PROPOSAL
Oleh:
RISKA ADELIA
NIM: 1183111003
PROPOSAL SKRIPSI
Oleh
RISKA ADELIA
NIM: 1183111003
Mengetahui
Ketua Program Studi
Pendidikan Guru Sekolah Dasar
B. Bidang Kajian
Hasil Belajar siswa pada pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana dan
model pemebelajaran konstruktivisme.
C. Latar Belakang
Meningkatkan mutu pendidikan merupakan harapan yang harus dicapai, baik menurut
tujuan nasional maupun tujuan lembaga yang terkait di dalamnya, yang salah satunya
yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa, taqwa, terampil serta bisa menjadi warga Negara
yang demokratis, dan bertanggung jawab. Sudah sepatutnya semua elemen tenaga
kependidikan, baik yang berperan sebagai pendidik ataupun elemen lain yang menunjang
terhadap penyelenggaraan pendidikan berusaha keras agar dapat mewujudkan cita-cita
tersebut. Hal ini sesuai dengan menurut UndangUndang No 20 Tahun 2003 Tentang
sistem Pendidikan Nasional pada BAB II Dasar, Fungsi dan Tujuan Pasal 2-3 di tegaskan
bahwa:
“Pendidikan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945. Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan
dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Dengan demikian jelas bahwa tahap berfikir anak usia SD harus dikaitkan dengan hal-
hal nyata dan pengetahuan awal siswa yang telah dibangun mereka dengan sendirinya. Model
pembelajaran kontruktivisme merupakan strategi yang cocok diterapkan dalam mengatasi
masalah-masalah yang dihadapi siswa dalam proses belajar IPA khususnya mengenai konsep
pesawat sederhana. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami sendiri apa yang
dipelajari bukan mengetahuinya. Pembelajaran kontruktivisme merupakan suatu konsep
belajar mengajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata ke dalam kelas dan
mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan
penerapanya dalam kehidupan mereka sehari-hari.
Dalam konteks tersebut, siswa perlu mengerti apa makna belajar, apa manfaatnya,
dalam status apa mereka, dan bagaimana mencapainya?. Mereka sadar bahwa apa yang
mereka pelajari berguna bagi kehidupannya. Dengan demikian mereka memposisikan diri
sebagai dirinya sendiri yang memerlukan suatu bekal untuk masa depannya. Dengan
pembelajaran kontruktivisme diharapkan akan mempermudah dalam memahami dan
memperdalam IPA untuk meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat meningkatkan
pemahaman siswa.
Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik umtuk mengadakan penelitian
demgan judul : “Model Pembelajaran Konstruktivisme untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa pada Pembelajaran IPA Tentang Pesawat Sederhana (Penelitian Tindakan
Kelas di Kelas V SD Negeri 106209 Sukaramai Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang
Bedagai Tahun Pelajaran 2019/2020)”.
D. Identifikasi Masalah dan Rumusan Masalah
1. Identifikasi Masalah
Pemahaman Siswa Kelas V terhadap pembelajaran IPA masih kurang, hal ini
ditandai dengan nilai rata-rata hasil ulangan relativ rendah. Kurangnya pemahaman
siswa tersebut disebabkan oleh beberapa faktor,
antara lain :
a. Lemahnya perencanaan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
Kontruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri
106209 Sukaramai tentang konsep pesawat sederhana.
b. Jarangnya pelaksanaan pembelajaran IPA melalui model pembelajaran
Kontruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa kelas V SD Negeri
106209 Sukaramai tentang konsep pesawat sederhana.
c. Lemahnya hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 106209 Sukaramai tentang
konsep pesawat sederhana.pada pembelajaran IPA tidak menggunakan model
pembelajaran Kontruktivisme.
2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang dan indentifikasi masalah diatas, maslah utama dalam
penelitian ini adalah : bagaimanakah penggunaan model pembelajaran
konstruktivisme untuk meningkatkan hasil bejar siswa pada pembelajaran IPA tentang
pesawat sederhana di kelas V SD Negeri 106209 Sukaramai Kecamatai Sei Rampah ?
Adapun secara khusus dan operasional, masalah-masalah yang menjadi fokus
penelitian ini dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan berikut :
a. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar siswa
IPA kelas V SD Negeri 106209 Sukaramai tentang konsep pesawat sederhana melalui
model pembelajaran Kontruktivisme?
b. Bagaimanakah pelaksanaan pembelajaran IPA yang dapat meningkatkan hasil belajar
siswa kelas V SD Negeri 106209 Sukaramai tentang konsep pesawat sederhana
melalui model pembelajaran Kontruktivisme?
c. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas V SD Negeri 106209 Sukaramai terhadap
konsep pesawat sederhana pada pembelajaran IPA melaui model pembelajaran
Kontruktivisme?
E. Cara Memecahkan Masalah
Cara pemecahan masalah yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
mengimplemantasikan metode penelitian tindakan kelas dalam pembelajaran IPA tentang
pesawat sederhana melalui model pembejalaran konstruktivisme .
Model konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar
dimana siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi
oleh struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus terhadap
suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka.
Dengan demikian model pembejalaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada pembelajaran IPA di kelas V SD Negeri 106209 Sukaramai
Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai
F. Hipotesis Tindakan.
Berdasarkan latar belakang, dan rumusan masalah serta cara pemecahan masalah,
sebagai mana diuraiakan diatas, maka hipotesis secara umum dirumuskan sebagai berikut:
“Model pemebelajaran konstruktivisme dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada
pembelajaran IPA tentang pesawat sederhana di kelas V SD Negeri 106209 Sukaramai”.
H. Landasan Teori
1. Model Pembelajaran Konstruktivisme
Teori belajar kontruktivisme beranjak dari model pembelajaran
konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran yang
menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan
terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui
pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui pengalamannya dari hasil
interaksi dengan lingkungannya.
Konflik kognitif tersebut terjadi saat interaksi antara konsepsi awal yang telah
dimiliki siswa dengan fenomena baru yang dapat diintegrasikan begitu saja, sehingga
diperlukan perubahan/modifikasi struktur kognitif untuk mencapai keseimbangan
peristiwa ini akan terjadi secara berkelanjutan, selama siswa menerima pengetahuan
baru. Perolehan pengetahuan siswa diawali dengan diadopsinya hal baru sebagai hasil
interaksi dengan lingkungannya, kemudian hal baru tersebut dibandingkan dengan
konsepsi awal yang telah dimiliki sebelumnya. Jika hal baru tersebut tidak sesuai
dengan konsepsi awal siswa, maka akan terjadi konflik kognitif yang mengakibatkan
adanya ketidakseimbangan dalam struktur kognisinya. Pada kondisi ini diperlukan
alternatif strategi lain untuk mengatasinya.
Berdasarkan pandangan tersebut, dapat disimpulkan bahwa model
konstruktivisme dalam pembelajaran adalah suatu proses belajar mengajar dimana
siswa sendiri aktif secara mental, membangun pengetahuannya, yang dilandasi oleh
struktur kognitif yang dimilikinya. Guru lebih berperan sebagai fasilitator dan
mediator pembelajaran. Penekanan tentang belajar dan mengajar lebih berfokus
terhadap suksesnya siswa mengorganisasi pengalaman mereka.
a. Karakteristik Model Pembelajaran Kontruktivisme
Pembentukan pengetahuan menurut konstruktivistik memandang subyek aktif
menciptakan struktur-struktur kognitif dalam interaksinya dengan lingkungan.
Dengan bantuan struktur kognitifnya ini, subyek menyusun pengertian realitasnya.
Interaksi kognitif akan terjadi sejauh realitas tersebut disusun melalui struktur kognitif
yang diciptakan oleh subyek itu sendiri. Struktur kognitif senantiasa harus diubah dan
disesuaikan berdasarkan tuntutan lingkungan dan organisme yang sedang berubah.
Proses penyesuaian diri terjadi secara terus menerus melalui proses rekonstruksi.
Yang terpenting dalam teori konstruktivisme adalah bahwa dalam proses
pembelajaran, si belajarlah yang harus mendapatkan penekanan. Merekalah yang
harus aktif mengembangkan pengetahuan mereka, bukan pembelajar atau orang lain.
Mereka yang harus bertanggung jawab terhadap hasil belajarnya. Penekanan belajar
siswa secara aktif ini perludikembangkan. Kreativitas dan keaktifan siswa akan
membantu mereka untuk berdiri sendiri dalam kehidupan kognitif siswa.
Belajar lebih diarahkan pada experimental learning yaitu merupakan adaptasi
kemanusiaan berdasarkan pengalaman konkrit di laboratorium, diskusi dengan teman
sekelas, yang kemudian dikontemplasikan dan dijadikan ide dan pengembangan
konsep baru. Karenanya aksentuasi dari mendidik dan mengajar tidak terfokus pada si
pendidik melainkan pada pembelajaran.
1) Beberapa hal yang mendapat perhatian pembelajaran konstruktivistik, yaitu:
(1) mengutamakan pembelajaran yang bersifat nyata dalam kontek yang
relevan, (2) mengutamakan proses, (3) menanamkan pembelajran dalam
konteks pengalaman social, (4) pembelajaran dilakukan dalam upaya
Mengkonstruksipengalaman (http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.)
2) Hakikat pembelajaran konstruktivistik oleh Brooks & Brooks dalam Degeng
mengatakan bahwa pengetahuan adalah non-objective, bersifat temporer,
selalu berubah, dan tidak menentu. Belajar dilihat sebagai penyusunan
pengetahuan dari pengalaman konkrit, aktivitas kolaboratif, dan refleksi serta
interpretasi. Mengajar berarti menata lingkungan agar si belajar termotivasi
dalam menggali makna serta menghargai ketidakmenentuan. Atas dasar ini
maka si belajar akan memiliki pemahaman yang berbeda terhadap
pengetahuan tergentung pada pengalamannya, dan perspektif yang dipakai
dalam menginterpretasikannya.
Perubahan yang terjadi pada setiap individu yang belajar tergantung pada banyak
faktor, diantaranya kematangan, lingkungan, latar belakang pribadi, sikap, dan bakat
terhadap suatu bidang belajar yang diberikan. Perubahan ini dapat berupa sesuatu yang baru
yang segera tampak dalam perilaku nyata atau masih tersembunyi mungkin juga perubahan
itu berupa penyempurnaan terhadap hal yang sudah dipelajari.
Diantara ketiga ranah tersebut yang paling banyak dinilai oleh para pendidik di
sekolah adalah ranah kognitif, karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam
menguasai bahan pelajaran. Masing-masing ranah terdiri dari sejumlah aspek yang saling
berkaitan. Oleh sebab itu, penilaian terhadap proses belajar siswa meliputi aspek kognitif,
afektif, dan psikomotor. Dan alat penilaian untuk setiap ranah berbeda dalam cakupan dan
hakikat yang terkandung di dalamnya.
Hal ini berarti menunjukan keberhasilan pendidikan banyak tergantung kepada proses
pembelajaran. Belajar bukan hanya terjadi di dalam Sekolah, akan tetapi berlangsung pula
dalam kehidupan sehari-hari. Seseorang yang dikatakan belajar proses yang mengakibatkan
Dari uraian di atas dapat disimpulakn bahwa seseorang telah dikatakan belajar apabila
pada dirinya telah terjadi perubahan tingkah laku maupun telah memperoleh kecakapan,
keterampilan dan sikap, yang semuanya diperoleh berdasarkan pengalaman yang
dialaminya.
a. Menurut Fisher (1975:5) dalam buku hakikat IPA dan Pendidikan IPA (Dr.I Made
Alit Mariana, M.Pd, 2009:14) kata sains berasal dari bahasa latin, yaitu scientia yang
artinya secara sederhana adalah pengetahuan (knowledge). Kata mungkin juga
berasal dari bahasa Jerman, yaitu: Wissechaft yang artinya sistematis, pengetahuan
yang terorganisasi. Sains diartikan sebagai pengetahuan yang secara sistematis
tersusun (assembled) dan bersama-sama dalam suatu urutan terorganisasi. Misalnya
pengetahuan tentang fisika, biologi dan kimia.
b. Dalam metodik khusus pengajaran IPA disusun oleh direktorat Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah dinyatakan bahwa IPA merupakan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis untuk mengetahui pengetahuan, fakta-fakta konsep-konsep,
prinsip- prinsip, proses penemuan, dan memiliki sifat sikap ilmiah. Pendidikan IPA
di SD bermanfaat bagi siswa untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar.
sehari-hari; memahami prinsip-prinsip ilmiah dan dan teknologi yang bekerja pada alat-
alat rumah tangga, memahami dan menilai laporan-laporan perkembangan ilmiah yang
Pada pembelajaran IPA terdapat efek. Efek pembelajaran merupakan langsung sebai
hasil pembelajaran dan efek ringan atau tidak langsung terjadi akibat pendekatan, pengalam
belajar siswa. Efek ringan muncul karena IPA memiliki nilai. Nilai-nilai inilah yang
diharapkan dapat tumbuh dan berkembang dalam diri siswa ketika dan setelah belajar IPA.
Nilai-nilai IPA dalam berbagai segi kehidupan itu adalah: nilai praktis, nilai intelktual, nilai
sosial politik-ekonomi, nilai keagamaan dan nilai pendidikan.
Dalam kamus Bahasa Indonesia paham adalah pandai atau mengerti benar
tentang sesuatu hal, sedangkan pemahaman adalah proses, cara, perbuatan
memahami atau memahamkan. Pemahaman dalam penelitian ini adalah
kesanggupan untuk mengenal fakta, konsep, prinsip, dan skill. Meletakkan
hal-hal tersebut dalam hubungannya satu sama lain secara benar dan
menggunakan secara tepat pada situasi tertentu. Pemahaman meliputi
penerimaan dan komunikasi secara akurat sebagai akurat sebagai hasil
komunikasi dalam pembagian yang berbeda dan mengorganisasi secara
singkat tanpa mengubah pengertian. (http://4rif.word.pres.com, 17 september
2009).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pemahaman dapat tumbuh apabila
ada kesanggupan pada dirinya untuk mengenal fakta, konsep, prinsip, dan skill dimilkinya.
Dalam melakukan semua pekerjaan atau kegiatan, tidak seorangpun menginginkan
yang sulit-sulit atau sukar, semua orang pasti menginginkan pekerjaanya dapat dilakukan
dengan mudah dan ringan. Untuk itu manusia menciptakan sebuah alat yang dapat
mempermudah pekerjaan manusia yang dinamakan dengan pesawat sederhana.
Pesawat sederhana adalah alat-alat yang dapat mempermudah pekerjaan manusia.
Pada prinsipnya pesawat sederhana dibedakan menjadi empat macam, yaitu: pengungkit,
bidang miring, katrol dan roda berporos.
Pertama, pengungkit adalah batang kaku yang dapat diputar bebas pada sebuah poros
tetap yang bertindak sebagai penumpu. Berdasarkan letak beban, kuasa, dan penumpunya
Pengungkit dibedakan menjadi tiga golongan yaitu pengungkit golongan I (letak titik tumpu
berada diantara beban dan kuasa), pengungkit golongan II (letak beban diantara titik tumpu
dan kuasa), pengungkit golongan III (letak kuasa di antara beban dan titik tumpu).
Kedua, bidang miring adalah permukaan benda yang diletakan secara miring,
dijadikan landasan untuk menaikkan beban.
Ketiga, katrol adalah benda berbentuk roda yang digunakan untuk menyangga tali atau
beban. Katrol dapat berputar sehingga memudahkan tali untuk bergerak pada katrol. Katrol
dibedakan menjadi empat yaitu; katrol tetap, katrol bebas, katrol rangkap, dan katrol ganda
atau takal.
Keempat, roda berporos adalah peralatan yang menggunkan roda berpasangan
biasanya dihubungkan pada poros roda. Poros roda berada pada titik temu jari-jari roda.
Proses pembelajaran di sekolah dasar akan dapat berlangsung dengan baik dan
berhasil apabila dalam pembelajaran yang dilakukannya tidak hanya menggunakan metode
konvensional, namun mungkin akan lebih berhasil dengan menggunakan sebuah model
pembelajaran yang lebih tepat yaitu salah satunya dengan menggunakan model
pembelajaran kontruktivismne. Dimana pada pembelajaran model kontruktivisme
menekankan pada pengetahuan awal siswa sebagai tolak ukur dalam belajar. Dengan
menggunakan model pembelajaran kontruktivisme aktivitas siswa lebih aktiv, kreatif,
inovatif dan menyenangkan.
Aktifitas sangat penting sekali dalam proses belajar mengajar di sekolah. Aktifitas
belajar dapt diartikan sebagai proses atau usaha yang dilakukan oleh seseorang atau
sekelompok orang dengan tujuan untuk memperoleh perubahan tingkah laku baru yang
dinyatakan dalam bentuk penguasaan, penggunaan dan penilaian terhadap sikap dan nilai-
nilai pengetahuan serta kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai berbagau bidang
study atau lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan atau pengalaman yang terorganisir
(Tabrany Rusyana, 1991 : 8), sealur dengan pendapat tersebut, sardiman (2004:96)
Mengatakan bahwa aktivitas belajar merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar untuk mengubah tingkah laku.
Adapun macam-macam aktivitas belajar yan dapat dilakukan oleh siswa di sekolah
diantaranya dikemukakan oleh Sudirman (2004:10) yaitu :
a. Visual activities, yang termasuk di dalamnya misalnya: membaca, memperhatikan
gambar, demonstrasi, percobaan pekerjaan orang lain.
b. Oaral activities, seperti menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi saran,
mengeluarkan pendapat, mngadakan wawancara, diskusi, dan intrupsi.
c. Listening activities, seperti mendengarkan uraian, percakapan, diskusi, musik, dan
pidato.
d. Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket dan menyalin.
e. Drawin activities, misalnya : menggambar, membuat grafik, peta dan diagram.
f. Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain melakukan percobaan,
membuat kontruksi, model mereparasi, bermain, berkebun, dan berternak.
g. Mental activities, misalnya menanggapi, mengingat, memecahkan masalah,
menganalisis, memilih hubungan, dan mengambil keputusan.
h. Emotioanl activities, seperti menaruh minat, merasa bosan, gembira, bersemangat,
bergairah, berani, tenag dan gugup.
I. Metodologi Penelitian
Metode penelitian yang di gunakan dalam penelitian model pemebalajran
konstruktivisme untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembejaran IPA tentang
pesawat sederhana di kelas V SD Negeri 106209 Sukaramai Kecamatan Sei Rampah ini
adalah metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dikenal Clasroom Action Reesearch.
Pemilihan metode ini dengan alasan permasalahan yang hendak diteliti adalah permasalahan
yang timbul dalam kegiatan pembelajaran. Penelitian ini dilaksanakan dalam 3 siklus, dan
setiap siklus terdiri dari 3 tindakan.
Gambar 1. Alur Penelitian Tindakan Kelas
Model Kemmis dan Mc. Taggart dikutip oleh Margaretha (2008 : 22)
pelajaran 2013/2014.
Subjek Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini adalah seluruh siswa di kelas V SD
Negeri 106209 Sukaramai Kecamatan Sei Rampah Kabupaten Serdang Bedagai yang
berjumlah 20 siswa terdiri dari 10 siswa laki-laki dan 10 siswa perempuan. Seacara umum
hasil belajar siswa dalam pembelajran IPA masih kurang hal ini ditandai dengan rendahnya
4. Rencana tindakan
Penelitian ini mengacu pada siklus Penelitian Tindakan Kelas (PTK) model Kemmis
dan Taggart ( 1998 : 13 )
a. Perencanaan Tindakan
Refleksi awal meliputi observasi awal pada pembelajaran IPA (Ilmu
Pengetahuan Alam) tentang lingkungan sebagai sumber belajar yang dilakukan guru di
Madrasah lbtidaiyah terteliti. Refleksi awal dilakukan pada bulan Januari 2010.
Observasi dilakukan selama 1 minggu, dimulai dari minggu pertama masuk sekolah.
Catatan hasil awal, secara garis besar memperlihatkan bahwa pembelajaran
anak-anak ini belum maksimal sehingga berdampak pada kurangnya pemahaman siswa
tentang lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat karena guru tidak menggunakan
lingkungan sebagai sumber belajar dalam Kegiatan Belajar Mengajar (KBM).
Kegiatan yang dilaksanakan pada tahap pra perencanaan adalah sebagai
berikut. Berdasarkan studi awal mengenai hasil kemampuan siswa yang rata-rata masih
rendah (56%), maka peneliti sebagai praktisi berkolaborasi dengan guru kelas lain
sebagai observer berkolaborasi untuk (1) menetapkan model pembelajaran
konstruktivisme sebagai model pembalajran yang digunakan dalam pembelajaran IPA
tentang pesawat sederhana, (2) menetapkan lembar observasi untuk perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi pembelajaran lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat
dengan metode observasi.
Pada tahap perencanaan tindakan peneliti sebagai praktisi dan guru kelas
sebagai observer berkolaborasi membuat rencana pembelajaran yang memuat skenario
pembelajaran terdiri dari aspek (1) Tujuan Pembelajaran (2) Materi pelajaran (3)
Langkah- langkah pembelajaran (4) Metode, Media dan Sumber Belajar (5) Evaluasi.
b. Pelaksanaan Tindakan
6. Indikator kerja
Agar tindakan perbaikan dalam PTK ini memiliki sasaran yang jelas, maka penulis
bersama mitra (observer) menetapkan beberapa kriteria keberhasilan sebagai berikut :
1. Kriteria keberhasilan untuk kinerja guru dalam merancang RPP, melaksanakan proses
pembelajaran dan aktifitas siswa adalah sebagi berikut :
A = 90 % - 100 % (sangat baik)
B = 70 % - 89 % (baik)
C = 50 % - 69 % (cukup)
D = 30 % - 49 % (kurang)
E = 10 % - 29 % (sangat kurang)
sekolah yaitu 64 . Siswa yang mencapai nilai KKM minimal 75 % dari jumlah siswa
Siklus I
a. Rencana tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
Siklus II
a. Rencana tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
d. Refleksi
Siklus III
a. Rencana tindakan
b. Pelaksanaan tindakan
c. Observasi
Refleksi
4 Penyusunan Draft Laporan
5 Penyusunan laporan
6 Pengesahan laporan.
K. Daftar Pustaka
Ari Widodo dkk. 2007. Pendidkan IPA di SD. Bandung. Pusat Penerbitan
Universitas Pendidikan Indonesia.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006) Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP).
Mata Pelajaran llmu Pengetahuan Alam (IPA). Jakarta: BP Dharma Bakti.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006). Penyusuna KTSP Kabuapaten/Kota: Panduan
Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan
Menengah. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional.
Badan Standar Nasional Pendidikan. (2006) Kurikulum Tingkat satuan Pendidikan (KTSP).
Mata Pelajaran llmu Pengetahuan Alam (IPA). Jakarta: BP Dharma Bakti.
Depdiknas, (2006). UU no. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional
Pusat Data dan Informasi Pendidikan.
Depdikbud, (1996/1997) Program Pengajaran SD Pesawat Sederhana. Bandung:
Depdiknas, (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Kerangka Dasar,
Jakarta Pusat Kurikulum.
Didaktik , Metodik Khusus Pengajaran Ilmu Pengetahuan Alam 1994 Direktorat
Dikdasmen, Dekdikbud Jakarta.
Horyanto. (1994). Ilmu Pengetahuan Alam kelas V Jilid 4, Jakarta: PT Erlangga
I Mariana Alit Ade dkk, (2009). Hakikat IPA dan Pendidikan IPA. Jakarta:
PPPPTK IPA.
Kasbolah, Kasihani ES. (1999). Penelitian Tindakan Kelas. Malang: Depdikbud.
Kemmis, S & MC Taggart. R. 1992. The Action Research Planner. Rev. Ed.
Victoria : Deakin University.
Suparno Paul, (1997). Filsafat Kontuktivisme dalam Pendidikan. Yogyakarta:
Penerbit Kansius.
(http://puslit.petra.ac.id/journals/interior/.)