Tanggal terbit:
Panduan
Praktis
Klinis
Kriteria eklamsia
Timbul kejang pada penderita preeklamsia
Penanganan preeklamsia
1. Penanganan umum pasien rawat inap
Pasang infus dengan jarum ukuran besar.
Pasang kateter urin untuk memantau pengeluaran urin
dan mengukur protein urin dalam 24 jam. Ukur
keseimbangan cairan, jangan sampai berlebihan.
Cairan pemeliharaan dijaga tidak lebih dari 80 ml/jam
kecuali terdapat kehilangan cairan yang banyak (misal
perdarahan). Jangan gunakan volume expansion untuk
cairan pemeliharaan.5
Berikan antihipertensi untuk menjaga tekanan sistolik
<150 mmHg dan diastolik antara 80-100 mmHg.5
Observasi ketat tingkat kesadaran, tekanan darah, nadi,
frekuensi pernapasan, saturasi oksigen, suhu, dan balans
cairan.8
Observasi ketat denyut jantung janin.
Pemberian magnesium sulfat sebagai antikonvulsan.
Pemberian kortikosteroid untuk pematangan paru janin
(pada usia kehamilan <34 minggu).1
Observasi ketat parameter biokimiawi (hematologi,
ginjal, metabolik dan respiratorik).8
Pengawasan tanda dan gejala edema paru, seperti sesak
napas, ortopnea, agitasi, batuk, takikardia, takipnea,
timbul ronkhi pada auskultasi paru, suara abnormal
jantung, dan saturasi oksigen yang turun. Pemeriksaan
X-ray toraks, AGD, elektrokardiografi (EKG) dan
ekhokardiografi dapat membantu menegakkan
8
diagnosis.
Persalinan harus diusahakan segera setelah pasien
stabil. Metode persalinan disesuaikan dengan kondisi
ibu dan janin.
2. Antihipertensi
Pemberian antihipertensi pada preeklamsia
direkomendasikan jika tekanan darah sistolik ≥150
mmHg atau diastolik ≥100 mmHg, atau keduanya.3,5
Indikasi utama pemberian obat antihipertensi pada
kehamilan adalah untuk keselamatan ibu dalam
mencegah penyakit serebrovaskuler (stroke),
kardiovaskuler (gagal jantung kongestif dan iskemia
miokardium), renal (gagal ginjal), kemungkinan
eklamsia dan menurunkan risiko kematian.1,7
Penurunan tekanan darah dilakukan secara bertahap,
tidak lebih dari 25% penurunan dalam waktu 1 jam. Hal
ini untuk mencegah terjadinya penurunan aliran darah
uteroplasenter. Target penurunan tekanan darah adalah
sistolik <160 mmHg dan diastolik <110 mmHg.1
Pilihan antihipertensi yang dapat diberikan adalah:
a. Nifedipin:
Terapi akut: 10-20 mg peroral,
diulang dalam 30 menit jika
diperlukan; kemudian 10-20 mg setiap
2-6 jam.5,6
Terapi kronis: 30-120 mg peroral
dalam 3-4 dosis terbagi, atau dalam
bentuk preparat slow-release.5,6,7
b. Nikardipin: dosis awal yang dianjurkan melalui
infus yaitu 5 mg/jam, dapat dititrasi 2,5
mg/jam tiap 5 menit hingga maksimal 10
mg/jam atau hingga penurunan tekanan darah
arterial rata-rata sebesar 25% tercapai.1
c. Metildopa: dimulai pada dosis 500-3000 mg
peroral dalam 2-3 dosis terbagi.5,6
3. Pemberian magnesium sulfat (MgSO4)
Tujuan utama pemberian magnesium sulfat pada
preeklamsia dengan gejala pemberat adalah untuk
mencegah dan mengurangi angka kejadian eklamsia,
serta mengurangi morbiditas dan mortalitas maternal
dan perinatal.1
Efek samping minor yang bisa dijumpai adalah rasa
hangat, flushing, nasuea atau muntah, kelemahan otot,
mengantuk dan iritasi lokal di tempat injeksi.1
Manajememen ekspektatif
Tujuan manajemen ekspektatif adalah untuk memperbaiki
luaran perinatal dengan mengurangi morbiditas neonatal
serta memperpanjang usia kehamilan tanpa membahayakan
ibu.1
Direkomendasikan pada kasus:1
1. Preeklamsia tanpa gejala berat dengan usia
kehamilan <37 minggu dengan evaluasi maternal
dan janin yang ketat.
2. Preeklamsia berat dengan usia kehamilan <34
minggu dengan syarat kondisi ibu dan janin stabil.
Perawatan poliklinis secara ketat dapat dilakukan pada kasus
preeklamsia tanpa gejala berat.1
Pengawasan pasien hipertensi gestasional atau preeklamsia
tanpa pemberat di poliklinik:1,5
Pemeriksaan tekanan darah setiap kunjungan.
Evaluasi gejala maternal dan gerakan janin setiap
hari oleh pasien.
Pada pasien dengan hipertensi gestasional,
proteinuria perlu untuk dievaluasi setiap kali
kunjungan antenatal, tetapi tidak perlu diulang bila
diagnosis preeklamsia sudah ditegakkan.
Pemeriksaan laboratorium, termasuk darah
lengkap, jumlah trombosit, enzim hepar dan
kreatinin serum minimal 1 kali seminggu, namun
frekuensi dapat berubah berdasarkan temuan klinis.
Pasien diminta untuk diet reguler tanpa pembatasan
garam.
Evaluasi USG dan kesejahteraan janin secara
berkala.
Jika didapatkan tanda PJT, evaluasi menggunakan
Doppler velocimetry terhadap a. umbilikalis
direkomendasikan.
Setiap kunjungan perlu ditanyakan adanya gejala
preeklamsia berat (nyeri kepala berat, gangguan
penglihatan, nyeri epigastrik, dan sesak napas).
Manajemen
Bagan 1. Manajeme ekspektatif
n Eks pektatifpreeklamsia
Pre eklampstanpa gejala
ia tanpa Geberat
jala Berat
4
P r e e k la m p s ia
• U s ia K e h a m ila n ≥ 3 7 m g g
a ta u
• U s ia ≥ 3 4 m g g d e n g a n : Ya
L akukan
- P e r s a lin a n a ta u k e tu b a n p e c a h
P e r sa lin a n
- P e r b u r u k a n k o n d is i I b u d a n J a n in
- P e r tu m b u h a n ja n in te r h a m b a t
- D id a p a tk a n s o lu s io p la s e n ta
T id a k
• U s ia K e h a m ila n < 3 7 m g g
• P e r a w a ta n p o lik lin is
- E v a lu a s i I b u 2 k a li d a la m
s e m in g g u
- E v a lu a s i k e s e ja h te r a a n ja n in ja n in
2 k a li d a la m s e m in g g u
• U s ia K e h a m ila n ≥ 3 7 m g g Ya
• P e r b u r u k a n k o n d is i ib u d a n ja n in
• P e r s a lin a n a ta u k e tu b a n p e c a h
P r e e k la m p s ia d e n g a n g e ja la b e r a t
• E v a lu a s i d i k a m a r b e rs a lin d a la m 2 4 – 4 8 ja m
• K o rtik o s te ro id u n tu k p e m a ta n g a n p a ru , M a g n e s iu m
s u lfa t p ro fila k s is , a n tiip e rte n s i
• U S G , e v a lu a s i k e s e ja h te ra a n ja n in , g e ja la d a n
p e m e rik s a a n la b o ra to riu m
K o n tr a in d ik a s i p e r a w a ta n • H T b e ra t, tid a k te rk o n tro l
e k s p e k ta tif : • G a w a t ja n in Iy a Lakukan
• E k la m p s ia • S o lu s io p la s e n ta P e r s a lin a n
• E d e m a p a ru • IU F D s e te la h s ta b il
• D IC • J a n in tid a k v ia b e l
K o m p lik a s i p e r a w a ta n te rh a m b a t • P e m b e r ia n
e k s p e k ta tif: • S e v e re o ly g o h y d r a m n io n Iy a K o r tik o s te r o id
• G e ja la p e rs is te n • R e v e r s e d e n d d ia s to lic flo w p em a ta n g a n p a r u
• S in d ro m H E L L P • K P P a ta u in p a rtu • P e r s a lin a n
• P e rtu m b u h a n ja n in • G a n g g u a n re n a l b e ra t s e te la h 4 8 ja m
P e r a w a ta n e k s p e k ta tif:
• T e rs e d ia fa s ilita s p e ra w a ta n m a te rn a l d a n n e o n a ta l
in te n s if
• U s ia k e h a m ila n : ja n in v ia b e l – 3 4 m in g g u
• R a w a t in a p
• S to p m a g n e s iu m s u lfa t d a la m 2 4 ja m
• E v a lu a s i Ib u d a n ja n in s e tia p h a ri
• U s ia k e h a m ila n ≥ 3 4 m in g g u
• K P P a ta u in p a rtu Iy a
Lakukan
• P e rb u ru k a n m a te rn a l - fe ta l
p e r s a lin a n
• A d a n y a s a la h s a tu g e ja la k o n tra in d ik a s i p e ra w a ta n
e k s p e k ta tif
Manajemen terminatif
Sebaiknya tidak melakukan terminasi pada pasien dengan
hipertensi gestasional yang terkendali (tekanan darah
<160/110 mmHg, dengan atau tanpa antihipertensi), dan
pada pasien preeklamsia superimposed tanpa tanda
pemberat pada usia kehamilan <34 minggu.5
Terminasi pada manajemen ekspektatif dilakukan jika ada
pemburukan pada ibu dan/atau janin (setelah satu seri
kortikosteroid – jika diperlukan) sudah selesai diberikan,
atau setelah kondisi ibu stabil.5
Indikasi terminasi kehamilan pada preeklamsia berat:1,5
a. Indikasi ibu
Hipertensi berat yang tidak terkontrol
Gejala preeklamsia berat yang berulang
atau tidak berkurang (nyeri kepala,
pandangan kabur, dll)
Penurunan fungsi ginjal progresif
(kreatinin serum >1,1 mg/dL atau nilainya
2 kali tanpa adanya gangguan ginjal lain)
Trombositopenia persisten
(<100.000/mikroliter) atau HELLP
syndrome
Enzim hepar abnormal persisten
(meningkat 2 kali nilai normal)
Edema paru
Curiga solusio plasenta
Persalinan atau ketuban pecah
Eklamsia
Disseminated intravascular coagulation
(DIC)
b. Indikasi janin
Usia kehamilan ≥34 minggu
Pertumbuhan janin terhambat (taksiran
berat janin USG <5 persentil)
Oligohidramnion persisten (SDP <2 cm
atau AFI <5 cm)
Profil biofisik ≤4/10 pada minimal 2 kali
pemeriksaan berjarak 6 jam
Deselerasi variabel persisten atau lambat
pada NST
Doppler a. umbilikalis: reversed end
diastolic flow
Kematian janin
Metode persalinan
Persalinan vaginal dapat diupayakan, tetapi keberhasilannya
akan berkurang jika usia kehamilan semakin muda.
Kemungkinan seksio sesarea meningkat dengan semakin
mudanya usia kehamilan.5
Metode persalinan ditentukan oleh usia kehamilan,
presentasi janin, keadaan serviks dan kondisi ibu-janin.5
Apabila diperlukan induksi persalinan, preparat
prostaglandin lebih direkomendasikan daripada oksitosin.4
Perawatan postpartum
1. Pasien preeklamsia atau preeklamsia superimposed, tekanan
darah biasanya turun dalam 48 jam postpartum tetapi akan
naik lagi dalam 3-6 hari postpartum.5
2. Pada pasien preeklamsia dalam terapi antihipertensi,
monitor tekanan darah:4
Minimal 4 kali sehari selama pasien masih rawat
inap.
Setiap 1-2 hari hingga 2 minggu setelah pasien
pulang.
3. Pada pasien preeklamsia yang sebelumnya tidak
menggunakan antihipertensi, monitor tekanan darah:4
Minimal 4 kali sehari selama pasien masih rawat
inap.
Setidaknya sekali antara hari ke-3 dan ke-5
postpartum.
Selang sehari hingga tekanan darah normal (jika
tekanan darah tidak normal pada hari ke 3-5
postpartum).
Mulai terapi antihipertensi jika tekanan darah
≥150/100 mmHg.
4. Pemberian antihipertensi postpartum direkomendasikan jika
tekanan darah bertahan >150 mmHg (sistolik) atau >100
mmHg (diastolik), pada 2 kali pengukuran berjarak 4-6
jam.4
Pertimbangkan untuk menurunkan dosis jika
tekanan darah <140/90 mmHg.
Kurangi/hentikan antihipertensi jika tekanan darah
<130/80.
5. Antihipertensi yang digunakan antenatal tetap dilanjutkan,
kecuali metildopa – sebaiknya tidak digunakan postpartum
karena efek samping depresi.4,9,10
12. Indikator medis Lama perawatan berbeda-beda pada setiap kasus, tergantung
perkembangan kondisi ibu, kesejahteraan janin dan pemberat yang
ada.