Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Konsepsi dan Implantasi (nidasi) sebagai titik awal kehamilan yang

ditandai dengan keterlambatan datang bulan dapat menimbulkan perubahan baik

rohani maupun jasmani. Bagi pasangan dengan perkawinan yang didasari ”cinta’’

keterlambatan datang bulan merupakan salah satu hal yang menggembirakan,

karena ini merupakan hasil cinta dan akan membuat semakin kokohnya hubungan

mereka dengan kehamilan yang didambakan. Keinginan untuk memastikan

kehamilan semakin mendesak, dan akan segera melakukan pemeriksaan terutama

keluarga yang telah lama mendambakan keturunan. Setelah terbukti hamil,

perasaan gembira dan cinta semakin bertambah, yang menjiwai suasana keluarga

tetapi kebahagiaan tersebut kadang diikuti perasaan cemas, karena ketakutan pada

kemungkinan keguguran (Kusmiyati dkk, 2009).

Kehamilan merupakan episode dramatis terhadap kondisi biologis,

perubahan psikologis dan adaptasi dari seorang wanita yang pernah

mengalaminya. Sebagian besar kaum wanita menganggap bahwa kehamilan

adalah peristiwa kodrati yang harus dilalui tetapi sebagian lagi menganggap

sebagai peristiwa khusus yang sangat menentukan kehidupan selanjutnya.

Perubahan kondisi fisik dan emosional yang kompleks, memerlukan adaptasi

terhadap penyesuaian pola hidup dengan proses kehamilan yang terjadi. Konflik

antara keinginan prokreasi, kebanggaan yang ditumbuhkan dari norma-norma


sosiokultural dan persoalan dalam kehamilan itu sendiri, dapat merupakan

pencetus berbagai reaksi psikologis, mulai dari reaksi emosional ringan hingga ke

tingkat gangguan jiwa yang berat. (Prawirohardjo, 2006).

Meskipun kehamilan sering ditunggu, namun prosesnya tidak semudah

yang dibayangkan. Bahkan pada kehamilan pertama biasanya calon ibu akan

dihantui ketakukan dan kecemasan seperti rasa sakit saat melahirkan,

kekhawatiran pasangan akan menjauh setelah ia melahirkan, dan berat badan yang

melonjak (Waspada Online, 2009).

Kehamilan dan melahirkan bayi merupakan perjuangan yang cukup berat

bagi setiap wanita, yang tidak luput dari rasa ketakutan dan kesakitan. Perasaan -

perasaan demikian ini akan menjadi sangat intensif kuat apabila ibu tersebut

memiliki perasaan yang menakutkan (angstive voorgevoelens) mengenai

kehamilannya, walaupun ia sebenarnya dalam kondisi sehat. Membesarnya janin

dalam kandungan mengakibatkan ibu yang bersangkutan mudah capek, tidak

nyaman badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam

bernafas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya di waktu

kehamilannya. Kondisi tersebut mengakibatkan timbul rasa tegang, kecemasan,

ketakutan, konflk batin dan maternal psikis lainnya.

Setiap kehamilan, terutama kehamilan pertama, merupakan satu fajar baru

dalam perkembangan hidupnya. Merupakan satu putaran baru dalam nasibnya,

penuh teka-teki, kebahagiaan dan pengharapan tertentu (Kartono, 2007).

Kehamilan yang pertama adalah suatu yang sangat penting bagi perempuan

dibandingkan dengan kehamilan yang kedua dan ketiga atau seterusnya.


Kehamilan pertama, biasanya perempuan banyak mengalami kekhawatiran, takut

bercampur was-was, juga bahagia. Oleh karena itu , pentingnya bagi ibu yang

hamil adalah dukungan dan motivasi dari orang disekelilingnya demi

membesarkan hati dan membantunya. Yang sangat berpengaruh baginya adalah

suaminya (Maruf, 2007).

Primigravida adalah seorang wanita yang hamil untuk pertama kali.

(Mochtar, 1998). Kehamilan bagi seorang wanita bukan hanya membutuhkan

perhatian saja, tetapi juga terhindar dari gangguan kesehatan serta hambatan

dalam menuju proses persalinan. Keberadaan tenaga kesehatan, seperti dokter

atau bidan yang berpengetahuan luas, sikap luwes serta komunikatif menjadi

salah satu faktor utama pula bagi para ibu hamil untuk memperoleh pelayanan

persalinan yang aman dan nyaman (Moordiningsih dan Kasuma, 2004).

Proses persalinan atau kelahiran cenderung memicu kecemasan, baik

untuk kelahiran yang pertama kali ataupun yang kesekian kali. Umumnya seorang

wanita yang akan melahirkan akan mengalami proses rasa sakit atau rasa nyeri.

Jika wanita yang akan melahirkan tidak dapat menahan rasa nyeri dan dibiarkan,

hal yang dicemaskan adalah konsentrasi calon ibu menghadapi atau selama proses

persalinan terganggu. Hal ini sangat berbahaya bagi calon ibu ataupun bayinya.

Kondisi tersebut karena keadaan yang pernah atau baru akan terjadi dan sering

menyebabkan seorang wanita yang akan melahirkan merasa ketakutan, khawatir

dan cemas menjalaninya (Bramantyo, 2003).

Menurut (Kaplan, 2004), kecemasan merupakan respons terhadap situasi

tertentu yang mengancam dan merupakan hal yang normal terjadi menyertai
perkembangan, perubahan, serta dalam menemukan identitas diri dan arti hidup.

Seringkali kecemasan juga ditandai dengan perasaan mudah marah, cemas,

perasaan tegang, mudah gugup, kewaspadaan berlebih, dan terkadang

menyebabkan keringat pada telapak tangan. Terkadang dampak yang terjadi pada

kecemasan dapat berupa dampak yang positif atau negatif. Dampak positif terjadi

jika kecemasan muncul pada tingkat moderat dan memberikan kekuatan untuk

melakukan sesuatu, membantu individu membangun pertahanan dirinya agar rasa

cemas yang dirasakan dapat berkurang sedikit demi sedikit, sedangkan dampak

negatif terjadi jika kecemasan muncul pada tingkat tinggi dan menimbulkan

tanda-tanda fisik yang dapat menghalangi individu untuk berfungsi efektif dalam

kehidupan sehari-hari seperti meningkatnya detak jantung, dan menegangnya otot-

otot tubuh sehingga sering terlihat sebagai suatu reaksi panik.

Kecemasan ibu itu meliputi perasaan kekhawatiran tentang proses

persalinannya nanti dan kondisi bayi yang akan dilahirkan. Sehingga pengetahuan

tentang proses persalinan sangat penting guna untuk persiapan menghadapi

persalinan serta diperlukan dukungan keluarga terutama suami sangat diperlukan

guna untuk memotivasi ibu hamil primigravida khususnya trimester III dalam

menghadapi persalinan.

Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai “ Gambaran

Tingkat Kecemasan dengan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi

persalinan pada Ny. W di Kp cipepe Desa Sirnajaya UPT Puskesmas Cipanas

Kabupaten Garut Tahun 2019”.


1.2 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Tingkat Kecemasan

dengan ibu primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan pada Ny. W

di Kp cipepe Desa Sirnajaya UPT Puskesmas Cipanas Kabupaten Garut Tahun

2019”.

1.3 Manfaat Penenlitian

Dari penelitian ini diharapkan akan bermanfaat, antara lain :

1.3.1 Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya, disarankan sebaiknya untuk meneliti lebih dalam

lagi mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan kecemasan ibu

primigravida trimester III

1.3.2 Bagi Profesi Keperawatan

Disarankan tenaga kesehatan untuk lebih meningkatkan penyuluhan-

penyuluhan tentang proses persalinan, membagikan leaflet tentang proses

persalinan agar responden ibu primigravida trimester III dapat mengerti

dan diharapkan kecemasan dalam menghadapi persalinan dapat berkurang.

1.3.3 Bagi Ibu Hamil

Disarankan ibu hamil trimester III untuk lebih menambah wawasan

pengetahuan tentang proses persalinan dengan cara membaca artikel

kesehatan, lebih aktif mengikuti penyuluhan.


BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1     Konsep Teori Kecemasan

2.1.1   Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah keadaan dimana indvidu atau kelompok mengalami

perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam

berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2000 : 9).

Kecemasan (kecemasan) merupakan suatu  perasaan takut yang tidak

menyenangkan dan tidak dapat dibenarkan yang sering disertai dengan gejala

fisiologis, yang dirasakan oleh pasien pre operatif (David, 2003 : 96).

Kecemasan adalah respon subjektif terhadap stres. Ciri-ciri kecemasan

adalah keprihatinan, kesulitan, ketidakpastian, atau ketakutan yang terjadi akibat

ancaman yang nyata atau dirasakan (Isaacs, 2004 : 48).

Kecemasan akibat terpajan pada peristiwa traumatik yang dialami individu

yang mengalami, menyaksikan atau menghadapi satu  atau beberapa peristiwa

yang melibatkan kematian aktual atau ancaman kematian atau cidera serius atau

ancaman integritas fisik diri sendiri (Doenges, 2006 : 371).

Kecemasan merupakan gejolak emosi seseorang yang berhubungan

dengan sesuatu diluar dirinya dan mekanisme diri yang digunakan dalam

mengatasi permasalahan (Asmadi, 2009 : 165).


2.1.2  Penyebab Kecemasan

Menurut Andaners (2009), penyebab rasa cemas dapat dikelompokan pula

menjadi 3 faktor, yaitu :

1)       Faktor biologis atau fisiologis, berupa ancaman akan kekurangan

makanan, minuman, perlindungan dan keamanan.

2)       Faktor psikososial, yaitu ancaman terhadap konsep diri, kehilangan orang

atau benda yang dicintai, perubahan status sosial atau ekonomi.

3)       Faktor perkembangan, yaitu ancaman pada masa bayi, anak, remaja.

2.1.3 Faktor Predisposisi

Menurut  Asmadi (2009 : 165), berbagai faktor predisposisi yang dijelaskan

ke dalam beberapa teori mengenai kecemasan. Teori tersebut antara lain :

1)       Teori Psikoanalisis

Menurut pandangan psikoanalisis, kecemasan adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian, yaitu id dan superego. Id

mewakili dorongan insting dan impuls primitif seseorang, sedangkan

superego mencerminkan hati nurani seseorang dan dikendalikan oleh

norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi menengahi tuntutan dari

dua elemen tersebut, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego

bahwa ada bahaya.

2)       Teori Interpersonal


Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap penolakan saat

berhubungan dengan orang lain. Kecemasan ini juga dihubungkan dengan

trauma pada masa pertumbuhan, seperti kehilangan dan perpisahan dengan

orang yang dicintai. Penolakan terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau

masyarakat akan menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi

cemas. Namun, bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan

merasa tenang dan tidak cemas. Kecemasan berkaitan dengan hubungan

antara manusia.

3)       Teori Perilaku

Kecemasan merupakan hasil frustasi. Ketidakmampuan atau kegagalan

dalam mencapai suatu tujuan yang diinginkan akan menimbulkan frustasi

atau keputusasaan. Keputusasaan inilah yang menyebabkan seseorang

menjadi cemas.

Menurut Stuart (1998 : 179), berbagai faktor predisposisi yang dijelaskan

ke dalam beberapa teori mengenai asal kecemasan yaitu :

1)       Teori Psikoanalitik

Kecemasan adalah konflik emosional yang terjadi antara dua elemen

kepribadian id dan superego.  Id mewakili dorongan insting dan impuls 

primitif  seseorang, sedangkan superego mencerminkan hati nurani

seseorang dan dikembalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego

atau Aku, berfungsi menengahi tuntutan dari dua elemen yang


bertentangan, dan fungsi kecemasan adalah mengingatkan ego bahwa ada

bahaya.

2)       Teori Interpersonal

Kecemasan timbul dari perasaan takut terhadap tidak adanya penerimaan

dan penolakan interpersonal. Kecemasan juga berhubungan dengan

perkembangan trauma, seperti perpisahan dan kehilangan,  yang

menimbulkan kelemahan spesifik. Orang dengan harga diri rendah

terutama mudah mengalami perkembangan kecemasan yang berat.

3)       Teori perilaku

Kecemasan merupakan produk frustasi yaitu segala sesuatu yang

mengganggu kemampuan seseorang untuk mencapai tujuan yang

diinginkan. Pakar perilaku lain menganggap kecemasan sebagai suatu

dorongan untuk belajar berdasarkan keinginan dari dalam untuk

menghindari kepedihan. Pakar tentang pembelajaran menyakini bahwa

individu yang terbiasa dalam kehidupan dininya dihadapkan pada

ketakutan yang berlebihan lebih sering menunjukkan kecemasan pada

kehidupan selanjutnya.

4)       Kajian Keluarga

Kecemasan merupakan hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga. Ada

tumpang tindih dalam gangguan kecemasan dan antara gangguan

kecemasan dengan depresi.

5)       Kajian Biologis


Menunjukkan bahwa otak mengandung reseptor khusus untuk benzo diaz

epindes.Reseptor ini, mungkin membantu mengatur kecemasan.

Penghambat asam aminobutirik-gamma neroregulator (GABA) juga

mungkin memainkan peran utama dalam mekanisme biologis

berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya endorphin. Selain

itu, telah dibuktikan bahwa kesehatan umum seseorang mempunyai  akibat

nyata sebagai predisposisi; terhadap kecemasan. Kecemasan mungkin

disertai gangguan fisik dan selanjutnya menurunkan kapasitas seseorang

untuk mengatasi stesor.

2.1.4    Faktor Presipitasi

Menurut Stuart (1998 : 181), kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan

yang tidak pasti dan tidak berdaya. Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang

spesifik. Pengalaman kecemasan seseorang tidak sama pada beberapa situasi dan

hubungan interpersonal. Namun demikian secara umum ancaman besar yang

dapat menimbulkan kecemasan dikategori menjadi 2, yaitu :

1)       Ancaman terhadap integritas seseorang meliputi ketidakmampuan

fisiologis yang akan datang atau menurunnya kapasitas untuk melakukan

aktivitas hidup sehari-hari.


2)       Ancaman terhadap sistem diri seseorang dapat membahayakan indentitas,

harga diri dan fungsi sosial yang terintegrasi seseorang.

Menurut Esperanza (1997), Fundamental of Nursing Practice a Nursing

Poscess Aproach, faktor pencetus kecemasan antara lain:


1)      Perubahan patologi dari penyebab penyakit atau suatu injuri.

2)      Trauma (injuri, luka bakar, serangan, elektrik, shock).

3)      Tidak adekuatnya; makanan, kehangatan, dan pencegahan.

4)      Tidak terpenuhinya kebutuhan dasar (kelaparan, gangguan seksual).

5)      Program terapi (diet, terapi fisik, psikoterapi).

6)      Kekacauan hubungan sosial dan keluarga.

7)      Konflik sosial dan budaya.

8)      Perubahan fisiologis yang normal (pubertas, menstruasi, kehamilan dan

menopause).

9)      Peristiwa yang menyebabkan stressful (peristiwa yang penting dalam

kegiatan sosial, wawancara dan diagnostik test).

10)  Membayangkan ancaman dari injuri (sumber dari stress yang tidak dapat

dipastikan).

11)  Bencana alam (gempa bumi, banjir).

12)  Serangan wabah, bakteri, virus atau parasit.

13)  Isolasi sosial.

14)  Kompetisi dalam olahraga.

15)  Perpindahan tempat tinggal.

16)  Peperangan.

17)  Kegiatan sehari-hari dari kehidupan (entertaining, pengemudi).

18)  Situasi positif dari peristiwa kehidupan (menikah, mempunyai bayi, lulus

kuliah)

2.1.5 Tingkat Kecemasan dan Karakteristik


Menurut Asmadi (2009 : 166), kemampuan untuk merespons terhadap

suatu ancaman yang berbeda satu sama lain. Perbedaan kemampuan ini

berimplikasi terhadap perbedaan tingkat kecemasan yang dialami. Respons

individu terhadap kecemasan beragam dari kecemasan sampai panik.  

2.1.5.1  Rentang Respons Kecemasan

Menurut Stuart (1998 : 176), rentang respons sehat sakit dapat dipakai

untuk  menggambarkan respons adaptif-maladaptif pada kecemasan.

2.1.5.2  Tingkat Kecemasan

Menurut Asmadi (2009 : 167), tiap tingkatan kecemasan mempunyai

karakteristik atau manifestasi yang berbeda satu sama lain. Manifestasi kecemasan

yang terjadi bergantung pada kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi

ketegangan, harga diri, dan mekanisme koping yang digunakannya.

Tingkat Kecemasan dan Karakteristik (Asmadi, 2009)

2.1.5.3  Respon Fisiologis, Perilaku, Kognitif dan Afektif Terhadap Kecemasan

Menurut Stuart (1998 : 177-179), kecemasan dapat diekspresikan secara

langsung melalui perubahan fisiologis dan perilaku dan secara tidak langsung

melalui timbulnya gejala atau mekanisme koping sebagai upaya untuk melawan

kecemasan. Intensitas perilaku akan meningkat sejalan dengan tingkat kecemasan.

Tabel 2.2 Respons Fisiologis  terhadap Kecemasan. Buku saku Keperawatan  Jiwa
Edisi 3, Stuart (1998).

Sistem Tubuh Respons


Kardiovaskular Palpitasi
Jantung berdebar
Tekanan darah meninggi
Rasa mau pingsan*
Pingsan*
Tekanan darah menurun*
Denyut nadi menurun*

Pernapasan Napas cepat


Napas pendek
Tekanan pada dada
Napas dangkal
Pembengakakan pada tenggorok
Sensasi tercekik
Terengah-engah

Neuromuskular Refleks meningkat


Reaksi kejutan
Mata berkedip-kedip
Insomnia
Tremor
Rigiditas
Gelisah
Wajah tegang
Kelemahan umum
Kaki goyah
Gerakan yang janggal.
Gastrointestinal Kehilangan nafsu makan
Menolak makanan
Rasa tidak nyaman pada abdomen*
Mual*
Rasa terbakar pada jantung*
Diare*
Tidak dapat menahan kencing*
Traktus urinarius Sering berkemih
Kulit Wajah kemerahan
Berkeringat setempat (telapak
tangan)
Gatal
Rasa panas dan dingin pada kulit
Wajah pucat
Berkeringat seluruh tubuh

*Respons Parasimpatis.

Tabel 2.3 Respons Perilaku, Kognitif dan Afektif terhadap Kecemasan. Buku saku
Keperawatan  Jiwa Edisi 3, Stuart (1998).
Sistem Respons
Perilaku Gelisah
Ketegangan fisik
Tremor
Gugup
Bicara cepat
Kurang koordinasi
Cenderung mendapat cedera
Menarik diri dari hubungan
interpersonal.
Menghalangi
Melarikan diri dari masalah
Menghindari
Hiperventilasi
Kognitif Perhatian terganggu
Konsentrasi buruk
Pelupa
Salah dalam memberikan penilaian
Preokupasi
Hambatan berpikir
Bidang persepsi menurun
Kreativitas menurun
Bingung
Sangat waspada
Kesadaran diri meningkat
Kehilangan objektivitas
Takut kehilangan kontrol
Takut pada gambaran visual
Takut cedera atau kematian
Afektif Mudah terganggu
Tidak sabar
Gelisah
Tegang
Nervus
Ketakutan
Alarm
Teror
Gugup

2.2 Kehamilan

2.2.1 Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah masa dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin

lamanya adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari

pertama haid terakhir (Saifudin, 2006). Kehamilan adalah pertumbuhan

dan perkembangan janin intra uteri mulai sejak konsepsi dan berakhir

sampai permulaan persalinan (Manuaba, 2008). Kehamilan merupakan

proses yang diawali dengan adanya pembuahan (konsepsi), masa

pembentukan bayi dalam rahim, dan diakhiri oleh lahirnya sang bayi

(Monika, 2009).

2.2.2 Pembagian Kehamilan Dalam Triwulan


1. Triwulan pertama dimulai dari konsepsi 0-12 minggu.

2. Triwulan kedua dari 13-28 minggu.

3. Triwulan ketiga dari 29-40 minggu.

2.2.3 Tanda-Tanda Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan menurut Rustam (2005) meliputi:

1. Tanda-tanda presumtif (tidak pasti)

 Amenore (tidak dapat haid)

 Mual dan muntah

 Mengidam

 Pingsan

 Tidak ada selera makan

 Payudara membesar, tegang

 Sering kencing

 Konstipasi.

2. Tanda-tanda mungkin

 Perut membesar.

 Uterus membesar terjadi perubahan dalam bentuk, konsistensi dari rahim.

 Tanda Hegar, yaitu pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena

terjadinya oedema dari cervix dan hiperplasia kelenjar-kelenjar cervix,

sehingga cervix menjadi lunak.

 Tanda Chadwick, yaitu pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga

warna selaput lendirnya biru.


 Tanda Piscaseek, yaitu pertumbuhan uterus tidak rata, uterus lebih cepat

tumbuh di daerah inplantasi dan di daerah insersi plasenta.

 Tanda Ballottement, yaitu teraba benjolan keras.

3. Tanda pasti (tanda positif)

 Gerakan janin dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga bagian-bagian

janin.

 Denyut jantung janin: didengar dengan stetoskop-monoral laennec, dicatat

dan didengar dengan alat Doppler, dicatat dengan feto-elektro kardiogram,

dilihat pada ultrasonografi, terlihat tulang-tulang janin dalam foto-rontgen.

2.2.4 Perubahan Fisiologis

 Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita

mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang

perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam

perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen,

dan progesteron yang menyebabkan perubahan (Prawirohardjo, 2009)

pada :

1. Rahim atau Uterus

Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan

mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100 gram

saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi

menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena

pertumbuhan janin.

2. Vagina (Liang Senggama)


Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena

pengaruh esterogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan.

3. Ovarium (Indung Telur)

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus

luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya

plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu.

4. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan

memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan payudara tidak dapat

dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen,

progesteron, dan somatomammotropin.

5. Sirkulasi Darah

Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya,

meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi

kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi

hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter,

dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningkat. Akibat

dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah yaitu :

a. Volume darah

Volume darah semakin meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar

dari pertumbuhan sel darah, sehingga terjadi semacam pengenceran darah

(hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume


darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah

sekitar 20%.

b. Sel darah

Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat

meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel

darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi

hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat

dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan

anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat

mencapai 4 kali dari angka normal.

6. Sistem Respirasi

Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat

memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena

dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai

kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat,

ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya.

7. Sistem Pencernaan

Karena pengaruh esterogen, pengeluaran asam lambung meningkat yang

dapat menyebabkan :

1. Pengeluaran air liur berlebihan (hipersalivasi).

2. Daerah lambung terasa panas.

3. Terjadi mual dan sakit/pusing kepala terutama pagi hari (morning

sickness).
4. Muntah, yang terjadi disebut emesis gravidarum.

5. Muntah berlebih, sehingga mengganggu kehidupan sehari-hari

(hiperemesis gravidarum).

6. Progesteron menimbulkan gerak usus makin berkurang dan dapat

menyebabkan obstipasi.

8. Perubahan Pada Kulit

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi karena

pengaruh melanophore stimulating hormone lobus hipofisis anterior dan

pengaruh kelenjar suprarenalis. Hiperpigmentasi ini terjadi pada striae

gravidarum livide atau alba, areola mamae, papilla mamae, linea nigra,

pipi (chloasma gravidarum). Setelah persalinan hiperpigmentasi ini akan

menghilang.

9. Metabolisme

Dengan terjadi kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan yang

mendasar, perubahan metabolisme yang mendasar antara lain :

1. Metabolisme basal naik sebesar 15% sampai 20% dari semula, terutama

pada trimester ketiga.

2. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter

menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan

mineral yang diperlukan janin.

3. Kebutuhan protein wanita hamil makin tinggi untuk pertumbuhan dan

perkembangan janin, perkembangan organ kehamilan, dan persiapan


laktasi. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar ½ gr/kg BB atau

sebutir telur ayam sehari.

4. Kebutuhan kalori didapat dari karbohidrat, lemak dan protein.

5. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil: kalsium 1,4 gram setiap hari, 30

sampai 40 gram untuk pembentukan tulang janin, fosfor, rata-rata 2 gram

dalam sehari, zat besi, 800 mgr atau 30 sampai 50 mgr sehari, dan air, ibu

hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi retensi air.

6. Berat badan ibu hamil bertambah antara 6,5 sampai 16,5 kg selama

kehamilan atau terjadi kenaikan berat badan sekitar ½ kg/minggu.

2.3.5 Paritas

Paritas adalah jumlah janin dengan berat badan lebih dari atau sama

dengan 500 gram yang pernah dilahirkan, hidup maupun mati. Bila berat badan

tak diketahui maka dipakai umur kehamilan, yaitu 24 minggu (Siswosudarmo,

2008). Penggolongan paritas bagi ibu yang masih hamil atau pernah hamil

berdasarkan jumlahnya menurut Perdinakes-WHOJPHIEGO yaitu:

a. Primigravida adalah wanita hamil untuk pertama kalinya

b. Multigravida adalah wanita yang pernah hamil beberapa kali, di mana

kehamilan tersebut tidak lebih dari 5 kali.

c. Grandemultigravida sdalah wanita yang pernah hamil lebih dari 5 kali. Menurut

sumber lain jenis paritas bagi ibu yang sudah partus antara lain yaitu:

1. Nullipara adalah wanita yang belum pernah melahirkan bayi yang mampu

hidup (Siswosudarmo, 2008).


2. Primipara adalah wanita yang pernah 1 kali melahirkan bayi yang telah

mencapai tahap mampu hidup (Siswosudarmo, 2008).

3. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan 2 janin viabel atau lebih

(Siswosudarmo, 2008).

4. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan bayi 6 kali atau

lebih (Mochtar, 1998).

5. Grandemultipara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau

lebih (Padjadjaran, FK., 1983).

6. Great Grandemultipara adalah seorang wanita yang telah melahirkan bayi

yang sudah viable 10 kali atau lebih (Wiknjosastro, 2002)

2.3  Persalinan

2.3.1 Pengertian Persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu.Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia

kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.

(Asuhan Persalinan Normal, hal :37).

2.3.1 Tanda – Tanda Permulaan Persalinan

1. Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala turun memasuki pintu

atas panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu

kelihatan.

1. perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun.

2. Perasaan susah kencing karena kandung kemih tertekan oleh bagian

terbawah janin.
3. Perasaan sakit diperut dan dipinggang oleh adanya kontraksi – kontraksi

4. lemah dari uterus, kadang – kadang disebut “ false labor pains”.

5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan sekresinya bertambah bisa

bercampur darah (bloody show). (Sinopsis Obstetri Fisiologi, hal : 93).

2.3.3 Tanda – Tanda In – Partu

1. Rasa sakit oleh adanya his yang lebih kuat, sering, dan teratur.

2. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena robekan

– robekan kecil pada serviks.

3. Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya.

4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah

ada. (Sinopsis Obsetri Fisiologi, hal : 93.

2.4 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan Dalam Persalinan

1. Takut Mati

Perasaan takut mati biasanya muncul karena belum menyadari akan nilai

hidup dan kematian, kecemasan yang muncul pada intinya adalah

disebabkan karena hati dan hidup tidak ada ketentraman. Orang yang

cemas adalah karena dirinya tidak mengenal takdir nasib dari Tuhan.

Ketakutan terhadap kematian biasanya muncul pada orang yang tidak

memiliki kepercayaan dan keyakinan terhadap tuhan. Ketidak siapan

menghadapi kematian menimbulkan kecemasan ibu menghadapi

persalinan.

2. Trauma Kelahiran
Trauma kelahiran ini berupa ketakutan akan berpisahnya bayi dari rahim

ibunya, ketakutan berpisah ada kalanya menghinggapi seorang ibu yang

merasa amat takut kalau bayinya akan berpisah dari dirinya, seolah – olah

ibu tersebut menjadi tidak mampu menjamin keselamatan bayinya.

3. Perasaan Berdosa atau Bersalah Terhadap Ibunya

Sejak kecil mendapatkan perawatan orang tua dengan kasih sayang,

setelah beranjak dewasa tentu kita ingin membalas budi orang tua dan apa

yang terjadi pada diri kita saat ini sesuai harapan oarang tua.( Bambang,

1987).

4. Ketakutan Melahirkan

Ketakutan melahirkan berhubungan dengan proses melahirkan yang

berkaitan dengan ibu, kejadian melahirkan merupakan peristiwa besar

yang membawa ibu berada antara hidup dan mati, menyebabkan ibu

merasa cemas akan keadaanya, dukungan yang penuh dari anggota

keluarga penting artinya bagi seorang ibu bersalin terutama dukungan

suami sehingga memberikan support moril terhadap ibu (Kartono, 1986).

2.5 Anxiety Rating Sacle atau Skala Kecemasan

Menurut Hamilton (1998), skala kecemasan terbagi beberapa aspek :

1. Aspek Psikologis

a. Perasaan cemas : cemas, firasat buruk, mudah tersinggung.

b. Ketegangan : merasa cemas, letih, mudah terkejut, mudah menangis,

gemetar, gelisah, tidak dapat istirahat.


c. Kecemasan : pandangan gelap, cemas ditinggal sendiri, cemas pada orang

asing , cemas pada kerumunan orang banyak.

d. Gangguan kecerdasan : sukar berkonsentrasi, daya ingat buruk.

e. Perasaan depresi : hilang minat, sedih, perasaan berubah setiap hari.

2. Aspek Fisiologis

a. Gangguan tidur : sukar tidur, terbangun pada malam hari, mimpi buruk,

mimpi menakutkan, tidur pulas, bila terbangun badan lemas, sering

mimpi.

b. Gejala somatik atau otot – otot: nyeri otot, kaku, kedutan, suara tidak

stabil.

c. gejala sensorik : penglihatan kabur, gelisah, merasa lemas.

d. Gejala kardivaskuler : nyeri dada, denyut nadi meningkat, merasa lemah,

denyut jantung berhenti sejenak.

e. Pernafasan merasa tertekan didada, perasaan tercekik,sering menarik

nafas pendek.

f. gangguan gastrointestinal : sulit menelan, gangguan pencernaan, nyeri

lambung, mual muntah, pernafasan perut.

g. Gangguan Urogenital : tidak dapat menahan kencing, amenorrhe.

h. Gangguan otonom : mulut kering, muka merah, berkeringat, bulu roma

berdiri.

i. Perilaku sesaat : gelisah, tidak tenang, jari gemetar, muka tegang, tonus

otot meningkat, mengerut dahi, nafas pendek dan cepat.


BAB III

METODE PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara

Deskriptif dengan menggunakan desain penelitian cross sectional yang merupakan

rancangan penelitian dengan menggunakan pengukuran atau pengamatan pada

saat bersamaan (sekali waktu) yang bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat

kecemasan ibu hamil primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan

4.2 Variabel Penelitian

Variabel dalam penelitian ini adalah tingkat kecemasan ibu hamil

primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan

4.3 Kerangka Konsep dan Definisi Operasionel

4.3.1 Kerangka Konsep

Setiap kehamilan, terutama kehamilan pertama, merupakan satu fajar baru

dalam perkembangan hidupnya. Merupakan satu putaran baru dalam nasibnya ,,

penuh teka-teki, kebahagiaan dan pengharapan tertentu (Kartono, 2007).

Kehamilan yang pertama adalah suatu yang sangat penting bagi perempuan

dibandingkan dengan kehamilan yang kedua dan ketiga atau seterusnya.

Kehamilan pertama, biasanya perempuan banyak mengalami kekhawatiran, takut

bercampur was-was, juga bahagia. Oleh karena itu , pentingnya bagi ibu yang

hamil adalah dukungan dan motivasi dari orang disekelilingnya demi

membesarkan hati dan membantunya. Yang sangat berpengaruh baginya adalah

suaminya (Maruf, 2007).


Kehamilan dan melahirkan bayi merupakan perjuangan yang cukup berat

bagi setiap wanita, yang tidak luput dari rasa ketakutan dan kesakitan. Perasaan -

perasaan demikian ini akan menjadi sangat intensif kuat apabila ibu tersebut

memiliki perasaan yang menakutkan (angstive voorgevoelens) mengenai

kehamilannya, walaupun ia sebenarnya dalam kondisi sehat. Membesarnya janin

dalam kandungan mengakibatkan ibu yang bersangkutan mudah capek, tidak

nyaman badan, tidak bisa tidur enak, sering mendapatkan kesulitan dalam

bernafas dan macam-macam beban jasmaniah lainnya di waktu

kehamilannya. Kondisi tersebut mengakibatkan timbul rasa tegang, kecemasan,

ketakutan, konflk batin dan maternal psikis lainnya.

Kehamilan dan persalinan merupakan proses alami yang dialami oleh

wanita. Selama masa kehamilan perlu dilakukan pengawasan untuk keselamatan

serta kesejahteraan ibu dan janin. Angka kematian ibu di Indonesia 262 per

100.000 kelahiran, dapat dicegah dengan penyelenggaraan pelayanan kesehatan,

salah satu diantaranya adalah pelayanan obstetrik berkualitas tinggi. Untuk

menghasilkan generasi yang berkualitas harus dimulai sejak dalam masa

kehamilan karena kehamilan merupakan suatu krisis dan dapat menjadikan suatu

ketidakseimbangan terlebih lagi apabila kehamilan merupakan suatu hal yang baru

dialami wanita pertama kali (Ambrawati, 2008).

Kecemasan adalah keadaan dimana indvidu atau kelompok mengalami

perasaan gelisah (penilaian atau opini) dan aktivasi sistem saraf autonom dalam

berespons terhadap ancaman yang tidak jelas, nonspesifik (Carpenito, 2000 : 9).

Faktor psikis dalam menghadapi persalinan merupakan faktor yang sangat


mempengaruhi lancar tidaknya proses kelahiran. Dukungan yang penuh dari

anggota keluarga penting artinya bagi seorang ibu bersalin terutama dukungan

dari suami sehingga memberikan support moril terhadap ibu.

Kerangka Konsep Penelitian

Karakteristik Pasien
Preoperatif:
 Usia
 Jenis kelamin
 Pendidikan
 Pekerjaan Kecemasan Pasien aPre
 Pendapatan Opertif:
 Ringan
 Sedang
 Berat

Mekanisme Koping
Pasien Pre Operatif
 Adaptif
 Maladaptif

Keterangan :

: Tidak Diteliti

: Diteliti

4.3.2 Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat Ukur Hasil Ukur Skala


Yang Diteliti Operasional Kriteria Nilai
Ukur

Kecemasan Keadaan yang Wawancara Kuesioner 1. Ringan 1. Ringan jika Ordinal


menggambarka dipandu 2.Sedang nilainya ( <
n suatu Kuesioner 3.berat 50 %)
pengalaman 2. Sedang jika
pribadi
nilainya (50-
mengenai
ketegangan
75 %)
mental dan 3. Berat jika
tekanan yang nilainya (>
menyertai suatu 75 %)
konflik atau
fenomena yang
sangat tidak
menyenangkan
serta ada
hubungannya
berbagai
perasaan

4.4 Populasi dan Sampel

4.4.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subject penelitian yang akan diteliti

(Notoatmodjo, 2004). Populasi dalam penelitian ini ibu hamil primigravida

trimester III dalam menghadapi persalinan sebanyak 135 orang

4.4.2 Sampel

Sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi (Arikunto, 2004).

Dalam penelitian ini sampel yang diambil menggunakan tekhnik pengambilan

data dengan Accident Sampling, dimana sampel yang menjadi objek penelitian

adalah ibu hamil primigravida trimester III dalam menghadapi persalinan

sebanyak 56 Orang

4.6 Teknik Pengumpulan Data


Pada penelitian ini data yang diperoleh adalah data primer yaitu Data

primer berupa angket yang dibagikan kepada responden dengan cara

menggunakan kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh penulis (Notoatmojo,

2003). Penelitian langsung mengambil data pada subyek penelitian langsung pada

nilai operasi, Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner.

4.7 Uji Validitas dan Reliabilitas

4.7.1 Uji Validitas

Suatu instrumen dinyatakan valid apabila mampu mengukur apa yang

diinginkannya dan dapat mengungkapkan data dari variabel yang diteliti secara

tepat (Arikunto, 2002). Untuk menentukan kevalidan dari item kuesioner

digunakan rumus korelasi product moment dari Pearson, antara skor tiap item

dengan total item yang telah terkoreksi (corrected item-total correlation), dengan

rumus :

 ix    i   x 
rix 
 2   i 2     x 2 
 i     x2  
 n   n 
   

(Azwar, 2001)

dimana:

i : skor responden pada pernyataan tertentu

x : skor responden pada skala sikap

N : banyaknya responden keseluruhan

Kriteria validitas :
Jika r  0,30 maka pertanyaan tersebut valid.

Jika r < 0,30 maka pertanyaan tersebut tidak valid.

4.7.2 Uji Reliabilitas

Reliabilitas adalah sejauh mana hasil suatu pengukuran dapat dipercaya.

Hasil pengukuran dapat dipercaya apabila dalam beberapa kali pelaksanaan

pengukuran terhadap kelompok subjek yang sama diperoleh hasil yang relatif

sama, selama aspek yang diukur dalam diri subjek memang belum berubah

(Azwar, 2004).

Uji realibilitas instrumen ini yang menggunakan rumus alpha, yaitu rumus

yang digunakan untuk instrumen yang skornya bukan 0 dan 1. Dengan rumus

sebagai berikut :

r11 = [ k ] [ 1- ∑σb2 ]

( k-1) σb2

(Arikunto, 2002)

Dengan keterangan :

r11 = reliabilitas instrument

k = banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

∑σb2 = jumlah varians butir

σb2 = varians total

4.8 Analisa Data

Setelah data terkumpul dari hasil pengumpulan data, selanjutnya data

dianalisa dengan sebelumnya melewati tahap :


1) Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan terhadap isi kuesioner

tentang kelengkapan dan kejelasan jawaban dari responden.

2) Coding

Merupakan proses mengubah data berbentuk huruf menjadi data berbentuk

angka/bilangan. Tingkat cemas diukur dengan kuesioner Anxiety Scale

Observasi Checklist menggunakan skala ordinal dengan kategori:

1. Ringan jika nilainya ( < 50 %)

2. Sedang jika nilainya (50-75 %)

3. Berat jika nilainya (> 75 %)

3) Analisa Data

Hasilnya dilakukan dengan persentase berapa klien yang memiliki Tingkat

kecemasan ringan, sedang, berat.

Rumus yang digunakan adalah :

f
P= x 100 %
n

Dimana : P = Persentase

f = frekuensi/jumlah responden yang menjawab

n = Jumlah responden

Selanjutnya hasil perhitungan persentase diinterpretasikan ke dalam standar

kriteria objektif dengan menggunakan skala :

0% : Tidak seorangpun responden

1% - 19% : Sangat sedikit dari responden


20% - 39% : Sebagian kecil dari responden

40% - 59% : Sebagian dari responden

60% - 79% : Sebagian besar dari responden

80% - 99% : Hampir seluruhnya dari responden

100 % : Seluruh responden (Arikunto,2002)

4.8 Prosedur Penelitian

Tahap Persiapan meliputi penentuan masalah dan tempat penelitian,

melakukan studi kepustakaan, melakukan studi pendahuluan, menyusun proposal

dan instrumen penelitian, seminar Proposal, uji coba instrumen.

Tahap Pelaksanaan meliputi mengurus izin penelitian dari , melakukan

informed consent kepada responden, melakukan penelitian dengan menyebar

angket, pengolahan data dan analisa data.

Tahap Akhir meliputi penyusunan laporan, penyajian hasil penelitian atau

sidang.

4.9 Lokasi dan tempat Penelitian

Penelitian ini akan dilaksanakan di Kp Cipepe Desa Sirnaja UT Puskesmas

Cipanas pada Bulan Agustus 2019.

4.10 Etika Penelitian

Pada penelitian ini, karena subjek penelitiannya adalah manusia, maka

peneliti harus memahami prinsip-prinsip etika penelitian. Jika hal ini tidak

dilaksanakan, maka peneliti akan melanggar hak-hak (otonomi) manusia.


Sebelum dilakukan penelitian, peneliti membuat surat persetujuan yang

ditandatangani oleh responden sendiri yang menunjukkan prinsip informed

consent. Selain itu peneliti menjaga kerahasiaan data-data responden (privacy),

setiap responden memiliki kesempatan yang sama untuk mengikuti penelitian

(justice), dan peneliti tidak melakukan hal yang merugikan responden

(beneficence).

Anda mungkin juga menyukai