Anda di halaman 1dari 6

NAMA : HIJRIA BR TARIGAN

NIM : 4181121021

KELAS : FISIKA DIK B 2018

MATKUL : KEWIRAUSAHAAN

Nama : Gusti Ngurah Anom


Tempat / Tanggal Lahir : Buleleng, 5 Maret 1971
Pendidikan : S2 ( SD, SMP )
Agama : Hindu
Pekerjaan : Pengusaha dari Krisna Holding Company
Menikah : 1990
Istri : Ketut Mastrining
Anak : 4 Orang
Hobby : Bekerja
Pesan : LTK ( Lihat, Tiru, Kembangkan )

History Ajik Krisna

Tak selamanya mereka yang nakal luar biasa saat kecil akan berakhir dalam kegagalan
hidup di masa depannya.Namun justru terkadang bila dsatang sebuah kesempatan dan
kepercayaan yang dilandasi dengan rasa sadar maka siapapun mereka dengan masa lalu
kelamnya akan dapat berubah menjadi sosok yang luar biasa yang siap menyongsong kesuksesan
kehidupan barunya.
Gusti Ngurah Anom, begitu nama lengkap pria asl Buleleng 5 Maret 1971 ini lahir dan
dibesarkan di daerah Tangguwisia, sebuah desa kecil di kecamatan Seririt, kabupaten Buleleng ,
Bali. Pak Anom lahir dari rahim Made Taman dan menjadi bungsu dari 7 bersaudara yang hidup
sangat dekat dengan kemiskinan dalam kebersahajaan keluarga petani.Tidak seperti kakak –
kakaknya yang lainnya, Anom semenjak kecil memang terlihat berbeda, hiperaktif, bandel,
agresif, lincah dan berwatak keras, ingin agar setiap permintaanya dikabulkan. Sikap berani dan
keras kepalanya semakin menonjol, bahkan pada saat bersekolah di SDN 1 Tangguwisia. 
Mengabaikan pelajaran sekolah, tidak pernah belajar dirumah ataupun mengerjakan PR,
melawan ajaran guru dan menjadi langganan mendapat hukuman di sekolah adalah hal biasa
dalam keseharian Anom. Karena perilakunya ini, Anom kecil cenderung dianggap sebagai
sumber kenakalan. Walau demikian, Anom selalu dapat naik kelas seperti teman – temannya
yang lain, dan mampu menyelesaikan pendidikan dasarnya sehingga kemudian dapat
melanjutkan sekolah di SMPN 1 Seririt.Pada saat hari kelulusan tiba, Anom dinyatakan lulus
SMP dan dapat melanjutkan studinya di SMA yang berjarak 3 kilometer dari rumahnya.Tiba –
tiba sang ayah memanggil Anom, dan mengatakan bahwa Anom harus berhenti karena orangtua
tidak mampu.
Di bebani dengan syarat itu, seketika hati Anom terluka, masa depannya seolah
terberangus, Ia marah merasa sebagaiu anak terakhir yang diperlakukan berbeda dari semua
saudaranya hingga tega untuk memutuskan kesempatannya bersekolah di SMA.
Rasa kecewa menghantamnya, akhirnya Anom pergi dari rumah naik truk menuju
Denpasar. Setiba di Denpasar, truk berhenti di sekitar terminal Ubung dan Anom juga turun
disana. Ia melanjutkan perjalanan mengikuti langkah kakinya. Berkilo – kilo berjalan di
belantara kota menelusuri jalan yang baru pertama kali dipijaknya tidak membuat gentar hati
Anom untuk terus melangkah mengawali petualangan nasib tanpa sanak keluarga.
Dalam perjalanan itu rasa haus cukup tuntas dengan hanya minum air sungai yang
mengalir di antara pematang sawah yang terlalui. Perut lapar tak dihiraukannya, Anom terus
berjalan dan berjalan semakin jauh hinnga sampai kakinya merasa teramat letih dan berhenti
tepat di depan gardu Pos SATPAM Hotel Rani di Sanur. Anom beristirahat sebentar sambil
mulai berpikir langkah selanjutnya.
Beberapa saat istirahat akhirnya Anom memutuskan untuk menetap dan menumpang
sementara di Pos SATPAM itu, matanya mencari – cari apa yang bias dilakukannya untuk
menarik perhatian karyawan, petugas atau siapa saja di Hotel Rani hingga Ia dapat memperoleh
makanan untuk mengganjal perutnya yang kosong. Dan karena alas an inilan, Anom bangkit dari
duduknya dan segera dengan tekun memunggutu sampah dan membersihkan halaman taman di
sekitar gardu pos. Tidak banyak yang diharapkan dari Anom, Ia hanya ingin menunjukkan tekad
untuk bekerja dan berusaha menujukkan keberadaannya disana bermanfaat dan berguna, hingga
bias saja nantinya akan muncul kesempatan terbuka untuknya.
Keberuntungan menyertai Anom saat itu, aksi bersih – bersihhya dilihat langsung oleh
pemilik Hotel Rani yang kemudian langsung menghampirinya. Kesempatan ini dimanfaatkan
Anom untuk meminta izin agar diperbolehkan menumpang di Pos SATPAM sambil sebelumnya
menceritakan ikhwal kisah perantauannya dari Buleleng hingga tiba di Sanur.
Dengan janji ikut menjaga keamanan dan kebersihan di sekitar Pos SATPAM, Anom pun
diizinkan menetap di sana. Keesokan paginya, tanpa diperintah dengan sigap Anom telah
mencuci bersih mobil pemilik Hotel Rani, laluy diteruskannya pada mobil – mobil para tamu
yang ada. Dan khusus untuk mobil para tamu hotel itu, anom meminta imbalan jasa cuci kepada
pemilik mobil sebelum mereka berangkat berwisata dengan armada yang bersih. Dari kerja
mencuci tersebut Anom mulai dapat mengumpulkan uang yang lumayan, paling sedikit
Rp.2.500,00 ada dikantongnya. Jumlah yang tergolong besar kala itu mengingat sebungkus nasi
dan kopi saja tidak lebih seharga Rp.75,00. maka tak heran bila kemudian Anom merasa betah
dan giat melakoni profesi sebagai tukang cuci mobil dari hotel ke hotel di sekitar hotel Rani di
Sanur.
Hampir 2 tahun sudah kiprah mencuci kendaraan ini dijalani Anom, sampai kemudian Ia
harus rela untuk berhenti dari pekerjaan menguntungkan itu hanya karena fisiknya tak mampu
lagi bertahan dari serangan rheumatic akut akibat terlalu lama bergumul dengan air. Sakit dan
menganggur, kemudian Anom memutuskan untuk tinggal menumpang di rumah pamannya.,
seorang pengusaha konfeksi kecil – kecilan yang sempat beberapa kali Ia singgahi beberapa
waktu sebelumnya semasa Anom masih tinggal di Pos SATPAM Hotel Rani. Mondar mandirnya
Anom ke konfeksi pamannya kala itu disebabkan karena rupanya disana bekerja seorang gadis
asal Buleleng teman satu SMP Anom dahulu yang membuat Ia jatuh cinta, bernama Ketut
Mastrining.
Selama tinggal bersama pamannya, Anom turut membantu segala pekerjaan konfeksi
dengan ikhlas meski tanpa upah. Dapat tinggal dan makan serta berdekatan dengan Ketut
Mastrining, seorang tukang jahit di konfeksi itu sudah membuat Anom bahagia. Namun walau
begitu besar cinta Anom kepada Mastrining, gadis ini selalu menolaknya. Ia kenal betul siapa
Anom, anak yang nakal dan keras kepala sewaktu SMP, suka membredeli buku teman –
temannya dan menjadi langganan mendapat hukuman di sekolah, Mastrining tidak yakin bahwa
Anom dapat berubah, apalagi terdengar kabar bahwa Anom adalah pemuda lontang – lantung
tanpa masa depan.
Geram direndahkan begitu, Anom kembali bertekad menunjukkan bukti pada Mastrining
bahwa Ia telah berubah dan mampu menjadi sesuatu hingga pantas mendapat cintanya. Dengan
semangat itu, Anom memberanikan diri datang menemui Pak Sidharta pemilik Konfeksi Sidharta
yang kerap memberi pekerjaan jahitan di konfeksi pamannya. Melihat kesungguhan pemuda
yang ingin sekali bekerja, Pak Sidharta memberi kesempatan kepada Anom menjadi pegawainya
dengan tugas pertama sebagai karyawan lapangan mengambil dan mengantar keperluan jahitan.
Selama mengabdi di konfeksi Sidharta, Anom diberlakukan sangat baik, sehingga Ia berusaha
keras menunjukkan kerja sebaik – baiknya dan belajar banyak hal dari pak Sidharta yang selalu
memberikan petuah – petuah untuk memotivasinya. Berkat itulah wawasan Anom perlahan
terbuka hingga jauh melampaui kedewasaan pemuda seusianya.
Berbekal kepribadian yang matang itu, Anom mengutarakan cintanya pada Ketut
Mastrining, Ia meyakinkan bahwa cintanya kelak akan terbuka sebuah masa depan yang pasti.
Dan akhirnya Anom pun mengakhiri masa lajangnya dan menikahi Mastrining, lalu
memboyongnya di sebuah rumah kontrakan di Jalan Tukad Irawadi sambil memulai usaha
konfeksi Sidharta. Lambat laun usaha konfeksinya berkembang dan mulai menerima order dari
pabrik garment, kantor serta hotel – hotel, dimana peningkatan ini mendorongnya pindah ke
tempat yang lebih besar di Jalan Pakis Haji, Tanjung Bungkak Denpasar kisaran awal tahun 90-
an. Memasuki tahun 1992 dengan tekad untuk melebarkan pangsa pasar dan mendekati pasar
umum untuk membangun kesinambungan operasional usaha konfeksinya, maka Anom
didukukng istrinya memberanikan diri membuka toko baju kaos di Jalan Nusa Indah Denpasar
dan memberikan trade mark usaha konfeksinya dengan nama Cok Konfeksi yang berlokasi tak
ajuh dari areal Gedung Art Centre sebagai pusat kegiatan pesta seni dan budaya Bali. Dengan
hak penuh kepemilikan ini, Cok Konfeksi semakin tajam membangun jaringan kerja dan
menggali order keberbagai lini pangsa pasar, hingga dalam kurun waktu yang tak terhitung lama,
nama Cok Konfeksi telah mampu diperhitungkan sebagai salah satu industri besar di Bali yang
menjadi pembuka gerbang kesuksesan pemuda asal Buleleng ini yang kemudian akrab dipanggil
dengan sebutan Pak Cok persis seperti nama usaha konfeksi miliknya. Mengawali keberhasilan
hidupnya iti, Anom meluruskan hati dengan mawas pada dirinya untuk menunjukkan bakti
kepada orang tuanya di desa. Ia telah menyadari bahwa sesungguhnya dahulu ayahnya
bermaksud baik kepadanya dan justru karena itulah apa yang dulu Ia anggap sebagai amarah kini
telah berbalik menjadi segunung berkah.
Sementara dalam bidang usaha, rupanya industri konfeksinya semakin maju pesat dari
athun ke tahun. Saat itulah berkat hasil terkumpul dari kerja keras, ketekunan, kesabaran,
kejelian membaca peluang dan didukung sikap dasar kreativitas dan inovasinya, Anom
menggagas sebuah ekspansi usaha yang lahir dari ide cerdas untuk memanfaatkan arus
wisatawan yang berkunjung ke Bali. Dalam benak Anom tergambar niatan membuat sebuah
sentral oleh – oleh khas Bali yang menyediakan semua pernak- pernik khas Bali. Seperti: aneka
camilan, kaos anak – anak dan dewasa, batik, tas kreasi, alat musik tradisional, aksesoris pria dan
wanita, bedcover, lukisan, kain pantai, laying – laying, kerajinan kayu, alas kaki hingga frame
foto, termasuk beragam kaos made in Cok Konfeksi.
Ide itupun kemudian berhasil terealisai dengan dibukanya sebuah pusat oleh – oleh Bali
yang bernama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali pada tanggal 16 Mei 2007 di Jalan Nusa Indah No.
77 Denpasar – Bali. Dari sanalah lalu terpikir oleh Anom untuk mulai merintis produksi baju
kaos sendiri sebagai cenderamata khas Bali bergambar karikatur didesain unik secara khusus
melibatkan para designer terkemuka. Dan benar saja, persis seperti prediksinya, segmen oleh –
oleh khususnya berupa baju kaos khas Bali yang dibuat konfeksinya meledak diminati pasar.
Melihat banyaknya antusiasme wisatawan yang datang berkunjung dan membeli baju khas
karikatur Bali ini membuat Krisna Oleh – Oleh Khas Balisukses besar dengan penjualan
melampaui target yang ditentukan. Disamping itu beragam oleh – oleh khas Bali lainnya yang
tersedia lengkap juga tidak kalah menyedot minat para pengunjung. Karena besarnya minat dan
animo masyarakat, Anom bertekad mengembangkan jelajah dagangannya menjadi lebih besar
mengikuti perkembangan pasar.
Untuk itulah ia lalu menggandeng rekanan pemilik property di kawasan Jalan Nusa
Kambanagan Denpasar untuk bekerjasama mendirikan Krisna Oleh – Oleh Khas Bali yang ke
dua yang dirancang matang dengan areal parkir yang luas, sarana belanja yang lapang serta
berbagai fasilitas kenyamanan berbelanja berikut sebuah rumah makan dikonsep tertata.
Menyadari cukup banyaknya minat konsumen dengan produk yang dimiliki Krisna Oleh
– Oleh Khas Bali satu di Jalan Nusa Indah dan potensi pasar yang besar, maka kemudian
terealisasilah Krisna Oleh – Oleh Khas Bali di Jalan Nusa Kambangan 160 A Denpasar pada
tanggal 16 Mei 2008 yang mengawali gaung kesuksesan besar Anom.
Dalam waktu yang relatif singkat, nama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali cepat populer,
jaringan kerjasama yang dibangun Anom dengan praktisi pariwisata dan komponen
pendukungnya seperti biro perjalanan, Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) dan juga para
pengemudi jasa angkutan wisata, taxi dan sebagainya dirasa sebagai terobosan jitu semakin
mentenarkan nama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali sebagai pusat belanja oleh – oleh khas Bali
dengan harga murah bermutu yang tidak pernah sepi dari serbuan pengunjung.
Belum berakhir disini, keberhasilan Krisna Oleh – Oleh Khas Bali Nusa Kambangan
kembali memacu gairah wirausaha Anom untuk mempersembahkan sebuah mega areal pusat
belanja oleh – oleh terbesar di Bali.
Benar saja, bermula dari keagresifan dan semangat pantang menyerah akhirnya pada
tanggal 16 Mei 2009 diresmikan sebuah imperium dagang mega outlet pusat perbelanjaan Krisna
Oleh – Oleh Khas Bali di kawasan Sunset Road Kuta, yang sengaja dibangun untuk
memudahkan dan memanjakan para wisatawan untuk berbelanja memperoleh cenderamata khas
Bali dengan nyaman, hemat di tempat yang respresentatif dengan keindahan sunsetnya. Belum
juga berakhir sampai disitu, dengan segala ketulusan hati ingin menampung tenaga kerja dan
menyalurkan hasil karya pengrajin lebih banyak lagi, Anom memperluas lagi areal Krisna Oleh –
Oleh Khas Bali Sunset Road tersebut menjadi dua kali lipat ( seluas 1000 m2 ) sehingga semakin
menguatkan gaung Krisna Oleh – Oleh Khas Bali sebagai pusat oleh – oleh terbesar di Pulau
Dewata.
Terinspirasi dari denyut kehidupan dikawasan Kuta yang tak pernah padam, muncul
dinenam Anom untuk mengikuti irama kehidupan. Tahun 2010 didirikanlah Krisna Oleh – Oleh
Khas Bali yang ke empat dengan nama Rama Krisna Oleh – Oleh Khas Bali dengan konsep buka
24 jam non stop.
Ini menandakan kehidupan pariwisata Bali yang tidak akan pernah berhenti.
Kini di tengah kebesaran industri dagang yang berkibar itu, Anom tidak kehilangan
kearifannya, Ia semakin banyak melibatkan diri pada kegiatan sosial dan berada di balik banyak
bantuan bagi mereka yang kurang mampu, panti asuhan dan berbagai kegiatan kemasyarakatan.
Ia ingin membagi berkah yang telah dititipkan Tuhan kepadanya, menebarkan keseimbangan
hidup dengan kebaikan yang tulus sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta yang telah
menggariskan perjalanan hidupnya dengan mengubah amarh menjadi limpahan berkah.

Anda mungkin juga menyukai