Anda di halaman 1dari 1

Bab III

Penutup

Cedera medulla spinalis merupakan suatu kejadian yang umum dijumpai di


masyarakat, dengan penyebab utamanya merupakan suatu kejadian kecelakaan. Di
Indonesia didapati insidens trauma medulla spinalis diperkirakan mencapai 8.000-10.000
kasus per tahunnya. Cedera ini juga dapat merupakan cedera traumatik (primer) ataupun
akibat penyakit lain (sekunder) seperti infeksi atau tumor.
Mekanisme dari cedera ini dapat terbagi menjadi 2 fase yaitu fase primer dan fase
sekunder. Kedua fase ini belum sepenuhnya dimengerti, namun satu hal yang pasti adalah
cedera ini memiliki window periode hanya sekitar 6 – 24 jam. Oleh karena itu diagnosis
dan tatalaksana yang tangkas sangat diperlukan dalam menangani kasus cedera medulla
spinalis guna mencegah perburukan kualitas hidup pasien dan mortalitas.
Diagnosis pada umumnya meliputi anamnesa yang baik dan pemeriksaan
neurologik untuk mengetahui perkiraan lokasi lesi, klasifikasi cedera, dan menentukan
tatalaksana selanjutnya. Pemeriksaan penunjang seperti imaging sangat membantu dalam
mendiagnosis secara akurat.
Prinsip utama tatalaksana yaitu dengan menjaga saluran pernapasan, pernapasan,
dan sirkulasi yang adekuat. Pemberian obat kortikosteroid telah terbukti memperbaiki
kondisi pasien pasca trauma. Medikamentosa lain dapat diberikan sesuai dengan indikasi
pasien. Operasi dapat dianjurkan bila terdapat indikasi.
Pasien dengan cedera medulla spinalis dapat membaik kondisinya sehingga dapat
kembali seperti semula, namun ada pasien yang memiliki kerusakan parah dan tidak
dapat berjalan lagi. Kesemua pasien ini perlu mendapatkan terapi neurorehabilitasi guna
meningkatkan kualitas hidup pasien setelah keluar dari rumah sakit.

Anda mungkin juga menyukai