Anda di halaman 1dari 6

“HIPERTENSI”

Disusun oleh:

1. NUR HIDAYA TULAISYAH

DOSEN PENGAJAR
Dr. Dessy Hermawan,S.Kep.,Ns.,M.Kes

UNIVERSITAS MALAHAYATI BANDAR LAMPUNG

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN 2018


Pengertian Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi saat tekanan darah berada pada nilai
130/80 mmHg atau lebih. Kondisi ini dapat menjadi berbahaya, karena jantung dipaksa
memompa darah lebih keras ke seluruh tubuh, hingga bisa mengakibatkan timbulnya
berbagai penyakit, seperti gagal ginjal, stroke, dan gagal jantung.

Cara Mengukur Tekanan Darah

Tekanan darah dibagi 2 menjadi tekanan darah sistolik dan tekanan darah diastolik. Tekanan
darah sistolik adalah tekanan saat jantung memompa darah ke seluruh tubuh. Sedangkan
tekanan darah diastolik adalah tekanan saat otot jantung relaksasi, sebelum kembali
memompa darah. Dalam pencatatannya, tekanan darah sistolik ditulis lebih dahulu dari
tekanan darah diastolik, dan memiliki angka yang lebih tinggi. Menurut perkumpulan dokter
jantung di Amerika Serikat, AHA, pada tahun 2017, tekanan darah diklasifikasikan sebagai
berikut:

 Normal: berada di bawah 120/80 mmHg.


 Meningkat: berkisar antara 120-129 untuk tekanan sistolik dan < 80 mmHg untuk
tekanan diastolik.
 Hipertensi tingkat 1: 130/80 mmHg hingga 139/89 mmHg.
 Hipertensi tingkat 2: 140/90 atau lebih tinggi.

Gejala Hipertensi
Hipertensi bisa dikatakan penyakit yang berbahaya karena dapat terjadi tanpa gejala,
sehingga bisa ditemukan saat sudah muncul komplikasi. Namun gejala bisa muncul bila
tekanan darah sudah sangat tinggi. Gejala yang mungkin ditimbulkan, antara lain:

 Sakit kepala
 Lemas
 Masalah dalam penglihatan
 Nyeri dada
 Sesak napas
 Aritmia
 Adanya darah dalam urine

Penyebab Hipertensi
Hipertensi terbagi atas hipertensi primer dan sekunder. Hipertensi primer tidak diketahui
penyebabnya secara pasti. Sedangkan hipertensi sekunder umumnya disebabkan oleh
berbagai kondisi seperti:

 Penyakit ginjal
 Kehamilan
 Penyakit kelenjar tiroid
 Tumor kelenjar adrenal
 Kelainan bawaan pada pembuluh darah
 Kecanduan alkohol
 Penyalahgunaan NAPZA
 Gangguan pernapasan yang terjadi saat tidur (sleep apnea).
 Konsumsi obat-obatan tertentu, seperti obat penurun panas, pereda rasa sakit, obat
batuk pilek, atau pil KB.

Sebagian besar penderita hipertensi menderita hipertensi primer yang tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko seseorang menderita
hipertensi, antara lain:

 Usia. Seiring bertambahnya usia, risiko seseorang terserang hipertensi semakin besar.
Hipertensi pada pria umumnya terjadi pada usia 45 tahun, sedangkan pada wanita
biasanya terjadi di atas usia 65 tahun.
 Keturunan. Hipertensi rentan terjadi pada orang dari keluarga yang memiliki riwayat
darah tinggi
 Obesitas. Meningkatnya berat badan mengakibatkan nutrisi dan oksigen yang
dialirkan ke dalam sel melalui pembuluh darah juga meningkat. Hal ini
mengakibatkan peningkatan tekanan di dalam pembuluh darah dan jantung.
 Terlalu banyak makan garam atau terlalu sedikit mengonsumsi makanan yang
mengandung kalium. Hal ini dapat mengakibatkan tingginya natrium dalam darah,
sehingga cairan tertahan dan meningkatkan tekanan dalam pembuluh darah.
 Kurang aktivitas fisik dan olahraga. Keadaan ini dapat mengakibatkan
meningkatnya denyut jantung, sehingga jantung harus bekerja lebih keras untuk
memompa darah. Kurang aktivitas dan olahraga juga dapat mengakibatkan
peningkatan berat badan, yang merupakan faktor risiko hipertensi.

Merokok. Zat kimia dalam rokok bisa membuat pembuluh darah menyempit, yang
berdampak pada meningkatnya tekanan dalam pembuluh darah dan jantung.

Diagnosis Hipertensi
Hipertensi dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan darah. Karena hipertensi
seringkali tidak menimbulkan gejala dan lebih sering dialami oleh seseorang yang lanjut usia.
Orang dewasa, terutama yang berusia di atas 40 dan berisiko tinggi, disarankan setidaknya
melakukan pemeriksaan darah setiap tahun.

Berikut tahapan pemeriksaan darah yang benar dengan menggunakan alat pengukur tekanan
darah (sphygmomanometer), agar didapatkan hasil yang akurat:

 Pasien tidak boleh berolahraga, merokok, dan mengonsumsi minuman dengan


kandungan kafein 30 menit sebelum pemeriksaan tekanan darah dilakukan.
 Pasien diminta untuk duduk dengan tenang di kursi, dengan kaki berpijak pada lantai.
 Pastikan buang air kecil sebelum melakukan pemeriksaan darah.
 Baik dokter maupun pasien tidak boleh berbicara selama pemeriksaan dilakukan.
 Lepas pakaian yang menutupi area pemasangan manset.
 Tekanan darah diukur pada kedua lengan. Untuk pengukuran tekanan darah
selanjutnya, gunakan lengan dengan tekanan darah yang lebih tinggi untuk
mengukurnya.
 Pengukuran tekanan darah diulang minimal 2 kali dengan jeda 1-2 menit.

Bila diperlukan, dokter akan menganjurkan pemeriksaan penunjang, seperti pemeriksaan


darah, urin, atau foto Rontgen, untuk melihat kemungkinan komplikasi yang sudah
ditimbulkan akibat hipertensi.

Pengobatan Hipertensi
Menjalani gaya hidup sehat dan konsumsi obat antihipertensi, bisa menjadi langkah efektif
untuk mengatasi hipertensi. Nilai tekanan darah dan risiko pasien terserang komplikasi,
seperti serangan jantung dan stroke, akan menentukan pengobatan yang akan dijalani. Secara
umum, terdapat 2 prinsip dari pengobatan hipertensi, yaitu:

 Perubahan gaya hidup. Mengubah gaya hidup menjadi lebih sehat, bisa menurunkan
tekanan darah dalam beberapa minggu. Gaya hidup sehat yang yang perlu dijalani,
antara lain:
o Mengadopsi pola diet DASH (dietary approaches to stop hypertension), yaitu
pola makan dengan lebih banyak mengonsumsi buah, sayur-sayuran, susu
rendah lemak, gandum, dan kacang-kacangan, dibandingkan dengan daging
merah dan makanan yang mengandung lemak jenuh serta kolesterol tinggi.
o Mengurangi konsumsi garam hingga kurang dari satu sendok teh per hari.
o Perbanyak aktivitas fisik dan rutin berolahraga.
o Menurunkan berat badan.
o Berhenti merokok.
o Menghindari atau mengurangi konsumsi minuman beralkohol.
o Mengurangi konsumsi minuman tinggi kafein, seperti kopi, teh, atau cola.
o Melakukan terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan
stres.
Cara-cara di atas bisa dilakukan dengan atau tanpa dibarengi konsumsi obat anti hipertensi.
Meski demikian, penerapan gaya hidup sehat lebih awal bisa membuat penderita terhindar
dari konsumsi obat anti hipertensi.

 Penggunaan Obat-obatan. Pada beberapa kasus, penderita hipertensi harus


mengonsumsi obat untuk seumur hidup. Namun, dokter bisa menurunkan dosis atau
menghentikan pengobatan jika tekanan darah penderita sudah terkendali dengan
mengubah gaya hidup. Penting bagi pasien untuk mengonsumsi obat dalam dosis
yang sudah ditentukan dan memberitahu dokter jika ada efek samping yang muncul.
Beberapa obat yang digunakan untuk menangani hipertensi antara lain:Melakukan
terapi relaksasi, misalnya yoga atau meditasi untuk mengendalikan stres.
o Diuretik. Obat ini bekerja membuang kelebihan garam dan cairan di tubuh
melalui urine. Di antara jenis obat diuretik adalah hydrochlorothiazide.
o Antagonis kalsium. Antagonis kalsium menurunkan tekanan darah dengan
melebarkan pembuluh darah. Beberapa contoh obat ini adalah amlodipine dan
nifedipine.
o Beta blocker. Berfungsi menurunkan tekanan darah dengan melebarkan
pembuluh dan memperlambat detak jantung. Contoh obat golongan beta-
blocker adalah atenolol dan bisoprolol.
o ACE inhibitor. ACE inhibitor menurunkan tekanan darah dengan cara
membuat dinding pembuluh darah lebih rileks. Contoh obat golongan ini
adalah captopril dan ramipril.
o Angiotensin-2 receptor blocker (ARB). Fungsi obat ini hampir sama dengan
ACE inhibitor yaitu membuat dinding pembuluh darah menjadi rileks,
sehingga kedua obat tersebut tidak boleh diberikan secara bersamaan. Contoh
obat ini adalah losartan dan valsartan.
o Penghambat renin. Obat ini berfungsi menghambat kerja renin, yaitu enzim
yang dihasilkan ginjal dan berfungsi menaikkan tekanan darah. Contoh obat
penghambat renin adalah aliskiren.

Komplikasi Hipertensi
Tekanan darah tinggi bisa merusak pembuluh darah dan organ-organ lain dalam tubuh. Jika
dibiarkan dan tidak segera diobati, tekanan darah tinggi bisa menimbulkan penyakit-penyakit
serius, seperti:

 Aterosklerosis. Tekanan darah tinggi memicu pengerasan arteri, yang kemudian


disertai dengan penimbunan lemak di dinding pembuluh darah. Kondisi ini disebut
aterosklerosis. Aterosklerosis ini dapat menimbulkan serangan jantung, stroke, dan
penyakit arteri perifer.
 Kehilangan penglihatan. Kondisi ini terjadi karena penebalan dan penyempitan
pembuluh darah di mata.
 Terbentuk aneurisma. Tingginya tekanan darah bisa memicu pembuluh darah
melemah dan melebar. Jika kondisi ini terus berlanjut, pembuluh darah bisa pecah dan
menyebabkan kematian.
 Gagal ginjal. Tekanan darah tinggi bisa memicu penyempitan pembuluh darah di
ginjal.
 Gagal jantung. Tingginya tekanan darah membuat jantung bekerja lebih keras untuk
memompa darah ke seluruh tubuh.
 Demensia vaskuler. Hipertensi bisa menyebabkan gangguan pada aliran darah ke
otak.

Pencegahan Hipertensi
Anda bisa mencegah hipertensi dengan berbagai cara berikut ini:

 Menjaga berat badan ideal. Berat badan berlebih bisa membuat seseorang lebih
berisiko terserang hipertensi.
 Berolahraga secara rutin. Seseorang yang aktif berolahraga akan lebih terhindar
dari risiko terserang hipertensi. Lakukan jalan cepat atau bersepeda 2-3 jam setiap
minggu.
 Konsumsi makanan yang rendah lemak dan kaya serat. Misalnya, roti dari biji-
bijian utuh, beras merah, serta buah dan sayuran.
 Kurangi garam. Batasi dalam makanan, tidak lebih dari satu sendok teh.
 Kurangi konsumsi alkohol. Mengonsumsi lebih dari takaran alkohol yang
disarankan, bisa meningkatkan risiko hipertensi.
 Berhenti merokok. Meski rokok tidak menyebabkan hipertensi secara langsung,
tetapi rokok bisa membuat arteri menyempit, sehingga meningkatkan risiko serangan
jantung dan stroke.
 Konsumsi kafein sesuai yang dianjurkan. Meminum lebih dari empat cangkir kopi
sehari bisa meningkatkan risiko hipertensi.

Terakhir diperbarui: 20 April 2018


Ditinjau oleh: dr. Tjin Willy
Referensi

Bolivar, JJ. (2013). Essential Hypertension: An Approach to Its Etiology and Neurogenic
Pathophysiology. International Journal of Hypertension, doi:10.1155/2013/547809.
Whelton, PK. Carey, RM. (2017). The 2017 Clinical Practice Guideline for High Blood
Pressure. Journal of American Medical Association, 318(21), pp. 2073-2074.
American Heart Association. High Blood Pressure.
NHS Choices UK (2016). Health A-Z. High Blood Pressure (Hypertension).
Mayo Clinic (2018). Diseases and Conditions. Hypertension.
Alexander, M. Medscape (2018). Hypertension.
WebMD (2018). What is High Blood Pressure?
WebMD (2018). Symptoms of High Blood Pressure.

Anda mungkin juga menyukai