Anda di halaman 1dari 3

Nama Kelompok : 1.

) Venansius Adur (1813010018)


2.) Maria Karolina Mbiking (1813010026)
3.) Martina Demi (1813010017)
4.) Wilhelmus Alfaryanto Leven (1813010009)
5.) Klaudensius Jemy (1813010040)
Kelas : BDP A
Tugas : Konservasi Sumber Daya Perairan

RINGKASAN KAWASAN KONSERVASI SUMBERDAYA PERAIRAN “ SUAKA


ALAM PERAIRAN RAJA AMPAT”

1. Latar Belakang
Secara geografis, kawasan Suaka Alam Perairan (SAP) Kepulauan Raja Ampat dan laut
di sekitarnya terletak pada 0º14’18’’BT- 0º25’29’’LS dan 130º18’32’’ -130º10’29’’BT.
Sementara secara administratif, wilayah ini masuk ke dalam Distrik Waigeo Barat,
Kabupaten Raja Ampat, Provinsi Papua Barat. Kawasan Suaka Alam Perairan Kepulauan
Raja Ampat dan laut di sekitarnya memiliki batas-batas sebagai berikut; Sebelah Utara
berbatasan dengan Pulau Waigeo; Sebelah Selatan berbatasan dengan perairan
Kepulauan Fam; Sebelah Timur berbatasan dengan perairan Pulau Gam; dan Sebelah
Barat berbatasan dengan perairan Pulau Batangpele dan Pulau Maijafun. Kepulauan Raja
Ampat dikenal memiliki tingkat keanekaragaman hayati dan endimisitas sumber daya
pesisir dan laut yang tinggi. Dalam konteks regional, Kepulauan Raja Ampat termasuk
dalam kawasan segitiga karang dunia (coral triangle) dan merupakan bagian kawasan
penting keanekaragaman hayati pesisir dan laut. Kawasan segitiga karang ditandai
dengan adanya 500 atau lebih jenis karang dan merupakan pusat dari kelimpahan dan
keragaman karang di bumi. Raja Ampat ditetapkan sebagai Kawasan Konservasi Perairan
Nasional (KKPN) karena memiliki keanekaragaman sumber daya alam yang tinggi
berupa terumbu karang, mangrove, litoral dan rumput laut. Wilayah ini terletak di
‘jantung’ kekayaan terumbu karang dunia yang dikenal dengan sebutan Segitiga
Karang/Coral Triangle. Kepulauan ini merupakan salah satu kawasan yang memiliki
fauna ikan karang terkaya di dunia yang terdiri dari paling sedikit 1,074 spesies serta
merupakan areal pembesaran bagi sebagian besar jenis penyu yang terancam punah.

2. Permasalahan Pada Kawasan Konservasi Raja Ampat


 Kerusakan terumbu karang
 Penurunan populasi hewan penting
 Praktek penangkapan ikan yang tidak ramah lingkungan seperti penggunaan
bom, penggunaan bahan kimia, penggunaan alat tangkap yang bersifat merusak
 Kegiatan penambangan

3. Potensi Suaka Perairan Raja Ampat


 Potensi Perikanan Terdapat 537 jenis karang keras, dimana 9 diantaranya
merupakan jenis baru dan 13 jenis endemik. Jumlah ini merupakan 75% karang
dunia (CI, TNC, WWF). Di wilayah ini terdapat sekitar 899 jenis ikan karang,
sementara di seluruh wilayah Raja Ampat tercatat 1.104 jenis ikan, dimana terdiri
dari 91 famili. Diperkirakan terdapat 1.346 jenis ikan di seluruh kawasan Raja
Ampat, sehingga menjadikan kawasan ini sebagai kawasan dengan kekayaan
jenis ikan karang tertinggi di dunia. Selain itu, di kawasan ini juga ditemukan
699 jenis hewan lunak (molusca) yang terdiri atas 530 siputsiputan (gastropoda),
159 kekerangan (bivalva), 2 scaphoda, 5 cumi-cumian (cephalopoda), dan 3
chiton. 11)
 Potensi Pariwisata Raja Ampat mengandalkan wisata bahari sebagai tulang
punggung sektor pariwisata. Keanekaragaman hayati yang tinggi dan
pemandangan alam yang luar biasa menjadi magnet tersendiri bagi wisatawan
untuk berkunjung ke Raja Ampat. Para wisatawan biasanya tinggal di resort yang
ada di Waigeo Selatan (P. Mansuar) namun sebagian besar tinggal di atas kapal
(liveaboard) dengan lama tinggal 10 sampai 21 hari. Wisatawan asing banyak
yang tinggal di atas kapal (liveaboard) karena mereka mengikuti paket kunjungan
(paket liveaboard) yang disediakan perusahaan penyedia jasa pariwisata. Musim
kunjungan wisatawan liveaboard ke Raja Ampat adalah mulai dari bulan
September sampai bulan Mei setiap tahunnya. Liveaboard yang beroperasi di
Raja Ampat berjumlah 18 kapal dan yang sudah resmi terdaftar/melapor kepada
Dinas Pariwisata sebanyak 10 kapal.
4. Kesimpulan
Pengelolaan suaka alam perairan Raja Ampat secara berkelanjutan merupakan
tanggung jawab semua pihak. Untu itu semua pihak yang terkait dalam pengelolaan
suaka alam Raja Ampat secara partisipatif, adaptif, dan kolaboratif. Penetapan Suaka
Alam Raja Ampat untuk dikelola secara berkelanjutan dan kolaboratif guna menjamin
keberlangsungan keanekaragaman hayati laut, nilai budaya, dan kesejahteraan
masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai