Anda di halaman 1dari 10

1.

Anatomi Fisiologi

Tulang paha pada ujung proksimalnya terdapat kaput femoris yang bulat sesuai dengan
mangkok sendi (asetabulum). Kolumna femoris menghubungkan kaput femoris dengan
korpus femoris. Di tengah kaput femoris terdapat terdapat lekuk kecil yang dinamakan
fovea kapitalis tempat melekat ligamentum teres femoralis yang menghubungkan kaput
femoris dengan fosa asetabulum. Bagian lateral dari kolumna femoris terdapat trochanter
mayor dan bagian medial trochanter minor keduanya dihubungkan oleh krista
interokhanterika. Antara trochanter mayor dan kolumna femoris terdapat lekuk yang agak
dalam disebut fossa trokhanterika. Pada dataran belakang tengah os femur terdapat linea
aspera. Ujung distal femur mempunyai dua bongkol sendi,kondilus lateralis dan kondilus
medialis diantara keduanya bagian belakang terdapat lekuk dinamakan fosa
interkondiloid. Bagian medial dari kondilus medialis terdapat tonjolan kecil epikondilus
medialis femoralis dan sebelah lateral apikondilus lateralis.
2. Definisi
Fraktur adalah putusnya hubungan suatu tulang atau tulang rawan yang disebabkan oleh
kekerasan
Fraktur femur atau patah tulang paha adalah rusaknya kontinuitas tulang  pangkal paha
yang disaebabkan oleh trauma langsung, kelelahan otot, dan kondisi tertentu, seperti
degenerasi tulang atau osteoporosis (Muttaqin, 2008).
Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas batang femur yang bisa terjadi akibat
trauma langsung (kecelakaan lalu lintas, jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih
banyak dialami oleh laki-laki dewasa. Patah pada daerah ini dapat menimbulkan
perdarahan yang cukup banyak, mengakibatkan pendertia jatuh dalam syok.

3. Klasifikasi
a. Fraktur Intrakapsuler femur yang terjadi di dalam tulang sendi, panggul dan Melalui
kepala femur (capital fraktur)
b. Fraktur Ekstrakapsuler :
·         Terjadi di luar sendi dan kapsul, melalui trokhanter femur yang lebih
       besar/yang lebih kecil /pada daerah intertrokhanter.
·         Terjadi di bagian distal menuju leher femur tetapi tidak lebih dari 2
       inci di  bawah trokhanter kecil.

4. Etiologi
Penyebab fraktur femur antara lain:
a. Fraktur femur terbuka
Disebabkan oleh trauma langsung pada paha
b. Fraktur femur tertutup
Disebabkan oleh trauma langsung atau kondisi tertentu, seperti degenerasi tulang
(osteoporosis) dan tumor atau keganasan tulang paha yang menyebabkan fraktur
patologis. (Arif Muttaqin, 2011)
5. Patofisiologi
Pada dasarnya penyebab fraktur itu sama yaitu trauma, tergantung dimana fraktur
tersebut mengalami trauma, begitu juga dengan fraktur femur ada dua faktor penyebab
fraktur femur, faktor-faktor tersebut diantaranya, fraktur fisiologis merupakan suatu
kerusakan jaringan tulang yang diakibatkan dari kecelakaan, tenaga fisik, olahraga, dan
trauma dan fraktur patologis merupakan kerusakan tulang terjadi akibat proses penyakit
dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur (Rasjad, 2007).
Fraktur ganggguan pada tulang biasanya disebabkan oleh trauma gangguan adanya gaya
dalam tubuh, yaitu stress, gangguan fisik, gangguan metabolik dan patologik.
Kemampuan otot mendukung tulang turun, baik yang terbuka ataupun tertutup.
Kerusakan pembuluh darah akan mengakibatkan  pendarahan, maka volume darah
menurun. COP atau curah jantung menurun maka terjadi perubahan perfusi jaringan.
Hematoma akan mengeksudasi plasma dan poliferasi menjadi edema lokal maka terjadi
penumpukan didalam tubuh. Disamping itu fraktur terbuka dapat mengenai jaringan
lunak yang kemungkinan dapat terjadi infeksi terkontaminasi dengan udara luar dan
kerusakan jaringan lunak yang akan mengakibatkan kerusakan integritas kulit.
Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma gangguan metabolik,
patologik yang terjadi itu terbuka atau tertutup. Baik fraktur terbuka atau tertutup akan
mengenai serabut syaraf yang dapat menimbulkan gangguan rasa nyaman nyeri. Selain
itu dapat mengenai tulang sehingga akan terjadi masalah neurovaskuler yang akan
menimbulkan nyeri gerak sehingga mobilitas fisik terganggu. Pada umumnya pada pasien
fraktur terbuka maupun tertutup akan dilakukan immobilitas yang bertujuan untuk
mempertahankan fragmen yang telah dihubungkan tetap pada tempatnya sampai sembuh.

6. Manisfestasi Klinis
a. Nyeri
Terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang dimobilisasi.Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirncang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Gerakan luar biasa
Bagian –bagian yang tidak dapat digunkan cendrung bergerak secara tidak alamiah
bukannya tetap rigid seperti normalnya.
c. Pemendekan tulang
Terjadi pada fraktur panjang. Karena kontraksi otot yang melekat di atas dan dibawah
tempat fraktur.
d. Krepitus tulang (derik tulang)
Akibat gerakan fragmen satu dengan yang lainnya.
e. Pembengkakan dan perubahan warna tulang
Akibat trauma dan perdarahan yang mengikuti fraktur. Tanda ini terjadi setelah
beberapa jam atau hari.

7. Pemeriksaan Diagnostik
a. rontgen : menetukan lokasi, luasnya fraktur, trauma, dan  jenis fraktur.
b. Scan tulang, temogram, CT scan/MRI :memperlihatkan tingkat keparahan fraktur,
juga dan mengidentifikasi kerusakan jaringan linak.
c. Arteriogram : dilakukan bila dicurigai adanya kerusakan vaskuler.
d. Hitung darah lengkap : Ht mungkin meningkat (hemokonsentrasi) atau menurun
(perdarahan bermakna pada sisi fraktur atau organ jauh pada multipel trauma)
peningkatan jumlah SDP adalah proses stres normal setelah trauma.
e. Kretinin : trauma otot meningkatkan beban tratinin untuk klien ginjal.
f. Profil koagulasi : perubahan dapat terjadi pada kehilingan darah, tranfusi mulpel atau
cedera hati (Lukman & Ningsih, 2009).

8. Penatalaksanaan Medis
a. Fraktur Femur Terbuka
Menurut Apley (1995), fraktur femur terbuka harus dinilai dengan cermt untuk
mengetahui ada tidaknya kehilangan kulit, kontaminasi luka, iskemia otot, cedera
pada pembuluh darah dan saraf. Intervensi tersebut meliputi:
1) Profilaksis antibiotik
2) Debridemen
Pembersihan luka dan debridemen harus dilakukan dengan sedikit mungkin
penundaan. Jika terdapat kematian jaringan yang mati dieklsisi dengan hati-hati.
Luka akibat penetrasi fragmen luka yang tajam juga perlu dibersihkan dan
dieksisi, terapi yang cukup dengan debridemen terbatas saja.
3) Stabilisasi
Dilakukan pemasangan fiksasi interna atau eksterna.
 Penundaan tertutup
 Penundaan rehabilitasi
b. Fraktur Femur Tertutup
Pengkajian ini diperlukan oleh perawat sebagai peran kolaboratif dalam
melakukan asuhan keperawatan. Denagn mengenal tindakan medis, perawat dapat
mengenal impliksi pada setiap tindakan medis yang dilakukan.
1) Fraktur trokanter dan sub trokanter femr, meliputi:
 Pemasangan traksi tulang selama 6-7 minggu yang dilanjutkan dengan gips
pinggul selama 7 minggu merupakn alternaltif pelaksanaan pada klien usia
muda.
 Reduksi terbuka dan fiksasi interna merupakan pengobatan pilihan dengan
memergunakan plate dan screw.
2) Fraktur diafisis femur, meliputi:
 Terapi konserfativ
 Traksi kulit merupakan pengobatan sementara sebelum dilakukan terapi
definitif untuk mengurangi spasme otot.
 Traksi tu;lang berimbang denmgan bagian pearson pada sendi lutut. Indikasi
traksi utama adalah faraktur yang bersifat kominutif dan segmental.
 Menggunakan cast bracing yang dipasang setelah union fraktur secara klinis
c. Terapi Operasi
 Pemasangan plate dan screw pada fraktur proksimal diafisis atau distal femur
 Mempengaruhi k nail, AO nail, atau jenis lain, baik dengan operasi tertutup
maupun terbuka. Indikasi K nail, AO nail terutama adalah farktur diafisis.
 Fiksassi eksterna terutama pada fraktur segmental, fraktur kominutif, infected
pseudoarthrosis atau fraktur terbuka dengan kerusakan jaringan lunak yang hebat.
d. Fraktur suprakondilar femur, meliputi:
 Traklsi berimbang dengan menggunakan bidai Thomas dan penahan lutut
Pearson, cast bracing, dan spika panggul.
 Terapi operatif dilakukan pada fraktur yang tidak dapat direduksi secara
konservatif. Terapi dilakukan dengan mempergunakan nail-phorc dare screw
dengan berbagai tipe yang tersedia.

9. Pengkajian Keperawatan
Pada tahap pengkajian dapat dilakukan anamnesa/wawancara terhadap  pasien dengan
fraktur femur yaitu :
1) Identitas pasien
a. Nama : Nama pasien
b. Usia : usia lebih dari 60 tahun dimana tulang sudah mengalami osteoporotik,
penderita muda ditemukan riwayat mengalami kecelakaan, fraktur batang femur
pada anak terjadi karena jatuh waktu bermain dirumah atau disekolah
c. Suku : Suku pasien
d. Pekerjaan : Pekerjaan pasien
e. Alamat : Alamat pasien
2) Riwayat keperawatan
a. Riwayat perjalanan penyakit
 Keluhan utama klien datang ke RS atau pelayanan kesehatan : nyeri pada paha
 Apa penyebabnya, waktu : kecelakaan atau trauma, berapa  jam/menit yang
lalu
 Bagaimana dirasakan, adanya nyeri, panas, bengkak dll
 Perubahan bentuk, terbatasnya Gerakan
 Kehilangan fungsi
 Apakah klien mempunyai riwayat penyakit osteoporosis
b. Riwayat pengobatan sebelumnya
 Apakan klien pernah mendapatkan pengobatan jenis kortikosteroid dalam
jangka waktu lama
 Apakah klien pernah menggunakan obat-obat hormonal, terutama pada wanita
 Berapa lama klien mendapatkan pengobatan tersebut
 Kapan klien mendapatkan pengobatan terakhir

3) Pemeriksaan fisik Mengidentifikasi tipe fraktur


a. Inspeksi daerah mana yang terkena
 Deformitas yang nampak jelas
 Edema, ekimosis sekitar lokasi cedera
 Laserasi
 Perubahan warna kulit
Kehilangan fungsi daerah yang cidera
b. Palpasi
 Bengkak, adanya nyeri dan penyebaran
 Krepitasi
 Nadi, dingin
 Observasi spasme otot sekitar daerah fraktur

10. Diagnosa Keperawatan


- Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
- Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskeletal, kerusakan
integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot.
- Resiko infeksi

11. Intervensi Keperawatan


a. Diagnosa 1 : Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik.
- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik,
durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi
Rasional : Mengetahui karakteristik nyeri secara menyeluruh untuk menentukan
intervensi selanjutnya
- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Rasional : Mengetahui  perkembangan respon nyeri

- Ajarkan tentang teknik non farmakologi


Rasional : Meniminalkan nyeri yang dirasakan
- Kurangi faktor presipitasi nyeri
Rasional : Mengurangi peningkatan nyeri
- Kolaborasikan dengan dokter jika ada keluhan dan tindakan nyeri tidak berhasil
Rasional : Pengobatan medis untuk mengurangi nyeri

b. Diagnosa 2 : Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan


muskuloskeletal, kerusakan integritas struktur tulang, penurunan kekuatan otot.
- Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
Rasional : untuk mengetahui keadaan umum pasien.
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
Rasional : memberikan bantuan yang mantap untuk mengembangkan rencana
terapi dan mengidentifikasi keutuhan penyongkong khusus.
- Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang Teknik ambulasi
Rasional : melibatkan seluruh anggota untuk membantu proses penyembuhan.
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
Rasional : mengetahui tingkat kemampuan klien dalam melakukan aktivitas
- Latih  pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai
kemampuan
Rasional : gerakan aktif memberikan kekuatan otot serta memperbaiki fungsi
jantung dan pernafasan
- Berikan alat bantu jika klien memerlukan
Rasional : memenuhi kebutuhan ADL pasien
- Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diberikan
Rasional : Klien dan keluarga memahami mobilisasi dengan benar

c. Diagnosa 3 : Resiko infeksi


- Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
Rasional : Untuk mencegah infeksi yang ditularkan oleh  pasien lain
- Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan keperawatan
Rasional : Memotong rantai infeksi
- Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local
Rasional : mencegah terjadinya infeksi
- Inspeksi kondisi luka/ insisi bedah
Rasional : mengetahui tanda-tanda infeksi
- Ajarkan pasien dan keluarga tanda dan gejala infeksi
Rasional : pasien dan keluarga memahami tanda dan gejala infeksi
- batasi kunjungan
Rasional : mengurangi risiko kontak infeksi dengan orang lain
- Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
Rasional : Memotong rantai infeksi
Daftar Pustaka

Nurarif,Huda Amin dkk (2015), Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa medis &
NANDA NIC-NOC.Jogjakarta: Mediaction

Syaifuddin. (2013). Anatomi Fisiologi Kurikulum Berbasis Kompetensi untuk Keperawatan dan
Kebidanan. Jakarta: EGC

Herdman, Heather T, Shigemi, Kamitsuru. (2018). NANDA-I DiagnosaKeperawatan Definisi


dan Klasifikasi 2018-2020,Ed.11. Jakarta: EGC

Arif Muttaqin. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Muskuloskeletal.
Jakarta:EGC

Brunner, Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8 Vol 3. Jakarta:
EGC.

Anda mungkin juga menyukai