Anda di halaman 1dari 12

Pertanya CSS kelompok 3B “ Dampak cemas terhadap gangguan tidur dan penurunan

fungsi imun”

Ilza Rohadatul aysi


Aisy savira Anizar

1. Kenapa saat terjadi gangguan pola tidur/ kurang tidur .ketika terbangun di pagi
hari tubuh malah terasa lelah dan tidak merasa segar setelah bangun tidur?
Apakah ada hubungannya dengan kecemasan?
( Okta Novita Sari)

Pada orang yang mengalami kecemasan maka akan mempengaruhi neuron bagian medial
parvocellular nucleus paraventricular hypothalamus (mpPVN). Neuron tersebut akan
mensintesis corticotropin releasing hormone (CRH) , yang akan melewati sistem portal
untuk dibawa ke hipofisis anterior. Reseptor CRH akan menstimulasi hipofisis anterior
untuk mensintesis adrenocorticotropin hormon (ACTH). Kemudian ACTH mengaktifkan
proses biosintesis dan melepaskan glukokortikoid dari korteks adrenal kortison yang akan
menyebabkan peningkatan kortisol, diamana peningkatan dari kortisol ini akan menekan
pembentukan asam triptophan sehingga pembentukan serotonin akan terhambat yang
akhirnya akan berdampak pada gangguan tidur. Saat kekurangan tidur kemampuan tubuh
untuk berfungsi secara normal akan terganngu. pola tidur yang terganggu ini akan
menyebabkan kadar melatonin akan mengalami penurunan jumlah, diamana melatonin
merupakan hormon yang membantu tidur. ketidakseimbangan produksi dari hormon-
hormon dikarenakan kecemasan juga dapat mengganggu jam biologis/irama sirkardian
yang terdapat pada masing-masing individu.

Melatonin diekskresikan oleh kelenjer pineal, yang mana pembentukannya bergantung


pada jumlah serotonin yang ada. Apabila pembentukan serotonin dihambat dan menurun
maka pembentukan dari melatonin juga akan menurun. Disebutkan juga melatonin mulai
dikeluarkan tubuh dua jam sebelum  tidur dan produksinya sangat sensitif terhadap
cahaya, melatonin paling banyak di produksi sekitar pukul 2.00-4.00 malam, dikarenakan
pada waktu tersebut gangguan cahaya dari alam paling minimal. beberapa penelitian juga
menemukan orang-orang dengan jam biologis yang lebih telat atau ritme sirkaridannya
terganggu akan mengalami gangguan pada hari berikutnya, saat mereka kurang tidur. 
Mereka yang sudah terbiasa bergadang akan tetap terjaga walaupun sudah memaksakan
diri untuk tidur lebih awal dari biasanya, karena jam biologis/ alarm di tubuh mereka
sudah terganggu yang mengakibatkan mereka tidak dapat tidur dengan baik, orang yang
mengalami gangguan pola tidur ini harus menunggu sampai kandungan melatonin
dikeluarkan oleh tubuh agar bisa masuk ke tahap tidur awal.

Dan saat bangun di pagi hari, mereka cenderung masih memiliki kadar melatonin yang
tinggi dalam sistem tubuh, sehingga kebanyakan orang dengan pola tidur yang terganngu
akan tetap merasa mengantuk dan lelah saat bangun di pagi hari.

2. Dari kelompok penyaji menyebutkan, bahwa prevalensi kejadian cemas lebih


banyak terjadi pada wanita dibandingkan laki-laki. Kenapa perempuan lebih
mudah mengalami kecemasan dibandingkan dengan laki-laki?
(Anes Ovezatira)

Perempuan lebih mudah merasa cemas, dikarenakan perempuan memiliki hubungan


sosial yang lebih luas dan lebih erat dengan lingkungan. Jika seseorang dapat beradaptasi
dengan lingkungan yang baik dan menerima informasi lebih banyak dari lingkungannya
maka orang tersebut akan merasa tidak cemas. Demikiam juga sebaliknya, jika
lingkungannya tidak baik dan informasi yang didapatkan hanya sedikit maka idividu
tersebut akan merasa mudah cemas. Selain itu perempuan memiliki perasaan yang peka
terhadap sesuatu yang menyentuh. Sehingga perempuan lebih mudah untuk mengerti
akan orang lain dan membuat dia akan mudah mengerti dengan apa yang akan dilakukan
dalam menghadapi masalah dan berusaha mencari jalan keluar untuk memecahkan
permasalah tersebut.

Perubahan hormone pada wanita merupakan kondidi yang normal terjadi. Efek dari
prubahan hormon sering kali menyebabkan wanita mengalami mood swing atau suasana
hati yang tidak menentu dan cemas. Seseorang yang sedang mengalami cemas akan
terjadi pengaktifan HPA aksis dan mengakibatkan hipotalamus menyekresikan
(Corticitropic Releasing Hormone) CRH. CRH ini mempunyai pengaruh negatif yaitu
dapat menghambat sekresi GnRH hipotalamus dari tempat produksinya di nucleus
arkuata, ketidakseimbangan CRH dapat memepengaruhi terhadap penekanan fungsi
reproduksi perempuan pada saat stres. Sekresi CRH ini akan merangsang pelepasan
(Adenocorticotropin Hormon) ACTH oleh hipofisis anterior yang selanjutnya ACTH
akan merangsang kelenjar adrenal untuk menyekresikan kortisol. Kortisol berperan dalam
menghambat sekresi LH oleh pusat aktivitas otak dengan cara menghambat respon
hipofisis anterior terhadap GnRH. Selama siklus menstruasi, peran hormon LH sangat
dibutuhkan dalam menghasilkan hormon estrogen dan progesteron. Hormone estrogen
dan progesteron memiliki peranan yang penting selama siklus mentruasi yang secara
normal terjadi pada wanita setiap bulannya, pengaruh dari hormone kortisol
menyebabkan ketidakseimbangan hormone yang berperan, dan meningkatkan faktor
resiko terjadinya kecemasan.

3. Apakah setiap orang yang mengalami kecemasan akan mengalami gangguan tidur
dan fungsi imun?Bagaimana cara mengatasi cemas agar tidak mempengaruhi
sistem imun dan gangguan tidur ?
(Easti Vishiara)

Tidak semua orang dengan kecemasan akan mengalami gangguan tidur dan penuruanan
fungsi imun. Apabila saat seseorang merasa cemas tetapi invidu tersebut tau cara
mengatasi dan memperbaikinya maka kecemasan tersebut malah akan memberikan
respon yang baik untuk individu tersebut, sebagai contoh jika seseorang merasa cemas .
Kecemasan yang tidak berlarut-larut dan cepat diatasi maka tidak sampai menimbulan
dampak pada kesehatan tubuh. Pada individu yang sebelumnya pernah mengalami
kecemasan dikarenakan hal yang sama, maka akan semakin mudah bagi individu tersebut
untuk mengetahu apa yang harus dilakukannya untuk memperbaiki dan mengatasi
permasalahannya.

Agar kecemasan ini tidak berdampak bagi fumgsi tidur dan sistem imun maka kecemasan
perlu diatasi dengan cepat, beberapa cara yang dapat dilakukan yaitu dengan Mengurangi
ketegangan dengan cara Berolahraga untuk mengalihkan pikiran-pikiran negatif. Dengan
melakukan aktivitas secara fisik akan melepaskan endorfin, dimana hormon endorfin ini
yang akan bertindak sebagai peningkat suasana hati (mood) alami. Endorfin yang
diproduksi selama olahraga juga dapat mempertajam proses mental dan meningkatkan
konsentrasi. Sehingga, mendorong pertumbuhan sel-sel otak baru, yang membantu
memerangi stres yang timbul kerena kecemasan serta akan meningkatkan kepercayaan
diri pada individu tersebut. Aktifitas fisik juga dapat meningkatkan sistem kekebalan
tubuh dan membuat pertahanan yang kuat terhadap penyakit. kecemasan seringkali
berdampak pada kesulitan tidur, sehingga diperlukan aktivitas singkat di awal atau tengah
hari dapat membantu seseorang kembali ke pola tidur yang normal.

4. Bagaimana respon yang dilakukan oleh tubuh pada saat seseorang mengalami
kecemasan ?
(Ganiah)

respon sistem saraf otonom terhadap ansietas akan menimbulkan aktivitas involunter pada
tubuh. Keceemasan akan mengaktifkan hipotalamus, yang selanjutnya akan
mengaktifkan dua jalur utama cemas, yaitu sistem endokrin (kortrks adrenal) dan sistem
saraf otonom (simpatis dan parasimpatis). Mekanisme kecemasan ialah melalui jalur
sistem saraf otonom. Siste saraf ototnon akan mengaktifkan sistem saraf simpatis dan
sistem saraf parasimpatis.

Aktivasi sistem saraf simpatis akan berhubungan dengan neuron simpatis yang akan
berinteraksi dengan neuron simpatis perifer (saraf yang menghubungkan seua bagian
tubuh dengan siste saraf pusat) melalui ganglia. Melalui sinapsi kimia dalam ganglia,
neuron simpatis akan bergabung dengan neuron simpatis perifer. Neuron simpatis perifer
akan melepaskan asetilkolin (zat kimia penghantar rangsanagan saraf) dalam sinapsis
(terminal salah satu neuron dengan neuron yang lain) dalam ganglia simpatis. Kemudian
asetilkolin bertugas membawa pesan kimia yang mengikat reseptor nikotonik asetilkolin
(penyaluran signal) ke neuron postsinaptik (neuron yang menerima informasi). Lalu
neuron postinaptik tadi akan melepaskan norepinefrin (neuron ke 2 saraf simpatis yang
akan memicu sistem adrenergik).

Aktivasi berkepanjangan respon stimulus ini dapat memicu pelepasan adrenalin dari
kelenjar adrenal. Sekali dilepaskan akan meningkatkan norepineprin dan adrenal ke
reseptor adrenergik pada berbagai jaringan. Aktivasi norepinephrin dan adrenal tersebut
akan mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, dilatasi arteri, koronaria, dilatasi
pupil, dilatasi bronkus, meningkatkan ketegangan otot, menyempitkan lapang persepsi,
meningkatkan emosi, mudah marah, ketakutan, meningkatkan tekanan darah dan
frekuensi nadi. Yang akan mengakibatkan gejala fisik seperti : nafas pendek, rasa
tercekik, dan paltipasi, sakit dada, pucat, hipotensi, koordinasi motoric rendah. Gejala
kognitif : lapang persepsi menyempit, tidak dapat berfikir logis. Gejala perilaku : agitasi,
mengamuk, marah, ketakutan, berteriak, blocking, kehilangan control diri, persepsi datar.
Lalu dilakukan relaksasi otot progresif yang akan mengaktifkan sistem saraf parasimpatis,
kemudian sistem saraf parasimpatis akan menggunakan asetilkolin sebagai neurosistem
saraf otonommitter utama.

Saraf parasimpatis akan melepaskan asetilkolin pada ganglion asetilkolin dan bekerja
pada reseptor nikotonik neuron postynaptik. Saraf postinaptik kemudian melepaskan
asetilkolin untuk merangsang reseptor muscarinic (penurunan kontraksi) dari organ
tersebut. Serabut sistem saraf parasimpatis akan menurunkan kerja dari serabut saraf
simpatis. Lalu otak akan mengganggap tingkat kecemasan menurun, dan mengembalikan
kondisi tubuh dalam keadaan normal.

Salah satu dampak yang di sebabkan karena cemas adalah dispepsia, mekanisme
terjadinya dispepsia akibat cemas dijelaskan pada bagan berikut.

Rangsangan psikis/emosi sendiri secara fisiologi dapat mempengaruhi lambung dengan


dua cara yaitu:
1) Jalur neurogen: Rangsangan konflik emosi pada kortek serebri mempengaruhi
kerja hipotalamus anterior dan selanjutnya ke nukleus vagus, nervus vagus dan
kemudian ke lambung.
2) Jalur neurohumoral: Rangsangan pada kortek serebri diteruskan ke hipotalamus
anterior selanjutnya ke hipofisis anterior yang mengeluarkan kortikotropin.
Hormon ini merangsang korteks adrenal dan kemudian menghasilkan hormon
adrenal yang selanjutnya merangsang produksi asam lambung

Saat mengalami kecemasan maka tubuh juga akan berekasi dengan melakukan
peningkatkan kewaspadaan atau disebut dengan Tahap reaksi Alarm (waspada), pada
Tahap ini akan terjadi pengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk
menghadapi stressor yang ada. Pada tahap ini akan terjadi Reaksi psikologis berupa
“fight or flight”. Stres menstimulasi pesan fisiologis tubuh dari hipotalamus ke kelenjar
(contohnya seperti tubuh akan menstimulus kelenjar adrenal untuk mengirim adrenalin
dan norepinefrin sebagai pembangkit emosi) dan organ-organ (misalnya, hati untuk
mengubah kembali simpanan glikogen menjadi glukosa sebagai makanan) untuk
mempersiapkan kebutuhan pertahanan potensial.

Tahap yang kedua yaitu tahap melawan/Resistance. Diamana terjadi Stres yang terus
berlanjut. Pada tahap ini tubuh akan mengirimkan sinyal ke sistem pencernaan
mengurangi kerjanya dengan mengalirkan darah ke area yang dibutuhkan untuk
pertahanan, paru-paru akan memasok lebih banyak udara, dan jantung berdenyut lebih
cepat dan keras sehingga dapat menngalirkan darah yang kaya oksigen dan nutrisi ke otot
untuk mempertahankan tubuh melalui perilaku fight, flight, atau freeze.

Pada tahap ini Individu yang berhasil beradaptasi terhadap stres, maka tubuh akan
kembali berespon dengan rileks dan kelenjar, organ, serta respon sistemik menurun.

Yang terakhir yaitu Tahap kelelahan. Tahap kelelahan terjadi apabila individu yang
mengalami kecemmasan tidak dapat beradaptasi terhadap stress dan individu berespon
negative terhadap ansietas dan stres, akibatnya cadangan tubuh berkurang atau komponen
emosional berubah sehingga timbul respon fisiologis yang berkelanjutan dan kapasitas
cadangan menjadi sedikit.

5. Apa yang dapat menyebabkan prilaku maladaptif? Dan apakah prilaku maladaptif
ini akan menetap atau bisa diperbaiki?
(Siti Safira Alawiyah N)
Prilaku malafaptif timbul jika individu yang mengalami cemas tidak dapat mengatasi
kecemasannya. Kecemasan adalah hal yang wajar dan dapat dialami kapanpun, namun
rasa cemas yang berlebihan akan menyebabkan timbulnya prilaku-prilaku negatif pada
individu yang tidak dapat mengatasi kecemasannya ini. Jika individu yang mengalami
kecemasan ini meyakini bahwa situasi atau masalah yang dialami masih dapat diubah
secara konstruktif maka dapat terbentuk koping adaptif. Namun sebaliknya jika masalah
diyakini sebagai suatu yang mengancam maka akan terbentuk koping maladaptif. Pada
individu-individu yang tidak dapat mengatasi kecemasannya ini akan mengaktifkan
mekanisme ego untuk menolak (denial), mengabaikan/mengindari (represion), projection
(menyalahkan orang lain) dan rationalization (memberikan penjelasan) dan mencari
kebenaran untuk melindunginya dari kecemasan sehingga akan timbul Pola koping
maladaptif seperti emosi yang meningkat,tingkah agresif, menarik diri dan mudah
tersinggung.

Prilaku maladaptif ini dapat hilang hilang/diperbaiki jika individu yang mengalami
gangguan cemas sudah bisa mengatasi permasalahan yang ada. Untuk menghindari
perilaku maladaptif, maka faktor yang dapat mendukung adalah mengidentifikasi sumber
koping yang dapat membantu individu beradaptasi dengan sumber permasalahan yang
ada dengan menggunakan sumber koping yang ada. Koping sendiri merupakan cara yang
digunakan individu untuk mengurangi dan mengatsi kecemasannya. Salah satu sumber
koping yang dapat membantu individu dalam menghindari perilaku maladaptif yaitu
dengan meningkatkan dukungan sosial. Dikatakan bahwa dukungan sosial merupakan
pendukung paling utama dalam membentuk mekanisme koping yang efektif atau adaptif.
Selain itu dukungan sosial mempengaruhi kesehatan dengan cara melindungi individu
dari efek negatif kecemasan. Sehingga dengan meningkatkan dukungan sosial maka akan
dapat menurunkan perilaku maladaptif. Keefektifan sebuah koping dinilai apabila koping
mampu menurunkan yang dialami seseorang. Apabila koping yang digunakan adalah
koping adaptif namun tidak dapat mengatasi kecemasan seseorang, berarti dari hal ini
koping yang digunakan tidak efektif.

6. Terapi Suportif apa yang dapat diberikan pada orang dengan gangguan cemas?
(Ikhsan Rofi Putra)

Psikoterapi
Pendekatan psikoterapeutik utama gangguan ansietas adalah terapi perilaku
kognitif, suportif, dan psikoterapi berorientasi tilikan. Data masih terbatas mengenai
keuntungan relatif pendekatan tersebut walaupun studi yang paling canggih telah
menguji teknik perilaku kognitif yang tampaknya memiliki efektivitas jangka pendek
maupun panjang. Pendekatan kognitif secara langsung ditunjukkan pada distorsi kognitif
pasien yang didalilkan dan pendekatan perilaku ditujukan pada gejala somatik secara
langsung. Teknik utama yang digunakan pada pendekatan perilaku adalah relaksasi dan
biofeedback. Sejumlah data awal menunjukkan bahwa kombinasi pendekatan kognitif
dan perilaku lebih efektif daripada salah satu teknik digunakan secara tersendiri, terapi
suportif menawarkan pasien keamanan dan kenyamanan. Walaupun efektifitas jangka
panjangnya diragukan. Psikoterapi berorientasi tilikan berfokus pada mau buka konflik
yang tidak disadari dan mengidentifikasi kekuatan ego. Efektifitas psikoterapi
berorientasi milikan untuk gangguan ansietas dilaporkan pada banyak laporan kasus yang
tidak resmi tetapi studi terkontrol yang besar hanya sedikit.
Sebagian besar pasien mengalami berkurangnya ansietas secara nyata ketika
diberikan kesempatan untuk mendiskusikan kesulitan mereka dengan dokter yang
simpatik dan peduli. Jika klinisi menemukan situasi eksternal yang mencetuskan
ansietas, mereka mungkin mampu-sendiri atau dengan bantuan pasien maupun
keluarganya-mengubah lingkungan sehingga mengurangi tekanan yang menimbulkan
stress. Perbaikan gejala sering memungkinkan pasien berfungsi efektif di dalam
pekerjaan dan hubungannya sehari-hari sehingga mendapatkan hadiah dan kepuasan baru
yang juga bersifat Terapeutik.
Dalam perspektif psikoanalitik, ansietas kadang-kadang adalah sinyal kekacauan
tidak disadari yang harus diselidiki. Ansietas tersebut dapat normal, adaptif, maladaptif,
terlalu intens, atau terlalu ringan, bergantung keadaan. Ansietas muncul dalam sejumlah
situasi selama perjalanan siklus hidup; pada banyak kasus, perbaikan gejala bukanlah
perjalanan gangguan yang paling sesuai.
Untuk pasien yang berorientasi pada psikologis dan memiliki motivasi untuk
mengerti sumber ansietas mereka, psikoterapi dapat menjadi terapi pilihan. Terapi
psikodinamik berlangsung dengan asumsi bahwa ansietas dapat meningkat dengan terapi
yang efektif. Tujuan pendekatan dinamik mungkin adalah meningkatkan toleransi pasien
terhadap ansietas (kapasitas untuk mengalami ansietas tanpa harus melepasnya),
bukannya menghilangkan ansietas. Riset empiris menunjukkan bahwa banyak pasien
dengan terapi psikoterapeutik yang berhasil dapat berlanjut mengalami ansietas setelah
akhir psikoterapi, tetapi penguasaan ego mereka yang meningkat memungkinkan mereka
menggunakan gejala ansietas sebagai sinyal untuk bercermin terhadap pergulatan
internal dan memperluas tilikan serta pengertian mereka. Pendekatan psikodinamik pada
pasien dengan gangguan ansietas meliputi pencarian rasa takut yang mendasari para
pasien.
1) Relaksasi
untuk mengatasi kecemasan dapat digunakan teknik relaksasi yaitu relaksasi dengan
melakukan pijat/pijatan pada bagian tubuh tertentu dalam beberapa kali akan
membuat peraaan lebih tenang, mendengarkan musik yang menenangkan, dan
menulis catatan harian. Selain itu, terapi relaksasi lain yang dilakukan dapat berupa
meditasi, relaksasi imajinasi dan visualisasi serta relaksasi progresif.
2) Distraksi
Distraksi merupakan metode untuk menghilangkan kecemasan dengan cara
mengalihkan
perhatian pada hal-hal lain sehingga pasien akan lupa terhadap cemas yang dialami.
Stimulus sensori yang menyenangkan menyebabkan pelepasan endorfin yang bisa
menghambat stimulus cemas yang mengakibatkan lebih sedikit stimuli cemas yang
ditransmisikan ke otak. Salah satu distraksi yang efektif adalah dengan memberikan
dukungan spiritual (membacakan doa sesuai agama dan keyakinannya), sehingga
dapat menurunkan hormonhormon stressor, mengaktifkan hormon endorfin alami,
meningkatkan perasaan rileks, dan mengalihkan perhatian dari rasa takut, cemas dan
tegang, memperbaiki sistem kimia tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta
memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi, dan aktivitas gelombang otak.
Laju pernafasan yang lebih dalam atau lebih lambat tersebut sangat baik
menimbulkan ketenangan, kendali emosi, pemikiran yang lebih dalam dan
metabolisme yang lebih baik.
3) Humor
Kemampuan untuk menyerap hal-hal lucu dan tertawa melenyapkan stres. Hipotesis
fisiologis menyatakan bahwa tertawa melepaskan endorfin ke dalam sirkulasi dan
perasaan stres dilenyapkan
4) Terapi spiritual
Aktivitas spiritual dapat juga mempunyai efek positif dalam menurunkan stres.
Praktek seperti berdoa, meditasi atau membaca bahan bacaan keagamaan dapat
meningkatkan kemapuan beradaptasi terhadap gangguan stressor yang dialami.
7. Kenapa cemas dapat memberikan dampak yang berbeda-beda pada setiap
individunya?
(Resti triarini)
Gejala-gejala kecemasan yang muncul dapat berbeda pada masing-masing orang.
Salah satu nya tergantung bagaimana individu tersebut dalam melakukan mekanisme
koping. Koping adalah usaha untuk menguasai/memahami suatu situasi yang dianggap
berbahaya, mengancam, menimbulkan konflik, atau menantang. Untuk mengurangi
kecemasan, sebaiknya orang yang mengalami kecemasan tersebut melakukan problem
focused coping (melakukan usaha-usaha yang diarahkan untuk memecahkan masalah),
seperti melakukan konseling , menceritakan kegelisahan yang dirasakan pada orang lain,
atau melakukan kegiatan positif dengan tetap bekerja/berkarya yang akan mengurangi
kecemasan yang dialami. Kemudian ada juga Emotion focused coping yang dapat juga
dilakukan untuk mengurangi kecemasan. Misal: tidak begitu memikirkan masalah yang
sedang dihadap dan , berpikir bahwa ada hikmah dari semua masalah yang sedang
dirasakan. Selain itu dampak yang berbeda pada setiap individu juga bisa disebabkan
karena stressor yang dihadapi dan tingkat kecemasan setiap individu berbeda dan cara
serta respon setiap individu dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah berbeda-beda.
Terdapat dua respon cemas pada tubuh yaitu respon adaptif dan respon maladaptif.
Respon adaptif seseorang menggunakan koping yang membangun (kontruktif) dalam
menghadapi kecemasan berupa antisipasi. Respon maladaptive merupakan koping yang
bersifat merusak (destruktif) seperti individu menghindar dari orang lain atau mengurung
diri.
1) Respon Adaptif
Jika kecemasan timbul dan individu mampu meregulasi dan mengatur kecemasan, hal
yang positif mungkin akan timbul. Tidak semua kecemasan merugikan namun, hal itu
bisa menjadi tantangan, kekuatan, faktor motivasi untuk memecahkan sebuah
masalah, resolusi konflik dan pencapaian fungsi level yang lebih tinggi. Contohnya
seseorang dengan pekerjaan yang buruk dan pengalaman kecemasan yang tidak bisa
dihindari akan membuat individu tersebut kembali mempelajari sesuatu yang baru.
Seorang pelajar yang gagal dari ujian karena kurang belajar akan mengalani ancaman
terhadap hilangnya harga diri sebagai pelajar, dukungan dan hal tersebut
menyebabkan kecemasan. Seorang motivator bisa membantu pelajar tersebut untuk
mendapatkan bimbingan dan konsenterasi yang lebih untuk melewati ujian.
Strategi adaptif lainnya yang digunakan orang-orang untuk mengatasi kecemasan
adalah memanggil teman atau terapis, berolah raga, mempraktikkan teknik relaksasi,
membaca novel, beristirahat atau menangis sebagai pelampiasannya. Banyak lagi
metode koping lainnya yang digunakan untuk melepaskan ketegangan dan
mengurangi kecemasan.
2) Respon Maladaptif
Kebiasaan sehari-hari dapat melindungi orang dari kecemasan, bertahan dari ancaman
dan memberi kenyamanan bisa mengarah pada pola respon maladaptif, yang dapat
menunjukkan gejala fisik dan psikologis baik dalam lingkungan diri individu, sosial
dan gangguan pekerjaan. Contohnya mekanisme ego untuk denial (menolak),
represion (mengabaikan), projection (menyalahkan orang lain) dan rationalization
(memberikan penjelasan) mencari kebenaran akan melindungi sesorang dari
kecemasan tetapi juga mencegah penilaian yang sebenarnya dari diri sendiri, orang
lain, situasi atau kejadian. Ketika kecemasan tidak dapat diatur, individu mungkin
akan dikatakan mengalami gangguan atau ketidaknormalan oleh orang lain. Pola
koping maladaptif dari kecemasan termasuk didalamnya adalah tingkah agresif,
isolasi (menarik diri), makan dan minum secara berlebih, mengguanakan obat-obatan
terlarang dan aktivitas seksual yang berlebih. Respon-respon dari kecemasan tersebut
dikatakan sebagai gangguan kecemasan.

8. Dikatakan cemas dapat meningkatkan produktivitas seseorang tapi sebaliknya


cemas juga dapat membuat seseorang merasa sangat tertekan dan menimbulkan
respon negatif. Keduanyakan merupakah hal yang berketerbalikan. Apa yang
menyebabkan hal tersebut terjadi?
(Maulana)
Respon seseorang terhadap kecemasan cenderung bervariasi tergantung pada kondisi
kesehatan, kepribadian, pengalaman sebelumnya terhadap stress, mekanisme koping,
besarnya stressor, dan kemampuan pengelolaan emosi dari masing-masing individu. Bagi
individu yang penyesuainnya baik, maka stress dan kecemasan dapat di tanggulangi dan
diatasi dengan baik. Namun, bagi individu yang penyesuainnya kurang baik dan tidak
dapat mengatasi streesnya maka stress dan kecamsan dapat menghambat kegiatan sehari-
hari.
Untuk respon yang positif akan didapatkan jika individu dapat menerima dan mengatur
kecemasan. Pada inndividu yang berespon positif terhadap ccemas, kecemasan malah
menjadi suatu tantangan, motivasi yang kuat untuk menyelesaikan masalah. Strategi
adaptif biasanya digunakan seseorang untuk mengatur kecemasan antara lain dengan
bekerja kepada orang lain, menangis, tidur, latihan, dan menggunakan teknik relaksasi.

pada individu yang berespon negatif terhadap kecemasan terjadi ketika kecemasan tidak
dapat diatur, individu menggunakan mekanisme koping ulang disfungsi dan tidak
berkesinambungan dengan yang lainnya. Koping maladaptif mempunyai banyak jenis
termasuk perilaku agresif, bicara tidak jelas, isolasi diri, banyak makan, konsumsi
alkohol, berjudi dan penyalahgunaan obat terlarang.

Anda mungkin juga menyukai