Anda di halaman 1dari 143

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. TINJAUAN TEORI KLINIS

1. Konsep Dasar kehamilan

a. Pegertian Kehamilan

Kehamilan merupakan masa yang dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin.

Lamanya hamil normal adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari).

Kehamilan ini dibagi atas 3 semester yaitu; kehamilan trimester pertama mulai 0-

14 minggu, kehamilan trimester kedua mulai mulai 14-28 minggu, dan kehamilan

trimester ketiga mulai 28-42 minggu (Yuli, 2017).

Kehamilan merupakan suatu kondisi fisiologis, namun kehamilan normal juga

dapat berubah menjadi kehamilan patologis (Walyani, 2015). Patologi pada

kehamilan merupakan suatu gangguan komplikasi atau penyulit yang menyertai

ibu saat kondisi hamil (Sukarni & Wahyu, 2013).

b. Tanda – Tanda Kehamilan

Tanda-tanda kehamilan ada tiga yaitu (Nugroho, 2014) :

1) Tanda Presumtif/ Tanda Tidak Pasti


Tanda presumtif/ tanda tidak pasti adalah perubahan -perubahan yang dirasakan

oleh ibu (subjektif) yang timbul selama kehamilan. Yang termasuk tanda presumtif/

tanda tidak pasti adalah :

a) Amenorhoe (tidak dapat haid)

Pada wanita sehat dengan haid yang teratur, amenorhoe menandakan

kemungkinan kehamilan. Gejala ini sangat penting karena umumnya wanita

hamil tidak dapat haid lagi. Kadang - kadang amenorhoe disebabkan oleh hal -

hal lain diantaranya akibat menderita penyakit TBC, typhus, anemia atau karena

pengaruh psikis.

b) Nausea (enek) dan emesis (muntah)

Pada umumnya, nausea terjadi pada bulan - bulan pertama kehamilan sampai

akhir triwulan pertama dan kadang - kadang disertai oleh muntah. Nausea sering

terjadi pada pagi hari, tetapi tidak selalu. Keadaan ini lazim disebut morning

sickness. Dalam batas tertentu, keadaan ini masih fisiologis, namun bila

terlampau sering dapat mengakibatkan gangguan kesehatan dan disebut dengan

hiperemesis gravidarum.

c) Mengidam (menginginkan makanan atau minuman tertentu) Sering terjadi pada

bulan - bulan pertama dan menghilang dengan makin tuanya usia kehamilan.

d) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri

Esterogen meningkatkan perkembangan sistem duktus pada payudara,

sedangkan progesteron menstimulasi perkembangan sistem alveolar payudara.

Bersama somatomamotropin, hormon - hormon ini menimbulkan pembesaran

payudara, menimbulkan perasaan tegang dan nyeri selama dua bulan pertama

kehamilan, pelebaran puting susu serta pengeluaran kolostrum.

e) Sering buang air kecil


Keadaan ini terjadi karena kandung kencing pada bulan - bulan pertama

kehamilan tertekan oleh uterus yang mulai membesar. Pada triwulan kedua,

umumnya keluhan ini hilang oleh karena uterus yang membesar keluar dari

rongga panggul. Pada akhir triwulan, gejala ini bisa timbul kembali karena janin

mulai masuk ke rongga panggul dan menekan kembali kandung kencing.

f) Obstipasi

Keadaan ini terjadi karena tonus otot menurun yang disebabkan oleh pengaruh

hormon steroid.

g) Pigmentasi kulit

Keadaan ini terjadi pada kehamilan 12 minggu ke atas. Kadang – kadang tampak

deposit pigmen yang berlebihan pada pipi, hidung dan dahi yang dikenal dengan

kloasma gravidarum (topeng kehamilan). Areola mame juga menjadi lebih hitam

karena didapatkan deposit pigmen yang berlebihan. Daerah leher menjadi lebih

hitam dan linea alba. Hal ini terjadi karena pengaruh hormon kortiko steroid

plasenta yang merangsang melanofor dan kulit.

h) Epulis

Epulis merupakan suatu hipertrofi papilla ginggivae yang sering terjadi pada

triwulan pertama.

i) Varises (penekanan vena - vena)

Keadaan ini sering dijumpai pada triwulan terakhir dan terdapat pada daerah

genetalia eksterna, fossa poplitea, kaki dan betis. Pada multigravida, kadang -

kadang varises ditemukan pada kehamilan yang terdahulu, kemudian timbul

kembali pada triwulan pertama. Kadang – kadang timbulnya varises merupakan

gejala pertama kehamilan muda.


j) Anoreksia (tidak ada nafsu makan)

Keadaan ini terjadi pada bulan - bulan pertama tetapi setelah itu nafsu makan

akan timbul kembali.

2) Tanda Kemungkinan Hamil

Tanda kemungkinan hamil adalah perubahan – perubahan yang diobservasi

oleh pemeriksa (bersifat objektif), namun berupa dugaan kehamilansaja. Semakin

banyak tanda – tanda yang didapatkan, semakin besar pula kemungkinan

kehamilan. Yang termasuk tanda kemungkinan hamil adalah :

a. Perut membesar

b. Uterus membesar

Pada keadaan ini, terjadi perubahan bentuk, besar dan konsistensi rahim. Pada

pemeriksaan dalam, dapat diraba bahwa uterus membesar dan semakin lama

semakin bundar bentuknya.

c. Tanda hegar

Konsistensi rahim dalam kehamilan berubah menajdi lunak, terutama daerah

ismus. Pada minggu – minggu pertama, ismus uteri mengalami hipertrofi seperti

korpus uteri. Hipertrofi ismus pada triwulan pertama mengakibatkan ismus

menjadi panjang dan lebih lunak sehingga kalau diletakkan dua jari dalam fornix

posterior dan tangan satunya pada dinding perut di atas simpisis maka ismus ini

tidak teraba seolah – olah korpus uteri sama sekali terpisah dari uterus.

d. Tanda chadwick

Hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih merah dan

agak kebiru – biruan (livide). Warna porsiopun tampak livide. Hal ini disebabkan

oleh pengaruh hormone esterogen.


e. Tanda piscaseck

Uterus mengalami pembesaran, kadang – kadang pembesaran tidak rata tetapi

di daerah telur bernidasi lebih cepat tumbuhnya. Hal ini menyebabkan uterus

membesar ke salah satu jurusan pembesaran tersebut.

f. Tanda braxton hicks

Bila uterus dirangsang, akan mudah berkontraksi. Waktu palpasi atau

pemeriksaan dalam uterus yang awalnya lunak akan menjadi keras karena

berkontraksi. Tanda ini khas untuk uterus dalam masa kehamilan.

g. Goodell sign

Di luar kehamilan konsistensi serviks keras, kerasnya seperti merasakan ujung

hidung, dalam kehamilan serviks menjadi lunak pada perabaan selunak vivir atau

ujung bawah daun telinga.

h. Teraba Ballottement

Ketukan mendadak pada uterus menyebabkan janin bergerak dalam cairan

ketuban yang dapat dirasakan oleh tangan pemeriksa.

i. Reaksi kehamilan positif

Cara khas yang dipakai dengan menentukan adanya human chorionic

gonadotropin pada kehamilan muda adalah air seni pertama pada pagi hari.

Dengan tes ini, dapat membantu menentukan diagnosa kehamilan sedini

mungkin.

3) Tanda Pasti

Tanda pasti adalah tanda – tanda objektif yang didapatkan oleh pemeriksa yang

dapat digunakan untuk menegakkan diagnosa pada kehamilan. Yang termasuk

tanda pasti kehamilan adalah :


a. Terasa gerakan janin

Gerakan janin pada primigravida dapat dirasakan oleh ibunya pada kehamilan

18 minggu. Sedangkan pada multigravida, dapat dirasakan pada kehamilan 16

minggu karena telah berpengalaman dari kehamilan terdahulu. Pada bulan

keempat dan kelima, janin berukuran kecil jika dibandingkan dengan

banyaknya air ketuban, maka kalau rahim didorong atau digoyangkan, maka

anak melenting di dalam rahim.

b. Teraba bagian – bagian janin

Bagian – bagian janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan

cara palpasi menurut leopold pada akhir trimester kedua.

c. Denyut jantung janin

Denyut jantung janin secara objektif dapat diketahui oleh pemeriksa dengan

menggunakan :

1) Fetal electrocardiograph pada kehamilan 12 minggu.

2) Sistem doppler pada kehamilan 12 minggu.

3) Stetoskop laenec pada kehamilan 18 – 20 minggu.

4) Terlihat kerangka janin pada pemeriksaan sinar rontgen.

Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa ukuran

kantong janin, panjangnya janin dan diameter bipateralis sehingga dapat

diperkirakan tuanya kehamilan.

2 Perubahan Fisik Dan Psikologi Ibu Hamil

1) Perubahan Fisik Pada Ibu Hamil


Perubahan fisik pada ibu hamil meliputi : Kehamilan mempengaruhi tubuh ibu secara

keseluruhan dengan menimbulkan perubahan anatomi dan fisiologi ibu, agar tubuh

ibu mampu melindungi embrio/janin yang sedang berkembang dan memberikan

semua yang diperlukan dan beradaptasi menyediakan tempat bagi pertumbuhan

embrio/janin (Manuaba 2013 hal : 85).

Seiring berkembangnya janin, tubuh sang ibu juga mengalami perubahan-perubahan

yang dimaksudkan untuk keperluan tumbuh dan kembang sang bayi. Perubahan

tersebut difasilitasi oleh adanya perubahan kadar hormon estrogen dan progesteron

selama kehamilan. Baik dari segi anatomis maupun fisiologis, perubahan yang

ditimbulkan terjadi secara menyeluruh pada organ tubuh ibu yang berjalan seiring

dengan usia kehamilan dalam trimester. Perubahan-perubahan tersebut meliputi :

a) Sistem Reproduksi

(1) Trimester 1

Terdapat tanda Chadwick, yaitu perubahan warna pada vulva, vagina dan

serviks menjadi lebih merah agak kebiruan/keunguan. pH vulva dan vagina

mengalami peningkatan dari 4 menjadi 6,5 yang membuat wanita hamil

lebih rentan terhadap infeksi vagina. Tanda Goodell yaitu perubahan

konsistensi serviks menjadi lebih lunak dan kenyal.

Pembesaran dan penebalan uterus disebabkan adanya peningkatan

vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah, hyperplasia & hipertropi otot,

dan perkembangan desidua. Dinding-dinding otot menjadi kuat dan elastis,

fundus pada serviks mudah fleksi disebut tanda Mc Donald. Pada

kehamilan 8 minggu uterus membesar sebesar telur bebek dan pada

kehamilan 12 minggu kira-kira sebesar telur angsa. Pada minggu-minggu

pertama, terjadi hipertrofi pada istmus uteri membuat istmus menjadi


panjang dan lebih lunak yang disebut tanda Hegar. Sejak trimester satu

kehamilan, uterus juga mengalami kontraksi yang tidak teratur dan

umumnya tidak nyeri.

Proses ovulasi pada ovarium akan terhenti selama kehamilan. Pematangan

folikel baru juga ditunda. Tetapi pada awal kehamilan, masih terdapat satu

corpus luteum gravidarum yang menghasilkan hormon estrogen dan

progesteron. Folikel ini akan berfungsi maksimal selama 6-7 minggu,

kemudian mengecil setelah plasenta terbentuk.

(2) Trimester 2

Hormon estrogen dan progesteron terus meningkat dan terjadi

hipervaskularisasi mengakibatkan pembuluh-pembuluh darah alat genetalia

membesar. Peningkatan sensivitas ini dapat meningkatkan keinginan dan

bangkitan seksual, khususnya selama trimester dua kehamilan.

Peningkatan kongesti yang berat ditambah relaksasi dinding pembuluh

darah dan uterus dapat menyebabkan timbulnya edema dan varises vulva.

Edema dan varises ini biasanya membaik selama periode pasca partum.

Pada akhir minggu ke 12 uterus yang terus mengalami pembesaran tidak

lagi cukup tertampung dalam rongga pelvis sehingga uterus akan naik ke

rongga abdomen. Pada trimester kedua ini, kontraksi uterus dapat dideteksi

dengan pemeriksaan bimanual. Kontraksi yang tidak teratur dan biasanya

tidak nyeri ini dikenal sebagai kontraksi Braxton Hicks, muncul tiba-tiba

secara sporadik dengan intensitas antara 5-25 mmHg.1 Pada usia

kehamilan 16 minggu, plasenta mulai terbentuk dan menggantikan fungsi

corpus luteum gravidarum.


(3) Trimester 3

Dinding vagina mengalami banyak perubahan sebagai persiapan untuk

persalinan yang seringnya melibatkan peregangan vagina. Ketebalan

mukosa bertambah, jaringan ikat mengendor,dan sel otot polos mengalami

hipertrofi. Juga terjadi peningkatan volume sekresi vagina yang berwarna

keputihan dan lebih kental. Pada minggu-minggu akhir kehamilan,

prostaglandin mempengaruhi penurunan konsentrasi serabut kolagen pada

serviks. Serviks menjadi lunak dan lebih mudah berdilatasi pada waktu

persalinan.

Itsmus uteri akan berkembang menjadi segmen bawah uterus pada

trimester akhir. Otot-otot uterus bagian atas akan berkontraksi sehingga

segmen bawah uterus akan melebar dan menipis, hal itu terjadi pada masa-

masa akhir kehamilan menjelang persalinan. Batas antara segmen atas

yang tebal dan segmen bawah yang tipis disebut lingkaran retraksi

fisiologis.

b) Payudara / mammae

(1) Trimester 1

Mammae akan membesar dan tegang akibat hormon somatomamotropin,

estrogen dan progesteron, akan tetapi belum mengeluarkan ASI. Vena-

vena di bawah kulit juga akan lebih terlihat. Areola mammae akan

bertambah besar pula dan kehitaman. Kelenjar sebasea dari areola akan

membesar dan cenderung menonjol keluar dinamakan tuberkel

Montgomery.

(2) Trimester 2
Pada kehamilan 12 minggu keatas dari puting susu dapat keluar cairan

kental kekuning-kuningan yang disebut Kolustrum. Kolustrum ini berasal

dari asinus yang mulai bersekresi.selama trimester dua.12 Pertumbuhan

kelenjar mammae membuat ukuran payudara meningkat secara progresif.

Bila pertambahan ukuran tersebut sangat besar, dapat timbul stria stria

seperti pada abdomen. Walaupun perkembangan kelenjar mammae secara

fungsional lengkap pada pertengahan masa hamil, tetapi laktasi terlambat

sampai kadar estrogen menurun, yakni setelah janin dan plasenta lahir.

(3) Trimester 3

Pembentukan lobules dan alveoli memproduksi dan mensekresi cairan yang

kental kekuningan yang disebut Kolostrum.13 Pada trimester 3 aliran darah

di dalamnya lambat dan payudara menjadi semakin besar.

c) Kulit

(1) Trimester 1

Diketahui bahwa terjadi peningkatan suatu hormon perangsang melanosit

sejak akhir bulan kedua kehamilan sampai aterm yang menyebabkan

timbulnya pigmentasi pada kulit. Linea nigra adalah pigmentasi berwarna

hitam kecoklatan yang muncul pada garis tengah kulit abdomen. Bercak

kecoklatan kadang muncul di daerah wajah dan leher membentuk kloasma

atau melasma gravidarum (topeng kehamilan). Aksentuasi pigmen juga

muncul pada areola dan kulit genital. Pigmentasi ini biasanya akan

menghilang atau berkurang setelah melahirkan.

Angioma atau spider naevi berupa bintik-bintik penonjolan kecil dan merah

pada kulit wajah, leher, dada atas, dan lengan. Kondisi ini sering disebut

sebagai nevus angioma atau teleangiektasis. Eritema palmaris terkadang


juga dapat ditemukan. Kedua kondisi ini kemungkinan disebabkan oleh

hiperestrogenemia kehamilan.

(2) Trimester 2

Peningkatan melanocyte stimulating hormone (MSH) pada masa ini

menyebabkan perubahan cadangan melanin pada daerah epidermal dan

dermal.

(3) Trimester 3

Pada bulan-bulan akhir kehamilan umumnya dapat muncul garis-garis

kemerahan, kusam pada kulit dinding abdomen dan kadang kadang juga

muncul pada daerah payudara dan paha. Perubahan warna tersebut sering

disebut sebagai striae gavidarum. Pada wanita multipara, selain striae

kemerahan itu seringkali ditemukan garis garis mengkilat keperakan yang

merupakan sikatrik dari striae kehamilan sebelumnya.

d) Perubahan metabolik dan kenaikan berat badan

(1) Trimester 1

Terjadi pertambahan berat badan selama kehamilan yang sebagian besar

diakibatkan oleh uterus dan isinya payudara, dan peningkatan volume

darah serta cairan ekstraseluler. Sebagian kecil pertambahan berat badan

terebut diakibatkan oleh perubahan metabolik yang menyebabkan

pertambahan air selular dan penumpukan lemak serta protein baru, yang

disebut cadangan ibu. Pada awal kehamilan, terjadi peningkatan berat

badan ibu kurang lebih 1 kg.

(2) Trimester 2

Kenaikan berat badan ibu terus bertambah terutama oleh karena

perkembangan janin dalam uterus.


(3) Trimester 3

Pertambahan berat badan ibu pada masa ini dapat mencapai 2 kali lipat

bahkan lebih dari berat badan pada awal kehamilan. Pitting edema dapat

timbul pada pergelangan kaki dan tungkai bawah akibat akumulasi cairan

tubuh ibu. Akumulasi cairan ini juga disebabkan oleh peningkatan tekanan

vena di bagian yang lebih rendah dari uterus akibat oklusi parsial vena

kava. Penurunan tekanan osmotik koloid interstisial juga cenderung

menimbulkan edema pada akhir kehamilan.

e) Perubahan hematologi

(1) Trimester 1

Volume darah ibu meningkat secara nyata selama kehamilan. Konsentrasi

hemoglobin dan hematokrit sedikit menurun sejak trimester awal kehamilan.

Sedangkan konsentrasi dan kebutuhan zat besi selama kehamilan juga

cenderung meningkat untuk mencukupi kebutuhan janin.

(2) Trimester 2

Peningkatan volume darah disebabkan oleh meningkatnya plasma dan

eritrosit. Terjadi hiperplasia eritroid sedang dalam sumsum tulang dan

peningkatan ringan pada hitung retikulosit. Hal ini disebabkan oleh

meningkatnya kadar eritropoetin plasma ibu setelah usia gestasi 20 minggu,

sesuai dengan saat produksi eritrosit paling tinggi.

(3) Trimester 3

Konsentrasi hematokrit dan hemoglobin yang sedikit menurun selama

kehamilan menyebabkan viskositas darah menurun pula. Perlu diperhatikan

kadar hemoglobin ibu terutama pada masa akhir kehamilan, bila


konsentrasi Hb < 11,0 g/dl, hal itu dianggap abnormal dan biasanya

disebabkan oleh defisiensi besi.

f) Sistem kardiovaskuler

(1) Trimester 1

Perubahan terpenting pada fungsi jantung terjadi pada 8 minggu pertama

kehamilan. Pada awal minggu kelima curah jantung mengalami peningkatan

yang merupakan fungsi dari penurunan resistensi vaskuler sistemik serta

peningkatan frekuensi denyut jantung. Preload meningkat sebagai akibat

bertambahnya volume plasma yang terjadi pada minggu ke 10-20.

(2) Trimester 2

Sejak pertengahan kehamilan, pembesaran uterus akan menekan vena

cava inferior dan aorta bawah saat ibu berada pada posisi terlentang. Hal

itu akan berdampak pada pengurangan darah balik vena ke jantung hingga

terjadi penurunan preload dan cardiac output yang kemudian dapat

menyebabkan hipotensi arterial.

(3) Trimester 3

Selama trimester terakhir, kelanjutan penekanan aorta pada pembesaran

uterus juga akan mengurangi aliran darah uteroplasenta ke ginjal. Pada

posisi terlentang ini akan membuat fungsi ginjal menurun jika dibandingkan

dengan posisi miring.

g) Sistem pernafasan

(1) Trimester 1

Kesadaran untuk mengambil nafas sering meningkat pada awal kehamilan

yang mungkin diinterpretasikan sebagai dispneu. Hal itu sering

mengesankan adanya kelainan paru atau jantung padahal sebenarnya tidak


ada apa-apa. Peningkatan usaha nafas selama kehamilan kemungkinan

diinduksi terutama oleh progesteron dan sisanya oleh estrogen. Usaha

nafas yang meningkat tersebut mengakibatkan PCO2 atau tekanan

karbondioksida berkurang.

(2) Trimester 2

Selama kehamilan, sirkumferensia thorax akan bertambah kurang lebih 6

cm dan diafragma akan naik kurang lebih 4 cm karena penekanan uterus

pada rongga abdomen. Pada kehamilan lanjut, volume tidal, volume

ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah

secara signifikan.

(3) Trimester 3

Pergerakan difragma semakin terbatas seiring pertambahan ukuran uterus

dalam rongga abdomen. Setelah minggu ke 30, peningkatan volume tidal,

volume ventilasi per menit, dan pengambilan oksigen per menit akan

mencapai puncaknya pada minggu ke 37. Wanita hamil akan bernafas lebih

dalam sehingga memungkinkan pencampuran gas meningkat dan konsumsi

oksigen meningkat 20%. Diperkirakan efek ini disebabkan oleh

meningkatnya sekresi progesteron.

h) Sistem urinaria

(1) Trimester 1

Pada bulan-bulan awal kehamilan, vesika urinaria tertekan oleh uterus

sehingga sering timbul keinginan berkemih. Hal itu menghilang seiring usia

kehamilan karena uterus yang telah membesar keluar dari rongga pelvis

dan naik ke abdomen. Ukuran ginjal sedikit bertambah besar selama


kehamilan. Laju filtrasi glomerulus (GFR) dan aliran plasma ginjal (RPF)

meningkat pada awal kehamilan.

(2) Trimester 2

Uterus yang membesar mulai keluar dari rongga pelvis sehingga

penekanan pada vesica urinaria pun berkurang. Selain itu, adanya

peningkatan vaskularisasi dari vesica urinaria menyebabkan mukosanya

hiperemia dan menjadi mudah berdarah bila terluka.

(3) Trimester 3

Pada akhir kehamilan, kepala janin mulai turun ke pintu atas panggul

menyebabkan penekanan uterus pada vesica urinaria. Keluhan sering

berkemih pun dapat muncul kembali. Selain itu, terjadi peningkatan sirkulasi

darah di ginjal yang kemudian berpengaruh pada peningkatan laju filtrasi

glomerulus dan renal plasma flow sehingga timbul gejala poliuria. Pada

ekskresi akan dijumpai kadar asam amino dan vitamin yang larut air lebih

banyak.

i) Sistem muskuloskuletal

(1) Trimester 1

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada musuloskeletal.

Akibat peningkatan kadar hormone estrogen dan progesterone, terjadi

relaksasi dari jaringan ikat, kartilago dan ligament juga meningkatkan

jumlah cairan synovial. Bersamaan dua keadaan tersebut meningkatkan

fleksibilitas dan mobilitas persendian. Keseimbangan kadar kalsium selama


kehamilan biasanya normal apabila asupan nutrisinya khususnya produk

terpenuhi.

(2) Trimester 2

Tidak seperti pada trimester 1, selama trimester 2 ini mobilitas persendian

sedikit berkurang. Hal ini dipicu oleh peningkatan retensi cairan pada

connective tissue, terutama di daerah siku dan pergelangan tangan.

(3) Trimester 3

Akibat pembesaran uterus ke posisi anterior, umumnya wanita hamil

memiliki bentuk punggung cenderung lordosis. Sendi sacroiliaca,

sacrococcigis, dan pubis akan meningkat mobilitasnya diperkirakan karena

pengaruh hormonal. Mobilitas tersebut dapat mengakibatkan perubahan

sikap pada wanita hamil dan menimbulkan perasaan tidak nyaman pada

bagian bawah punggung.

j) Sistem persyarafan

(1) Trimester 1

Wanita hamil sering melaporkan adanya masalah pemusatan perhatian,

konsentrasi dan memori selama kehamilan dan masa nifas awal. Namun,

penelitian yang sistematis tentang memori pada kehamilan tidak terbatas

dan seringkali bersifat anekdot.

(2) Trimester 2

Sejak awal usia gestasi 12 minggu, dan terus berlanjut hingga 2 bulan

pertama pascapartum, wanita mengalami kesulitan untuk mulai tidur, sering

terbangun, jam tidur malam yang lebih sedikit serta efisiensi tidur yang

berkurang.

(3) Trimester 3
Penelitian Keenan dkk (1978) menemukan adanya penurunan memori

terkait kehamilan yang terbatas pada trimester tiga.12 Penurunan ini

disebabkan oleh depresi, kecemasan, kurang tidur atau perubahan fisik lain

yang dikaitkan dengan kehamilan. Penurunan memori yang diketahui

hanyalah sementara dan cepat pulih setelah kelahiran.

k) Sistem pencernaan

(1) Trimester 1

Timbulnya rasa tidak enak di ulu hati disebabkan karena perubahan posisi

lambung dan aliran asam lambung ke esophagus bagian bawah. Produksi

asam lambung menurun. Sering terjadi nausea dan muntah karena

pengaruh human Chorionic Gonadotropin (HCG), tonus otot-otot traktus

digestivus juga berkurang. Saliva atau pengeluaran air liur berlebihan dari

biasa. Pada beberapa wanita ditemukan adanya ngidam makanan yang

mungkin berkaitan dengan persepsi individu wanita tersebut mengenai apa

yang bisa mengurangi rasa mual.

(2) Trimester 2

Seiring dengan pembesaran uterus, lambung dan usus akan tergeser.

Demikian juga dengan organ lain seperti appendiks yang akan bergeser ke

arah atas dan lateral. Perubahan lainnya akan lebih bermakna pada

kehamilan trimester 3.

(3) Trimester 3

Perubahan yang paling nyata adalah adanya penurunan motilitas otot polos

pada organ digestif dan penurunan sekresi asam lambung. Akibatnya, tonus

sphincter esofagus bagian bawah menurun dan dapat menyebabkan refluks

dari lambung ke esofagus sehingga menimbulkan keluhan seperti


heartburn. Penurunan motilitas usus juga memungkinkan penyerapan

nutrisi lebih banyak, tetapi dapat muncul juga keluhan seperti konstipasi.

Sedangkan mual dapat terjadi akibat penurunan asam lambung.

2) Perubahan psikologi pada ibu hamil

a. Timester pertama

(1) Dampak meningkatnya hormon progesteron dan estrogen dalam tubuh ibu

menyebabkan timbulnya: mual dan muntah pada pagi hari, lemah, lelah dan

membesarnya payudara. Ibu merasa tidak sehat dan seringkali membenci

kehamilannya. Perasaan yang sering dialami ibu:

(a) Kekecewaan, penolakan, kecemasan dan kesedihan.

(b) Terbuka atau diam-diam.

(c) Perasaan ambivalent terhadap kehamilannya

(d) Antipati karena ada perasaan tidak nyaman terutama pada ibu yang

tidak menginginkan kehamilannya.

(e) Perasaan gembira.

(f) Ada perasaan cemas karena takut akan punya tangung jawab sebagai

ibu.

(g) Menerima atau menolak perubahan fisik.

(2) Pada trimester pertama seorang ibu akan selalu mencari tanda-tanda untuk

lebih meyakinkan bahwa dirinya memang hamil. Setiap perubahan yang

terjadi pada tubuhnya akan selalu diperhatikan dengan seksama. Banyak

ibu yang merahasiakan kehamilan awal, karena masih merasa belum yakin

dengan kehamilannya.
(3) Kekhawatiran orang tua terhadap kesehatan anak berbeda-beda selama

masa hamil. Kekhawatiran pertama timbul pada trimester ini, dan berkaitan

dengan kemungkiunan terjadinya keguguran.

(4) Beberapa wanita mengalami gairah seks yang lebih tinggi, kebanyakan

wanita juga mengalami penurunan libido selama periode ini. Kebutuhan

untuk berkomunikasi secara terbuka dan jujur dengan suami sangat

diperlukan. Banyak wanita merasa butuh untuk dicintai dan merasakan kuat

untuk mencintai namun tanpa hubungan seks. Libido sangat dipengaruhi

oleh kelelahan, rasa mual, pembesaran payudara, keprihatinan dan

kekhawatiran. Semua ini merupakan bagian normal dari proses kehamilan

pada trimester pertama.

(5) Dari sisi pria, biasanya pria merasa bangga ketika mengetahui bahwa

dirinya akan menjadi seorang ayah disebabkan karena kemampuan dirinya

untukmempunyai keturunan, disamping itu ada keprihatinan akan

kesiapannya menjadi seorang ayah dan menjadi pencari nafkah untuk

keluarganya. Seorang calon ayah mungkin akan sangat memperhatikan

keadaan ibu yang mulai hamil, ada pula yang menghindari hubungan seks

kerana takut akan mencederai bayinya. Disamping itu ada juga pria yang

hasrat seksualnya terhadap wanita hamil relatif lebih besar. Disamping

respon yang diperlihatkannya, seorang ayah dapat memahami keadaan ini

dan menerimanya.

b. Trimester kedua

(1) Trimester kedua biasanya adalah saat ibu merasa sehat. Tubuh ibu sebab

terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi dan rasa tidak nyaman sudah

berkurang. Perut ibu belum terlalu besar sehingga belum dirasakan sebagai
beban. Ibu sudah menerima kehamilannya dan mulai dapat menggunakan

energi dan pikirannya secara lebih membangun. Pada trimester ini pula ibu

dapat merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran

bayinya sebagai seseorang diluar dari dirinya sendiri. Banyak ibu yang

merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa tidak nyaman seperti yang

dirasakannya pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido.

(2) Trimester kedua dapat dibagi menjadi dua fase :

1. Prequickeckening (sebelum adanya pergerakan janin yang dirasakan

ibu).

2. Postquickening (setelah adanya pergerakan janin yang dirasakan oleh

ibu).

Akhir dari trimester pertama dan selama prequickening dalam trimester

kedua, wanita tersebut akan melengkapi dan mengevaluasi segala

aspek yang menghubungkannya dengan ibunya sendiri. Semua

masalah pribadi yang telah atau yang sedang terjadi dianalisis. Dengan

pengujian ini mendapatkan pengertian dan kriteria penerimaan oleh

ibunya yang ia hargai dan hormati.

c. Trimester ketiga

(1) Trimester ketiga sering kali disebut periode penantian. Gerakan bayi dan

membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan

bayinya. Kadang-kadang ibu merasa khawatir kalau bayinya lahir tidak

sesuai dengan perkiraan kelahirannya. Ini menyebabkan ibu meningkatkan

kewaspadaannya akan timbulnya tanda dan gejala akan terjadinya

persalinan. Ibu seringkali merasa khawatir atau takut kalau –kalau bayinya

yang akan dilahirkannya tidak normal. Kebanyakan ibu juga akan bersikap
melindungi bayinya dan akan menghindari orang tau benda apa saja yang

dianggapnya membaayakan baayinya. Seorang ibu mungkin mulai merasa

takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang kan timbul oada waktu

melahirkan.

(2) Rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali pada trimester ketiga

dan banyak ibu yang mmerasa dirinya aneh dan jelek. Disamping itu ibu

mulai merasa sedih karena akan berpisah dari bayinya dan kehilangan

perhatian khusus yang diterima selama hamil. Kecemasan dan ketegangan

semakin meningkat oleh karena perubahan postur tubuh atau terjadi

gangguan body image, merasa tidak feminim meyebabkan perassan takut

perhatian suami berpaling atau tidak menyenangi kondisinya, 6-8 minggu

menjelang persalinan perasaan takut semakin meningkat, ,merasa cemas

terhadap kondisi bayi dan dirinya, adanya perasaan tidak nyaman, sukar

tidur oleh karena kondisi fisik atau frustasi terhadap persalinan,

menyibukkan diri dalam persiapan menghadapi persalinan. Pada trimester

inilah ibu memerlukan keterangan dan dukungan dari suami, keluarga dan

bidan.

(3) Trimester ketiga merupakan saat persiapan aktif untuk kelahiran bagi yang

akan dilahirkan dan bagaimana rupanya. Mungkin juga nama bagi yang kan

dilahirkan juga sudah dipilih. Trimester ketiga adalah saat persiapan aktif

untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga

tentang jenis kelamin bayinya ( apakah laki –laki atau perempuan ) dan

akan mirip siapa.

d. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Kehamilan

Faktor-faktor yang mempengaruhi kehamilan terbagi dalam tiga faktor yaitu:


1) Faktor fisik

Faktor fisik seorang ibu hamil di pengaruhi oleh :

a) Status kesehatan

Ada dua klasifikasi dasar yang berkaitan dengan status kesehatan atau penyakit

yang dialami ibu hamil.

(1) Penyakit atau komplikasi akibat langsung kehamilan. Penyakit yang termasuk

dalam kategori ini adalah ; Hiperemesis gravidarum, preeklamsia/eklamsia,

kelainan lamanya kahamilan, kehamilan ektopik, kelianan plasenta atau

selaput janin, perdarahan antepartum dll.

(2) Penyakit atau kelainan yang tidak langsung berhubungan dengan kehamilan.

Seperti penyakit atau kelainan alat kandunngan; varises vulva, edema vulva,

hematoma vulva, peradangan, penyakit kardiovaskular, penyakit darah,

penyakit saluran nafas, penyakit hepar, penyakit ginjal, penyakit endokrin,dll.

Kondisi kesehatan sangat penting dalam kehamilan, baik kondisi kesehatan

sebelum atau sesudah selama kehamilan. Kehamilan dapat lebih berbahaya

lagi jika wanita tersebut sedang sakit. Jika seorang wanita hamil memiliki

status kesehatan yang tidak baik atau sedang menderita suatu penyakit maka

ia perlu mendapatkan pertolongan medis untuk merencankan apa saja yang

diperlukan dan memutuskan tempat yang aman untuk proses persalinan.

Dan jika seorang wanita yang sedang hamil pernah sebelumnya menderita

suatu penyakit seperti Hepatitis, Infeksi kandung kemih, penyakit ginjal, TBC

dan lain-lain, maka bidan perlu mengkaji kembali kondisi wanita tersebut

untuk mengetahui apakah ia masih menghadapi masalah yang berhubungan

dengan penyakit tersebut. Hal ini sangat penting karena beberapa penyakit
yang dibawa ibu dapat berdampak pada bayi yang dikandungnya seperti sifiis

atau tokoplasmosis yang dapat menyebabkan cacat bawaan.

b) Status Gizi

Apabila wanita hamil memiliki status gizi yang kurang selama kehamilannya maka ia

berisiko memiliki bayi dengan kondisi kesehatan yang buruk. Dan wanita dengan

status gizi baik akan melahirka bayi yang sehat. Wanita hamil dengan status gizi

kurang memiliki kategori risiko tinggi keguguran, kematian nayi dalam

kandungan, kamatian bayi baru lahir, cacat dan Berat Lahir Rendah. Selain itu

umumnya pada ibu dengan status gizi kurang tersebut dapat terjadi 2 komplikasi

yang cukup berat selama kehamilan yaitu anemia ( kekurangan sel darah

merah ) dan pre eklampsia/eklampsia.

Untuk menilai status gizi pada ibu hamil umumnya dilakukan pada awal asuhan

prenatal, diikuti tindak lanjut yang berkesinambungan selama masa kahamilan.

Pengkajian yang dilakukan untuk menilai status gizi ibu dapat dilakukan melalui

wawncara meliputi kebiasaan atau pola makan, asupan makanan yang

dikonsumsi, masalah yang berkaitan dengan makanan yang dikonsumsi

termasuk adanya pantangan terhadap makanan tertentu atau menginginkan

makanan tertentu. Pengkajian status gizi ini dapat puladilakukan melalui

pemeriksaan fisik yaitu penimbangan berat badan untuk mengetahui peningkatan

berat badan selama kehamilan, uji laboratorium seperti menentukan

Haemoglobin dan hematokrit karena biasanya data laboratorium ini dapat

memberikan informasi dasar yang vital untuk mengkaji status gizi ibu pada awal

kehamilan dan memantau status gizinya selama kehamilan.

Kebutuhan zat gizi pada ibu hamil secara garis besar ;

(1) Asam folat


Pemakaian asam folat pada masa pre dan perikonsepsi menurunkan risiko

kerusakan otak, kelainan neural, spina bifida dan anensefalus. Minimal

pemberian suplemen asam folat dimulai dari 2 bulan sebelum konsepsi dan

berlanjut hingga 3 bulan pertama kehamilan. Dosis pemberian asam folat untuk

preventif adalah 500 mikrogram, atau 0,5-0,8 mg.

(2) Energi

Kebutuhan energi ibu hamil adalah 285 kalori untuk proses tumbuh kembang

janin dan perubahan pada tubuh ibu.

(3) Protein

Pembentukan jaringan baru dari janin dan tubuh ibu di butuhkan protein sebesar

910 gram, dalam 6 bulan terakhir kehamilan dibutuhkan tambahan 12 gram

protein sehari untuk ibu hamil.

(4) Zat besi

Pemberian suplemen tablet tambah darah atau zat besi secara rutin adalah untuk

membangun cadangan besi, sintesa sel darah merah, dan sintesa darah otot.

Minimal ibu hamil mengkonsumsi 90 tablet zat besi selama kehamilan.

(5) Kalsium

Untuk pembentukan tulang dan gigi bayi. Kebutuhan kalsium ibu hamil adalah

sebesar 400mg sehari.

(6) Pemberian suplemen vitamin vitamin D terutama pada kelompok yang berisiko

penyakit seksual (IMS).

(7) Pemberian yodium pada daerah dengan endemik kretinisme.


Proporsi kenaikan berat badan selama hamil adalah:

a. Kenaikan berat badan trimester I lebih kurang 1 kg. Kenaikan berat badan ini

hampir seluruhnya merupakan kenaikan berat badan ibu.Keniakan berat

badan trimester II adalah 3 kg atau 0,3 kg/mg. Sebesar 60% kenaikan berat

badan ini dikarenakan pertubuhan jaringan pada ibu.

b. Keniakan berat badan trimester III adalah 6 kg atau 0,5 kg/mg. Sekitar 60%

kenaikan berat badan ini karena pertumbuhan jaringan janin. Timbunan

lemak pada ibu lebih kurang 3 kg.

c. Gaya hidup

Gaya hidup sehat adalah gaya hidup yang digunakan ibu hamil. Seorang ibu

hamil sebaiknya tidak merokok, bahkan kalau perlu selalu menghindari asap

rokok, kapan dan dimanapun ia berada.

1. Perokok, mengkonsumsi obat-obatan, alkohol, Rokok, minuman

beralkohol dan obat-obatan adalah hal yang sangat berbahaya bagi ibu

dan bayinya. Semua benda tersebut dapat terserap dalam darah ibu

kemudian terserap dalam darah bayi melalui system sirkulasi plasenta

selama kehamilan. Sangat dianjurkan pada ibu hamil terutama selama

trimester I untuk menghindari rokok, minman beralkohol dan obat-obatan

yang tidak dianjurkan oleh dokter atau bidan.

yang dapat membahayakan janinnya yaitu karbon monoksida, sianida dan

Jika wanita hamil merokok selama kehamilan maka ia sudah terpapar tiga

zat nikotin. Karbon monoksida yang bercampur dengan haemoglobin


dalam darah dapat mengakibtkan jumlah oksigen yang tersedia bagi bayi

berkurang. Sianida adalah zat beracun, dan jika bercampur dengan

makanan bisa mengurangi jumlah gizi bagi janin. Untuk melepaskan

sianida, tubuh membutuhkan banyak vitamin B-12. Nikotin mengurangi

gerakan pernafasan fetus dan juga menyebabkan kontraksi pembuluh

arteri pada plasenta dan tali pusat sehingga mengurangi jumlah oksigen

yang sampai ke janin. Kekurangan oksigen dan nutrisi inilah yang

menyebabkan cacat, Apnea (lumpuhnya pernafasan ), BBLR sampai

kematian pada bayi.

Wanita perokok juga dapat mengalami komplikasi kehamilan seperti

perdarahan pervaginam, keguguran,tertanamnya plasenta pada tempat

yang tidak normal, pecah ketuban dini persalinan premature. Disamping

itu, rokok bukan hanya berbahaya bagi ibu hamil yang merokok aktif. Ibu

hamil yang merupkan perokok pasif juga dapat membahayakan

kehamilannya. Sehingga dianjurkan pada ibu hamilmenjauhi ruangan atau

lingkungan yang dipenuhi asap rokok. Bila seorang wanita merupakan

peminum berat terutama saat hamil (5-6 gelas sehari ), maka besar

kemungkinan akan mengalami yang disebut Sindrom Alkohol pada janin

(FAS). Dimana bayi lahir dengan mental terbelakang dan kelainnan

bentuk tubuh (terutama pada kepala, wajah, tangan dan kaki, jantung dan

susunan saraf pusat).

Bayi semacam ini bisa mengalami kesulitan pernafasan, control suhu

tubuh buruk, daya tahan tubuh mwlawan infeksi rendah dan kurangnya

nafsu makan. Wanita hamil yang mengkonsumsi alcohol juga tidak dapat

makan dengan baik sehingga dapat berisiko mengalami keguguran, lahir


premature atau lahir mati. Sampai saat ini memang tidak ada batas aman

alcohol bagi kandungan, jadi dianjurkan bagi ibu hamil sebaiknya

menghindari lacohol selama kehamilan. Bila tidak memungkinkan

cukupkan 2 atau 3 gelas seminggu dan diimbangi dengan makanan yang

sehat.

Jika wanita hamil pernah atau masih menggunakan obat-obat bius seperti

opium,heroin,kokain, jenis obat tidur atau penenang dan berbagai obat-

obatan yang dijual bebas tanpa melalui resep dokter dengan dosis yang

berlebihan dapat membahayakan kehamilanya. Bayi yang dilahirkan

wanita pengguna obat-obatan dapat menunjukkan gejala kecanduan obat

bius dan sangat menderita setelah kelahirannya atau bayi dapat lahir mati

atau cacat. Obat-obat yang dibeli bebas tanpa rekomendasi dari dokter

atau petugas kesehatan lainnya seperti aspirin yang dipakai untuk

penyembuhan terhadap penyakit juga memberi efek samping yang

berbahaya terhadap janin. Efek samping obat-obatan pada ibu hamil

tergantung dari factor genetic, keturunan dan lingkungan. Paling sering

ditemukan adalah terjadinya cacat pada janin akibat konsumsi obat-

obatan tersebut.

2. Terpapar zat kimia berbahaya

Diketahui bahwa beberapa zat cukup berbahaya bagi wanita hamil. Zat tersebut

sering berkaitan dengan kerusakan pada janin. Golongan zat yang tersebut

antara lain zat fisik misalnya radiasi, vibrasi, panas dan kebisingan. Zat kimia

seperti toluene ( bahan perekat ) dan timah. Untuk itu ibu hamil perlu melindungi

dirinya dan bayinya dari zat berbahaya dengan menghindarilingkungan kerja


yang terpapar populasi ataupun tidak menggunnakan bahan kimiawi berbahaya

dirumah.

3. Hamil diluar nikah dan kehamilan yang tidak diharapkan

Dibeberapa golongan masyarakat ada orang-orang yang tidak menghargai ibu-

ibu yang tidak bersuami atau hamil diluar nikah. Sehingga akan mempengaruhi

kejiwaan ibu tersebut selama kehamilan dan menyebabkan ibu tidak

mengharapkan kehadiran bayinya dan menolak kehamilannya.

Pada kehamilan yang tidak diharapkan dengan alasan dapat menimbulkan

berbagai masalah klinis yang dapat memberatkan kehamilan. Misalnya “ morning

sickness” berlebihan yang dapat menjadi hiperemesis gravidarum yang

memerlukan perawatan khusus hingga melahirkan bayi BBLR. Seain itu usaha

untuk menggugurkan kandungannya akan membahayakan diri dan dapat

menyebabkan infeksi, cacat yang akhirnya justru akan menjadi beban keluarga.

Sebagai seorang bidan harus percaya bahwa ibu dan anak berhak mendapat

perhatian dan dihormati siapapun juga. Bahkan mereka yang termasuk dalam

kondisi seperti ini harus lebih banyak memerlukan hak-hak tersebut. Seorang

bidan tidak berhak menyalahkan atau menghakimi kondisi tersebut atau

membuat wanita tersebut merasa bersalah dan malu. Sebaliknya bidan dapat

memberi dukungan, motivasi dan perhatian atas kehamilannya sehingga

keselamatan ibu dan bayinya dapat terjamin.

2) Faktor psikologis

a) Stessor Internal dan External

Faktor psikologis yang berpengaruh dalam kehamilan dapat berasal dari dalam diri

ibu hail ( internal) dan dapat juga berasal dari faktor luar diri ibu hamil (external ).

Faktor psikologis yang mempengaruhi kehamilan berasal dari dalam diri ibu dapat
berupa latar belakang kepribadian ibu dan pengaruh perubahan hormonal yang

terjadi selama kehamilan.

Ibu hamil yang memiliki kepribadian immature (kurang matang) biasanya dijumpai

pada calon ibu dengan usia yang masih sangat muda, introvert ( tidak mau berbagi

dengan orang lain ) atau tidak seimbang antara prilaku dan perasaannya, cenderung

menunjukkan emosi yangtidak stabil dalam menghadapi kehamilannya dibandingkan

dengan ibu hamil yang memiliki kepribadian yang mantap dan dewasa.

Ibu hamil dengan kepribadian seperti ini biasanya menunjukkan kecemasan dan

ketakutan yang berlebihan terhadap dirinya dan bayi ynag dikandungnya selama

kehamilan. Sehingga ibu tersebut lebih mudah mengalami depresi selama

kehamilannya. Ia merasa kehamilannya merupakan beban yang sangat berat dan

tidak menyenangkan.

Demikian pula dengan pengaruh perubahan hormone yang berlangsung selama

kehamilan juga berperan dalam perubahan emosi, membuat perasaan jadi tidak

menentu, konsentrasi berkurang dan sering pusing. Hal ini menyebabkan ibu merasa

tidak nyaman selama kehamilan dan memicu timbulnya stress yabg ditandai ibu

sering murung.

Sedangkan faktor psikologis yang berasal dari luar diri ibu dapat berupa pengalaman

ibu misalnya ibu mengalami masa anak-anak bahagia dan mendapat cukup cinta

kasih, berasal dari keluarga yang bahagia sehingga mempunyai anak dianggap

sesuatu yang diinginkan dan menyenangkan maka ia pun akan terdorong secara

psikologis untuk mampu memberikan kasih sayang kepada anaknya. Selain itu

pengalaman ibu yang buruk tentang proses kehamilan atau persalinan yang

meninggalkan trauma berat bagi ibu dapat juga menimbulkan gangguan emosi yang

mempengaruhi kehamilannya.
Gangguan emosi baik berupa stress atau depresi yang dialami pada trimester

pertama akan berpengaruh pada janin, karena pada saat itu janin sedang dalam

masa pembentukan. Akan mengakibatkan pertumbuhan bayi terhambat atau BBLR.

Bukan hanya itu, pada pertumbuhan anaknya nanti dapat mengalami kesulitan

belajar, sering ketakutan bahkan tidak jarang hiperaktif karena bila dalam kehamilan

ibu merasa gelisah maka terjadi perubahan neorotransmiter diotaknya dan

mempengaruhi sistem neorotransmiter janin melalui plasenta. Selain itu dapat

meningkatkan produksi neural adrenalin, serotonin dan gotamin yang bisa masuk ke

peredaran darah janin sehingga mempengaruhi system sarafnya.

Untuk itu dalam memberikan asuhan antenatal, bidan harus mampu memberikan

pendidikan parent education sejak kehamilan trimester I sehingga orang tua

mendapat banyak pengertahuan terutamatentang perubahan yang terjadi selama

kehamilan dan diharapkan bisa beradaptasi pada perubahan-perubahan psikologis

tersebut.

b) Dukungan keluarga

Ibu merupakan salah satu anggota keluarga yang sangat berpengaruh sehingga

perubahan apapun yang terjadi pada ibu akan mempengaruhi keadaan keluarga.

Bagi pasangan baru, kahamilan merupkan kondisi dari masa anak menjadi orang tua

sehingga kehamilan dianggap suatu krisis kehidupan berkeluarga yang dapat diikuti

oleh stress dan kecemasan. Jika krisis tersebut tidak dapat dipecahkan maka

mengakibatkan timbulnya tingkah laku maladaptif dalam anggota keluarga dan

kemungkinan terjadi perpecahan antaraanggota keluarga. Kemampuan untuk

memecahkan krisis dengan sukses adalah kekutan bagi keluarga untuk menciptakan

hubungan yang baik.


Tugas keluarga yang saling melengkapi sehingga dapat menghindari konflik yang

diakibatkan oleh kehamilan dapat ditempuh dengan jalan :

1. Merencanakan dan mempersiapkan kehadiran anak

2. Mengumpulkan dan memberikan informasi bagaimana merawat dan menjadi ibu

atau ayah bagi bayinya.

Sedangkan dukungan keluarga yang dapat diberikan agar kehamilan dapat berjalan

lancar antara lain :

1. Memberikan dukungan pada ibu untuk menerima kehamilannya

2. Memberi dukungan pada ibu untuk menerima dan mempersiapkan peran sebagai

ibu

3. Memberi dukungan pada ibu untuk menghikangkan rasa takut dan cemas

terhadap persalinan

4. Memberi dukungan pada ibu untuk menciptakan ikatan yang kuat antara ibu dan

anak yang dikandungnya melalui perawatan kehamilan dan persalinan yang baik

5. Menyiapkan keluarga lainnya untuk menerima kehadiran anggota keluarga baru.

c) Dukungan suami

Orang yang paling penting bagi seorang wanita hamil adalah suaminya. Banyak

bukti yang ditunjukkan bahwa wanita yangdiperhatikan dan dikasihi oleh

pasangannya selama kehamilan akan menunjukkan lebih sedikit gejala emosi dan

fisik, lebih mudah melakukan penyesuaian diri selama kehamilan dan sedikit risiko

komplikasi persalinan. Hal ini diyakini karea ada dua kebutuhan utama yang

ditunjukkan wanita selama hamil yaitu menerima tanda-tanda bahwa ia dicintai dan

dihargai serta kebutuhan akan penerimaan pasangan terhadap anaknya.


Ada empat jenis dukungan yang dapat diberikan suami sebagai calon ayah bagi

anaknya antar lain:

1. Dukungan emosi yaitu suami sepenuhnya memberi dukungan secara psikologis

kepada istrinya dengan menunjukkan kepedulian dan perhatian kepada

kehamilannya serta peka terhadap kebutuhan dan perubahan emosi ibu hamil.

2. Dukungan instrumental yaitu dukungan suami yang diberikan untuk memenuhi

kebutuhan fisik ibu hamil dengan bantuan keluarga lainnya.

3. Dukungan informasi yaitu dukungan suami dalam memberikan informasi yang

diperolehnya mengenai kahamilan.

4. Dukungan penilaian yaitu memberikan keputusan yang tepat untuk perawatan

kehamilan istrinya.

3) Faktor lingkungan

Banyak alasan mengapa ibu mengalami kesulitan untuk menjadi sehat terutama ibu

hamil, beberapa alasan antara lain karena kemiskinan, kurangnya pelayanan medik,

kurang pendidikan dan pengtahuan, termasuk pengaruh social budaya berupa

kepercayaan yang merugikan atau membahayakan.

Seorang ibu biasanya mencoba bekerja memberikan asuhan kepada ibu hamil secara

pribadi untuk menyelesaikan masalah-masalahnya. Namun seringkali masalah-masalah

tersebut merupakan masalah yang terdapat pada masyarakat yang tidak mudah

dipecahkan. Sehingga bidan perlu melibatkan keluarga dan masyarakat agar

memperhatikan kebutuhan dan kesehatan ibu hamil.

(a) Kebiasaan adat istiadat

Bidan harus dapat mengkaji apakah ibu hamil menganut atau mempunyai

kepercayaan atau adat kebiasaan tabu setempat yangberpengaruh terhadap


kehamilan. Kemudian menilai apakah hal tersebut bermanfaat, netral ( tidak

berpengaruh pada keamanan atau kesehatan ), tidak jelas ( efek tidak diketahui /

tidak dipahami ) atau membahayakan. Terutama bila factor budaya tersebut dapat

menghambat pemberian asuhan yang optimal bagi ibu hamil. Bidan harus mampu

mencari jalan untuk menolongnya atau meyakinkan ibu untuk merubah

kebiasaannya dengan memberikan penjelasan yang benar. Tentu saja hal ini

memerlukan dukungan dari berbagai pihak yang berperan dalam keluarga dan

masyarakat.

(b) Fasilitas kesehatan

Fasilitas kesehatan berhubungan dengan tempat ibu mendapatkan pelayanan

kesehatan untuk memeriksakan kehamilannya sampai ibu dapat melahirkan

dengan aman. Tersedianya fasilitas kesehatan yang memadai dengan jarak yang

mudah terjangkau akan memberi kemudahan bagi ibu hamil untuk sering

memeriksakan kehamilannya dan untuk mendapatkan penangnan dalam keadaan

darurat. Bidan dapat memberikan informasi atau petunjuk kepada ibu dan keluarga

tentang pemanfaatan sarana kesehatan seperti rumah bersalin, polindes, PKM dan

fasilitas kesehatan lainnya yang sangat penting dan aman bagi kehamilan dan

persalinannya.

(c) Sosial ekonomi

Keadaan ekonomi sangat mempengaruuhi kehamilan ibu karena berhubungan

dengan pemenuhan kebutuhan-kebutuhan ibu selama kehamilan antara lain

makanan sehat, bahan persiapan kelahiran,obat-obatan, tenaga kesehatan dan

transportasi/ sarana angkutan.

Masalah keuangan sering timbul didalam kehidupan keluarga. Memang dalam hal

ini bidan tidak bertanggung jawab atas pemecahan masalah keluarga tetapi
hendaknya menunjukan impatinya serta mencoba memberikan pemahaman akan

manfaat financial yang tersedia untuk kepentingan ibu dan bayi. Sehingga bidan

harus dapat memperoleh informasi mengenai kondisi ekonomi klien apakah ibu

dan keluarga tidak mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan selama

kehamilan.

e. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

Kebutuhan fisik pada ibu hamil (Puroastuti, Elisabeth 2014) , yaitu:

1) Oksigen

Kebutuhan oksigen adalah kebutugzn yang utama pada manusia termasuk ibu hamil.

Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi saat hamil sehingga akan mengganggu

pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu yang akan berpengaruh pada bayi yang

dikandung Untuk menyegah hal tersebut di atas dan untuk memenuhi oksigen maka

ibu hamil perlu melakukan

a) Latihan nafas melalui senam hamil

b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi

c) Makan tidak terlalu banyak

d) Kurangi atau hentikan merokok

e) Konsul ke dokter bila ada kelainan atau gangguan pernapasan seperti asma dan

lain-lain.

2) Nutrisi

Pada saat ibu hamil harus makan-makanan yang mengandung nilai gizi bermutu tinggi

meskipun tidak berarti makanan yang mahal. Gizi pada waktu hamil harus di

tingkatlkan hingga 300 kalori perhari, ibu hamil harusnya mengkonsumsi yang

mengandung protein, zat besi, dan minum cukup caira (gizi seimbang)

a) Kebutuhan gizi ibu hamil trimester pertama


(1) Minggu 1 sampai minggu ke-4

Selama trimester 1 (hinga minggu ke-12) ibu harus mengkonsumsi berbagai jenis

makan berkalori tinggi untuk mencukupi kebutuhan kalori yang bertambah

170mkalori 9 setara 1 porsi nasi putih). Tujuannya agar tubuh menghasilkan cukup

energi, yang diperlukan janin yang tengah terbentuk pesar konsumsi minimal 2000

kalori perhari. Penuhui melalui aneka sumber karbohidrat (nasi, mie, roti, sereal dan

pasta), dilengkapi dengan sayuran, buah, ding-dagingan ataun ika-ikanan susu dan

produk olahannya.

(2) Minggu ke-5

Agar supan kalori terpenuhi, meski dilanda mual dan muntah, makan dalam porsi kecil

tapi sering. Konsumsi makanan selagi segar atau panas. Contoh porsi yang dapat

dikonsumsi untuk memenuhui kebutuhan zat gisi perhari pada trimester I, roti, sereal,

nasi 6 porsi, buah 3-4 porsi, sayuran 4 porsi, daging sumber protein lainnya 2-3 porsi,

susu atau produk olahannya 3-4porsi, cemilan 2-3 porsi

(3) Minggu ke-7

Konsumsi aneka jenis makan sumber kalsium untuk menunjang pembentukan tulang

kerangka tubuh janin yang berlangsung saat ini. Kebutuhan kalsium 1000

miligran/hari. Didapat dari keju ¾ cangkir, keju permesan atau romano 1 ons dll.

(4) Minggu ke-9

Jangan lupa penuhi kebutuhan asam folat 0,6 miligram per hari, di peroleh dari hati,

kacang kering, telur, brokoli, aneka produk whole grain, jeruk dan jus jeruk.

(5) Minggu ke-10

Saat makan banyak protein untuk memperoleh asam amino bagi pembentukan otak

janin, ditambah kolin dan DHA untuk membentuk otak sel otak baru.

(6) Minggu ke-12


Sejumlah vitami yang harus dipenuhi kebutuhannya adalah vitamin A, B1, B2, B3, dan

B6, semua untuk membantu proses tumbuh kembang, vitamin B12 untuk membentuk

sel darah baru, vitamin C untuk peneyerapan zat besi, vitamin D untuk pembentukan

tulang dan gigi, vitamin E untuk pembentukan metabolisme. Jangan lupa

mengkonsumsi zat besi, karena volume darah akan meningkat 50%. Zat besi berguna

untuk memroduksi sel darah merah. Apa lagi jantung janin siap berdenyut.

b) Kebutuhan nutrisi pada ibu hamil trimester II

Di trimester dua, ibu dan janin mengalami lebih banyak kemajuan dan perkembangan.

Kebutuhan gizi juga semakin meningkat seiring dengan semakin besarnya kehamilan

(1) Minggu ke-13

Kurangi atau hindari minum kopi. Sebab kafeinnya (juga terdapat di teh, kolak dan

cokelat) berisiko mengganggu perkembangan sistem saraf pusat saraf janin yang

mulai berkembang.

(2) Minggu ke-14

Ibu perlu menambah asupan 300 kalori per hari untuk tambahan energi yang

dibutuhkan untuk tumbuh-kembang janin. Penuhi anatara lain dari 2 cangkir nasi

atau penggantinya. Juga perlu lebih banyak ngemil, 3-4 kali sehari porsi sedang.

(3) Minggu ke-17

Makan sayur buah serta cairan untuk mencegah sembelit. Penuhi kebutuhan

cairan tubuh yang meningkat.

(4) Minggu ke 24

Batasi garam, karena memicu tekanan darah tinggi dan mencetus kaki bengkak

akibat menahan cairan tubuh.


(5) Minggu ke-28

Konsumsi aneka jenis seafood untuk memenihi kebutuhan asam lemak omega-3

bagi pembentukan otak dan kecerdasan janin.

c) Kebutuhan nutrisi ibu hamil pada trimester III

Ditrimester ke III, ibu hamil butuh bekal energi yang memadai, selain untuk mengatasi

beban yang kian berat, juga sebagai cadangan energi untuk persalinan kelak. Itulah

sebabnya pemenuhan gizi seimbang tidak boelh dikesampingkan baik secara kualitas

maupun kuantitas.

Berikut ini sederet zat gizi yang sebaiknya lebih diperhatikan pada kehamilan trimester

ke III ini, tentu tanpa mengabaikan zat gizi lainnya :

(1) Kalori

Kebutuhan kalori selama kehamilan adalah sekitar 70.000 – 80.000 kilo kalori

(kkal), dengan pertambahan berat badan sekitar 12,5 kg. Pertambahan kalori ini

diperlukan terutama pada 20 minggu terakhir.

(2) Vitamin B6 (Piridoksin)

Vitamin ini dibutuhkan untuk menjalankan lebih dari 100 reaksi kimia di dalam

tubuh yang melibatkan enzin. Angka kecukupan vitamin B6 bagi ibu hamil adalah

sekitar 2,2 miligram sehari. Makanan hewani adalah sumber yang kaya akan

vitamin ini.

(3) Yodium

Yodium dibutuhkan sebagai senyawa tiroksin yang berperan mengontrol setiap

metabolisme sel baru yang terbentuk. Bila kekurangan senyawa ini, akibatnya

proses perkembangan janin, termasuk otaknya terhambat dan terganggu. Janin


akan tumbuh kecil. Sebaliknya, jika tiroksin berlebih, sel-sel baru akan tumbuh

secara berlebihan sehingga janin tumbuh melampaui ukuran normalnya.

(4) Air

Kebutuhan ibu hamil di trimester III ini bukan hanya dari makanan tapi juga dari

cairan. Air sangat pentung untuk pertumbuhan sel-sel baru, mengatur suhu tubuh,

melarutkan dan mengatur proses metabolisme zat-zat gizi, serta mempertahankan

volume darah yang meningkat selama masa kehamilan.

3) Personal hygiene

Personal hygiene pada ibu hamil adalah kebersihan yang dilakukan oleh ibu hamil untuk

mengurangi kemungkinan infeksi. Kebersihan harus dijaga pada masa hamil. Mandi di

anjurkan setidaknya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung untuk mengeluarkan

banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada,

daerah genetalia) dengan cara di bersihkan dengan air dan dikeringkan. Kebersihan gigi

dan mulut perlu mendapat perhatian karena seringkali muda menjadi gigi berlubang,

terutama pada ibu yang kekurangan kalsium.

a) Pakaian

Pada dasarnya pakaian apa saja bisa dipakai, baju hendaknya yang longgar dan

muda dipakai serta bahan yang muds menyerap keringat. Pakaian yang dipakai ibu

hamil harus nyaman tanpa sabuk/pita yang menekan dibagian perut/pergelangan

tangan, pakain juga tidak baik terlalu ketat dileher, stoking tungkai yang sering

digunakan sebagian wanita tidak dianjurkan karena dapat menghambat sirkulasi darah

(Elisabeth, 2015 : 102).

b) Eliminasi

(1) Trimester I : frekuensi BAK meningkat karena kandung kencing tertekan oleh

pembesaran uterus, BAB normal konsisten lunak


(2) Trimester II : frekuensi BAK normal kembali karena uterus telah keluar dari

rongga panggul

(3) Trimester III : frekuensi BAK meningkat karena penurunan kepala ke PAP (Pintu

Atas Panggul), BAB seing obstipasi (sembelit) karena hormone progesteron

meningkat Sering buang air kecil merupakan keluhan yang umumnya dirasakan

oleh ibu hamil, terutama pada trimester I dan II. Hal tersebut adalah kondisi yang

fisiologi. Hal ini terjadi karena awalnya kehamilan terjadi pembesaran uterus yang

mendesak kantung kemih sehingga kapasitasnya berkurang (Purwoastuti,

Elisabeth, 2015 : 103)

(4) Seksual

Hubungan seksual selama kehamilan tidak di larang selama tidak asa riwayat

penyakit berikut ini :

a) Sering abortus dan kelahiran prematur

b) Perdarahan pervaginam

c) Coitus harus dilakukan dengan hati-hati terutama pada minggu terakhir

kehamilan

d) Bila ketuban sudah pecah, coitus dilarang karena dapat menyebabkan infeksi

janin intra uteri

e) Kebutuhan seksusal pada tiap trimester

1) Trimester pertama : minat menurun pada trimester (3 bulan) pertama,

biasanya gairah seks menurun. Jangankan kepingin bangun tidur saja

sudah didera morning sickness, muntah, malas, segala hal yang bertolak

belakang dengan semangat dan libido. Fluktasi kelelahan, dan rasa mual

dapat menghisap semua keinginan untuk melakukan hubungan seksual.


2) Trimester kedua : minat meningkat (kembali) memasuki trimester kedua,

umumnya libido timbul kemabali. Tubuh sudah dapat menerima dan

terbiasa dengan kondisi kehamilan sehingga ibu hamil dapat menikmati

aktivitas dengan lebih leluasa dari pada trimester pertama. Demikian pula

untuk urusan ranjang. Ini akibat meningkatnya pengaliran darah ke organ-

organ seksual dan payudara

3) Trimester ke III : minat menurun lagi libido dapat turun kembali ketika

kehamilan memasuki trimester ketiga. Rasa nyaman sudah mulai

berkurang. Pegel di punggung dan dipinggu, tubuh bertambah berat dengan

cepat, nafas lebih sesak (karena besarnya janin mendesak dada dan

lambung), dan kemabali merasa mual, itulah beberapa penyebab

menurunnya minat seksual. Tapi jika termasuk yang tidak mengalami

penurunan lobido di trimester ketiga, itulah hal yang noarmal apa lagi jika

termasuk yang menikmati masa kehamilan.

Pada umunya coitus diperbolehkan pada masa kehamilan jika dilakukan

dengan hati-hati. Pada akhirnya kehamilan, jika kepala sudah masuk

kedalam rongga panggul, coitus sebaiknya dihentikan karena dapat

menimbulkan perasaan sakit dan perdarahan (Elisabeth, 2015 hal : 106)

f. Tanda bahaya dalam kehamilan

Tanda bahaya kehamilan adalah tabda-tanda yang mengindikasikan adanya bahaya

yang dapat terjadi selama kehamilan/priode anternatal, yang apabila tidak dilaporkan

atau tidak di deteksi bisa menyebabkan kamtian ibu (Puroastuti, elisabeth, 2015 : 78)

1) Tanda bahaya kehamilan trimester I (0 – 12 minggu)

a) Perdarahan pada kehamilan muda


Salah satu komplikasi terbanyak pada kehamilan ialah terjadinya perdarahan.

Perdarahan dapat terjadi pasa setiap usia kehamilan. Pada kehamilan muda

serin di kaitkan dengan kejadian abortus, misscarriage, early pregnancy loss.

Perdarahan pada kehamilan muda dikenal beberapa istilah sesuai dengan

pertimbangan asing-masing, setiap terjadinya perdarahan pada kehamilan maka

harus selalu berfikir tentanf akibat dari perdarahan ini yang menyebabkan

kegagalan kelangsungan kehamilan (hadijanto, 2011)

b) Abortus

Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (0leh akibat-akibat tertentu) pada

atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu atau buah kehamilan belum

mampu untuk hidup di luar kandungan (Purwoastuti, elisabeth, 2015 : 28)

Menurut Purwoastuti, elisabeth (2015 : 29-34) abortus dibagi lagi menjadi beberapa

bagian antara lain :

1) Abortus komplet

Seluruh hasil konsepsi telah keluar dari rahim pada kehamilan kurang dari 20

minggu. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, osteum uteri telah

menutup, dan uterus sudah banyak mengecil. Selain ini, tidak ada lagi gejala

kehamilan dan uji kehamilan menjadi negatif, pada pmeriksaan USG

didapatkan uterus yang kosong.

2) Abortus inkomplet

Sebagian hasil konsepsi telah keluar rahim dan masi ada yang tertinggal

pada uasia kehamilan sebelum 20 minggu. Pada pemeriksaan vagina, canalis

servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam cavum uteri atau kadang-

kadang sudah menonjol dari osteum uteri eksternum. Pada USG didapatkan

endometrium yang tipis dan ireguler.


3) Abortus insipiens

Abortus yang sedang mengacam yang ditandai dengan seviks yang telah

mendatar, sedangkan hasil konsepsi masi berada lengkap di dalam rahim

dan abortus yang tidak dapat di oertahankanlagi. Pada keadaan ini

didapatkan juga nyeri perut bagian bawah atau nyeri kolek uterus yang hebat,

pada pemeriksaan vagina memperlihatkan dilatasi osteum serviks dengan

bagian kantung konsepsi menonjol, hasil pemeriksaan USG mungkin di

dapatkan jantung janin masih berdenyut, kantung gestasi kosong (5-6,5

minggu), uterus kosong (3-5 minggu) atau perdarahan subkorionik banyak

dibagian bawah.

4) Abortus iminens

Abortus tingkat permulaan, terjadi perdarahan pervaginam, sedangkan jalan

lahir masih tertutup dan hasil konsepsi masih baik di dalam rahim, suatu

abortus iminens dapat atau tanpa disertai nyeri pinggang bawah. Perdarahan

pada abortus imminens seringkali hanya sedikit, namun hal tersebut

berlangsung beberapa hari atau minggu. Pemeriksaan vagina pada kelainan

ini memperlihatkan tidak adanya pembukaan serviks. Sementara

pemeriksaan dengan real time ultrasound pada panggul menunjukan ukuran

kantong amnion normal, jantung janin berdenyut dan kantong amnion kosong,

serviks tertutup, dan masih terdapat utuh.

5) Missed abortion

Abortus yang ditandai dengan embrio atau fetus telah meninggal dalam

kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan hasil konsepsi seluruhnya

masih dalam kandungan.

6) Abortus habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih. Pada

umumnya penderita sukar menjadi hamil, namun kehamilannya berakhir

sebelum 28 minggu

7) Abortus infeksius

Abortus yang disertai infeksi organ genetalia

8) Abortus septik

Abortus yang terinfeksi dengan penyebaran mikroorganisme dan produknya

ke dalam sirkulasi sistemik ibu

c) Kehamilan ektopik

Kehamilan ektopik adalah inplantasi pertumbuhan hasil konsepsi diluar

endometrium kavum uteri (Elisabeth, 2015 : 35). Kehamilan ektopik adalah suatu

kehamilan disebut kehamilan ektopik bila zigot terimplantasi di lokasi-lokasi

selain cavum uteri, seperti di ovarium, tuba, serviks, bahkan rongga abdomen

(Sukarni, Margareth, 2013 : 135). Tanda dan gejala pada kehamilan muda, dapat

atau tidak ada perdarahan pervaginam, ada nyeri perut kanan/kiri bawah, berat

atau ringannya nyeru tergantung pada banyaknya darah yang terkumpul dalam

peritoneum. Dari pemeriksaan fisik didapatkan rahim yang juga membesar,

adanya tumor didaerah adneksa, adanya tanda-tanda syok hipovolemik yaitu

hipotensi, pucat dan ekstermitas dingin, adanya tanda-tanda abdomen akut yaitu

perut tegang bagian bawah, nyeri tekan dan nyeri lepas dinding abdomen. Dari

pemeriksaan dalam serviks teraba lunak nyeri tekan, nyeri pada uterus kanan

dan kiri. (Sukarni, Margareth, 2013 : 135).

d) Mola hidatidosa

Mola hidatidosa adalah suatu kehamilan yang berkembang tidak wajar dimana

tidak di temukan janin dan hampir seluruh vili korialis mengalami perubahan
berupa degenerasi hidropik. Secara makroskopik, mola hidatidosa mudah dikenal

yaitu berupa gelembung-gelembung putih, tembus pandang, berisi cairan jernih,

denag ukuran bervariasi dari bebrapa militer sampai 1 atau 2 cm . (Sukarni,

Margareth, 2013 : 178)

Gejala perdarahan ini biasanya terjadi antara antara antara bulan pertama

sampai ketujuh dengan rata-rata 12-14 minggu Sifat perdarahan bias intermiten,

sedikit-sedikit atau sekaligus banyak sehingga menyebabkan syok atau

kematian. Karena perdarahan ini umumnya pasien mola hidatidosa masuk dalam

keadaan anemia.

e) Muntah terus dan tidak bisa makan pada kehamilan

Mual dan muntah adalah gejala yang sering ditemukan pada kehamilan trimester

I. Mual biasa terjadi pada pagi hari, gejala ini biasa terjadi 6 minggu setelah

HPHT dan berlangsung selama 10 minggu. Perasaan mual ini karena

meningkatnya kadar hormon estrogen dan HCG dalam serum. Mual dan muntah

yang sampai mengganggu aktifitas sehari-hari dan keadaan umum menjadi lebih

buruk, dinamakan Hiperemesis Gravidarum (Wiknjosastro, 2012 : 275).

f) Selaput kelopak mata pucat

Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi

ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester I. Anemia

dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan

tak jarang keduanya saling berinteraksi. Anemia pada trimester I bisa disebabkan

karena mual muntah pada ibu hamil dan perdarahan pada ibu hamil trimester I

(purwoastuti, elisabeth, 2015 : 159).

g) Demam tinggi
Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan merupakan

suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam

kehamilan. Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi

(11%). Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak

dan mengompres untuk menurunkan suhu.

2. Tanda bahaya kehamilan trimester II (13-28 minggu )

Tanda bahaya trimester II menurut Elisabeth (2015) antara lain:

a) Demam tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan merupakan

suatu masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam

kehamilan. Menurut SDKI tahun 2007 penyebab kematian ibu karena infeksi

(11%). Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak

dan mengompres untuk menurunkan suhu.

b) Bayi kurang bergerak seperti biasa

Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam). Ibu mulai

merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak bergerak

seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah tidak

adanya tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan. Beberapa ibu dapat

merasakan gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan

melemah. Bayi harus bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring

atau beristirahat dan jika ibu makan dan minum dengan baik

c) Selaput kelopak mata pucat

Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi

ibu dengan keadaan hemoglobin di bawah <10,5 gr% pada trimester II. Anemia
pada trimester II disebabkan oleh hemodilusi atau pengenceran darah. Anemia

dalam kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi

3) Tanda bahaya kehamilan trimester III (29 – 42 minggu)

a) Perdarahan pervaginam

Pada akhir kehamilan perdarahan yang tidak normal adalah merah, banyak dan

kadang-kadang tidak disertai dengan rasa nyeri. Perdarahan semacam ini berarti

plasenta previa. Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi

pada tempat yang abnormal yaitu segmen bawah rahim sehingga menutupi

sebagian atau seluruh ostium uteri interna. Penyebab lain adalah solusio

plasenta dimana keadaan plasenta yang letaknya normal, terlepas dari

perlekatannya sebelum janin lahir, biasanya dihitung sejak kehamilan 28 minggu.

b) Sakit kepala yang hebat

Sakit kepala selama kehamilan adalah umum, seringkali merupakan

ketidaknyamanan yang normal dalam kehamilan. Sakit kepala yang menunjukkan

masalah yang serius adalah sakit kepala hebat yang menetap dan tidak hilang

dengan beristirahat. Kadang-kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut, ibu

mungkin mengalami penglihatan yang kabur. Sakit kepala yang hebat dalam

kehamilan adalah gejala dari pre-eklampsia

a) Pengelihatan kabur

Penglihatan menjadi kabur atau berbayang dapat disebabkan oleh sakit kepala yang

hebat, sehingga terjadi oedema pada otak dan meningkatkan resistensi otak yang

mempengaruhi sistem saraf pusat, yang dapat menimbulkan kelainan serebral (nyeri
kepala, kejang), dan gangguan penglihatan. Perubahan penglihatan atau pandangan

kabur, dapat menjadi tanda pre-eklampsia. Masalah visual yang mengidentifikasikan

keadaan yang mengancam jiwa adalah perubahan visual yang mendadak, misalnya

penglihatan kabur atau berbayang, melihat bintik-bintik (spot), berkunang-kunang.

Selain itu adanya skotama, diplopia dan ambiliopia merupakan tanda-tanda yang

menujukkan adanya pre eklampsia berat yang mengarah pada eklampsia. Hal ini

disebabkan adanya perubahan peredaran darah dalam pusat penglihatan di korteks

cerebri atau didalam retina (oedema retina dan spasme pembuluh darah).

b) Bengkak di muka atau tangan

Hampir separuh dari ibu-ibu akan mengalami bengkak yang normal pada kaki yang

biasanya muncul pada sore hari dan biasanya hilang setelah beristirahat atau

meletakkannya lebih tinggi. Bengkak dapat menunjukkan adanya masalah serius jika

muncul pada permukaan muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat, dan

diikuti dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini bisa merupakan pertanda pre-

eklampsia.

e) Janin kurang bergerak eperti biasa

Gerakan janin tidak ada atau kurang (minimal 3 kali dalam 1 jam). Ibu mulai

merasakan gerakan bayi selama bulan ke-5 atau ke-6. Jika bayi tidak bergerak

seperti biasa dinamakan IUFD (Intra Uterine Fetal Death). IUFD adalah tidak adanya

tanda-tanda kehidupan janin didalam kandungan. Beberapa ibu dapat merasakan

gerakan bayinya lebih awal. Jika bayi tidur gerakannya akan melemah. Bayi harus

bergerak paling sedikit 3 kali dalam 1 jam jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika

ibu makan dan minum dengan baik.

f)Pengeluaran cairan pervaginam (ketuban pecahdini)


Yang dimaksud cairan di sini adalah air ketuban. Ketuban yang pecah pada

kehamilan aterm dan disertai dengan munculnya tanda-tanda persalinan adalah

normal. Pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda-tanda persalinan dan ditunggu

satu jam belum dimulainya tanda-tanda persalinan ini disebut ketuban pecah dini.

Ketuban pecah dini menyebabkan hubungan langsung antara dunia luar dan

ruangan dalam rahim sehingga memudahkan terjadinya infeksi. Makin lama periode

laten (waktu sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi rahim), makin besar

kemungkinan kejadian kesakitan dan kematian ibu atau janin dalam rahim

g) Kejang

Pada umumnya kejang didahului oleh makin memburuknya keadaan dan terjadinya

gejala-gejala sakit kepala, mual, nyeri ulu hati sehingga muntah. Bila semakin berat,

penglihatan semakin kabur, kesadaran menurun kemudian kejang. Kejang dalam

kehamilan dapat merupakan gejala dari eklampsia.

h) Selaput kelopak mata pucat

Merupakan salah satu tanda anemia. Anemia dalam kehamilan adalah kondisi ibu

dengan keadaan hemoglobin di bawah 11 gr% pada trimester III. Anemia dalam

kehamilan disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut bahkan tak jarang

keduanya saling berinteraksi. Anemia pada Trimester III dapat menyebabkan

perdarahan pada waktu persalinan dan nifas, BBLR (Berat Bayi Lahir Rendah yaitu

kurang dari 2500 gram)

i) Demam tinggi

Ibu menderita demam dengan suhu tubuh >38ºC dalam kehamilan merupakan suatu

masalah. Demam tinggi dapat merupakan gejala adanya infeksi dalam kehamilan.

Penanganan demam antara lain dengan istirahat baring, minum banyak dan
mengompres untuk menurunkan suhu. Demam dapat disebabkan oleh infeksi dalam

kehamilan yaitu masuknya mikroorganisme pathogen ke dalam tubuh wanita hamil

yang kemudian menyebabkan timbulnya tanda atau gejala–gejala penyakit.

g. Penatalaksanaan Dalam Kehamilan

1) Pengertian Asuhan Antenatal Care

Asuhan Antenatal Care adalah pengawasan sebelum persalinan terutama ditunjukan

pada pertumbuhan dan perkembangan janin dalam rahim. Dilakukan dengan

observasi berencana dan teratur terhadap ibu hamil melalui pemeriksaan,

pendidikan, pengawasan secara dini terhadap komplikasi dan penyakit ibu yang

memengaruhi kehamilan (Purwoastuti, Elisabeth, 2015; h. 24).

2) Kunjungan antenatal sebaiknya di lakukan paling sedikit 4 kali selama kehamilan:

a) Satu kali pada trimester pertama (sebelum 14 minggu).

b) Satu kali pada trimester ke dua (antara minggu 14-28).

c) Dua kali pada trimester ke tiga (antara minggu 28-36 minggu dan sesudah

minggu ke 36) (Mufdillah, 2009 dalam Walyani, 2015)

3) Pelayanan Asuhan Standar Antenatal

Pelayanan Antenatal Care sesuai dengan kebijakan program pelayanan Asuhan

antenatal harus sesuai dengan standar 14 T, yaitu meliputi

a) Penimbangan berat badan. Timbang berat badan setiap kali kunjungan.

Kenaikan berat badan normal pada waktu hamil ialah sebesar pada Trimester I

0,5 kg perbulan dan Trimester II-III 0,5 kg perminggu. Dengan kenaikan berat

badan rata – rata sebesar 6-12 kg selama kehamilan. Maksimal mengalami

kenaikan berat badan sebesar 12 kg dan minimal sebesar 6-7 kg.


b) Ukur tekanan darah. Tekanan darah yang normal 110/80 – 140/90 mmHg, bila

melebihi dari 140/90 mmHg perlu diwaspadai adanya preeklamsi maupun

eklamsi.

c) Ukur tinggi fundus uteri (TFU). Perhatikan ukuran TFU ibu apakah sesuai dengan

umur kehamilan atau tidak.

d) Pemberian tablet Fe sebanyak 90 tablet selama kehamilan

e) Pemberian imunisasi TT. Selama kehamilan bila ibu hamil statusnya T0 maka

hendaknya mendapatkan minimal 2 dosis (TT1 dan TT2 dengan interval 4

minggu dan bila memungkinkan untuk mendapatkan TT3 sesudah 6 buloan

berikutnya). Ibu hamil dengan status T1 diharapkan mendapat suntikan TT2 dan

bilamemungkinkan pula diberikan TT3 dengan interval 6 bulan (bukan 4 minggu

atau 1 bulan). Bagi bumil dengan status T2 maka bisa diberika 1 kali suntikan bila

interval suntikan sebelumnya 6 bulan. Bila statusnya T3 maka suntikan selama

hamil cukup sekali dengan jarak minimal 1 tahun dari suntikan sebelumnya. Ibu

hamil dengan status T4 pun dapat diberikan sekali suntikan (TT5) bila suntikan

terakhir telah lebih dari satu tahun dan bagi ibu hamil dengan status T5 tidak

perlu disuntik TT lagi karena mendapatkan kekebalan seumur hidup (25 tahun).

f) Pemeriksaan Hb. Hb pada ibu hamil tidak boleh kurang dari 11 gr% karena

ditakutkan ibu akan mengalami anemia.

g) Pemeriksaan VDRL

h) Perawatan payudara, senam payudara dan pijit tekan payudara

i) Pemeliharaan tingkat kebugaran artau senam ibu hamil

j) Temu wicara dalam rangka persiapan rujukan

k) Pemeriksaan protein urine atas indikasi

l) Pemeriksaan reduksi urine atas indikasi


m) Pembberian terapi kapsul yodium untuk daerah endemis gondok

n) Pemberian terapi anti malaria untuk daerah endemis malaria (Depkes RI, 2015).

2. Konsep dasar persalinan

a. Perngertian persalinan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus

ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia kehamilan cukup bulan

(setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit. Persalinan di mulai sejak uterus

berkontraksi dan menyebabkan perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan

berakhir dengan lahirnya plasenta secara lengkap. (Sondakh, 2015).

Persalinan adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan pengeluaran bayi cukup

bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran placenta dan selaput janin

dari tubuh ibu (Purwoastuti, Elisabeth : 2015 hal : 43)

b. Tanda –tanda Persalinan


1) Tanda Permulaan Persalinan

Sebelum terjadi persalinan sebenarnya beberapa minggu sebelumnya wanita

memasuki bulannya atau minggunya atau harinya yang disebut kala pendahuluan

(preparatory stage of labor). Ini memberikan tanda – tanda sebagi berikut :

a) Lightening atau settling atau dropping yaitu kepala memasuki pintu atas

panggul terutama pada primigravida. Pada multipara tidak begitu terlihat,

karena kepala janin baru masuk pintu atas panggul menjelang persalinan

b) Perut kelihatan lebih melebar dan fundus uteri menurun

c) Perasaan sering – sering atau susah kencing (polakisuria) karena kandung

kemih tertekan dengan bagian terbawah janin


d) Perasaan sakit di perut dan di pinggang oleh adanya kontraksi – kontraksi

lemah dari uterus (false labor pains)

e) Serviks menjadi lembek, mulai mendatar dan sekresinya bertambah bisa

bercampur darah (bloody show)

2) Tanda In-Partu
a) Rasa sakit oleh adanya HIS yang datang lebih kuat, sering dan teratur

b) Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena

robekan-robekan kecil pada serviks

c) Kadang – kadang ketuban pecah dengan sendirinya

d) Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan terjadi pembukaan

serviks (Padila, 2014 ; hal. 142).

c. Perubahan fisiologi dan psikologi ibu bersalin

1. Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kala I

1) Kala I

a) Tekanan Darah

Tekanan darah meningkat selama terjadinya kontraksi (sistol rata-rata naik) 10-20

mmHg, diastolik naik 5-10 mmHg. Antara

kontraksi, tekanan darah kembali seperti saat sebelum persalinan.Rasa sakit,

takut, dan cemas juga akan meningkatkan tekanan darah (Rohani, Saswita, &

Marisah, 2014).

b) Metabolisme

Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob akan meningkat secara berangsur-

angsur disebabkan karena kecemasan dan aktivitas otot skeletal, penigkatan ini
ditandai dengan adanya peningkatan suhu tubuh, denyut nadi, curah jantung

(cardiac output), pernapasan, dan kehilangan cairan (Rohani, Saswita, &

Marisah, 2014).

c) Suhu Tubuh

Suhu tubuh sedikit meningkat oleh karena adanya peningkatan metabolisme

selama persalinan. Selama da setelah persalinan akan terjadi peningkatan, jaga

agar peningkatan suhu tidak lebih dari 0,5-1 0C (Rohani, Saswita, & Marisah,

2014).

d) Detak Jantung

Berhubungan dengan peningkatan metabolisme, detak jantung akan meningkat

secara dramatis selama kontraksi (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).

e) Pernapasan

Laju pernapasan terjadi sedikit peningkatan oleh karena terjadinya peningkatan

metabolisme yang dianggap normal, hiperventilasi yang lama dianggap tidak

normal dan bisa menyebabkan alkalosis (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).

f) Ginjal

Poliuri sering terjadi selama proses persalinan, mungkin dikarenakan adanya

peningkatan cardiac output, peningkatan filtrasi glomerulus, dan peningkatan

aliran plasma ginjal. Proteinuria yang sedikit dianggap normal dalam persalinan

(Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).

g) Gastrointestinal

Motilitas lambung dan absorpsi makanan padat secara substansi berkurang

sangat banyak selama persalinan. Selain itu, berkurangnya pengeluaran getah

lambung menyebabkan aktivitas pencegahan hampir berhenti dan pengosongan


lambung menjadi sangat lambat, cairan tidak berpengaruh dan meninggalkan

perut dalam waktu biasa. Mual dan muntah bisa terjadi sampai ibu

mencapai persalinan kala I (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).

h) Hematologi

Haemoglobin meningkat sampai 1,2gr/100 ml selama persalinan dan akan

kembali sebelum persalinan sehari pascapersalinan, kecuali terdapat perdarahan

postpartum (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).

2) Kala II

Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kala II

a) Kontraksi

His pada kala II menjadi lebih terkoordinasi, lebih lama (25 menit), lebih cepat

kira-kira 2-3 menit sekali. Sifat kontraksi uterus simetris, fundus dominan, diikuti

relaksasi (Rohani, Saswita, & Marisah, 2014).

b) Pergeseran organ dalam panggul

Organ-organ yang ada dalam panggul adalah vesika urinaria, dua ereter, kolon,

uterus, rektum, tuba uterina, uretra, vagina, anus, perineum, dan labia. Pada

saat persalinan, peningkatan hormone relaksin menyebabkan peningkatan

mobilitas sendi, dan kolagen menjadi lunak sehingga terjadi relaksasi panggul.

Hormon relaksin dihasilkan oleh korpus luteum. Karena adanya kontraksi, kepala

janin yang sudah masuk ruang panggul menekan otot-otot dasar panggul

sehingga terjadi tekanan pada rektum dan secara reflex menimbulkan rasa ingin

mengejan, anus membuka, labia membuka, perineum menonjol, dan tidak

lama kemudian kepala tampak di vulva pada saat his (Rohani, Saswita, &

Marisah, 2014).
c) Ekspulsi janin

Ada beberapa tanda dan gejala kala II persalinan, yaitu sebagai berikut:

(1) Ibu merasa ingin mengejan bersamaan dengan terjadinya kontraksi.

(2) Ibu merasakan peningkatan tekanan pada rektum dan vaginanya.

(3) Perineum terlihat menonjol.

(4) Vulva vagina dan sfingter ani terlihat membuka.

(5) Peningkatan pengeluaran lendir dan darah (Rohani, Saswita, & Marisah,

2014)

3) Kala III

Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kala III yaitu :

Perubahan fisiologi kala III, otot uterus menyebabkan berkurangnya ukuran

rongga uterus secara tiba-tiba setelah lahirnya bayi. Penyusutan ukuran rongga

uterus ini menyebabkan implantasi plasenta karena tempat implantasi menjadi

semakin kecil, sedangkan ukuran plasenta tidak berubah. Oleh karena itu

plasenta akan menekuk, menebal, kemudian terlepas dari dinding uterus.

Setelah lepas, plasenta akan turun ke bagian bawah uterus atau bagian atas

vagina (Rohani,Saswita, & Marisah, 2014).

4) Kala IV

Perubahan dan Adaptasi Fisiologis Kala IV yaitu Selama 10-45 menit berikutnya

setelah kelahiran bayi, uterus berkontraksi menjadi ukuran sangat kecil yang

mengakibatkan pemisahan antara dinding uterus dan plasenta, di mana nantinya

akan memisahkan plasenta dari tempat lekatnya. Pelepasan plasenta membuka

sinus-sinus plasenta dan menyebabkan perdarahan. Akan tetapi, dibatasi

sampai rata-rata 350 ml oleh mekanisme sebagai berikut: serabut otot polos
uterus tersusun berbentuk angka delapan mengelilingi pembuluh-pembuluh

darah ketika pembuluh darah tersebut melalui dinding uterus. Oleh karena itu,

kontraksi uterus setelah persalinan bayi menyempitkan pembuluh darah yang

sebelumnya menyuplai darah ke plasenta (Rohani, Saswita, & Marisah,

2014).2014).

2. Perubahan psikologi pada ibu bersalin

Perubahan psikologis ibu bersalin (Sulistyawati, Esti : 2011 h : 75 ) adalah :

1) Kala I

Pada ibu hamil banyak terjadi perubahan,baik fisik maupun psikologis.

Perubahan psikologis selama persalinan perlu diketahui oleh penolong

persalinan dalam melaksanakan tugasnya sebagai pendamping atau penolong

persalinan.

Perubahan psikologis pada kala I. Beberapa keadaan dapat terjadi pada ibu

dalam persalinan, terutama pada ibu yang pertama kali melahirkan sebagai

berikut:

a. Perasaan tidak enak

b. Takut dan ragu akan persalinan yang akan dihadapi

c. Sering memikirkan antara lain apakah persalinan berjalan normal

d. Menganggap persalinan sebagai percobaan

e. Apakah penolong persalinan dapat sabar dan bijaksana dalam

menolongnya

f. Apakah bayinya normal apa tidak


g. Apakah ia sanggup merawat bayinya

h. Ibu merasa cemas

2) Kala II

Perubahan psikologis pada kala II yaitu. Sering timbul rasa jengkel, tidak

nyaman, saat bersalin ibu merasakan nyeri akibat kontraksi uterus yang semakin

kuat dan semakin sering,berkeringat dan mulas ini juga menyebabkan

ketidaknyamanan. Badan selalu kegerahan, karena saat ini metabolism ibu

meningkat denyut jantung meningkat, nadi, suhu, pernapasan meningkat ibu

berkeringat lebih banyak, akibatnya ibu merasa lelah sekali kehausan ketika bayi

sudah di lahirkan karena tenaga habis dipakai untuk meneran. Tidak sabaran,

sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya terganggu. Hal ini

disebabkan karena kepala janin sudah memasuki panggul dan timbul kontraksi-

kontraksi pada uterus. Muncul rasa kesakitan dan ingin segera mengeluarkan

janinnya.

Setiap ibu akan tiba pada tahap persalinan dengan antisipasinya dan tujuannya

sendiri serta rasa takut dan kekhawatiran. Para ibu mengeluh bahwa bila mampu

mengejan “terasa lega”. Tetapi ibu lain sangat berat karena intensitas sensasi

yang dirasakan. Efek yang dapat terjadi pada ibu karena mengedan ,yaitu

Exhaustion , ibu merasa lelah karena tekanan untuk mengejan sangat kuat. Dua,

Distress ibu merasa dirinya distress dengan ketidaknyamanan panggul ibu

karena terdesak oleh kepala janin. Tiga, panik ibu akan panik jika janinnya tidak

segera keluar dan takut persalinannya lama.

3) Kala III

Perubahan psikologis pada kala III yaitu :


a. Bahagia

Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang juga

yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah

menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan aku

ntuk suami dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia

karena bisa melihat anaknya.

b. Cemas dan takut

Cemas dan takut kalau terjadi bahaya atas dirinya saat persalinan

karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara hidup dan

mati Cemas dan takut karena pengalaman yang lalu. Takut tidak dapat

memenuhi kebutuhan anaknya

4) Kala IV

a. Phase Honeymoon

Phase Honeymoon ialah Phase anak lahir dimana terjadi intimasi dan kontak

yang lama antara ibu–ayah–anak. Hal ini dapat dikatakan sebagai “Psikis

Honeymoon“ yang tidak memerlukan hal-hal yang romantik. Masing-masing

saling memperhatikan anaknya dan menciptakan hubungan yang baru.

b. Ikatan kasih (Bonding dan Attachment)

Terjadi pada kala IV, dimana diadakan kontak antara ibu-ayah-anak, dan

tetap dalam ikatan kasih, penting bagi perawat untuk memikirkan bagaimana

agar hal tersebut dapat terlaksana partisipasi suami dalam proses persalinan

merupakan salah satu upaya untuk proses ikatan kasih tersebut.


d. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan

Factor-faktor yang mempengaruhi persalinan menurut (Retno,2015;hal.7-11)

1) Passage (jalan lahir)

a) Adalah jalan lahir yang harus dilewati oleh janin terdiri dari rongga panggul,

dasar panggul, serviks dan vagina

b) Agar janin dan plasenta dapat melalui jalan lahir tanpa ada rintangan, maka

jalan lahir tersebut harus normal.

c) Rongga-rongga panggul yang normal

d) Jalan lahir dianggap tidak normal dan kemungkinan dapat menyebabkan

hambaran persalinan apabila: panggul sempit seluruhnya, panggul sempit

sebagian, panggul miring, panggul seperti corong, ada tumor dalam panggul.

e) Dasar panggul terdiri dari otot-otot dan macam-macam jaringan, untuk dapat

dilalui bayi dengan mudah jaringan dan otot-otot harus lemas dan mudah

meregang, apabila terdapat kekuatan pada jaringan, maka otot-otot ini akan

mudah rupture.

f) Kelainan pada jalan lahir lunak diantaranya disebabkan oleh serviks yang

kaku.

1) Power (Kekuatan)

Persalinan akan berjalan normal, jika his dan tenaga meneran ibu baik.

Kelainan his dan tenaga meneran dapat disebabkan oleh:

a) Inersia uteri primer dan sekunder

b) Tetania uteri dapat mengakibatkan partus presipaturus, asfiksia intrauterine

sampai kematian janin dalam Rahim


c) Inkoordinasi kontraksi otot Rahim yang disebabkan karena usia terlalu tua,

pimpinan persalinan salah, induksi persalinan, rasa takut dan cemas.

d) Kelainan tenaga meneran

e) Kelainan kontraks rahim

f) Keleahan

g) Saah pimpinan merangkan pada k

3) Passanger

a. Passanger terdiri dari janin dan plasenta

b. Janin merupakan passanger utama, dan bagian janin yang paling penting

adalah kepala, karena kepala janin mempunyai ukuran yang paling besar,

90% bayi dilahirkan dengan letak kepala

c. Kelainan-kelainan yang sering menghambat dari pihak passanger adalah

kelainan ukuran dan bentuk kepala anak seperti hydrocephalus ataupun

anencephalus, kelainan letak kedudukan anak seperti kedudukan lintang

ataupun letak sungsang

4) Psyche (psikologis)

Faktor psikologis ketakutan dan kecemasan sering terjadi penyebab lamanya

persalinan dan menyebabkan rasa sakit dalam persalinan dan berpengaruh

terhadap kontraksi rahim

e. Kebutuhan dasar ibu bersalin

Asuhan yang sifatnya mendukung selama persalinan merupakan suatu standar

pelayanan kebidan. Asuhan yang mendukung berarti bersifat aktif dan ikut serta

dalam kegiatan yang sedang berlangsung. Jika seorang bidan sedang sibuk, maka

ia harus memastikan bahwa ada seorang pendukung yang hadir dan membantu

wanita yang sedang dalam persalinan.


Ada lima kebutuhan seorang wanita dalam persalinan:

1) Asuhan fisik dan psikologis

Asuhan ini berorientasi pada tubuh ibu selama dalam proses persalinan, hal ini

juga yang akan menghindarkan ibu dari infeksi.

Asuhan yang dapat diberikan diantaranya adalah

a) Menjaga kebersihan diri

(1) Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya sesudah BAK/BAB

dan menjaga tetap bersih dan kering. Hal ini dapat menimbulkan

kenyamanan dan relaksasi serta menurunkan resiko infeksi karena

dengan adanya kombinasi antara bloody show, keringat, cairan amnion,

larutan untuk pemeriksaan vagina dan juga veces dapat membuat ibu

bersalin merasa tidak nyaman.

(2) Mandi di bak/ shower dapat menjadi sangat menyegarkan dan santai, ibu

tersebut dapat mejadi merasa sehat tetapi bila fasilitasnya tidak

memungkinkan mandi di tempat tidur juga menyegarkan.

b) Berendam

Air telah dihubungkan dengan suatu perasaan sejahtera selama berabad-

abad yang lalu. Ketertarikan dari air dalam persalinan dan kelahiran bayi kini

telah berkembang. Beberapa wanita memilih untuk menggunakan kolam

hanya untuk berendam pada kala satu dan beberapa wanita memilih untuk

melahirkan didalam air.

Beberapa wanita telah memberikan komentar tentang betapa rileksnya

mereka selama berada dalam air. Berendam dapat menjadi tindakan

pendukung dan kenyamanan yang paling menenangkan. BAK yang

diperlukan perlu cukup dalam agar air dapat menutup abdomennya. Hal ini
memberikan suatu bentuk hidrotherapy dan kegembiraan yang akan

meredakan dan membantu terhadap kontraksi terhadap ibu bersalin.

c) Perawatan mulut

Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan biasanya mempunyai napas

yang bau, bibir kering dan pecah-pecah, tenggorokan kering terutama jika dia

dalam persalinan selama beberapa jam tanpa cairan oral dan tanpa

perawatan mulut. Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak

menyenangkan bagi orang disekitarnya. Hal diatas dapat dihindari jika wanita

mampu mencerna cairan selama persalinannya.

Perawatan yang dapat diberikan :

1. Menggosok gigi : ibu bersalin harus diingatkan untuk membawa sikat gigi

dan pasta gigi kerumah sakit/ rumah bersalin untuk digunakan selama

persalinan.

2. Mencuci mulut : dengan pemberian produk pencuci mulut, sebagai

tindakan untuk menyegarkan napas.

3. Pemberian gliserin : untuk menghindari terjadinya kekeringan pada bibir

dapat digunakan gliserin dengan cara mengusapkannya.

4. Pemberian permen untuk melembabkan mulut dan tenggorokan.

Sebaiknya anjuran untuk aspirasi gunakan p[ermen lolipop.

d) Pengipasan

Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak mengeluarkan

keringat, bahkan pada ruang persalinan dengan kontrol suhu terbaikpun

mereka akan mengeluh berkeringat pada beberapa waktu tertentu. Jika

tempat persalinan tidak menggunakan pendingin akan menyebabkan

perasaan tidak nyaman dan sangat menyengsarakan wanita tersebut. Untuk


itu gunakan kipas atau bisa juga bila tidak adakipas dengan kertas atau lap

yang dapat digunakan sebgai pengganti kipas.

2) Kehadiran seorang pendamping secara terus-menerus

Ada beberapa keuntungan dalam dukungan yang berkesinambungan bagi ibu

bersalin, antara lain :

a. Berkurangnya kebutuhan analgesia farmakologi dan lebih sedikit epidural

b. Berkurangnya kelahiran instrumental

c. Pembedahan caesar untuk membantu kelahiran menjadi berkurang

d. Skor apgar < 7 lebih sedikit.

e. Berkurangnya trauma perinatal

Dukungan yang dapat diberikan oleh pendamping persalinan diantaranya adalah

a. Mengusap keringat

b. Memberikan motivasi dan semangat kepada ibu bersalin

c. Menemani atau membimbing jalan-jalan

d. Memberikan minum

e. Merubah posisi,dll

3) Pengurangan rasa sakit

Nyeri pada saat persalinan disebabkan oleh kontraksi rahim, dilatasi serviks dan

distensi perineum. Rasa nyeri yang terjadi saat persalinan dapat terjadi pada

daerah-daerah tertentu saja terutama disekitar perut.

Pendekatan-pendekatan untuk mengurangi rasa sakit, menurut varney ‘s

Midwifery:

a. Seorang yang dapat mendukung persalinan

b. Pengaturan posisi
c. Relaksasi dan latihan pernafasan

d. Istirahat dan privasi

e. Penjelasan mengenai proses / kemajuan dan prosedur

f. Asuhan tubuh

g. Sentuhan

4) Penerimaan atas sikap dan perilakunya

Beberapa ibu mungkin berteriak pada puncak kontraksi dan ada pula yang

berusaha untuk diam ada juga yang menangis. Itu semua merupakan tingkah

laku yang pada saat itu hanya dapat dilakukannya. Sebagi seorang bidan yang

dapat dilakukan adalah hanya menyemangatinya dan bukan memarahinya.

Penerimaan akan tingkah lakunya dan sikap juga kepercayaannya, apapun yang

dia lakukan merupakan hal terbaik yang mampu dia lakukan pada saat itu.

5) Informasi dan kepastian tentang hasil persalinan yang aman

a) Penjelasan tentang proses dan perkembangan persalinan

b) Penjelasan semua hasil pemeriksaan

c) Pengurangan rasa takut akan menurunkan nyeri akibat ketegangan dari rasa

takut.

f. Penatalaksanaan Dalam Proses Persalinan Kala I-IV Dan 2 Jam Post Partum

Persalinan dibagi atas empat tahap. Pada kala I disebut juga kala pembukaan,kala II

disebut dengan tahapan pengeluaran, kala III disebut kala uri, kala IV adalah2 jam

setelah plasenta keluar.

Persalinan dibagi atas empat tahap. Pada kala I disebut juga kala pembukaan, kala

II disebut dengan tahapan pengeluaran, kala III disebut kala uri, kala IV adalah 2 jam

setelah plasenta keluar. Dalam Asuhan Persalinan Normal (APN) dikenal dengan 60

langkah APN, yaitu :


1) Mendengar dan melihat tanda kala dua persalinan

a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran.

b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan/atau

vaginanya.

c) Perineum menonjol.

d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka.

2) Memastikan perlengkapan, bahan dan obat-obatan esensial siap digunakan.

3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih.

4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai di bawah siku, mencuci kedua

tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan

dengan handuk satu kali pakai/pribadi yang bersih.

5) Memakai satu sarung dengan dtt atau steril untuk semua pemeriksaan dalam.

6) Memasukkan oksitosin 10 unit ke dalam tabung suntik (dengan memakai

sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali

dipartus set/wadah disinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengkontaminasi

tabung suntik).

7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan

ke belakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah dibasahi air

disinfeksi tingkat tinggi. Jika mulut vagina, perineum atau anus terkontaminasi

oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka

dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi

dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi

(meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar di dalam larutan

dekontaminasi, langkah #9).


8) Dengan menggunakan teknik aseptik, melakukan pemeriksaan dalam untuk

memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban

belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi.

9) Mendekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang

masih memakai sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5% dan

kemudian melepaskannya dalam eadaan terbalik serta merendamnya di dalam

larutan klorin 0,5% selama 10 menit. Mencuci kedua tangan (seperti di atas).

10) Memeriksa denyut jantung janin (djj) setelah kontraksi berakhir untuk

memastikan bahwa djj dalam batas normal ( 120 – 160 kali / menit ).

a) Mengambil tindakan yang sesuai jika djj tidak normal.

b) Mendokumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, djj dan semua hasil-

hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf.

KALA II

11) Memberitahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik.

Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai keinginannya.

a) Menunggu hingga ibu mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan

pemantauan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan

pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan.

b) Menjelaskan kepada anggota keluarga bagaimana mereka dapat

mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran.

12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (pada

saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa

nyaman).

13) Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk

meneran :
a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk

meneran

b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran.

c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak

meminta ibu berbaring terlentang).

d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.

e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada

ibu.

f) Menganjurkan asupan cairan per oral.

g) Menilai djj setiap kontraksi uterus selesai.

h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam

waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam)

untuk ibu multipara, merujuk segera.

14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang

aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit

15) Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, meletakkan

handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi.

16) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu.

17) Membuka partus set.

18) Memakai sarung tangan dtt atau steril pada kedua tangan.

19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum

dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa

bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala

bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk

meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir.


20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu

terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi :

a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas

kepala bayi.

b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat

dan memotongnya.

21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan.

22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di

masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi

berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar

hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan

lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior.

23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang

berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan

lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan

tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk

menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian

atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir.

24) Setelah tubuh dari lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas

(anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung

dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu

kelahiran kaki.

25) Melakukan penilaian (sepintas):

a) Apakah bayi cukup bulan?

b) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?


c) Apakah bayi bergerak dengan aktif?

26) Segera mengeringkan bayi, membungkus kepala dan badan bayi kecuali

bagian pusat.

27) Memeriksa kembali uterus untuk memastikan hanya satu bayi yang lahir (hamil

tunggal) dan bukan kehamilan ganda (gamelli).

28) Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitosin agar uterus berkontraksi baik.

29) Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir menyuntikkan oksitosin 10 unit

(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (melakukan aspirasi sebelum

menyuntikkan oksitosin)

30) Setelah 2 menit sejak lahir, menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm

dari pusat bayi. Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu

dan memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama (ke arah ibu).

31) Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting dan

memotong tali pusat di antara dua klem tersebut.

32) Meletakkan bayi tengkurap di dada ibu untuk kontak kulit ibu-bayi.

33) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.

34) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis),

untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan

tali pusat.

35) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah

bawah pada tali pusat dengan lembut. Melakukan tekanan yang berlawanan

arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan

belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah

terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30–40 detik,

menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut


mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota

keluarga untuk melakukan ransangan puting susu..

36) Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kea rah dorsal

ternyata diikuti dengan pergeseran tali pusat kea rah distal maka lanjutkan

dorongan kea rah kranial hingga plasenta dapat dilahirkan.

a) Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya ditegangkan (jangan ditarik

secara kuat terutama jika uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu

jalan lahir (kea rah bawah-sejajar-lantai-atas)

b) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5

– 10 cm dari vulva.

c) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama

15 menit::

(1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit im.

(2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan

menggunakan teknik aseptik jika perlu.

(3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan.

(4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya.

(5) Jika plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi atau

terjadi perdarahan maka segera lakukan tindakan plasenta manual.

37) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan

menggunakan kedua tangan. Memegang plasenta dengan dua tangan dan

dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketubanterpilin. Dengan

lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. Jika selaput ketuban

robek, pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa

vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau
klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian

selaput yang tertinggal.

38) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, melakukan masase uterus,

meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan

melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras).

39) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan

selaput ketuban untuk memastikan bahwa selaput ketuban lengkap dan utuh.

Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau tempat khusus.

40) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan

segeramenjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif.

41) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik serta tidak

terjadi perdarahan pervaginam.

42) Mencelupkan kedua tangan yang memakai sarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5 %, membilas kedua tangan yang masih bersarung tangan tersebut

dengan air disinfeksi tingkat tinggi dan mengeringkannya dengan kain yang

bersih dan kering.

43) Memastikan uterus berkontraksi dengan baik serta kandung kemih kosong.

44) Mengajarkan ibu /keluarga cara melakukan massase uterus dan menilai

kontraksi.

45) Mengevaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah

46) Memeriksa nadi ibu dan memastikan keadaan umum ibu baik

47) Memantau keadaan bayi dan memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik

(40-60 kali / menit)

a) Jika bayi sulit bernafas, merintih, atau retraksi, diresusitasi dan segera

merujuk kerumah sakit.


b) Jika bayi napas terlalu cepat atau sesak napas, segera rujuk ke rs rujukan.

c) Jika kaki teraba dingin, pastikan ruangan hangat. Lakukan kembali kontak

kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut.

48) Menempatkan semua peralatan di dalam larutan klorin 0,5% untuk

dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah

dekontaminasi

49) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang

sesuai.

50) Membersihkan ibu dengan menggunakan air disinfeksi tingkat tinggi.

Membersihkan cairan ketuban, lendir dan darah. Membantu ibu memakai

pakaian yang bersih dan kering.

51) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan asi. Menganjurkan

keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan.

52) Mendekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5% dan membilas

dengan air bersih.

53) Mencelupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membalikkan

bagian dalam ke luar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10

menit.

54) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian mengeringkan

dengan handuk bersih dan kering atau tissue.

55) Memakai sarung tangan bersih/dtt untuk melakukan pemeriksaan fisik

56) Dalam satu jam pertama, beri salep/tetes mata profilaksis infeksi, vitamin k1 1

mg im di paha kiri bawah lateral, pemeriksaan fisik bayi baru lahir, pernapasan

bayi (normal 40-60 kali/menit) dan temperature tubuh (normal 36,5-37,5°c)

setiap 15 menit.
57) Setelah 1 jam pemberian vitamin k1 berikan suntikan imunisasi hepatitis b di

paha kanan bawah lateral. Letakkan bayi di dalam jangkauan ibu agar sewaktu-

waktu dapat disusukan.

58) Lepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan rendam di dalam larutan

klorin 0,5% selama 10 menit.

59) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan

dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.

60) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), memeriksa tanda vital

dan asuhan kala IV persalinan.

3. KONSEP DASAR BAYI BARU LAHIR

a. Pengertian Bayi Baru Lahir

Bayi baru lahir (BBL) normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan 37 minggu sampai 42

minggu dan berat badan lahir 2500 gram sampai dengan 4000 gram dan tanpa tanda –

tanda asfiksia dan penyakit penyerta lainnya (Noordiati, 2018).

Menurut Saifuddin (2014) bayi baru lahir (neonatus) adalah suatu keadaan dimana bayi

baru lahir dengan umur kehamnilan 37-42 minggu, lahir melalui jalan lahir dengan

presentasi kepala secara spontan tanpa gangguan, menangis kuat, napas secara spontan

dan teratur, berat badan antara 2.500-4.000 gram serta harus dapat melakukan

penyesuaian diri dari kehidupan intrauterine ke kehidupan ekstrauterin.

Bayi baru lahir adalah hasil konsepsi ovum dan spermatozoon dengan masa gestasi

memungkinkan hidup di luar kandungan. Tahapan bayi baru lahir yaitu umur 0 sampai 7

hari disebut neonatal dini dan umur 8 sampai 28 hari disebut neonatal lanut (Maternity,

Anjany &Evrianasari, 2018).


Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal adalah

bayi yang lahir dengan usia kehamilan aterm (37-42 minggu) dan berat badan normal

(2.500 gram-4000 gram).

b. Perubahan fisiologi bayi baru lahir

1) Sistem Pernafasan

Rangsangan gerakan pernafasan pertama terjadi karena beberapa hal berikut :

a) Tekanan mekanik dari torak sewaktu melalui jalan lahir (stimulasi mekanik).

b) Penurunan PaO2 dan peningkatan PaCO2 merangsang kemoresptor yang

terletak disinus karotikus (stimulasi kimiawi).

c) Rangsanan dingin didaerah muka dan perubahan suhu didalm uterus (stimulasi

sensorik)

d) Reflek deflasi hering breur.

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30 menit pertama

sesudah lahir. Usaha bayi pertama kaliuntuk mempertahankan tekanan alveoli,

selain karena adanya surfaktan, juga karena adanya tarikan nafas dan

pengeluaran nafas dengan merintih sehingga udara bisa tertahan didalam. Cara

neonatus bernafas diafragma dan bernafas dengan cara abdominal, sedangkan

untuk frekuensi dan dalamnya bernafas belum teratur.

2) Peredaran Darah

Setelah bayi lahir, paru akan berkembang yang akan mengakibatkan tekanan arteriol

dalam paru menurun yang dikuti dengan menurunnya tekanan pada jantung kanan.

Kondisi ini menyebabkan tekanan jantung kiri lebih besar dibandingkan dengan

tekanan jantung kanan, dan hal tersebut membuat foremen ovale secara fungsional

menutup. Hal ini terjadi pada jam – jam pertama setelah lahir. Oleh karena tekanan
dalam paru turun dan tekanan aorta desenden naik dan juga karena rangsangan

biokimia (PaO2 yang naik ) serta duktus atrteriousus yang berobliterarsi. Hal ini

terjadi pada hari pertama.

Aliran darah paru pada hari pertama kehidupan adalah 4 -5 liter permenit/m 2

(Gessner, 1965).Aliran darah sistolik pada hari pertama rendah yaitu 1,96

liter/menit/m2 dan bertambah pada hari kedua dan ketiga (3,54 liter/m2) karena

penutupan duktus arteriousus. Tekanan darah pada waktu lahir dipengaruhi oleh

jumlah darah yang melalui transfuse plasenta yang pada jam – jam pertama sedikit

menurun, untuk kemudian naik lagi dan menajdi konstan kiraa – kira 85/40 mmHg.

3) Suhu Tubuh

Empat kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru lahir

kehilangan panas tubuhnya.

a) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung

dengan tubuh bayi (pemindahan panas dari tubuh bayi keobjek lain melalu

kontak langsung Sebagai contoh, konduksi bisa terjadi ketika menimbang bayi

tanpa alas timbangan , memegang bayi saat tangan dingin, dan menggunakan

stetoskop dingin untuk pemeriksaan BBL.

b) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi keudara sekitarnya yang sedang bergerak (jumlah

panas yang hilang bergantung pada kecepatan dan suhu udara). Sebagai
contoh, konveksi dapat terjadi ketika membiarkan atau menempatkan BBL dekat

jendela, atau membiarkan BBL diruangan yang terpasang kipas angin.

c) Radiasi

Panas dipancarkan dari BBL keluar tubuhnya kelingkungan yang lebih dingin

(pemindahan panas dari 2 objek yang mempunyai suhu berbeda). Sebagai

contoh, membiarkan BBL dalam ruangan AC tanpa diberikan pemanas (radiant

warmer), membiarkan BBLberdekatan dengan ruangan yang dingin (dekat

tembok) (Sunarsih, dewi ,2010;h.13-14). Harus diingat bahwa bayi pada saat

lahir mempunyai suhu 0,5 – 1 C lebih tinggi dibanding dengan suhu ibunya.

Sayangnya, tidak jarang bayi mengalami penurunan suhu tubuh menjadi 35 –

35,5 C dalam 15 – 30 menit karena kecerobohan perawat diruang bersalin.

Ruang bersalin seringkali tidak cukup hangat, dengan aliran udara yang dingin di

dekat bayi (yang berasal dari AC di dekat troli resusitasi), atau petugas tidak

mengeringkan dan menyelimuti bayi dengan baik segera setelah dilahirkan.

Sebagian besar penyulit pada neonatus, seperti distres pernafasan, hipoglikemia,

dan gangguan pembekuan darahlebih sering terjadi dan lebih berat bila bayi

mengalami hipotermi(SarwonoPrawirohardjo,2008;h.368).

d) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang tergantung pada kecepatan dan

kelembapan udara (perpindahan panas dengan cara mengubah cairan menjadi

uap). Evaporasi ini dipengaruhi oleh jumlah panas yang dipaka, ditingkat

kelembadan udara, dan aliran udara yang melewati. Apabila BBL dibiarkan dalam

suhu kamar 25 ºC, maka bayi akan kehilangan panas melalui konveksi, radiasi,

dan evaporasi yang besarnya 200kg/BB, sedangkan yang dibentuk hanya

sepersepuluhnya saja.
4) Metabolisme

Luas peermukaan tubuh neonatus relatif lebih luas dari tubuh orang dewasa,

sehingga metabolisme basal per kg berat badan akan lebih besar. Oleh karena

itulah, BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga energi dapat

diperoleh dari metabolisme karbohidrat dan lemak.

Dari jam – jam pertama kehidupan, energi didapatkan dari perubahan karbohidrat,.

Pada hari kedua, energi berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapat susu,

sekitar dihari keenam energi diperoleh dari lemak dan karbohidrat yang masing –

masing sebesar 60 dan 40%.

5)Keseimbangan Air Dan Fungsi Ginjal

Tubuh BBL mengandung relatif banyak air. Kadar natrium juga relatif lebih besar

dibandingkn dengan kalium karena ruangan ektraseluler yang luas. fungsi ginjal

belum sempurna karena :

a. Jumlah nefron masih belum senyak orang dewasa

b. Ketidakseimbagan luas permukaan glomerulus dan volume tubulus proksimal.

c. Renal blood flow relatif kurang dibandingakan dengan orang dewasa (Dewidan

sunarsih,2014;h.14-15).

Neonatus harus miksi dalam waktu 24 jam setelah lahir, dengan jumlah urine sekitar

20 – 30 ml/hari dan menigkat menjadi 100 –200 ml, hari pada waktu akhir minggu

pertama. Urinenya encer, warna kekuning–kuningan dan tidak berbau (Dwi

Maryanti,dkk,2015;h.19).

6) Imunoglobulin
Bayi baru lahir tidak memiliki sel plasma pada sumsum tulang juga tidak memiliki

lamina propia ilium dan apendiks. Plasenta merupakan sawar, sehingga fetus bebas

dari antegen dan stres imunologs. Pada BBL hanya terdapat gamaglobulin G,

sehingga imunologi dari ibu dapat berpindah melalui plasenta karena berat

molekulnya kecil. Akan tetapi, bila ada infeksi yang dapat melalui plesenta (lues,

tokoplasma ,herpes simpleks, dan lain – lain) reaksi imunologi dapat terjadi dengan

pembentukan sel plasma serta antibodi gama A, G dan M.

7) Traktus Digestivus

Traktus digentivus relatis lebih berat dan lebih panjang dibandingkan dengan orang

dewasa. Pada neonatus, traktus digentivus mengandung zat berwarna hitam

kehijauan terdiri atas mukopolisakarida atau disebut juga mekonium. Pengeluaran

mekonium biasanya pada 10 jam pertama kehidupan dan dalam 4 hari setelah

kelahiran biasanaya feses sudah berbentuk dan berwarna biasa. enzim dalam

traktus digentivus biasanya sudah terdapat pada neonatus, kecuali enzim amilase

pankreas (Dewi dan Sunarsih,2014;h.15).

Kapasitas lambung neonatus sangat bervariasi dan tergantung pada ukuran bayi,

sekitar 30 – 90 ml. Pengosongan dimulai dalam beberapa menit pada saat

pemberian makanan dan selesai antara 2- 4 jam setelah pemberian makanan dan

pengosongan dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain waktu dan volume

makanan, jenis dan suhu makanan serta stres fisik . Neonatus memiliki enzim lipase

dan amylase dalam jumlah sedikit sehingga neonatus kehilangan untuk mencerna

karbohidrat dan lemak. Pada waktu lahir, usus dalam keadaan steril hanya dalam

beberapa jam. Terdengar bunyi isi perut dalam 1 jam pertama kelahiran

(Maryanti,dkk,2014;h.20).
Mekonium yang ada dalam usus besar sejak 16 minggu kehamilan, diangkat dalam

24 jam pertama kehidupan dan benar – benar dibuang dalam 48 – 72 jam. Feses

pertama berwarna hijau kehitam – hitaman, keras, dan mengandung empedu. Pada

hari 3 – 5 feses berubah warna menjadi kuning kecoklatan. Begitu bayi diberi

makanan, kotoran berwarna kuning. Kotoran bayi yang meminum susu botol lebih

pucat warnanya, lunak dan berbau agak tajam. Bayi BAB 4 -6 x sehari. Refleks

gumoh dan refleks batuk yang matang sudah terbenuk dengan baik pada saat lahir.

Kemampuan neonatus cukup bulan untuk menelan dan mencerna makanan (selain

susu) masih terbatas.

Hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih belum sempurna yang

mengakibatkan gumoh neonatus. Untuk mengfungsikan otak memerlukan glukosa

dalam jumlah tertentu. Dengan tindakan penjepitan tali pusat dengan klem pada saat

lahir seseorang neonatus harus mulai mempertahankan kadar glukosa darahnya

sendiri. Pada saat neonatus glukosa darah akan turun dalam waktu cepat (1 – 2

jam). Untuk mengkoreksi penurunan kadar glukosa dapat dilakukan dengan

penggunaan ASI, menggunakan cadangan glikogen dan melalui pembuatan glukosa

dari sumber lain terutama lemak, nenotus yang tidak mampu mencerna makanan

dengan jumlah yang cukup, akan membuat glukosa dari glukogen (glikogenisasi)

(Maryanti,2014.h.20-21).

8) Hati

Segera setelah lahir, hati menunjukkan perubahan kimia dan morfologis yang berupa

kenaikan kadar protein dan penurunan kadar lemak serta glikogen. Sel hemopoetik

juga mulai berkurang, walaupun dalam waktu yang agak lama.enzim hati belum aktif

brnar pada waktu bayi baru lahir, daya detoksifikasi hati pada neonatus juga belum

sempurna, contoh pemberian obat klorofenikol dengan dosis lebih dari


50mg/kgBB/hari dapat menimbulkan grey baby syndrom (Dewi dan Sunarsih, 2014;

h.15).

9) Perubahan – Perubahan Sistem Reproduksi

Pada neonatus perempun labia mayora dan labia minora mengaburkan vestibulum

dan menutup klitoris. Pada noenatus laki – laki preputium biasanya tidak

sepenuhnya tertarik masuk dan testis sudah turun. Pada bayi laki – laki dan

perempuan penarikan estrogen maternal menghasilkan.

kongesti lokal di dada dan yang kadang – kadang diikuti oleh sekresi susu pada hari

ke 4 atau ke 5. Unutk alasan yang sama gejala haid dapat berkembang pada bayi

perempuan.

10)Perubahan Sistem Skeletal

Tubuh neonatus kelihatan sedikit tidak proposional, tangan sedikit lebih panjang dari

kaki, punggung neonatus kelihatan lurus dan dapat ditekuk dengan mudah, neonatus

dapat mengangkat dan memutar kepala ketika menelungkup. Fontanel posterior

tertutup dalam waktu 6 – 8 minggu. Fontanel anterior tetap terbuka hingga usia 18

bulan.

11)Perubahan Sistem Neuromuskular

Dibandingkan dengan sistem tubuh lain, sistem saraf neonatus baik secara anatomi

maupun fisiologi. Ini menyebabkan kegiatan refleks pina dan batang otak dengan

kontrol minimal oleh lapisan luar serebrum pada bulan – bulan awal walaupun

interaksi sosial terjadi lebih awal.Setelah nneonatus lahir, pertumbuhan otak

memerlukan persediaan oksigen dan glukosa yng tetap dan memadai. Otak yang
masih muda rentan terhadap hipoksia, keseimbangan biokimia, infeksi dan

perdarahan (Dwi Maryanti,dkk,2014;h.23).

12)Keseimbangan Asam Basa

Tingkat keasaman (pH) dara pada waktu lahir umumnya rendah karena glikolisis

anaerobik. Namum, dalam waktu 24 jam, noenatus telah mengompensasi asisosis

ini (Dewi dan Sunarsih, 2014 ; h.15).

c. Tanda-tanda Bayi Baru Lahir Normal

Menurut Maternity, Anjany dan Evrianasari (2018), ciri-ciri bayi baru lahir normal antara

lain:

1) Berat badan : 2500 – 4000 gram.

2) Panjang badan lahir : 48 – 52 cm.

3) Lingkar kepala : 33 – 35 cm.

4) Lingkar dada : 30 – 38 cm.

5) Bunyi jantung : 120-160 x/menit.

6) Pernafasan : 40-60 x/menit.

7) Kulit kemerahan dan licin karena jaringan dan diikuti vernik caseosa.

8) Rambut lanugo terlihat, rambut kepala biasanya sudah sempurna.

9) Kuku telah agak panjang dan lepas.

10) Genetalia jika perempuan labia mayora telah menutupi labia minora, jika laki-laki

testis telah turun, skrotum sudah ada.

11) Refleks hisap dan menelan telah terbentuk dengan baik.

12) Refleks morrrow atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

13) Refleks graps atau menggemgam sudah baik.


14) Eliminasi baik, urine dan mekonium akan keluar dalam 24 jam. Mekonium

berwarna hitam kecoklatan.

d. Kebutuhan Dasar Bayi Baru Lahir

1) Kebutuhan Fisik BBL

a. Nutrisi

Legawati (2018) menganjurkan berikan ASI sesering mungkin sesuai keinginan

ibu (jika payudara penuh) dan tentu saja ini lebih berarti pada menyusui sesuai

kehendak bayi atau kebutuhan bayi setiap 2-3 jam (paling sedikit setiap 4 jam),

bergantian antara payudara kiri dan kanan. Seorang bayi yang menyusu sesuai

permintaannya bisa menyusu sebanyak 12-15 kali dalam 24 jam.

b. Cairan dan Elektrolit

Menurut Legawati (2018) air merupakan nutrien yang berfungsi menjadi medium

untuk nutrien yang lainnya. Air merupakan kebutuhan nutrisi yang sangat penting

mengingat kebutuhan air pada bayi relatif tinggi 75-80 % dari berat badan

dibandingkan dengan orang dewasa yang hanya 55-60 %. Bayi baru lahir

memenuhi kebutuhan cairannya melalui ASI. Segala kebutuhan nutrisi dan

cairan didapat dari ASI.

c. Personal Higiene

Menurut Legawati (2018) menjelaskan memandikan bayi baru lahir merupakan

tantangan tersendiri bagi ibu baru. Ajari ibu, jika ibu masih ragu untuk

memandikan bayi di bak mandi karena tali pusatnya belum pupus, maka bisa

memandikan bayi dengan melap seluruh badan dengan menggunakan waslap


saja. Yang penting siapkan air hangat-hangat kuku dan tempatkan bayi didalam

ruangan yang hangat tidak berangin. Lap wajah, terutama area mata dan

sekujur tubuh dengan lembut. Jika mau menggunakan sabun sebaiknya pilih

sabun yang 2 in 1, bisa untuk keramas sekaligus sabun mandi. Keringkan bayi

dengan cara membungkusnya denga handuk kering.

2) Kebutuhan Kesehatan Dasar

a. Pakaian

Pakaikan baju ukuran bayi baru lahir yang berbahan katun agar mudah

menyerap keringat. Sebaiknya bunda memilih pakaian berkancing depan untuk

memudahkan pemasangan pakaian. Jika suhu ruangan kurang dari 25oC beri

bayi pakaian dobel agar tidak kedinginan. Tubuh bayi baru lahir biasanya sering

terasa dingin, oleh karena itu usahakan suhu ruangan tempat bayi baru lahir

berada di 27oC. Tapi biasanya sesudah sekitar satu minggu bayi baru lahir akan

merespon terhadap suhu lingkungan sekitarnya dan mulai bisa berkeringat

(Noordiati, 2018).

b. Anitasi Lingkungan

Bayi masih memerlukan bantuan orang tua dalam mengontrol kebutuhan

sanitasitasinya seperti kebersihan air yang digunakan untuk memandikan bayi,

kebersihan udara yang segar dan sehat untuk asupan oksigen yang maksimal

(Noordiati, 2018).

c. Perumahan

Suasana yang nyaman, aman, tentram dan rumah yang harus di dapat bayi dari

orang tua juga termasuk kebutuhan terpenting bagi bayi itu sendiri. Saat dingin

bayi akan mendapatkan kehangatan dari rumah yang terpunuhi kebutuhannya.

Kebersihan rumah juga tidak kalah terpenting. Bayi harus terbiasa dengan sinar
matahari namun hindari dengan pancaran langsung sinar matahari

dipandangan matanya. Yang paling utama keadaan rumah bisa di jadikan

sebagai tempat bermain yang aman dan menyenangkan untuk anak (Legawati,

2018).

3) Kebutuhan psikososial

a. Kasih Sayang ( Bounding Attachmet )

Ikatan antara ibu dan bayinya telah terjadi sejak masa kehamilan dan pada saat

persalinan ikatan itu akan semakin kuat. Bounding merupakan suatu hubungan

yang berawal dari saling mengikat diantara orangtua dan anak, ketika pertama

kali bertemu. Attachment adalah suatu perasaan kasih sayang yang meningkat

satu sama lain setiap waktu dan bersifat unik dan memerlukan kesabaran.

Hubungan antara ibu dengan bayinya harus dibina setiap saat untuk

mempercepat rasa kekeluargaan. Kontak dini antara ibu, ayah dan bayi disebut

Bounding Attachment melalui touch/sentuhan (Legawati, 2018).

b. Rasa Aman

Rasa aman anak masih dipantau oleh orang tua secara intensif dan dengan

kasih sayang yang diberikan, anak merasa aman (Noordiati, 2018).

c. Harga Diri

Dipengaruhi oleh orang sekitar dimana pemberian kasih saying dapat

membentuk harga diri anak. Hal ini bergantung pada pola asuh, terutama pola

asuh demokratis dan kecerdasan emosional(Noordiati, 2018).

d. Rasa Memiliki

Didapatkan dari dorongan orang di sekelilingnya (Noordiati, 2018).

e. Penatalaksanaan Bayi Baru Lahir


1. Pencegahan infeksi

BBL sangat rentan terhadap infeksi yang disebabkan oleh paparan atau kontaminasi

mikro organisme selama proses persalinan berlangsung maupun beberapa saat setelah

lahir. Sebelum menangani BBL, pastikan penolong persalinan telah melakukan upaya

pencegahan infeksi berikut:

a) Persiapan diri

Cuci tangan dengan seksama kemudian keringkan , sebelum dan setelah

bersentuhan dengan nayi, serta memakai sarung tangan bersih pada saat

menangani bayi yang belum dimandikan.

b) Persiapan alat

Pastikan semua peralatan dan bhan yang digunakan, terutama klem, gunting, alat-

alat resusitasi dan benang tali pusat telah di DTT atau seterilisasi. Pastikan semua

pakaianan, handuk, selimut, dan ain yang digunakan untuk bayi, sudah dalam

keadaan bersih. Dekontaminasi dan cuci semua alat setiap kali setelah digunakan.

c) Persiapan tempat

Menggunakan ruangan yang hangat dan terang, siapkan tempat resusuitasi yang

datar, rata, cukup keras, bersih, kering dan hangat.

2. Penilaian awal

Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4 pertanyaaan: Sebelum

bayi lahir:

a. Apakah kehamilan cukup bulan?

b. Apakah ketuban jernih, tidak bercampur mekonium


c. Apakah bayi lahir menanggis atau bernafas/tidak megap-megap?

d. Apakah tonus otos bayi aktif atau bayi bergerak aktif.

3. Mencegah kehilangan panas

Cegah terjadinya kehilangan panas melalui upaya sebagai berikut:

a. Keringkan tubuh bayi tanpa membersihkan verniks Keringkan bayi mulai dari muka,

kepala dan bagian tubuh yang lain nya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan

verniks. Verniks akan membantu menghangatkan tubuh bayi. Ganti handuk basah

dengan handuk atau kain yang kering. Biarkan bayi diatas perut ibu.

b. Letakkan bayi didada ibu agar ada kontak kulit ibu kekulit bayi Letakkan bayi

tengkurep didada ibu. Luruskan dan usahakan kedua bahu bayi menempel didada

atau perut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara kedua payudara ibu dengan

posisi sedikit lebih rendah dari puting payudara ibu.

c. Selimuti ibu dan bayi dan pasang topi dikepala bayi.

Selimuti tubuh ibu dan bayi denagn kain hangat dan pasang topi dikepala bayi.

Bagian kepala bayi memiliki luas permukaan yang relatif luas dan bayi akan cepat

kehilangan panas dengan bgian tersebuat tidak tertutup.

d. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir

Lakukan penimbangan setelah 1 jam kontak kulit ibu kekulit bayi dan bayi selesai

menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas tubuhnya.

4. Memotong dan mengikat tali pusat

a. Klem, potong dan ikat tali pusat 2 menit pasca bayi lahir.

Untuk menyuntikan oksitosin dilakukan sebelum tali pusat dipotong.

b. Lakukan penjepitan ke-1 tali pusat dengan klem logam DTT 3 cm dari dinding perut (

pangkal pusat) bayi. Dari titik jepitan, urut tali pusat dengan dua jari kemudian
dorong isi tali pusat kearah ibu (agar darah tidak terpancar pada saat dilakukan

pemotongan tali pusat).

Lakukan penjepitan ke-2 dengan jarak 2 cm dari tempat jepitan ke-1 kearah ibu.

c. Pegang tali pusat diantara kedua klem tersebut, satu tangan menjadi landasan tali

pusat sambil melindungi bayi, tangan yang lain memotong tali pusat diantara 2 klem

tersebut dengan menggunakan gunting DTT atau steril.

d. Ikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi kemudian melingkarkan

kembali benang tersebut dan mengikatnya dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

e. Lepaskan klem logam penjepit tali pusat dan masukkan ke dalam larutan klorin

0,5%.

f. Letakan bayi tengkurap didada ibu untuk IMD.

5. Pemberian IMD

a) Inisiasi menyusu dini

Langkah inisiasi Menyusu Dini (IMD) :

(1) Bayi untuk mendapatkan kontak kulit dengan kulit dengan ibunya segera

setelah lahir selama paling sedikit satu jam

(2) Bayi harus debiarkan untuk melakukan IMD dan ibu dapat mengenali bahwa

bayinya siap untuk menyusu serta memberi bantuan jika diperlukan.

(3) Menunda semua prosedur lainnya yang harus dilakukan kepada BBL hingga

inisiasi menyusu selsai dilakukan, prosedur tersebut seperti: pemberian

salep/tetes mata, pemberian vitamin K1, menimbang dan lain-lain.

b) Keuntungan IMD untuk ibu

(1) Membantu kontraksi uterus sehingga menurunkanrisiko perdarahan pasca

persalinan.

(2) Merangsang pengeluaran kolosterum dan meningkatkan produksi ASI.


(3) Membantu ibu mengatasi stres sehingga ibu lebih tenang dan tidak nyeri pada

saat plasenta lahir dan prosedur pasca persalinan lainnya.

(4) Meningkatkan produksi ASI

(5) Menunda ovulasi

c) Keuntungan IMD untuk bayi

1. Mempercepat keluarnya kolostrum yaitu makanan dengan kualitas dan kuantitas

optimalkan unutuk kebutuhan bayi

2. Mengurangi infeksi dengan kekebalan pasif (melalui kolostrum) maupun aktif

3. Mengurangi 22% kematian bayi berusia 28 hari kebawah

4. Meningkatkan kebersihan menyusui secara eksklusif dan lamanya bayi disusui

membantu bayi mengkoordinasikan kemampuan isap, telan, dan napas. Refleks

menghisap awal pada bayi paling kuat dalam bebrapa jam pertama setelah lahir

5. Meningkatkan jalinan kasih sayang ibu dengan bayi.

6. Mencegah kehilangan panas.

6. Pemberian vitamin K1

Semua BBL harus diberi vitamin K1 (phytomenadione) injeksi 1 mg intramuskuler

setelah proses IMD dan bayi menyusu untuk mencegah perdarahan BBL akibat

defisiensi vitamin K yang dapat dialami oleh sebagian BBL.

7. Pencegahan infeksi Mata

Salep atau tetes mata untuk pencegahan infeksi mata diberikan setelah proses IMD dan

bayi selesai menyusu. Pencegahan infeksi mata tersebut mengandug tetrasiklin 1% atau

antibiotik lain. Upaya pencegahan infeksi mata kurang efektif jika diberikan > 1 jam

setelah kelahiran.

8. Pemberian imunisasi bayi baru lahir


Imunisasi Hepatitis B bermanfaat untuk mencegah infeksi Hepatitis B tehadap bayi,

terutama jalur penularan ibu-bayi. Imunisasi Hepatitis B pertama diberikan 1-2 jam

setelah pemberian vitamin K1, pada saat bayi baru berusia 2 jam. Untuk bayi yang lahir

difasilitasi kesehatn dianjurkan diberikan BCG dan OPV pada saat sebelum bayi pulang

dari klinik. Lakukan pencatatan dan anjurkan ibu untuk kembali untuk mendapatkan

imunisasi berikan sesuai jadwal pemberian imunisasi.

9. Rawat gabung.

Adalah suatu cara perawatan ibu dan bayi yang baru dilahirkan tidak dipisaahkan,

melainkan ditempatkan dalam sebuah runag , kamar ataau tempat bersama- sama

selama 24 jam penuh dalam seharian. Dengan kata lain, rawat gabung adalah suatu

sistem perawatan ibu dan bayi bersama-sama atau pada tempat yang berdekatan

sehingga memungkinkan sewaktu-waktu atau setiap saat ibu tersebut dapat menyusui

bayinya. Menurut sifatnya, rawat gabung dibedakan menjadi dua yakni rawat gabung

kontinu, yaitu bayi berda di samping ibu terus menerus, serta rawat gabung intermiten

yaitu bayi hanya sewaktu – waktu saja bersama ibu misalnya pada saat bayi akan

menetek saja.

Tujuan rawat gabung secara umum adalah membina hubungan emosional antara ibu

dan bayi, meningkatkan penggunaan air susu ibu (ASI), pencegahan infeksi dan

pendidikan kesehatan bagi ibu. Dengan rawat gabung, ibu dapat menyusui bayinya

sedini mungkin, kapan saja, dimana saja bayi membutuhkanya. Ibu dapat melihat dam

memahami cara perawatan bayi secara benar yang dilakukan oleh petugas, ibu

mempuyai pengalaman dalam merawat bayinya sendiri selagi ibu masih di rumah sakit,

dapat melibatkan suami secara aktif untuk membantu ibu dalam dalam menyusui
bayinya secara baik dan benar, ibu mendapat kehangatan emosinal atau batin karena

selalu kontak dengan bayinya.

Syarat bayi baru lahir bisa dilakukan rawat gabung, antara lain bayi lahir spontan, baik

presSentasi kepala maupun bokong. Apabila bayi lahir dengan tindakan, maka rawat

gabung dilakukan setelah bayi cukup sehat, reflek menghisap baik, tidak ada tanda –

tanda infeksi dan lain-lain. Apabila bayi lahir secara seksio sesaria dengan pembiusan

umum, rawat gabung dilakukan setelah ibu sadar dan bayi tidak mengantuk, 4-6 jam

setelah operasi selesai. Syarat lain agar agar bayi baru lahir bisa dirawat gabung,

adalah bayi tidak asfiksia setelah 5 menit pertama ( nilai APGAR lebih dari tujuh ), umur

kehamilan lebih dari atau samaa dengan 37 minggu, berat lahir lebih dari atau sama

dengan 2500 gram, tidak terdapat tanda infeksi intrapartum, bayi dan ibu dalam

keadaan sehat.

4. Konsep Dasar Nifas

a. Pengertian Nifas

Nifas merupakan sebuah fase setelah ibu melahirkan dengan rentang waktu kira-

kira selama 6 minggu. Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta keluar

sampai alat-alat kandungan kembali normal seperti sebelum hamil (Asih &

Risneni, 2016).

Masa Nifas (puerperium) adalah masa setelah keluarnya pasenta sampai alat-

alat reproduksi pulih seperti sebelum hamil dan secara normal masa nifas

berlangsung selama 6 minggu atau 40 hari (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Berdasarkan definisi diatas dapat disimpukan bahwa masa nifas adalah masa

pulihnya kembali organ reproduksi setelah melahirkan seperti sebelum hamil dan
membutuhkan waktu selama 6 minggu atau 40 hari.

b. Tahapan Masa Nifas

Masa nifas dibagi dalam 3 tahap, yaitu puerperium dini (immediate puerperium),

puerperium intermedial (early puerperium), dan remote puerperium (later

puerperium). Adapun penjelasannya sebagai berikut :

1) Puerpenium dini (immediate puerperium), yaitu suatu masa kepulihan dimana

ibu diperbolehkan untuk berdiri dan berjalan-jalan (waktu 0- 24 jam

postpartum).

2) Puerpenium intermedial (early puerperium), suatu masa dimana kepulihan dari

organ-organ reproduksi secara menyeluruh selama kurang lebih 6-8 minggu.

3) Remote puerpenium (late puerperium), waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat kembali dalam keadaan sempurna secara bertahap terutama jika

selama masa kehamilan dan persalinan ibu mengalami komplikasi, waktu

untuk sehat bisa berminggu-minggu, bulan bahkan tahun (Walyani &

Purwoastuti, 2015).

c. Perubahan-Perubahan Dan Adaptasi Fisiologi Dan Psikologis Ibu Nifas

1) Mengidentifikasi perubahan fisiologi masa nifas

a) Sistem reproduksi

Perubahan fisiologis terjadi sejak hari pertama melahirkan. Adapun perubahan

fisik yang terjadi adalah :

Pada masa nifas, alat genetalia external dan internal akan berangsur-angsur

pulih seperti keadaan sebelum hamil.

(1) Involusi uterus


Pemulihan uterus pada ukuran dan kondisi normal.setelah kelahiran bayi

diketahui sebagai involusi. Pada akhir kala 3 dari persalinan uterus berada

pada garis tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus, dengan fundus

menetap pada sacral promontorium pada waktu ini, ukuran uterus kurang

lebih sama dengan umur kehamilan 16 minggu. Uterus mempunyai panjang

kira-kira 14 cm, lebar 12 cm, dan tebal 10 cm serta berat kira-kira 1000 gr.

Pada saat bayi lahir uterus setinggi pusat berat uterus 1000 gram, saat

plasenta lahir uterus dua jari bawah pusat berat uterus 750 gram, setelah 1

minggu post partum uterus berada di pertengahan pusat-simfisis dengan

berat uterus 500 gram, 2 minggu post partum uterus sudah tidak teraba

diatas simfisis dengan berat 350 gram, uterus semakin bertambah kecil di 6

minggu post partum dengan berat uterus sekitar 50 gram, dan uterus akan

kembali normal kekeadaan semula pada minggu ke 8 dengan berat 30

gram.

(2) Endometrium

Perubahan-perubahan endometrium ialah timbulnya trombosis degenerasi

dan nekrosis di tempat inplantasi plasenta.

Hari I : endometrium setebal 2-5 mm dengan permukaan yang kasar akibat

pelepasan desidua dan selaput janin.

Hari II : permukaan mulai rata akibat lepasnya sel-sel dibagian yang

mengalami degenerasi.

(3) Lochea

Lochea adalah cairan secret yang berasal dari kavam uteri dan vagina

dalam masa nifas. 1) Lochea rubra (1-3 hari post partum) Jumlahnya

sedang, berwarna merah dan hitam. 2) Lochea sanginolenta (3-7 hari)


Jumlahnya berkurang dan berwarna putih bercampur merah. 3) Lochea

serosa (7-14 hari) Jumlahnya sedikit, berwarna kekuningan. 4) Loche alba

Setelah hari ke-14 berwarna putih.

(4) Involusi tempat plasenta.

Uterus pada bekas inplantasi plasenta merupakan luka yang kasar dan

menonjol ke dalam cavum uteri. Segera setelah plasenta lahir, penonjolan

tersebut dengan diameter + 7,5 cm, sesudah 2 minggu diameternya

menjadi 3,5 cm dan 6 minggu telah mencapai 24 mm.

Perubahan pada pembuluh darah uterusPada saat hamil arteri dan vena

yang mengantar darah dari dan ke uterus khususnya ditempat inplantasi

plasenta menjadi besar setelah post partum otot-otot berkontraksi,

pembuluh-pembuluh darah pada uterus akan terjepit, proses ini akan

menghentikan darah setelah plasenta lahir.

(5) Perubahan servix

Segera setelah post partum, servix agak menganga seperti corong, karena

corpus uteri yang mengadakan kontraksi. Sedangkan servix merah kehitam-

hitaman karena pembuluh darah. Segera setelah bayi dilahirkan, tangan

pemeriksa masih dapat dimasukan 2-3 jari saja dan setelah 1 minggu hanya

dapat dimasukkan 1 jari ke dalam cavum uteri.

(6) Vagina dan pintu keluar panggul

Vagina dan pintu keluar panggul membentuk lorong berdinding lunak dan

luas yang ukurannya secara perlahan mengecil. Pada minggu ke- 3 post

partum, hymen muncul beberapa jaringan kecil dan menjadi corunculac

mirtiformis.

(7) Perubahan di peritoneum dan dinding abdomen


Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang meregang sewaktu

kehamilan dan partus, setelah janin lahir berangsur-angsurciut kembali.

Ligamentum latum dan rotundum lebih kendor dari pada kondisi sebelum

hamil.

Payudara

Pada payudara terjadi perubahan atropik yang terjadi pada organ, payudara

mencapai maturitas yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi

supresi payudara akan lebih menjadi besar, kencang dan lebih nyeri tekan

sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.

Hari kedua post partum sejumlah colostrum cairan yang disekresi oleh

payudara selama lima hari pertama setelah kelahiran bayi dapat diperas dari

puting susu. Colostrum banyak mengandung protein, yang sebagian besar

globulin dan lebih banyak mineral tapi gula dan lemak sedikit.

b) Perubahan sistem pencernaan

(1) Ibu menjadi lapar dan siap untuk makan pada 1-2 jam setelah bersalin.

Konstipasi dapat menjadi masalah pada awal puerperium akibat dari

kurangnya makanan padat dan pengendalian diri terhadap BAB. Ibu dapat

melakukan pengendalian terhadap BAB karena kurang pengetahuan dan

kekhawatiran lukanya akan terbuka bila BAB.

(2) Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari

setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus

menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum,

diare sebelum persalinan, kurang makan, atau dehidrasi. Ibu seringkali

sudah menduga nyeri saat defekasi katrena nyeri yang dirasakannya di


perineum akibat episiotomi, laserasi, atau hemoroid. Kebiasaan buang air

yang teratur perlu dicapai kembali setelah tonus usus kembali ke normal.

c) Perubahan sistem perkemihan

(1) Terjadi diuresis yang sangat banyak dalam hari-hari pertama puerperium.

Diuresi yang banyak mulai segera setelah persalinan sampai 5 hari

postpartum. Empat puluh persen ibu poostpartum tidak mempunyai

proteinuri yang patologi dari segera setelah lahiran sampai hari kedua

postpartum, kecuali ada gelaja infeksi dan preeklamsi.

(2) Dinding saluran kencing memperlihatkan oedema dan hyperaemia. Kadang-

kadang oedema dari trigonum, menimbulkan obstruksi dari uretra sehingga

terjadi retensio urine. Kandung kencing dalam puerperium kurang sensitive

dan kapasitasnya bertambah, sehingga kandung kencing poenuh atau

sesudah kencing masih tinggal urine residual. Sisa urine ini dan trauma

pada kandung kencing waktu persalinan memudahkan terjadinya infeksi.

Dilatasi ureter dan pyelum, normal kembali dalam waktu 2 minggu.

d) Perubahan sistem muskuloskeletal

(1) Adaptasi sistem muskuluskeletal ibu yang terjadi mencakup hal-hal yang

dapat membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat

berat ibu akibat pembesaran uterus. Stabilissi sendi lengkap akan terjadi

pada minggu ke-6 sampai ke-8 setelah wanita melahirkan.

(2) Dinding abdominal lembek setelah proses persalinan karena peregangan

selama kehamilan. Semua wanita puerperal mempunyai beberapa derajat

tingkat diastasis recti, yang merupakan separas dari otot rectus abdomen.

Berapa parah diastasis ini adalah tergantung pada sejumlah faktor

termasuk kondisi umum wanita dan tonus otot, apakah wanita berlatih
dengan setia untuk memperoleh kembali kesamaan otot abdominalnya,

pengaturan jarak kehamilan (apakah dia mempunyai waktu untuk

memperoleh kembali tonus ototnya sebelum kehamilan selanjutnya) dan

apakah kehamilannya mengalami overdistensi abdomen seperti kehamilan

ganda.

(3) Sakit punggung biasanya pada persalinan lama dan sulit ibu akan

merasakan lelah dan ngilu pada punggung bawah atau mungkin juga timbul

ketegangan dan rasa tidak nyaman pada punggung bagian atas, leher, dan

bahu karena terus-menerus dalam posisi mendorong dalam waktu lama.

Rasa nyeri pada tulang ekor juga bisa timbul karena adanya memar/retak

yang timbul karena penekanan tulang belakang ibu oleh bagian belakang

kepala bayi pada presentasi posterior. Rasa nyeri pada tulang punggung

juga bisa timbul setelah pembiusan epidural.

e) Perubahan sistem endokrin

(1) Oksitosin

Oksitosin dikeuarkan oleh glandula pituitary posterior dan bekerja terhadap

otot uterus dan jaringan payudara. Oksitosin di dalam sirkulasi darah

menyebabkan kontraksi otot uterus dan pada waktu yang sama membantu

proses involusi uterus.

(2) Prolaktin

Penurunan estrogen menjadikan prolaktin yang dikeluarkan oleh galandula

pitutary anterior bereaksi terhadap alveoli dari payudara sehingga

menstimulasi produksi ASI. Pada ibu yang menyusui kadar prolaktin tetap

tinggal dan merupakan permulaan stimulasi folikel di dalam ovarium

ditekan.
(3) HCG, HPL, Estrogen, dan progesterone

Ketika plasenta lepas dari dinding uterus dan lahir, tingkat hormon HCG,

HPL, Estrogen, dan progesterone di dalam darah ibu menurun dengan

cepat, normalnya selama 7 hari.

f) Perubahan tanda-tanda vital

Pada masa nifas, tanda-tanda vital yang harus dikaji antara lain:

(1) Suhu badan

Temperatur kembali kenormal dari dari sedikit peningkatan selama periode

inpartum dan menjadi stabil dalam 24 jam pertama postpatum selama 24

jam pertama dapat meningkat menjadi 380C disebabkan oleh kelelahan dan

dehidrasi. Bila lebih dari 38 0C setelah 24 jam pertama sampai dengan hari

kesepuluh, kemungkinan terjadi infeksi.

(2) Denyut nadi

Nadi dalam keadaan normal selama nifas kecuali karena pengaruh partus

lama, persalinan sulit dan kehilangan darah berlebihan. Setiap denyut nadi

di atas 100 x/menit selama masa nifas adalah abnormal dan

mengindikasikan pada infeksi atau haemoragic post partum. Denyut nadi

dan curah jantung tetap tinggi selama jam pertama setelah bayi lahir.

kemudian mulai menurun dengan frekuensi yang tidak diketahui. Pada

minggu ke-8 sampai ke-10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke

frekuensi sebelum hamil.

(3) Pernapasan

Pernafasan harus berada dalam rentang normal sebelum melahirkan.

(4) Tekanan darah


Tekanan darah harus stabil, bila terjadi penurunan sedikit, hal ini normal

karena adanya proses adaptasi terhadap penurunan dalam rongga

pangguldan perdarahan. Tetapi bila ada peningkatan dan keluhan pusing,

perlu diperhatikan.

g) Perubahan sistem kardiovaskuler

Sebagai komplikasi jantung dapat terjadi bradikardi 50-70 x/ menit, keadaan ini

dianggap normal pada 24-48 jam pertama. Penurunan tekanan darah sistolik 20

mmHg pada saat klien merubah posisi dari berbaring ke duduk lebih disebabkan

oleh reflek ortostatik hipertensi. Normalnya selama beberapa hari pertama

setelah kelahiran, Hb, Hematokrit dan hitungan eritrosit berfruktuasi sedang.

Akan tetapi umumnya, jika kadar ini turun jauh di bawah tingkat yang ada tepat

sebelum atau selama persalinan awal wanita tersebut kehilangan darah yang

cukup banyak. Pada minggu pertama setelah kelahiran, volume darah kembali

mendekati seperti jumlah darah waktu tidak hamil yang biasa. Setelah 2 minggu

perubahan ini kembali normal seperti keadaan tidak hamil.

2) Proses Adaptasi psikologis Ibu Masa Nifas

a) Adaptasi psikologis ibu

Masa nifas adalah masa 2 jam setelah lahirnya plasenta sampai enam minggu

berikutnya. Waktu yang tepat dalam rangka pengecasan postpartum adalah 2-6

jam, 2 jam- 6 hari, 2 jam – 6 minggu ( atau boleh juga disebut 6 jam, 6 hari 6

minggu ). Berarti enam minggu pertama setelah ibu melahirkan yang mungkin

kelihatannya agak mengejutkan hati dalam sebuah buku ingormal seperti ini.

Meskipun demikian, sesunggunya sampai dengan dua puluh atau tiga puluh

tahun yang lalu ibu baru melahirkan di dorong untuk menghindari kerja keras dan
berbaring di tempat tidur selama seminggu agar rahimnya tidak turun. Wanita

sekarang beruntung apabila mereka diizinkan untuk berbaring di tempat tidur

hanya sehari. Pengawasan dan asuhan postpartum masa nifas sangat diperlukan

yang tujuannya adalah sebagai berikut:

(1) Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologi

(2) Melaksanakan sekrining yang komprehensif, mendeteksi masalah

mengobati, atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

(3) Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan diri,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada saat bayi sehat.

(4) Memberikan pelayanan KB gangguan yang sering terjadi pada masa nifas

berupa gangguan psikologis seperti postpartum blues (PPS), depresi

postpartum dan postpartum psikologi.

b) Post partum blues

Merupakan kesedihan atau kemurungan setelah melahirkan, biasnya hanya

muncul sementara waktu yakni sekitar dua hari hingga dua minggu sejak

kelahiran bayi.

Gejala-gejala seperti berikut :

(1) Cemas tanpa sebab

(2) Menangis tanpa sebab

(3) Tidak sabar

(4) Tidak percaya diri

(5) Sensitif mudah tersinggung

(6) Merasa kurang menyayangi bayinya

Penyebab

(1) Kekecewaan emosional ( hamil, salin)


(2) Rasa sakit pada masa nifas awal

(3) Kelelahan, kurang tidur

(4) Cemas terhadap kemampuanmerawat bayi

(5) Takut tidak menarik lagi bagi suami

Jika hal ini dianggap enteng, keadaan ini bisaserius dan bisa bertahan dua

minggu sampai satu tahun dan akan berkelanjutan menjadi postpartum

syndrome.

Cara mengatasi gangguan psikologis pada nifas dengan postpartum blues ada

dua cara yaitu :

(1) Dengan cara pendekatan komunikasi terapeutik

Tujuan dari komunikasi terapeutik adalah menciptakan hubungan baik

antara bidan dengan pasien dalam rangka kesembuhannya dengan cara :

(a) Mendorong pasien mampu meredakan segala ketegangan emosi

(b) Dapat memahami dirinya

(c) Dapat mendukung tingkat konstruktif .

(2) Dengan cara peningkatan suport mental / dukungan keluarga Dalam

menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase

berikut ini :

(a) Fase taking yaitu periode ketergantungan yang berlangsung pada hari

pertama sampai hari kedua setelah melahirkan. Pada saat itu fokus

perhatian ibu terutama pada diri sendiri. Pengalaman selama proses

persalinan sering berulang diceritakannya. Hal ini membuat cenderung

ibu menjadi pasif terhadap lingkungan.

(b) Fase taking hold yaitu periode berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu meras khawatir akan


ketidakkemampuannya dan rasa tanggung jawabnya dalam merawat

bayi. Pada fase ini ibu memerlukan dukungan karena saat ini

merupakan kesempatan yang baik untuk menerima berbagai

penyuluhan dalam merawat diri dan bayinya sehingga timbul percaya

diri.

(c) Fase letting go merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran

barunya yang berlangsung sepuluh hari setelah melahirkan. Ibu sudah

dapat menyesuaikan diri, merawat diri dan bayinya sudah meningkat.

Depresi pasca melahirkan

(1) Dialami lebih kurang 20% dari ibu yang melahirkan

(2) Tidak berbeda dengan gejala keluhan pada depresi psikotik menjadi sedih/

berduka yang berlebihan dan berkepanjangan.

(3) Gejala mungkin tampak lebih dini, biasanya 3 bulan pertama setelah

melahirkan atau sampai bayi berusia setahun

(4) Gejala yang timbul tampak sama dengan gejala depresi : sedih, berduka

yang berlebihan dan berkepanjangan.

Psikosa pasca melahirkan

(1) Jarang terjadi

(2) Gejala biasanya terlihat dalam 3-4 minggu setelah melahirkan berupa

halusinasi dan perilaku yang tidak wajar

(3) Penyebab mungkin berhubungan dengan perubahan tingkat hormonal,

stres psikologis dan fisik serta sistem pendukung yang tidak memadai

(4) Sering dialami oleh ibu yang mengalami abortus, kematian bayi dalam

kandungan maupun kemudian bayi dilahirkan.


c) Kesedihan dan duka cita

Setelah ibu melahirkan tidak hanya perasaan gembira yang dirasakan ibu, akan

tetapi ibu juga akan mengalami kesedihan dan duka cita, adapun kesedihan dan

duka cita ibu sebagai berikut :

Hari pertama : setelah persalinan umumnya merupakan satu hari istirahat,

pemulihan kesenangan dan kepuasan yang luar biasa. Kenangan akan

persalinan mungkin menggemparkan begitu banyak pikiran, perasaan dan

sensasi bertumpuk dalam waktu yang relative begitu singkat kesakitan, kerja

keras, ketapastian, kejengkelan, kegembiraan, perasaan was-was, keharusan,

reaksi orang lain, bayi lahir, dilihat dan digendong, rasa sakit mereda, getaran

jiwa, keletihan dan kerinduan untuk tidur selama pertama itu semua penderitaan

yang muncul selama melahirkan sirna dan berganti oleh kebanggaan akan

prestasi dan kesenangan baru yang luar biasa akan bayinya sendiri, entah elok

atau tidak, yang berbaring di sampingnya, dengan wajah yang keriput dan jari-jari

tangan dan kaki mungil, bernapas sendiri dan bergerak dan tidur dan hadir

dengan tegas untuk disaksikan oleh semua orang.

Tidur adalah sesuatu yang berharga pada hari pertama itu, dan sangat

dibutuhkan setelah pengerahan tenaga pada hari itu dan hari-hari sebelumnya,

dan ada kesadaran yang menyenangkan akan realitas kelahiran dan bayi itu.

Bahkan tidak selamanya mudah bagi ibu untuk menerima apa yang telah terjadi.

Rasa asing mengandung seorang bayi dalam diri seseorang, tetapi setelah

berlangsung selama sembilan bulan rasa asing itu pudar dan menjadi biasa dan

diterima. Kemudian, dalam tempo hampir tidak lebih dari pada sehari atau

bahkan kurang, bayi itu dilahirka, dua dalam satu telah menjadi dua orang, begitu
terpisah sehingga meskipun ada keterikatan cinta dan ketergantungan dan

kekeluargaan, jikalau salah satu misalnya meninggal yang lain dapat terus hidup.

Oleh karena itu, memasukkan mahluk baru ke dunia dapat menyedihkan maupun

memuaskan. Beberapa ibu merasa begitu dekat dengan bayinya sehingga

seolah-olah perpisahan itu tidak pernah terjadi, namun sudah terjadi. Berkali-kali

ibu-ibu lain merasakan kebutuhan untuk mencubit diri mereka sendiri untuk

memperoleh kepastian bahwa mereka dalam keadaan terjaga!

Hari kedua , setelah persalinan kenikmatan berbaring dalam rangka pemuasan

diri, sambil menatap bayi dengan perasaan kagum dan gembira, segera agak

memudar begitu tekanan hidup selanjutnya dirasakan. Bayi tidak lahir hanya

untuk dilihat dan dikagumi, tetapi harus diberi makan, dimandikan, diemong dan

dijaga kebersihannya. Suami dan keluarga, di samping teman-teman yang

jumlahnya banyak, sangat tertarik dan terlibat dan gelombang ucapan selamat

datang silih berganti. Di rumah sakit kehadiran begitu banyak orang, staf dan ibu-

ibu lain, membuat kehadirannya sendiri dirasakan. Lingkungan tidak selamanya

menyenangkan, kebiasaan sehari-hari mungkin dibenci.

Hari ketiga, persalinan disertai oleh perubahan-perubahan tingkat hormon pada

ibu, hampir sedramatis keluarga bayi dari dalam rahim, tingkat khususnya

hormonn-hormon yang dikeluarkan oleh plasenta, turun sangat drastic segera

setelah persalinan selesai. Sering ada orang yang berpendapat bahwa kesedihan

hari ketiga ( seperti setiap gangguan emosional lainnya setelah melahirkan )

dapat disebabkan oleh perubahan-perubahan hormon ini, atau oleh suatu


perubahan dalam kesinambungan antara satu hormon dan hormon lainnya

menyusul pergolakan yang terjadi selama persalinan.

Meskipun demikian, kesedihan hari ketiga mustahil hanya dapat dikaitkan

dengan hormon.

Ada yang dapat dikaitkan dengan sikap dokter yang acuh tak acuh terhadap ibu

begitu dia melahirkan dengan selamat, dengan dalih bahwa ibu-ibu yang

beristirahat di rumah sakit setelah persalinan tidak memerlukan banyak perhatian

medis. Barangkali benar-benar ada satu anti-klimaks, seperti kemungkinan besar

mengikuti dampak dari setiap perubahan besar atas kritis dalam kehidupan kita.

Getaran hati karena prestasi atau nasib baik karena lulus ujian. Memperoleh

pekerjaan, mmenangkan pertandingan dengan cepat sekali diikuti oleh

kesadaran bahwa kehidupan berjalan terus, perubahan menuntut penyesuaian,

dan bahwa untuk memperoleh satu teal sering berarti melepaskan yang lain. Ya,

masa sembilan bulan kehamilan dan rintangan pada waktu persalinan sudah

lewat. Ya saya telah melahirkan anak saya dan dia mengagumkan,elok,

sekurang-kurangnya tidak mengalami cacat, toh baik, saya mengetahui yang

paling buruk. Tetapi selama kehamilan bayi itu masih lebih merupakan makhluk

yang potensial dari pada yang sesungguhnya. Hubungan antara ibu dan anak

pun masih merupakan angan-angan. Maka bayi yang telah lahir meskipun tampil

dalam sosok yang kecil adalah sangat nyata. Dan jikalau tidak mendapat

perhatian yang memadai ia akan mati. Kelahiran seorang bayi mengubah sebuah

ide menjadi sebuah kenyataan dan segera ada komitmen penting.

d. Kunjugan masa nifas

Selama ibu berada dalam masa nifas, paling sedikit 4 kali bidan harus melakukan

kunjungan, dilakukan untuk menilai keadaan ibu dan bayi baru lahir, dan untuk
mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang terjadi.

1) Kunjungan ke-1 (6-8 jam setelah persalinan) : mencegah perdarahan masa nifas

karena atonia uteri; mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan : rujuk bila

perdarahan berlanjut; memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota

keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri;

pemberian ASI awal; melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir; menjaga

bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermia; jika petugas kesehatan

menolong persalinan, ia harus tinggal dengan ibu dan bayi baru lahir untuk 2 jam

pertama setelah kelahiran, atau sampai ibu dan bayi dalam keadaan sehat.

2) Kunjungan ke-2 (6 hari setelah persalinan) : memastikan involusio uterus berjalan

normal : uterus berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, tidak ada perdarahan

abnormal; memastikan ibu mendapat cukup makanan, cairan, dan istirahat;

memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda

penyulit; memberikan konseling pada ibu mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,

menjaga bayi tetap hangat dan merawat bayi sehari-hari.

3) Kunjungan ke-3 (2 minggu setelah persalinan) : disesuaikan berdasarkan perubahan

fisik, fisiologis, dan psikologis yang diharapkan dalam dua minggu pasca partum.

Perhatian khusus harus diberikan pada seberapa baik wanita mengatasi perubahan

ini dan tanggung jawabnya yang baru sebagai orang tua. Pada saat ini juga adalah

kesempatan terbaik untuk meninjau pilihan kontrasepsi yang ada. Banyak pasangan

memilih memulai hubungan seksual segera setelah lokhia ibu menghilang.

4) Kunjungan ke-4 (6 minggu setelah persalinan) : menanyakan pada ibu tentang

penyulit-penyulit yang ia atau bayi alami; memberikan konseling untuk keluarga

berencana secara dini, imunisasi, senam nifas, dan tanda-tnda bahaya yang dialami

oleh ibu dan bayi. Meskipun puerperium berakhir sekitar enam minggu, yang
menunjukkan lamanya waktu yang digunakan saluran reproduksi wanita untuk

kembali ke kondisi pada saat tidak hamil.

e. Tanda Bahaya Masa Nifas

Diperkirakan bahwa 60% kematian ibu akibat kehamilan terjadi setelah persalinan. Oleh

karena itu, penting bagi bidan/perawat untuk memberikan informasi dan bimbingan pada

ibu untuk dapat mengenali tanda-tanda bahaya pada masa nifas yang harus

diperhatikan.

Tanda-tanda bahaya yang perlu diperhatikan pada masa nifas ini adalah:

1) Demam tinggi hingga melebihi 38°C.

2) Perdarahan vagina yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari

perdarahan haid biasa atau bila memerlukan penggantian pembalut 2 kali dalam

setengah jam), disertai gumpalan darah yang besar-besar dan berbau busuk.

3) Nyeri perut hebat/rasa sakit dibagian bawah abdomen atau punggung, serta nyeri

ulu hati.

4) Payudara membengkak, kemerahan, lunak disertai demam dan lain-lainya.

Komplikasi Yang Mungkin Terjadi Pada Masa Postpartum, Infeksi postpartum adalah

semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman kedalam alat genetalia

pada waktu persalinan dan nifas.Sementara itu yang dimaksud dengan Febris

Puerperalis adalah demam sampai 38°C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari

pertama pasca pesalinan, kecuali pada hari pertama. Tempat-tempat umum

terjadinya infeksi yaitu rongga pelvik: daerah asal yang paling umum terjadi infeksi,

Payudara, Saluran kemih, Sistem vena .


f. Kebutuhan Dasar Ibu Nifas

Ada beberapa kebutuhan dasar ibu masa nifas yaitu :

1) Nutrisi dan cairan

Pada 2 jam setelah melahirkan jika tidak ada kemungkinan komplikasi yang

memerlukan anestesi, ibu dapat diberikan makan dan minum jika ia lapar dan haus.

Konsumsi makanan dengan menu seimbang, bergizi dan mengandung cukup kalori

membantu memulihkan tubuh dan mempetahankan tubuh dari infeksi, mempercepat

pengeluaran ASI serta mencegah konstipasi. Obat-obatan dikonsumsi sebatas yang

dianjurkan dan tidak berlebihan, selian itu ibu memerlukan :

a) Tambahan kalori 500 kalori tiap hari

Untuk menghasilkan setiap 100 ml susu, ibu memerlukan asupan kalori 85 kalori.

Pada saat minggu pertama dari 6 bulan menyusui (ASI ekslusif) jumlah susu

yang harus dihasilkan oleh ibu sebanyak 750 ml setiap harinya. Dan mulai

minggu kedua susu yang harus dihasilkan adalah sejumlah 600 ml, jadi

tambahan jumlah kalori yang harus di konsumsi oleh ibu adalah 510 kalori.

b) Makan dengan diet berimbang untuk mendapatka protein, mineral dan vitamin

yang cukup, pedoman umum yang baik untuk diet adalah 2-4 porsi/ hari dengan

menu 4 kebutuhan dasar makanan ( daging, buah, sayuran, roti/ biji-bijian).

c) Pil zat besi harus diminum untuk menambah zat gizi setidaknya selama 40 hari

pasca persalinan.

d) Minum kapsul vitamin A ( 200.000 unit ) agar bisa memberikan vitamin A kepada

bayinya melalui ASI.

e) Minum sedikitnya 3 liter air setiap hari ( anjurkan ibu untuk minum setelah setiap

kali selesai menyusui )

f) Hindari makanan yang mengandung kafein/ nikotin.


Diet bagi ibu yang telah melahirkan harus banyak mengandung zat-zat yang

berguna bagi tubuh, bervariasi dan seimbang, protein yang adekuat, zat besi dan

vitamin untuk mengatasi anemia. Serat untk memperlancar ekskresi dan juga

sejumla cairan.

2) Ambulasi

Pemulihan mempercepat membalikkan tonus otot dan vena dari kaki dan

mengencangkan perut juga mempercepat pengeluaran lochia. Pemulihan dilakukan

sesegera mungkin setelah melahirkan dan kebanyakan ibu dapat berjalan kekamar

mandi + 6 jam postpartum.

a) Jika tidak ada kelainan lakukan mobilisasi sedini mungkin, yaitu dua jam setelah

persalinan normal.

b) Pada ibu dengan partus normal ambulasi dini dilakukan paling tidak 6-12 jam

post partum, sedangkan pada ibu dengan partus sectio secarea ambulasi dini

dilakukan paling tidak setelah 12 jam post partum setelah ibu sebelumnya

beristirahat (tidur).

c) Tahapan ambulasi : miring kiri atau kanan terlebih dahulu, kemudian duduk dan

apabila ibu sudah cukup kuat berdiri maka ibu dianjurkan untuk berjalan

( mungkin ke toilet untuk berkemih)

d) Manfaat ambulasi dini:

(1) Faal usus dan kandung kencing lebih baik.

(2) Menurunkan insiden tromboembolisme.Memperlancar sirkulasi darah dan

mengeluarkan cairan vagina (lochea).

(3) Mempercepat mengembalikan tonus otot dan vena.

3) Eliminasi

a) Buang air kecil ( BAK)


Pengeluaran urin akan meningkat pada 24-48 jam pertama sampai hari ke- 5

post partum karena volume darah ekstrayang dibutuhkan waktu hmil tidak

diperlukan lagi setelah persalinan. Sebaiknya, ibu tidak menahan buang air kecil

ketika ada rasa sakit pada jahitan karena dapat menghambat uteru berkontraksi

dengan baik sehingga menimbulkan perdarahan yang berlebihan. Dengan

mengosongkan kandung kemih secara adekuat, tonus kandung kemih biasanya

akan pulih kembali dalam 5-7 hari post partum. Ibu harus berkemih spontan

dalam 6-8 jam post partum. Pada ibu yang tidak bisa berkemih motivasi ibu untuk

berkemih dengan membasahi bagian vagina atau melakukan kateterisasi.

Setelah melahirkan, ibu harus berkemih dalam 6-8 jam. Urin yang dikeluarkan

pertama harus diukur untuk mengetahui apakah pengosongan kandung kemih

adekuat. Diharpkan, setiap kali berkwmih, urin yang keluar sekitar 150 ml.

Beberapa wanita mengalami kesulitan untuk mengosongkan kandung kemihnya.

Hal ini kemungkinan akibat menurunnya tonus kandung kemih, adanya edema

akibat trauma, rasa takut akan timbul rasa nyeri.

Untuk mempercepat proses defekasi normal adalah memberi ibu penjelasan

tentang upaya menghindari konstipasi. Tindakan tersebut mencakup upaya

menjamin cukup serat kasar dalam makanan dan cukup minuman serta

melakukan latihan.

b) Buang air besar ( BAB)

Kesulitan buang air besar ( konstipasi) dapat terjadi karena ketakutan akan rasa

sakit, takut jahitan terbuka, atau karenahaemoroid. Kesulitan ini dapat dibantu

dengan mobilisasi dini, mengonsumsi makanan tinggi serat dan cukup minum

sehingga bisa buang iar besar dengan lancar. Sebaiknya pada hari kedua ibu

sudah bisa buang air besar. Jika sudah pada hari ketiga ibu maish belum bisa
buang air besar, ibu bisa menggunakan pencahar berbentuk supositoria sebagi

pelunak tinja. Ini penting untuk menghindari gangguan pada kontraksi uterus

yang dapat mnghambat pengeluaran cairan vagina. Dengan melakukan

pemulangan dini pun diharapkan ibu dapat segera BAB

4) Kebersihan diri dan perineum

Untuk mencegah terjadinya infeksi baik luka jahitan dan maupun kulit, maka ibu

harus menjaga kebersihan diri secara keseluruhan.

a) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh

(1) Perawatan perinium

(a) Mengajarkan ibu membersihkan daerah kelain dengan sabun dan air.

Bersihkan daerah disekitar vulva terlebih dahulu, dari depan

kebelakang, kemudian membersihkan daerah sekitar anus.

Nasihatkan kepada ibu untuk membersihkan vulva setiap kali selesai

BAB/BAK. Jika terdapat luka episiotoi sarankan untuk tidak

menyentuh luka.

(b) Sarankan ibu untuk engganti pebalut atau kain pembalut setidaknya

duua kali sehari. Kain digunakan ulang jika telah dicuci dengan baik

dan dikeringkan dibawah matahari atau disetrika.

(c) Sarankan ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelu dan

sesudah membersihkan daerah kelaminnya.

(2) Pakaian

Sebaiknya, pakaian terbuat dari bahan yang mudah menyerap keringat

karena produksi keringat menjadi banyak ( di samping urin ). Produksi

keringat yang tinggi berguna untuk menghilangkan ekstra volume saat


hamil. Sebaiknya pakaian agak longgar di daerah dada sehingga payudara

tidak tertekan dan kering. Demikian juga dengan pakaian dalam, agar tidak

terjadi iritasi pada daerah sekitarnya akibat lochea.

(3) Kebersihan rambut

Setelah bayi lahir mungkin ibu akan mengalami kerontokan pada rabut

akibat gangguan hormon sehingga keadaannya menjadi lebih tipis

dibanding keadaan normal. Namun akan pulih kembali setelah beberapa

bulan. Cuci rambut dengan conditioner yang cukup, lalu sisir menggunakan

sisir yang lembbut. Hindari penggunaan pengering rambut.

(4) Kebersihan kulit

Setelah persalinan, ekstra cairan tubuh yang dibutuhkan saat hamil akan

dikeluarkan kembali melalui air seni dan keringat untuk menghilangkan

pembengkakan pada wajah, kaki, betis, dan tangan ibu. Oleh karena itu,

dalam minggu-minggu pertama setelah melahirkan, ibu akan merasakan

julah keringat yang lebih banyak dari biasanya. Usahakan mandi lebih

sering dan jaga kulit tetap kering.

(5) Perawatan payudara

Perawatan yang dilakukan terhadap payudara bertujuan untuk melancarkan

sirkulasi darah dan encegah tersumbatnya saluran susu sehingga

emperlancarkan pengeluaran susu. Lakukan perawatan payudara secara

teratur, perawatan payudara hendaknya dimulai sedini mungkin, yaitu 1-2

hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan dua kalli sehari.

(6) Anjurkan kebersihan seluruh tubuh.

Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah sekitar vulva terlebih

dahulu, dari depan kebelakang baru kemudian membersihkan daerah


sekitar anus. Nasehatkan ibu untuk membersihkan diri setiap kali selesai

BAB/BAK.

(7) Sarankan ibu untuk mengganti pembalut setidaknya 2x sehari.

Sarankan pada ibu untuk mencuci tangan dengan sabun dan air sebelum

dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya. Jika ibu mempunyai luka

episiotoi atau laserasi, sarankan kepada ibu untuk menghindari menyentuh

daerah luka.

5) Istrahat

a) Istrahat membantu mempercepat proses involusi uterus dan mengurangi

perdarahan, memperbanyak jumlah pengeluaran ASI dan mengurangi penyebab

terjadinya depresi.

b) Anjurkan ibu agar istrhat cukup untuk mencegah kelelahan yang berlebihan

c) Sarankan ibu untuk kebali ke kegitan-kegiatan rumah tangga secra perlahan-

lahan, serta untuk tidur siang atau beristirahat selagi bayi tidur.

d) Anjurkan ibu untuk istrhat cukup untuk encegah kelelahan yang berlebihan

e) Sarankan ibu untuk kembali melakukan kegiatan rumah tangga secara perlahan-

lahan, serta untuk tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

f) Kurangi istirahat akan mempengaruhi ibu dalam beberapa hal:

(1) Mengurangi julah ASI yang diproduksi

(2) Memperlambat proses involusi uterus dan memperbanyak perdarahan

(3) Menyebabkan depresi dan ketidak mampuan untuk merawat bayi dan

dirinya sendiri.

6) Seksual
Secara fisik aman untuk memulai hubungan suami isteri begitu darah merah berhenti

dan ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa rasa nyeri.

Begitu darah merah berhenti dan ibu tidak merasa nyeri, aman untuk memulai

melakukan hubungan suami istri kapan saja ibu siap. Tidak dianjurkan untuk

melakukan hubungan sexual sampai dengan 6 minggu post partum. Keputusan

bergantung pada pasangan yang bersangkutan. Hubungan seksual dapat dilanjutkan

setiap saat ibu merasa nyaman untuk memulai, dan aktivitas itu dapat dinikmati.

a) Secara fisik amam untuk memulai hubungan suami istri begitu darah merah

berhenti dab ibu dapat memasukkan satu atau dua jarinya kedalam vagina tanpa

rasa nyeri.

b) Banyak budaya, yang mempunyai tradisi menunda hubungan suami istri sampai

masa waktu tertentu, misalnya setelah 40 hari atau 6 minggu setelah persalinan.

7) Latihan / Senam hamil

Banyak diantara senam postpartum sebenarnya sama dengan senam antenatal. Hal

yang paling penting bagi ibu adalah agar senam-senam tersebut hendaknya

dilakukan secara perlahan dahulu lalu semakin lama semakin sering/ kuat.

a) Memperkuat dasar panggul

Senam yang pertama paling baik aman untuk memperkuat dasar panggul adalah

senam kegel.

Segera lakukan senam kegel pada hari pertama postpartum bila memang

memungkinkan. Meskipun kadang-kadang sulit untuk secara mudah

mengaktifkan otot-otot dasar panggul ini selama hari pertama atau kedua,

anjurkanlah agar ibu tersebut tetap mencobanya:

(1) Senam kegel ( untuk dasar panggul)


Lakukan senam ini kapan saja, tidak akan ada orang yang tau atau melihat

anda melakukannya. Lakukanlah sampai 100 kali dalam sehari. Untuk

mengkontraksikan pasangan otot-otot ini, banyangkanlah bahwa anda

sedang BAK dan lalu anda tiba-tiba menahannya ditengah-tengah itulah

ototnya. Atau bayangkan bahwa dasar panggul merupakan sebuah

elevator; secara perlahan anda menjalankannya sampai lantai 2 lalu

kemudian kelantai 3 dan seterusnya, dan kemudian balik turun secara

perlahan. Begitulah cara melatih oto-otot tersebut.

(2) Manfaat senam kegel

Senam kegel akan membantu penyembuhan postpartum dengan jalan

membuat kontraksi dan pelepasan secara bergantian pada otot-otot dasar

panggul adalah, yaitu:

(a) Membuat jahitan jahitan lebih merapat

(b) Mempercepat penyembuhan

(c) Meredakan haemoroid

(d) Meningkatkan pengendalian atas urin

Caranya :

Berdiri dengan tungkai dirapatkan. Kencangkan otot-otot pantat dan pinggul

tahan sampai 5 hitungan. Kendurkan dan ulangi lagi latihan sebanyak 5 kali.

Mengencangkan otot-otot abdomen :

Otot-otot abdomen setelah melahirkan akan menunjukkan kebutuhan

perhatian yang paling jelas. Mengembalikan tonus otot-otot abdomen

merupakan tujuan utama dari senam dalam masa postpartum.

Pada minggu-minggu pertama para ibu sering mengalami peneganan yang

terasa sakit dipunggung atas yang disebabkan oleh payudara yang berat
serta pemberian ASI yang sering terpaksa dilakukan dengan posisi yang

kaku dan lama diperhatikan. Senam tangan dan bahu secara teratur sangat

penting untuk mengundurkan ketegangan ini, dan juga dengan

menggunakan gerkan tubuh yang baik, sikap yang baik serta posisi yang

nyaman pada memberi ASI.

g. Penatalaksanaan Masa Nifas

Kebijakan mengenai pelayanan nifas (puerperium) yaitu (Walyani & Purwoastuti,

2017).

1) Kunjungan 1 (6-8 jam setelah persalinan).

Tujuannya adalah :

a) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

b) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, serta melakukan

rujukan bila perdarahan berlanjut.

c) Memberikan konseling pada ibu dan keluarga tentang cara mencegah

perdarahan yang disebabkan atonia uteri.

d) Pemberian ASI awal.

e) Mengajarkan cara mempererat hubungan antara ibu dengan BBL.

f) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermia.

g) Observasi 2 jam setelah kelahiran jika bidan yang menolong persalinan

2) Kunjungan 2 (hari ke 6 setelah persalinan).

Tujuannya adalah :

a) Memastikan involusi uterus berjalan dengan normal, uterus berkontraksi

dengan baik, TFU di bawah pusat, tidak ada perdarahan abnormal.


b) Menilai adanya tanda-tanda infeksi, demam dan perdarahan.

c) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi dan cairan serta istirahat

yang cukup.

d) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tanda-

tanda kesulitan menyusui.

e) Memberikan konseling tentang asuhan BBL, perawatan tali pusat, menjaga

bayi tetap hangat dan lain-lain

3) Kunjungan 3 (hari ke 14 setelah persalinan).

Asuhan pada 2 minggu post partum sama dengan asuhan yang diberikan pada

kunjungan 6 hari post partum

4) Kunjungan 4 (6 minggu setelah persalinan) Tujuannya adalah :

a) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas.

b) Memberikan konseling KB secara dini.

5. Konsep Dasar Keluarga Berencana

a. Pengertian Keluarga Berencana dan A latkontrasepsi

Keluarga Berencana (KB) adalah upaya mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal

melahirkan, mengatur kehamilan, melalui promosi, perlindungan, dan bantuan sesuai

dengan hak reproduksi untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas (BKKBN, 2015).

Pasangan usia subur berkisar antara usia 20-45 tahun dimana pasangan (laki-laki dan

perempuan) sudah cukup matang dalam segala hal terlebih organ reproduksinya sudah

berfungsi dengan baik. Ini dibedakan dengan perempuan usia subur yang berstatus janda

atau cerai. Pada masa ini pasangan usia subur harus dapat menjaga dan memanfaatkan

reprduksinya yaitu menekan angka kelahiran dengan metode keluarga berencana


sehingga jumlah dan interval kehamilan dapat diperhitungkan untuk meningkatkan

kualitas reproduksi dan kualitas generasi yang akan datang (Manuaba.2015).

Kontrasepsi adalah pencegaha terbuahinya sel telur oleh sel sperma (konsepsi) atau

pencegahan menempelnya sel telur yang telah dibuahi ke dinding rahim (Taufan Nugroho

dkk, 2014).

b. Jenis dan cara kerja alat kontrasepsi


a) Jenis dan cara kerja alat kontrasepsi

1) Metode Amenore Laktasi

Amenorea Laktasi (MAL) adalah konrasepsi ysng mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) secara eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan

makanan atau minuman apa pun lainnya.

Cara kerja dari metode ini adalah dengan penundaan atau penekanan ovulasi.

MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :

a. Menyusui secara penuh (full breast feeding), lebih efektif bila pemberian ≥8

x sehari

b. Efektif sampai 6 bulan

c. Umur bayi kurang dari6 bulan

d. Harus dilanjutkan dengan pemakaian metode kontrasepsi lainnya

2) Keluarga Berencana Alamiah

(a) Teknik Pantang Berkala

Senggama dihindari pada masa subur yaitu dekat dengan pertengahan

siklus haid atau terdapat tanda-tanda adanya kesuburan yaitu keluarnya

lendir encer dari liang vagina.Untuk perhitungan masa suburdipakai rumus

siklus terpanjang dikurangi 11, siklus terpendek dikurangi 18. Antara kedua

waktu senggama dihindari.


(b) Metode Suhu Basal (MSB)

Ibu dapat mengenali masa subur ibu dengan mengukur suhu badan secara

teliti dengan termometer khusus yang bisa mencatat perubahan suhu

sampai 0,1°C unuk mendeteksi, bahkan suatu perubahan kecil, suhu tubuh

ibu.

(c) Metode Simtotermal

Ibu harus mendapat instruksi untuk Metode Lendir Serviks dan Suhu Basal.

Ibu dapat menentukan masa subur ibu dengan mengamati suhu tubuh dan

lendir.

3) Senggama Terputus

Senggama terputus adalah metode keluarga berencana berencana tradisional, di

mana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria

mencapai ejakulasi.

Cara kerjanya alat kelamin (penis) dikeluarkan sebelum ejakulasi sehingga

sperma tidak masuk ke dalam vagina sehingga tidak ada pertemuan antara

sperma dan ovum, dan kehamilan dapat dicegah.

4) Metode Barier

(a) Kondom

Kondom merupakan selubung/sarung karet yang dapat terbuat dari berbagai

baha diantaranya lateks (karet), plastic (vinil), atau bahan alami (produksi

hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan seksual. Kondom terbuat

dari karet sintetis yang tipis,berbentuk silinder, dengan muaranya berpinggir

tebal, yang bila digulung berbenuk rata atau mempunyai bentuk seperti puting

susu. Berbagai bahan telah ditambahkan pada kondom baik untuk


meningkatkan efektivitasnya (misalnya penambahan spermisida) maupun

sebagai aksesori aktivitas seksual.

Cara kerja kondom adalah dengan menghalangi terjadinyapertemuan sperma

dan sel- sel telr dengan cara mengemas sperna di ujung selubung karet yang

dipasang pada penis sehingga sperma tersebut tidak tercurah dalam saluran

reproduksi perempuan. Kondom mencegah penukaran mikroorganisme (IMS

termasuk HBV dan HIV/AIDS) dari satu pasangan kepada pasangan yang

lain (khusus kondom terbuat dari lateks dan vinal).

(b) Diafragma

Diafragma adalah kap berbentuk bulat cembung, terbuat dari lateks (karet)

yang diinversikan ke dalam vagina sebelum berhubungan seksual dan

menutup serviks. Cara kerja diafgrama menahan sperma agar tidak

mendapatkan akses mencapai saluran alat reproduksi bagian atas (uterus

dan tuba falopi) dan sebagai alat tempat spermasida.

(c) Spermisida

Spermisida adalah bahan kimia (biasanya non oknol-9) digunakan untuk

menonaftifkan atau membunuh sperma. Dikemas dalam bentuk aerosol

(busa), tablet vagina, supporosituria, atau dissolvable film. Cara kerjanya

dengan menyebabkan sel membrane sperma terpecah, memperlambat

pergerakan sperma dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.

5) Kontrasepsi Kombinasi (Hormon estrogen dan Progestron)

(a) Pil Kombinasi

Terbagi dalam beberapa Jenis yaitu :


(1) Monofasik : Pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormon aktif estrogen/progestron (E?P) dalam dosis yang sama

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(2) Bifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormonaktif estrogen/progestron (E/P) dengan dua dosis yang

berbeda, dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

(3) Tifasik : pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet mengandung

hormonaktif estrogen/progestin (E/P) dengan tiga dosis yang berbeda,

dengan 7 tablet tanpa hormon aktif.

Cara kerjanya adalah dengan menekan ovulasi, mencegah implantasi,

lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui sperma, pergerakan

tuba terganggu sehingga transportasi telur dengan sendirinya akan

terganggu pula.

(b) Suntikan Kombinasi

Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg. Depo Medroksiprogestron Asetat

dan 5 mg Estradiol Sipionat yang diberikan injeksi I.M sebulan sekali

(Cyclofem) dan 50 mg Noretindron Enantat dan 5 mg Estradiol Valerat yang

diberikan injeksi IM.Cara kerjanya adalah dengan menekan ovulasi,

membuat lendir serviks menjadi lebih kental sehingga implantasi terganggu

dan menghambat transportasi gamet oleh tuba.

6) Kontrasepsi Progestin

(a) Kontrasepsi Suntikan Progestrin

Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung progestrin

yaitu :
(1) Depo Medroksiprogesteron Asetat (Depo Provera), mengandung 150

mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik

intramuskuler (di daerah bokong).

(2) Depo Noretisteron Enantat (Depo Noristerat), yang mengandung 200

mg Noretindron Enantat, diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik

intramuskuler.

Cara kerja kontrasepsiini dalah dengan mencegah ovulasi,

mengenalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan penerasi

sperma, menjadikan selaput lendir rahim tipis dan atrofi, menghambat

transportasi gamet oleh tuba.

(b) Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)

Kontrasepsi ini cocok untuk perempuan menyusui yang akan ingin memakai

pil KB karena tidak menurunkan produksi ASI.

Jenis minipil ada 2 yaitu kemasan dengan 35 pil : 300 µg noretindron, dan

kemasan dengn isi28 pil : 75 µg desogestrel. Cara kerjanya adalah dengan

menekan gonadotropin dan sintesis steroid seks di ovarium (tidak begitu

kuat), endometrium mengalami transformasi lebih sulit, mengentalkan lendir

serviks sehingga menghambat penetrasi sperma, dan mengubah motilitas

tuba sehingga transportasi sperma terganggu.

(c) Kontrasepsi Implan

Implan adalah metode kontrasepsi hormonal yang efetif, tidak permanen dan

dapat mencegah terjadinya kehamilan antaratiga hingga lima tahun. Metode

ini dikembangkan oleh The Population Council, yaitu suatu organisasi

internasional yang didirikan tahun 1952 untuk mengembangkan teknologi

kontrasepsi.
Implan memiliki beberapa jenis yaitu :

a. Norplant terdiri dari 6 kapsul yang secara total bermuatan 216 mg

levonorgestrel.

b. Jadelle (Norplant II) terdiri dari 2 kapsul memakai levonorgestrel 150

mg.

c. Implanon adalah kontrasepsi subderamal kapsul tunggalyang

mengandung etonogestrel (3-ketodesogestrel) merupakan metabolit

desogestrel yangefek anrogeniknya lebih rendah dan aktivitasnya

progestational yang lebih tiinggi dari levonorgestrel.

(d) AKDR dengan Progestin

Jenis AKDR yang mengandung hormon steroid adalah Prigestase yang

mengandung Pogestron dari Mirena yang mengandung Levonorgestrel.

Cara kerja kontrasepsi ini endometrium mengalami transformasi

yangirreguler, epitel atrofi sehingga mengganggu implantasi, mencegah

terjadinya pembuahan dengan mengeblok bersatunya ovum dengan

sperma, mengurangi jumlah sperma yang mencapai Tuba Falopi,

menginaktifkan sperma.

7) Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)

Metode ini sangat efektif, reversible dan berjangka panjang (dapat sampai 10

tahun ; CuT-380A) dan dapatdipakai oleh semua perempuan usia reproduksi.

Jenis kontrasepsi ini :

a. AKDR CuT-380A, berbentuk kecil,kerangka terbuat dari plastic yang

fleksibel, berbentuk huruf T diselubungi oleh kawat halusyang terbuat dari

temaga (Cu). Tersedia di Indonesia dan ada di mana – mana.

b. AKDR lain yang beredar di Insonesia ialah NOVA-T (Schering)


(1) Menghambat keampuan sperma untuk masuk ke tuba falopii.

(2) Mempengaruhi infertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri.

(3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,

walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat

reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk

fertilisasi

(4) Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.

8) Kontrasepsi Mantap

a. Tubektomi

Adalah metode kontrasepsi untuk perempuan yang tidak ingin anak lagi.

Perlu prosedur bedah untuk melakukantubektomi sehingga diperlukan

pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambahan lainnya untuk

memastikanapakah seorang klien sesuai untuk menggunakan metode ini.

b. Vasektomi

Vasektomi adalah metode kontrasepsi untuk lelaki yang tidak ingin anak lagi.

Perlu prosedur pembedahan unttuk melakukan vasektomi sehingga

diperlukan pemeriksaan fisik dan pemeriksaan tambbahan lainnya untu

memastikan apakah seorang kliensesuai untuk menggunakan metode ini.

Vasektomi disebut juga sebagai metode kontrasepsi untuk lelaki, metode ini

permanen untuk pasangan yang tidak ingin anak lagi, metodeini membuat

sperma (yang disalurkan melalui vas deferens) tidak dapat mencapai vasikula

seminalis yang padasaat ejakulasi dikeluarkan bersamaan dengan cairan

semen. Untuk oklusi vas deferens, diperlukan insisi kecil (minor) pada daerah

rafe skrotalis. Penyesalan terhadap vasektomi, tidak segera memulihkan


fungsi reproduksi karena memerlukan tindakan pembedahan ulang (BKKBN,

2014 ; h. MK-1 – MK-101).

c. Indikasi dan Kontra indikasi alat kontrasepsi

1. Metode Amenorea Laktasi (MAL)

Indikasi :

Ibu yang menyusui secara eksklusif bayinya kurang dari 6 bulan dan belum

mendapat haid setelah melahirkan.

Kontraindikasi:

(a) Sudah mendapat haid setelah bersalin

(b) Tidak menyusui secara eksklusif

(c) Bayinya sudah berumur 6 bulan

(d) Bekerja dan terpisah dari bayi lebihlama dari 6 jam

2. Keluarga Berencana Alamiah (KBA)

a. Teknik Pantang Berkala

Indikasi :

(1) Semua perempuan semasa reproduksi, baik siklus haid teratur maupun

tidak teratur, tidak haid baik karena menyusui maupun premenapause.

(2) Semua perempuan dengan paritas berapa pun termasuk nulipara.

(3) Perempuan yang kurus maupun gemuk. Perempuan dengan alasan

kesehatan tertentu seperti hipertensi, varises, dismenorea, defisiensi besi,

hepatitis virus, malaria, thrombosis vena dalam, atau emboli paru.

(4) Pasangan dengan alasan agama atau filosofi untuktidak menggunakan

metode lain.

(5) Perempuan yang tidak dapat menggunakan metode lain.


(6) Pasangan yang ingin pantang sanggama lebih dari seminggu pada setiap

siklus haid.

(7) Pasangan yang ingin dan termotivasi untuk mengobservasi. mencatat dan

menilai tanda dan gejala kesuburan.

Kontraindikasi:

(1) Perempuan yang dari segi umur, paitas atau masah kesehatannya

membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tingi.

(2) Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus).

(3) Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur.

(4) Perempan yang pasangannya tidak mau bekerja sama (berpantang) selama

waktu tertenu dalam siklus haid.

(5) Perempuan yang tidak suka disentuh derah genetalianya.

b. Senggama Terputus

Indikasi senggama terputus menurut Irianto Koes ( 2014, h: 208) adalah :

(1) Suami yang ingin berpartisipasi aki dalam keluarga berencana.

(2) Pasangan yangtaat beragama atau memunyai alasan filosofi untuk tidak

memakai metode-metode yang lain.

(3) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi dengan segera.

(4) Pasangan yang memerlukan metode sementara, sambil menunggu metode

lain.

(5) Pasangan yang membutuhkan metode penunjang.

(6) Pasangan yang melakukan hubungan seksual secara tidak teratur.

Kontraindikasi:

(1) Suami dengan pengalaman ejakulasi dini.

(2) Suami yang sulit melakukan senggama terputus


(3) Suami yang memiliki kelainan fisik atau psikologis.

(4) Istri yang mempunyai pasangan yang sulit bekerja sama.

(5) Pasangan yang tidak bersedia melakukan senggama terputus

c. Pil Kombinasi

Indikasi :

Pada prinsipnya semua ibu dapa megggunakan pil kombinasi, seperti :

(1) Usia reproduksi.

(2) Telah memiliki anak ataupun yang belummemiliki anak.

(3) Gemuk atau kurus.

(4) Menginginkan metode kontrasepsi dengan efektivitas tinggi.

(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

(6) Setelah melahirkan 6 bulan yang tidak memberikan ASI eksklusif,

sedangkan semua cara kontrasepsi yang dianjurkan tidak cocok bagi ibu

tersebut.

(7) Pascakeguguran.

(8) Anemia karena haid berlebihan.

(9) Nyeri haid hebat.

(10) Siklus haid tidak teratur.

(11) Riwayat kehamilan ektopik.

(12) Kelainan payudara jinak.

(13) Kencing manis tanpa komplikasi pada ginjal, pembuluh darah, mata, dan

saraf.

(14) Penyakit tiroid, penyakit radang panggul, endometriosis, atau tumor ovarium

jinak.

(15) Menderita tuberculosis (kecuali yang sedang menggunakan riampisin)


(16) Varises vena

Kontraindikasi :

(1) Hamil dan dicurigai hamil.

(2) Menyusui eksklusif.

(3) Perdarahan pervaginam yang belum diketahuipenyebabnya.

(4) Penyakit hati akut (hepatitis).

(5) Perokok dengan usia > 35 tahun.

(6) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau tekanan darah > 180/110 mmHg.

(7) Riwayat gangguan factor pembekuan darah atau kencing manis > 20 tahun.

(8) Kanker payudara atau dicurigai kanker payudara.

(9) Migrain dan gejala neurologic fokal (epilepsy/riwayat epilepsy).

(10) Tidak dapat menggunakan pil secaa teratur setiap hari

d. Suntikan Kombinasi

Indikasi :

(1) Usia reproduksi.

(2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak.

(3) Ingin mendapatkan kontraseps dengan efektivitas yang tinggi.

(4) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan.

(5) Pasca persalinan dan tidaj menyusui.

(6) Anemia.

(7) Nyeri haid hebat.

(8) Haid teratur.

(9) Riwayat kehamilan ektopik.

(10) Sering lupa menggunakan pilkontrasepsi

Kontraindikasi :
(1) Hamil atau diduga hamil.

(2) Menyusui di bawah 6 minggu pascapersalinan.

(3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya.

(4) Penyakit hati yang akut (virus hepatitis).

(5) Usia > 35 tahun yang merokok.

(6) Riwayat penyakitjantung, stroke, atau dengan tekanan darah tinggi

(>180/110 mmHg).

(7) Riwayat kelainan tromboemboli atau dengan kencing manis >20 tahun.

(8) Kelainan pembuluh darah yang menyebabkan sakit kepala atau migrain.

(9) Keganasan pada payudara( Irianto Koes,2014, h:225)

e. Kontrasepsi Progestrin

a. Kontrasepsi Suntikan Progestrin

Indikasi :

(1) Usia reproduksi.

(2) Nulipara dan yang telah memiliki anak.

(3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang dan yang memiliki efektiitas

tinggi.

(4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai.

(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui.

(6) Setelah abortus atau keguguran.

(7) Telah banyak anak, tetapi belum menghendaki tubektomi.

(8) Perokok.

(9) Tekanan darach <180/110 mmHg, dengan masalah gangguan

pembekuan darah atau anemia bulan sabit.


(10) Menggunakan obat untuk epilepsy (feniton dan barbiturate) atau obat

tuberculosis (rifampisin).

(11) Tidak dapat memakai kontrasepsi yang mengandung estrogen.

(12) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi.

(13) Anemia defisiensi besi.

(14) Mendekati usia menopause yang tidak mau atau tidak boleh

menggunakan pil kontrasepsi kombinasi

Kontraindikasi :

(1) Hamil atau dicurigai hamil (resiko cacat pada janin 7 per 100.000

kelahiran).

(2) Perdarahan peraginam yang belumjelas penyebabnya.

(3) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid, terutama

amenorea.

(4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara

(5) Diabetes mellitus deiserti komplikasi

b. Kontrasepsi Pil Progestrin (Mini Pil)

Indikasi :

(1) Usia reproduksi

(2) Telah memiliki anak, atau yang nelum memiliki anak

(3) Menginginkan suatu meode ontraepsi yang sangat efektif selama

perdarahan menyusui

(4) Pascpersalinan dan tidak menyusui

(5) Pascakeguguran

(6) Perokok segala usia


(7) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama <180/110 mmHg) atau

dengan masalah pembekuan darah

(8) Tidak boleh menggunakan estrogen atau lebih senang tidak

menggunakan estrogen

Kontraindikasi :

(1) Hamil atau diduga hamil

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya

(3) Tidak dapat menerima teradinya gangguan haid

(4) Menggunakan obattuberkulosis (rifampisin), atau obatuntu epilepsy

(fenitoin atau barbiturat)

(5) Kanker payudara atau riwayat kanker payudara

(6) Sering lupamenggunakan pil

(7) Miom uterus. Progestrin memicu pertumbuhan miomuterus

(8) Riwayat stroke. Progestine menyebabkan spasme pembuluh darah

f. Kontrasepsi implan

Indikasi :

(1) Menyukasi metode jangka panjang yang tidak perlu diingatkan setiap hari

atau disiapkan sebelum senggama (klien yang pelupa aau merasa

terganggu dengan metode barier).

(2) Tidak ingin tambah anak, tetapi saat ini belum mau menggunakan

kontraepsi mantap (MOW/MOP).

(3) Sedang menyusukan bayinya yang berusia 6 minggu atau lebih dan

menginginkan kontrasepsi.

(4) Merokok

Kontraindikasi :
(1) Hamil (diketahui atau diduga).

(2) Perdarahan pervaginam yang tidak diketahui penyebabnya (hanya bila

dianggap masalah berat)

g. AKDR dengan progestrin

Indikasi :

(1) Usia reproduksi

(2) Telah memiliki anak maupun belum

(3) Menginginkan kontrasepsi yang efektif jangka panjang untuk mencegah

kehamilan

(4) Sedang tidak menyusui dan ingin memakai kontrasepsi

(5) Pascakeguguran dan tidak ditemukantanda – tanda radang panggul

(6) Tidak boleh menggunakan kontrasepsi hormonal kombinasi

(7) Sering lupamenggunakan pil

(8) Usia perimenopause dan dapat digunakan bersamaan dengan pemberian

estrogen

(9) Mempunyai resiko rendah mendapat penyakit menular seksual.

Kontraindikasi :

(1) Hamil atau diduga hamil

(2) Perdarahan pervaginam yang belum jelaspenyebabnya

(3) Menderita vaginitis, salpingitis, enometrisis

(4) Menderita penyakit radang panggul atau pascakeguguran septic

(5) Kelainan congenital rahim

(6) Miom submukosum

(7) Rahim yang sulit digerakkan

(8) Riwayat kehamilan ektopik


(9) Penyakit trofoblas ganas

(10) Terbuki menderita penyakit tuberculosis panggul

(11) Kanker genetalia /payudara

(12) Sering ganti pasangan

(13) Gangguan toleransi glukosa. Progestrin menyebabkan sedikit peningkatan

kadar gula atau insulin

h. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)

Indikasi :

(1) Usia reproduktif

(2) Keadaan nulipara

(3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang

(4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi

(5) Setelah melahirkan dan tidak menyusui bayinya

(6) Setelah mengalami abortus dan tidak terlihat adanya infeksi

(7) Resiko rendah dari IMS

(8) Tidak menghendaki metode hormonal

(9) Tidak menyukai mengingat – ingat minum pil setiap hari.

(10) Tidak menghendaki kehamilan setalah1-5 hari senggama

Kontraindikasi :

(1) Sedang hamil (diketahui hamil atau kemungkinan hamil)

(2) Perdarahan agina yang tidak diketahui (sampai dapat dievaluasi)

(3) Sedang mendeita infeksi alat genital (vaginitis, servisitis)

(4) Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP

atauabortus septic
(5) Kelainan bawaan uterus yang abnormal atau tumor jinak rahim yang dapat

mempengaruhi kavum uteri

(6) Penyakit trofoblas yangganas

(7) Diketahui menderita TBC pelvic

(8) Kanker alat genital

(9) Ukuran rongga rahimkurang dari 5 cm

i. Kontrasepsi Mantap

a. Tubektomi

Indikasi :

(1) Usia > 26 tahun

(2) Paritas > 2

(3) Yakin elah mempunyai besar kelaurga yang sesuai degan kehendaknya

(4) Pada kehamilannya akan menemukan resiko kesehatan yang serius

(5) Pascapersalinan

(6) Pasca keguguran

(7) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini

(Modul Pelayanan KB, 2013)

Kontraindikasi :

(1) Hamil (Sudah terdeteksi atau dicurigai)

(2) Perdarahan vaginal yang belum terjelaskan (hingga harus dievaluasi

(3) Infeksi sistemik atau pelvic yang akut (hingga nasalah itu disembuhkan

atau dikontrol

(4) Tidak boleh menjalani proses pembedahan

(5) Kurang pasti mengenai keinginannya untuk fertilitas di masa depan

(6) Belum memberikan persetujuan tertulis


b. Vasektomi

Indikasi :

Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan fertilitas di mana fungsi

reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan pria dan

pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga

Kontraindikasi :

(1) Infeksi kulit pada daerah operasi

(2) Infeksi sistemikyang sangatmenggganggu kondisi kesehatan klien

(3) Hidrokel atau varikokel yang besar

(4) Hernia inguinalis

(5) Filariasis (elephantiasis)

(6) Undesensus testikularis

(7) Massa intraskrotalisAnemia berat,gangguan pembekuan darah atau

sedang menggunakan antikoagulansia (BKKBN, 2013 ; h. MK-1 – MK-

101).

d. Efek samping dan penanganan alat kontrasepsi


1. Metode Barier

a) Kondom

Efek samping :

(1) Kondom rusak atau diperkirakan bocor(sebelum berhubungan)

(2) Kondom bocor atau dicurigai ada curahan di vagina saat berhubungan

(3) Dicurigai adanya reaksi alergi(spermisida)

(4) Mengurangi kenikmatan hubungan seksual

Penanganan :

(1) Buang dan pakai kondom baru atau pakai spermisida digabungkondom

(2) Jika dicurigai ada kebocoran,pertimbangan pemberian Morning After Pill


(3) Reaksi alergi, meskipunjarang, dapat dangat mengganggu dan bisa

berbahaya. Jika keluhan menetap sesudah berhubungan dan tidak adagejala

IMS,berikan kondom alami (produk hewani: lamb skin dan gut) atau bantu

klien memilih metode lain.

(4) Jika penurunan kepekaan tidak bisa ditolerir biarpun dengan kondom yang

lebih tipis, anjurkan pemakaian metode lain.

b) Diafragma

Efek Samping :

(1) Infeksi Saluran Uretra

(2) Dugaan adanya reaksi alergi difragma atau dugaan adanya reaksi

alergi spermasida

(3) Rasa nyeri pada tekanan terhadap kandung kemih/rectum

(4) Timbul cairan vagina dan berbau jika di biarkan 24 jam

Penanganan :

(1) pengobatan dengan antibiotika yang sesuai, apabila diafragma menjadi

pilihan utama dalam ber-KB. Sarankan untuk segera mengosongkan kandung

kemih setelah melakukan hubungan seksual atau sarankan menggunakan

metode lain.

(2) Walaupun jarang terjadi,terasa kurang nyaman dan mungkin berbahaya. Jika

ada gejala iritasi vagina, khususnya pasca senggama dan tidak mengidap

IMS. Berikan spermisida yang lain atau bantuuntuk memilih metode lain.

(3) pastikan ketepatan letak diafragma apabila alat terlalu besar. Cobalah ukuran

yang lebih kecil.


(4) Periksa adanya IMS atau benda asing dalam vagina (tampon dll), jika tidak

ada, sarankan klien untuk melepas diafragma setelah melakukan hubungan

seksual, tapi tidak kurang dari 6 jam setelah aktifitas terakhir.

c) Spermisida

Efek samping :

(1) Iritasi Vagina

(2) Iritasi penis dan tidak nyaman

(3) Gangguan rasa panas di vagina

(4) Kegagalan tablet tidak larut

(Modul Pelayanan KB, 2013)

Penanganan :

(1) Periksa adanya vaginitis dan IMS. Jika penyebabnya spermisida, alihkan ke

spermisida lainnya dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih

metode lain.

(2) Periksa IMS, jika penyebabnya spermisida alihkan ke spermisida lainnya

dengan komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain

(3) Periksa reaksi alergi atau terbakar. Yakinkan bahwa rasa hangat adalah

normal. Jika tidak ada perubahan,alihkan ke spermisida lainnya dengan

komposisi kimia berbeda atau bantu klien memilih metode lain

(4) Pilih spermisida lain dengan komposisi berbeda atau bantu klien

memilihmetode lain.

2. Kontrasepsi Kombinasi

a) Pil Kombinasi

Efek samping :

(1) Amenorea (tidak ada perdarahan,atau spotting)


(2) Mual, pusing atau muntah

(3) Perdarahn pervaginam / spotting

Penanganan :

(1) Periksa dalam atau tes kehamilan, bila tidan hamil dank lien minum pi dengan

benar, tenanglah. Tidak datang haid kemungkinan besar karea adekuatnya

efek estrogen terhadap endometrium. Tidak perlu pengobatan khusus.

Berikan pil dengan dosis estrogen 50µg. Atau dosis estrogen tetap, tetapi

dosis progestin dikurangi.

(2) Tes kehamilan, atau pemeriksaan ginekologi. Bila tidak hamil, saranka minum

pilsaat makan malam, atau sebelum tidur

(3) Tes kehmilan, alat pemeriksaan ginekologi. Sarankan minum pil pada waktu

yang sama. Jelaskan bahwa perdarahan/spotting hal yang biasa terjadi pada

3 bulan pertama, dan lmbat laun akan berhenti. BIla perdarahan/ spotting

tetap saja terjadi, ganti pil dengan dosisestrogen lebih tinggi (50µg) sampai

perdarahan teratas, lalu kembali ke dosis awal. Bila perdarahan atau spotting

timbul lagi, lanjutkan dengan dosis 50µg, atau ganti dengan metode

kontrasepsi yang lain.

b) Suntikan Kombinasi

Efek samping :

(1) Amenorea

(2) Mual/pusing/muntah

(3) Perdarahan/perdarahan bercak (spotting)

Penanganan :

(1) Singkirkan kehamilan, bila tidak terjadi kehamilan, dan tidak perlu diberi

pengobatan khusus. Anjurkan klien untuk kembali bila tidak datangnya haid
masih menjadi masalah. Bila klien hamil, hentikan penyuntikan dan jelaskan

bahwa hormon progestin dan estrogen sedikit sekali pengaruhnya terhadap

janin.

(2) Pastikan tidak ada kehamilan, bila hamil rujuk. Bila tidak hamil informasikan

bahwa hal ini adalah hal biasa dan akan hilang dalam waktu dekat.

(3) Bila hamil rujuk, bila tidak hamil cari penyebab perdarahan yang lain. Bila

perdarahan berlanjut dan mengkhawatirkan klien, metde kontrasepi lain perlu

dicari.

3. Kontraspsi Progestin

a. Kontrasepsi Suntikan Progestin

Efek samping :

(1) Amenore (tidak terjadi perdarahan/spotting)

(2) Perdarahan spotting

(3) Meningkatknya/menurunnya berat badan

Penanganan :

(1) Bila tidak hamil, pengobatan apa pun tidak perlu. Jelaskan bahwa darah haid

tidak terkumpul dalam rahim, nasihatai untuk kembali ke klinik. Bila telah

terjadi kehamilan rujuk klien, hentikan penyuntikan. Bila terjadi kehamilan

ektopik, rujuk klien segera. Jangan berikan terapi hormonal untuk

menimbulkan perdarahan karena tidak akan berhasil, tunggu 3-6 bulan

kemudian bila tidak terjadi perdarahan juga rujuk.

(2) Informasikan bahwa perdarahan ringan sering dijumpai, tetapi hal ini

bukanlah masalah serius, dan biasanya tidak memerlukan pengobatan. Bila

klien tidak dapat menerima perdarahan tersebut dan ingin melanjutkan

suntikan, akan dapat disarankan 2 pilihan pengobatan yaitu; 1 siklus pil


kontrasepsi ( 30-35 µg etinilestradiol) ibuprofen ( sampai 800 mg, 3x/ hari

untuk 5 hari ), atau obat sejenis lain. Jelaskan bahwa selesai pemberian pil

kontrasepsi kombinasi dapat terjadi perdarahan. Bila terjadi perdarahan

banyak selama suntikkan ditangani dengan pemberian 2 tablet pil kontrasepsi

kombinasi/ hari selama 3-7 hari dilanjutkan dengan 1 siklus pil kontrasepsi

hormonal atau diberi 50 µg etinilestradiol atau 1,25 mg estrogen equin

konjugasi untuk 14 -21 hari.

(3) Informasikan bahwa kenaikan penurunan berat badan sebanyak 1-2 kg dapat

saja terjadi. Bila berat badan berlebihan hentikan suntikkan dan anjurkan

metode kontrasepsi lain.

b. Kontrasepsi Pil Progestin

Efek samping :

(1) Amenorea

(2) Perdarahan tidak terarur/spotting

Penanganan :

(1) Pastikan hamil atau tidak, bila tidak hamil tidak perlu tindakan khusus cukup

konseling saja.

(2) Bila tidak menimbulkan masalah kesehatan/ tidak hamil, tidak perlu tindakan

khusus. Bila klien tetap saja tidak menerima kejadian tersebut, perlu dicari

metode kontrasepsi lain.

4. Kontrasepsi Implan

(a) Perubahan perdarahan haid

Perubahan pada pola perdarahan haid dialami oleh sebagian besar perempuan

yang memakai Norplant, terutama pada 90 hari pertama pemakaian. Perubahan


perdarahan yang sering terjadi, terutama perdarahanyang lama dan tidak teratur,

akan berkurang sejalan dengan waktu dan masalah akan berkunrang pada akhir

tahun pertama.

(b) Efek samping lain

Di samping perubahan pola haid , beberapa effek samping lain, sama dengan

yang dilaporkan pada kontrasepsi pil. Cukup mengganggu tetapi tidak berat

adalah sakit kepala, perubahan berat badan, perubahan suasana hati, depresi

dan lain – lain (mual, perubahan seleramakan,payudara lembek, bertambahnya

rambut di badan dan muka, dan jerawat).

5. AKDR dengan progestin

Efek samping :

(1) Amenorea

(2) Kram

(3) Perdarahan yang tidak teratur dan banyak

(4) Benang Hilang

(5) Cairan vagina / dugaan penyakit radang panggul.

Penanganan :

(1) Pastikan hamil atau tidak bila klien tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut cukup

konseling saja. Salah satu efek samping menggunakan AKDR yang mengandung

hormon adalah amenorea.

(2) Perkirakan kemungkinan terjadinya infeksi dan beri pengobatan yang sesuai.

(3) Bila tidak ditemukan kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi, dapat

diberi ibuprofen 3 x 800 mg untuk satu minggu, atau pil kombinasi satu siklus

saja. Bila perdarahan banyak, beri 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari saja. Bila
perdarahan terus berlanjut sampai pasien anemi, cabut AKDR dan bantu klien

memiliki kontrasepsi lain.

(4) Periksa apakah klien hamil. Bila tidak hamil dan AKDR masih ditempat tidak ada

tindakan yang perlu dilakukan. Bila tidak yakin AKDR masih berada di dalam

rahim dan klien tidak hamil, maka rujuk untuk USG/ rontgen. Bila tidak ditemukan

pasang kembali AKDR sewaktu datang haid.

(5) Bila penyebabnya kuman gunokokusatau klamida, cabut AKDR dan berikan

pengobatan yang sesuai.

6. Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

Efek samping

(1) Amenorea

(2) Kejang

(3) Perdarahan yang tidak teratur dan banyak

(4) Benang Hilang

(5) Cairan vagina/ dugaan peyakit radang panggul

Penanganan :

(1) Pastikan hamil atau tidak bila klien tidak hamil, AKDR tidak perlu dicabut cukup

konseling dan sedikit penyebab amenorea apabila dikehendaki. Apabila hamil

jelaskan dan sarankan untuk melepas AKDR apabila talinya terlihat dan

kehamilan kurang dari 13 minggu.

(2) Pastikan dan tegaskan adanya penyakit radang panggul dan penyebab lain dari

kekejangan.

(3) Bila tidak ditemukan kelainan patologik dan perdarahan masih terjadi, dapat

diberi ibuprofen 3 x 800 mg untuk satu minggu, atau pil kombinasi satu siklus

saja. Bila perdarahan banyak, beri 2 tablet pil kombinasi untuk 3-7 hari saja, bila
perdarahan terus berlanjut sampai pasien anemi, cabut AKDR dan bantu klien

memilih kontrasepsi lain.

(4) Periksa apakah klien hamil, tanyakan apakah AKDR terlepas. Apakah tidak hamil

dan AKDR tidak terlepas, berikan kondom. periksa talinya di dalam saluran

endoserviks dan kavum uteri setelah masa haid berikutnya, apabila tidak hamil

dan AKDR yang hilang tidak ditemukan, pasanglah AKDR baru atau bantu klien

menentukan metode lain.

(5) Bila penyebabnya kuman gunokokus atau klamidia, cabut AKDR dan berikan

pengobatan yang sesuai.

7. Kontrasepsi Mantap

a. Tubektomi

Efek samping :

(1) Infeksi Luka

(2) Demam Pascaoperasi (>38°C)

(3) Luka pada kandung kemih intestinal ( jarang terjadi )

(4) Hematoma (subkutan)

(5) Emboli gas yang diakibatkan oleh laparoskopi ( sangat jarang terjadi )

(6) Rasa sakit pada lokasi pembedaan

(7) Perdarahan superficial ( tepi- tepi kulit atau subkutan )

Penanganan :

(1) Obati dengan antibiotic bila terlihat abses lakukan drainase dan obati seperti

yang terindikasi.

(2) Obati infeksi berdasarkan apa yang ditemukan.


(3) Mengacu ke tingkat asuhan tepat, apabila kandung kemih atau usus luka dan

diketahui sewaktu operasi, lakukan reparasi primer. Apabila ditemukan pasca

operasi dirujuk ke rumah sakit yang tepat bila perlu

(4) Gunakan packs yang hangat dan lembab ditempat tersebut

(5) Ajukan ketingkat asuhan yang tepat dan mulai resusitasi intensif

(6) Pastikan adanya infeksi atau abses dan obati berdasarkan apa yang ditemukan

(7) Mengontrol perdarahan dan obati berdasarkan aa yang ditemukan.

b. Vasektomi

1) Komplikasi dapatterjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat setelah

tindakan. Komplikasi selama prosedur dapat berupa komplikasi akibatreaksi

anafilaksis yang disebabkan oleh pengganaan lidokain atau manipulasi

berlebihan terhadap anyaan pembuluh darah di sekitarvasa deferensia.

2) Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi atau abses

pada testits, atrofi testis, epididimitis kongesif, atau peradangan kronik granuloma

di tempat insisi. Penyulit jangka panjang yang dapat mengganggu upaya

pemulihan fungsi reproduksi adalah terjadinya antibody sperma (BKKBN, 2014 ;

h. MK-1 – MK-101).

6. Kasus HIV /AIDS

Anda mungkin juga menyukai