Anda di halaman 1dari 1

Valentino Pattikawa

1640050805

Analisis Putusan terhadap Eksepsi nomor

Dalam Eksepsi

1. Mengenai legal standing penggugat sebagai pihak yang berkepentingan, dimana dalam eksepsi
tergugat mendalilkan pihak yang berkepentingan dalam pasal 68 ayat (1) UU nomor 15 tahun 2001
tentang merek, bahwa tergugat bukanlah pihak yang berkepentingan, namun majelis hakim
berpendapat bahwa penerapan pasal 68 dalam perkara ini tidaklah tepat, melainkan seharusnya
diterapkan pasal 63 mengenai penghapusan merek sebagaimana gugatan penggugat mengenai
penghapusan merek bukan pembatalan merek sebagaimana dijelaskan dalam pasal 68. Sedangkan
untuk membuktikan bahwa Penggugat merupakan pihak yang berkepentingan sebagaimana
dimaksud dalam pasal 63, maka perlu pembuktian lebih lanjut didalam pokok perkara. Majelis
Hakim menolak eksepsi tergugat. Dan menurut saya pertimbangan serta penerapan hukum dari
majelis hakim sudah tepat dan benar
2. Gugatan kurang pihak, bahwa tergugat dalam eksepsinya menyatakan seharusnya Direktorat
Jenderal HAKI seharusnya menjadi turut tergugat, karena merupakan pihak yang menerbitkan
sertipikat merek milik tergugat. Bahwa pertimbangan majelis hakim, sesuai pasal 64 ayat (2) dan
pasal 64 ayat (3) mengenai penghapusan merek oleh Dirjen HAKI, majelis hakim berpendapat
bahwa Dirjen HAKI dalam hal ini menunggu putusan pengadilan yang telah berkekuatan hukum
tetap (bersifat pasif) sehingga Majelis hakim menolak eksepsi tergugat. Menurut saya, seharusnya
majelis hakim dapat mempertimbangkan mengenai pasal 61 ayat (2) dimana Dirjen HAKI juga dapat
bersifat aktif dengan cara memprakarsai penghapusan merek karena digunakan untuk jenis
barang/jasa yang tidak sesuai dengan jenis barang/jasa yang dimohonkan. Sehingga Dirjen HAKI
juga dapat dimasukan sebagai turut tergugat.
3. Gugatan Kabur, bahwa tergugat menyatakan gugatan penggugat atas penghapusan merek KNO3
dengan dalil bahwa merek dagang tersebut telah memperdagangkan menggunakan erek lain yaitu
“traktor pak tani sqm chilli ultra k” yang merupakan merek lain milik tergugat yang telah didaftar
pada Dirjen HAKI. Mengenai eksepsi tersebut majelis hakim berpendapat hal tersebut sudah masuk
dalam pokok perkara karena pembuktian penggunaan merek tersebut dengan menggunakan bukti
bukti yang ada nantinya akan dibuktikan dalam pokok perkara. Menurut saya putusan hakim sudah
tepat.
4. Gugatan ne bis in idem, bahwa tergugat dalam eksepsi mendalilkan bahwa penggugat telah
melakukan gugatan pembatalan merek dalam perkara nomor 02/HAKI/M/2008/PN.Niaga.Smg yang
telah diputus hingga tahap Peninjauan Kembali serta telah memiliki kekuatan hukum tetap
sehingga gugatan penggugat sekarang mengenai penghapusan merek adalah ne bis in idem. Majelis
hakim berpendapat bahwa terdapat perbedaan antara pembatalan merek dan penghapusan merek
sebagaimana diatur dalam UU 15/2001. Pembatalan diatur dalam Bab VIII bagian kedua pasal 68
sampai dengan pasal 72, sedangkan penghapusan diatur dalam Bab VIII bagian kedua pasal 61
sampai dengan pasal 67. Bahwa pengertian dan substansi antara pembatalan dengan penghapusan
dalam UU 15/2001 adalah berbeda karena memiliki dasar-dasar yang berbeda, dalam hal ini saya
berpendapat bahwa pertimbangan hukum majelis hakim sudah tepat, karena pada prinsipnya
pembatalan harus dilakukan atas dasar prinsip umum merek dengan alas an alas an yang
substansial, sedangkan penghapusan merek dilakukan atas dasar hal-hal yang tidak substantive
namun dapat dilakukan penghapusannya baik seluruh maupun sebagian.

Anda mungkin juga menyukai