Anda di halaman 1dari 65

MAKALAH

DETERMINASI RELIGION TUBUH DAN


TERMINOLOGI ANATOMI

OLEH:

RIDCE NURSASMI
NIM : 160101018

Desen Pembimbing:

M. Saka Abeiasa. M.Biomed

PROGRAM S. 1 KEPERAWATAN
STIKES PIALA SAKTI
PARIAMAN
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat dan

rahmat-Nya yang berlimpah kepada kita semua. Dan kita panjatkan shalawat serta

salam kepada Nabi besar kita Nabi MUHAMMAD SAW, yang telah membawa

kita dari kegelapan kedalam dunia yang terang.

Alhamdulilah, berkat rahmat Allah SWT.kami telah menyusun makalah ini

yang berjudul “DETERMINASI RELIGION TUBUH DAN TERMINOLOGI

ANATOMI”.” dengan tepat waktu.Dalam penyusunan makalah ini, kami

mengambil dari berbagai sumber situs internet yang telah terpercaya.

Makalah ini tentunya kurang dari kata sempurna.Maka dari itu kami sebagai

penulis, meminta saran bagi pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tidak lupa pula, kami berterima kasih kepada sumber –sumber yang terkait telah

memberikan informasi terkait dengan penyusunan makalah ini.

Pariaman, Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.......................................................................................i

DAFTAR ISI....................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.................................................................................1

1.2 Tujuan penulisan..............................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. TERMINOLOGI ANATOMI, OSTEOLOGI UMUM, MYOLOGI

UMUM

1. Istilah-istilah umum anatomi tubuh manusia...........................6

2. Tulang manusia......................................................................13

3. Otot manusia...........................................................................42

4. Persendian manusia................................................................54

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan....................................................................................59

B. Saran...............................................................................................60

DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Tubuh merupakan suatu hal yang kita miliki; tanpa tubuh tidak akan

mungkin akan ada makhluk hidup; tanpa tubuh tidak mungkin ada kehidupan.

Dalam kehidupan sehari-hari, tentunya kita akan selalu menggunakan tubuh

yang dikaruniai oleh Tuhan Yang Maha Esa kepada kita, tubuh yang memiliki

struktur-struktur yang mirip antara manusia yang satu dengan yang lainnya,

meskipun terkadang pada beberapa orang didapati struktur tubuh yang kurang

sempurna.

Anatomi merupakan salah satu cabang ilmu yang dipelajari dalam

kedokteran, kedokteran gigi, maupun ilmu kesehatan terkait lainnya. Anatomi

adalah ilmu yang mempelajari struktur tubuh. Pada dasarnya, anatomi dapat

dipelajari melalui tiga cara pendekatan, yaitu anatomi sistematis, anatomi

regional, dan anatomi klinis.

Anatomi mempelajari tubuh manusia hidup pada keadaan statis

maupun dinamis, dan dimanfaatkan dalam ketiga cara pendekatan. Anatomi

sistematis mempelajari tubuh sebagai rangkaian berbagai sistem organ;

Anatomi regional atau anatomi topografik mempelajari struktur tubuh melalui

daerah-daerah tubuh; dan Anatomi klinis mencakup pendekatan regional dan

sistemik serta menitikberatkan penerapannya secara klinis.


B. TUJUAN PENULISAN

Meningkatkan kemampuan bagi mahasiswa/i agar dapat memahami

mengenai determinasi religion tubuh dan terminologi anatomi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. TERMINOLOGI ANATOMI, OSTEOLOGI UMUM, MYOLOGI

UMUM

Kata anatomy berasal dari bahasa yunani (Greek) yang secara literatur

diartikan sebagai “membuka suatu potongan”. Antomi adalah suatu ilmu yang

mempelajari bagian dalam (internal) dan luar (external) dari struktur tubuh

manusia dan hubungan fisiknya dengan bagian tubuh yang lainnya. Contoh:

mempelajari organ jantung dan posisinya dalam  tubuh. Kata physiology juga

juga berasal dari bahasa yunani (Greek) yaitu ilmu yang mempelajari

bagaimana suatu organisme melakukan fungsi utamanya. Contoh: seseorang

yang ingin mempelajari fisiologi tentang bagaimana jantung bisa memompa

darah. Anatomi fisiologi adalah dua hal yang berkaitan erat satu dengan yang

lainnya baik secara teoritis maupun secara praktikal, sehingga muncul suatu

konsep: “semua fungsi yang spesifik dibentuk dari struktur yang spesifik”

(Martini:2001)

Struktur regional mempelajari letak geografis bagian tubuh dan setiap

region atau daerahnya misalnya lengan, tungkai, kepala dan seterusnya.

Mempelajari letak dan hubungan satu bagian tubuh tidak dapat terpisah dari

pengamatan tentang kegunaan setiap struktur dan system jaringan struktur

tertentu yang dapat dilihat dengan mata telanjang. Semua gambaran tubuh

manusia didasarkan pada orang berdiri tegak dengan ekstrimitas disamping

tubuh dan wajah serta telapak tangan mengarah ke depan (Syaifuddin, 2009).

3
Posisi standar anatomi diterapkan untuk mempelajari anatomi,

sehingga dengan ketentuan dasar posisi anatomi, kedudukan bagian tubuh

yang satu terhadap bagian tubuh yang lain akan selalu tetap meskipun tubuh

dalam keadaan melakukan gerakan ataupun dalam melakukan posisi apapun,

sebagai contoh adalah bahwa kepala selalu berada di sebelah cranial (atas) dari

badan meskipun posisi badan dalam keadaan berdiri atau tidur (Sudibjo, dkk.

2011).

Istilah yang digunakan dalam anatomi. Banyak bagian tubuh yang

terletak simetris .Misalnya anggota gerak mata dan telinga paru-paru dan

ginjal. Limpa terletak di sebelah kanan ,pankreas terletak sebagian di kiri dan

sebagian di kanan Ini disebut dengan posisi anatomi.Maka letak berbagai

bagian tubuh dilukiskan dengan memperbandingkannya dengan pada garis-

garis dan bidang-bidang khayal(imajiner).Misalnya bidang medial melalui

sumbu tengah tubuh .Sesuatu struktur yang letaknya lebih dekat dengan pada

bidang  median tubuh daripada struktur lain.Misalnya otot pangkal paha

adalah media terhadap kelompok lainnya yang berada di sebelah luar yang

disebut aspek lateral maka sisi dalam paha disebut aspek medial (Pearce:

2006).

Istilah interna dan externa  digunakan untuk melukiskan jarak relative

sebuah organ atau struktur terhadap pusat sebuah rongga .Iga-iga misalnya

mempunyai permukaaan interna yaitu yang menghadap ke dalam rongga dada

dan permukaan externa yang ke sebelah luar. Istilah superficial(di permukaan)

dan profunda(dalam) digunakan untuk menunjukkan jarak relative dari

4
permukaan tubuh . Dan istilah  superior dan inferior menunjukkan letak

relative tinggi atau rendah kususnya dari klavikula(tulang selangka). Istilah

anterior dan posterior merupakan persamaan dari ventral dan dorsal .Dalam

melukiskan permukaan telapak kaki dipakai istilah plantar dan dorsal. Istilah

proksimal dan distal untuk menunjukkan letak dekat jauhnya atau  jarak dari

sebuah titik tertentu .Bila tiga struktur terletak dalam suatu garis yang berjalan

mulai dari bidang median tubuh ke samping luar ,mka ini dilukiskan sebagai

letak medialis , intermedialis dan lateralis (Pearce:2006).

Menurut Sudibjo dkk (2011) dalam ilmu anatomi terdapat istilah-

istilah yang dipakai untuk menggambarkan gerak tubuh

antaralain: Fleksi Mempunyai arti menekukan bagian tertentu atau

mengecilkan sudut antara bagian-bagian tubuh. Ekstensi berarti meluruskan

suatu bagian atau menambah besarnya sudut antara bagian-bagian

tubuh. Abduksi mempunyai arti menjauhi bidang media tubuh dalam bidang

koronal. Aduksi berarti menggerakan kearah bidang median dalam bidang

koronal, pada jari-jari tangan dan jari-jari kaki abduksi yang berarti

merentangkannya terpisah, dan dengan abduksi dimaksudkan dengan

mempersatukannya. Pronasi ialah rotasi medial lengan bawah dan tangan

sehingga telapak tangan menghadap ke belakang (dorsal). Suspinasi ialah

rotasi lateral lengan bawah dan tangan sehingga telapak tangan menghadap ke

depan (ventral), seperti pada posisi anatomis. Eversi berarti memutarkan

telapak kaki keluar (lateral). 

5
1. Istilah-istilah umum anatomi tubuh manusia

1.1. Istilah-istilah untuk anatomi posisi

Gambar 1.1.

 Bidang median (bidang mediosagital)

Bidang yang membujur vertikal melalui tubuh dan membaginya

menjadi sama besar belah kanan dan kiri.

 Bidang koronal

Bidang vertikal melalui tubuh, tegak lurus terhadap bidang

median dan membagi tubuh menjadi bagian depan (frontal) dan

bagian belakang (dorsal).

6
 Bidang horizontal

Bidang melintang melalui tubuh, tegak lurus terhadap bidang

median dan bidang koronal, dan membagi tubuh menjadi bagian

atas (superior) dan bagian bawah (inferior).

1.2. Istilah-istilah untuk macam-macam potongan

 Longitudinal : bidang yang memotong tubuh vertikal menjadi

bagian kanan dan kiri.

 Transversal : bidang yang memotong tubuh horizontal menjadi

bagian atas dan bawah.

 Obligue : bidang yang memotong tubuh miring atau serong

(diagonal).

Gambar 1.2.

7
1.3. Istilah-istilah kata sifat yang menyatakan bidang

Gambar 1.3.

 Medianus : membagi tubuh menjadi bagian kiri dan kanan.

 Paramedianus : bidang yang sejajar dan dekat dengan bidang

medianus.

 Sagital : bidang vertikal melalui tubuh, sejajar dengan bidang

median dan memotong tubuh menjadi bagian kiri dan kanan.

 Frontalis / Coronalis : bidang yang membagi tubuh menjadi

bagian depan dan belakang.

 Transversalis : bidang yang membagi tubuh menjadi bagian atas

dan bawah.

8
1.4. Istilah-istilah untuk kata sifat yang menyatakan arah

Gambar 1.4.

 Medialis : letaknya mendekati bidang median.

Contoh : jari kelingking terletak pada sisi medial tangan.

 Lateralis : letaknya menjauhi bidang median.

Contoh : ibu jari terletak pada lateral tangan.

 Ventralis (Anterior) : letaknya lebih dekat ke depan.

Contoh : letak sternum terhadap jantung.

 Dorsalis (Posterior) : letaknya lebih dekat ke belakang.

Contoh : letak kedua ren terhadap intestinum.

 Cranialis (Superior) : letaknya lebih dekat kepada kepala.

Contoh : letak jantung terhadap gaster.

 Caudalis (Inferior) : letaknya dekat pada kaki.

9
Contoh : letak gaster terhadap jantung.

 Proksimal : letaknya lebih dekat pada batang tubuh atau

pangkal.

Contoh : letak siku terhadap pergelangan tangan.

 Distal : letaknya lebih jauh dari pangkal tubuh.

Contoh : letak pergelangan tangan terhadap siku.

 Superfisial : letaknya lebih dekat ke atau di permukaan.

Contoh : otot-otot lengan bawah terhadap tulangnya (humerus).

 Profunda : letaknya lebih jauh dari permukaan.

Contoh : humerus terhadap otot.

1.5. Istilah-istilah untuk menyatakan bangunan yang menonjol

 Processus : taju (menonjol) tidak tajam.

 Spina : taju dan tajam, pipih seperti pisau.

 Tuber : tonjolan yang bulat.

 Tuberculum : tonjolan bulat yang kecil.

 Crista : rigi atau tepi.

 Pecten : tonjolan.

 Condylus : bonggol bulat pada ujung tulang.

 Epicondylus : tonjolan puncak pada condylus.

 Cornus : tanduk.

 Linea : garis.

10
1.6. Istilah-istilah untuk menyatakan bangunan yang melekuk

 Fossa : nama umum untuk lekukan.

 Fossula : lekukan kecil.

 Fovea : lekukan dangkal.

 Foveola : lekukan kecil dan dangkal.

 Sulcus : alur.

 Incisura : lekuk yang yang berkelok-kelok / takik.

1.7. Istilah-istilah untuk lubang, saluran, dan ruangan

 Foramen : lubang yang bulat.

 Fisura : celah.

 Apertura : pintu.

 Canalis : saluran (lebih besar dari duktus, isinya udara).

 Duktus : buluh (tempat keluar cairan saliva, kosong).

 Meautus : liang (biasanya buntu).

 Cavum : rongga (ruang apertura, berisi udara).

1.8. Istilah-istilah untuk pergerakan

 Fleksio : gerakan yang mengecilkan sudut.

 Ekstensio : gerakan yang membesarkan sudut.

11
Gambar 1.4.

 Pronasi : rotasi medial lengan bawah dan tangan sehingga

telapak tangan menghadap ke belakang.

 Supinasi : rotasi lateral lengan bawah dan tangan sehingga

telapak tangan menghadap ke depan.

12
 Circumductio : pergerakan dalam tiga dimensi, membentuk

kerucut dengan sumbu diluar bagian itu.

 Abductio : pergerakan yang menjauhkan dari pusat tubuh.

 Adductio : pergerakan yang mendekatkan ke pusat tubuh.

 Exorotatio : gerakan memutar permukaan depan menjauhi

median.

 Endorotatio : gerakan memutar permukaan depan ke arah

median.

 Elevasi : menggerakkan anggota tubuh ke atas.

 Depresi : menggerakkan anggota tubuh ke bawah.

 Invertio : memutarkan telapak kaki ke arah dalam.

 Evertio : memutarkan telapak kaki ke arah luar.

 Protrusi : menggerakkan rahang bawah ke depan.

 Retrusi : menggerakkan rahang bawah ke belakang.

2. Tulang manusia

Tulang adalah organ yang hidup dan terasa nyeri apabila mengalami

cidera, berdarah apabila patah, dan berubah seiring dengan usia. Tulang

dilengkapi dengan pembuluh darah, pembuluh limfe, dan saraf, serta dapat

diserang penyakit. Tulang yang tudak dipakai mengalami atrofi atau menjadi

kecil, misalnya pada ekstermitas yang lumpuh. Tulang mengalami hipertrofi

atau membesar apabila harus menanggung beban berlebih selama waktu

panjang.

13
Salah satu ciri makhluk hidup adalah bergerak. Salah satunya manusia

dapat bergerak karena memiliki anggota tubuh yang dapat menggerakkan

anggota tubuh kita. Alat gerak ada dua macam yaitu alat gerak pasif dan alat

gerak aktif. Alat gerak pasif ialah rangka badan kita dan alat gerak aktif ialah

otot-otot badan. Alat gerak manusia yaitu sendi, rangka, dan otot. Dari

ketiganya tersebut memiliki fungsi masing-masing dan masih terbagi menjadi

beberapa macam alat gerak. Jika dari salah satu alat gerak tersebut tidak

berfungsi maka dapat menyebabkan kelainan yang berhubungan dengan tulang

yang kurang normal.

Tubuh manusia dapat di umpamakan seperti kerangka rumah. Tubuh

manusia bagaikan sebuah bangunan yang di topang oleh kerangka.

Perumpamaan tersebut dikarenakan susunan kerangka manusia dengan

susunan rumah hampir sama dan memiliki bagian - bagian untuk dapat berdiri

tegak. Bedanya jika bangunan rumah di topang dengan adanya susunan

kerangka kayu yang berguna untuk menopang berdirinya bangunan rumah,

manusia di topang dengan adanya kerangka.

Kerangka tubuh manusia tersusun atas 206 tulang yang saling

berhubungan. Hubungan antar tulang disebut sendi. Sendi ada yang dapat

digerakkan dan ada juga yang tidak. Sendi yang dapat digerakkan disebut

Sendi Gerak. Sedangkan sendi yang tidak dapat digerakkan disebut Sendi

Mati.

Tulang - tulang pada manusia membentuk rangka dalam. Berdasarkan

zat penyusunnya, tulang dibedakan menjadi tulang keras dan tulang rawan.

14
Berdasarkan bentuknya, tulang dibedakan menjadi tulang pipa, tulang pipih,

dan tulang pendek. Berdasarkan letaknya, rangka dapat dibedakan menjadi 3

bagian utama, yaitu rangka kepala (tengkorak), rangka badan, dan rangka

anggota gerak.

Fungsi kerangka manusia adalah sebagai berikut  :

1). sebagai penegak tubuh

2). sebagai pembentuk tubuh

3). sebagai tempat melekatnya otot (otot rangka)

4). sebagai pelindung bagian tubuh yang penting

5). sebagai tempat pembentukkan sel darah merah

6). sebagai alat gerak pasif

2.1. Perkembangan dan Pertumbuhan Tulang

Osifikasi adalah sebuah proses pembentukan tulang. Pembentukan

tulang dimulai dari perkembangan jaringan penyambung seperti tulang

rawan (kartilago) yang berkembang menjadi tulang keras.

Pertumbuhan tulang bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan

berlangsung sampai dewasa. Pertumbuhan tulang ini akan lengkap pada

bulan ketiga kehamilan. Pertumbuhan tulang bayi di dalam rahim

dipengaruhi oleh hormon plasenta dan kalsium. Setelah anak lahir, proses

pertumbuhan tulangnya diatur oleh hormon pertumbuhan, kalsium, dan

aktivitas sehari-hari. Osteoblas dan osteoklas berperan dalam proses

pembentukan tulang, dimana keduanya bekerja secara bertolak belakang

(osteoblas memicu pertumbuhan tulang, sedangkan osteoklas menghambat

15
pertumbuhan tulang) agar tercapai proses pembentukan tulang yang

seimbang.

Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi,

bila daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk

osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk

kondroblas.

Pada awalnya pembuluh darah menembus perichondrium di bagian

tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium berubah

menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan tulang

kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan dengan

proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang disebut

juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar kemudian pecah

sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat kapur

didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel tulang

rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini. Kemudian

akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi) dan pelarutan dari

zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan dengan masuknya

pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah rongga untuk sumsum

tulang.

Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah

epifise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang

spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung

16
epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang

rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.

Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise

terus-menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti

dengan tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap

sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter

(lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas

sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan

osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah

permukaan.

Jadi pembentukan tulang keras berasal dari tulang rawan (kartilago

yang berasal dari mesenkim). Kartilago memiliki rongga yang akan terisi

oleh osteoblas (sel-sel pembentuk tulang). Osteoblas membentuk osteosit

(sel-sel tulang). Setiap satuan sel-sel tulang akan melingkari pembuluh

darah dan serabut saraf membentuk sistem havers. Matriks akan

mengeluarkan kapur dan fosfor yang menyebabkan tulang menjadi keras.

Jenis osifikasi:

a. Osifikasi endokondral :

Proses pembentukan tulang yang terjadi dimana sel-sel mesenkim

berdiferensiasi lebih dulu menjadi kartilago (jaringan rawan) lalu

berubah menjadi jaringan tulang, misal proses pembentukan tulang

panjang, ruas tulang belakang, dan pelvis. Proses osifikasi ini

bertanggung jawab pada pembentukkan sebagian besar tulang manusia.

17
Pada proses ini sel-sel tulang (osteoblas) aktif membelah dan muncul

dibagian tengah dari tulang rawan yang disebut center osifikasi.

Osteoblas selanjutnya berubah menjadi osteosit, sel-sel tulang dewasa ini

tertanam dengan kuat pada matriks tulang.

b. Osifikasi intramembranosus :

Proses pembentukan tulang dari jaringan mesenkim menjadi

jaringan tulang, contohnya pada proses pembentukan tulang pipih. Pada

proses perkembangan hewan vertebrata terdapat tiga lapisan lembaga

yaitu ektoderm, medoderm, dan endoderm. Mesenkim merupakan bagian

dari lapisan mesoderm, yang kemudian berkembang menjadi jaringan

ikat dan darah. Tulang tengkorak berasal langsung dari sel-sel mesenkim

melalui proses osifikasi intramembran.

c. Osifikasi heterotopik :

Pembentukan tulang di luar jaringan lunak

18
EFEK HORMON TERHADAP PERTUMBUHAN TULANG

Hormon pertumbuhan (Growth Hormon)

 Merupakan efek paling utama dari GH

 Pertumbuhan tulang dapat berupa penebalan atau pertumbuhan panjang

 Ke 2 pertumbuhan tersebut ditingkatkan oleh hormone pertumbuhan

 Hormone ini merangsang poliferasi tulang rawan epifis shga

menyediakan lbh banyak ruang untuk membentuk tulang dan

merangsang aktivitas osteoblas

 Apabila lempeng epifis telah tertutup,tulang tdk lagi bertambah panjang

walaupun terdapat hormone peertumbuhan

Parathyroid hormon (PTH)

Fungsinya mempertahankan konsentrasi serum kalsium pada

rentang yang sangat sempit. Produksi dan release distimulasi oleh naik

turunnya kadar kalsium serum. Target organnya tubulus renal, tulang, dan

intestinal .

Hormon lain

Estrogen menstimulasi absorbsi kalsium dan melindungi tulang dari

pengaruh PTH. Efek hormon ini menyebabkan oeteoporosis. Thyroxin

meningkatkan pembentukan dan resobsi tulang tetapi lebih dominan

resorbsi sehingga hyperthyroid dihubungkan dengan besarnya

pembongkaran tulang dan osteoporosis.

19
2.2. Sifat Dinamis Tulang

a) Pengaruh Latihan Fisik terhadap Massa Tulang

Latihan fisik menstimulasi osteoblas dengan adanya arus listrik

yang dihasilkan ketika stress mengenai tulang, terutama bagian permukaan

periosteal tulang. Latihan fisik juga meningkatkan struktur tulang selama

masa pertumbuhan dan mengurangi kehilangan massa tulang pada individu

usia lanjut.

Latihan fisik yang berkelanjutan dapat menyebabkan peningkatan

massa tulang regional. Faktor nutrisi, terutama asupan kalsium yang cukup

sangat menentukan dalam puncak massa tulang. Penelitian retsospektif

menunjukkan bahwa individu dengan asupan kalsium yang tinggi pada

masa pertumbuhan memiliki puncak massa tulang yang lebih tinggi

dikemudian hari. Puncak massa tulang merupakan tingkatan tertinggi dari

densitas mineral tulang, kandungan mineral tulang (Bone Mineral Content)

atau massa tulang (Bone Mass). Puncak massa tulang yang rendah akan

memudahkan terjadinya osteoporosis dan fraktur tulang pada saat usia

lanjut. Puncak massa tulang dicapai pada usia 20-30 tahun, setelah itu akan

menurun, dimana terjadi proses penuaan, absorpsi kalsium menurun dan

fungsi hormon paratiroid meningkat sehingga kalsium tulang mulai

berkurang .

Latihan fisik berupa aktifitas berenang memberikan dampak yang

menguntungkan bagi kesehatan tulang pada wanita muda. Sedangkan

20
latihan fisik dengan intensitas yang sangat rendah tidak dapat menstimulasi

osteoblas sehingga tidak akan memberikan dampak pada tulang .

b) Kalsium dalam Tubuh

Kalsium memiliki berbagai fungsi penting dalam fisiologi tubuh.

Fungsi kalsium antara lain merupakan pembentuk utama tulang dan gigi,

berfungsi untuk integritas sistem saraf dan otot, serta mempengaruhi

aktifitas sekresi kelenjar eksokrin dan endokrin .

Kalsium masuk ke dalam tubuh melalui saluran gastro-intestinal,

dan diabsorpsi terutama dalam usus halus bagian atas dengan difusi pasif

dan transport aktif. Agar dapat diabsorpsi dengan baik oleh tubuh, kalsium

hendaklah dalam bentuk larutan dan terioonisasi .

Kalsium didistribusi dengan cepat ke jaringan skeletal. Kalsium

serum normal berkisar antara 9-10,4 mg/dL (Sukandar et al., 2008).

Ekskresi kalsium melalui urine, keringat, dan terutama melalui fases.

Ekskresi melalui urine tidak melebihi 150 mg/hari. Ekskresi melalui urine

menurun dengan bertambahnya usia .

c) Peran Kalsium dalam Tulang

Kalsium dalam tulang disimpan dalam bentuk kristal hidroksiapatit

(CaHPO4). Jumlah kalsium pada masa dewasa normal berkisar 1000-1200

g dan kira-kira 99% diantaranya berada dalam tulang. Sebagian kalsium

yang terionisasi berada dalam bentuk ikatan dengan anion, terutama fosfat

anorganik dan sitrat. Kalsium dalam tulang terdapat dalam dua bentuk,

21
sebagian kecil dalam bentuk cadangan yang labil dan mudah diganti, dan

sebagian besar merupakan cadangan yang stabil.

Pada saat kanak-kanak hingga usia 20 tahun, seharusnya dijaga agar

kandungan kalsium dalam tulang tinggi. Karena, pada saat tersebut tulang

sedang pada masa pertumbuhan dan perkembangan. Setelah itu,massa

tulang akan menurun secara alamiah. Kecepatan perusakan tulang tidak lagi

dibarengi dengan kecepatan untuk memperbaiki diri. Sehingga apabila pada

usia muda kandungan kalsium dalam tulang tidak dipertahankan, maka

pada masa yang akan datang kemungkinan dapat terjadi pengeroposan

tulang.

Latihan fisik dapat meningkatkan konsentrasi ion kalsium dalam

plasma, sehingga tulang tidak perlu melepas ion kalsium dan konsentrasi

ion kalsium dalam tulang dapat tetap dipertahankan tinggi dan massa tulang

tetap terjaga.

d) Pengaruh Suplemen Kalsium terhadap Massa Tulang

 Pengaruh terhadap Kualitas Tulang

Tulang rangka tubuh terdiri dari 99% kalsium yang tersimpan

dalam bentuk hydroksiapatit (garam kristalin), yang rumus kimianya

Ca10(PO4)6(OH)2.

Kebutuhan kalsium maksimal terjadi selama puncak masa

pertumbuhan cepat, yaitu pada masa remaja, yang mencapai 1300

mg/hari. Asupan kalsium sangat vital pada masa ini, agar diperoleh

mineralisasi tulang yang cukup .

22
Apabila kandungan kalsium berkurang, maka kekuatan tulang

akan menurun karena tulang akan kehilangan struktur pembentuk

utamanya. Konsumsi kalsium oleh anak perempuan usia pertumbuhan

dan wanita dewasa harus mendekati atau melebihi asupan yang

dianjurkan, sehingga puncak massa tulang dapat dicapai dan terpelihara

sampai masa menopause .

Kalsium merupakan elemen kunci untuk mencegah terjadinya

osteoporosis. Ion kalsium dan fosfor merupakan molekul organik yang

membentuk tulang dan gigi. Tulang menyimpan kalsium untuk

membantu memelihara konsentrasi ion kalsium dalam plasma, ketika

ion kalsium berkurang dalam plasma oleh karena asupan ion kalsium

yang tidak cukup. Jika asupan kalsium kurang dalam jangka waktu lama

maka akan dapat terjadi kehilangan massa tulang yang akhirnya akan

mengakibatkan terjadinya osteoporosis pada saat menopouse dan tulang

akan mudah mengalami fraktur .

Tulang rangka tubuh terdiri dari 99% kalsium yang tersimpan

dalam bentuk hydroksiapatit. Fungsi utama kalsium adalah untuk

membentuk struktur dari tulang dan gigi. Sisanya ditemukan pada sel

dan jaringan lunak sebesar 0,9% dan di dalam pembuluh darah serta

cairan ekstraseluler 0,1%. Perolehan asupan jumlah kalsium yang cukup

akan membantu peningkatan metabolisme tulang dan memperbaiki

keadaan tulang secara keseluruhan .

23
 Pengaruh Suplemen Kalsium terhadap Massa Tulang

Pemberian suplemen kalsium ditujukan pada individu-individu

yang tidak dapat mengkonsumsi kalsium sesuai dengan yang

dianjurkan,misalnya pada individu dengan osteopenia atau osteoporosis,

wanita yang perimenopouse dan postmenopouse, ibu yang menyusui

lebih dari satu bayi, vegetarian, dan individu yang pada usia

pertumbuhan kurang mengkonsumsi makanan yang banyak

mengandung kalsium seperti, keju, susu, dan sayuran hijau dalam

asupannya sehari-hari .

Suplemen kalsium telah diketahui memberikan manfaat untuk

kesehatan tulang pada anak-anak, dewasa muda, dan wanita yang telah

menopouse. Puncak pembentukan massa tulang hanya akan terjadi

sampai usia 20 tahun, dan sebagian besar kalsium yang terdapat didalam

tulang sepanjang hidup seseorang akan disimpan sebelum berusia 20

tahun juga. Defisiensi ion kalsium selama masa kanak-kanak. akan

menghasilkan tulang yang kurang padat pada masa selanjutnya.

Sehingga diperlukan jumlah asupan kalsium yang cukup selama masa

pertumbuhan atau sebelum berusia 20 tahun. Tetapi sayangnya banyak

individu yang tidak mengkonsumsi kalsium dalam jumlah yang cukup.

Menurut penelitian di Amerika Serikat ternyata pada semua lapisan

umur konsumsi kalsium tidak mencapai jumlah asupan yang dianjurkan

oleh Institute of Medicine (IOM), Washington,USA.

Asupan kalsium yang dianjurkan IOM,USA (Deborah et al.,2007).

24
Umur Asupan yg tepat Batas atas
(tahun) (mg/hari) asupan (mg/hari)
1-3 500 2500
4-8 800 2500
9 -13 1300 2500
14 -18 1300 2500
19 - 30 1000 2500

Sebagaimana disebutkan dimuka, kalsium adalah mineral

penyusun terbesar hidroksiapatit. Pembentukan hidroksiapatit pada

proses mineralisasi dimulai dari terbentuknya osteosit oleh

osteoblas. Osteoblas mempunyai kemampuan mengikat mineral

tulang. Osteosit kemudian mengalami kalsifikasi yaitu, proses

deposisi mineral seperti ; kalsium, fosfat, dan ion hidroksi.

Pemberian tambahan kalsium kepada individu yang kurang asupan

kalsium akan dapat meningkatkan konsentrasi kalsium ekstraseluler.

Peningkatan tersebut akan memicu mobilisasi dan proliferasi

osteoblas sehingga akan dapat meningkatkan sintesa matriks tulang

dan terjadinya keseimbangan kalsium. Ketidaksesuaian asupan

kalsium sejak dini dapat menyebabkan massa tulang yang rendah.

Kalsium banyak terdapat dalam beberapa jenis makanan

seperti susu, yoghurt, dan keju, juga banyak terdapat dalam sayur-

sayuran seperti brokoli, buncis, dan sayur hijau seperti kangkung,

bayam, dll, tetapi kalsium tidak sepenuhnya dapat diabsorpsi dari

sayur tersebut sehingga sulit untuk mendapatkan jumlah kalsium

yang cukup. Alasan lain, mengapa seseorang tidak dapat

25
mengkonsumsi kalsium secara cukup diantaranya adalah karena

tidak menyukai rasa dari produk-produk yang banyak mengandung

kalsium seperti susu,keju, yougurt. Ketika asupan kalsium dari

makanan sehari-hari tidak sesuai, maka diperlukan tambahan

kalsium yang berasal dari luar tubuh yaitu dalam bentuk suplemen

kalsium, sehingga jumlah kebutuhan kalsium setiap harinya dapat

mencukupi, dan penurunan massa tulang dapat dicegah.

Suplemen kalsium yang biasa dikonsumsi adalah dalam

bentuk kalsium karbonat, kalsium sitrat, dan kalsium sitrat malate

(CCM). Suplemen yang paling sering digunakan adalah kalsium

karbonat, tetapi bentuk ini tidak optimal diabsorpsi tubuh. Kalsium

sitrat lebih baik absorpsinya, namun juga tidak sempurna diabsorpsi

tubuh. Kalsium sitrat malate (CCM) memiliki bioavailability yang

lebih tinggi (tersedia lebih tinggi secara biologi) sehingga labih

sempurna diserap tubuh, mudah dicerna, mengakibatkan kurang

konstipasi dan lebih sedikit gas dibandingkan dengan suplemen lain.

Suplemen kalsium tersedia dalam bentuk kapsul, tablet, tablet

kunyah, bubuk, dan liquid. Dalam mengkonsumsi kalsium yang

perlu diperhatikan adalah bioavailability, ukuran tablet, dosis

kalsium dalam satu tablet, bentuk kalsium, dan harganya.

e) Peran Mandibula dalam Kesehatan Gigi dan Mulut

26
Mandibula termasuk tulang aksial yaitu, tulang yang kurang

mendapat latihan fisik. Tulang yang banyak mendapat latihan fisik disebut

tulang eksperimental. Terdapat perbedaan respon tulang aksial dengan

tulang ekstremitas terhadap kejadian osteoporosis. Menurut Krane (1974)

dan hasil penelitian Sumiati-Sunaryo (1998) osteoporosis pertama-tama

menyerang tulang aksial, baru kemudian tulang ekstremitas. Oleh karena itu

untuk menghindarkan kerapuhan tulang sangatlah penting untuk

memperhatikan kualitas tulang aksial terutama mandibula. Beberapa

penelitian di bidang Kedokteran Gigi membuktikan bahwa terjadinya

osteoporosis pada tulang lainnya juga diikuti dengan penurunan densitas

tulang mandibula. Sementara itu mandibula penting peranannya dalam

menunjang kesehatan terutama kesehatan gigi dan mulut. Apabila

mandibula mengalami pengeroposan maka gigi tidak akan terdukung

dengan baik dan proses pengunyahan tidak dapat dilakukan dengan benar.

Mandibula dan maksila secara umum memiliki struktur yang sama

dengan tulang panjang, yakni sama-sama memiliki dense cortical shell

overlying pada lapisan dalam trabekula.

Dalam hal perawatan ortodonti, peran kualitas mandibula juga

sangat penting, dimana apabila tulang tidak baik maka pergerakan gigi tidak

dapat dilakukan sesuai dengan yang diharapkan, sehingga keberhasilan

perawatan orthodonti tidak tercapai.

Untuk mendapatkan keseimbangan antara hubungan oklusal, tercapainya

estetik dari gigi-gigi dan tulang fasial diperlukan stabilitas perawatan

27
ortodontik. Untuk menjaga memelihara serta menjaga stabilitas tulang

alveolar dan mengurangi risiko resorbsi tulang, perlu ditingkatkan kualitas

mandibula dengan mempertahankan kadar mineral tulang, misalnya

kalsium untuk proses kalsifikasi

2.3. Jenis-jenis tulang

Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya :

a. Tulang rawan (kartilago)

Tulang rawan adalah tulang yang tidak mengandung pembuluh darah

dan saraf kecuali lapisan luarnya (perikondrium). Tulang rawan

bersifat lentur karena tersusun atas zat interseluler yang berbentuk

jelly, yaitu condroithin sulfat yang didalamnya terdapat serabut

kolagen dan elastin. Pada zat interselular itu juga terdapat rongga-

rongga yang disebut lacuna, yang berisi sel tulang rawan yaitu

chondrosit. Tulang rawan dibagi menjadi tiga, yaitu :

- Tulang rawan elastis

Yaitu tulang yang mengandung serabut-serabut elastis dan dapat

ditemukan pada daun telinga, tuba eustachii (pada telinga), dan

laring.

- Tulang rawan fibrosa

Tulang yang mengandung banyak sekali bundel-bundel serat

kolagen. Sehingga sangat kuat dan lebih kaku. Terdapat pada

discus antara tulang vertebrae, dan pada simfisis pubis diantara dua

tulang pubis.

28
- Tulang rawan hialin

Berwarna putih, sedikit kebiru-biruan, mengandung serat-serat

kolagen, dan chondrosit. Ditemukan pada laring, trakea, bronkus,

ujung-ujung tulang panjang, tulang rusuk bagian depan, cuping

hidung, dan rangka janin.

b. Tulang sejati (osteon)

Tulang ini berfungsi untuk menyusun berbagai sistem rangka. Tulang

ini tersusun atas :

 Osteoblas : sel pembentuk jaringan tulang

 Osteosit : sel-sel tulang dewasa

 Osteoklas : sel-sel penghancur tulang

Berdasarkan matriksnya :

a. Tulang kompak

Tulang kompak terdiri atas sistem Havers. Setiap Havers terdiri dari

saluran Havers (canalis atau saluran), yaitu suatu saluran yang sejajar

dengan sumbu tulang, di dalam saluran terdapat pembuluh darah dan

saraf. Di sekeliling sistem Havers, terdapat lamela-lamela (zat

interseluler yang berkapur) yang konsentris dan berlapis-lapis. Pada

lamela terdapat rongga yang disebut lacuna. Di dalam lacuna terdapat

osteosit. Lacuna mengarah ke saluran kecil yang disebut canaliculi

yang saling berhubungan dengan lacuna di dalam canalis Havers

lainnya.

b. Tulang spons

29
Tulang spons adalah tulang yang strukturnya tidak padat seperti tulang

kompak, dan matriksnya berongga. Sehingga ia tidak memiliki sistem

Havers. Contohnya pada tulang pendek.

Berdasarkan bentuknya :

a. Tulang panjang / pipa

Gambar 2.1.

Tulang panjang disebut juga tulang pipa karena ia bersifat tubular

(berbentuk seperti pipa). Contohnya terdapat pada tulang paha(femur),

tulang lengan atas (humerus), dan sebagainya.

b. Tulang pendek

30
Gambar 2.2.

Merupakan jaringan tulang berongga dan membentuk tulang spons.

Contohnya tulang pergelangan tangan dan kaki, serta ruas-ruas tulang

belakang.

c. Tulang pipih

Gambar 2.3.

Contohnya kranium (tulang tengkorak), sternum (tulang dada), scapula

(tulang bahu / belikat).

d. Tulang tak beraturan

31
Gambar 2.4.

Contohnya rahang dan wajah.

e. Tulang sessamoid (ossa sessamoidea)

Contohnya di tempat persilangan tendo dengan ujung tulang panjang

ekstremitas.

2.2. Istilah-istilah khusus pada tulang :

a. Condylus : daerah persendian yang membulat, misalnya condylus

lateralis ossis femoris.

b. Crista : rigi pada tulang, misalnya crista iliaca.

c. Epicondylus : tonjolan diatas condylus, misalnya epicondylis lateralis

ossis humeri.

d. Facies : permukaan licin dan datar yang merupakan tempat pertemuan

dua tulang.

e. Foramen : lubang melalui tulang, misalnya foramen obturatum.

f. Fossa : lekuk atau daerah yang melesak, misalnya fossa infraspinata os

scapula.

g. Linea : peninggian berupa garis, misalnya linea musculi solei, linea

poplitea ossis tibiae.

32
h. Malleolus : tonjolan yang membulat, misalnya malleolus lateralis ossis

fibulae.

i. Incisura : takik pada pinggir tulang, misalnya incisura ischiadica

major.

j. Protuberantia : tonjolan, misalnya protuberantia occipitalis externa.

k. Spina : tonjolan menyerupai duri, misalnya spina scapulae.

l. Processus spinosus : tonjolan yang taju dan tidak tajam, misalnya

processus spinosus vertebrae.

m. Trochanter : peninggian besar dan tumpul, misalnya trochanter major

femoris.

n. Tuberculum : peninggian kecil, misalnya tuberculum majus humeri.

o. Tuberositas atau tuber : peninggian yang besar dan membulat, seperti

pembengkakan. Misalnya tuber ischiadicum.

2.3. Perkembangan tulang

Tulang berkembang melalui dua cara, yaitu dengan mengganti mesenkim atau

mengganti tulang rawan. Histologi tulang selalu bersifat sama, baik tulang itu

dikembangkan dari selaput ataupun tulang itu berasal dari tulang rawan.

 Model tulang mesenkimal terbnentuk selama masa embrional

dan mulai mengalami penulangan (osifikasi) langsung pada

masa fetal; cara pembentukan tulang ini disebut penulangan

membranosa.

 Model tulang dalam bentuk tulang rawan yang terjadi pada masa

fetal dari mesenkim dan kemudian diganti dengan tulang pada

33
sebagian besar model bersangkutan. Jenis perkembangan tulang

demikian disebut juga penulangan enkondral.

Gambar 2.5.

Diafisis adalah badan suatu tulang yang menulang dari suatu pusat

penulangan primer.

Epifisis adalah bagian tulang yang mengalami penulangan melalui

pusat sekunder.

Metafisis adalah bagian diafisis yang melebar dan terletak paling

dekat pada epifisis.

2.4. Skeletum (Rangka)

Secara umum, anatomi endoskeleton terdiri dari dua bagian besar, yaitu :

 Kerangka atau skeleton aksial (tulang sumbu) yang terbagi lagi

menjadi :

- Tulang kepala (cranium)

34
Gambar 2.6.

- Tulang leher

Gambar 2.7.

- Tulang batang tubuh (sceletum trunci), yang terbagi menjadi :

~ columna vertebralis (tulang belakang)

35
Gambar 2.8.

~ costae (tulang iga)

Gambar 2.9.

~ sternum (tulang dada)

36
Gambar 2.10.

 Kerangka atau skeleton apendikular (tulang tambahan) yang terbagi

lagi menjadi :

- Gelang bahu (singulum torakalis)

- Ekstremitas (alat gerak)

2.5 Patofisiologi Salah satu Gangguan pada Tulang (Osteoarthritis)

Osteoarthritis berkembang dengan pengaruh dari interaksi beberapa

faktor dan hal ini merupakan hasil dari interaksi antara sistemik dan faktor

lokal. Penyakit ini merupakan hasil dari beberapa kominasi faktor resiko,

diantaranya yaitu usia lanjut, mal alignmen lutut, obesitas, trauma, genetik,

ketidak seimbangan proses fisiologis dan peningkatan kepadatan tulang.

Bukti bahwa obesitas itu sindrom yang komplek yaitu adannya ketidak

normalan aktivasi jalur endokrin dan jalur pro inflamasi yang

mengakibatkan perubahan kontrol makanan,ekspansi lemak, dan perubahan

metabolik (Heidari, 2011). Selain itu kasus Osteoarthritis juga disebabkan

37
oleh faktor kelainan struktural yang ada di sekitar persendian. Pada

kartilago, terdapat kerusakan yang diakibatkan oleh cacat kolagen tipe 2

dan beberapa kondropati lainnya, dimana mutasi akan 11 mempengaruhi

protein pada kartilago yang terkait, sehingga menyebabkan osteoarthritis

berkembang semakin cepat. Pada struktur ligamen, terdapat kerusakan pada

ACL atau cedera gabungan yang melibatkan ligamen ko lateral, sehingga

ndapat meningkatkan resiko kehilangan tulang rawan. Kemudian pada

struktur meniskus, terdapat ekskrusi meniskus, yaitu kondisi hilangnya

tulang rawan yang diakibatkan oleh penyempitan ruang sendi dalam waktu

yang lama dan terabaikan, hal tersebut juga merupakan penyebab utama

OA. Kemudian pada struktur tulang, terdapat trauma tulang atau

predispoisisi yang menyebabkan tekanan menjadi abnormal (Mcgonagle et

al, 2010)

38
2.5 Pathway

39
2.6 Proses penulangan

Osifikasi atau yang disebut dengan proses pembentukan tulang telah

bermula sejak umur embrio 6-7 minggu dan berlangsung sampai dewasa.

Osifikasi dimulai dari sel-sel mesenkim memasuki daerah osifikasi, bila

daerah tersebut banyak mengandung pembuluh darah akan membentuk

osteoblas, bila tidak mengandung pembuluh darah akan membentuk

kondroblas.

Pembentukan tulang rawan terjadi segera setelah terbentuk tulang

rawan (kartilago). Mula-mula pembuluh darah menembus perichondrium di

bagian tengah batang tulang rawan, merangsang sel-sel perichondrium

berubah menjadi osteoblas. Osteoblas ini akan membentuk suatu lapisan

tulang kompakta, perichondrium berubah menjadi periosteum. Bersamaan

dengan proses ini pada bagian dalam tulang rawan di daerah diafisis yang

40
disebut juga pusat osifikasi primer, sel-sel tulang rawan membesar

kemudian pecah sehingga terjadi kenaikan pH (menjadi basa) akibatnya zat

kapur didepositkan, dengan demikian terganggulah nutrisi semua sel-sel

tulang rawan dan menyebabkan kematian pada sel-sel tulang rawan ini.

Kemudian akan terjadi degenerasi (kemunduran bentuk dan fungsi)

dan pelarutan dari zat-zat interseluler (termasuk zat kapur) bersamaan

dengan masuknya pembuluh darah ke daerah ini, sehingga terbentuklah

rongga untuk sumsum tulang.

Pada tahap selanjutnya pembuluh darah akan memasuki daerah

epiphise sehingga terjadi pusat osifikasi sekunder, terbentuklah tulang

spongiosa. Dengan demikian masih tersisa tulang rawan dikedua ujung

epifise yang berperan penting dalam pergerakan sendi dan satu tulang

rawan di antara epifise dan diafise yang disebut dengan cakram epifise.

Selama pertumbuhan, sel-sel tulang rawan pada cakram epifise terus-

menerus membelah kemudian hancur dan tulang rawan diganti dengan

tulang di daerah diafise, dengan demikian tebal cakram epifise tetap

sedangkan tulang akan tumbuh memanjang. Pada pertumbuhan diameter

(lebar) tulang, tulang didaerah rongga sumsum dihancurkan oleh osteoklas

sehingga rongga sumsum membesar, dan pada saat yang bersamaan

osteoblas di periosteum membentuk lapisan-lapisan tulang baru di daerah

permukaan.

41
3. Otot manusia

Gambar 3.1.

3.1. Pembagian otot manusia

Otot manusia dibagi menjadi tiga, yaitu :

a. Otot rangka

Gambar 3.2.

Otot rangka menghasilkan gerak pada kerangka. Otot ini biasa

disebut dengan otot volunter karena otot ini dapat diatur sesuai

42
dengan kehendak, tetapi ada beberapa kegiatan otot tersebut yang

bersifat otomatis. Contohnya pada otot diafragma yang dapat

bekerja secara otomatis, tetapi suatu saat dapat dipengaruhi oleh

kemauan. Seperti sewaktu menarik napas panjang.

Beberapa otot melekat melalui tendon yang berupa lembaran, yakni

aponeurosis atau perluasan berupa selaput. Otot lain berbentuk

serong atau obligue, menyerupai kumparan (fusiform), ulir (spiral),

segiempat (quadrate), atau mirip ambin (starplike).

Otot merupakan alat gerak aktif pada tubuh manusia. Gerakan itu

terjadi karena diaktifkannya sejumlah kesatuan motorik yang makin

bertambah. Macam-macam gerak otot rangka antara lain :

 Agonis (penggerak utama) adalah otot terpenting yang

diaktifkan pada gerak tubuh. Otot ini berkontraksi secara aktif

untuk menghasilkan gerak yang dikehendaki.

 Antagonis melawan kegiatan agonis; sewaktu agonis

berkontraksi, antagonisnya berangsur berelaksasi sehingga

dihasilkan gerak yang rata.

 Sinergis menghalangi terjadinya gerak pada sendi penyelang

(interventing joint), jika otot agonis melalui lebih dari satu sendi,

otot sinergis melengkapi kegiatan agonis.

 Otot pemantap (fiksator), menetapkan bagian proksimal,

ekstermitas sewaktu terjadi gerak di bagian distal.

43
b. Otot jantung

Gambar 3.3.

Otot jantung membnetuk hampir seluruh dinding jantung, yakni

myocardium. Meskipun otot jantung terdiri dari serabut bergariss

lintang, kontraksi otot jantung tidak bersifat voluntar. Frekuensi

denyut jantung diatur oleh suatu pemacu yang terdiri dari serabut

otot jantung khusus yang memperoleh persyarafan dari sistem saraf

otonom.

c. Otot polos

Gambar 3.4.

44
Otot polos membentuk sebagian besar lapisan tengah (tunica media)

dinding pembuluh darah terbanyak dan bagian saluran cerna yang

berotot. Otot polos memiliki saraf ototnom. Otot polos bekerja

secara involunter yang dapat mempertahankan kontraksi parsial

selama masa-masa panjang.

3.2. Jaringan Otot

Jaringan otot tersusun atas sel-sel otot yang fungsinya

menggerakkan organ-organ tubuh. Kemampuan tersebut disebabkan karena

jaringan otot mampu berkontraksi. Kontraksi otot dapat berlangsung karena

molekul-molekul protein yang membangun sel otot dapat memanjang dan

memendek.

Jaringan otot dapat dibedakan menjadi 3 macam :

1. Jaringan Otot Polos

Otot polos terdiri atas serabut-serabut kecil,umum nya berdiameter 1

sampai 5 mikro meter dan panjang nya hanya 20 sampai 500 mikro

meter. Sebalik nya, serabut otot rangka berdiameter 30x lebih besar dan

beratus-ratus kali lebih panjang. Banyak prinsip kontraksi yang sama

dan berlaku bagi otot polos juga berlaku bagi otot rangka. Yang paling

penting, pada dasar nya terdapat kekuatan menarik yang sama antara

pilamen myosin dan aktin untuk menyebabkan kontraksi pada otot polos

seperti pada otot rangka, namun susunan fisik bagian dalam serabut otot

polos sangat berbeda.

45
Jaringan otot polos mempunyai serabut-serabut (fibril) yang

homogen sehingga bila diamati di bawah mikroskop tampak polos atau

tidak bergaris-garis. Otot polos berkontraksi secara refleks dan di bawah

pengaruh saraf otonom. Bila otot polos dirangsang, reaksinya lambat.

Otot polos terdapat pada saluran pencernaan, dinding pembuluh darah,

saluran pernafasan.

TIPE-TIPE OTOT POLOS

Otot Polos Multi-Unit. Tipe otot polos ini terdiri atas serabut otot

polos tersendiri dan terpisah. Tiap serabut bekerja tanpa tergantung

pada serabut lain dan sering kali dipersyarafi oleh sebuah ujung syaraf,

seperti yang terjadi pada serabut otot rangka. Selanjutnya, permukaan

luar serabut ini, sepereti hal nya pada serabut otot rangka, ditutupi oleh

lapisan tipis yang terdiri dari atas substansi seprti membran basal, yakni

campuran kolagen halus dan glikoprotein yang membantu menyekat

serabut-serabut yang terpisah satu sama lain. Sifat terpenting dari

serabut otot polos muli-unit adalah bahwa masing-masing serabut dapat

46
berkontraksi dengan tidak bergantung pada yang lain, dan pengaturan

nya terutama di lakukan oleh sinyal syaraf.

Otot Polos Unit-Tunggal. Istilah “unit tunggal” bersifat

membingungkan karena istilah ini tidak memaksudkan suatu serabut

otot tunggal. Justru, istilah ini mengartikan kontraksi bersama-sama

sebagai suatu unit tunggal. Serabut-serabut biasanya tersusun dalam

bentuk lembaran atau berkas, dan membrane sel nya berlekatan satu

sama lain pada banyak titik sehingga kekuatan yang terbentuk dalam

satu serabut otot dapat dijalarkan ke serabut berikut nya.

2. Jaringan Otot Lurik/Otot Rangka

Kira-kira 40 persen dari seluruh tubuh terdiri dari otot rangka, dan

mungkin 10 persen lainnya berupa otot polos dan otot jantung.

Beberapa prinsip dasar yang sama mengenai kontraksi dapat diterapkan

pada semua jenis otot yang berbeda ini.

Nama lainnya adalah jaringan otot kerangka karena sebagian besar

jenis otot ini melekat pada kerangka tubule. Kontraksinya menurut

kehendak kita dan di bawah pengaruh saraf sadar. Dinamakan otot lurik

karena bila dilihat di bawah mikroskop tampak adanya garis gelap dan

terang berselang-seling melintang di sepanjang serabut otot. Oleh sebab

itu nama lain dari otot lurik adalah otot bergaris melintang.

Kontraksi otot lurik berlangsung cepat bila menerima rangsangan,

berkontraksi sesuai dengan kehendak dan di bawah pengaruh saraf

47
sadar. Fungsi otot lurik untuk menggerakkan tulang dan melindungi

kerangka dari benturan keras.

SERAT OTOT RANGKA

Semua otot rangka di bentuk oleh sejumlah serat yang diameternya

berkisar dari 10 sampai 80 mikrometer, masing-masing serat ini terbuat

dari rangkaian subunit yang lebih kecil. Pada sebagian besar otot, serat-

seratnya membentang di seluruh panjang otot; kecuali pada sekitar 2

persen serat, masing-masing hanya dipersarafi oleh satu ujung saraf,

yang terletak di dekat bagian tengah serat.

SARKOLEMA. Sarkolema adalah membrane sel dari serat otot.

Sarkolema terdiri dari membrane sel yang sebenarnya, yang disebut

membrane plasma, dan sebuah lapisan luar yang terdiri dari satu lapisan

tipis bahan polisakarida yang mengandung sejumlah serat kolagen tipis.

Pada ujung serat otot, lapisan permukaan sarkolema ini bersatu dengan

serat tendon, dan serat-serat tendon kemudian berkumpul menjadi

48
berkas untuk membentuk tendon otot dan kemudian menyisip ke dalam

tulang.

MIOFIBRIL; FILAMIN AKTIN DAN MIOSIN. Setiap serat otot

mengandung beberapa ratus sampai beberapa ribu myofibril.

SARKOPLASMA. Myofibril-miofibril terpendam dalam serat otot

di dalam suatu matriks yang disebut sarkoplasma, yang terdiri dari

unsur-unsur intraseluler. Cairan sarkoplasma mengandung kalium,

magnesium, fosfat dan enzim protein dalam jumlah besar. Juga terdapat

mitokondria dalam jumlah yang banyak sekali yang terletak di antara

dan sejajar dengan myofibril, suatu keadaan yang menunjukkan bahwa

myofibril-miofibril yang berkontraksi membutuhkan sejumlah besar

adenosine trifosfat (ATP)nyang dibentuk oleh mitokondria.

RETIKULUM SARKOPLASMIK. Di dalam sarkoplasma juga

terdapat banyak reticulum endoplasma, yang di dalam serat otot disebut

reticulum sarkoplasmik. Reticulum ini mempunyai susunan khusus

yang sangat penting dalam pengaturan kontraksi otot.

MEKANISME UMUM KONTRAKSI OTOT

Timbul dan beakhirnya kontraksi otot terjadi dalam urutan tahap-tahap

berikut:

1. Suatu potensial aksi berjalan di sepanjang sebuah saraf motorik

sampai ke ujungnya pada serabut otot.

2. Di setiap ujung, saraf menyekresi substansi neurotransmitter, yaitu

asetilkolin, dalam jumlah sedikit.

49
3. Asetilkolin bekerja pada area setempat pada membrane serabut otot

untuk membuka banyak kanal “bergerbang asetilkolin” melalui

molekul-molekul protein yang terapung pada membrane.

4. Terbukanya kanal bergerbang asetilkolin memungkinkan sejumlah

besar ion natrium untuk berdifusi ke bagian dalam membrane

serabut otot. Peristiwa ini akan menimbulkan suatu potensial aksi

pada membrane.

5. Potensial aksi akan berjalan di sepanjang membrane serabut otot

dengan cara yang sama seperti potensial aksi berjalan di sepanjang

membrane serabut saraf.

6. Potensial aksi akan menimbulkan depolarisasi membrane otot, dan

banyak aliran listrik potensial aksi mengalir melalui pusat serabut

otot. Di sini, potensial aksi menyebabkan reticulum sarkoplasma

melepaskan sejumlah besar ion kalsium, yang telah tersimpandi

dalam reticulum ini.

7. Ion-ion kalsium menimbulkan kekuatan menarik antara filament

aktin dan myosin, yang menyebabkan kedua filament tersebut

bergeser satu sama lain, dan menghasilkan proses kontraksi.

8. Setelah kurang dari satu detik, ion kalsium dipompa kembali ke

dalam reticulum sarkoplasma oleh pompa membrane Ca++, dan ion-

ion ini tetap disimpan dalam reticulum sampai potensial aksi otot

yang baru datang lagi; pengeluaran ion kalsium dari myofibril akan

menyebabkan kontraksi otot terhenti.

50
3. Jaringan Otot Jantung

Jantung terdiri atas 3 tipe otot jantung yang utama yakni : otot

atrium, otot ventrikel, dan serabut otot eksitatorik dan konduksi khusus.

Tipe otot atrium dan ventrikel berkontraksi dengan cara yang sama

seperti otot rangka, hanya saja durasi kontraksi otot-otot tersebut lebih

lama. Sebaliknya, serabut-serabut khusus eksitatorik dan konduksi

berkontraksi dengan lemah sekali sebab serabut-serabut ini hanya

mengandung sedikit serabut kontraktil; justru mereka memperlihatkan

pelepasan muatan listrik berirama yang otomatis dalam bentuk potensial

aksi atau konduksi potensial aksi yang melalui jantung, yang bekerja

sebagai suatu system eksitatorik yang mengatur denyut jantung yang

berirama.

Jaringan otot ini hanya terdapat pada lapisan tengah dinding

jantung. Strukturnya menyerupai otot lurik, meskipun begitu kontraksi

otot jantung secara refleks serta reaksi terhadap rangsang lambat.

Fungsi otot jantung adalah untuk memompa darah ke luar jantung.

Sifat kerja otot dibedakan atas antagonis dan sinergis seperti berikut ini :

51
a. Antagonis

Antagonis adalah kerja otot yang kontraksinya menimbulkan efek

gerak berlawanan, contohnya adalah :

1. Ekstensor (meluruskan ) dan fleksor (membengkokkan ),

misalnya otot bisep dan otot trisep.

2. Abduktor (menjauhi badan ) dan adduktor ( mendekati badan ) ,

misal gerak tangan sejajar bahu dan sikap sempurna.

3. Depresor (ke bawah ) dan represor (ke atas), misalnya gerak

kepala merunduk dan menengadah.

4. Supinator (menengadah) dan pronator (menelungkup), misalnya

gerak telapak tangan menengadah dan gerak telapak tangan

menelungkup.

b. Sinergis

Sinergis adalah otot-otot yang kontraksinya menimbulkan gerak

searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadratus.

3.3. Otot penyuntikan

Lokasi penyuntikan dilakukan di daerah yang vaskularisasi (perdarahannya

sedikit), diantaranya :

 Lengan atas

52
Gambar 3.5.

Daerah penyuntikan pada lengan atas biasa dilakukan pada otot-

otot deltoid karena tidak banyak terdapat pembuluh darah besar

dan syaraf sehingga rasanya tidak terlalu nyeri. Lokasi

penyuntikan ini sering dilakukan terhadap anak-anak.

 Daerah antara bokong dan paha (panggul)

Gambar 3.6.

53
Penyuntikan di daerah antara bokong dan paha (panggul) biasa

dilakukan pada otot-otot gluteal karena otot-otot tersebut tebal

dan besar, sehingga terdapat permukaan absorpsi obat yang luas.

Penyuntikan dilakukan di bawah jaringan kulit tetapi sebelum otot, oleh

karena itu penyuntikan dilakukan dengan “mencubit” jaringan yang akan

disuntik lalu kemudian tusukkan jarum dan masukkan obatnya.

4. Persendian manusia

Sendi adalah hubungan antara setiap bagian yang kaku (tulang atau tulang

rawan) pada kerangka.

4.1. Sendi berdasarkan jenis bahan pemersatu sendi

a. Sendi fibrosa

Disebut juga sendi mati (sinartrosis) karena tidak memungkinkan

pergerakan antar tulang. Sendi fibrosa merupakan sendi yang

dipisahkan oleh jaringan ikat (jaringan fibrosa). Sutura cranii

merupakan contoh jenis sendi fibrosa yang terbentuk pada tulang

tengkorak berdekatan melalui persatuan oleh jaringan fibrosa,

seringkali berpautan erat sepanjang garis bergelombang.

54
Macam-macam sendi fibrosa :

Gambar 4.1.

 Fibrotik

 Sindesmosis

b. Sendi kondral (kartilago)

Disebut juga sendi kaku (amfiartrosis) karena memungkinkan

gerakan yang terbatas. Sendi yang dipersatukan oleh fibrokartilago

atau tulang rawan hialin.

Macam-macam sendi kartilago :

Gambar 4.2.

 Kartilaginosa primer

55
 Kartilaginosa sekunder

c. Sendi sinovial

Sendi sinovial merupakan jenis sendi yang paling umum. Sendi ini

memungkinkan gerak bebas antara tulang-tulang, sehingga disebut

juga sendi gerak (diartrosis) yang ber-hubungan, dan khas bagi

hampir semua sendi extremitas. Sendi sinovial memiliki cairan

pelumas yang disebut sinovia, dan dilapisi oleh selaput yang disebut

membrana synovialis.

Macam-macam sendi sinovial :

 Sendi engsel

Sendi engsel (bersumbu satu) hanya memungkinkan fleksi dan

ekstensi. Contohnya pada siku, lutut, mata kaki, dan ruas antara

jari pertama dan kedua.

 Sendi pelana

Sendi pelana (bersumbu dua) berbentuk seperti pelana.

Contohnya pada tulang lengan atas dengan tulang telapak

tangan.

 Sendi datar / lucur / geser

Memungkinkan gerak kiri-kanan dan depan-belakang (bergeser)

contohnya sendi antara tulang karpal dan tarsal.

56
Gambar 4.3.

 Sendi kisar / pivot / putar

Sendi bersumbu satu yang memungkinkan gerakan memutar.

Contohnya adalah hubungan antara tulang kepala atau axis (C2)

dengan ruas pertama tulang leher atau tulang atlas (C1).

57
 Sendi kondiloid

Sendi bersumbu dua, memungkinkan gerak fleksi dan ekstensi,

abduksi dan adduksi, serta sirkumduksi. Contohnya articulatio

metacarpophalangea jari-jari tangan.

 Sendi peluru

Sendi bersumbu tiga atau banyak, memungkinkan gerak

menurut berbagai sumbu, misalnya fleksi-ekstensi, abduksi-

adduksi, rotasi medial-lateral, dan sirkumduksi. Contohnya

tulang lengan atas dengan tulang belikat, dan tulang paha

dengan tulang panggul.

58
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Ada banyak terminologi dalam ilmu anatomi, yang secara mendasar

dapat digolongkan berdasarkan posisi; bidang; potongan; arah; bangunan yang

menonjol dan melekuk; lubang, saluran, dan ruang; dan pergerakan.

Osteologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai tulang, dimana

tulang itu dapat dibedakan berdasarkan jaringan pembentuk dan struktur fisik,

yang terbagi lagi menjadi tulang rawan dan tulang sejati; matriks, yang terbagi

lagi menjadi tulang kompak dan tulang spons; dan bentuknya, yang terbagi

lagi menjadi tulang pipa, tulang pendek, tulang pipih, tulang tak beraturan, dan

tulang sessamoid. Susunan kerangka (skeletum) manusia dikelompokkan

menjadi tiga yaitu rangka aksial yang terdiri dari rangka kepala (cranium),

rangka leher, dan rangka tubuh (sceletum trunci); dan rangka apendikular yang

terdiri dari gelang bahu dan ekstremitas.

Hubungan antar tulang disebut dengan persendian, yang dibedakan

menjadi sendi fibrosa, kondral dan sinovial.

Myologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai otot, dimana otot

itu terbagi menjadi otot rangka, jantung, dan polos.

59
B. SARAN

Saran yang dapat penulis ajukan melalui makalah ini ialah agar proses

pembelajaran berjalan lancar. Setiap individu mengetahui dan memahami

terminologi anatomi pada tubuh manusia.

60
DAFTAR PUSTAKA

Abu, E. O., Horner, A., Kusec, V., Triffitt, J. T., & Compston, J. E. (1997). The
localization of androgen receptors in human bone. The Journal of Clinical
Endocrinology & Metabolism, 82(10), 3493-3497.

Ardhiyanto, H. B. (2011). Peran hidroksiapatit sebagai bone graft dalam proses


penyembuhan tulang. STOMATOGNATIC-Jurnal Kedokteran Gigi, 8(2),
118-121.

Azhari, P. F., Hidayat, B., & Rizal, A. (2015). Penghitungan Derajat Kelengkungan
Tulang Punggung Pada Manusia Menggunakan Metode Transformasi
Contourlet Dan K-nearest Neighbor. MAJALAH ILMIAH
MOMENTUM, 11(2).

Bortin, M. M. (1970). A compendium of reported human bone marrow


transplants. Transplantation, 9(6), 571-587.

Cook, S. D., Baffes, G. C., Wolfe, M. W., SAMPATH, T. K., & Rueger, D. C.
(1994). Recombinant human bone morphogenetic protein-7 induces healing
in a canine long-bone segmental defect model. Clinical Orthopaedics and
Related Research®, 301, 302-312.

Dewi, S. U., Dahlan, K., Sari, Y. W., & Soejoko, D. S. (2011).


THERMOGAVIMETRIC-DIFFERENTIAL ANALYSIS PADA
MINERAL TULANG MANUSIA. Jurnal Biofisika, 7(1), 49-57.

Groeneveld, E. H., & Burger, E. H. (2000). Bone morphogenetic proteins in human


bone regeneration. European journal of endocrinology, 142(1), 9-21.

Handajani, P. T., & Prima, A. (2014). Panjang Tulang Femur Dapat Menjadi
Penentu Tinggi Badan Pria Dewasa Muda. Jurnal Kedokteran Syiah
Kuala, 14(1), 38-42.

Hardinsyah, H., Damayanthi, E., & Zulianti, W. (2008). Hubungan konsumsi susu
dan kalsium dengan densitas tulang dan tinggi badan remaja. Jurnal Gizi
dan Pangan, 3(1), 43-48.
Herliana, A., Setiawan, V. A., & Prasetio, R. T. (2018). Penerapan Inferensi
Backward Chaining Pada Sistem Pakar Diagnosa Awal Penyakit
Tulang. Jurnal Informatika, 5(1), 50-60.
Mulyaningsih, N. (2017). Pengaruh cairan tubuh manusia terhadap korosi pada plat
penyambung tulang. Wahana Ilmuwan, 3(1).

Nadhiva, A. Z., Kurniawati, L. R., Virgi Rachma, D., & Nurdian, Y. Sistiserkosis
pada Tulang Manusia.

Oktavian, O., Elieser, E., Anike, A., & Iswanto, D. (2010). Variasi Foramen
Mentale pada Tulang Mandibula Tengkorak Manusia Koleksi Laboratorium
Anatomi Fakultas Kedokteran Universitas Cenderawasih. Jurnal Biologi
Papua, 2(2), 47-52.

Pellegrino, E. D., & Biltz, R. M. (1965). The composition of human bone in


uremia: observations on the reservoir functions of bone and demonstration
of a labile fraction of bone carbonate. Medicine, 44(5), 397-418.

Rinaldi, R. R., & Sriwarno, A. B. (2013). Daily Milwaukee Brace Sebagai Produk
Penyangga Tulang Belakang Pada Pasien Skoliosis (Studi Kasus Ortosis
Milwaukee). Product Design, 2(1), 161809.

Setiyawati, D., & Hendrawan, A. (2020). Upaya Pencegahan Gangguan Tulang


Belakang Pada Anak Sekolah Dasar Melalui Program Pelatihan Back
School Fisioterapi. Jurnal Pengabdian Masyarakat Al-Irsyad (JPMA), 2(1),
72-78.

Sukmawati, K., & Pujiyanta, A. (2014). Deteksi Penyakit Tulang Menggunakan


Jaringan Syaraf Tiruan dengan Metode Backpropagation (Doctoral
dissertation, Universitas Ahmad Dahlan).

Widjajanto, E. (2013). Peranan Makrofag pada Proliferasi, Diferensiasi dan


Apoptosis pada Proses Hematopoisis (Penelitian pada Limpa Janin Tikus
dan Aspirat Sumsum Tulang Manusia). Jurnal Kedokteran
Brawijaya, 21(1), 29-36.

Wisky, I. A., & Akhiyar, D. (2019). Sistem Pakar Untuk Mendiagnosa Penyakit
Tulang Berbasis Web Menggunakan Metode Forward Chaining. J. Sains
dan Teknol. J. Keilmuan dan Apl. Teknol. Ind, 19(1), 46.

Anda mungkin juga menyukai