Cedera medulla spinalis merupakan suatu kejadian yang umum dijumpai di
masyarakat, dengan penyebab utamanya merupakan suatu kejadian kecelakaan. Di Indonesia didapati insidens trauma medulla spinalis diperkirakan mencapai 8.000-10.000 kasus per tahunnya. Cedera ini juga dapat merupakan cedera traumatik (primer) ataupun akibat penyakit lain (sekunder) seperti infeksi atau tumor. Mekanisme dari cedera ini dapat terbagi menjadi 2 fase yaitu fase primer dan fase sekunder. Kedua fase ini belum sepenuhnya dimengerti, namun satu hal yang pasti adalah cedera ini memiliki window periode hanya sekitar 6 – 24 jam. Oleh karena itu diagnosis dan tatalaksana yang tangkas sangat diperlukan dalam menangani kasus cedera medulla spinalis guna mencegah perburukan kualitas hidup pasien dan mortalitas. Diagnosis pada umumnya meliputi anamnesa yang baik dan pemeriksaan neurologik untuk mengetahui perkiraan lokasi lesi, klasifikasi cedera, dan menentukan tatalaksana selanjutnya. Pemeriksaan penunjang seperti imaging sangat membantu dalam mendiagnosis secara akurat. Prinsip utama tatalaksana yaitu dengan menjaga saluran pernapasan, pernapasan, dan sirkulasi yang adekuat. Pemberian obat kortikosteroid telah terbukti memperbaiki kondisi pasien pasca trauma. Medikamentosa lain dapat diberikan sesuai dengan indikasi pasien. Operasi dapat dianjurkan bila terdapat indikasi. Pasien dengan cedera medulla spinalis dapat membaik kondisinya sehingga dapat kembali seperti semula, namun ada pasien yang memiliki kerusakan parah dan tidak dapat berjalan lagi. Kesemua pasien ini perlu mendapatkan terapi neurorehabilitasi guna meningkatkan kualitas hidup pasien setelah keluar dari rumah sakit.