Anda di halaman 1dari 17

Syandy Diantrisna Kusuma

Gagasan Pelestarian
Saujana Kali Kabanaran
melalui Restorasi Sungai
KONSERVASI ARSITEKTUR DAN SAUJANA
MAGISTER ARSITEKTUR
UNIVERSITAS GAJAH MADA
juga selesai dibenahi. Pencemaran
PENDAHULUAN lingkungan akibat limbah batik yang
Batik diakui sebagai cagar budaya tidak dikelola dengan baik, sering kali
non-bendawi (intangible) oleh dunia menjadi persoalan tersendiri.
pada 2 Oktober 2009. Pengakuan batik Penggunaan material industri seperti
sebagai warisan dunia ini berlaku sejak pewarna sintetik, bahan malam batik
Badan Perserikatan Bangsa-Bangsa yang tidak ramah lingkungan, dan
(PBB) untuk Pendidikan, Keilmuan,
dan Kebudayaan atau UNESCO,
penggunaan bahan bakar yang tidak
menetapkan batik sebagai Warisan berkelanjutan masih menjadi pekerjaan
Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan rumah yang perlu segera diselesaikan.
Nonbendawi. Batik dengan segala Proses membatik tradisional
prosesnya mulai dari, teknik, simbol, memerlukan jumlah air yang cukup
dan budaya yang terkait erat dengan banyak, terutama pada proses
batik adalah cerminan kekayaan mencelup warna dan pencucian lilin
budaya masyarakat Indonesia. yang menempel pada kain. Maka
Keragaman motif yang khas, mewakili kampungkampung batik tradisional
berbagai daerah di Indonesia, umumnya berada di areal bantaran
beberapa motif batik pun juga ada sungai, lantaran memerlukan akses
yang terinspirasi oleh budaya lain, kepada air bersih yang cukup.
seperti motif kaligrafi yang mengadopsi Problemnya menjadi bertambah karena
budaya arab, motif bunga yang tidak hanya mencemari tanah namun
dipengaruhi oleh budaya eropa, juga sungai. akibatnya tidak hanya
pengaruh China pada motif burung api, dirasakan oleh manusia karena
serta corak persia dan india pada motif kehilangan sumber air bersih, namun
burung merak. Bahkan motif-motif juga makhluk hidup lain yang menghuni
tertentu batik digunakan pada ritual sungai. Menjadi dilematis bahwa ketika
tertentu, mewakili peristiwa kehidupan dunia mengakui Batik sebagai pusaka,
manusia dari kelahiran hingga namun keberadaan dari pusaka
kematian. Meskipun memiliki nilai yang tersebut setiap harinya
berharga dan menceminkan kekayaan menyumbangkan kerusakan terhadap
budaya masyarakat Indonesia, proses lingkungan hidup, terutama lingkungan
pembuatan batik juga memiliki sungai.
permasalahan di sisi lain yang belum

2.
3.
Namun karya ini sudah dapat
BATIK RAMAH membuktikan bahwa batik ternyata
LINGKUNGAN dapat memberi muatan nilai lebih yang
berwawasan pelestarian lingkungan
Mengakui bahwa sisi lain batik yang
pada sampai detik ini masih memiliki hidup. Gagasan lain yang lebih
tugas yang perlu segera diselesaikan komprehensif dan sistematis dapat
yakni sumbangannya atas kerusakan dilihat di Kampung Batik Laweyan
lingkungan, terutama lingkungan Surakarta. Alpha Febela Priyatmono
sungai. Bukan berarti sampai sejauh selaku Ketua Forum Pengembangan
ini belum ada gagasan dan praktik Kampung Batik Laweyan (FPKBL)
yang dilakukan untuk menanggulangi menggagas sebuah program berjudul
masalah tersebut. Sudah ada Laweyan Eco Cultural Creative
beberapa gagasan mengenai batik, Kampong, gagasan tersebut hendak
baik bersifat program, sistem, maupun menangkap potensi kampung batik
produk yang mencoba mengkaitkan berupa sejarah lokal, tradisi sosial-
batik dengan isu lingkungan. Awal budaya yang masih berlangsung,
tahun 2018 di saat dunia digemparkan kampung sebagai tempat bagi industri
oleh video yang viral mengenai batik rumahan, potensi bangunan dan
seorang penyelam inggris bernama kawasan sekitar, serta potensi seni
Rich Horner yang menyelam di “lautan budaya yang terdapat di Kampung
sampah” di pantai Nusa Penida Bali, Batik Laweyan, dimana kesemuanya
tidak berselang lama setelah video dikelola berbasis ekonomi lokal dan
tersebut muncul. Seorang mahasiswa sudah berjalan secara praksis di
Institut Seni Indonesia membuat karya lapangan. Melihat contoh dari kasus
seni mengenai pencemaran ekosistem yang ada, batik sebagai pusaka budaya
laut indonesia pada batik kain memiliki potensi untuk dimanfaatkan,
panjang. Meskipun dalam kasus ini termasuk potensi sebagai pusaka
batik hanya sebagai simbol yang pelestarian lingkungan hidup.
memberi pesan untuk menjaga
ekosistem laut dan mengajak manusia
untuk hidup berdampingan dengan
makhluk hidup lainnya secara
seimbang dalam suatu ekosistem.

4.
kehilangan identitas dirinya sebagai
SEKILAS KAMPUNG kampungnya para saudagar. Laweyan
BATIK LAWEYAN merupakan daerah perdikan kerajaan
Pajang abad ke-16 dan Kasunanan
Kampung Batik Laweyan adalah
hingga abad ke-20.
sebuah kampung kota yang terletak di
bagian barat Kota Surakarta, Laweyan tumbuh menjadi pusat
perdagangan ketika Kyai Ageng Henis
Kampung Batik Laweyan berada tepat (keturunan Brawijaya V) cucu Raja
di pinggir sungai kabanaran yang Mataram pertama bermukim di sana
membentang sepanjang perbatasan sekitar tahun 1546.Pada tahun 1912
sebelah selatan kota Surakarta. Laweyan semakin populer ketika Haji
Kampung Batik Laweyan dimasukkan Samanhudi salah satu dari tokoh
pergerakan nasional mendirikan
dalam Kawasan Cagar Budaya melalui Sarekat Dagang Islam (SDI).
SK Menteri NoPM.03 /PW.007 /MKP beranggotakan para produsen dan
/2010 dan SK Walikota No.646/1- pedagang batik. Pada mulanya SDI
R/1/2013. Keberadaan Kampung Batik merupakan wujud dan solidaritas
Laweyan dianggap sebagai kawasan keagamaan pedagang bumiputra
yang memiliki sejarah nasional yang dalam menghadapi persaingan
ekonomi dengan orang cina. Dan
amat bernilai. Kampung yang sejak perlahan-lahan berubah menjadi
era kesultanan Pajang (1546) dan bentuk gerakan menentang pemerintah
hingga kini terus bertahan, melalui kolonial belanda. Dalam
lahir-tumbang dan silih-bergantinya perkembangannya SDI berubah
kekuasaan politik di sekitarnya, yang menjadi partai politik dengan nama
Sarekat Islam yang dimotori oleh
menyimpan memori sejarah yang
R.M.HOS Cokroaminoto. Industri batik
panjang dan amat berharga. Mulai dari Laweyan berkembang pesat setelah
masa sebelum era Mataram Islam, ditemukannya teknik pembuatan batik
kemudian setelahnya, kolonialisme, cap. Usaha pembuatan batik cap ini
era perjuangan akan kemerdekaan, dimulai sekitar pertengahan abad 19
agresi militer, orde baru, era reformasi dan berkembang pesat di akhir abad itu
hingga era milenial kini, kampung batik
laweyan mampu bertahan tanpa

6.
7.
transportasi bagi pedagang, sungai
KALI KABANARAN Kabanaran juga dipakai sebagai
SEBAGAI PUSAKA sumber utama air bersih untuk
memproduksi kain batik, masyarakat
SAUJANA masih sangat terikat dengan
Berada di lokasi strategis yaitu di keberadaan sungai yang menjadi
tepian Sungai Kabanaran kampung sumber penghidupan mereka. Kali
Laweyan justru berkembang menjadi Kabanaran menjadi saksi bisu muncul
wilayah perdagangan. Pada awalnya dan pasang surutnya sebuah
kampung laweyan dikenal sebagai peradaban pinggir sungai yang
kampung penghasil lawe dan kain bernama Kampung Laweyan.
tenun, namun pada kemudian hari Dalam Piagam Pelestarian Kota
beralih ke produksi kain batik. Seiring Pusaka Indonesia tahun 2013, Pusaka
berjalanya waktu, semakin lama terdiri tiga jenis, yakni Pusaka Alam,
kawasan pinggiran sungai tersebut Pusaka Budaya, dan Pusaka Saujana.
dikunjungi pedagang dari berbagai Pusaka alam adalah bentukan alam
tempat akhirnya membentuk suatu .yang istimewa. Pusaka budaya adalah
ruang kegiatan ekonomi perdagangan hasil cipta, rasa, karsa, dan karya yang
berupa pasar yang disebut Pasar istimewa dari lebih 500 suku bangsa di
Kabanaran. Kali kabanaran menjadi Tanah Air Indonesia, secara sendiri
pusat perdagangan (bandar) yang sendiri, sebagai kesatuan bangsa
menghubungkan Pasar Laweyan Indonesia, dan dalam interaksinya
dengan Bandar Nusupan yang ada di dengan budaya lain sepanjang sejarah
tepi Bengawan Solo pada masa keberadaannya. Pusaka budaya
kerajaan Pajang (1546) dan salah satu mencakup pusaka budaya ragawi dan
simpul dari Bengawan Solo adalah pusaka tidak ragawi. Pusaka saujana
aliran Kali Pepe yang mengalir adalah gabungan pusaka alam dan
melewati depan Pasar Gede. Aliran pusaka budaya dalam kesatuan ruang
sungai yang memasuki wilayah kota dan waktu (Piagam Pelestarian Kota
dijadikan sebagai sarana, distribusi, Pusaka Indonesia, 2013) Batik sendiri
produksi, maupun konsumsi berbagai sudah termasuk dalam kategori pusaka
hasil bumi sebagai alternatif lain dari budaya tak ragawi, sedang Kawasan
jalur darat. Disamping menjadi sarana Kampung Batik Laweyan sebagai
tempat produksi Batik yang didalamnya
8.
terdapat berbagai bangunan serta Laweyan.
artefak pusaka cagar budaya 3) Nilai Budaya
menjadikannya termasuk dalam Keberadaan Sungai Kabanaran
kategori Pusaka Budaya ragawi, tentunya tidak dapat dilepaskan dari
Apabila Sungai Kabanaran diangkat kelahiran batik.
potensinya sebagai Pusaka Alam, 4) Nilai Estetika
maka Saujana Sungai Kabanaran, Dalam hal ini yang dimaksud estetika
1) Nilai Agama adalah estetika formal, yakni nilai
Sungai Kabanaran juga menjadi saksi estetika yang bergantung pada unsur
bahwa nilai keagamaan dan Inderawi, keserasian bentuk, dan
keberlangsungan hidup masyarakat secara visual memiliki kualitas yang
Kampung Batik Laweyan tidak dapat mengesankan. Melalui kacamata nilai
serta merta dipisahkan. Kampung estetika semacam ini tentunya sungai
Batik Laweyan yang didirikan pertama kabanaran dengan kondisi seperti saat
kali oleh ki Ageng Henis yakni seorang ini tidak memenuhi semua nilai estetika
mubaligh yang mengajarkan agama tersebut.
islam kepada masyarakat setempat, 5) Nilai Ekonomi
lambat laun mendirikan masjid yang Secara teknis produksi batik
sekarang dikenal Masjid Ki Ageng memerlukan air bersih dalam jumlah
Henis yang terletak tepat di daerah yang banyak, Keberadaan Kali
bantaran sungai Kabanaran, kemudian Kabanaran yang melewati Kampung
pendirian organisasi perjuangan Batik Laweyan digunakan sebagai
Sarikat Dagang Islam oleh Kyai Haji sumber utama ketersediaan air bersih
Samanhoedi di Indonesia pada masa sehingga kali Kabanaran memeiliki
kolonial juga tidak dapat dipisahkan Nilai Ekonomi yang penting bagi
dari peran nilai Agama yang terjadi di kelangsungan hidup masyarakat
sekitar kawasan sungai Kabanaran. disekitarnya terutama para produsen
2) Nilai Arsitektural batik.
Sungai Kabanaran merupakan 6) Nilai Ilmu Pengetahuan
bentang alam yang didalamnya Dilihat dari Nilai Ilmu Pengetahuan
terdapat kawasan cagar budaya berpotensi dijadikan sebuah objek
Kampung Batik Laweyan, tentunya kajian, utamanya bidang sejarah,
nilai arsitektural yang dipakai adalah humaniora,antropologi, dan
juga yang terdapat di Kampung Batik kebudayaan. Mengingat perannya
9.
sebagai jalur perdagangan yang ini Kampung Batik Laweyan mewakili
menghubungkan satu kampung Pusaka Budaya, sedang Sungai
dengan kampung lain, sebelum Kabanaran dengan segala nilai sejarah
adanya jalur darat berupa jalan aspal dan keunikannya sebagai Pusaka
dan rel kereta api. Alam.
7) Nilai Pendidikan
Nilai pendidikan yang ditawarkan oleh
Sungai Kabanaran sebagai Pusaka
tentunya adalah pendidikan mengenai
relasi alam dan manusia, bagaimana
dulunya sebuah budaya,
memperlakukan dan mengelola alam
dengan baik. Kini menjadi rusak akibat
suatu nilai-nilai baru yang muncul
dalam hal ini contohnya industrialisasi
dan teknologi yang tidak ramah
lingkungan.
8) Nilai Sosial
Dari kacamata nilai sosial sungai
Kabanaran dapat dilihat sebagai
sebuah ruang publik dimana
didalamnya interaksi sosial dijalin.
Nilai Penting pada gagasan Sungai
Kabanaran sebagai Saujana Pusaka
tentu sudah amat terbantu dengan
masuknya Kampung Batik Laweyan
lebih dulu sebagai Kawasan Cagar
Budaya dan Pusaka Budaya.
Beberapa nilai-nilai yang sudah ada
dalam gagasan ini coba
diintegrasikan, mengingat definisi
pusaka saujana sendiri adalah kurang
lebih sebagai gabungan dari Pusaka
Budaya dan Pusaka Alam, dalam hal
10.
alamiahnya. Restorasi sungai adalah
SEKILAS suatu upaya komprehensif sekaligus
RESTORASI SUNGAI juga upaya parsial, elemen per elemen
entitas penyusun ekosistem sungai.
Sungai merupakan salah satu dari
berbagai jenis sumber daya air, sungai Faktor-faktor penyusun ekosistem
juga sekaligus sistem eko drainase sungai antara lain ialah, faktor flora,
alamiah dan sebuah ekosistem fauna, dan faktor fisik serta manusia
dimana di dalamnya terdapat berbagai yang terkait secara langsung mauun
jenis makhluk hidup baik tumbuhan, tidak langsung dengan sungai yang
hewan, serta komponen ekosistem dimaksud sebagai suatu kesatuan yang
lainnya termasuk manusia. Dewasa ini saling mendukung dan saling
masih terdapat cara pandang yang menguatkan sebagai ekosistem.
salah oleh kebanyakan masyarakat Menurut Maryono (2006) dalam ,
mengenai peran sungai, kebanyakan Restorasi Sungai dibedakan menjadi 5
orang menganggap sungai sebagai elemen yang saling berhubungan,
aliran air yang akan menjauhkan dualkoneksi maupun multikoneksi
sampah dan limbah tersebut jauh dari antara restorasi hidrologi, ekologi,
permukiman masyarakat, sungai tidak morfologi, sosial-ekonomi-budaya dan
dipandang secara holistik sebagai retorasi kelembagaan terkait sungai.
suatu ekosistem yang didalamnya
terdapat makhluk hidup dan
komponen ekosistem yang saling
bergantung satu dengan yang lain,
akibatnya terjadi kerusakan
lingkungan sungai, pencemaran air,
dan hilangnya spesies tertentu dalam
ekosistem sungai. Untuk itu restorasi
sungai dianggap perlu untuk
menanggulangi permasalahan
tersebut.
Restorasi sungai diartikan sebagai
pemulihan kondisi sungai dari kondisi
saat ini kepada kondisi semula atau

11.
tersebut.
GAGASAN 2) Aspek Arsitektural
PELESTARIAN Secara keruangan bagunan yang
berada di sekitar Kali Kabanaran
SAUJANA PUSAKA terutama yang berada di sempadan
sungai, perlu ditata kembali. bangunan
KALI KABANARAN layak huni dan memiliki makna sejarah
Berdasarkan pembahasan mengenai maupun makna estetis dipertahankan,
Nilai-nilai penting yang terdapat di Kali yang masih baik namun tidak memiliki
Kabanaran serta pembahasan makna, diberikan narasi desain
mengenai Restorasi Sungai yang (redesain) baru yang sesuai dengan
sudah disampaikan sebelumnya, maka pengembangan saujana kabanaran,
terbentuk beberapa gagasan untuk yang tidak layak (melanggar jalur
mengembangkan serta sempadan sungai dsb) perlu digantikan
mengkaithubungkannya dengan atau ditinjau kembali.
pelestarian Saujana Pusaka Kali 3) Aspek Budaya
Kabanaran. Masyarakat penghasil Batik di Sekitar
1) Aspek Agama Sungai sebenarnya memiliki budaya
Di sekitar lingkungan Kali Kabanaran batik pewarna alami sebagai alah satu
terdapat beberapa masjid dengan dari Budaya sungai masyarakat sekitar,
segala aktivitasnya, baik aktivitas penanaman vegetasi pewarna alami,
spiritual terkait ibadah ritual, maupun mengadakan festival sungai,
aktivitas yang bersifat profan, yakni mendekatkan kembali alam,
aktivitas sosio kultural masyarakat membuatnya menjadi bagian dari
pegiat masjid. Untuk itu perlunya wajah kampung dan wajah kota, bukan
sebuah gagasan pengembangan lagi belakang rumah tempat membuang
Komunitas Masjid Perduli Sungai, limbah dan sampah
harapannya komunitas masjid sebagai 4) Aspek Ekonomi
penggerak masyarakat muslim lain Sumber air bersih yang dipakai oleh
yang menjadi mayoritas disektar produsen batik sebagian besar berasal
kawasan tersebut menyebarkan rasa dari sungai Kabanaran, sehingga
keperdulian lingkungan sekitar masjid restorasi sungai termasuk di dalamnya
termasuk kali Kabanaran sebagai restorasi kondisi air sungai kali
bagain dari lingkungan masjid kabanaran akan menghasilkan dampak
12.
ekonomi bagai masyarakat sekitar ruang pendidikan, terutama yang terkait
belum lagi jika ditambah dengan dengan pendidikan kesadaran
pariwisata sempadan sungai dan lingkungan hidup dan kebudayaan
pemanfaatan daerah sempadan 8) Aspek Sosial
sungai sebagai ruang-ruang ekonomi Pemanfaatan daerah sekitar Kali
bagi masyarakat sekitar Kabanaran sebagai ruang-ruang sosial
5) Aspek Estetika dengan keamanan yang terjamin
Perubahan Wajah Sungai dengan diharapkan memperbaiki stigma ruang
resotrasi sungai melalui naturalisasi sempadan sungai sebagai tempat yang
yakni penanaman vegetasi, konservasi buruk, kumuh, tercemar dan berbau
keanekaragaman hayati sungai serta tidak sedap
penanggulangan limbah akan serta
merta memperbaiki dan memperindah
wajah sungai, harapannya sungai
kembali menjadi asri dan harmoni
6) Aspek Ilmu Pengetahuan
Sempadan Sungai yang dikelola oleh
Masyarakat, bekerjasama dengan
Pemerintah Surakarta, dan Universitas
terkait. Diharapkan menjadikan kali
Kabanaran juga menjadi obyek ilmu
pengetahuan, baik sebagai obyek riset
maupun sebagai ruang eksperimen,
baik oleh bidang keilmuan seperti
bidang sejarah,
humaniora,antropologi, dan
kebudayaan maupun ilmu eksakta
seperti geografi, kesehatan
masyarakat, bahkan ekonomi.
7) Aspek Pendidikan
Dari Sinergi dan riset yang
mengahasilkan keilmuan tadi
diharapkan Kali kabanaran dan
Lingkungan sekitarnya menjadi ruang-
13.
PENUTUP
Nilai Penting pada gagasan Sungai
Kabanaran sebagai Saujana Pusaka
tentu sudah amat terbantu dengan
masuknya Kampung Batik Laweyan
lebih dulu sebagai Kawasan Cagar
Budaya dan Pusaka Budaya.
Beberapa nilai-nilai yang sudah ada
dalam gagasan ini coba
diintegrasikan, mengingat definisi
pusaka saujana sendiri adalah kurang
lebih sebagai gabungan dari Pusaka
Budaya dan Pusaka Alam, dalam hal
ini Kampung Batik Laweyan mewakili
Pusaka Budaya, sedang Sungai
Kabanaran dengan segala nilai
sejarah dan keunikannya sebagai
Pusaka Alam
.

14.
DAFTAR PUSTAKA
Badan Pelestarian Pusaka Indonesia.
(2013). Piagam Pelestarian Kota
Pusaka Indonesia. Badan Pelestarian
Pusaka Indonesia, ICOMOS
Indonesia, Jaringan Kota Pusaka
Indonesia, Kementrian Pekerjaan
Umum dan Kementrian Koordinator
Kesejahteraan Rakyat.

Aditya, R. (2019). Representasi


Pencemaran Ekosistem Laut Pada
Batik Kain Panjang. . Yogyakarta :
Jurnal Penciptaan Karya Seni, Institut
Seni Indonesia Yogyakarta.

KLHK. (2017). Petunjuk Teknis


Restorasi Kualitas Air Sungai. Jakarta:
Kementrian Lingkungan Hidup dan
Kehutanan Republik Indonesia.

Priatmono, A. F. (2016). Kampung


Batik Laweyan Towards Sustainable
Neighborhood. Surakarta: Mini
Seminar and Workshop Department of
Architecture Universitas
Muhammaduyah Surakarta.

Ramdhon, A. (2016). Merayakan


Negara Mematrikan Tradisi: Narasi
Pembentukan Kampung Kota di
Surakarta. Yogyakarta: Buku Litera.

15.
16.
17.

Anda mungkin juga menyukai