Anda di halaman 1dari 29

10

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Kecemasan

1. Pengertian

Kecemasan adalah ketegangan atau perasaan tidak aman dan

dikuatirkan yang timbul karena dirasa akan terjadi sesuatu hal yang tidak

menyenangkan, tetapi gambarannya sebagaian besar tidak diketahui

(Maramis, 2005). Cemas adalah rasa takut terhadap sesuatu yang tidak

kita ketahui atau rasa takut pada apa yang akan terjadi. Cemas ini bersifat

samar, tidak menyenangkan, dan disertai gejala fisik (Kandouw, 2006).

Cemas sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak

berdaya, keadaan emosi ini tidak memiliki obyek yang spesifik, kondisi

alami secara subyektif dan dikomunikasikan dalam hubungan

interpersonal, cemas berbeda dengan rasa takut, yang merupakan

penilaian intelektual terhadap sesuatu yang berbahaya, cemas adalah

respon emosional terhadap penilaian tersebut (Stuart & Sundeen, 2005).

Kecemasan merupakan emosi subjektif yang membuat individu tidak

nyaman, ketakutan yang tidak jelas dan gelisah, dan disertai respon

otonom. Kecemasan juga merupakan kekhawatiran yang tidak jelas dan

menyebar berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya (Stuart,

(2007).

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


11

2. Etiologi Kecemasan

Kecemasan disebabkan faktor patofisiologis maupun faktor

situasional. Penyebab kecemasan tidak spesifik bahkan tidak diketahui

oleh individu. Perasaan cemas diekspresikan secara langsung melalui

perubahan fisiologis dan perilaku, dapat juga diekspresikan secara tidak

langsung melalui timbulnya gejala dan mekanisme koping sebagai upaya

melawan kecemasan (Stuart, 2007). Berbagai teori telah dikembangkan

untuk menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi kecemasan menurut

Stuart (2007), antara lain:

a. Faktor Predisposisi

1) Teori Psikoanalisis

Dalam pandangan psikoanalisis, cemas adalah konflik emosional

yang terjadi antara dua elemen kepribadian yaitu id dan superego.

Id mewakili dorongan insting dan implus primitif seseorang,

sedangkan superego mencerminkan hati nurani seseorang dan

dikendalikan oleh norma-norma budaya seseorang. Ego berfungsi

mengetahui tuntutan dari dalam elemen tersebut, dan fungsi

ansietas adalah meningkatkan ego bahwa ada bahaya.

2) Teori Interpersonal

Dalam pandangan interpersonal, cemas timbul dari perasaan takut

terhadap penolakan saat berhubungan dengan orang lain. Hal ini

juga berhubungan dengan trauma pada masa pertumbuhan, seperti

kehilangan dan perpisahan dengan orang yang dicintai. Penolakan

terhadap eksistensi diri oleh orang lain atau pun masyarakat akan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


12

menyebabkan individu yang bersangkutan menjadi cemas, namun

bila keberadaannya diterima oleh orang lain, maka ia akan merasa

tenang dan tidak cemas. Dengan demikian cemas berkaitan

dengan hubungan antara manusia.

3) Teori Perilaku

Menurut pandangan perilaku, cemas merupakan produk frustasi

yaitu segala sesuatu yang mengganggu kemampuan seseorang

untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Pakar perilaku lain

menganggap cemas sebagai suatu dorongan untuk belajar

berdasarkan keinginan dari dalam untuk menghindari kepedihan.

Peka tentang pembelajaran meyakini bahwa individu yang

terbiasa dalam kehidupan dirinya dihadapkan pada ketakutan

yang berlebih sering menunjukan cemas pada kehidupan

selanjutnya.

4) Teori Kajian Keluarga

Kajian keluarga menunjukan bahwa gangguan cemas merupakan

hal yang biasa ditemui dalam suatu keluarga, Adanya tumpang

tindih antara gangguan cemas dan gangguan depresi.

5) Teori Biologis

Kajian biologis menujukan bahwa otak mengandung reseptor

khusus untuk benzodiazepine, reseptor ini mungkin memicu

cemas. Penghambatan asam aminobuitrik-gamma neuroregulator

(GABA) juga memungkinkan peran utama dalam mekanisme

biologis berhubungan dengan kecemasan, sebagaimana halnya

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


13

dengan endorphin. Selain itu telah dibuktikan bahwa kesehatan

umum seseorang mempunyai akibat nyata sebagai predisposisi

terhadap cemas.

b. Faktor Presipitasi

Pengalaman cemas setiap individu bervariasi bergantung pada

situasi dan hubungan interpersonal. Ada dua faktor presipitasi yang

mempengaruhi kecemasan menurut Stuart (2007) dan Tomb (2004),

yaitu :

1) Faktor Eksternal

a) Ancaman Integritas Diri

Meliputi ketidakmampuan fisiologis atau gangguan terhadap

kebutuhan dasar (penyakit, trauma fisik, pembedahan yang

akan dilakukan).

b) Ancaman Sistem Diri

Antara lain: ancaman terhadap identitas diri, harga diri,

hubungan interpersonal, kehilangan, dan perubahan status

dan peran.

2) Faktor Internal

a) Potensial Stresor

Stresor psikososial merupakan keadaan yang menyebabkan

perubahan dalam kehidupan sehingga individu dituntut untuk

beradaptasi.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


14

b) Maturitas

Kematangan kepribadian inidividu akan mempengaruhi

kecemasan yang dihadapinya. Kepribadian individu yang

lebih matur maka lebih sukar mengalami gangguan akibat

kecemasan, karena individu mempunyai daya adaptasi yang

lebih besar terhadap kecemasan.

c) Pendidikan

Tingkat pendidikan individu berpengaruh terhadap

kemampuan berpikir. Semakin tinggi tingkat pendidikan

maka individu semakin mudah berpikir rasional dan

menangkap informasi baru. Kemampuan analisis akan

mempermudah individu dalam menguraikan masalah baru.

d) Respon Koping

Mekanisme koping digunakan seseorang saat mengalami

kecemasan. Ketidakmampuan mengatasi kecemasan secara

konstruktif merupakan penyebab terjadinya perilaku

patologis.

e) Status Sosial Ekonomi

Status sosial ekonomi yang rendah pada seseorang akan

menyebabkan individu mudah mengalami kecemasan.

f) Keadaan Fisik

Individu yang mengalami gangguan fisik akan mudah

mengalami kelelahan fisik. Kelelahan fisik yang dialami akan

memper mudah individu mengalami kecemasan.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


15

g) Tipe Kepribadian

Individu dengan tipe kepribadian A lebih mudah mengalami

gangguan akibat kecemasan daripada orang dengan tipe

kepribadian B. Individu dengan tipe kepribadian A memiliki

ciri-ciri individu yang tidak sabar, kompetitif, ambisius, ingin

serba sempurna, merasa diburuburu waktu, mudah gelisah,

tidak dapat tenang, mudah tersinggung dan mengakibatkan

otot-otot mudah tegang. Individu dengan tipe kepribadian B

memiliki ciri-ciri yang berlawanan dengan tipe kepribadian

A. Tipe kepribadian B merupakan individu yang penyabar,

tenang, teliti dan rutinitas.

h) Lingkungan dan Situasi

Seseorang yang berada di lingkungan asing lebih mudah

mengalami kecemasan dibandingkan di lingkungan yang

yang sudah dikenalnya.

i) Dukungan Sosial

Dukungan sosial dan lingkungan merupakan sumber koping

individu. Dukungan sosial dari kehadiran orang lain

membantu seseorang mengurangi kecemasan sedangkan

lingkungan mempengaruhi area berfikir individu.

j) Usia

Usia muda lebih mudah cemas dibandingkan individu dengan

usia yang lebih tua. Tahapan usia menurut Hurlock (2002)

masa prenatal: 9 bulan, masa bayi baru lahir 0-2 minggu,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


16

masa bayi 2 minggu-2 tahun, masa kanak-kanak awal 2-6

tahun, masa anak-anak akhir 6-12 tahun, masa puber 12-15

tahun, masa remaja 16-21 tahun, dewasa awal 21-40, dewasa

madya 41-60 tahun dan usia lanjut > 60 tahun.

k) Jenis Kelamin

Gangguan kecemasan tingkat panik lebih sering dialami

wanita daripada pria.

3. Tingkat Kecemasan

Setiap tingkatan ansietas mempunyai karakteristik atau manifestasi

yang berbeda satu sama lain. Manifestasi yang terjadi tergantung pada

kematangan pribadi, pemahaman dalam menghadapi tantangan, harga

diri, dan mekanisme koping yang digunakan (Stuart, 2007).

Tingkat kecemasan, yaitu:

a. Cemas ringan berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan

sehari-hari dan menyebabkan seseorang menjadi waspada dan

meningkatkan lahan persepsinya. Kecemasan dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan dan kreatifitas.

b. Cemas sedang memungkinkan seseorang untuk memusatkan pada hal

yang penting dan mengenyampingkan pada hal yang lain, sehingga

seseorang mengalami perhatian yang selektif namun dapat melakukan

sesuatu yang lebih terarah.

c. Cemas berat sangat mengurangi lahan persepsi seseorang. Seseorang

cenderung untuk memusatkan pada sesuatu yang terinci, spesifik dan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


17

tidak berfikir tentang hal yang lain, semua perilaku ditunjukan untuk

mengurangi ketegangan

d. Panik berhubungan dengan terperangah ketakutan dan eror. Rincian

terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali.

Orang yang panik tidak mampu melakukan sesuatu walaupun dengan

pengarahan, panik melibatkan disorganisasi kepribadian. Dengan

panik terjadi aktifitas motorik, penurunan kemampuan untuk

berhubungan dengan orang lain, persepsi yang menyimpang, dan

kehilangan pemikiran yang rasional.

4. Rentang Cemas

Gambar 2.1
Rentang Respon Ansietas

Adaptif Maladaptif

Antisipasi Ringan Sedang Berat Panik

Sumber: Stuart dan Sundeen dalam buku Asmadi (2008).

5. Alat Ukur Tingkat Kecemasan

Untuk mengetahui sejauh mana derajat kecemasan seseorang

apakah ringan, sedang, berat atau berat sekali dengan menggunakan alat

ukur yang digunakan Hamilton Rating Scale For Anxiety (HRS - A).

Alat ukur ini dari 14 kelompok, yaitu:

a. Perasaan cemas yang meliputi firasat buruk, takut akan pikiran

sendiri, mudah tersinggung dan cemas.

b. Ketegangan, yang meliputi merasa tegang, lesu, tidak bisa istirahat

tenang, mudah terkejut, mudah menangis, gemetar, gelisah.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


18

c. Gangguan tidur yang meliputi sukar masuk tidur, terbangun malam

hari, tidur tidak nyenyak, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi

buruk, mimpi menakutkan.

d. Ketakutan yang meliputi ketakutan pada gelap, pada orang asing,

ditinggal sendiri, takut pada binatang besar, pada keramaian lalu

lintas, takut pada kerumunan orang banyak.

e. Gangguan kecerdasan, yang meliputi hilangnya minat, berkurangnya

kesenangan pada hobi, bagun dini hari, perasaan berubah-ubah

sepanjang hari.

f. Perasaan depresi (murung), yang meliputi hilangnya minat,

berkurangnya kesenangan pada hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan

berubah-ubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik fisik (otot), yang meliputi sakit dan nyeri di otot-otot,

kaku, kedutan otot, gigi gemerutuk, suara tidak stabil.

h. Gejala somatik/fisik (sensorik) yang meliputi tinitus (telinga

berdenging), penghilatan kabur, muka merah atau pucat, merasa

lemas, perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) yang meliputi

takikardia (denyut jantung cepat), berdebar-debar, nyeri pada dada,

denyut nadi mengeras, rasa lesu/lemas seperti mau pingsan, detak

jantung menghilang (berhenti sekejap).

j. Gejala respirasi (pernapasan) yang meliputi, rasa tertekan atau sempit

di dada, rasa tercekik, sering menarik nafas, nafas pendek dan sesak.

k. Gejala gatrointerstinal (pencernaan)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


19

l. Sulit menelan, perut melilit, gangguan pencernaan, nyeri sebelum dan

sesudah makan, perasaan terbakar di perut, rasa penuh atau kembung,

mual, muntah, buang air besar lembek, sukar buang air besar

(konstipasi), kehilangan berat badan.

m. Gejala urogenital (perkemihan dan kelamin), yang meliputi sering

buang air kecil. Tidak dapat menahan air seni, menjadi dingin),

menstruasi tidak teratur.

n. Gejala autonom yang meliputi mulut kering, berkeringat banyak pada

tangan, bulu roma berdiri, perasaan panas dan dingin, berkeringat

seluruh tubuh.

o. Gejala perubahan perilaku, yang meliputi gelisah, ketegangan fisik,

gugup bicara cepat, lambat dalam beraktivitas.

Untuk mengetahui sejauh mana derajat ansietas baik itu ansietas

ringan, sedang, berat, dan berat sekali atau panik digunakan alat ukur

ansietas yang dikenal dengan Hamilton Rating Scale for Anxiety (HRS-A).

Alat ukur ini terdiri dari 14 kelompok gejala yang masing-masing dirinci

lagi dengan gejala-gejala yang lebih spesifik. Cara Penilaian kecemasan

adalah dengan memberikan nilai dengan kategori:

0 = Tidak ada gejala (keluhan)

1 = Gejala ringan

2 = Gejala sedang (1/2 dari gejala yang ada)

3 = Gejala berat (lebih ari ½ gejala yang ada)

4 = Gejala berat sekali (semua gejala ada)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


20

Skor nilai untuk tingkat kecemasan menurut Hamilton Rating Scale for

Anxiety (HRS-A) adalah sebagai berikut: panik (skor 42-56), cemas berat

(skor 28-41), cemas sedang (skor 21-27), cemas ringan (skor 14-20) dan

tidak cemas (skor 0-13) (Hawari, 2008).

B. Koping Individu

1. Pengertian

Koping adalah mekanisme untuk mengatasi perubahan yang

dihadapi atau beban yang diterima tubuh dan beban tersebut

menimbulkan respon tubuh yang sifatnya nonspesifik yaitu stres. Apabila

mekanisme coping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap

perubahan atau beban tersebut (Ahyar, 2010). Individu dapat mengatasi

stres dengan menggerakkan sumber koping di lingkungan. Ada lima

sumber koping yaitu: aset ekonomi, kemampuan dan keterampilan

individu, teknik-teknik pertahanan, dukungan sosial dan dorongan

motivasi (Hidayat, 2008).

Lazarus dalam (Carpenito, 2000) mendefinisikan koping sebagai

perubahan kognitif dan perilaku secara konstan berupaya untuk mengatasi

tuntutan internal dan eksternal khusus yang melelahkan atau melebihi

sumber individu. Koping juga diartikan sebagai upaya kognitif dan

perilaku yang digunakan oleh individu yang bersangkutan.

2. Metode Koping

Bell (1977, dalam Rasmun 2004) menyatakan ada dua metode

koping yang di gunakan oleh individu dalam mengatasi masalah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


21

psikologis yaitu: metode koping jangka panjang dan metode koping

jangka pendek.

Metode koping jangka panjang bersifat konstruktif dan merupakan

cara yang efektif dan realitas dalam menangani masalah psikologis untuk

kurun waktu yang lama, hal ini seperti; berbicara dengan orang lain,

teman, keluarga atau profesi tentang masalah yang sedang dihadapi,

mencoba mencari informasi yang lebih banyak tentang masalah yang

sedang dihadapi, menghubungkan situasi atau masalah yang sedang

dihadapi dalam kekuatan supra natural, melakukan latihan fisik untuk

mengurangi ketegangan/masalah, membuat berbagai alternatif tindakan

untuk mengurangi situasi, mengambil pelajaran dari peristiwa atau

pengalaman masalalu.

Sedangkan metode koping jangka pendek digunakan untuk

mengurangi stres/ketegangan psikologis dan cukup efektif untuk waktu

sementara, tetapi tidak efektif jika digunakan dalam jangka panjang

contohnya adalah; mengunakan alkohol, melamun fantasi, mencoba

melihat aspek humor dari situasi yang tidak menyenangkan, tidak ragu,

dan merasa yakin bahwa semua akan kembali stabil, banyak tidur, banyak

merokok, menangis, beralih pada aktifitas lain agar dapat melupakan

masalah.

Pada tingkat keluarga koping yang dilakukan dalam menghadapi

masalah seperti yang di kemukakan oleh Mc.Cubbin (1979, dalam

Rasmun, 2004) adalah; mencari dukungan sosial seperti minta bantuan

keluarga, tetangga, teman, atau keluarga jauh, reframing yaitu mengkaji

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


22

ulang kejadian masa lalu agar lebih dapat menanganinya dan menerima,

menggunakan pengalaman masa lalu untuk mengurangi stres/kecemasa,

mencari dukungan spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif

pada pertemuan ibadah, menggerakkan keluarga untuk mencari dan

menerima bantuan, penilaian secara pasive terhadap peristiwa yang di

alami dengan cara menonton tv, atau diam saja.

3. Strategi Koping Individu

Strategi koping usaha kognitif perilaku untuk mengelola tuntutan

dari dalam diri dan luar diri yang membutuhkan sumber-sumber di dalam

diri untuk dapat menyelesaikannya (Lazarus, 2000).

a. (Problem Oriented) fokus pada masalah

1) Berfokus pada aksi

2) Mengubah relasi personal dan lingkungan

3) Lebih melibatkan aksi

b. (emotional Oriented) Fokus pada emosi

1) Melibatkan prosedur pikiran

2) Merubah makna dari suatu kondisi yang menekan

3) Bersifat internal

4. Mekanisme koping

a. Mekanisme koping yang desktutif (maladaptif)

Adalah suatu keadaan dimana individu mempunyai pengalaman

atau mengalami keadaan yang beresiko tinggi suatu ketidakmampuan

untuk mengatasi stressor. Koping maladaptive menggambarkan

individu yang mengalami kesulitan dalam beradaptasi terhadap

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


23

kejadian-kejadian yang sangat menekan. Karakteristik koping

maladaptive yaitu:

1) Menyatakan tidak mampu

2) Tidak mampu menyelesaikan malasalah dengan efektif

3) Perasaan lemas, takut, gangguan fisiologis, adanya stress

kehidupan

4) Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

b. Mekanisme koping konstruktif (adaptif)

Merupakan suatu kejadian dimana individu dapat mengatur

berbagai tugas mempertahankan konsep diri, mempertahankan

hubungan dengan orang lain dan mempertahankan emosi serta

pengaturan stres (Carpenito, 2000). Karakteristik mekanisme koping

adaptif yaitu:

1) Dapat menceritakan secara verbal tentang perasaan

2) Mengembangkan tujuan yang realistis

3) Dapat mengidentifikasi sumber koping

4) Dapat megembangkan mekanisme koping yang efektif

5) Memilih strategi yang tepat

6) Menerima dukungan

Menurut Asmadi (2008) mekanisme koping terhadap kecemasan

dibagi menjadi dua kategori :

a. Strategi pemecahan masalah (problem solving strategic)

b. Strategi pemecahan masalah ini bertujuan untuk megatasi atau

menanggulangi masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


24

pengamatan secara realistis. Secara ringkas pemecahan masalah ini

menggunakan metode Source, Trial and Error, Others Play and

Patient (STOP).

c. Mekanisme pertahanan diri (defense mekanism)

Mekanisme pertahanan diri ini merupakan mekanisme penyesuaian

ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat.

Beberapa ciri mekanisme pertahanan diri antara lain:

1) Bersifat hanya sementara karena berfungsi hanya melindungi atau

bertahan dari hal-hal yang tidak menyenangkan dan secara tidak

langsung mengatasi masalah

2) Mekanisme pertahanan diri terjadi di luar kesadaran, individu tidak

menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri tersebut sedang

terjadi

3) Sering sekali tidak berorientasi pada kenyataan.

Mekanisme pertahanan diri menurut Stuart (2007) yang sering

digunakan untuk mengatasi kecemasan, antara lain:

1) Rasionalisasi: suatu usaha untuk menghindari konflik jiwa dengan

memberi alasan yang rasional.

2) Displacement: pemindahan tingkah laku kepada tingkah laku

yang bentuknya atau obyeknya lain.

3) Identifikasi: cara yang digunakan individu untuk menghadapi

orang lain dan membuatnya menjadi bagian kepribadiannya, ia

ingin serupa orang lain dan bersifat seperti orang itu.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


25

4) Over kompensasi / reaction fermation : tingkah laku yang gagal

mencapai tujuan, dan tidak mengakui tujuan pertama tersebut

dengan melupakan dan melebih-lebihkan tujuan kedua yang

biasanya berlawanan dengan tujuan yang pertama.

5) Introspeksi: memasukan dalam pribadi sifat-sifat dari pribadi

orang lain.

6) Represi: konflik pikiran, impul-impuls yang tidak dapat diterima

dengan paksaan, ditekan ke dalam alam tidak sadar dan sengaja

dilupakan.

7) Supresi: menekan konflik, impul-impuls yang tidak dapat

diterima dengan secara sadar. Individu tidak mau memikirkan

hal-hal yang kurang menyenangkan dirinya.

8) Denial: mekanisme perilaku penolakan terhadap sesuatu yang

tidak meyenangkan dirinya.

9) Fantasi: apabila seseorang, menghadapi konflik-frustasi, ia

menarik diri dengan berkhayal atau fantasi dan melamun.

10) Negativisme: perilaku seseorang yang selalu bertentangan atau

menentang otoritas orang lain dengan tingkah laku tidak terpuji.

11) Regresi: kemunduran karakterstik perilaku dari tahap

perkembangan yang lebih awal akibat stress

12) Sublimasi: penerimaan tujuan pengganti yang diterima secara

sosial karena dorongan yang merupakan saluran normal ekspresi

terhambat.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


26

13) Undoing: tindakan atau komunikasi yang sebagian meniadakan

yang sudah ada sebelumnya, merupakan mekanisme pertahanan

primitif.

5. Faktor Yang Mempengaruhi Strategi Koping

Ahyar (2010), menyebutkan faktor-faktor yang mempengaruhi

strategi koping, yaitu; kesehatan fisik, keyakinan atau pandangan positif,

keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial, dukungan sosial

dan materi.

a. Kesehatan fisik: kesehatan merupakan hal yang penting, karena

selama dalam usaha mengatasi stres individu dituntut untuk

mengerahkan tenaga yang cukup besar.

b. Keyakinan atau pandangan positif: keyakinan menjadi sumber daya

psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib (external

locus of control) yang mengerahkan individu pada penilaian

ketidakberdayaan (helplessness) yang akan menurunkan kemampuan

strategi coping tipe : problem-solving focused coping.

c. Keterampilan memecahkan masalah: pada sisi lain keterampilan juga

menjadi salah satu sumber koping, yaitu keterampilan memecahkan

masalah dan keterampilan sosial. Keterampilan memecahkan masalah

meliputi kemampuan untuk mencari informasi, menganalisa situasi,

mengidentifikasi masalah dengan tujuan untuk menghasilkan alternatif

tindakan, kemudian mempertimbangkan alternatif tersebut

sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada akhirnya

melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


27

d. Keterampilan social: keterampilan sosial meliputi kemampuan untuk

berkomunikasi dan bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai

dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat.

e. Dukungan sosial: dukungan sosial meliputi dukungan pemenuhan

kebutuhan informasi dan emosional pada diri individu yang diberikan

oleh orang tua, anggota keluarga lain, saudara, teman, dan lingkungan

masyarakat sekitarnya.

f. Materi: merupakan dukungan sumber daya berupa uang, barang

barang dapat dibeli.

6. Jenis Koping Yang Dilakukan Individu

Menurut Wong, Reker & Peacock (2006) antara lain:

a. Berorientasi pada situasi

Individu berfokus pada upaya untuk mengubah situasi yang ada,

terdiri atas:

1) Instrumental

Tergantung pada tindakan langsung seseorang untuk mengubah

situasi atau memecahkan masalah.

2) Dukungan Sosial Praktis

Tergantung pada orang lain untuk mengubah situasi atau

memecahkan masalah ini melibatkan menerima dukungan sosial

praktis.

b. Berorientasi pada emosi

Berfokus pada peraturan reaksi emosional seseorang tanpa mengubah

situasi atau memecahkan masalah terdiri atas:

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


28

C. Kanker dan Kemoterapi

1. Pengertian Kanker

Kanker merupakan proses penyakit yang bermula ketika sel

abnormal di ubah oleh mutasi genetik dari Deoxyribo Nucleat Acid

(DNA) selular. Sel abnormal ini membentuk klon dan mulai berproliferasi

secara abnormal. Kemudian dicapai suatu tahap dimana sel mendapatkan

ciri-ciri invasif, dan terjadi perubahan pada sel-sel di sekitarnya. Sel-sel

tersebut menginfiltrasi jaringan-jaringan sekitar dan memperoleh akses ke

limfe dan pembuluh-pembuluh darah, melalui pembuluh-pembuluh darah

tersebut sel dapat terbawa ke area lain dalam tubuh untuk membentuk

metastase (penyebaran kanker) pada bagian tubuh yang lain (Smeltzer &

Bare, 2002).

Neoplasma ganas atau kanker terjadi karena timbul dan

berkembang biaknya sel secara tidak terkendali sehingga sel-sel ini

tumbuh terus merusak bentuk dan fungsi organ tempat tumbuhnya.

Kanker tumbuh secara menyusup (infiltratif) ke jaringan sekitarnya

sambil merusaknya (destruktif), dapat menyebar ke bagian lain tubuh dan

umumnya fatal jika dibiarkan.

2. Penyebab Kanker

Faktor penyebab kanker yang berperan penting antara lain makanan

(kelebihan kalori, kelebihan zat lemak, kekurangan serat) selain itu

karsinogen melalui makanan, asap rokok dan industri. Kanker juga bisa

timbul karena adanya infeksi seperti hepatitis, sistosomiasis

(Sjamsuhidayat, 2005). Secara umum kanker dapat disebabkab oleh :

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


29

a. Kelainan kongenital

Seseorang yany mempunyai riwayat keluarga dengan kanker payudara

akan mempunyai resiko lebih besar terkena kanker payudara

dibanding dengan seseorang yang tidak mempunyai faktor resiko.

b. Bahan Karsinogen

Ada beberapa bahan kimia yang bersifat karsinogenik. Bahan tersebut

merupakan bahan alami dan sintetis. Bahan alami misalnya

mikotoksin yang mudah tumbuh pada kacang tanah, merupakan

pemicu kuat karsinoma hati. Bahan sintetis misalnya bahan dalam

industri plastik, bahan industri bahan celup dan juga obat-obatan

kemoterapi di dunia kedokteran.

c. Hormon Hormon yang menimbulkan kanker hanya pada beberapa

organ saja, yaitu organ yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh

horman seperti payudara uterus dan prostat.

d. Lingkungan

Lingkungan hidup mencakup semua keadaan didaerah tempat hidup

kita baik alamiah maupun biologi, seperti pekerjaan, tempat tinggal

dan gaya hidup.

1) Pekerjaan

Kontak dengan pekerjaan umumnya karena radiasi ionisasi atau

karena karsinogen kimia yang terdapat dalam tempat pekerjaan.

2) Tempat tinggal

Dalam lingkungan tempat tinggal terdapat banyak karsinogen

atau zat karsinogennya tinggi dalam tanah, air atau udara.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


30

3) Gaya hidup

Gaya hidup mempengaruhi terjadinya kanker, karena gaya hidup

itu meliputi nutrisi (alkohol, makanan asin, diasap, dipanggang

dan pengawet makanan), minuman keras, merokok, menginang,

terik sinar matahari, kawin muda (memudahkan timbulnya kanker

servik), dan sirkumsisi mengurangi kemungkinan mendapat

kanker penis.

3. Tahap dan Derajat atau Stadium Kanker

Suatu evaluasi diagnostik yang lengkap termasuk mengidentifikasi

tahap dan derajat keganasan. Pilihan pengobatan dan prognosa ditentukan

dengan dasar pentahapan dan penderajatan (Smeltzer & Bare, 2002).

Pentahapan menentukan ukuran tumor dan keberadaan metastasis. Sistem

TNM sering digunakan dalam menggambarkan keganasan kanker. Dalam

sistem ini T mengacu pada keluasan tumor primer, N mengacu pada

keterlibatan nodus limfe, M mengacu pada keluasan metastasis.

Penderajatan mengacu pada klasifikasi sel-sel tumor. Sistem

penderajatan digunakan untuk menentukan jenis jaringan yang menjadi

asal dari tumor dan tingkat sel-sel mempertahankan fungsi dan

karakteristik histologis dari jaringan asal. Penderajatan dituliskan dengan

nilai numerik dengan rentang I sampai IV. Tumor derajat I dikenal

sebagai tumor yang berdiferensia baik, struktur dan fungsinya hampir

menyerupai jaringan asal. Sedangkan tumor yang tidak menyerupai

jaringan sal dalam struktu atau fungsinya disebut tumor berdiferensiasi

buruk atau tidak bisa berdiferensiasi disebut tumor derajat IV. Sel tumor

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


31

tersebut cenderung agresif dan kurang responsif terhadap pengobatan

sehingga menambah tingkat kecemasan pada pasien.

4. Terapi Kanker

Kira-kira 40-50% penderita dapat disembuhkan baik dengan cara

bedah, kemoterapi, radioterapi, maupun kombinasinya (Syamsuhidayat,

2005).

a. Pembedahan

Terapi bedah pada kanker dimaksudkan untuk menyembuhkan

(kuratif) atau meringankan penderitaan si sakit (paliatif). Jika kanker

masih terbatas di suatu lakasi, terapi bedah ada manfaatnya, karena

tumor dapat dikeluarkan dengan tindakan radikal yang kadang disusul

oleh radioterapi dan kemoterapi.

b. Radioterapi

Terapi sinar atau radioterapi merupakan terapi setempat

menggunakan radiasi ionisasi, yaitu penyinaran yang menyebabkan

ionisasi pada sasaran juga mengganggu sel-sel normal di sekitarnya.

c. Kemoterapi

Kemoterapi ialah terapi untuk membunuh sel-sel kanker dengan

obat-obat anti kanker yang disebut sitostatika.

5. Kemoterapi

a. Pengertian dan Tujuan

Kemoterapi secara harfiah berarti penggunaan bahan kimia untuk

melawan, mengendalikan atau menyembuhkan penyakit. Namun

dalam maknanya yang sekarang lebih banyak digunakan sebagai

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


32

penggunaan obat untuk pengobatan kanker (Miller, 2008). Kemoterapi

adalah terapi anti kanker untuk membunuh sel-sel tumor dengan

mengganggu fungsi dan reproduksi seluler.

Tujuan dari kemoterapi adalah penyembuhan, pengontrolan dan

paliatif sehingga realistik, karena tujuan tersebut akan menetapkan

medikasi yang digunakan dan keagresifan rencana pengobatan. Obat

yang digunakan untuk mengobati kanker menghambat mekanisme

proliferasi sel, obat ini bersifat toksik bagi sel tumor maupun sel

normal yang berproliferasi khususnya pada sumsum tulang, epitel

gastrointestinal, dan folikel rambut (Neal, 2006).

b. Bentuk Kemoterapi

Menurut Ganiswarna (2004) pemberian kemoterapi dapat

diberikan dapat diberikan dengan satu macam atau dengan kombinasi,

sehingga dikenal tiga macam bentuk kemoterapi kanker yaitu :

1) Monoterapi (Kemoterapi Tunggal).

Monoterapi yaitu kemoterapi yang dilakukan dengan satu

macam sitostatika. Sekarang banyak ditinggalkan, karena

polikemoterapi memberi hasil yang lebih memuaskan.

2) Polikemoterapi (kemoterapi Kombinasi).

Prinsip pemberian kemoterapi kombinasi adalah obat-obat

yang diberikan sudah diketahui memberikan hasil yang baik bila

diberikan secara tunggal, tetapi masing-masing obat bekerja pada

fase siklus sel yang berbeda, sehingga akan lebih banyak sel kanker

yang terbunuh. Dasar pemberian dua atau lebih antikanker adalah

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


33

untuk mendapatkan sinergisme tanpa menambah toksisitas.

Kemoterapi kombinasi juga dapat mencegah atau menunda

terjadinya resistensi terhadap obat-obat ini.

3) Kemoterapi Lokal.

Kemoterpi lokal digunakan untuk: pengobatan terhadap efusi

akibat kanker, pengobatan langsung intra dan peri tumor serta

pengobatan intratekal.

c. Cara Pemberian Kemoterapi

Menurut (Miller, 2008) obat kemoterapi dapat diberikan dengan

cara :

1) Oral

Obat kemoterapi diberikan secara oral, yaitu dalam bentuk tablet

atau kapsul, harus mengikuti jadwal yang telah ditentukan.

2) Intramuskuler

Caranya dengan menyuntikkan ke dalm otot, pastikan untuk

pindah tempat penyuntikan untuk setiap dosis, karena tempat yang

sudah pernah mengalami penusukan membutuhkan waktu tertentu

dalam penyembuhannya.

3) Intratekal

Caranya obat dimasukkan ke lapisan sub arakhnoid di dalam otak

atau disuntikkan ke dalam cairan tulang belakang.

4) Intrakavitas

Memasukkan obat ke dalam kandung kemih melalui kateter dan

atau melalui selang dada ke dal rongga pleura.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


34

5) Intravena

Diberikan melalui kateter vena sentral atau akses vena perifer, cara

ini paling banyak digunakan.

d. Efek Samping Kemoterapi

Umumnya efek samping kemoterapi meliputi gangguan saluran

cerna, mulut, lambung dan usus menyebabkan sariawan, mual,

muntah, dan diare. Penekanan sumsum tulang belakang memberi

pengaruh tehadap sel darah merah, sel darah putih, dan trombosit.

Pada kulit dan rambut pemberian kemoterapi menyebabkan

hiperpigmentasi kulit, kering dan gatal, rambut rontok. Sedangkan

dampak pada bagian genetalia biasanya berpengaruh terhadap

menstruasi dan kesuburan pada wanita, dan berpengaruh terhadap

spermatogenesis dan menurunkan nafsu seksual pada pria. Akibat dari

dampak yang tidak diinginkan atau dampak yang tidak

menguntungkan dari pemberian kemoterapi, maka pasien akan

mengalami gangguan fisik atau kelelahan fisik sehingga akan lebih

mudah mengalami stres atau kecemasan (Gale & Charette, 2000).

e. Siklus Kemoterapi

Dalam pemberian kemoterapi ada yang disebut dengan istilah

“siklus kemoterapi”. Siklus kemoterapi adalah waktu yang diperlukan

untuk pemberian satu kemoterapi. Untuk satu siklus umumnya setiap

3 atau 4 minggu sekali, namun ada juga yang setiap minggu. Sudah

ditentukan untuk masing-masing jenis kanker berapa siklus harus

diberikan dan berapa interval waktu antar siklusnya. Sebagai contoh,

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


35

kanker payudara umumnya diberikan 6 siklus kemoterapi dengan

interval antar siklus adalah setiap 3 minggu. Ini artinya penderita

kanker payudara tersebut harus menjalani 6 kali kemoterapi sampai

kemoterapinya selesai diberikan. Misalkan kemoterapi pertama

diberikan pada tanggal 1 Okober 2011, maka penderita tersebut harus

dilakukan kemoterapi kedua pada tanggal 22 Oktober 2011, demikian

pula seterusnya untuk kemoterapi ke 3, 4, 5, 6, penderita harus datang

setiap 3 minggu sekali ke rumah sakit.

Jumlah pemberian kemoterapi juga sudah ditetapkan untuk

masing-masing kanker. Ada yang 4 kali, 6 kali, 12 kali, dsb. Jumlah

pemberian ini tidak boleh ditawar-tawar, misalkan hanya diberikan

satu atau dua kali saja lalu berhenti. Hukumnya dalam pemberian

kemoterapi adalah diberikan semuanya atau tidak sama sekali. Bila

diberikan hanya satu atau dua kali saja, tidak ada manfaatnya, karena

kanker tidak akan dapat disembuhkan bahkan menjadi lebih tahan atau

resisten terhadap pemberian kemoterapi berikunya, selain itu efek

sampingnya juga hebat namun tidak memberikan manfaat, juga secara

ekonomi memboroskan biaya yang tidak perlu dan hanya membuang-

buang waktu saja.

D. Hasil Penelitian Terkait

Penelitian Candra (2012) Hubungan Mekanisme Koping dengan tingkat

kecemasan pada Pasien Kanker Payudara di Poliklinik Bedah Onkologi

RSUP Sanglah Denpasar tahun 2012 dapat disimpulkan bahwa: Jenis

mekanisme koping yang terbanyak dimiliki pasien kanker payudara di

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


36

Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2012 adalah

pasien yang memiliki mekanisme koping yang berorientasi pada masalah

sebanyak 21 responden (70,0%) dan yang memiliki mekanisme koping yang

berorientasi pada emosi sebanyak 9 responden (30,0%). Tingkat kecemasan

pasien kanker payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Sanglah

Denpasar tahun 2012 di peroleh hasil responden yang mengalami kecemasan

ringan sebanyak 7 responden (23,3%), yang mengalami kecemasan sedang

sebanyak 14 responden (46,7%) dan yang mengalami kecemasan berat

sebanyak 9 responden (30,0%). Ada hubungan yang sangat signifikan r

sebesar 0,738 dan p sebesar 0,004 antara mekanisme koping dengan

kecemasan pada pasien kanker payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP

Sanglah Denpasar tahun 2012. Ada hubungan yang sangat signifikan r

sebesar 0,396 dan p sebesar 0,005 antara mekanisme koping yang berorientasi

pada masalah dengan tingkat kecemasan pada pasien kanker payudara di

Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Sanglah Denpasar tahun 2012. Ada

hubungan yang sangat signifikan r sebesar 0,483 dan p sebesar 0,007 antara

mekanisme koping yang berorientasi pada emosi dengan tingkat kecemasan

pada pasien kanker payudara di Poliklinik Bedah Onkologi RSUP Sanglah

Denpasar tahun 2012.

Penelitian Diana Susilawati (2014) dengan judul hubungan dukungan

keluarga dan koping pasien terhadap tingkat kecemasan pada pasien kanker

dewasa yang mendapat kemoterapi pertama kali di rumah sakit dharmais

Jakarta Barat, menghasilkan kesimpulan sebagian besar responden dukungan

keluarga sudah baik (54.8%), koping pasien (58.1%), sebagian besar pasien

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


37

mengalami tingkat kecemasan ringan sebesar (67.7%). Sehingga hasil analisis

menggambarkan ada hubungan koping pasien terhadap tingkat kecemasan

pada pasien kanker dewasa yang mendapat kemoterapi pertama kali dengan p

value < 0,05.

E. Kerangka Teori

Kerangka teori pada dasarnya gabungan atau menghubungkan beberapa

teori sehingga membentuk sebuah pola pikir penelitian yang akan dilakukan.

Berdasarkan landasan teori di atas maka dapat disusun suatu kerangka teori

sebagai berikut:

Gambar 2.2
Kerangka Teori
Stressor:
Kemoterapi

Faktor yang mempengaruhi


kecemasan Stress

A. Faktor Predisposisi
1. Teori Psikoanalisis
2. Teori Interpersonal
3. Teori Perilaku
Tingkat Kecemasan
4. Teori Kajian Keluarga
1. Tidak Cemas
5. Teori Biologis
Kecemasan 2. Ringan
B. Faktor Presipitasi
3. Sedang
1. Faktor Eksternal
4. Berat
 Ancaman Integritas diri
5. Panik
 Ancaman Sistem Diri
2. Faktor Internal
 Potensial Stresor
 Maturitas Koping adaptif
 Pendidikan
 Respon Koping
 Status Sosial Ekonomi
 Keadaan Fisik Koping Maladaptif
 Tipe Kepribadian
 Lingkungan dan Situasi
 Dukungan Sosial
 Usia
 Jenis Kelamin

Skema 2.1. Kerangka teori Sumber: Smeltzer & Bare (2002), Stuart (2007)

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung


38

F. Kerangka Konsep Penelitian

Adalah suatu uraian dan visualisasi hubungan atau kaitan antara konsep

satu dengan konsep yang lainnya, atau antara variabel yang satu dengan

variabel yang lain dari masalah yang ingin diteliti (Notoatmodjo, 2012).

Berdasarkan kerangka teori di atas maka dapat disusun kerangka konsep

sebagai berikut:

Gambar 2.3
Kerangka Konsep

MEKANISME KOPING Tingkat Kecemasan


1. Tidak cemas
1. Adaptif 2. Ringan
2. Maladaptif 3. Sedang
4. Berat
5. Panik

G. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian

(Notoatmodjo, 2012), maka hipotesis pada penelitian ini adalah :

Ha : Ada hubungan antara mekanisme koping pasien dengan tingkat

kecemasan pada pasien kanker yang mendapat kemoterapi di Ruang

Kemoterapi RS Urip Sumoharjo Bandar Lampung tahun 2015.

STIKes Muhammadiyah Pringsewu Lampung

Anda mungkin juga menyukai