BIDANG PENDIDIKAN
DAFTAR ISI
PENEMPATAN KARYAWAN 13 – 16
PANGKAT / GOLONGAN 20 – 24
Pasal 24 Mutasi 23
Pasal 26 Penggajian 25
Pasal 40 Koperasi 30
Pasal 41 Rekreasi 30
BAB XII PEMBINAAN KARYAWAN DAN PENGEMBANGAN
DAN SANKSI 38 – 45
Pasal 61 Pelanggaran 42 –
44
BAB
XVIII PENUTUP 54
VISI
“ Menjadi sekolah yang terbaik dan unggul yang diakui dan dikenal dari para lulusannya”
MISI
MOTTO
CERDAS, KREATIF, MANDIRI, DAN BERBUDI LUHUR
TUJUAN
TENTANG
(PTP-PUK)
===================================================================
2. bahwa seiring dengan berjalannya waktu, telah terjadi berbagai perkembangan dan perubahan
peraturan perundang-undangan yang mendasari Pedoman Penyusunan Peraturan Umum
Karyawan sebagaimana dimaksud diktum pertama;
3. bahwa sehubungan dengan itu dipandang perlu untuk meninjau ulang (me-review) Pedoman
Penyusunan Peraturan Umum Karyawan (PUK) No.100/MPK-KAJ/2002 dalam Keputusan Ketua
Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta yang baru.
6. Peraturan Pemerintah No.7 Tahun 1977 dan No.3 Tahun 1980 tentang Pangkat, Jabatan dan
Golongan;
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia No.KEP-48/MEN/IV/2004
tentang Tata Cara Pembuatan dan Pendaftaran Perjanjian Kerja Bersama;
8. Keputusan Menteri Tenaga Kerja Republik Indonesia No.KEP.150/MEN/2000 tertanggal 20 Juni
2000 tentang Penyelesaian Pemutusan Hubungan Kerja;
9. Keputusan MPK-KAJ No.100/MPK-KAJ/VII/2002 tentang Pedoman Penyusunan Peraturan Umum
Karyawan;
10. Peraturan Lembaga Dana Pensiun/Yadapen.
MEMUTUSKAN :
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Pengertian
Pedoman ini dimaksudkan sebagai acuan Yayasan Amkur Jakarta dalam menyusun,
menyempurnakan atau melengkapi Peraturan Umum Karyawannya.
1. Yayasan Amkur Jakarta bernaung di bawah Majelis Pendidikan Katolik Keuskupan Agung Jakarta
disingkat MPK – KAJ sebagai penyelenggara Karya Sosial di bidang pendidikan dalam wilayah
Keuskupan Agung Jakarta.
2. Sekolah Katolik Marie Joseph adalah sekolah yang dikelola oleh Yayasan Amkur Jakarta.
Yayasan adalah :
Lembaga Pendidikan Katolik yang berbentuk badan hukum sesuai peraturan perundang-undangan
Republik Indonesia, menyelenggarakan dan mengelola kegiatan pendidikan formal dan non formal
yang berkedudukan di KAJ dan menjadi anggota MPK – KAJ
1. Setiap bentuk usaha yang berbadan hukum atau tidak, milik orang, perseorangan, milik
persekutuan, atau milik badan hukum, baik milik swasta maupun milik negara yang
mempekerjakan karyawan dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
b Usaha – usaha sosial dan usaha – usaha lain yang mempunyai pengurus dan mempekerjakan
orang lain dengan membayar upah atau imbalan dalam bentuk lain.
3. Peraturan Yayasan :
Peraturan yang dibuat secara tertulis oleh Yayasan yang memuat syarat-syarat kerja, tata – tertib
dan kewajiban serta hak antara karyawan dan yayasan.
4. Peraturan Umum Karyawan selanjutnya akan disebut PUK adalah sebuah naskah atau dokumen
resmi yang diterbitkan oleh Yayasan, yang memuat ketentuan-ketentuan tentang Karyawan yang
bertujuan untuk membangun dan mengembangkan hubungan penyelenggara pendidikan dan
Karyawan.
5. Karyawan adalah
Setiap orang yang telah memenuhi syarat, diterima, diikat secara formal dalam suatu hubungan
kerja dengan Yayasan, diberi pekerjaan dan diangkat dalam jabatan, memperoleh penghasilan
sebagai balas jasa sesuai dengan ketentuan peraturan Yayasan.
Pihak penerima pekerjaan untuk menghasilkan jasa atau barang yang untuk pelaksanaan pekerjaan
itu mendapatkan gaji.
6. Karyawan Tetap adalah Karyawan yang diangkat dalam dinas tetap dengan Surat Keputusan
Yayasan dan menandatangani Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu (PKWTT), memperoleh
penghasilan yang diterimakan secara tetap setiap bulan.
7. Karyawan Tidak Tetap adalah Karyawan yang diikat dengan Surat Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
(PKWT), memperoleh penghasilan sebagaimana tercantum dalam PKWT dimaksud.
8. Tenaga Honorer adalah seseorang karena kompetensinya dibutuhkan oleh Yayasan, diberi tugas
pekerjaan, dan oleh karenanya diberikan balas jasa oleh Yayasan yang diterima secara tetap yang
besarnya dicantumkan dalam Keputusan Yayasan.
9. Karyawan Pengganti ialah Karyawan yang bekerja untuk waktu terbatas menggantikan seorang
Karyawan yang berhalangan sementara atau cuti.
10. Karyawan Kependidikan/Guru adalah Karyawan yang bertugas
menyelenggarakan/melaksanakan/melakukan tugas dan kegiatan belajar-mengajar, melatih,
meneliti, mengelola atau memberikan pelayanan teknis dalam bidang pendidikan.
11. Karyawan Non Kependidikan adalah Karyawan yang bertugas menyediakan, memelihara,
mengelola dan mengembangkan administrasi, keuangan dan sarana prasarana di lingkungan
sekolah, termasuk petugas kesehatan, perpustakaan, dan laboratorium.
12. Tenaga Magang adalah seseorang yang melaksanakan pelatihan kerja di Yayasan, diberi pekerjaan
yang sesuai dengan kompetensi dan persyaratan kerja serta mendapatkan balas jasa yang diatur
oleh Yayasan.
13. Keluarga Karyawan adalah Seorang isteri / suami dan anak-anaknya yang sah yang menjadi
tanggungan karyawan dan terdaftar pada bagian personalia Yayasan.
14. Isteri / Suami yaitu seorang Isteri / Suami dari perkawinan sah menurut hukum negara yang
menjadi tanggungan karyawan dan terdaftar pada bagian personalia Yayasan.
15. Anak yang dihitung berjumlah sampai 3 ( tiga ) orang yang dilahirkan dari perkawinan yang sah
atau anak angkat yang sah menurut hukum menjadi tanggungan karyawan, terdaftar pada bagian
personalia yayasan, berusia maksimum 25 ( dua puluh lima ) tahun, belum menikah dan belum
berpenghasilan.
16. Pangkat adalah kedudukan Karyawan yang menunjukkan jenjang tugas, tanggungjawab dan
fungsi yang digunakan sebagai dasar penggajian.
17. Golongan / ruang gaji adalah dasar penentuan gaji pokok Yayasan.
Jabatan adalah kedudukan atau posisi dalam Yayasan yang membutuhkan kompetensi tertentu dan
menuntut tanggungjawab dan wewenang tertentu demi tercapainya tujuan Yayasan.
18. Jabatan struktural adalah jabatan yang nampak dengan tegas dan jelas dalam struktur organisasi
yang ditetapkan oleh Yayasan.
19. Jabatan non struktural adalah jabatan yang tidak nampak dalam struktur organisasi, namun
karena fungsi dan tugasnya menunjang tugas pokok organisasi yang ditetapkan Yayasan.
20. Unit kerja adalah satuan pelaksana organisasi yang melaksanakan sebagian dari tugas dan fungsi
Yayasan.
21. Formasi adalah gambaran kebutuhan/susunan karyawan dalam jumlah dan kualifkasi
(pendidikan) yang diperlukan untuk melaksanakan tugas dalam suatu unit kerja.
22. Analisa beban kerja adalah suatu proses pengkajian secara sistematis tentang beban kerja setiap
jabatan dalam unit kerja dalam kurun waktu tertentu di lingkungan Yayasan.
23. Tata tertib adalah ketentuan yang harus ditaati guna menjamin kelancaran dan ketertiban
pelaksanaan tugas di lingkungan kerja.
24. Larangan adalah ketentuan-ketentuan yang tidak boleh dilakukan dan/atau dilanggar oleh
Karyawan maupun anggota Yayasan.
25. Pelanggaran adalah perbuatan yang bertentangan dengan tata tertib atau yang melanggar
larangan yang telah ditetapkan oleh Yayasan.
26. Sanksi adalah ancaman hukuman atas suatu pelanggaran.
27. Hukuman adalah pelaksanaan sanksi atas suatu pelanggaran yang dikenakan kepada Karyawan
maupun anggota Yayasan.
28. Pengadaan Karyawan adalah proses atau cara pengisian formasi Karyawan dalam unit kerja
berdasarkan kualifikasi tertentu yang dilaksanakan melalui proses seleksi.
29. Pengangkatan karyawan adalah penetapan calon Karyawan yang telah memenuhi syarat yang
ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Yayasan.
30. Pembinaan Karyawan adalah tindakan atau proses yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk
pengembangan Karyawan agar terpelihara budi pekerti luhur, sehat jasmani rohani, etos kerja
tinggi untuk memeperoleh hasil kerja yang optimal.
31. Penilaian adalah proses penetuan nilai hasil kerja secara periodik terhadap Karyawan oleh atasan
langsung atau yang diberi wewenang, sebagai dasar pengambilan keputusan lebih lanjut.
32. Mutasi adalah setiap jenis perubahan yang dialami oleh seorang Karyawan berkaitan dengan
tugas dan tanggung jawabnya sebagai Sumber Daya Manusia di lingkungan Yayasan.
33. Mutasi Jabatan adalah perubahan jabatan yang dialami seorang karyawan karena berbagai alasan
yang ditetapkan oleh Yayasan.
34. Mutasi pindah adalah perpindahan Karyawan dari satu unit kerja/jabatan ke unit tugas/jabatan
lain di dalam lingkup Yayasan.
35. Penghasilan adalah seluruh penerimaan balas jasa Karyawan yaitu gaji dan tunjangan-tunjangan
lain yang diterima setiap bulan dari Yayasan.
36. Gaji adalah gaji pokok berdasarkan pangkat dan golongan yang diatur Yayasan ditambah
tunjangan yang melekat, yang diterima secara tetap setiap bulan oleh Karyawan..
37. Sistem Penggajian adalah ketentuan yang ditetapkan oleh Yayasan yang mengatur gaji dan
potongan-potongan lainnya sesuai peraturan yang berlaku di Yayasan.
38. Honorarium adalah upah sebagai imbalan yang diberikan kepada Karyawan honorer yang sifatnya
tidak tetap.
39. Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diizinkan/diatur oleh Yayasan untuk jangka waktu
tertentu / pembebasan Karyawan dari kewajiban untuk bekerja dalam waktu tertentu.
40. Perselisihan adalah perbedaan pendapat yang mengakibatkan pertentangan antara Yayasan
dengan Karyawan karena adanya ketidaksesuaian mengenai hak, kepentingan, dan pemutusan
hubungan kerja.
41. Pemutusan Hubungan Kerja adalah pengakhiran hubungan kerja antara Yayasan dengan
Karyawan yang mengakibatkan Karyawan kehilangan status dan hak sebagai Karyawan.
42. Penghargaan adalah pemberian tanda penghormatan atau tanda jasa yang dianugerahkan kepada
Karyawan yang telah berprestasi dan berjasa di lingkungan Yayasan yang besarnya sesuai dengan
ketentuan Yayasan dengan mempertimbangakan kemampuan keuangan Yayasan.
43. Usia Pensiun adalah keadaan dimana Karyawan tetap tidak bekerja lagi karena masa tugasnya
sudah selesai sesuai dengan ketentuan.
44. Hari Kerja dan Jam Kerja adalah hari kerja dan jam kerja di mana karyawan ditetapkan dan
diwajibkan berada di tempat kerja / di sekolah untuk melakukan suatu pekerjaan bagi Yayasan
sesuai bidangnya masing-masing.
45. Hari kerja Sekolah Marie Joseph adalah 40 jam / minggu, dari hari Senin s/d Sabtu.
46. Jam kerja Sekolah Marie Joseph adalah :
(kecuali karyawan di bidang tertentu sesuai bidang masing-masing antara lain security, kebersihan
dan umum)
46. Lembur adalah Kegiatan atau pekerjaan yang dilakukan diluar atau setelah jam kerja atau pada
hari libur.
Pasal 2
Pasal 3
Ruang Lingkup
1. Peraturan Umum Karyawan (PUK) ini berlaku bagi Yayasan Amkur Jakarta yang pelaksanaannya
mengikat baik bagi Yayasan maupun Karyawan.
2. Peraturan Yayasan ini mengatur hal hal yang bersifat umum. Hal hal yang bersifat khusus dan hal
hal yang bersifat pengaturan lebih lanjut, diatur dalam peraturan lain sesuai dengan kebutuhan.
BAB II
KEWENANGAN YAYASAN
Pasal 4
Wewenang Yayasan
BAB III
PERENCANAAN FORMASI
Pasal 5
Perencanaan Formasi
Perencanaan Formasi diselenggarakan dan disusun melalui analisa dan evaluasi beban kerja,
kebutuhan Karyawan setiap unit kerja, dengan mempertimbangkan perkembangan dan
kemampuan internal Yayasan serta perubahan dan perkembangan lingkungan eksternal Yayasan.
1. Perencanaan Formasi sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini ditetapkan dan dibakukan oleh
Yayasan secara periodik sekurang-kurangnya setiap tahun sekali.
2. Perencanaan Formasi yang telah dibakukan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini menjadi
pedoman / rujukan dalam pengadaan Karyawan dan penyusunan rencana anggaran dan belanja
Yayasan.
BAB IV
STATUS KARYAWAN
Pasal 6
Klasifikasi Karyawan
Tenaga Laboratorium
Pasal 7
Karyawan Tetap
Karyawan Tetap yaitu tenaga kerja ( karyawan ) yang telah diangkat sebagai tenaga kerja tetap
setelah melewati masa kontrak paling lama 3 ( tiga ) tahun dan memenuhi persyaratan kompetensi
jabatan. Pengangkatan ini berdasarkan Surat Keputusan Yayasan Amkur Jakarta dengan
menetapkan bidang pekerjaan, fungsi dan tugasnya, serta bekerja untuk jangka waktu yang tidak
ditentukan.
Pasal 8
Karyawan Tidak Tetap yaitu tenaga kerja ( karyawan ) yang mempunyai hubungan kerja dengan
Yayasan untuk jangka waktu tertentu menurut kebutuhan Unit Kerja dan masih dalam penilaian
paling lama 3 ( tiga ) tahun.
Pasal 9
BAB V
Pasal 10
Kewajiban Karyawan
1. Setia dan taat kepada negara, pemerintah, dan Yayasan Amkur Jakarta.
2. Menandatangani dan menaati Syarat Perjanjian / Kesepakatan Kerja.
3. Menjaga dan memegang teguh rahasia Yayasan Amkur Jakarta dan Jabatan.
4. Setiap karyawan wajib menjalankan pekerjaan yang dipercayakan kepadanya dengan penuh
dedikasi, kesadaran dan tanggung jawab, serta mentaati kode etik dan seluruh peraturan Yayasan
Amkur Jakarta.
5. Menjaga dan membela nama baik Yayasan Amkur Jakarta.
6. Menggunakan dan memelihara serta merawat dengan penuh rasa tanggung jawab terhadap
fasilitas, sarana dan peralatan kerja yang disediakan oleh Yayasan Amkur Jakarta.
7. Memelihara dan menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan kerja.
8. Setiap karyawan wajib memberi keterangan atau informasi termasuk perubahan – perubahannya
yang terkait dengan dan selama hubungan kerja antara lain : status perkawinan, kelahiran anak,
sekolah anak, tempat tinggal, kematian anggota keluarga, dengan menyerahkan bukti – bukti
terkait dengan hal tersebut.
9. Memahami, mengindahkan dan mantaati tata tertib disiplin sebagaimana dimaksud Bab XV
Keputusan ini.
Pasal 11
Hak Karyawan
Setiap Karyawan :
1. Berhak diangkat menjadi Karyawan Tetap jika memenuhi persyaratan yang berlaku
2. Berhak memperoleh gaji sesuai dengan pekerjaan dan tanggung jawabnya yang mengacu kepada
kebijakan Yayasan Amkur Jakarta
3. Berhak memperoleh santunan perawatan bagi yang tertimpa kecelakaan dalam dan karena
menjalankan tugas kewajibannya sesuai dengan kebijakan Yayasan Amkur Jakarta
4. Karyawan yang meninggal, keluarganya berhak memperoleh uang duka sesuai dengan kebijakan
Yayasan Amkur Jakarta
5. Berhak mendapat pembinaan
6. Berhak naik pangkat dan golongan sesuai persyaratan dan ketentuan yang berlaku
7. Berhak atas cuti sebagaimana diatur, kecuali Guru
8. Berhak atas pensiun bagi yang telah memenuhi syarat – syarat yang ditentukan sesuai dengan
kebijakan Yayasan Amkur Jakarta
9. Berhak memperoleh tunjangan bagi yang menderita cacat jasmani atau rohani dalam dan karena
menjalankan tugas kewajibannya yang mengakibatkan tidak dapat bekerja lagi dalam jabatan
apapun juga sesuai dengan kebijakan Yayasan Amkur Jakarta
10. Berhak mendapat pesangon sesuai dengan kebijakan Yayasan Amkur Jakarta bagi yang
diberhentikan karena tidak memenuhi lagi syarat – syarat kesehatan dan atau penyakit baik fisik
maupun rohani
11. Berhak mendapat penghargaan sesuai ketentuan yang berlaku di Yayasan Amkur Jakarta.
BAB VI
PENERIMAAN, PENGANGKATAN
Pasal 12
Penerimaan Karyawan
Pasal 13
1. Setiap pelamar yang telah diputuskan untuk diterima sebagai calon karyawan harus menjalani
masa percobaan selama 3 ( tiga ) bulan, kecuali untuk guru masa percobaannya selama 1 ( satu )
tahun.
2. Masa percobaan dimaksudkan sebagai masa dimana kedua belah pihak bebas dengan alasan
apapun untuk mengambil keputusan membatalkan atau meneruskan menjadi karyawan.
3. Sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat 1 ini masa percobaan dihitung mulai tanggal berlaku
surat Keputusan Pengangkatan sebagai calon karyawan
4. Selama dalam masa percobaan, calon karyawan menerima gaji sesuai dengan kesepakatan
bersama.
Pasal 14
1. Pengangkatan Karyawan dilakukan dalam rangka mengisi lowongan formasi sesuai kebutuhan
Yayasan
2. Pengangkatan Karyawan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini mempertimbangkan rencana
formasi, rencana anggaran dan belanja Yayasan yang telah dibakukan sebagaimana dimaksud ayat
(2) pasal 5 Bab III Keputusan ini.
3. Untuk dapat diangkat sebagai karyawan tetap, karyawan harus memenuhi dan menunjukkan
kualifikasi persyaratan yang ditetapkan oleh Yayasan.
4. Calon karyawan tetap dapat diangkat oleh Yayasan menjadi karyawan tetap dengan pangkat dan
golongan gaji tertentu menurut peraturan Yayasan Amkur Jakarta, apabila telah memenuhi syarat
– syarat:
1. Telah menunjukkan kesetiaan dan ketaatan penuh kepada Pancasila
2. Loyalitas dan mencurahkan tenaga dan pikiran untuk visi, misi dan tujuan Yayasan tanpa
memperhitungkan untung ruginya.
3. Setelah menjalankan kontrak kerja selama 3 ( tiga ) tahun berturut –turut.
4. Menunjukkan kecakapan dalam tugasnya, berbudi pekerti luhur serta sehat jasmani dan
rohani
5. Menunjukkan sikap dan perilaku yang baik selama bekerja di Yayasan Amkur Jakarta.
6. Mengutamakan kepentingan tugas pekerjaan / dinas Yayasan Amkur Jakarta dari pada
kepentingan pribadi.
7. Menghargai dan mentaati perintah atasan dan pimpinan.
8. Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang harmonis, saling mendukung dan
menghormati.
9. Mematuhi dan menjalankan semua tata tertib dan peraturan yang berlaku.
10. Usia tidak lebih dari 38 ( Tiga Puluh Delapan Tahun ).
11. Memenuhi syarat – syarat lain yang ditentukan oleh Yayasan Amkur Jakarta antara lain :
Dibuktikan dengan Surat Keterangan Diri yang lengkap dan asli
Dibuktikan dengan Ijazah dan Transkrip Nilai Asli sesuai dengan tuntutan profesi
Dan lain-lain
5. Untuk menentukan golongan dan ruang gaji pertama kali perlu dipertimbangkan :
1. Penilaian Masa Kerja yang dimiliki baik pengalaman internal maupun eksternal;
2. Formasi yang tersedia
3. Pendidikan formal yang dibuktikan dengan ijasah/tanda tamat belajar yang dimiliki.
Pasal 15
Penempatan Karyawan
1. Yayasan berhak menempatkan karyawannya sesuai dengan formasi, kebutuhan, serta efisiensi
kerja
2. Dalam hal calon karyawan atau karyawan mempunyai hubungan keluarga, saudara kandung,
keponakan/bersaudara, tidak ditempatkan dalam satu unit kerja yang sama.
Pasal 16
Perjanjian Kerja
1. Perjanjian antara karyawan dengan Yayasan yang memuat syarat – syarat kerja, hak, dan
kewajiban kedua belah pihak.
2. Karyawan yang dinyatakan diterima, pihak Yayasan Amkur Jakarta akan dibuatkan surat perjanjian
kerja karyawan dengan perjanjian kesepakatan kerja waktu tertentu. Waktu perjanjian
kesepakatan kerja waktu tertentu adalah 1 (satu ) tahun dan dapat diperpanjang apabila
memenuhi kriteria Yayasan Amkur Jakarta dan persetujuan kedua belah pihak
Pasal 17
1. Selama dalam masa perjanjian kesepakatan kerja waktu tertentu, pihak yayasan yang otoritasnya
diwakilkan oleh pimpinan / atasan akan melakukan pengamatan sehari-hari, observasi langsung,
catatan prestasi / evaluasi / penilaian kinerja, ujian dinas serta karya tulis terhadap sikap atau
perilaku karyawan selama masa perjanjian.
2. Penilaian terhadap kinerja Karyawan dilakukan oleh atasan langsung yang mengacu pada sistem
dan prosedur penilaian yang ada di Yayasan.
3. Penilaian kinerja Karyawan sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini dilaksanakan secara periodik
minimal setiap tahun.
4. Dalam masa evaluasi atau penilaian, pimpinan / atasan dapat mengusulkan untuk memutuskan
hubungan kerja atau melanjutkan hubungan kerja dengan merekomendasikan ke HRD, baik untuk
karyawan yang hubungan kerjanya tidak diperpanjang, hubungan kerjanya diperpanjang, atau
karyawan yang direkomendasikan untuk diangkat sebagai karyawan tetap.
5. Hasil Penilaian Kinerja Karyawan dijadikan acuan untuk kenaikan gaji berkala, kenaikan pangkat
dan mutasi jabatan.
Pasal 18
Karyawan yang telah dinyatakan menjadi karyawan tetap akan diberikan surat keputusan
pengangkatan sebagai karyawan tetap sesuai jabatan dan golongannya.
BAB VII
Pasal 19
1. Penetapan pangkat dan golongan calon karyawan untuk pertama kali didasarkan pada formasi /
jabatan, faktor pendidikan formal minimal yang dipersyaratkan oleh jabatan tertentu melalui
proses evaluasi dan dibuktikan dengan Surat Tanda Tamat Belajar, Ijazah, dan Akta yang
dimilikinya.
2. Pengalaman yang relevan sebagai dasar perhitungan masa kerja berdasarkan ketentuan yang
berlaku di Yayasan Amkur Jakarta.
3. Perhitungan masa kerja sebagai dasar perhitungan dalam kepangkatan pertama sebagaimana
dimaksud ayat (2) pasal ini, dilaksanakan setelah melalui masa percobaan sesuai ketentuan yang
berlaku di Yayasan Amkur Jakarta.
4. Susunan jenjang kepangkatan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini terdiri atas :
5. Juru;
6. Pengatur;
7. Penata;
8. Pembina;
9. Pangkat – pangkat dan golongan yang diberikan pada pengangkatan pertama adalah :
1. Juru Muda golongan ruang I / a, bagi yang pada saat melamar serendah-rendahnya
memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar / Ijazah Sekolah Dasar ( SD ) atau
yang setingkat.
2. Juru Muda Tingkat I golongan ruang I / b, bagi yang pada saat melamar serendah –
rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar / Ijazah Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama ( SLTP ) atau yang sederajat.
3. Pengatur Muda golongan ruang II / a, bagi yang pada saat melamar serendah – rendahnya
memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar / Ijazah Sekolah Lanjutan Tingkat
Atas ( SLTA ), Diploma I, atau yang sederajat.
4. Pengatur Muda Tingkat I, golongan ruang II / b, bagi yang pada saat melamar serendah –
rendahnya memiliki dan menggunakan Surat Tanda Tamat Belajar / Ijazah Sekolah Guru
Pendidikan Luar Biasa atau Diploma II.
5. Pengatur Muda Tingkat II, golongan ruang II / c, bagi yang pada saat melamar serendah –
rendahnya memiliki dan menggunakan Ijazah Sarjana Muda, Akademi, atau Diploma III.
1. Penata Muda, golongan ruang III/ a, bagi yang pada saat melamar serendah –rendahnya memiliki
dan menggunakan Ijazah Sarjana ( S1 ) atau Diploma IV.
2. Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III / b, bagi yang pada saat melamar serendah – rendahnya
memiliki dan menggunakan Ijazah Dokter atau Ijazah Apoteker dan Magister ( S2 ) atau Ijazah lain
yang setara.
3. Penata, golongan ruang III/ c, bagi yang pada saat melamar serendah – rendahnya memiliki dan
menggunakan Ijazah Doktor (S3).
Golongan Ruang
Pangkat Kepegawaian
No Ijazah Kedinasan
Pembina
3 S3 III c IV e Penata Akademi/PT
Utama
No Ijazah Kedinasan
Satpam
Tata Usaha
Pesuruh Satpam,
Sopir
Tata Usaha,
Sarjana Muda, PGSLP,
Pengatur Penata Muda Tingkat Akunting, IT,
5 Dip. II, Dip. III, BA, II b III b Marketing
Muda Tingkat I I
Akademi, Akta II
Keuangan
6 Akta III II c III c Pengatur Penata
HRD
Akunting, IT,
Sarjana, Dokter,
Marketing,
Apoteker Spesialis ( S.1
7 III a IV a Penata Muda Pembina
), Pasca Sarjana, Akta Litbang,
IV
Kabid,
Humas
HRD,
Akunting, IT,
Doktor Spesialis II ( S. II Marketing,
Penata Muda
8 ), Akta IV, Doktor III b IV b Pembina Tk.I
Tingkat I Dokter, Litbang,
dengan disertasi
Kabid,
Humas,
Pasal 20
Kenaikan Gaji Setelah Diangkat Karyawan Tetap
Bagi karyawan yang telah dinyatakan sebagai karyawan tetap sebagaimana yang tersebut pasal 7
Bab IV dalam Peraturan Umum Karyawan (PUK) ini, akan diberikan kenaikan gaji yang besarnya
ditentukan berdasarkan kebijakan dan keadaan keuangan yayasan.
BAB VIII
Pasal 21
1. Kenaikan berkala
2. Kenaikan jabatan
3. Prestasi kerja yang baik atau sangat memuaskan
4. Kenaikan berkala :
1. Mencapai 2 ( dua ) tahun atau setiap dua tahun dengan penilaian baik.
2. Apabila karyawan yang bersangkutan belum memenuhi syarat sebagaimana dimaksud
dalam pasal 21 ayat ( 2 a ) ini, maka kenaikan gaji berkalanya ditunda paling lama untuk
waktu 1 ( satu ) tahun atau lebih apabila melakukan pelanggaran berat.
3. Apabila tidak ada alasan untuk menunda, maka kenaikan gaji berkala tersebut
diberikan mulai bulan berikutnya dari akhir masa penundaan itu.
4. Penundaan kenaikan gaji berkala dilakukan dengan surat keputusan Yayasan.
5. Kenaikan gaji mengacu pada peraturan penggajian peraturan gaji pegawai negeri sipil
dengan memperhatikan kondisi dan kemampuan keuangan yayasan.
Pasal 22
Kenaikan Pangkat/Golongan
1. Kenaikan pangkat reguler adalah kenaikan pangkat yang diberikan kepada karyawan tetap yang
memenuhi syarat yang ditentukan tanpa memperhatikan jabatan yang dipangkunya.
2. Kenaikan pangkat reguler ke dalam pangkat yang setingkat lebih tinggi dapat diberikan kepada
karyawan tetap apabila:
3. Telah 4 (empat ) tahun dalam pangkat yang dimilikinya di Yayasan dan
4. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang – kurangnya bernilai baik dalam 2 ( dua )
tahun terakhir.
5. Kenaikan pangkat reguler atas dasar pendidikan formal ditentukan berdasarkan peraturan
pegawai negeri sipil.
6. Kenaikan pangkat bagi Karyawan yang berjasa dan berprestasi luar biasa;
7. Penghargaan khusus bagi Karyawan yang meninggal dunia dalam dan karena tugas pekerjaan, dan
Karyawan yang memasuki masa pensiun yang memenuhi persyaratan masa kerja.
8. Pindah golongan/ruang gaji, diberikan bagi Karyawan yang telah memenuhi syarat.
9. Kenaikan pangkat pindah golongan sebagaimana dimaksud ayat 7 pasal 22 ini disamping
memenuhi persyaratan sebagaimana tersebut ayat (1) pasal ini juga dipersyaratkan lulus ujian
dinas yang ditetapkan oleh Yayasan.
10. Kenaikan pangkat/golongan reguler dilaksanakan sesuai ketentuan yang berlaku di Yayasan
Amkur Jakarta
11. Kenaikan pangkat non reguler diberikan pada karyawan tetap dengan memenuhi syarat – syarat
sebagai berikut:
12. Memiliki kemampuan / prestasi
13. Memiliki jabatan
14. Pendidikan memadai
Pasal 23
1. Kenaikan pangkat sebagai penyesuaian Ijazah dapat diberikan kepada karyawan tetap yang
memperoleh surat tanda tamat belajar ( STTB ) / Ijazah, atau Akta dengan ketentuan sebagai
berikut :
2. Surat tanda tamat belajar / Ijazah sekolah lanjutan tingkat pertama ( SLTP ) atau yang setingkat
dan masih berpangkat Juru Muda Tingkat I golongan ruang I b ke bawah dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Juru, golongan ruang I c.
3. Surat tanda tamat belajar ( STTB ) / Ijasah Sekolah Lanjutan Tingkat Atas ( SLTA ), diploma I atau
yang setingkat dan masih berpangkat Juru Tingkat I golongan ruang I d ke bawah, dapat dinaikkan
pangkatnya menjadi Pengatur Muda, golongan ruang II a.
4. Surat Tanda Tamat Belajar ( STTB ) diploma II dan masih berpangkat Pengatur Muda golongan
ruang II a ke bawah dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur Muda Tingkat I, golongan
ruang II b.
5. Ijazah Sarjana Muda, Ijazah Akademi, atau Ijazah Diploma III, dan masih berpangkat Pengatur
Muda Tingkat I golongan ruang II b ke bawah dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Pengatur,
golongan ruang II c.
6. Ijazah Sarjana ( S1 ) atau Ijazah Diploma IV dan masih berpangkat Pengatur Tingkat I golongan
ruang II d ke bawah, dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda, golongan ruang III a.
7. Ijazah Magister ( S2 ) atau Ijazah yang setara dan masih berpangkat Penata Muda golongan ruang
III a ke bawah dapat dinaikkan pangkatnya menjadi Penata Muda Tingkat I, golongan ruang III b .
8. Kenaikkan pangkat sebagaimana dimaksud dalam pasal 23 ayat 1 baru dapat diberikan apabila:
9. Karyawan yang bersangkutan diberi jabatan / tugas yang memerlukan
pengetahuan keahlian yang diperolehnya dalam pendidikan itu.
10. Sekurang – kurangnya 2 ( dua ) tahun dalam pangkat yang dimilikinya dan
11. Setiap unsur penilaian pelaksanaan pekerjaan sekurang–kurangnya bernilai baik dalam 1 ( satu )
tahun terakhir.
Pasal 24
Mutasi
Mutasi adalah Pemindahan atau penempatan karyawan dalam organisasi yayasan atau dari suatu
pekerjaan ke pekerjaan lain di mana tingkatan dan gaji adalah relatif sama dan disertai dengan
perpindahan secara administratif.
1. Dalam rangka pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), Yayasan dapat menyelenggarakan
program mutasi jabatan secara teratur dan terencana.
2. Mutasi jabatan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, dilaksanakan terkait erat dengan adanya
perubahan tugas, jabatan, kepangkatan, status Karyawan dan unit kerja.
3. Pelaksanaan mutasi jabatan dapat diselenggarakan melalui :
1. mutasi antar jabatan yang setara (rotasi jabatan);
2. mutasi peningkatan/kenaikan jabatan (promosi jabatan);
3. mutasi penurunan atau pelepasan jabatan (demosi)
4. mutasi pindah wilayah kerja/jabatan (tour of duty dan tour of area)
4. Mutasi jabatan (promosi atau demosi) dilaksanakan dengan pertimbangan dan tujuan untuk:
1. memenuhi kebutuhan tenaga di bagian/unit lain yang kekurangan tenaga tanpa perlu
merekrut tenaga kerja baru;
2. memperlancar pelaksanaan tugas di unit kerja pada lingkup Yayasan;
3. memberikan motivasi, penyegaran dan memperluas wawasan kerja;
4. menjamin keserasian hubungan kerja dan mencegah timbulnya kontra produktif karena
hubungan keluarga, kekerabatan karena hubungan perkawinan antar Karyawan dalam
satu unit kerja;
5. melaksanakan bentuk sanksi atas pelanggaran disiplin Karyawan;
5. Disamping mutasi jabatan yang terprogram, Yayasan dapat menyelenggarakan mutasi secara
insidentil karena alasan tertentu sesuai kebijakan Yayasan dengan segala konsekuensinya.
Pasal 25
Prosedur Mutasi
1. Karyawan dapat mengajukan permohonan mutasi jabatan secara tertulis dan diajukan ke Yayasan
minimal 3 bulan sebelum tahun ajaran baru / pelaksanaan mutasinya.
2. Atas pertimbangan dinas, Yayasan dapat menolak atau menyetujui mutasi jabatan sebagaimana
yang dimaksud ayat (2) pasal ini.
3. Yayasan wajib memanggil/memberitahu kepada Karyawan yang akan terkena mutasi jabatan,
selambat-lambatnya 1 (satu) bulan sebelum pelaksanaan mutasi, terutama yang berkaitan
dengan mutasi jabatan karena sanksi.
4. Karyawan wajib melaporkan kepada Yayasan secara tertulis dan diketahui oleh atasan atas mutasi
yang terjadi atas dirinya seperti menikah, melahirkan, kematian anggota keluarga paling lambat
7 (tujuh) hari setelah peristiwa tersebut terjadi.
BAB IX
PENGGAJIAN DAN HONORER
Pasal 26
Penggajian
Penggajian adalah suatu sistem penerimaan imbalan dari Yayasan kepada karyawan dalam bentuk
uang yang diberikan setiap bulan atas pelaksanaan suatu pekerjaan yang telah dilakukan.
1. Gajian untuk karyawan Yayasan AMKUR Jakarta dibayarkan setiap akhir bulan
2. Pajak pendapatan karyawan ditanggung oleh Karyawan.
3. Dalam menyusun dan menyesuaikan kenaikan gaji karyawan disesuaikan dengan kebijakan dan
kemampuan keuangan Yayasan.
4. Sistem balas jasa mencakup pengaturan tentang :
5. kepangkatan dan golongan;
6. gaji pokok dan tunjangan;
7. fasilitas dan penghargaan (frange benefit)
8. Kepangkatan dan golongan disusun dan dibakukan melalui proses evaluasi jabatan.
9. Gaji pokok atau gaji dasar ditetapkan berdasarkan kemampuan keuangan Yayasan dan menjadi
dasar dalam penetapan besaran tunjangan yang berlaku di Yayasan.
10. Tunjangan diatur sesuai dengan kemampuan keuangan Yayasan sebagai tambahan penghasilan
bagi Karyawan.
11. Fasilitas dan penghargaan (frange benefit) diberikan kepada Karyawan sesuai dengan persyaratan
dan kemampuan keuangan Yayasan.
Pasal 27
1. Kenaikan gaji dapat bersifat menyeluruh untuk semua Karyawan (kenaikan gaji bersifat umum)
dan dilaksanakan atas dasar kemampuan keuangan Yayasan.
2. Yayasan memberikan kenaikan gaji bersifat individu atau perorangan dengan pertimbangan:
3. prestasi Karyawan ditandai oleh hasil penilaian kinerja Karyawan;
4. promosi pangkat dan/atau jabatan;
5. masa kerja.
3. Kenaikan gaji sebagaimana yang dimaksud ayat (2) pasal 27 ini diatur seperti dalam pasal 21 dan
pasal 22 Bab VIII Peraturan Umum Karyawan (PUK) ini.
4. Kenaikan gaji akibat kenaikan pangkat penyesuaian ijasah sebagaimana yang dimaksud dalam
pasal 23 ini, dengan syarat diajukan oleh Karyawan minimal 1 (satu) tahun setelah ijasah diterima.
Pasal 28
Yayasan dapat mengadakan perubahan penyesuaian gaji dan tunjangan dalam upaya
meningkatkan kesejahteraan Karyawan sesuai dengan kemampuan keuangan Yayasan.
Pasal 29
Penerimaan gaji PNS Dpk dari pemerintah dibayarkan langsung kepada masing-masing
Karyawan PNS Dpk.
BAB X
TUNJANGAN – TUNJANGAN
Pasal 30
Pasal 31
Tunjangan hari raya adalah tunjangan yang diberikan dalam bentuk uang sebesar 1 ( satu ) kali
gaji pokok kepada seluruh karyawan sesuai agamanya.
1. Setiap tahun yayasan memberikan tunjangan hari raya sebesar 1 X gaji pokok dalam satu tahun.
2. Tunjangan hari raya dibayarkan selambat – lambatnya 7 ( tujuh ) hari sebelum hari raya dimaksud.
3. Bagi karyawan yang pada waktu pembayaran tunjangan hari raya tersebut di atas telah
mempunyai masa kerja 3 ( tiga ) bulan atau lebih tetapi kurang dari 12 ( dua belas ) bulan akan
dibayarkan secara proporsional dengan perhitungan sebagai berikut :
12
Pasal 32
Tunjangan Jabatan
Tunjangan yang diberikan pada karyawan dalam bentuk uang yang menduduki suatu
jabatan struktural tertentu yang besarnya ditentukan sesuai kebijakan Yayasan.
Pasal 33
Kelebihan jam dalam mengajar bagi guru SMP dan SMA adalah apabila lebih dari 24 jam/minggu,
bagi guru SD apabila lebih dari 30 jam/minggu, untuk Wakil Kepala Sekolah apabila lebih dari 16
jam/minggu dan Kepala Sekolah apabila lebih dari 8 jam/minggu.
Pasal 34
Kegiatan Remedial
Kegiatan yang diberikan oleh guru kepada anak didiknya dalam tujuan untuk perbaikan atau
pengulangan pelajaran yang belum tuntas. Kegiatan remedial boleh dilakukan maksimal 2 (dua)
kali dalam sebulan untuk SMP dan SMA, maksimal 8 (delapan) kali dalam sebulan untuk SD dan
maksimal 4 (empat) kali dalam sebulan untuk TK.
BAB XI
KESEJAHTERAAN KARYAWAN
Pasal 35
Pensiun Karyawan
Pasal 36
1. Kepada Karyawan yang terkena bencana alam, Yayasan mengusahakan bantuan kesejahteraan.
2. Bentuk, jenis dan cara pemberian santunan dan bantuan kesejahteraan sebagaimana dimaksud
ayat (1) dan ayat (2) pasal ini disesuaikan dengan kebijakan dan kemampuan keuangan Yayasan.
Pasal 37
Karyawan yang melangsungkan pernikahan secara sah menurut agama dan negara, dapat
diberikan sumbangan dari Yayasan.
1. Dalam hal Karyawan yang telah melangsungkan pernikahan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal
ini mengalami kelahiran anaknya dapat diberikan sumbangan persalinan.
2. Besar dan jumlah frekuensi sumbangan sebagaimana dimaksud ayat (1) dan ayat (2) pasal ini,
dilaksanakan sesuai dengan kebijakan Yayasan.
Pasal 38
Bagi Karyawan yang sudah bekerja sekurang-kurangnya selama 12 (dua belas) bulan secara terus-
menerus dan tidak terputus yang memerlukan bantuan pinjaman uang untuk meningkatkan
kesejahteraannya, Yayasan dapat mengusahakan memberikan bantuan pinjaman.
1. Bentuk dan jenis serta besarnya bantuan pinjaman sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini
disesuaikan dengan kemampuan keuangan dan kebijakan Yayasan.
2. Maksimal peminjaman 1 x dalam setahun.
Pasal 39
1. Yayasan memberikan Bea Siswa bagi Karyawan tetap kependidikan yang ingin melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi, dengan mengikuti persyaratan yang ditetapkan oleh
Yayasan
2. Yayasan memberikan bantuan keringanan biaya pendidikan pada karyawan yang putra – putrinya
bersekolah di Marie Joseph.
3. Besarnya bantuan biaya pendidikan dan beasiswa ditentukan dengan kebijakan dengan melihat
kondisi keuangan yayasan.
Pasal 40
Koperasi
Pasal 41
Rekreasi
BAB XII
Pasal 42
Tujuan Pembinaan
1. Pembinaan Karyawan dilaksanakan dengan tujuan untuk mengembangkan budi pekerti, etos
kerja, kesehatan jasmani/rohani guna meningkatkan motivasi dan produktivitas kerja.
2. Pembinaan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini menjadi tanggung jawab Yayasan.
Pasal 43
Jenis Pembinaan
Jenis dan bentuk pembinaan sebagaimana dimaksud pasal 42 Bab ini, terdiri atas pembinaan :
1. dispilin;
1. spiritualitas / katolisitas;
2. profesionalitas;
3. karir karyawan
4. solidaritas korps/jiwa korsa;
5. kesehatan jasmani
Pasal 44
Pendidikan dan Pengembangan
1. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) di Yayasan dilakukan untuk mendukung tercapainya
tujuan Yayasan sekaligus tujuan Karyawan secara seimbang.
2. Karyawan diwajibkan untuk mengikuti Pendidikan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia
(SDM) yang sesuai, yang diatur dan ditetapkan oleh Yayasan.
3. Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini meliputi
pengembangan keahlian, kecakapan dan kompetensinya sehingga tingkat produktivitas kerja
Karyawan senantiasa dapat dicapai secara optimal.
4. Secara operasional pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM) sebagaimana dimaksud ayat (2)
pasal ini dapat dilakukan melalui :
5. pendidikan dan pelatihan, melalui seminar, lokakarya, kursus, out bound, pengembangan diri
melalui retret, rekoleksi, ziarah;
6. pengembangan wawasan melalui studi banding;
7. pengembangan kemampuan manajerial/kepemimpinan melalui rotasi jabatan, alih profesi secara
terprogram sebagai program kaderisasi;
8. pengembangan motivasi dan etos kerja melalui penilaian kinerja (performance appraisal) secara
efektif, dan pola mutasi jabatan (promosi dan demosi) yang tepat dan proposional, program
pemberian ganjaran (reward dan punishment) yang tepat dan obyektif;
BAB XIII
PENGHARGAAN
Pasal 45
Tanda Penghargaan
Penghargaan diberikan kepada Karyawan yang berprestasi atau telah menunjukkan kesetiaannya
kepada Yayasan sehingga dapat dijadikan teladan bagi karyawan lainnya.
Pasal 46
Penghargaan Pengabdian
1. Kepada karyawan tetap Yayasan yang telah berkarya secara terus menerus di Yayasan AMKUR
Jakarta untuk setiap kelipatan 5 (lima) tahun diberikan penghargaan pengabdian.
2. Penghargaan pengabdian kepada karyawan tetap yayasan dapat diberikan antara lain berupa
cendera mata, piagam, barang, uang atau dalam bentuk lain menurut pertimbangan yayasan.
3. Penghitungan masa kerja yayasan dihitung sejak yang bersangkutan diangkat menjadi karyawan
tetap.
BAB XIV
Pasal 47
Pengertian Cuti
Cuti adalah keadaan tidak masuk kerja yang diijinkan dalam jangka waktu tertentu.
Pasal 48
Cuti Tahunan
1. Setiap karyawan non kependidikan yang telah bekerja selama 12 ( dua belas ) bulan berturut –
turut berhak mendapatkan cuti tahunan selama 12 ( dua belas ) hari kerja.
2. Hak cuti tahunan dapat diambil secara penggal waktu pelaksanaan, dengan ketentuan setiap kali
pelaksanaan tidak boleh kurang dari 6 ( enam ) hari lamanya.
3. Dalam hal Karyawan memperpanjang waktu pelaksanaan cuti tahunan sebagaimana telah diatur
pada ayat (1) pasal ini, tanpa pemberitahuan dan persetujuan atasan yang bersangkutan serta
tembusan ke bagian HRD maka kepadanya dianggap telah mangkir, dan dengan demikian
kepadanya dikenakan hukuman pelanggaran disiplin sesuai ketentuan pasal 63 Bab XV Keputusan
ini.
4. Selama menjalankan cuti tahunan, Karyawan menerima penghasilan tetap sesuai ketentuan yang
berlaku tentang sistem balas jasa Yayasan, kecuali tunjangan transport dan tunjangan lain yang
diatur Yayasan.
5. Karyawan yang belum mempunyai masa kerja 12 ( dua belas ) bulan atau dalam masa kontrak 12
( dua belas ) bulan belum berhak mengambil cuti tahunan.
6. Karyawan yang akan melaksanakan cuti harus mengajukan permohonan cuti 7 ( tujuh ) hari
sebelum melaksanakan cuti. Dalam keadaan tertentu / hal darurat dengan pertimbangan khusus
dari atasan, kepada seorang karyawan dapat diberikan cuti yang sifatnya mendadak.
7. Cuti tahunan diambil selama periode sejak hak cuti tahunan muncul sampai muncul hak cuti
tahunan berikutnya, dapat diundur atau ditunda dengan ketentuan paling lama 2 ( dua ) bulan
waktu penundaan, atau diatur lain bila penundaan karena kepentingan Yayasan.
8. Cuti tahunan dapat diambil 2 (dua) kali dalam setahun yang jumlah keduanya tetap 12 (dua belas)
hari kerja.
9. Hak cuti tahunan pada prinsipnya tidak dapat diganti dengan uang, kecuali sebagai pengganti
kerugian pada saat terputusnya hubungan kerja.
10. Formulir cuti disediakan di bagian HRD.
Pasal 49
Cuti Bersalin
Pasal 50
1. Cuti karena alasan penting sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini dengan ketentuan :
1. pernikahan Karyawan lajang, lamanya cuti 5 ( lima ) hari kerja;
2. pernikahan anak Karyawan, lamanya cuti 3 ( tiga ) hari kerja;
3. istri Karyawan melahirkan atau keguguran kandungan, lamanya cuti 2 ( dua ) hari kerja;
4. khitanan ( sunatan ) anak dan baptisan anak Karyawan dan/atau keluarga tertanggung,
lamanya cuti 2 ( dua ) hari kerja;
5. suami, istri, dan anak Karyawan yang bersangkutan meninggal dunia, lamanya cuti 4 (
empat ) hari kerja;
6. orang tua, mertua dan menantu Karyawan yang bersangkutan meninggal dunia, lamanya
cuti 3 ( tiga ) hari kerja;
7. keluarga yang tinggal serumah meninggal dunia, lamanya cuti 1 ( satu ) hari kerja;
2. Atas pertimbangan tertentu, Pimpinan unit dapat memberikan izin kepada Karyawan untuk
meninggalkan pekerjaan di luar hal – hal sebagaimana telah ditetapkan dalam ayat (2).
3. Selama menjalankan cuti karena alasan penting, Karyawan yang bersangkutan tetap menerima
penghasilan Gaji Pokok, sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pasal 51
Setiap Karyawan tetap yang karena sakit tidak dapat menjalankan tugasnya dapat diberikan cuti
sakit 6 ( enam ) bulan dan paling lama 1 (satu) tahun.
Karyawan yang telah diberi cuti selama 6 ( enam ) bulan ternyata belum sembuh sesuai surat
keterangan dokter, penggajiannya diatur sesuai PP No. 08/1981 m surat edaran Menaker : SE No.
01/MEN/1982 Pasal 5 ayat 1 sebagai berikut :
Pasal 52
Apabila Karyawan tetap karena alasan tertentu tidak dapat menjalankan tugasnya dalam waktu
yang lama lebih dari 1 (satu) bulan, karyawan tersebut wajib mengajukan cuti di luar tanggungan
Yayasan.
1. Permohonan cuti di luar tanggungan Yayasan diajukan secara tertulis oleh Karyawan kepada
Yayasan melalui pimpinan unit, sekurang-kurangnya 1 (satu) bulan sebelumnya.
2. Selama masa/waktu menjalankan cuti di luar tanggungan Yayasan, hak-haknya yang berupa
penghasilan dan tunjangan-tunjangan dan fasilitas tidak diberikan, dan masa cuti tidak
diperhitungkan sebagai masa kerja sebagai Karyawan.
3. Setelah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan Yayasan, Yayasan tidak menjamin
sepenuhnya bagi yang bersangkutan untuk dapat diposisikan kembali dalam tugas dan jabatan
semula.
Pasal 53
Gugur Kandungan
Gugur Kandungan yaitu keluarnya janin sebelum janin berumur 26 ( dua puluh enam ) minggu.
Bagi karyawan tetap wanita yang mengalami gugur kandungan dapat mengambil istirahat atas
persetujuan dokter, dengan mendapat gaji pokok.
Pasal 54
Izin Sakit
1. Izin sakit adalah izin untuk ketidakhadiran atau keadaan tidak masuk kerja ( meninggalkan tugas )
karena sakit ( terganggunya kesehatan ) sehingga tidak layak untuk melakukan pekerjaan yang
wajar sehari – harinya, diijinkan sesuai ijin dispensasi yang ada. Untuk sakit selama 2 ( dua ) hari
atau lebih dinyatakan dengan surat keterangan dokter.
2. Bagi karyawan yang tidak dapat hadir ke tempat kerja karena alasan sakit wajib memberitahukan
baik melalui telepon, SMS, surat atau melalui orang lain kepada atasannya.
3. Untuk ketidakhadiran karena alasan sakit:
4. Bagi karyawan yang sakit selama 1 ( satu ) hari, setelah karyawan yang bersangkutan masuk kerja
wajib mengisi formulir izin sakit yang harus ditandatangani oleh atasannya.
5. Bagi karyawan yang sakit lebih dari 1 ( satu ) hari maksimal 2 ( dua ) hari berturut-turut setelah
karyawan yang bersangkutan masuk kerja wajib menyerahkan surat keterangan dokter ( SKD )
dan mengisi formulir izin sakit yang harus ditandatangani oleh atasannya.
6. Bila karyawan sakit lebih dari 2 ( dua ) hari tidak bisa menyerahkan surat keterangan dokter ( SKD
) maka izin sakit tersebut akan dianggap sebagai pemotongan cuti tahunan, apabila cuti tahunan
karyawan yang bersangkutan telah habis maka akan diperhitungkan dengan cuti tahunan periode
berikutnya.
7. Jika seorang karyawan menjalani rawat inap /opname yang lamanya satu atau sampai beberapa
hari di rumah sakit, maka jumlah hari lamanya perawatan sakit tidak diperhitungkan dalam
ketentuan izin sakit ini, namun tetap menyerahkan surat keterangan dokter.
8. Bagi karyawan yang sakit karena mengalami kecelakaan kerja tidak diperhitungkan dalam
ketentuan izin sakit ini.
BAB XV
Pasal 55
Tata Tertib
1. Setiap Karyawan wajib mengetahui, memahami dan mentaati tata tertib yang berlaku di Yayasan.
2. Tata tertib sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini secara garis besar meliputi :
1. Tata tertib Hari dan Waktu Kerja;
2. Tata tertib Disiplin Kerja;
3. Moral dan Etiket
4. Cara berpakaian dan berpenampilan
5. Tata tertib sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini diatur dan ditetapkan oleh Yayasan
dan disosialisasikan kepada seluruh Karyawan, dilaksanakan, dikendalikan dan dievaluasi
secara periodik.
6. Karyawan wajib hadir dan pulang sesuai pada jam yang telah ditentukan ( kecuali izin,
cuti, sakit yang telah diketahui oleh kepala sekolah / atasan karyawan yang bersangkutan
).
7. Karyawan wajib absen pada mesin absensi yang telah disediakan. Dalam hal mesin
absensi tidak berfungsi, wajib mengisi formulir kehadiran dan dimintakan tanda tangan
atasan / kepala sekolah. Formulir kehadiran disediakan oleh bagian HRD
8. Dalam hal tertentu, kepala sekolah / wakilnya, dapat mengatur kepulangan lebih cepat /
lambat dari waktu yang telah ditentukan.
9. Setiap karyawan, wajib mengisi daftar hadir yang telah disediakan di ruang guru / di unit
masing – masing, pada saat jam datang dan jam pulang.
10. Jika tidak mengisi daftar hadir, maka dianggap tidak hadir dan dapat diisi atau
dikategorikan alpa oleh atasan / kepala sekolah.
11. Guru yang berhalangan hadir wajib menyiapkan tugas bagi kelas yang ditinggalkannya dan
diserahkan kepada kepala sekolah / wakil kepala sekolah, atau koordinasi dengan guru
yang lain untuk mengisi kekosongan kelas.
12. Setiap guru / karyawan wajib mengikuti kegiatan yang diadakan oleh sekolah.
13. Setiap guru / karyawan yang libur pada hari Minggu / hari Besar dan libur sekolah, wajib
hadir apabila sekolah ada kegiatan.
14. Setiap guru dan karyawan wajib mendampingi setiap kegiatan siswa yang dikoordinir oleh
sekolah di lingkungan sekolah, seperti apel bendera, kerja bakti dan kegiatan lainnya.
13. Setiap karyawan yang beragama Katolik wajib mengikuti Misa pada hari – hari tertentu yang
diadakan oleh sekolah maupun pada hari lain yang ditentukan gereja.
14. Setiap guru / karyawan yang bukan beragama Katolik wajib menjalankan ibadah sesuai dengan
agama dan kepercayaannya namun demikian wajib menghormati dengan peraturan dan situasi
Yayasan.
15. Setiap guru / karyawan wajib mengutamakan kepentingan tugas dari pada kepentingan pribadi /
keluarga, kecuali dalam hal tertentu yang telah disepakati bersama.
16. Setiap guru / karyawan wajib menjaga nama baik sekolah dan Yayasan.
17. Semua permasalahan yang terjadi antara guru / karyawan hendaknya dapat diselesaikan secara
kekeluargaan.
18. Setiap Guru dan karyawan tidak diperkenankan membawa putera puterinya ke sekolah pada
waktu jam kerja.
Pasal 56
1. Hari waktu kerja bagi seluruh karyawan dan guru adalah 6 (enam) hari kerja yaitu hari Senin
sampai dengan Sabtu, untuk setiap minggunya
2. Waktu wajib kerja bagi karyawan ditetapkan 40 ( empat puluh ) jam efektif setiap minggunya
dengan 6 ( enam) hari kerja dari Senin s/d Sabtu
3. Tanpa mengurangi maksud dan tujuan ayat (2) pasal ini, khusus untuk karyawan kependidikan /
guru dalam melaksanakan wajib tugas mengajar sedikitnya 24 jam efektif dalam satu minggu.
4. Jam Kerja di atur sebagai berikut :
6. Senin s/d Jumat : 06.30 s/d 14.30
7. Sabtu : 07.00 s/d 00
Pasal 57
Disiplin Kerja
5. Mematuhi dan mengamalkan prinsip moral dan etika, kode etik profesi dan nilai-nilai kristiani baik
dalam menjalankan tugas pekerjaan maupun dalam kehidupan sehari-hari.
6. Mentaati dan menjalankan dengan penuh tanggung jawab terhadap tata tertib dan kewajiban
yang berlaku di Yayasan.
7. Menciptakan, memelihara dan mengembangkan suasana kerja yang harmonis, serasi, kondusif,
solid, saling bekerjasama dengan penuh tenggang rasa, serta saling menghormati/menghargai
antar sesama Karyawan dan anggota Yayasan.
Pasal 58
1. Setiap Guru / Karyawan harus bertindak jujur, bertanggung jawab, penuh dedikasi dan
menjunjung tinggi citra dan nama baik sekolah serta Yayasan.
2. Setiap guru / karyawan berupaya melaksanakan tugas dengan sebaik – baiknya.
3. Setiap guru / karyawan harus bertingkah laku sopan dan ramah terhadap anak didik, orang tua,
rekan sekerja dan atasan.
4. Setiap guru / karyawan harus tanggap dan peduli terhadap kebutuhan / tuntutan anak didik,
orang tua dan masyarakat sekitar.
Pasal 59
1. Yayasan memberikan pakaian seragam sebanyak 2 (dua) stel dalam 2 (dua) tahun
2. Setiap guru / karyawan wajib memakai seragam sesuai yang ditentukan.
3. Setiap guru / karyawan wajib mengenakan sepatu hitam yang tertutup, bagi pria wajib
mengenakan kaos kaki.
4. Setiap guru / karyawan wanita wajib memperhatikan penampilan, memakai make up yang
sederhana, lipstick yang tipis, rambut harus rapi, dan bagi yang berambut panjang harus diikat.
5. Setiap guru / karyawan pria tidak diperbolehkan berambut panjang, berkumis tebal dan
berjanggut.
6. Setiap guru / karyawan tidak boleh berkuku panjang dan memakai
7. Setiap guru / karyawan wajib menjaga kebersihan tubuh, hindari bau badan dan bau mulut.
8. Setiap hari Sabtu guru / karyawan diperkenankan memakai pakaian bebas tetapi sopan dan
tidak boleh memakai sandal.
9. Setiap guru / karyawan wanita yang mengenakan rok, panjangnya harus dibawah lutut.
Pasal 60
Larangan – Larangan
19. Secara sendiri atau bersama – sama orang lain dengan sengaja melakukan hasutan / ancaman /
sabotase maupun perbuatan lain yang mengakibatkan kerugian bagi Yayasan atau orang lain.
20. Menghina, mencemarkan nama baik pimpinan Yayasan / atasan, teman sekerja dan atau
membocorkan rahasia Yayasan yang dipercayakan kepadanya atau yang diketahuinya kepada
pihak lain sehingga dapat mengakibatkan kerugian bagi pihak Yayasan / atasan atau teman
sekerja.
21. Melakukan pungutan liar di lingkungan Yayasan.
22. Melakukan kegaduhan, pertengkaran dan/atau perkelahian di dalam dan/atau di luar lingkungan
Yayasan.
23. Melakukan perbuatan asusila, perjudian dan perbuatan – perbuatan yang bersifat negatif yang
dapat merendahkan martabat guru / karyawan, sekolah dan Yayasan.
24. Membujuk pimpinan / ketua / atasan, teman sekerja untuk melakukan sesuatu perbuatan yang
bertentangan dengan hukum.
25. Dengan ceroboh / lalai atau sengaja membiarkan teman sekerja, pimpinan / atasan dalam
keadaan bahaya di tempat kerja dan atau dari akibat ceroboh / kelalaiannya menimbulkan
kerugian besar bagi Yayasan atau membahayakan keselamatan orang.
26. Mengadakan aktifitas yang bertentangan dengan azas Katolik.
27. Sebagai orang beragama Katolik menikah tanpa memperhatikan peraturan peraturan agamanya.
28. Menentang Pimpinan Yayasan / kepala sekolah dengan melakukan mogok kerja / demonstrasi
atau tindakan – tindakan lain yang mengikutsertakan guru, karyawan dan murid – murid.
Pasal 61
Pelanggaran
1.
1. pelanggaran ringan;
2. pelanggaran sedang; dan
3. pelanggaran berat
2. Pelanggaran dengan kategori ringan sebagaimana dimaksud ayat (1a) pasal ini :
1. terlambat masuk kerja tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan;
2. berpakaian dan/atau berpenampilan yang tidak sesuai dengan tata tertib Yayasan
3. melalaikan tugas, kewajiban dan tanggung jawan yang telah diberikan;
4. tanpa disadari berbicara tidak sopan, tidak senonoh di tempat kerja
Pasal 62
1. Setiap sikap, perilaku atau perbuatan Karyawan yang terbukti melanggar peraturan perundangan
dan ketentuan sebagaimana dimaksud pada pasal 60 Bab ini, atau melalaikan tugas dan
tanggungjawab dan dikategorikan sebagai pelanggaran, kepada yang bersangkutan dapat
dijatuhkan sanksi hukuman disiplin.
2. Dengan tidak mengurangi ketentuan ayat (1) pasal ini, dalam hal pelanggaran yang termasuk
tindak pidana maka kepada yang bersangkutan tetap terbuka untuk dikenakan hukuman sebagai
sanksi pidana umum sesuai perundangan.
3. Dalam hal pelanggaran sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini mengakibatkan kerugian material
bagi Yayasan, maka penjatuhan hukuman disiplin dapat dibarengi dengan tuntutan ganti rugi oleh
Yayasan
Pasal 63
4. Jenis hukuman pelanggaran disiplin sedang sebagaimana dimaksud ayat (1b) pasal ini, terdiri atas
:
5. penundaan kenaikan gaji berkala untuk paling lama 1 (satu) tahun;
6. penundaan kenaikan golongan/ruang gaji untuk paling lama 1 (satu) tahun;
7. Jenis hukuman pelanggaran disiplin berat sebagaimana dimaksud ayat (1c) pasal ini terdiri atas :
8. penurunan pangkat setingkat lebih rendah paling lama 2 (dua) tahun, atau
9. pembebasan dari jabatan, atau
10. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK)
11. Penegasan hukuman disiplin sebagaimana dimaksud ayat (2), (4), dan (5) pasal ini, tidak terikat
pada urutan, tetapi tergantung pada berat/ringannya pelanggaran
12. Tanpa mengurangi ketentuan ayat (6) pasal ini, setelah menerima surat peringatan sampai 3 (tiga)
kali Karyawan dapat diputuskan hubungan kerjanya.
Pasal 64
BAB XVI
Pasal 65
Jenis Perselisihan
1. Perselisihan hak yaitu perselisihan yang timbul karena tidak dipenuhinya hak, akibat adanya
perbedaan pelaksanaan atau penafsiran terhadap ketentuan peraturan perundang-undangan,
perjanjian kerja atau Peraturan Umum Karyawan
2. Perselisihan kepentingan yaitu perselisihan yang timbul dalam hubungan kerja karena tidak
adanya kesesuaian pendapat mengenai pembuatan dan/atau perubahan syarat-syarat kerja yang
ditetapkan dalam perjanjian kerja atau Peraturan Umum Karyawan
3. Perselisihan pemutusan hubungan kerja yaitu perselisihan yang timbul karena tidak adanya
kesesuaian pendapat mengenai pengakhiran hubungan kerja yang dilakukan oleh salah satu pihak
Karyawan atau Yayasan
Pasal 66
Pasal 67
Dalam hal terjadi perselisihan kedua pihak wajib menyelesaikan secara awal melalui perundingan
bersama/bipartit, dengan cara musyawarah untuk mencapai mufakat berdasarkan itikad baik dari
masing-masing pihak, dalam nuansa kristiani;
1. Penyelesaian dengan cara bipartit sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini harus diselesaikan
paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja sejak dimulainya perundingan.
2. Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud ayat (2) tidak dapat dilaksanakan karena salah
satu pihak menolak, maka perundingan bipartit dianggap gagal.
3. Dalam hal perundingan bipartit dianggap telah gagal, maka kedua belah pihak wajib meminta
bantuan jasa penyelesaian melalui MPK-KAJ, dengan menyampaikan bukti-bukti atas kasus dan
upaya penyelesaian yang telah gagal sebagaimana dimaksud ayat (3) pasal ini.
4. Dalam hal perundingan sebagaimana dimaksud ayat (4) tidak dapat dicapai kesepakatan seperti
diharapkan, maka salah satu pihak atau kedua belah pihak dapat menempuh jalur hukum dengan
mencatatkan perkara/perselisihannya ke instansi yang berwenang dibidang ketenagakerjaan
setempat dengan melampirkan semua bukti-bukti/berkas bahwa upaya-upaya penyelesaian
melalui perundingan bipartit telah dilakukan
5. Selanjutnya penyelesaian perselisihan sepenuhnya dilaksanakan sesuai dengan tata cara dan
langkah sesuai peraturan perundangan yaitu melalui tahap rekonsiliasi, mediasi atau arbitrase
sampai dengan upaya terakhir melalui instansi peradilan yang berwenang, sesuai ketentuan
perundangan yang berlaku
BAB XVII
PEMUTUSAN HUBUNGAN KERJA
Pasal 68
Berakhirnya hubungan kerja antara yayasan dengan karyawan karena hal-hal yang tidak
terhindarkan baik atas kehendak karyawan sendiri maupun atas keputusan Yayasan dengan
memperhatikan peraturan Yayasan, peraturan Pemerintah maupun perundang – undangan yang
berlaku.
Apabila pemutusan hubungan kerja (PHK) tidak dapat dihindarkan, maka hal tersebut dilakukan
berdasarkan peraturan Yayasan yang berlaku.
Pasal 69
Ditinjau dari proses, jenis Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) Karyawan meliputi:
1.
1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas kehendak Yayasan;
2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas kehendak Karyawan atau permohonan sendiri;
3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) demi hukum;
2. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas kehendak Yayasan sebagaimana dimaksud ayat (1a) pasal
ini dapat terjadi, karena:
1. Karyawan mengalami cacat tetap secara jasmani dan rohani sehingga tidak dapat
menjalankan tugas pekerjaan, atau
2. Karyawan terbukti secara sah dan meyakinkan, melakukan pelanggaran berat,
sebagaimana dimaksud ayat 4 pasal 61 Bab XV, atau
3. Karyawan dinyatakan terbukti telah hilang oleh aparat yang berwajib, atau
4. Karyawan dinyatakan terbukti bersalah oleh keputusan pengadilan, atau
5. Terjadi perubahan organisasi atau Kondisi Yayasan sehingga oleh karena itu dipandang
perlu untuk mengurangi Karyawan (demi efisiensi), atau
6. Yayasan membubarkan diri atau dinyatakan bubar (pailit) berdasarkan hukum.
3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) atas kehendak Karyawan sebagaimana dimaksud ayat (1b)
pasal ini dapat terjadi, karena :
1. alasan tertentu yang sifatnya pribadi;
2. terbukti secara sah dan meyakinkan Karyawan telah mendapat perlakuan dari Yayasan
berupa penganiayaan, penghinaan secara kasar atau mendapat ancaman dari Yayasan
yang membahayakan keselamatan jiwanya;
3. terbukti secara sah dan meyakinkan Yayasan telah membujuk dan/atau menyuruh
Karyawan melakukan perbuatan yang bertentangan dengan peraturan perundangan;
4. terbukti secara sah dan meyakinkan Karyawan tidak mendapat gaji tetap yang menjadi
haknya pada waktu yang telah ditentukan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut atau lebih;
5. terbukti secara sah dan meyakinkan Yayasan tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana
telah dijanjikan kepada Karyawan;
6. terbukti secara sah dan meyakinkan Yayasan telah memberikan pekerjaan yang
mengancam jiwa, keselamatan, kesehatan dan kesusilaan kepada Karyawan sedangkan
pekerjaan tersebut tidak tercantum dalam syarat-syarat kerja atau perjanjian kerja yang
ada.
3. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) demi hukum sebagaimana dimaksud ayat (1c) pasal ini dapat
terjadi/dilakukan, karena :
1. Karyawan meninggal dunia, atau
2. Berakhirnya masa kontrak/kesepakatan kerja, atau
3. Mencapai batas usia pensiun, atau
4. Yayasan dalam keadaan mendesak (force mayor)
Pasal 70
Pemberhentian Karyawan
Karyawan dinyatakan tidak cakap fisik, apabila berdasarkan Surat Keterangan tim penguji
kesehatan yang ditunjuk/disetujui oleh pihak Yayasan dinyatakan:
1.
1. tidak dapat bekerja lagi pada semua jabatan yang ada di Yayasan; atau
2. menderita penyakit atau kelainan yang berbahaya bagi dirinya sendiri dan/atau
lingkungan kerjanya; atau
3. tidak mampu bekerja kembali di lingkungan Yayasan setelah berakhirnya cuti sakit 1 (satu)
tahun
2. Karyawan sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini, diberhentikan sesuai dengan prosedur
perundang-undangan dengan tetap berdasarkan pada peraturan Yayasan yang berlaku.
Pasal 71
Pemberhentian Karyawan
Setiap Karyawan dapat diberhentikan dengan tidak hormat, karena terbukti secara sah dan
meyakinkan telah melakukan pelanggaran berat sebagaimana dimaksud ayat 4 pasal 61 Bab XV.
1. Terhadap Karyawan yang terkena sanksi pemberhentian sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini,
dapat dilakukan tindakan awal berupa skorsing sebelum proses pemberhentian tidak dengan
hormat selesai diproses sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
2. Karyawan yang diputuskan hubungan kerja sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diproses
sesuai prosedur peraturan perundang-undangan dengan tetap berdasarkan pada peraturan
Yayasan yang berlaku.
Pasal 72
Pemberhentian Karyawan
Karyawan yang terkena suatu perkara peradilan perdata dan/atau pidana umum, serta dinyatakan
bersalah oleh keputusan peradilan, dapat diberhentikan oleh Yayasan.
Pasal 73
Pemberhentian Karyawan
Pasal 74
Pemberhentian Karyawan
1. Yayasan yang terbukti secara sah dan meyakinkan harus bubar (pailit) oleh keputusan pengadilan
dan disertai Akta Pembubaran Yayasan, melaksanakan pemberhentian Karyawan yang bersifat
masal.
2. Pemberhentian masal sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan/diselesaikan paling lama dalam
waktu 6 (enam) bulan sejak akan terjadinya pembubaran Yayasan.
3. Karyawan yang terkena pemberhentian masal sebagaimana dimaksud ayat (2) pasal ini
mendapatkan hak-haknya sesuai dengan prosedur peraturan perundang-undangan dengan tetap
berdasarkan pada ketentuan Yayasan yang berlaku.
Pasal 75
Pemberhentian Karyawan
Atas Permohonan Sendiri
1. Permohonan berhenti sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini diajukan ke Pimpinan Yayasan
selambat-lambatnya 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan pemberhentian diproses.
2. Yayasan dapat menunda pelaksanaan/persetujuan permohonan berhenti sebagaimana dimaksud
ayat (2) pasal ini disertai penjelasan dan pertimbangan yang jelas.
3. Karyawan yang terkena pemberhentian atas permohonan sendiri sebagaimana dimaksud ayat (1)
tidak mendapat uang pesangon, uang penghargaan masa kerja, dan uang pengganti hak.
Pasal 76
Pemberhentian Karyawan
Pasal 77
Pemberhentian Karyawan
Pasal 78
Pemberhentian Karyawan
Karyawan yang telah memasuki berakhirnya batas waktu kontrak secara otomatis terkena
Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) demi hukum.
1. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) sebagaimana dimaksud ayat (1) pasal ini tidak mengharuskan
Yayasan untuk menerbitkan surat pemberhentian kerja secara tertulis.
2. Karyawan yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) demi hukum sebagaimana
dicantumkan/tertulis dalam Surat Kontrak Kerja yang telah disepakati/ditandatangani bersama
antara Yayasan dan Karyawan.
BAB XVIII
PENUTUP
Pasal 79
Ketentuan Penutup
1. Hal – hal yang belum cukup diatur dalam peraturan ini, akan diatur lebih lanjut dengan keputusan
pengurus Yayasan.
2. Dengan berlakunya peraturan ini, maka segala peraturan lain yang bertentangan dengan
peraturan ini dinyatakan tidak berlaku.
3. Yayasan akan memperbanyak buku peraturan ini untuk dibagikan kepada semua karyawan
Yayasan AMKUR Jakarta.
Ditetapkan di Jakarta