Anda di halaman 1dari 5

1.

Tujuan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)


Tujuan dari model pembelajaran Direct Instruction yaitu untuk mengajarkan
pengetahuan dan skill-skill dasar yang harus dimiliki siswa seperti kemampuan berhitung
dan membaca (Fawaid & Mirza, 2009). Selain itu, pembelajaran Direct Instruction juga
bertujuan untuk menunjang proses pembelajaran siswa yang berhubungan dengan
pengetahuan prosedural dan pengetahuan deklaratif yang sudah terstruktur dengan baik
dan dapat diajarkan dengan pola kegiatan yang bertahap. Pengetahuan prosedural
merupakan pengetahuan tentang bagaimana cara dalam melakukan sesuatu, sedangkan
pengetahuan deklaratif merupakan pengetahuan mengenai sesuatu yang dapat
diungkapkan melalui kata-kata (Eggen & Kauchak, 2012).
2. Implementasi Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)
Contoh dari implementasi pembelajaran langsung dalam Mata Pelajaran Biologi
dengan Materi Ajar “Pengamatan Sel Hewan dan Sel Tumbuhan” adalah sebagai berikut
(Gayatri, 2009) :
a. Tahap I : Menyampaikan informasi, tujuan, dan memotivasi siswa
Pada tahap ini, guru melakukan pengecekan terhadap kesiapan belajar siswa,
media, dan ruang kelas. Selanjutnya, guru menyampaikan tujuan pembelajaran atau
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Kemudian, guru memberi informasi bahwa pada
tubuh kita tersusun atas banyak sel-sel yang berukuran sangat kecil, dan untuk
mengamatinya secara langsung harus menggunakan alat khusus yaitu mikroskop.
Agar siswa dapat mengamati sel menggunakan mikroskop, maka guru harus
menginformasikan kepada siswa bahwa mereka harus mampu dalam membuat
preparat sel, mampu dalam mengatur mikroskop, dan mampu dalam mengoperasikan
mikroskop. Langkah tersebut dilakukan untuk memberikan motivasi dan menarik
perhatian siswa untuk berperan penuh dalam proses pembelajaran.
b. Tahap II : Mendemonstrasikan pengetahuan dan keterampilan
Pada tahap ini, guru menunjukkan kepada siswa mengenai cara membuat preparat
sel. Selanjutnya, guru menunjukkan kepada siswa alat dan bahan yang digunakan
dalam praktikum seperti bawang merah, pisau/silet, tusuk gigi, kaca benda, kaca
penutup, dan pipet tetes. Dengan panduan petunjuk praktikum, guru memodelkan
cara membuat preparat bawang merah dan preparat sel pipi. Kemudian, guru juga
memodelkan cara memasang preparat pada mikroskop dan cara mengamati bayangan
sel menggunakan mikroskop dengan perbesaran yang berbeda-beda sehingga dapat
terlihat sel yang akan diamati.
c. Tahap III : Memberi latihan terbimbing
Pada tahap ini, siswa akan dibagi menjadi beberapa kelompok sesuai dengan
jumlah mikroskop yang ada. Kemudian, setiap kelompok dibimbing untuk membuat
preparat sel bawang merah atau sel pipi manusia. Setiap kelompok hanya membuat
salah satu dari preparat sel tersebut. Setelah siswa sudah dapat membuat preparat sel
dan telah memahami langkah-langkah dalam menyiapkan mikroskop, siswa diminta
untuk menyiapkan mikroskop dalam kelompoknya masing-masing dengan dibimbing
oleh guru. Selanjutnya, guru membimbing siswa dalam memasang preparat yang
telah dibuat pada mikroskop dan membantu dalam menemukan bayangan. Setelah
siswa sudah dapat melihat bayangan dan dapat mengamati preparat sel nya, siswa
diminta untuk menggambar sel yang diamatinya dan menunjukkan nama bagian-
bagian sel yang terlihat.
d. Tahap IV : Mengecek pemahaman siswa dan memberikan umpan balik
Pada tahap ini, guru mendatangi setiap kelompok untuk mengamati kerja siswa
dan memberi pertanyaan untuk memastikan bahwa siswa sudah terampil dan paham
dalam melakukan pengamatan sel hewan dan sel tumbuhan dengan baik dan benar.
Jika siswa belum terampil atau melakukan kesalahan dalam bekerja, maka guru harus
segera memberikan umpan balik. Umpan balik yang diberikan oleh guru bisa melalui
penjelasan atau dengan memodelkan sekali lagi keterampilan yang belum dikuasai
oleh siswa. Umpan balik dari guru harus spesifik dalam menunjukkan bagian yang
salah, kemudian mengapa dikatakan salah, dan memberikan solusi cara memperbaiki
kesalahan tersebut.
e. Tahap V : Memberi kesempatan latihan lebih lanjut
Setiap kelompok diminta untuk saling menukar preparat satu sama lain sehingga
semua kelompok memiliki kesempatan untuk mengamati preparat sel bawang merah
dan preparat sel pipi manusia. Kemudian, siswa diminta mengamati preparat yang
baru diperoleh dari kelompok lain dengan mengikuti cara-cara seperti pengamatan
sebelumnya sehingga diharapkan siswa sudah paham mengenai cara pengamatan sel
hewan dal sel tumbuhan menggunakan mikroskop. Untuk selanjutnya, guru
membimbing siswa dalam berdiskusi untuk menemukan perbedaan pada sel hewan
(sel pipi manusia) dan sel tumbuhan (sel bawang merah). Supaya keterampilan yang
sudah dimiliki siswa dapat bertahan lama, maka siswa diberi kesempatan untuk
melakukan praktikum secara mandiri baik di kelas maupun di rumah.

3. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)


a. Kelebihan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) menurut Sanjaya
(2007) :
1. Guru mengendalikan semua isi materi dan informasi yang akan diberikan pada
siswa sehingga kefokusan mengenai apa yang harus dicapai oleh siswa dapat
dipertahankan.
2. Merupakan cara yang paling efektif dalam mengajarkan suatu konsep,
pengetahuan yang terstruktur dan keterampilan kepada siswa.
3. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dapat memberikan tantangan
untuk mempertimbangkan kesenjangan antara teori dan fakta.
4. Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) dapat diterapkan secara
efektif dalam kelas besar maupun kelas kecil.
5. Siswa dapat mengetahui tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan jelas.
6. Kinerja siswa dapat dipantau oleh guru dengan baik.
7. Siswa mendapatkan banyak informasi dalam waktu yang relatif singkat.
8. Bagi siswa yang tidak suka membaca atau tidak mampu dalam menafsirkan
informasi dapat terbantu dengan metode ceramah yang dilakukan oleh guru.
9. Siswa dapat memperoleh pengetahuan yang tidak tersedia secara langsung, seperti
contoh-contoh yang relevan dan hasil dari penelitian terkini.
10. Bisa digunakan untuk menekankan poin-poin penting atau kesulitan yang
dihadapi siswa sehingga hal tersebut dapat diungkapkan.

b. Kekurangan Model Pembelajaran Langsung (Direct Instruction) menurut Hidayati


(2012) :
1. Hanya untuk kemampuan mendengar dan menyimak yang baik, sehingga sulit
untuk mengatasi perbedaan siswa dalam hal kemampuan, pengetahuan awal,
tingkat pemahaman, gaya belajar, dan ketertarikan siswa.
2. Siswa memiliki sedikit kesempatan untuk terlibat secara aktif sehingga siswa sulit
dalam mengembangkan keterampilan sosial dan interpersonal mereka.
3. Karena pembelajaran berpusat pada guru, maka keberhasilan strategi
pembelajaran sangat bergantung pada kompetensi dan kemampuan komunikasi
yang dimiliki guru.
4. Jika infromasi yang disampaikan kepada siswa bersifat kompleks, abstrak, rinci,
siswa kurang diberi kesempatan yang cukup dalam memproses dan memahami
informasi tersebut.
5. Menekankan pada komunikasi satu arah (one-way communication) sehingga
menyebabkan pengetahuan yang dimiliki siswa akan terbatas pada apa yang
diberikan oleh guru.
Daftar Pustaka

Eggen, P. & Kauchak, D. 2012. Strategies and Models for Teachers. New York : Pearson.
Fawaid, A., & Mirza, A. 2009. Metode-Metode Pengajaran Meningkatkan Belajar Siswa TK-
SMA. USA: Pearson Education.
Gayatri, Y. 2009. Implementasi Pengajaran Langsung (Direct Instruction) dalam Pembelajaran
Biologi: Contoh Pengembangan perangkat Pembelajaran. Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Pengetahuan, 8(2), 26-35.
Hidayati, A.N. 2012. Efektivitas Model Pembelajaran Direct Instruction terhadap Hasil Belajar
Matematika. Semarang : Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri Walisongo
Semarang.
Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran Berorientasi Sumber Proses Pendidikan. Jakarta:
Kencana.

Anda mungkin juga menyukai