Anda di halaman 1dari 10

INTEGRASI KOMPLEMENTER DAN KONVENTIONAL DALAM

PELAYANAN KEPERAWATAN

OLEH:

LUH PUTU DIAH KUSUMA DEWI


(203221095)
B13-A

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


STIKES WIRA MEDIKA BALI
2021

1
KATA PENGANTAR

“Om Swastyastu”
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa, karena atas segala
karunia dan limpahan rahmatNya, sehingga makalah ini dapat terselesaikan tepat pada
waktunya dengan judul “Integrasi Komplementer dan Konventional dalam Pelayanan
Keperawatan”.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini, penulis telah berupaya
semaksimal mungkin untuk menyempurnakan makalah ini namun mungkin masih terdapat
kekeliruan, kesalahan maupun kekurangan. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran
dan kritik yang membangun dalam rangka penyempurnaan makalah ini.
Makalah ini merupakan salah satu tugas kelompok dari mata kuliah “Integrasi
Komplementer dan Konventional dalam Pelayanan dalam Keperawatan” yang merupakan
salah satu syarat kelulusan dalam mata kuliah ini. Oleh karena itu, kami mengucapkan
terimakasih kepada dosen mata kuliah ini.
Demikian yang kami dapat sampaikan, semoga makalah ini bermanfaat untuk semua
pihak.
“Om Shanti, Shanti, Shanti, om”

Denpasar, Januari 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang.....................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..................................................................................................2

BAB II TINJAUAN TEORI


2.1 Pengertin intergasi komplementer dan konvertional dalam keperawatan............3
2.2 Kebijakan integrasi komplementer dan konvertional dalam keperawatan...........4
2.3 Proses Evaluasi integrasi komplementer dan konvertional dalam keperawatan .5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.........................................................................................................6
3.2 Saran.....................................................................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................7

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Terapi komplementer adalah terapi tradisional yang digabungan dalam pengobatan
tradisional. Terapi komplementer juga ada yang menyebutkan dengan pengobatan holistic
pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh
dengan sebuah keharmonisan.
Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di
berbagai tempat pelayanan kesehatan. Terapi komplementer ini bisa juga dilakukan
dengan terapi konvensional.
Terapi konvensional suatu sistem pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter
atau tenaga kesehatan lainnya berupa mengobati gejala dan penyakit dengan
menggunakan obat, pembedahan, atau radiasi. Terapi tradisional sekarang sudah banyak
dilakukan oleh pasien pasien yang berada di rumah.
kebijakan pemerithan dalam UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. Pemerintah
untuk menghindari hal – hal yang kurang baik atau menyalah gunakan terapi
komplementer. P Di dalam pasal lain disebutkan bahwa pengobatan tradisional
akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang memiliki keahlian/keterampilan
di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah memperoleh pendidikan dan
pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan pelatihan akupunktur dilakukan sesuai
dengan ketentuan perundangan yang berlaku.

1.2 Rumusan Masalah


Dari permasalahan yang dibahas dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Pegertian integrasi komplementer dan konvensional dalam pelayanan
kesehatan ?

2. Bagaimana Kebijakan integrasi komplementer dan konvensional dalam


pelayanan kesehatan?

3. Bagaimankah proses evaluasi hasil dari integrasi komplementer dan konvensional


dalam pelayanan kesehatan ?

1
1.3 Tujuan

1. Mengetahui tentang pengertian dari integrasi komplementer dan konvensional


dalam pelayanan
2. Mengetahui kebijakan dari integrasi komplementer dan konvesional dalam
keperawatan
3. Mengetahui evalusi hasil integrasi Komplementer dan Konvesional dalam
keperawatan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pegertian Integrasi Komplementer dan Konvensional dalam Pelayanan Kesehatan


Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi komplementer
juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik. Pendapat ini didasari oleh
bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah
keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan
fungsi.
Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam
mengembangkan terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam
praktiknya mengaitkan ilmu fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini
didukung dalam catatan keperawatan Florence Nightingale yang telah menekankan
pentingnya mengembangkan lingkungan untuk penyembuhan dan pentingnya terapi
seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu, terapi komplementer meningkatkan
kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada klien (Snyder & Lindquis, 2007)
Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi
tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Kondisi ini sesuai
dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai makhluk yang holistik
(bio, psiko, sosial, dan spiritual).
Terapi konvensional adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh
dokter atau tenaga kesehatan lainnya berupa mengobati gejala dan penyakit dengan
menggunakan obat, pembedahan, atau radiasi.
Jadi Intergrasi komplementer dan konvensional adalah suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan
kesehatan tradisional komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap maupun pengganti
dalam keadaan tertentu.

3
2.2 Kebijakan
1. UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan. 
2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan
3. Pemerintah telah menerbitkan kebijakan Nasional tentang keperawatan dan terapi
komplementer / alternative di Indonesia dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI
Nomor 1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-
alternatif di fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu, pelayanan
komplementer-alternatif dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri
di fasilitas pelayanan kesehatan. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu,
dan dikaji institusi berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku.
4. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer sebagaimana dimaksud dalam Pasal
7 ayat (1) huruf b merupakan pelayanan kesehatan tradisional dengan menggunakan
ilmu biokultural dan ilmu biomedis yang manfaat dan keamanannya terbukti secara
ilmiah.
5. KMK No. 1076/Menkes/Sk/Vii/2003 Tentang Penyelenggaran Pengobatan
Tradisional.
6. Permenkes RI No 1186/Menkes/Per/XI/1996 diatur tentang pemanfaatan akupunktur
pelayanan kesehatan pada umumnya. Di dalam pasal lain disebutkan bahwa
pengobatan tradisional akupunktur dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan yang
memiliki keahlian/keterampilan di bidang akupunktur atau oleh tenaga lain yang telah
memperoleh pendidikan dan pelatihan akupunktur. Sementara pendidikan dan
pelatihan akupunktur dilakukan sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku.
7. Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit
8. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 56 Tahun 2014 tentang Klasifikasi dan Perijinan
Rumah Sakit
9. Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik, No.
HK.03.05/I/199/2010 tentang pedoman kriteria penetepan metode
pengobatan komplementer – alternatif yang dapat diintegrasikan di fasilitas pelayanan
kesehatan atau konvensional.

4
2.3 Proses Evaluasi

Pemerintahan daerah (pemda) adalah salah satu pemegang kewajiban dalam


pemenuhan kesejahteraan rakyat melalui pelayanan kesehatan
(UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan). Untuk melaksanakan kewajibannya tersebut,
pelayanan kesehatan sebenarnya dapat diselenggarakan dengan mengintegrasikan
pengobatan tradisional dan konvensional (KMK No. 1076/Menkes/Sk/Vii/2003Tentang
Penyelenggaran Pengobatan Tradisional). Pelayanan kesehatan melalui pengobatan
tradisional merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan yang berbasis kearifan lokal.

Sehingga untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat disuatu daerah melalui pelayanan


kesehatan, kebijakan berupa integrasi pengobatan tradisional pada pelayanan kesehatan
konvensional merupakan suatu solusi yang tepat untuk diterapkan, sebagai suatu kebijakan
yang telah mempunyai dasar hukum yang tegas di seluruh Indonesia.

Dan pada beberapa rumah sakit di indonesia sudah menerapkan terapi komplementer
ini sebagai terapi pejunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien yang menolak
pengobatan konvensional.

5
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam
pengobatan modern Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam
pengobatan modern. Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas atau aktivitas yang
menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan. Terapi konvensional
adalah suatu sistem pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh dokter atau tenaga kesehatan
lainnya berupa mengobati gejala dan penyakit dengan menggunakan obat, pembedahan,
atau radiasi

Intergrasi komplementer dan konvensional adalah suatu bentuk pelayanan kesehatan


yang mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan pelayanan kesehatan
tradisional komplementer, baik bersifat sebagai pelengkap maupun pengganti dalam
keadaan tertentu.

Pemerintah telah menerbitkan kebijakan Nasional tentang keperawatan dan terapi


komplementer / alternative di Indonesia dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor
1109 Tahun 2007 tentang penyelenggaraan pengobatan komplementer-alternatif di
fasilitas pelayanan kesehatan. Menurut aturan itu, pelayanan komplementer-alternatif
dapat dilaksanakan secara sinergi, terintegrasi, dan mandiri di fasilitas pelayanan
kesehatan. Pengobatan itu harus aman, bermanfaat, bermutu, dan dikaji institusi
berwenang sesuai dengan ketentuan berlaku.

Pemerintahan daerah (pemda) adalah salah satu pemegang kewajiban dalam


pemenuhan kesejahteraan rakyat melalui pelayanan kesehatan
UU No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan rumah sakit di indonesia sudah menerapkan
terapi komplementer ini sebagai terapi pejunjang atau sebagai terapi pengganti bagi pasien
yang menolak pengobatan konvensional.

3.2 Saran.

Dalam pembuatan makalah ini penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran dari
pembaca sangatlah kami perlukan agar dalam pembuatan makalah selanjutnya akan lebih
baik lagi dari sekarang.

6
DAFTAR PUSTAKA

ArgadhiaAditama,2014
https://www.academia.edu/7229673/mewujudkan_kebijakan_pelayanan_kesehatan_berbasis_
kearifan_lokal_melalui_integrasi_pengobatan_tradisional_pada_rumah_sakit_umum_daerah_
rsud_?auto=download diakses pada 11 desember 2019
Buckle, S. (2010). Aromatherapy. http// .www.naturalhealthweb.com/articles, diperoleh 11
desember 2019.
Direktorat Jendral Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan RepublikIndonesia,
2014,PengobatanKomplementerTradisional
Alternatif,http://buk.depkes.go.id/index.php?
option=com_content&view=article&id=66:pengobatan- komplementer-tradisional-alternatif,
diakses pada 11 desember 2019
Snyder & Lindquis, 2007. Community & public health nursing. 6th ed. St. Louis: Mosby Inc.

Anda mungkin juga menyukai