maka dari itu masyarakat harus tahu betul dan paham
mengenai bencana-bencana yang berpotensi terjadi di lingkungan
mereka. Mulai dari penyebab bencana, cara menyelamatkan
diri/evakuasi, dan juga hal-hal lain yang tentunya dapat
mempersiapkan diri mereka ketika bencana terjadi. Kita ketahui, anak-
anak merupakan kelompok yang paling rentan ketika bencana terjadi.
Bencana dapat terjadi kapan pun dan dimana pun sehingga kita harus
selalu siap dalam menghadapi bencana. Maka dari itu, penting untuk
mendapatkan pengetahuan mengenai bencana sejak dini.

Memang, dikarenakan kegiatan KKN yang dilakukan secara


daring ini maka output dari setiap program kerjaku hanya sebatas
katalog, modul, poster dan juga booklet. Menurutku hal ini memang
cukup membuat esensi dari KKN sendiri berkurang. Kami tidak dapat
bertemu secara langsung dengan masyarakat desa. Karena hal ini,
maka komunikasilah yang menjadi kunci agar kegiatan KKN kami
dapat berjalan dengan baik. Beruntungnya, Bapak Dedi Ruswadi
selaku Ketua Badan Perwakilan Desa (BPD) Talun yang menjembatani
kami dalam mendapatkan informasi mengenai desa. Beliau sangat
kooperatif.

281
Kegiatan pengabdian kami belumlah sempurna, selama KKN
berlangsung terdapat beberapa kekurangan yang aku rasakan yaitu
partisipasi masyarakat masih kurang sehingga kebermanfaataan
program baik untuk kelompok masyarakat maupun mahasiswanya
juga menjadi berkurang. Tapi dibalik itu semua, aku rasa kegiatan
KKN yang telah aku jalani selama ini memberikanku pelajaran bahwa
dalam keadaan yang tidak memungkinkan pun sebenarnya mengabdi
bukanlah suatu hal yang tidak mungkin untuk dilakukan. Aku harap
langkah kecilku selama 50 hari ini dapat memberikan manfaat bagi
mereka semua. Mungkin sampai sini dulu ceritaku selama mengikuti
KKN daring bersama dengan teman-teman JB036. Intinya, terima kasih
Ibun dan terima kasih semuanya. Sampai jumpa dan ditunggu kabar
suksesnya!!

282
Virtually Connected
Wildan Fajar Putramaulana

Tepat tanggal 29 Juli 2020, saya bersama rekan-rekan unit JB036


Kecamatan Ibun menjalankan kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN). Jika
diingat kembali, tahapan untuk mendapatkan lokasi KKN ini cukup
seru. Sebelum kami ditempatkan di Kecamatan Ibun, kami sempat
membuat proposal KKN Desa Binyan, Kecamatan Kintamani,
Kabupaten Bangli, Bali. Alfa dan Bella adalah arsitek dibalik tim KKN
Kecamatan Kintamani. Jejaring yang mereka miliki dimanfaatkan
dengan sangat baik sehingga kami mendapatkan anggota baru untuk
dijadikan tim pengusul. Koordinasi selalu dilakukan guna merancang
program dan kegiatan apa saja yang akan dilakukan pada KKN nanti.
Dalam menyusun perencanaan kegiatan, kami mengacu pada Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Bangli.
Kami sempat mencoba untuk menghubungi Pemerintah Desa Binyan
melalui telepon dan surel, akan tetapi tidak mendapatkan balasan.
Hingga akhirnya Akira, salah satu anggota tim pengusul, yang
memiliki domisili di Bali membantu kami dengan pergi ke Desa
Binyan untuk menyampaikan niatan KKN kami.

Bukan KKN namanya jika dalam tahap pengusulan tidak


memiliki kompetitor. Kami mengetahui adanya teman lain yang juga
ingin melaksanakan KKN di Kecamatan Kintamani. Hal tersebut
memacu tim kami untuk mempercepat proses open recruitment. Saya
ingat betul sewaktu prosesi wawancara open recruitment kami memilih
Selasar Barat FISIPOL UGM yang tentu sudah menjadi langganan
tempat rapat KKN para mahasiswa. Sore itu hujan turun, membuat
beberapa dari tim pengusul akhirnya terlambat datang dan
wawancara harus mundur dari jadwal yang ditetapkan. Dari puluhan
pendaftar, akhirnya dipilih beberapa nama yang akan dijadikan

283
sebagai anggota tim KKN kami. Mereka berhasil melewati seleksi yang
begitu ketat dan berhasil membuat perdebatan dalam tim pengusul
saat proses seleksi.

Saat itu kami masih kekurangan beberapa anggota lagi untuk


melengkapi kebutuhan 30 orang dalam 1 tim. Selagi mencari tambahan
pasukan, kami mencoba menawarkan proposal kepada dosen agar
mau mendampingi kami saat dilapangan nanti. Mbak There, yang
merupakan seorang Dosen Departemen Politik Pemerintahan FISIPOL
Universitas Gadjah Mada, adalah Dosen yang ditawari Alfa untuk
menjadi Dosen Pembimbing Lapangan (DPL) kami. Proposal ini
kemudian disetujui dan Mbak There menjadi DPL kami. Lagi dan lagi,
bukan KKN namanya kalau tidak membuat jantung berdebar. Kami
cukup deg deg-an saat harus menunggu hasil penempatan dari DPkM.
Kami belum diberikan kesempatan untuk melaksanakan KKN di
Binyan. Namun hal itu tidak membuat semangat KKN kami surut.
Masih ada banyak desa lainnya yang masih dapat dimaksimalkan
potensinya.

Problematika KKN kami tidak hanya berhenti di situ saja, bulan


Maret kemarin adalah bulan yang memusingkan bagi mahasiswa
KKN-PPM Periode 2 karena kami tidak diizinkan untuk turun ke
lapangan secara langsung. KKN dilaksanakan secara daring. Hal itu
membuat beberapa anggota kami mengundurkan diri. Karena masih
kekurangan anggota, tim kami menerapkan sistem kebut semalam
guna mencari anggota tambahan dengan cepat. Alhasil terpenuhilah
kuota 30 orang dalam 1 tim. Farrah dan Irene adalah anggota kami
yang baru bergabung pasca pengunduran anggota kami sebelumnya.
Layaknya sebuah keluarga baru, kami saling berkenalan via Google
Meet dan platform WhatsApp karena tidak bisa bertemu secara fisik.
Percakapan kami mengalir begitu saja dalam grup unit maupun sub-

284
unit. Rapat dadakan dan gossip terbaru kadang menjadi pembuka
pembicaraan.

Desa Talun Kecamatan Ibun

Kecamatan ini dipilih bukan tanpa alasan. Selain Kecamatan


Ibun masih belum ada tim yang akan menjadikan kecamatan ini
sebagai tempat KKN nya, kami terpesona dengan potensi yang
dimiliki oleh kecamatan Ini. Ibun adalah nama dari sebuah kecamatan
yang terletak di Jawa Barat, tepatnya berada di Kabupaten Bandung.
Letaknya yang sangat berdekatan dengan Gunung Guntur menjadikan
Ibun memiliki udara yang sejuk. Ibun memiliki Pembangkit Listrik
Tenaga Panas Bumi yang dikelola oleh Pertamina Geothermal Energi
(PGE). Kecamatan ini juga memiliki daya tarik wisata berupa kawasan
kawah yang berada di kaki Gunung Guntur. Kamojang Hill Bridge
menjadi penghubung wilayah Kabupaten Bandung dengan Garut ada
di kecamatan ini.

Desa Talun merupakan lokasi kegiatan KKN dari Sub-Unit 4


Kecamatan Ibun. Talun merupakan pintu masuk Kecamatan Ibun dari
utara. Hamparan pemandangan alam dapat kalian temukan baik
secara virtual maupun secara langsung akan memanjakan mata. Desa
ini memiliki potensi untuk menjadi penyanggah desa wisata di
Kecamatan Ibun. Program RAKSA Desa yang dicanangkan oleh
Pemerintah Kabupaten Bandung juga membantu Talun dalam
membenahi pipanisasi air bersih, merenovasi Rumah Tidak Layak
Huni (RUTILAHU), dan membangun MCK guna menjaga lingkungan
dan menjaga kesehatan masyarakat Desa Talun. Dengan latar
belakang saya sebagai seorang mahasiswa ilmu politik dan
pemerintahan, maka program yang kemudian dirancang adalah
Analisa Kebijakan dan Pemetaan Struktur Perangkat Desa. Birokrasi

285
yang berjalan di Desa Talun sudah cukup baik, ini adalah buah dari
tingginya komitmen perangkat desa dan juga partisipiasi masyarakat
dalam mengawasi serta mengevaluasi kinerja perangkat desa dalam
menyelenggarakan pelayanan publik.

Yang perlu dipersiapkan oleh Pemerintah Desa Talun adalah


mengenai kebijakan untuk menghadapi new normal pasca pandemi
covid-19. Kebijakan ini diperlukan guna menjaga stabilitas ekonomi
sekaligus mencegah penularan covid-19 yang masih mengintai
sebagian besar penduduk dunia. Hasil produksi pertanian dan
peternakan Desa Talun dapat dijadikan sebagai konsumsi lokal
terlebih dahulu jika tidak dapat melakukan penjualan hasil ke daerah
lain. Pemberian kredit oleh pemerintah pusat juga sebaiknya
dialokasikan untuk hal yang produktif atau dapat juga digunakan
untuk melunasi utang konsumtif masyarakat terlebih dahulu.
Merupakan tugas bersama dalam mengingatkan dan menggunakan
kredit yang diberikan oleh pemerintah secara bijak.

Setelah pandemi ini berakhir, pemerintah bersama masyarakat


Desa Talun dapat melakukan perencanaan untuk menjadikan Talun
sebagai desa wisata yang berbasis pada masyarakat. Lahan pertanian
dan perkebunan milik masyarakat berpotensi menjadi daya tarik
agrowisata. Dana desa juga dapat dimanfaatkan guna membangun
akomodasi bagi wisatawan yang bepergian ke Ibun. Perbaikan jalan
yang telah dilakukan oleh Pemerintah Desa Talun juga cukup
mendukung aksesibilitas wisatawan ke desa ini. Untuk
memaksimalkan aksesibilitas, diperlukan rencana pembangunan
jangka panjang guna perlebaran jalan dan pengaspalan.

Desa Talun yang terletak di Kecamatan Ibun adalah sebuah


mutiara yang masih dalam proses pembentukan. Seluruh elemen
masyarakat diharapkan turut andil dalam proses ini. Talun memiliki

286
beragam potensi yang dirasa akan menjadi suatu hal yang berguna
bagi masyarakatnya. Kecamatan Ibun dengan beragam potensinya
juga dapat membawa masyarakat Ibun kedalam jenjang kesejahteraan
yang lebih baik. Apabila pembangunan ini dilaksanakan secara
bersamaan dengan komitmen yang tinggi dari tiap kepala desa, maka
bukan tidak mungkin desa wisata akan bisa terwujud di Kecamatan
Ibun.

Teruntuk Sub-unit 4 KKN Ibun

Ijinkanlah saya bercerita tentang 1 tim yang memiliki 7 anggota


(termasuk saya). Tim ini sudah mirip power ranger ditambah dengan 2
orang peran pembantu. Mereka adalah:

Farrah, Irene, Vincent, Akira, Sinta, dan Dinda.

Enam orang tersebut adalah rekan saya selama menjalankan KKN di


Sub-Unit 4 Desa Talun. Perjalanan kami dari awal memang tidak selalu
lancar, tetapi itu adalah sebuah proses yang lazim terjadi dalam
sebuah kehidupan. Saya banyak belajar dari ke-enam pribadi yang
memiliki spesialisasi dibidangnya masing-masing. Saya akan mencoba
menjabarkan seperti apa keunikan mereka dan pesan saya dalam buku
ini agar bisa menjadi kenangan di masa depan.

Akira, si tukang tidur

Meskipun huruf dalam namanya merupakan bagian dari kata


‘Irak’ bukan berarti Akira berasal dari Irak. Akira adalah penduduk
Pulau Dewata yang punya ‘kampung’ di Jepang. Akira adalah tukang
tidur yang sangat profesional. Akira kebanyakan tertinggal mengikuti
google meet karena tertidur atau memang tidak lihat hp saja. Beberapa

287
kali Akira diingatkan oleh Vincent (Koordinator Mahasiswa Sub-Unit)
untuk mengisi presensi di website logbook KKN-PPM UGM Periode 2.

Akira ini adalah seorang mahasiswa Fakultas Kedokteran


Hewan. Beberapa kali adik sepupu saya berkonsultasi tentang
kumbang tanduk yang dipelihara olehnya. Akira dengan antusias dan
detail menjelaskan bagaimana cara memelihara kumbang tanduk yang
baik dan benar agar sehat dan tidak cepat mati. Tidak hanya itu saja,
Akira juga sangat berperan dalam penulisan buku sosialisasi tentang
penyakit hewan ternak. Pengetahuannya dalam bidang hewan tentu
dapat membuat kalian terkesima sewaktu mendengarkan
penjelasannya yang detail.

Akira-lah yang membantu tim KKN kami sewaktu kami


merencanakan KKN di Kecamatan Kintamani, Bali. Alfa mengira
bahwa Akira adalah perempuan, namun dugaan Alfa tidak terbukti
saat kami mengadakan meet-up tim pengusul untuk yang pertama
kalinya. Akira juga sering ijin dari pertemuan tim KKN kami karena
jadwal yang bentrok dengan acara lainnya. Pesan saya, pertahankan
gelar tukang tidur profesionalmu. Tidak semua orang kuat tidur
berjam-jam, saya kira hanya Akira yang bisa seperti itu. Tetaplah
menjadi Akira yang sering kami sandingkan dengan Om Hao dari
Kisah Tanah Jawa karena mirip sekilas. Jangan malas membuka pesan
yang masuk, terlebih dari grup WhatsApp yang memang terkadang
berisikan keperluan dadakan.

Vincent, si calon mitra ojek online

“Aku kepilih jadi kormasit karena ketiduran” adalah kalimat


yang tiada hentinya saya ingat. Alfa menawarkan posisi kormasit
kepada saya namun saya tidak mau, dan menyerahkannya pada
Vincent. Alfa mencoba menghubungi Vincent namun tidak ada
jawaban. Pada akhirnya Alfa menetapkan Vincent sebagai kormasit

288
karena dia tidak menjawab chat WhatsApp dari Alfa. Itulah bagaimana
kalimat yang selalu saya ingat mulai terbentuk.

Vincent adalah sumber informasi kami apapun itu


informasinya. Sebagai contoh, Vincent adalah sumber informasi
tentang penugasan KKN. Ia juga berperan sebagai sumber informasi
tentang kormasit yang lain ataupun anggota sub-unit yang lain. Lambe
Turah adalah julukan yang tepat untuk menjelaskan Vincent dengan
singkat.

Vincent merupakan seorang mahasiswa teknik geodesi.


Menurutnya, prestasi akademik lebih penting dibanding dengan
pengalaman organisasi. Vincent berhasil menorehkan prestasinya
dalam beberapa lomba tingkat nasional maupun internasional.
Vincent juga sempat bercerita bahwa ia ingin sekali magang di sebuah
perusahaan penyedia layanan ojek online. Namun, yang saya tangkap
adalah Vincent ingin menjadi mitra ojek online. Vincent memang
sangat berbakat dalam dunia per-petaan. Dalam mengerjakan
program kerjanya, Vincent sangat totalitas membantu dan juga
memberikan masukan terhadap proker yang telah dikerjakan. Bekerja
bersama Vincent tidak akan membosankan karena dia sangat easy
going dan selalu memiliki bahan pembicaraan. Vincent ini memiliki
sobat berpikir yang bernama Wahyu. Wahyu adalah koordinator
mahasiswa Sub-Unit 3. Kami sering melakukan meeting gabungan
antara Sub-Unit 3 dan Sub-Unit 4. Mungkin itu adalah kunci dari
kecepatan kami bekerja dibandingkan dengan Sub-Unit lainnya.
Untuk Sub Unit 1 dan 2, saya akui kalian keren meskipun akhirnya
tetap kami yang memang lebih keren.

289
Dinda, si koreografer

Marching, Peternakan Hewan, dan TikTok.

Tiga hal tersebut yang melekat di Dinda. Dinda masuk ke tim


KKN ini karena Khansa, rekan satu Marching. Unit kami memang
banyak berisikan warga Marching. Selain itu, Dinda juga aktif dalam
dunia per-tiktok-an. Pada KKN ini, jadwal Dinda terkadang bentrok
dengan jadwal praktikum lab ataupun projectnya yang lain. Meskipun
begitu, Dinda sangat bersemangat menjalani KKN karena
keinginannya untuk cepat lulus.

Sate Klathak Pak Je 2 yang menjadi tempat unit kami


merayakan Idul Adha bersama adalah milik Keluarga Dinda. Warung
sate ini terletak di Jalan Sinduadi, dekat Hotel Tentrem. Tempatnya
sangat nyaman membuat unit kami betah untuk singgah dan
bercengkrama. Ingat betul sewaktu kami ingin mengadakan acara
bakar-bakar, kami janji untuk bertemu pukul 2 siang. Namun,
beberapa teman baru datang pukul 4 sore, termasuk Alfa.

Dinda adalah seorang pendengar yang baik, sewaktu google


meet pasti Dinda yang selalu mendengarkan Vincent dan mengerjakan
tugas yang diberikan oleh Kormanit melalui Kormasit dengan baik.
Dinda selalu absen pada dini hari. Singkat saja alasannya adalah
karena takut kelupaan di pagi hari. Dinda juga sering mengajak kami
untuk membuat video tiktok.

Pada awalnya, saya kira Dinda orang yang pendiam. Namun


ketika kami mulai kenal melalui google meet, pendapat saya tentang hal
itu cukup terbukti. Kalau dilihat dari anggota tim, Dinda termasuk
orang yang bicara seperlunya saja. Waktu unit kami mengadakan
rapati di BRI co-working space FISIPOL UGM juga nampaknya Dinda
memang tidak terlalu banyak bicara, namun bukan berarti Dinda

290
adalah orang yang tidak asik. Dinda ini easy going dan sangat seru
untuk diajak berbicara.

Sinta, si dokter gigi

“Terimakasih Sinta, gigiku sekarang terasa lebih bersih”

Sinta adalah seorang mahasiswi Fakultas Kedokteran Gigi.


Rekam jejak sinta dalam bidang pengabdian tidak perlu dipertanyakan
dan diragukan lagi. Sinta juga sama seperti Dinda, tidak terlalu banyak
bicara namun hasil kerjanya sangat memuaskan. Saat diajak berbicara,
Sinta mengaku suka berpergian ke café untuk mengerjakan tugas. Bagi
saya yang burjois, pergi ke café adalah barang mahal dan hanya bisa
dilakukan di awal bulan saja.

Sinta adalah orang yang saya wawancarai ketika ia ingin masuk


tim KKN Kintamani. Dalam hasil wawancara tersebut, teman unit saya
merekomendasikan Sinta untuk masuk kedalam tim KKN ini karena
Sinta adalah orang yang ulet, tekun, dan selalu tepat waktu. Huruf
dalam nama Sinta merupakan unsur pendiri kata Istan. Jika kita telisik
lebih dalam lagi, Sinta berasal dari Istanbul, Turki. Memang hal ini
tidak kasat mata namun bisa saja saya yang memang salah tebak.
Ketika saya lakukan klarifikasi, Sinta ini ternyata berasal dari Padang,
Sumatera Barat.

Sewaktu google meet Sinta memberikan cara menyikat gigi yang


baik dan benar. Benar saja, saya ternyata masih belum menyikat gigi
sesuai dengan standar yang ada. Namun setelah mengikuti tutorial
dari Sinta, gigi saya menjadi semakin bersih dan kuat. Terimakasih
Sinta! Saya akan memberikan tutorial ini kepada keluarga saya juga
agar kesehatan gigi kami selalu terjaga.

291
Irene, si puerto rico

Irene adalah anggota termuda unit kami. Irene mengikuti


penempatan yang disediakan oleh DPkM melalui SIMASTER. Irene
berhasil memikat Alfa untuk menerimanya karena kami memang
kekurangan anggota dari Kluster Saintek. Irene merupakan mahasiswi
Prodi Teknik Industri Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada. Irene
yang berasal dari Puerto rico, Jawa Tengah memiliki campuran Maroko
dan Portugal. Bercandaan ini hanya berlaku pada Sub-Unit 4 Desa
Talun karena seorang maestro cocokologi berada disana.

Dalam menjalankan program kerja, Irene sering menawarkan


kami untuk membantunya guna memenuhi persyaratan jam kerja
minimal yang ditetapkan oleh DPKM. Irene juga menjadi salah satu
rekan kerja yang seru karena tidak banyak meminta, ketika kita salah
juga Irene akan menegur kita dengan lembut sehingga mood kami
selalu terjaga ketika bekerja sama.

Irene bercita-cita untuk melanjutkan pendidikannya dan


membuka usaha di bidang industri makanan. Dilihat dari hasil
kerjanya saja Irene adalah orang yang gigih dalam mengejar apa yang
sudah ia rencanakan. Asal tidak terlalu terlena dengan drama Korea
yang menjadi hobinya saat senggang. Ketika saya mulai kehabisan
semangat untuk mengerjakan program, saya minta rekomendasi lagu
ke Irene dan ia menyarankan saya untuk mendengarkan lagu ‘Seperti
Mati lampu’ yang dinyanyikan Nassar. Terima kasih, Irene! Karena
rekomendasi lagumu aku menjadi semangat mengerjakan program
lagi.

Farrah, si calon pengacara

Farrah Erifa Roni, itulah nama lengkapnya. Farrah ini


merupakan anggota yang direkomendasikan oleh Tata untuk

292
bergabung. Saya di chat melalui WhatsApp oleh Farrah yang isinya
mengatakan tentang ketersediaannya untuk bergabung dalam tim
KKN Kecamatan Ibun ini dan siap menjalani KKN secara daring.
Awalnya saya kira Farrah adalah orang yang judes. Akan tetapi dugaan
ini tidak terbukti karena aslinya Farrah adalah orang yang ramah dan
humoris. Rata-rata dari Sub-Unit 4 memang memiliki selera humor
yang sama. Oleh karena itu tidak diragukan lagi bahwa sub-unit kami
ini memang anti spaneng.

Kehadiran Farrah dalam Sub-Unit 4 sangat membawa angin


segar bagi saya karena saya jadi tidak sendirian di klaster soshum.
Bertukar pikiran dengan Farrah adalah hal yang menyenangkan. Duet
saya dan Farrah di dalam program kerja interdisiplin untuk membantu
Vincent dalam memetakan potensi Desa Talun rupanya sangat baik
hinga output yang kami keluarkan juga cukup memuaskan. Farrah
juga merupakan seorang pendengar dan penyabar. Dapat dibuktikan
dari setiap lawakan yang dirasa garing, Farrah selalu menghargai itu
dengan tertawa. Farrah juga bercita-cita ingin menjadi pengacara yang
sukses seperti halnya Hotman Paris. Saya yakin Farrah akan menjadi
pengacara yang sukses karena kegigihannya dalam bekerja tidak kenal
lelah dan selalu membawa positive vibes kemanapun ia berada.

293
Ceritaku Dibalik KKN Online
Dinda Ardhenareshwari

Tahun 2020 merupakan tahun dimana aku bisa mengambil


semester pendek untuk mengikuti Kuliah Kerja Nyata (KKN). Lebih
tepatnya yaitu mengikuti KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2020.
Setiap bertemu dengan teman-teman, topik yang selalu dibicarakan
dan ditanyakan adalah “Kamu KKN dimana?” “Udah dapet tempat
atau tim KKN belum?” “Kamu daftar oprec tim KKN mana?”.
Sebelumnya perkenalkan, namaku Dinda dan memiliki nama lengkap
Dinda Ardhenareshwari. Lumayan panjang dan sulit ya? Banyak
orang-orang yang kesulitan untuk menuliskan nama lengkapku
dengan benar. Tak jarang, sering terjadi kesalahan dalam penulisan
namaku serta pembacaan dalam ejaannya. Aku lahir dan tinggal di
kota istimewa alias Kota Yogyakarta.

Singkat cerita, aku sedang melakukan kegiatan rapat bersama


para koordinator suatu event yang akan aku laksanakan. Aku pun
bertanya pada salah satu temanku

“KKN dimana Sa?”


“Belom tau Din, tapi aku diajak sama temenku kalau ga di Bandung ya
di Bali, mau ikutan join Din?”
“Wah boleh Sa klo jadi di Bali aku mau join”

Kenapa? Karena sebelumnya aku sudah memiliki angan-angan


untuk melaksanakan KKN tidak di Pulau Jawa. Berkeinginan keluar
dari zona nyamanku. Sedari kecil aku hanya beraktivitas dan
bersekolah di sekitar rumahku. Hingga aku memasuki perguruan
tinggi, Univesitas Gadjah Mada yang biasa dijuluki kampus

294
kerakyatan menjadi kampusku untuk menempuh pendidikan. Jarak
kampus dari rumah pun terhitung tidak ada 2 km dari rumahku.

Salah satu temanku mengajakku untuk bergabung dalam unit


KKNnya dan disitulah awal mula cerita KKN ku bersama Tim KKN
Ibun. Sebelum menjadi Tim KKN Ibun, tim kami terbentuk sebagai tim
pengusul KKN yang berlokasikan di Bali. Yah, memang banyak
mahasiswa yang mengusulkan untuk melaksanakan KKN di Bali.
Sepemikiran denganku “KKN sekalian main dong, masa KKN cuma
di Jawa!”. Kami sering melakukan rapat rutin untuk membahas
progress dari tim kami. Sampai dimana akhirnya tim kami tidak lolos
presentasi DPkM sehingga mengharuskan kami mencari lokasi KKN
selain di Bali.

Merasa sedih tetapi aku juga sudah merasa nyaman dengan


teman-teman timku yang sudah terbentuk ini. Walaupun ada
beberapa yang mengundurkan diri dikarenakan tim kami tidak
berhasil mendapatkan lokasi di Bali lebih tepatnya di Desa Binyan
Kecamatan Kintamani Bali. Hingga pada akhirnya kami memilih
lokasi dan ditempatkan di Bandung. Lokasi tepatnya di Desa
Lampegan dan Desa Talun, Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung.

Tak lama kemudian, keluarlah surat edaran bahwa covid-19


sudah tersebar di Indonesia dan mengharuskan seluruh kegiatan
akademik dilakukan secara daring dari rumah karena pemberlakuan
work from home (wfh). Kami semua tidak tahu harus berbuat apa,
kami hanya bisa menunggu kepastian dari DPkM. Sampai saat dimana
keputusan dikeluarkan, bahwa KKN kami tetap berjalan sesuai
dengan timeline yang sudah ada sebelumnya. Namun berbeda dengan
KKN yang biasanya dilakukan, KKN tahun ini dilaksanakan secara
daring.

295
Betapa bingungnya kami dan tidak ada gambaran sama sekali
bagaimana KKN yang biasanya mengabdi pada masyarakat dan
sekarang dilaksanakan secara daring. Selama wfh kami mulai
membiasakan diri melakukan kegiatan secara online, seperti rapat
menggunakan webex, google meet, dan zoom. Kami juga sering
melakukan meet random, saling tukar kabar di lokasi kami masing-
masing, dan bermain game online bersama. Kondisi kami dengan
lokasi yang berjauhan saja bisa tetap akrab dan seru. Aku tidak
membayangkan betapa asyiknya kami apabila KKN tidak dilakukan
secara daring. Pasti sangat menyenangkan, secara daring saja kami
bisa akrab apalagi turun ke lapangan.

KKN Daring?

Hari sebelum dilaksanakan upacara penerjunan, aku dan


teman-teman terutama teman sub-unitku mulai panik apa yang harus
dilakukan saat KKN sudah berlangsung. Tidak tahu apa yang harus
dipersiapkan dan apa yang harus dilakukan. Walaupun sebenarnya
kami sudah menyusun serangkaian kegiatan program yang akan
dilaksanakan, namun tetap saja kami tidak mengerti teknis sebenarnya
yang harus dijalankan. Upacara penerjunan yang seharusnya
dilaksanakan di Lapangan Pancasila harus ditiadakan dan diganti
dengan upacara penerjunan online.

Upacara penerjunan online kami dilaksanakan dengan


menyaksikan live streaming di Youtube. Betapa menyedihkannya cerita
KKN ku ini, yang semua kegiatannya dilakukan secara daring. Banyak
dari kami update story penerjunan online di salah satu media sosial
yaitu instagram. Lain halnya dengan kakak tingkat, mereka serentak
memamerkan momen KKNnya satu tahun yang lalu dimana mereka

296
melaksanakan KKN dengan terjun langsung ke lapangan. Hari
menjelang hari, aku mulai menerima keadaan ini.

Minggu pertama KKN berlangsung, hal yang sering aku


tanyakan di grup whatsapp adalah “Hari ini kita ngapain?” “Besoknya
ngapain?”. Teman-teman pun juga tidak tahu kegiatan apa yang harus
dikerjakan. Jadi di minggu pertama kegiatan kami hanya meet
koordinasi antar unit dan sub-unit. Membicarakan program kerja,
bagaimana cara menginput, klaim program, dan kegiatan yang
berkaitan dengan logbook. Disela-sela KKN daring ini ternyata sangat
menguntungkan bagiku karena dapat melakukan kegiatan lainnya.
KKN daring ternyata seperti membuat tugas kuliah bagiku karena
sangat tidak memungkinkan juga untuk diadakan pendampingan
secara langsung.

Program Kerja

Program kerja dilakukan secara individu, dengan luaran seperti


poster, leaflet, buku saku, booklet, modul, video, dan lain-lain yang
memungkinkan dilakukan secara daring. Aku sebagai warga kluster
agro sangat sulit memikirkan program kerja karna biasanya pun
program kerja kluster agro dilakukan dengan turun lapangan secara
langsung. Kami hanya bisa memberikan materi-materi berdasarkan
apa yang sudah kami pelajari dan bersumberkan literatur yang valid.

Aku memiliki 4 program kerja diantaranya yaitu pembuatan


buku saku mengenai manajemen pemeliharaan hewan ternak yang
baik, pembuatan silase sebagai stok pakan ternak menggunakan
hijauan, pemanfaatan limbah ternak dengan pembuatan pupuk

297
kompos, dan pembuatan modul packaging
produk hasil peternakan di Desa Talun.

Pembuatan buku saku mengenai


manajemen pemeliharaan hewan ternak yang
baik berisikan bagaimana teknis pemeliharaan
yang baik dan benar. Luaran dari program
kerja ini yaitu berupa buku saku yang aku
susun sendiri dengan isi materi yang
dikuatkan dari literatur.

Pembuatan silase sebagai stok pakan ternak menggunakan


hijauan, merupakan program kerja yang memiliki jam kerja paling
banyak. Kenapa? Karena luaran dari program ini berupa video.
Pembuatan video ini tidaklah mudah. Aku mengerjakannya dibantu
dengan temanku satu jurusan bernama Lubis. Kami berdua memiliki
program kerja yang sama yaitu membuat silase. Lubis membantuku
dalam percarian alat dan bahan yang diperlukan. Lubis dan Aji juga
membantuku dalam proses pengambilan video. Proses pengeditan
aku tidak bisa melakukannya sendiri karena terkendala teknis.
Pengeditan dibantu oleh sahabatku dan teman sub-unit ku Wildan.

Pemanfaatan limbah ternak dengan pembuatan pupuk kompos


merupakan program kerja
interdisipliner bersama
dengan Irene. Luaran dari
program ini yaitu berupa
poster. Pembuatan modul
packaging produk hasil
peternakan di Desa Talun
merupakan program
interdisipliner bersama

298
dengan Irene, Farrah, dan Akira. Bentuk luaran program ini berupa
modul. Kami saling melengkapi informasi terkait dengan packaging.

KKN, Penelitian, Main, dan Kewajiban Lain

Selama kegiatan KKN berlangsung, aku bisa sekaligus


mengerjakan kegiatan lainnya diluar kegiatan KKN. Kewajibanku
sebagai asisten laboratorium di kampus tetap berjalan. Bertemu dosen
untuk rapat, mengikuti kegiatan online Kamis Inggris yang diadakan
rutin bersama dosen, dan sebagainya. Sempat terfikirkan dibenakku
“KKN online bisa bikin aku lulus cepet ga ya” kenapa? Karena disela
kegiatan KKN aku juga bisa jalanin penelitian diwaktu yang
bersamaan. Walaupun aku belum ada pikiran mau penelitian apa dan
kapan. Teman-teman asistenku sangat mendesakku untuk segera
mencari proyek bersama dosen dan menghubungi dosen.

Aku segera menghubungi dan ternyata memang ada proyek


penelitian dosen yang akan segera dilaksanakan. Jawaban dosen pun
langsung mengarah bahwa aku bisa langsung mengikuti rapat
penelitian. Keesokan di hari pertama rapat berlangsung, ternyata
timeline penelitian benar-benar bersamaan dengan KKN. Sangat
optimis aku bisa menjalani 2 prioritasku secara bersamaan. KKN
secara daring dan penelitian offline di kampus.

Suatu ketika, teman-teman KKN yang berada di Jogja


berinisiatif untuk pergi main bersama atau bisa dibilang bonding. Aku
sangat bersemangat karena bisa bertemu dengan teman-teman setelah
sekian lama tak berjumpa. Bersama teman-teman kami memutuskan
untuk memilih pantai sebagai tempat kami bonding. Namun tanpa
disadari, jadwal rapat penelitian bersama dosen bersamaan dengan
hari dimana kami pergi ke pantai. Aku pun sangat bimbang harus

299
memilih salah satu dari dua prioritasku. Pada akhirnya aku memilih
untuk pergi bersama teman KKN daripada rapat penelitian. Sudah
kupikirkan sebelumnya mana pilihan yang paling tepat. Aku meminta
ijin pada dosen karena tidak dapat menghadiri rapat secara langsung
pada hari itu.

Rabu, 22 Juli 2020 kami berkumpul di rumah Khansa. Sudah


lama sekali aku tidak bangun pagi, dan kali ini dipaksa untuk bangun
pagi kembali karena kami janjian untuk berkumpul di rumah Khansa
pukul 06.30 WIB. Rumahku dengan rumah Khansa sangat jauh, jadi
aku sampai dirumahnya sekitar pukul 07.00 pagi. Rombongan kami
dibagi menjadi dua mobil. Mobil pertama berisikan anak-anak anggota
Sub-unit Lampegan 2. Uniknya sub-unit ini benar-benar seluruh
anggotanya berada di Jogja semua sedangkan mobil satunya yaitu
mobil Khansa berisikan anggota campuran dari Sub-unit Lampegan 1,
Talun 3, dan Talun 4. Disini aku merupakan satu-satunya anggota Sub-
unit Talun 4 karena temanku yang lain masih di kampung halamannya
masing-masing. Sudah lengkap semua datang tepat waktu di rumah
Khansa dan kami pun bersiap-siap untuk berangkat. Wahyu sebagai
sopir merasa ada yang mengganjal,

“kayaknya ada yang kurang....”


“hah?? Apa yu?” tanya kami pada Wahyu yang masih berfikir keras
sesuatu apa itu yang kurang.
“DWITA!!!” teriak Wahyu sedikit naik. Teman-teman yang lain masih
belum menyadari ada apa dengan Dwita.
“Dwita tu di Jogja!! Kok dia ga ikut sih” Celetuk Wahyu
“Lohh, aku gatau yu klo Dwita di Jogja” jawab Khansa dan yang
lainnya mengiyakan.
“enggaa, Dwita tu udah di Jogja dia”
“duh gimana nii, dia juga pasti gamau diajak dadakan gini dan
nyusulnya jauh”

300
Setelah perdebatan singkat ini kami memutuskan untuk tetap
berangkat tanpa Dwita. Sedih pasti dirasakan Wahyu karena dia satu
sub-unit bersama Dwita dan Wahyu sebagai Kormasit di sub-unit
tersebut. Kami disini juga merasa bersalah karena pergi tanpa Dwita
seorang. Diperjalanan menuju pantai, kami saling bercerita keadaan
dari tiap sub-unit masing-masing, bernyanyi bersama sambil
mendengarkan musik dari mobil seperti carpool karaoke hingga
menceritakan keluh kesah selama KKN daring berlangsung. Kedua
rombongan ini belum saling bertemu karena titik kumpul yang
berbeda. Akhirnya rombonganku berhenti sejenak disuatu tempat
untuk menunggu rombongan Sub-unit Lampegan 2. Tak lama
kemudian kami bertemu dan melanjutkan perjalanan bersama dengan
menggunakan dua mobil.

Tujuan kami yaitu Pantai Ngrawe di Desa Kemadang,


Tanjungsari. Lokasi pantai ini berada di tengah-tengah antara Pantai
Baron dengan Pantai Kukup. Jalan menuju pantai ini masih berupa
batu alam dan hanya sebagian jalan yang sudah beraspal.
Sesampainya di pantai, raut wajah kami sangat berseri bahagia karena
setelah sekian lama karantina selama kurang lebih tiga bulan lamanya
tidak keluar rumah dan akhirnya keluar melihat pantai dengan laut
yang berwarna biru.

“Wahhh... akhirnya.... setelah sekian lama ga liat pantai”, kami


menggumam dengan muka menganga melihat birunya laut pantai
selatan. Kami turun dari mobil membawa barang-barang serta bekal
makanan dan bergegas jalan kaki menuju lokasi. Kondisi pantainya
pun cukup sepi dikarenakan pandemi virus corona ini. Kami mencari
tempat yang sejuk untuk menggelar tikar dan duduk-duduk santai
memandangi pemandangan yang indah.

301
Kami sangat menikmati momen ini, ada yang bermain air
pantai, berfoto, dan ada pula yang bermain ukulele. Kocaknya, salah
satu teman kami bernama Aji membawa mainan berupa layang-
layang. Dia berusaha menerbangkan layangan tersebut namun karena
angin pantai yang sangat kencang dan sulit untuk dikendalikan,
layangan tersebut terbang dan menyangkut pada salah satu pohon di
pinggir pantai. Disisi lain aku memikirkan rapat penelitian yang
seharusnya datang, tetapi memilih ijin tidak datang. Beginilah sulitnya
apabila memiliki dua kegiatan yang skala prioritasnya sama.

Sedang santai menikmati pemandangan, tiba-tiba salah satu


teman kami ada yang tersengat ubur-ubur biru. Wahyu lah yang
tersengat, raut wajahnya terlihat sangat kesakitan dan bertepi
menghampiri kami. Beberapa ada yang ikut panik, beberapa ada yang
hanya diam terheran melihat Wahyu kesakitan. Tidak ada yang
memiliki pengalaman bagaimana cara manangani orang yang terkena
sengatan ubur-ubur sehingga yang kami lakukan hanya
membersihkan tentakel ubur-ubur yang masih menempel
menggunakan tissue basah dan
membersihkannya dengan air
bersih. Wahyu semakin
kesakitan, namun kami juga
tidak tahu apa yang harus
dilakukan padanya. Kami seperti
membiarkannya kesakitan akibat
sengatan ubur-ubur dan tetap
mengajak berfoto bersama sedangkan Wahyu menahan rasa sakit di
kakinya.

Tak lama kemudian Wahyu mengeluh bahwa perutnya merasa


mulas. Kami mulai panik dan berfikir bahwa sengatan ubur-ubur
tersebut sudah menjalar sampai perutnya. Beberapa dari kami

302
berusaha mencarikan obat penawar pengurang rasa sakit. Kami
membelikannya kelapa muda dan kopi hitam untuk mengurangi rasa
sakitnya. Takut terjadi apa-apa, aku dan teman lainnya mencari
petugas keamanan barangkali memiliki obat dan tahu tindakan yang
seharusnya dilakukan.

Petugas keamanan tersebut menghampiri Wahyu dan


membantu mengurangi rasa sakit dengan memijat kaki serta
menyemprotkan antibiotik. Sudah ada yang menanganinya, aku dan
temanku yang beragama muslim meninggalkannya bergantian untuk
menjalankan shalat dzuhur. Setelah selesai shalat, kami kembali
ketempat kami singgah. Betapa terkejutnya aku melihat Wahyu yang
tadinya kesakitan sudah bisa tertawa.

Cuaca semakin terik, tempat berteduh kami menjadi tidak


teduh lagi. Kami bergegas mengemasi barang-barang dan pindah ke
tempat yang teduh untuk makan siang bersama. Setelah makan siang,
kami bermain uno, duduk merenung, dan ada pula yang berjalan-jalan
mencari spot untuk berfoto lagi. Saat kami berkumpul tiba-tiba salah
satu dari kami berbicara “ayok, kumpul di rumah Dinda besok aja
setelah Idul Adha sekalian bakar-bakar” “boleh, ayok bakar-bakar
dirumahku”, jawabku sambil membereskan barang-barang.

Satu hari ini sangatlah menyenangkan, sejenak melupakan


pusingnya program kerja yang belum terselesaikan. Kami akhirnya
pulang seiring dengan terbenamnya matahari. Perjalanan menuju
rumah, aku mulai terfikirkan kembali bagaimana hasil rapat
penelitian dengan dosen. Aku menghubungi temanku salah satu dari
tim penelitian untuk menanyakan notulensi rapat. Karena terkendala
sinyal dan baterai handphone aku tidak dapat membalas pesan teman-
temanku dengan tepat waktu. Mereka mencari keberadaanku karena
sedari tadi tidak muncul dalam group whatsapp tim penelitian.

303
Aku baru bisa membuka dan membalasnya setelah sampai di
rumah. Betapa terkejutnya aku bahwa penelitian akan segera dimulai.
Namun sebelum dimulai, aku beserta tim penelitian juga harus
menyiapkan alat dan bahan yang diperlukan selama penelitian. Setiap
hari aku berangkat ke kampus untuk pengecekan barang. Saat
menyiapkan barang di laboratorium, aku juga mengikuti rapat unit
secara online. Posisiku di unit KKN selama rapat yaitu mencatat semua
pembicaraan penting selama berjalannya rapat karena aku ditunjuk
sebagai sekretaris unit. Setiap saat sub-unitku juga melakukan meeting
online membahas progres tiap individu. Ada titik dimana aku merasa
tidak enak dengan kormasit dan teman-teman satu sub-unit. Mereka
menungguku pulang dari kampus dan join di-meeting tersebut.

Mengejar waktu, aku menargetkan sebelum penelitian dimulai


semua program kerjaku harus terselesaikan tuntas sehingga tidak ada
beban saat penelitian berlangsung. Pembuatan buku saku yang
terhambat karena kendala teknis. Pembuatan video silase yang cukup
memakan banyak waktu karena menunggu waktu luang temanku
yang mengeditkan video tersebut. Revisi video agar hasilnya lebih
baik dengan menambahkan dubbing dan subtitle. Namun tak lama
kemudian, semua program kerjaku terselesaikan sesuai target yang
aku targetkan. Berkurang sebagian bebanku saat itu.

Setelah Idul Adha tepatnya ditanggal 2 Agustus 2020, kami


berkumpul kembali dirumahku. Janjian kumpul
datang kerumahku jam 14.00 siang, akan tetapi
teman-teman yang datang baru sekitar 2 orang
saja. Kegiatan makan bersama ini berjalan
dengan lancar walaupun waktu sedikit mundur
dari perkiraanku. Aku pikir tidak akan sampai
malam karena janjiannya jam 14.00 siang. Tetapi
pada akhirnya kegiatan ini selesai cukup malam.

304
Sebenarnya di hari yang bersamaan ini kormasitku membuat agenda
meeting untuk pelaporan hasil program kerja. Namun agenda ini
diundur karena aku tidak bisa join dan sibuk mengurus kegiatan yang
dilakukan dirumahku.

Minggu berikutnya penelitianku mulai berlangsung. Dalam


waktu seminggu aku akan berangkat pagi dan pulang malam. Aku
menceritakan semua keadaanku pada teman-teman sub-unitku dan
kormasitku. Berjaga-jaga agar mereka memaklumi waktu kegiatan
penelitianku yang bersamaan dengan KKN daring ini. Beruntungnya
aku memiliki kormasit yang sangat pengertian dan teman-teman sub-
unit yang baik hati. Sempat aku hampir lupa untuk absen presensi
KKN dan aku pun diingatkan untuk absen. Membantuku dalam
pengerjaan LPK sampai pada tahap penginputan simaster.
Dipertengahan hari selama penelitianku berlangsung, sub-unitku
sering melakukan meeting. Betapa kocak lucunya teman-temanku
dengan tingkah mereka masing-masing. Di tengah penatnya
penelitian, mereka sangat menghiburku dan membuat beban
pikiranku berkurang. Terimakasih kalian semua teman sub-unitku!
Aku beruntung berada satu sub-unit bersama kalian!

305
Mencari Cara Menjaga Kesehatan Hewan untuk
KKN Online
Pande Putu Akira Narayana

Desa Talun merupakan salah satu desa yang terdapat di


Kecamatan Ibun, Kabupaten Bandung, Jawa Barat. Saya baru
mengenal desa tersebut setelah pengumuman lokasi KKN-PPM UGM
Periode 2 Tahun 2020. KKN kali ini dilakukan secara online karena
pandemik yang disebabkan oleh covid-19 sehingga kami tidak dapat
terjun ke lapangan secara langsung. Sistem KKN tahun ini agak
berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Minggu pertama KKN
dimulai pada tanggal 29 Juni 2020. Awalnya kami harus menginput
rencana program yang akan dilaksanakan oleh setiap orang. Disini
saya dan teman-teman kedokteran hewan mengalami masalah terkait
program apa sajakah yang dapat dilaksanakan oleh kami secara online
karena kedokteran hewan merupakan bidang yang harus terjun
lapangan langsung, dan melihat hewan secara langsung.

Saya dan teman-teman kedokteran hewan melakukan rapat


mengenai program yang akan dilakukan, disini kami memikirkan
mengenai program pokok tema dan pokok non tema. Setelah kami
berdebat beberapa hari kami memutuskan untuk membuat booklet
mengenai penyakit hewan kami membuat booklet tentang penyakit
pada masing-masing hewan dan dibagi berdasarkan sumber (virus,
bakteri, jamur, protozoa, cacing, ekto parasit). Namun, disini ada
masalah lagi yaitu masalah kami belum dapat mendapatkan informasi
hewan ternak yang terdapat di Desa Talun. Hal ini sangat penting
karena kami sebagai mahasiswa KKN ingin membantu masyarakat
Desa Talun, sehingga tak ada gunanya jika kami membuat booklet
penyakit hewan ternak yang tidak ada di Desa Talun. Jadi kami

306
menunggu informasi dari koormasit sub-unit masing-masing yang
sedang menanyakan kepada pengurus desa masing-masing.

Salah satu kendala mengenai KKN online sudah muncul yaitu


menunggu respon pesan dari pihak desa. Pentingnya informasi dari
pihak desa karena informasi tersebut sangat berdampak dalam
program dan sangat dibutuhkan dalam melanjutkan program, dan
pihak desa pun tidak mudah untuk memperoleh data tersebut karena
harus menanyakan kepada pihak lain untuk menjawab pertanyaan
dari kami semua yang menanyakan dari berbagai bidang. Akhirnya
data hewan ternak pada desa dapat diperoleh sehingga kami dapat
menentukan hewan sasaran dan pembagian hewan tiap orang.

Saya membuat booklet mengenai penyakit pada hewan sapi.


Kami akan membagi booklet menjadi 2 berdasarkan penyakitnya. Saya
tidak terlalu ingin booklet yang dihasilkan tebal dan huruf maupun
gambarnya kecil karena booklet yang saya inginkan adalah booklet
yang cukup jelas dan dapat dipahami oleh peternak, dan ukurannya
agak kecil sehingga mudah dibawa ke lapangan. Jadi booklet
mengenai penyakit sapi dibagi menjadi virus, bakteri, fungi, dan
protozoa, cacing, ekto parasit.

Program pokok tema sudah diperoleh 2. Mengenai program


pokok nontema saya masih bingung karena saya sangat sulit untuk
memikirkan apa topik yang saya dapat kaitkan dengan bidang saya
dan dapat membantu masyarakat Desa Talun. Akhirnya saya
memutuskan untuk membuat poster mengenai penularan covid-19
dari hewan ke manusia maupun sebaliknya. Kenapa saya memilih
topik tersebut? Karena tahun ini di seluruh dunia mengalami
pandemik covid-19 dan dampaknya tidak hanya pada manusia.

Di beberapa negara sudah ada laporan bahwa beberapa jenis


hewan tertular covid-19 dari manusia maupun sejenisnya. Salah

307
satunya adalah kucing. Kucing merupakan hewan yang sangat
familiar dan sering ditemukan di Indonesia juga, dan terdapat banyak
kucing yang liar di perumahan Indonesia. Menurut saya topik ini
sangat penting dalam program KKN pada desa tersebut. Selain
program pokok tema dan non tema, kami harus memiliki program
intradisiplin yaitu dimana program yang dilakukan secara
bekerjasama dengan bidang yang berbeda.

Saya mengikuti program teman saya yang membahas mengenai


sistem packaging pada hasil produk di Desa Talun. Saya membantu
sebagai memberi ilmu dalam batas maksimum kontainasi pada
produk sehingga menekankan bahwa pentingnya sistem packaging
yang baik dalam menghasilkan suatu produk yang aman dan baik. 4
program diatas merupakan program yang saya akan kerjakan demi
Desa Talun.

Minggu ke-2, saya sudah mulai mengerjakan program secara


berurutan. Yang pertama dilakukan adalah pembuatan booklet
mengenai penyakit pada sapi (viral, bakterial, dan fungi). Namun
disini juga ada masalah yaitu kami ingin menyantumkan penyakit
yang kemungkinan sering terjadi di Desa Talun, tetapi data dan
informasi tidak ada. Jadi saya menyantumkan penyakit yang populer
dan sering terjadi pada sapi. Awal pengerjaan sangat slow karena
merasa waktu sangat banyak. Awalnya saya melakukan list up
penyakit sapi yang ingin dicantumkan. Jadi saya mencari informasi
kasus yang pernah terjadi di sekitar Desa Talun maupun di lingkup
Kabupaten Bandung dan di Indonesia.

Saya dan teman-teman kedokteran hewan ingin booklet masing-


masing seperti series, maka kami menentukan jumlah tiap penyakit
yang akan dicantumkan. Pada buku virus, bakteri, dan fungi, kami
menyantumkan masing-masing 3 penyakit. Jadi saya mencari 3

308
penyakit sapi virus, 3 penyakit sapi bakteri, dan 3 penyakit fungi sapi.
Penyakit sapi yang populer di Indonesia adalah Antraks sehingga
antraks akan pasti saya cantum. Selain itu berdasarkan hasil pencarian,
penyakit yang akan dicantum sudah ditentukan yaitu, Penyakit mulut
dan kuku (PMK), Bovine viran diarrhea (BVD), Bovine Ephemeral
Fever (BEF), Tuberkulosis, Brucellosis, Antrax, Mastitis mikosis
(mastitis yang disebaban fungi), Ringworm, dan Aspergillosis.
Penyakit-penyakit tersebut ditentukan berdasarkan pembicaraan saya
dan teman kedokteran hewan yang lain.

Selain penyakit pada sapi, teman saya membuat booklet


mengenai domba. Penyakit pada sapi dan domba ada yang beberapa
mirip dan sama sehingga jika dicantumkan pada kedua buku menurut
saya kurang layak. Kami melakukan rapat untuk membagi penyakit
agar tidak tabrakan. Selain ada jam pokok pada sistem KKN ini, ada
juga namanya jam bantu yang harus terpenuhi. Kami mengumpulkan
list nama penyakit masing-masing dan membagi tugas untuk
memperoleh jam bantu juga. Saya membantu teman-teman dalam
mencari gambar yang dibutuhkan untuk dicantumkan di booklet.
Sedangkan yang lain, ada yang membantu dalam menyusun daftar
pustaka, membuat kata pengantar, dan ada juga yang membuat desain
buku. Setelah penyakit yang ingin dicantumkan sudah ditentukan,
kami mencari literatur penyakit. Kami sudah membahas apa yang
ingin dicantumkan didalam buku, sehingga mempermudah pencarian
literatur. Pada booklet tersebut kami akan mencantumkan, nama
penyakit, penyebab dan jalur infeksi penyakit, gejala klinis yang
muncul akibat penyakit tersebut, dan pencegahan, pengendalian
penyakit, dan gambar gejala klinisnya.

Nah kenapa kami tidak mencantumkan cara pengobatan? Karena


pengobatan pada hewan ternak harus memiliki tanggung jawab dan
lebih baik dilakukan oleh dokter hewan setempat secara langsung.

309
Pengobatan yang kurang tepat maupun dilakukan sembarangan
terkadang dapat menyebabkan kondisi tubuh hewan ternak lebih
buruk. Jadi kami tidak berani menyantumkan cara pengobatan karena
walaupun caranya benar, kemungkinan cara pengoobatan dilakukan
oleh warga kurang tepat. Jadi tujuan utama dari booklet diatas adalah
membantu warga dan peternak
disana untuk mengetahui atau
mengidentifikasi apakah hewan
ternak tersebut sakit atau tidak,
normal atau tidak sehingga,
kemungkinan hewan dapat diobati
lebih cepat oleh dokter hewan
setempat yang menerima laporan dari warga.

Pengerjaan program dapat berlanjut berjam-jam perhari bisa


melebihi 10 jam dalam pengerjaan. Saat pengerjaan saya duduk di
depan laptop terus dari saya bangun sampai jam makan malam.
Terkadang saya mengerjakannya sampai larut malam , siklus saya
sehari -hari agak kacau. Saat pengerjaan program berlangsung saya
tidurnya jam 3-4 pagi dan bangun pada jam 10 siang, itupun tidak
stabil terkadang saya tidur sore dan bangun pagi sekali. Hidup
menjadi kurang stabil. Walau saya di depan laptop sangat lama, saya
tidak nge-search literatur terus, terkadang saya menonton Youtube
untuk menghibur diri. Terkadang saya makan di depan laptop,
terkadang saya mengerjakan sambil tiduran. Menurut saya hal yang
membuat meningkatkan niat kerja adalah saat call sama teman KKN
karena sambil kerja saya dapat berbicara bersama teman saya dan juga
sekaligus saya dapat bertanya jika ada kendala pada pengerjaan
program.

Mencari literatur juga tidak mudah karena literatur mengenai


penyakit hewan tidak terlalu banyak di internet, dan ada juga yang

310
menggunakan Bahasa Inggris. Salah satu literatur yang sulit dicari
bagi saya adalah gambar gejala klinis. Saya sangat mementingkan
gambar yang akan dicantum karena gambar tersebut sangat
membantu untuk warga menentukan apakah normal atau tidak. Jika
hanya kalimat saja saya yakin bahwa kurang jelas atau tidak dapat
kebayang. Disinilah pentingnya gambar dalam booklet tersebut untuk
membandingkan dengan hewan ternak secara langsung. Jadi mencari
gambar merupakan salah satu hal yang sulit bagi saya. Saya harus
mencari gambar yang jelas, dan dapat dilihat dari bagian luar.

Kebanyakan gambaran penyakit pada buku-buku ada gambar


yang sudah di bedah, ada gambar yang kurang jelas, bahkan
kebanyakan buku jarang menempelkan gambar gejala klinis. Setelah
saya mencari pada beberapa buku, saya memperoleh gambar dari
website nasional luar negeri, seperti Inggris. Disana terdapat macam-
macam gambar mengenai gejala klinik pada berbagai hewan seperti
domba dan sapi. Setelah ditemukannya literatur, saya menyusun apa
yang diperoleh dan mendiskusikan isi literatur bersama teman
kedokteran hewan. Saya menyusun sesuai layout booklet yang saya
inginkan dan terakhir jangan lupa ditulis referensinya juga. Saya
menghabiskan proses tersebut hampir 2 minggu karena sulitnya
mencai sumber resmi yang baik. Setelah tersusun tinggal saya minta
tolong untuk dibantu mendesainkannya ke salah satu teman saya.

Minggu ke-4 KKN sudah mulai muncul rasa panik dan cemas
apakah program yang saya miliki akan berakhir lancar? sehingga saya
harus kerja lebih cepat dan baik dalam melaksanakan program lanjut.
Saya mengerjakan poster mengenai penularan covid-19 dari hewan ke
manusia maupun dari manusia ke hewannya. Jadi kasus penularan
dari manusia ke hewan sudah terlapor namun belum ada kepastian
bahwa hewan dapat menularkan virus tersebut ke manusia. Tetapi,
asal usul virus corona adalah dari hewan liar dan belum diketahui dari

311
hewan apa. Hewan yang sudah ada laporannya adalah harimau, singa,
anjing, kucing, dan musang. Kucing dan anjing merupakan hewan
peliharaan yang sangat populer dan banyak di Indonesia.

Pertama yang dilakukan adalah menentukan isi poster. Isi poster


yaitu penjelasan singkat mengenai covid-19, gejala pada manusia,
gejala pada hewan, jenis hewan yang kemungkinan dapat tertular, dan
pencegahan penularannya. Setelah dapat ditentukan, saya mencari
literatur. Saya menggunakan web WHU karena web tersebut sudah
cukup lengkap. Selain itu saya membaca berita mengenai kasus covid-
19 pada hewan di berbagai negara. Setelah itu menyusun literatur
sesuai layout yang diinginkan, dilanjutkan dengan pembuatan desain
poster. Desain poster dibuat dengan jelas dan menarik agar dapat
dibaca oleh warga desa. Saat pembuatan desain poster lumayan asik
bagi saya karena saya sangat suka mendesain sesuatu dan poster
termasuk kategori yang mudah dilakukan. Saya memerhatikan warna
huruf dan gambar di belakang, serta penggunaan spasi pada gambar,
dan seleksi gambar yang akan digunakan. Pembuatan poster ini
lumayan cepat selesai.

Setiap minggu kami mengadakan rapat untuk memastikan tidak


ada kendala pada setiap orang dan kelompok. Nah selain rapat unit
kami juga melakukan rapat tiap sub-unit. Kelompok sub-unit aku
sangat nyaman dan seru-seru aja orangnya, jadi aku merasa sudah
cukup enak. Saya hampir setiap hari bangun siang, ketua sub-unit saya
sering banget ingetin saya untuk absen. Baik sekali ya. Saya
merupakan tipe orang yang malas membaca group dan malas meng-
scroll up isi chat, jadi saya keseringan ketinggalan informasi. Tetapi
berkat teman-teman sub-unit yang baik, saya dapat melaksanakannya
dengan lancar. Kami tidak hanya berbicara mengenai program, tetapi
kita sering juga free talk, nonton Youtube bersama, dan main game juga.
KKN online ini sangat berbeda dengan KKN sebelumnya, dimana kita

312
mengerjakan di rumah masing-masing, sehingga kita berkomunikasi
menggunakan aplikasi. Hampir setiap malam kami berkomunikasi.
Selain itu saya juga seing telfonan sama teman kedokteran hewan yang
beda sub-unit untuk saling share informasi dan program agar dapat
saling membantu atau memberi pendapat.

Setelah poster sudah selesai, saya mengerjakan booklet penyakit


pada hewan sapi yang disebabkan oleh protozoa, cacing, dan
ektoparasit. Disini layoutnya hampir sama dengan booklet yang lagi
satunya, namun jumalah penyakit yang akan dicantumkan akan beda
karena cacing dan ektoparasit memiliki macam-macam jenis yang
bervariasi. Jadi, penyakit protozoa pada sapi 3, penyakit cacing pada
sapi 6, dan ekto parasit pada sapi 5. Penyakit yang saya cantum adalah
coccidiosis, anaplasmosis, surra, cacing kawat, cacing kait, cacing
nodul, cacing hati, Paramphistomim cervi, Moniezia benedini, Lonignathus
pedalis, Ixodes scapularis, Rhipicephalus microplus, Tabanus bovinus, dan
Stomoxys calcitrans. Data yang dicari juga berbeda, pada protozoa sama
seperti booklet
sebelumnya, pada
cacing ditambah
siklus hidup dan
gambar yang
digunakan adalah
gambar cacing itu
sendiri, dan pada
ektoparasit hanya
gejala klinis/penyakit yang dapat disebabkan. Ektoparasit biasanya
berperan sebagai pembawa penyakit lain, mereka sendir jarang
sebagai penyebab utamanya. Disini juga pembagian tugasnya sama,
saya juga membantu teman saya dalam pencarian literatur terutama
pada gambar penyakitnya. Gambar lalat pun susah dicari jika
membutuhkan literatur yang terjamin (seperti jurnal, website resmi

313
suatu pihak, e-book). Akhirnya saya berusaha dan dapat mencari
literatur yang baik dan layak. Setelah literatur tersusun saya
memberikan data kepada teman yang akan mendesain booklet.

Selama menunggu hasil program lain, saya mulai mengerjakan


program intradisiplin yaitu mengenai packaging pada produk di Desa
Talun. Saya membahas mengenai batas maksimum kontaminasi
mikroba pada produk pangan hewan ternak. ini merupakan hal
penting dalam keamanan hasil produk pangan hewan ternak karena
mikroba seperti bakteri, virus dan lainnya dapat menyebabkan
penyakit jika dikonsumsi langsung. Disinilah pentingnya untuk
mengetahui batas dan standar nasional yang sudah ditentukan oleh
negara kita sendiri.

Pada program ini saya input materi mengenai penjelasan


kontaminasi, macam-macam kontaminasi, dan tabel batas yang sudah
ditentukan Standar Nasional Indonesia (SNI). Produk pangan hewan
ternak yang saya bahas adalah susu, daging, dan telur. Pada susu
terdapat berbagai macan yaitu susu dan minuman berbasis susu, susu
fermentasi dan produk susu hasil hidrolisa enzim negati, susu kental
dan analognya, krim dan sejenisnya, susu bubuk dan krim bubuk dan
bubuk analog, dan keju dan keju analog. Pada daging yaitu, daging,
olahan daging potongan, dan olahan daging dihaluskan. Pada telur
yaitu, telur segar, telur yang diawetkan, dan pangan penutup
berbahan dasar telur. Selain itu saya menyantumkan cara pencegahan
kontaminasi. Setelah literatur diperoleh dan sudah disusun, saya
berikan data kepada teman yang PiC pada proram tersebut dan akan
digabung oleh PiC.

Setelah hasil-hasil program sudah jadi, data hasil tersebut akan


di upload di gdrive milik unit kami untuk mempermudah share. Jika
hasil ingin dicetak kami kontak bendahara untuk mencetak. Nah

314
ketika selesai semua program saya merasa hampa dan kosong,
sehingga setiap hari hanya menunggu kabar kabar dari ketua sub-uni.
Ketika saya mengetik cerita ini minggu KKN sudah minggu terakhir.
Namun masih banyak hal yang harus saya lakukan seperti upload
hasil program, LPK, dan LRK ke simaster UGM.

Selain itu ada juga presentasi hasil di rapat unit dan presensi
online juga masih berlanjut. Pada KKN online kali ini terdapat website
Logbook KKN-PPM UGM yang digunakan untuk melakukan presensi
sehari-hari dan mengisi logbook online dengan cara mengintput
program yang dilakukan, waktu dan tangggal melaksanakan, apakah
masih lanjut atau selesai, disini sangat sulit sekali untuk menginput
karena kami harus mengatur jadwal secara detil. Selain itu setelah
program selesai kita tidak perlu untuk menginput logook sehingga
kemungkinan lupa absen juga bisa muncul. Syukurnya tidak ada yang
lupa. Selain itu pada akhir terdapat responsi juga dan kami belum tahu
apa yang bakal dilakukan.

Kesan pesan terhadap KKN online tahun 2020 ini aku merasakan
sangat sulit, kenapa? Karena saya kurang yakin apakah saya sudah
cukup membantu warga desa dengan cara ini dan bingung bagaimana
cara penerapan materi bidang saya dengan cara online. Selain itu,
pengisian logbook juga agak pusing karena setiap input program yang
terinput termasuk bantu akan berurutan dan terlihat ribet. KKN online
juga menjadikan saya sangat ketergantungan laptop dan koneksi
internet.

Setiap hari lelah melihat laptop untuk mengerjakan program.


Bokong saya juga capek setiap hari duduk di kursi untuk
mengerjakannya. Tapi banyak hal juga yang dapat diperoleh dari KKN
online ini, seperti pengalaman untuk menerapkan materi yang sudah
diperoleh selama perkuliahan, dan saya juga senang sudah dapat

315
bertemu dengan teman-teman yang berasal dari berbagai fakultas
sehingga pertemanan saya luas. Setelah balik ke jogja lagi saya ingin
bertemu dengan teman-teman untuk merayakan KKN berakhir.

316
Tak Sekadar Sebuah Kisah Pengabdian
Sinta Febriani

Pertengahan tahun 2019 adalah awal bagi semua mahasiswa


angkatan 2017 memasuki kuliah semester 5 di tahun ketiga, dimana
banyak mahasiswa yang mulai memikirkan Kuliah Kerja Nyata
(KKN). Dimanakah akan menjalankan KKN atau sebagainya. Kuliah
Kerja Nyata atau yang biasa kita sebut dengan KKN ini merupakan
kegiatan pengabdian kepada masyarakat yang bersifat wajib
dilaksanakan oleh mahasiswa Universitas Gadjah Mada jenjang
pendidikan D4, S1 atau profesi dengan memiliki bobot 3 SKS.
Aku memikirkan, dimanakah aku akan menjalankan KKN-ku
pada semester 6 mendatang. Banyak temanku yang mengajak untuk
bergabung dengannya sebagai tim pengusul. Mereka selalu
mengeluhkan tentang sulitnya untuk mencari anggota dari kluster
medika. Hal itu tidak dapat dipungkiri dikarenakan jumlah
mahasiswa dari kluster medika yang sangat sedikit dibandingkan
dengan kluster lainnya. Aku menolak tawaran teman-temanku karena
aku merasa jadwal kuliahku saja sudah sangat padat.
Aku merasa takut jika aku lalai terhadap tanggung jawabku.
Selain itu, aku juga mempertimbangkan daerah yang akan jadi lokasi
KKN. Aku sangat ingin mendapatkan tempat KKN yang indah seperti
yang dekat dengan pantai. Akan tetapi, aku juga memikirkan kuliahku
yang biasanya mengadakan remedial setelah ujian semester. Aku
bertanya-tanya kepada kakak tingkatku untuk mendapatkan
informasi bagaimana jika ingin mengikuti remedial namun sedang
melakukan KKN. Banyak yang mengatakan bahwa, kita bisa meminta
ijin KKN untuk beberapa hari dan mengikuti remedial tersebut.
Namun, biasanya hal ini dilakukan oleh mahasiswa yang KKN di
daerah Yogyakarta karena dekat dengan kampus dan memiliki akses

317
yang lebih mudah. Aku pun pasrah dan berpikiran untuk tidak akan
mengikuti remedial di saat aku melaksanakan KKN jika daerah KKN
terlalu jauh dan tidak dimungkinkan untuk kembali ke kampus.
Semester 6 datang, aku pun mulai mengikuti wawancara
pertamaku dengan Tim Pulau Komodo. Aku memilih tim ini karena
aku memikirkan daerahnya yang sangat indah. Aku sangat menyukai
menjelajah ke tempat-tempat alam sehingga aku merasakan ini adalah
tempat yang cocok. Selain itu, karena aku tidak ingin sendirian, aku
mengajak temanku untuk ikut wawancara tersebut. Pengumuman
hasil wawancara akan diumumkan dengan cara tim menghubungi
langsung kontak mahasiswa yang lolos.
Aku tidak mendapatkan pesan dari tim tersebut, yang
menandakan aku tidak lolos dalam tahapan wawancara tersebut.
Setelah itu, aku tidak tau akan KKN dimana dan aku berpikiran untuk
mengikuti KKN plottingan saja, karena timbul pada diriku rasa malas
untuk mengikuti wawancara lainnya. Tak lama kemudian, teman
akrab satu jurusanku menawarkan untuk bergabung di timnya. Ia
merupakan anggota tim pengusul dari tim KKN tersebut. Tim itu
merupakan Tim KKN dari Kintamani. Aku pun mengiyakan
ajakannya untuk mengikuti wawancara terlebih dahulu.
Hari itu, aku mengikuti wawancara lagi bersama dengan
temanku yang sama di wawancara sebelumnya. Pengumuman hasil
wawancara juga akan diumumkan dengan cara yang sama dengan
wawancara sebelumnya yaitu dengan menghubungi langsung kontak
mahasiswa yang lolos. Beberapa hari kemudian, aku mendapatkan
pesan dari seorang anggota dari tim tersebut yang menyatakan aku
lolos. Aku merasa senang karena tidak perlu lagi mencari tim lainnya
untuk KKN. Pertemuan pertama dengan semua anggota diadakan di
kantin Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIPOL) UGM pada
malam hari. Kami membuat sebuah permainan untuk mengenal lebih

318
dekat satu sama lain. Pertemuan itu berlangsung kurang lebih 3 jam
lamanya.
Setelah pertemuan pertama dilaksanakan, kami melanjutkan
mengadakan rapat rutin setiap hari Selasa di FISIPOL untuk
membahas terkait proposal sebelum battle presentasi proposal
dilaksanakan. Hari pertama diadakan rapat rutin, aku membawa buku
kuliahku untuk membahas soal bersama temanku sebelum
dimulainya rapat. Ini aku lakukan dikarenakan esok harinya aku akan
mengerjakan ujian topik yang biasanya dilakukan setiap pergantian
topik mata kuliah di jurusanku pendidikan dokter gigi. Jadwal kami
memang tidak sama dengan fakultas lain yang memiliki jadwal ujian
seperti UTS yang biasanya dilaksanakan serentak satu UGM.
Pada hari kedua diadakan rapat rutin, ternyata aku memiliki
laporan praktikum yang harus diselesaikan dan juga akan ada pre-test
esok harinya. Aku merasa khawatir akan ketiduran nantinya dan tidak
menyelesaikan laporanku malam itu. Jadi aku memutuskan untuk
membawa laporan praktikumku dan mengerjakannya disana sebelum
rapat dimulai.
Hari dimana presentasi proposal yang dilakukan oleh kormanit
pun datang. Kami semua berdoa mendapatkan hasil yang terbaik.
Namun, Tuhan berkata lain dan kami tidak mendapatkan daerah
Kintamani sebagai daerah KKN kami. Pada akhirnya tim kami pindah
ke daerah lain dan akan menjalani KKN di Kecamatan Ibun,
Kabupaten Bandung, Provinsi Jawa Barat, tepatnya pada Desa
Lampegan dan Desa Talun. Dalam satu tim unit KKN, terdiri dari 30
mahasiwa, sehingga akan dibagi lagi menjadi empat tim sub-unit. Sub-
unit 1 dan 2 ditempatkan pada Desa Lampegan, sedangkan untuk sub-
unit 3 dan 4 ditempatkan pada Desa Talun. Disini, aku merupakan
anggota dari sub-unit 4.
Bulan Maret 2020, dikabarkan terdapat 1 kasus Covid-19 masuk
ke Indonesia. Tidak lama setelahnya, UGM meliburkan seluruh

319
mahasiswa selama dua minggu. Dikarenakan situasi yang semakin
tidak memungkinkan untuk beraktivitas di luar rumah, maka
diterapkan sistem belajar daring. Rapat rutin kami yang baru berjalan
dua kali pun terpaksa dihentikan sementara dan dialihkan rapat secara
online. Mendengar kabar itu, akupun memutuskan untuk pulang ke
kampung halamanku yang berada di Padang, Sumatera Barat.
Waktu KKN pun semakin dekat, namun pelaksanaan KKN
belum memiliki arah bagaimana KKN akan dilaksanakan. Apakah
tetap turun ke lapangan dengan kondisi pandemi ini atau dengan
sistem daring. Kami pun belum mengetahuinya. Sampai akhirnya
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat (DPkM) menyatakan KKN
tetap dilaksanakan namun dengan menggunakan sistem daring.
Sistem daring ini merupakan sistem KKN yang pertama kali
dilaksanakan dan dialami oleh angkatan 2017.
29 Juni 2020 akhirnya KKN dimulai, diawali dengan upacara
penerjunan yang dilakukan secara live streaming di Youtube. Semua
mahasiswa yang mengikuti KKN melakukan presensi pada kolom chat
Youtube. Tidak sedikit juga mahasiswa yang melontarkan kata-kata
lucu dan candaan pada kolom chat selama upacara penerjunan
dilaksanakan. Hal ini memang unik, mengingat ini merupakan kali
pertama dilaksanakan KKN secara daring dan dan penerjunan tidak
dilaksanakan di Grha Sabha Pramana (GSP) sebagaimana mestinya
pada penerjunan tahun-tahun sebelumnya.
Upacara penerjunan juga menghadirkan banyak pembicara,
salah satunya Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia yaitu
Bapak Nadiem Makarim juga ikut serta memeriahkan penerjunan
KKN-PPM UGM Periode 2 Tahun 2020 ini. Upacara ini berlangsung
selama kurang lebih 2 jam dari pukul 14.00 hingga 16.00 Waktu
Indonesia Barat (WIB). Setelah pelaksanaan upacara penerjunan
berlangsung, aku dan teman-temanku bertanya-tanya tentang apa
yang selanjutnya harus dilakukan. Kami semua kebingungan dan

320
tidak tahu apa yang seharusnya dilakukan sehingga pada hari itu kami
tidak mengerjakan apa-apa mengingat rapat unit yang akan
dilaksanakan besok harinya.
Sehari kemudiann, rapat unit pun berlangsung pada 30 Juni 2020.
Koordinator Unit (Kormanit) menjelaskan tentang pelaksanaan KKN
pada minggu pertama yang mengharuskan kami untuk
menyelesaikan Laporan Rencana Kerja (LRK). Kormanit
menjelaskannya kepada kami tahapan-tahapan yang harus
diselesaikan dalam pengerjaan LRK. Rapat ini merupakan rapat unit
yang pertama dilakukan sejak upacara penerjunan KKN sehingga
rapat ini berlangsung cukup lama hingga 3 jam lamanya dikarenakan
banyak pertanyaan dari teman-teman terkait pelaksanaan KKN daring
yang masih membingungkan ini.
Rabu, 1 Juli 2020 aku dan teman-temanku di sub-unit 3 dan 4
melakukan rapat gabungan melalui google meet. Rapat yang kami
lakukan yaitu membahas tentang laporan rencana kerja. Kami mulai
mencari data-data terkait Kecamatan Ibun. Aku dan teman-teman sub-
unit ku mengerjakannya bersama dengan tetap terhubung melalui
google meet. Laporan rencana kerja individu yang telah kami kerjakan
pun telah selesai. Akan tetapi, masih ada tahapan-tahapan selanjutnya
yang akan kami lakukan seperti memasukkan program kerja pada
website KKN.
Sewaktu KKN ini berjalan, aku tidak hanya mengerjakan
program KKN, tetapi juga melaksanakan praktikum dan mengerjakan
proposal skripsi. Aku memiliki tugas praktikum yang harus
dikerjakan bersamaan dengan pelaksanaan program kerja KKN dan
melakukan bimbingan dengan dosen secara daring. Beruntungnya aku
mendapatkan dosen pembimbing praktikum yang baik dan
pengertian. Praktikum yang seharusnya berjalan dalam kurun waktu
satu bulan di bulan Juli, dosenku mempercepat pelaksanaan

321
praktikum dan praktikumku dapat terselesaikan dalam kurun waktu
dua minggu di bulan Juli.
Jumat, 3 Juli 2020 merupakan jadwal praktikumku bersama
dosen pembimbing dan juga bersamaan dengan jadwal rapat rutin
unit. Untungnya jam pelaksanaan kedua kegiatan tersebut berbeda
sehingga aku masih bisa melakukan kedua kegiatan tersebut.
Praktikum dilaksanakan pada pukul 09.00 WIB dengan menggunakan
aplikasi webex dan berlangsung selama 2 jam. Sore harinya pukul 15.30
WIB, aku melanjutkan mengikuti rapat rutin unit. Sebelum praktikum
bersama dosen pembimbing, aku juga memiliki tugas membuat video
animasi untuk dipresentasikan. Saat itu pikiranku pun kacau dan
bercabang antara mengerjakan tugas praktikum, LRK KKN dan
proposal skripsiku.
Minggu pertama yang merupakan minggu pembuatan laporan
rencana kerja telah terlewati. Selanjutnya, minggu kedua hingga
minggu keenam, kami akan berfokus pada program kerja masing-
masing yang telah ditentukan pada laporan rencana kerja. Desa Talun
Kecamatan Ibun itulah desa untuk Sub-unit 4 tempat aku mengabdi
bersama Irene, Wildan, Farrah, Dinda, Akira dan Vincent sebagai
Kormasit (Koordinator Sub-Unit). Kami melaksanakan KKN dari
berbagai daerah. Seperti aku melaksanakan KKN di Padang, Irene di
Purwokerto, Dinda di Jogja, Akira di Bali, Farrah di Bogor, Vincent di
Jakarta dan Wildan di Bandung. Walaupun begitu, teknologi sudah
berkembang sangat pesat sehingga kami tetap bisa terhubung dengan
lancar melalui internet.
Aku dan teman-temanku sub-unit 4, sering sekali melakukan
rapat melalui google meet. Biasanya rapat yang kami lakukan tidak
berlangsung dengan sebentar, namun bisa berjam-jam lamanya.
Disela-sela membahas tentang program kerja yang sedang dikerjakan,
kami juga sering bercerita tentang banyak hal satu sama lain. Bercerita
bagaimana keadaan daerah masing-masing terkait corona virus

322
mengingat kami tidak ada yang berada di satu daerah, bercerita
tentang bagaimana kehidupan perkuliahan dan banyak hal lainnya
yang kami bagikan satu sama lain.
Wildan yang saat itu menjadi seorang host dalam perbicangan
kami malam itu layaknya seperti seseorang yang sedang membuat
podcast tentang perkuliahan mahasiswa dari berbagai jurusan di
Universitas Gadjah Mada. Wildan merupakan mahasiswa FISIPOL.
Layaknya seorang anak Sosial Humaniora (SosHum) yang banyak
dikatakan orang sebagai “pandai dalam berbicara”, tidak dipungkiri
lagi bagaimana hebatnya Wildan menjadi host podcast pada malam itu.
Dimulai dari Irene yang menceritakan tentang jurusannya yaitu teknik
industri di Fakultas Teknik. Irene bercerita bagaimana dia bisa menjadi
mahasiswi teknik industri, bagaimana suka dan duka dalam menjalani
kuliah, bagaimana skripsi yang akan dijalaninya dan banyak lainnya
yang diceritakan Irene dengan panjang lebar. Selain itu, kami juga
menanyakan seputar implementasi teknik industri dalam kehidupan
sehari-hari kepada Irene.
Setelah Irene menceritakan ceritanya dengan panjang lebar,
giliran Vincent untuk bercerita bagaimana dia menjadi seorang
mahasiswa teknik geodesi. Vincent bercerita bahwa dia adalah seorang
mahasiswa yang pindah dari universitas lain. Ia menceritakan alasan
mengapa dia pindah dari universitas tersebut dan lebih memilih ke
Universitas Gadjah Mada. Selain itu, Vincent juga menjelaskan apa saja
yang dilakukan di teknik geodesi. Vincent juga sering menceritakan
bagaimana asal mulanya dia terpilih menjadi sebagai kormasit. Hal ini
berawal dari hal sepele yaitu ketiduran dan tidak tahu bahwa
kormanit telah memilih dirinya sebagai kormasit jika tidak membalas
chat whatsaap nya dengan cepat. Vincent pun merasa kaget karena
sebelum tidur dirinya hanyalah seorang anggota biasa di KKN ini,
namun setelah bangun tidur dia telah berubah menjadi kormasit pada

323
sub-unit 4. Cerita ini tidak hanya sekali dua kali diceritakan Vincent,
namun telah berulang kali kami dengarkan dari dirinya.
Setelah Vincent bercerita, sekarang giliran aku yang bercerita
tentang kehidupan perkuliahanku di Fakultas Kedokteran Gigi. Aku
menceritakan bagaimana padatnya jadwal dan sulitnya menjadi
mahasiswa kedokteran gigi. Setelah aku bercerita dengan panjang
lebar, Wildan pun bertanya karena penasaran terkait dengan cara
menyikat gigi yang baik dan benar. Sebelum aku menjawabnya, dia
sudah terlebih dahulu mengambil sikat gigi yang ada dikamarnya dan
memperagakannya ke kamera. Aku mulai menjelaskan tahapan-
tahapan menyikat gigi yang baik dan benar kepada Wildan.
Dia benar-benar menirukannya dan melihatkannya kepada kami
melalui kamera laptopnya. Kami pun sontak tertawa melihat
kelakuannya yang begitu aneh. Hal ini membuatku merasa sedang
menjalankan program kerjaku tentang sosialisasi menyikat gigi yang
baik dan benar, tetapi bukan kepada anak-anak Sekolah Dasar (SD) di
Desa Talun, melainkan kepada mahasiswa UGM rekan KKN ku
sendiri. Namun begitu, hal ini dapat menjadi sebuah pembelajaran
bagiku karena tetap dapat memberikan edukasi tentang cara menyikat
gigi yang baik dan benar kepada temanku, walaupun KKN dilakukan
tidak langsung turun ke lapangan.
Setelah aku bercerita, Akira pun mendapatkan gilirannya untuk
bercerita. Sama seperti lainnya, Akira juga bercerita tentang
bagaimana kehidupan perkuliahannya di Fakultas Kedokteran
Hewan. Setelah Akira bercerita dengan panjang lebar, Wildan pun
bertanya kepada Akira seputar Kumbang. Bagaimana cara merawat
kumbang, apa makanan kumbang dan bagaimana cara memberikan
makan pada kumbang. Akira menjawab pertanyaan Wildan dan
merasa bingung mengapa tiba-tiba Wildan bertanya seperti itu.
Ternyata, adik Wildan baru saja membeli seekor kumbang dari
aplikasi e-commerce. Wildan pun akhirnya memanggil adiknya untuk

324
mendengarkan penjelasan dari Akira. Aku dan teman-temanku yang
lain hanya bisa mendengarkan obrolan mereka dan sesekali tertawa
melihat tingkah laku dari adik Wildan yang mirip dengan dirinya.
Obrolan mereka pun telah usai. Wildan melanjutkan perannya
sebagai host untuk mewawancarai Farrah. Disaat Wildan mulai
bertanya kepada Farrah, terdengar jawaban Farrah dengan suara yang
seperti sedikit malas untuk berbicara dengan Wildan. Namun, hal ini
sebenarnya hanya sebuah candaan dan Farrah tetap bercerita panjang
lebar tentang kehidupan perkuliahannya di Fakultas Hukum.
Giliran terakhir yang bercerita adalah Dinda. Dinda adalah
mahasiswi Fakultas Peternakan. Dinda merupakan satu-satunya dari
sub-unit 4 yang berada di Yogyakarta karena ia memang penduduk
asli Yogyakarta. Sama dengan yang lain, Dinda juga bercerita tentang
kehidupan perkuliahannya. Selain itu, dia juga bercerita tentang apa
saja kegiatan biasanya yang dilakukan di laboratorium kampusnya.
Tidak dipungkiri lagi, selama pandemi ini pun Dinda tetap sering
pergi ke kampus untuk melakukan kegiatannya, tentu saja dengan
tetap menerapkan protokol kesehatan. Sering kali jika ada rapat yang
dilaksanakan, terlihat dari video Dinda sedang berada di kampus.
Selain menjadi anggota sub-unit 4, Dinda juga berperan sebagai
sekretaris unit sehingga setiap rapat dia tetap harus mencatat hasil
rapat walaupun sedang berada di kampus.
Sepanjang KKN ini diadakan, aku juga disibukkan dengan
persiapan pernikahan kakak ke-empat ku. Aku bersama dengan kakak
ke-tiga ku mengurus segala keperluannya mulai dari baju pernikahan,
undangan, gedung pernikahan dan masih banyak lainnya. Sedangkan
kakakku yang akan menikah hanya bisa memantau dan
berkomunikasi lewat handphone karena ia berada di Jakarta untuk
bekerja. Ia hanya bisa pulang saat empat hari sebelum pernikahannya.
Sebenarnya pernikahan ini sebelumnya akan diadakan pada bulan
Mei, namun ditunda sementara dikarenakan corona virus yang tiba-tiba

325
melanda Indonesia. Hal ini membuat diriku kesulitan dalam
mengerjakan program KKN karena setiap saat aku harus keluar rumah
mengurus hal ini. Dengan begitu, aku tetap mengerjakan program
KKN ku dengan cara selalu membawa laptopku kemana-mana. Dalam
perjalanan ke tempat tujuan, aku menggunakan kendaraan mobil
sehingga aku dapat mengerjakan program KKN di dalam mobil, walau
sering kali aku akhirnya berhenti mengerjakannya karena merasa
pusing untuk melihat laptop dalam keadaan yang berguncang-
guncang di dalam mobil.
Aku memiliki tiga program kerja yang terdiri dari satu program
tema, satu program tema interdisiplin dan satu program non tema.
Program pertama yang aku buat adalah program tema interdisiplin
dengan judul “Sosialisasi Perilaku Hidup Bersih dan Sehat”. Aku
mengerjakan program ini bersama rekanku Vincent. Saat itu terjadi
kesalahpahaman dikarenakan aku masih kebingungan dengan
program yang harus dilakukan terlebih dahulu sehingga pada saat itu
aku telah selesai dengan programku tetapi Vincent sedang
mengerjakan program individunya yang lain. Namun, hal ini dapat
kami atasi dengan cepat dan dapat diselesaikan sesuai dengan target
yang telah ditentukan. Luaran yang kami hasilkan pada program ini
berbentuk poster.
Untuk program kedua yang aku kerjakan yaitu program tema
individu dengan judul “Penyuluhan Kesehatan Ibu dan Anak”.
Pembuatan output program ini membutuhkan waktu yang lama
dikarenakan aku yang masih belum mahir dalam mendesain. Luaran
yang aku hasilkan pada program ini berbentuk buku saku dan poster.
Program terakhir yang aku kerjakan yaitu program non tema dengan
judul “Edukasi Tanaman Obat”. Program ini membutuhkan literatur
yang banyak, karena ini sebenarnya bukanlah bidangku. Namun
begitu, aku dapat menyelesaikannya dan telah menghasilkan luaran
berupa booklet.

326
Dengan berakhirnya KKN ini, aku berharap luaran yang telah
aku hasilkan dapat bermanfaat untuk masyarakat Desa Talun dan
dapat diaplikasikan oleh masyarakat Desa Talun dengan sebaik-
baiknya. Aku berterima kasih kepada Bapak Dedi selaku kepala BPD,
Ibu Euis selaku Kepala Desa Talun dan Mba There selaku Dosen
Pembimbing Lapangan (DPL) yang selalu mengingatkan kami saat
KKN. Aku juga berterima kasih kepada tim unit JB036 yang telah
menerimaku di tim ini dan terutama teman-temanku dari sub-unit 4
yang selalu memberikan canda tawa mereka selama menjalani KKN
bersama agar KKN daring ini tidak menjadi garing.

327
Daftar Penulis
Sub-unit 1

Abyan Irsyad Azka Dzaki Arrazzaq Nurul Hidayah


Manajemen Bisnis Teknologi Informasi Pendidikan Dokter Hewan

Khansabila Alqibti W. N. RA Tasik Wulan H. Hapsari Khansa S.


Biologi Ilmu Hukum Pendidikan Dokter Gigi

Taufik Al Faruk Daniel Yoga Simamora


Politik dan Pemerintahan Proteksi Tanaman

328
Sub-unit 2

Aji Pangayoman Salsabilla Kiranasafira


Ekonomi Pertanian dan Agribisnis Politik dan Pemerintahan

Francesca Patricia P. C. Tigar Brilyan Sugijarta La Ode Fikri Hanifa


Teknik Mesin Antropologi Budaya Pendidikan Dokter Gigi

Tita Thalia Nurcahyani Syah Menan Lubis


Geografi Lingkungan Ilmu dan Industri Peternakan

329
Sub-unit 3

Damasus Wahyu Kurnia Dwita Yoanida Y Umi Alifa Jamil


Ilmu Tanah Perencanaan Wilayah dan Kota Geografi Lingkungan

Agam Perdana Prasetyo Hanifa Rosa Wardhani Sekar Fadhilah Zahra


Teknologi Industri Pertanian Ilmu Komunikasi Antropologi Budaya

Luthfan Hadi Hilsan Amira Anandita


Elektronika dan instrumentasi Pendidikan Dokter Hewan

330
Sub-unit 4

Vincent Tandy Pande putu Akira N.


Teknik Geodesi Pendidikan Dokter Hewan

Sinta Febriani Irene Clarisa Gunawan Farrah Erifa Roni


Pendidikan Dokter Gigi Teknik industri Ilmu Hukum

Wildan Maulana Dinda Ardhenareshwari


Politik dan Pemerintahan Ilmu dan Industri Peternakan

331
View publication stats

Anda mungkin juga menyukai