SKRIPSI
Disusun Oleh :
SAMSUDIN
i
ii
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Nama : Samsudin
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil penelitian saya sendiri
dan tidak terdapat karya yang pern ah diajukan untuk memperoleh gelar
kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, serta tidak terdapat karya atau pemikiran
yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali secara tertulis diacu
Apa bila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan bahwa sebagian atau
keseluruhan skripsi ini merupakan hasil karya orang lain, maka saya bersedia
Demikian, pernyataan ini saya buat dalam keadaan sadar dan tanpa ada
Makassar,
Yang membuat pernyataan,
SAMSUDIN
NIM. 18.01.057
iii
ABSTRAK
Pendahuluan : TB MDR adalah adalah resisten kuman mycobacterium tuberculosis dimana kuman
tidak dapat lagi dibunuh dengan Obat Anti TB (OAT) yang sudah digunakan selama ini, dan harus
diobati dengan OAT Resisten Obat ( Second Line Drug)
Tujuan : Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian Multi Drug
Resistance (MDR) pada pasien tuberculosis.
Metode Penelitian : Penelitian ini adalah Survey Analitik dengan pendekatan Cross-Sectional
Study. Dilaksanakan di Poli Klinik RSUD Labuang Baji Makassar
Hasil : Penelitian ini menunjukkan bahwa faktor-faktor yang diteliti terdapat hubungan dengan
kejadian MDR, dengan hasil uji chi square didapatkan faktor kepatuhan minum obat dengan nilai
р = 0.008 yang berarti р < α =0.05, hasil uji chi square didapatkan faktor pengawas menelan obat
dengan nilai р = 0.011 yang berarti р < α =0.05, hasil uji chi square didapatkan faktor kepatuhan
minum obat dengan nilai р = 0.026 yang berarti р < α = 0.05, hasil uji chi square didapatkan faktor
merokok dengan nilai р = 0.024 yang berati р < α = 0.05, hasil uji chi square didapatkan faktor
status gizi dengan nilai р = 0.025 yang berarti р < α = 0.05, berdasarkan hasil uji chi square
faktor-faktor yang diteliti didapatkan ada hubungan dengan kejadian MDR pada pasien TB
Kesimpulan dan Saran: Ada hubungan kepatuhan minum obat, pengawas menelan obat,
pengetahuan pengobatan, merokok dan status gizi dengan kejadian MDR . Disarankan untuk
peneliti selanjutnya agar meneliti variabel lain yang belum diteliti dengan sampel yang lebih
banyak.
Referensi : 33 (2011-2019)
iv
KATA PENGANTAR
Segala puja dan puji syukur dipanjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya yang tak terhingga sehingga penulis
gelar sarjana.
banyak masukan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak yang sangat berguna
dan bermanfaat baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu
pada kesempatan ini dengan berbesar hati penulis ingin mengucapkan terima
tua, yaitu Andi Jamaluddin dan Ibunda Andi Munira yang senantiasa
mendoakan, memberikan nasehat dan dorongan serta telah banyak berkorban agar
kebahagiaan hidup dan dunia akhirat, dan ucapan terima kasih yang sebesar-
besarnya kepada :
Sulawesi Selatan.
v
2. Bapak Dr. Ns. Makkasau Plasay, S.Kep., M.Kes., M.EDM., Selaku Ketua
3. Ucapan terima kasih kepada Direktur RSUD Labuang Baji Makassar yang
skripsi ini.
8. Teristimewa buat Kakak, Adik serta keluarga tercinta, yang tak hentinya
vi
10. Ucapan terima kasih kepada responden yang telah bersedia menjadi sampel
11. Sahabat-sahabat Sequad ( Amril, Rioh, Dedi, Sulhandika, Reski dan Hijratun)
12. Sahabat-sahabat Kontrakan Keras ( Isti, Dian, Ijah, Amril, Dedy, A.Fatwa,
motivasi dan dukungan serta selalu ada disaat suka maupun duka
14. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan
bantuannya.
menyelesaikan penyusun Skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena
itu masukan yang berupa saran dan kritik yang membangun dari para
pembaca akan sangat membantu. Semoga SKRIPSI ini bisa bermanfaat bagi
Penulis
Samsudin
vii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................. i
ABSTRAK ............................................................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
1. Tujuan umum........................................................................................ 5
viii
1. Definisi tuberkulosis paru..................................................................... 7
1. Definisi ................................................................................................ 39
2. Diagnosis ............................................................................................. 40
ix
6. Hubungan persepsi manfaat dengan MDR TB ............................... 55
B. Hipotesis ................................................................................................... 63
1. Populasi ................................................................................................ 64
2. Sampel ................................................................................................. 65
E. Instrumen Penelitian.................................................................................. 72
x
2. Pengetahuan pengobatan ...................................................................... 73
4. Merokok ............................................................................................... 73
1. Tempat ................................................................................................. 74
BAB V PEMBAHASAN
B. Pembahasan ............................................................................................... 94
A. Kesimpulan ............................................................................................110
B. Saran .......................................................................................................111
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
xi
DAFTAR TABEL
xii
DAFTAR BAGAN
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
DAFTAR SINGKATAN
Singkatan Kepanjangan
WHO Horld Health Organization
KEMENKES RI Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
DEPKES Depertemen Kesehatan
PMDT Progammatic Mangement of Drug Resistant
MTPTRO Manajemen Terpadu Pengendalian Tuberculosis
Resisten Obat
MDR TB Multi Drug Resistance Tuberculosis
OAT Obat Anti Tuberculosis
PMO Pengawas Menelan Obat
TB Tuberculosis
TB RR Tuberculosis Resisten Rifamfisin
TB RO Tuberculosis Resisten Obat
TB XDR Tuberculosis Extensively Drug Resistant
STREAM Standardised Treatment Regimen Of Anti-TB Drugs
For Patients With Multidrug-Resistant/MDR-TB
xv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Kusuma, H, 2015).
tuberculosis dimana kuman tidak dapat lagih dibunuh dengan Obat Anti TB
(OAT) yang sudah digunakan selama ini, dan harus diobati dengan OAT
Mfinanga and Konig, 2015). Multi Drug Resisten Tuberculosis (MDR TB)
yaitu kota Jakarta Timur dan kota Surabaya pada pertngahan 2009. Uji
pendahuluan untuk pengobatan 100 pasien telah dilalui dengan hasil cukup
1
2
Obat.( MTPTRO).
dan juga memiliki efek samping yang signifikan. Selain itu, lama pengobatan
medis rata-rata hanya sedikit lebih besar dari 50% sistem perawatan yang ada,
meski ada variasi yang cukup besar dari satu negara ke negara lain. Atas
lama perawatan yang lebih pendek, lebih efektif, dan lebih aman untuk pasien
tambahan 100.000 kasus TB resisten rifampisin (TB RR) pada tahun 2015.
3
pengobatan TB MDR yang baru mencapai 52% secara global dengan angka
negara yang termasuk dalam daftar ini. minimal diperkirakan terdapat 4000
kasus MDR-TB atau sekurang-kurangnya 10% dari seluruh kasus baru MDR-
2011 mencapai 103 kasus, 2012 ada 258 kasus, 2013 naik menjadi 358 kasus,
2014 naik lagi menjadi 614 kasus hingga 2015 mencapai 614 kasus
kasus MDR-TB baru yang dalam proses penanganan, sedangkan pasien yang
September 2016 mencapai lima orang. Sampai dengan tahun 2013 terdapat 13
4
Soetomo dan, RS dr. Syaiful Anwar Jatim, RS. dr. Moewardi Jateng, RSUD
Labuang Baji Sulsel, RS. Hasan Sadikin Jabar, RS Adam Malik Sumut, RS.
Sanglah Bali, RS. Dr. Sardjito Yogyakarta, RSUD Jayapura papua, RSUD
Depati Hamzah Babel, RSUD Arifin ahmad Riau, dan RSU Ahmad Mohtar
Sumbar.
Provinsi Sulewesi Selatan tahun 2015, kasus baru pasien TB per 100.000
berjumlah 1.928 penderita yang di temukan dengan kasus baru TB BTA+ dan
MDR 3.639 pasien dari jumlah keseluruhan kasus TB yang baru maupun
kasus TB yang lama di temukan ( Dinas Kesehatan Provinsi Sul Sel, 2016)
pengobatan 20 bulan yang jauh lebih lama. Hasilnya sama baiknya dan fakta
bahwa pengobatan yang lebih pendek membuatnya jauh lebih dapat diterima
oleh pasien. Hal ini juga cenderung menghasilkan penghematan biaya bagi
Labuang Baji jumlah kujungan rawat jalan pada pasien tahun 2017 tercatat
5
Labuang Baji setiap harinya di poli MDR-TB, sedangkan pada tahun 2018
RSUD Labuang Baji setiap harinya di poli MDR-TB Selanjutnya data yang di
dapatkan pada tahun 2019 ( januari -agustus) 2019 tercatat ada 40 pasien
harinya di poli MDR-TB baik pasien dari luar daerah maupun di daerah
Makassar.
yang masih tinggi, maka peneliti tertarik untuk meneliti faktor-faktor yang
minum obat, merokok dan Pengawas Minum Obat, kebiasaan merokok dan
B. Rumusan Masalah
dalam penelitian ini secara jelas akan tercakup dalam rumusan masalah
berupa pertayaan berikut ini, yaitu : Apakah ada hubungan antara faktor-
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
2. Tujuan khusus
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Tuberculosis .
2. Manfaat Praktis
MDR
tuberkulosis paru.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi Tuberkulosis
tubuh, termasuk meningen, ginjal, tulang dan nodus limfe (Smeltzer &
Bare, 2015).
Kusuma, H, 2015).
8
9
Terdapat Lobus, dextra ada 3 lobus yaitu lobus superior, lobus media dan
lobus inferior. Sinistra ada 2 lobus yaitu lobus superior dan lobus inferior.
Pulmo dextra terdapat fissura horizontal yang membagi lobus superior dan
lobus inferior. Pulmo sinistra terdapat fissura oblique yang membagi lobus
a. Hidung
anterior yang dindingnya tersusun atas jaringan ikat fibrosa dan tulang
b. Alat penghidu
goblet, dengan lamina basal yang tidak jelas. Epitelnya disusun atas 3
c. Sinus paranasal
d. Faring
e. Laring
Terletak antara faring dan trakea. Dinding dibentuk oleh tulang rawan
pada saat menelan (epiglotis). Ada 2 lipatan mukosa yaitu pita suara
palsu (lipat vestibular) dan pita suara (lipat suara). Celah diantara pita
suara disebut rima glotis. Pita suara palsu terdapat mukosa dan lamina
propria. Pita suara terdapat jaringan elastis padat, otot suara ( otot
Laringealis superior.
f. Trakea
dilapisi oleh jaringan ikat fibro elastik. Struktur trakea terdiri dari:
g. Bronchus
sekali. Otot polos tersusun atas anyaman dan spiral. Mukosa tersusun
h. Bronchiolus
sel goblet.
i. Bronchiolus respiratorius
(alveoli).
j. Duktus alveolaris
alveoli bermuara.
k. Alveolus
darah dan udara yang dihirup. Jumlahnya 200 - 500 juta. Bentuknya
bulat poligonal, septa antar alveoli disokong oleh serat kolagen, dan
elastis halus. Sel epitel terdiri sel alveolar gepeng (sel alveolar tipe I ),
sel alveolar besar ( sel alveolar tipe II). Sel alveolar gepeng ( tipe I)
Septa tipis diantara alveoli disebut pori Kohn. Sel fagosit utama dari
sel lainnya.
l. Pleura
limfe.
3. Klasifikasi Tuberkulosis
2013) :
limfe, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain.
14
b. Berdasarkan bakteriologi
mikroskopis, yaitu :
1) TB paruBTA positif
positif.
Anti TB).
Anti TB)..
pengobatan.
15
keparahannya yaitu :
kelenjar adrenal.
1) Baru, yaitu pasien yang belum pernah diobati dengan OAT (Obat
Anti TB). atau sudah pernah menelan OAT (Obat Anti TB)
atau kultur.
16
berobat dan putus obat 2 bulan atau lebih dengan BTA positif.
tetap positif atau kembali menjadi positif pada bulan kelima atau
4. Etiologi Tuberkulosis
2015).
dengan HIV).
etnik dan ras minoritas, terutama anak-anak di bawah usia 15 tahun dan
5. Patogenesis Tuberkulosis
yang terisi massa seperti keju yang berisi batil tuberkel, sel darah putih
mati, dan jaringan paru nekrotik.seiring waktu material ini mencair ,dan
infeksi sekunder.
dimediasi sel ini muncul dalam bentuk sel-T tersensitas dan dapat di
2. usia lanjut
3. infeksi HIV
4. imunosupresi
8. penyelagunaan narkoba
b. Infeksi sekunder
dikaji secara periodik terhadaf bukti adanya penyakit aktif. (M.Black &
Hawks,2014).
infeksi yang primer dapat tanpa gejala dan sembuh sendiri atau dapat
berupa gejala neumonia, yakni batuk dan panas ringan. Gejala TB, primer
dapat juga terdapat dalam bentuk pleuritis dengan efusi pleura atau dalam
bentuk yang lebih berat lagi, yakni berupa nyeri pleura dan sesak napas.
subfebris, batuk berdahak lebih dari dua minggu, sesak napas, hemoptisis
2016).
2. Sesak nafas
3. Nyeri dada
5. Bunyi dada
6. Malaise
7. Keringat malam
9. Pada anak
minggu.
pada orang-orang dengan daya tahan tubuh yang lemah dan dapat
(Maesaroh, S 2009).
beberapa jam.
infeksi yang tepat dan praktif kesehatan dari karyawan rumah sakit
isolasi TB. Jika dikenakan dengan tepat,alat ini akan menyaring nuklei
mungkin terpapar TB. Uji setengah tahun sekali harus dilakukan pada
area resiko tinggi atau saat konversi positif dari uji kulit TB sering
ditemukan.
harus diperiksa dengan uji kulit tuberkulit dengan rontgen dada untuk
terapi,jika diindikasikan.
pulmonal.
25
paru:
dan HIV).
tenggara ).
a. Pemeriksaan labolatorium
26
tuberculosis berupa:
selama 24 jam.
b. urine, urine yang diambil adalah urine pertama dipagi hari atau
dapat diambil.
tenggorokan.
27
limfositosis
pemeriksaan ini.
tuberkulosis.
g) MYCODOT
e) Adanya klasifikasi
kemudian
g) Bayangan millie.
adanya suatu lesi sebelum ditemukan adanya gejala subjektif awal dan
dengan batas lesi yang tidak jelas.kreteria yang kabur dan gambar yang
kurang jelas ini sering diduga sebagi pnemonia atau suatu proses
mana gambaran dari penyakit fibrotik kronik, tidak jarang kelainan ini
30
lebih teliti.
kali terjadi di beberapa area daninilah observasi yang dapat terjadi pada
itu,terjadi pula penyusutan volume lobus yang terlibat atau segmen dan
31
lobus atas yang sakit dan kadang memidiafragma ditinggikan. Lesi yang
berisi jaringan granulasi sama baik dengan lesi kaseosi dan sering kali
c. Pemeriksaan CT Scan
paru dan sering tampak pada gambar rontgen karena kavitas tersebut
32
infeksi primer. TB milier akut diikuti oleh invasi pembuluh dara secara
berat.keadaan ini biasa terjadi pada bayi-bayi dengan gizi buruk atau
dapat terlihat pada rontgen thoraks akibat tumpang tindih dengan lesi
33
paru. Pada saat lesi mulai bersih, terlihat gambaran nodul-nodul halus
tajam.
.pada beberapa klien TB milier,tidak ada lesi yang terlihat pada hasil
dua fase, yaitu fase intensif dan fase lanjutan. Penggunaan obat juga dapat
dibagi menjadi obat utama dan tambahan. Obat anti tuberkulosis (OAT)
tunggal maupun dalam sediaan dosis tetap (fixed dose combination). Jenis
obat lini kedua adalah kanamisin, kuinolon, dan derivat rifampisin dan
isoniazid.
a. Rifampisin (R) diberikan dalam dosis 10 mg/KgBB per hari secara oral,
maksimal 600 mg/hari. Dikonsumsi pada waktu perut kosong agar baik
penyerapannya.
b. Isoniazid (H) diberikan dalam dosis 5 mg/kgBB oral tidak melebihi 300
mg/kgBB per hari secara oral dalam dosis terbagi, tidak boleh melebihi
dua gram per hari. Atau dapat diberikan dua kali seminggu dengan
seminggu
tidak melebihi satu gram per hari. Atau dapat diberikan dengan dosis
dua kali per minggu, 25-30 mg/kgBB secara intra muskular, tidak
a. Kategori 1 : 2RHZE/4RH3
35
b. Kategori 2 : 2 RHZES/RHZE/5RH3E
sensitif :
rifampisin
streptomisin
36
moxifloksasin, ofloksasin
etionamide, protionamide
Semua jenis OAT aman bagi ibu menyusui. Tatalaksana OAT yang
Paru) tidak perlu dirawat inap. Namun akan memerlukan rawat inap
c. Pneumotoraks
d. Empiema
a. BTA mikroskopik negatif dua kali (pada akhir fase intensif dan
adekuat
menunjukkan perbaikan
38
tersedia.
pemeriksaan foto rontgen dada dilakukan pada bulan ke-6, 12, dan 24
pirazinamid harus diperiksa baseline serum asam urat dan tes fungsi
mutu DOTS.
spesialistik.
11. Komplikasi
jalan nafas.
dan sebagainya.
1. Definisi
sudah tidak dapat lagi dibunuh dengan obat anti TB (OAT). Terdapat 5
secara bersamaan dengan atau tanpa OAT lini pertama yang lain.
terhadap golongan fluorokuinolon dan salah satu OAT injeksi lini kedua
2. Diagnosis
pengobatan
pengobatan
MDR
3. Pemeriksaan Laboratorium
a. Metode Konvesional
cair (MGIT).
GeneXpert seperti :
rifampisin.
lebih 2 jam.
43
Isoniasid
dari 1 bulan.
2. Pengobatan ulang :
cepat.
tidak ada lagi kematian, penyakit dan penderitaan aibat TB. Dimana tujuan
Indonesia.
1. Metode DOTS
suatu pengawasan langsung menelan obat jangka pen dek setiap hari
obat yang ditelan pasien harus di depan seorang pengawas. Hal inilah
yang disebut DOTS, yang merupakan salah satu komponen dari konsep
a. D ( Directly)
b. O (Observed)
c. T (Treatment)
d. S (Shortcourse)
6 bulan.
komponen, yaitu:
Pendanaan
Dahak yang baik untuk diperiksa adalah dahak yang kental dan
sebagai berikut:
2. Memanaskan dengan nyala api sampai keluar uap selama 3-5 menit
detik.
pasien, selain itu harus disegani dan pasien, seseorang yang tinggal
pasien.
2014)
obat lini pertama dan kedua) dan logistik non-obat secara kontinyu.
a. Rejimen Standar
bulan)
b. Rajimen Individual
signifikan. Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian oleh Hirpa et al.
pengobatan yang sering terjadi pada fase aktif dua bulan pertama yang
resistensi terhadap obat tuberkulosis. Khan et al., (2017) dan Patel et al.
53
ini dapat disebabkan karena dengan pengobatan yang tuntas dan sesuai
bahkan berlanjut pada kematian yakni status gizi yang buruk pada
staus gizi yang buruk banyak ditemukan pada pasien yang mengalami
salah satu model tertua membahas kesiapan untuk melaku- kan perilaku
minum obat
yang ada dalam diri individu dan dapat mempengaruhi individu tersebut
al., 2017).
(Burke, 2015). Hasil analisis menun- jukkan bahwa ada hubungan tidak
lang- sung antara persepsi manfaat dengan ke- jadian MDR TB melalui
dijalani akan berdampak positif bagi dirinya akan lebih patuh dengan
Minum Obat
temuan ini didukung oleh penelitian Baral et al. (2014); Boru et al.
atau kendala berkurang atau hilang, maka kepatuhan akan meningkat. Hal
minum obat
2016). Hasil uji menunjukkan bahwa ada hubungan tidak langsung antara
apabila pasien depresi. Pasien tuberkulosis yang hidup sendiri dan jauh
Obat
diri dengan kepatuhan minum obat bersifat positif dan signifikan. Hal ini
akan patuh terhadap pengobatan sesuai jadwal. Salah satu faktor yang
bersifat positif dan signifikan. Hasil ini sejalan dengan hasil penelitian
hubungan kausal langsung. Gaete and Araya (2017) dan Jawad et al.,
bahaya merokok bagi dirinya sendiri maupun orang lain (Silva et al.,
peluang yang lebih tinggi untuk menjadi perokok. Hal ini dapat
bahaya merokok (Yaya et al., 2017). Diperoleh dari hasil studi Pärna
et al. (2014) bahwa aktivitas me- rokok dikalangan pria dan wanita
yang dilakukan dan memberi alasan kuat terhadap topik yang dipilih sesuai
teori yang kuat serta ditunjang oleh informasi yang bersumber pada berbagai
laporan ilmiah, hasil penelitian, jurnal penelitian dan lainnya (Hidayat, AAA,
2014).
Kejadian
- Persepsi kerentana MDR TB
- Persepsi manfaat
- Persepsi keseriusan
- Persepsi hambatan
- Efikasi diri
- Minum alkohol
- Tingkat pendidikan
63
64
Keterangan :
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
B. Hipotesis
a. Ha ( Hipotesis Alternatif)
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
(Hidayat, 2014).
(Hidayat, 2014).
1. Populasi
(Hidayat, 2014).
65
66
2. Sampel
populasi yang akan diteliti atau sebagian jumlah dari karakteristik yang
3. Besar sampel
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
𝑁
𝑛=
1 + 𝑁 (𝑑)2
40
𝑛=
1 + 40(0,05)2
40
𝑛=
1 + 40(0,05)2
40
𝑛=
1 + 40(0,0025)
40
𝑛=
1 + 0,1
40
𝑛=
1,1
67
𝑛 = 36,3 𝑎𝑡𝑎𝑢 36
sampel.
a. Kriteria Inklusi
suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti (Nursalam, 2016).
b. Kriteria Ekslusi
(Nursalam, 2016).
2) Penderita TB anak.
4. Teknik Sampling
1. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen
b. Variabel Dependen
2. Definisi Operasional
yang dianjurkan
70
termasuk mempengaruhi
(Variabel Pengawas Menelan Obat yang 1= berfungsi Kusioner Gutman Berfungsi jika responden
independen) dimaksud disini adalah petugas 2= tidak berfungsi ordinal memperoleh nilai ≥ 2
menyebabkan risiko
72
sudah diobati
kuisioner dilakukan oleh responden dan dibantu oleh peneliti atau keluarga
jika responden tidak mampu menjawab pertanyaan yang ada pada kuisioner.
E. Instrumen Penelitan
beberapa pertanyaan, dan alat ukur ini digunakan bila responden jumlahnya
besar dan tidak buta huruf (Hidayat, 2008). Kuesioner dalam penelitian ini
menggunakan jenis kuesioner checklist atau daftar cek yang merupakan daftar
yang berisi pernyataan atau pertan yaan yang akan diamati dan responden
6
=2
=3
74
2. Pengetahuan Pengobatan
dengan rumus :
(11)
= = 5,5
2
diberi nilai 1, dan jika responden menjawab salah diberi nilai 0, mana
dikatakan baik jika nilainya ≥ 2 dan kurang baik jika nilainya < 2,
( 4× 0)+(4 ×1)
= 2
(4)
= =2
2
4. Merokok
skala gutman, jika responden menjawab benar maka diberi nilai 1, dan
merokok jika nilai ≥ 3,5 dan dikatakan pasif merokok jika nilai ≤ 3,5
(7)
= = 3,5
2
5. Status gizi
22.99,
1. Tempat
2. Waktu
Desember 2019.
1. Data Primer
2. Data Sekunder
1. Pengolahan data
a. Editing
b. Coding
terhadap data yang terdiri atas beberapa kategori. Pemberian kode ini
komputer. Biasanya dalam pemberian kode dibuat juga daftar kode dan
77
c. Entri data
tabel kontigensi.
2. Analisa Data
1) Analisis Univariat
ini hanya menghasilkan distribusi dan persentase dari tiap variabel yang
diteliti.
2) Analisa Bivariat
I. Etika Penelitian
permohonan izin kepada instansi tempat penelitian. Dalam hal ini, Di Balai
penelitian.
responden.
atau mencantumkan nama responden pada lembar alat ukur dan hanya
menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau hasil penelitian yang
akan disajikan.
c. Confidentiality (Kerahasiaan)
oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil
riset.
BAB V
A Hasil Penelitian
bivariat dengan menggunakan analisis uji Chi Square yang dapat dilihat
sebagai berikut:
80
81
a. Umur
Tabel 5.1
Distribusi frekuensi responden berdasarkan umur
Di poli klinik MDR RSUD Labuang Baji Makassar
b. Jenis kelamin
Tabel 5.2
Distribusi frekuensi responden berdasarkan jenis kelamin
Di poli klinik MDR RSUD Labuang Baji Makassar
Jenis Kelamin Frekuensi (n) Persentase (%)
Perempuan 12 33.3
Laki-laki 24 66.7
Total 36 100.0
Sumber : Data Primer Desember 2019
82
c. Status pernikahan
Tabel 5.3
Distribusi frekuensi responden berdasarkan status
pernikahan Di poli klinik MDR RSUD Labuang Baji
Makassar
Status pernikahan Frekuensi (n) Persentase (%)
Menikah 25 69,4
Belum menikah 11 30.6
Total 36 100.0
Sumber : Data Primer Desember 2019
(30.6%).
83
d. Pendidikan
Tabel 5.4
Distribusi frekuensi responden berdasarkan pendidikan
Di poli klinik MDR RSUD Labuang Baji Makassar
2. Analisa Univariat
karakteristik setiap variabel yang diteliti. Pada analisa univariat ini data
kategori dapat dijelaskan dengan angka atau nilai jumlah data persentase
setiap kelompok.
84
Tabel 5.5
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kepatuhan
Minum Obat Di poli klinik MDR RSUD Labuang Baji
Makassar
Kepatuhan Minum Obat Frekuensi (n) Persentase (%)
Patuh 17 47.2
Tidak Patuh 19 52.8
Total 36 100.0
Sumber : Data Primer Desember 2019
Tabel 5.6
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pengawas
Menelan Obat Di poli klinik MDR RSUD Labuang Baji
Makassar
c. Pengetahuan Pengobatan
Tabel 5.7
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Pengetahuan
Pengobatan Di poli klinik MDR RSUD Labuang Baji
Makassar
Pengetahuan Pengobatan Frekuensi (n) Persentase (%)
Baik 14 38.9
Kurang Baik 22 61.1
Total 36 100.0
Sumber : Data Primer Desember 2019
d. Kebiasaan Merokok
Tabel 5.8
Tabel 5.9
Tabel 5.10
Distribusi frekuensi responden berdasarkan Kejadian MDR
Di Poli Klinik RSUD Labuang Baji Makassar
3. Analisis Bivariat
Poli Klinik RSUD Labuang Baji Makassar maka digunakan uji statistik
ρ < α 0.05.
88
signifikan terhadap Kejadian Multi Drug Resisten apabila nilai ρ < α 0.05.
Tabel 5.11
Hubungan Kepatuhan Minum Obat dengan Kejadian MDR
Di Poli Klinik RSUD Labuang Baji Makassar
Tida
k 20 55.6 1 2.7 21 58.3 10,2 0,99
0,008
Patu 847 7
h
atau p <0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara kepatuhan
MDR.
Tabel 5.12
Hubungan Pengawas Menelan Obat dengan Kejadian MDR
Di Poli Klinik RSUD Labuang Baji Makassar
Pengawas Pas
Pasie
Menelan ien P
n Tota
Obat La % % % OR P
Baru l (n)
ma
(n)
(n)
Berfungsi 8 22.2 8 22.2 16 44.4
Tidak
18 50.0 2 5.6 20 55.6 0,011 0,093 0,200
berfungsi
Jumlah 26 72.2 10 27.8 36 100.0
Sumber : Data Primer Desember 2019
responden (5.6%).
atau p <0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara Pengawas
MDR.
Tabel 5.13
Hubungan Pengetahuan Pengobatan dengan Kejadian MDR
Di Poli Klinik RSUD Labuang Baji Makassar
Baik
Jumlah 26 72.2 10 27.8 36 100.
Sumber : Data Primer Desember 2019
(8.3%).
0,998 dan nilai OR (ratio) = 0,000. Hal ini berarti bahwa pengetahuan
MDR.
92
Tabel 5.14
Hubungan Kebiasaan Merokok dengan Kejadian MDR
Di Poli Klinik RSUD Labuang Baji Makassar
atau p <0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara Kebiasaan
Tabel 5.15
Hubungan Status Gizi dengan Kejadian MDR
Di Poli Klinik RSUD Labuang Baji Makassar
Kejadian MDR pasien baru tidak ada responden (0.%). Dan responden
yang Status Gizi yang Normal dengan Kejadian MDR pasien baru
responden (8.3%).
94
atau p <0,05. Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan antara Status
13,369. Hal ini berarti bahwa status gizi mempunyai peluang 13,369
B Pembahasan
nilai ρ = 0.008 < α (0.05). Hal ini berarti bahwa terdapat hubungan
Tuberculosis.
selama minum obat observer atau pengawas menelan obatnya tidak ikut
tuberculosis.
dimana yang memiliki tingkat Kepatuhan Minum Obat yang tidak patuh
kepatuhan minum obat rendah memiliki resiko 10,73 kali lebih besar
melakukan pengobatan.
(5.6%).
pasien Tuberculosis.
Menelan Obat yang tidak berfungsi akan pengobatan serta apa yang
untuk sembuh dengan meminum obat dengan patuh dan teratur. Selain
hidup sendiri dan jauh dari keluarga atau tetangga akan lebih
99
yang tidak berfungsi kemungkinan lebih besar untuk tidak patuh dalam
yaitu bosan meminum obat terus secara teratur dan dukungan atau
Dimana PMO dak t berfungsi dengan baik merupakan salah satu faktor
yang dapat membuat responden tidak patuh dalam minum obat. Selain
hidup sendiri dan jauh dari keluarga atau tetangga akan lebih
waktunya.
responden (19.4%).
101
Tuberculosis.
yang baik serta pemahaman yang baik dapat terkena MDR itu
patuh dalam minum obat dan dapat memicunya terjadinya MDR TB.
Pada hasil tabul asi silang (tabel 5.14), maka dapat diketahui
(2.8%).
Tuberculosis.
juga bagi orng lain yang berada dilingkungan perokok yaitu perokok
tidak hanya berdampak bagi perokok namun juga bagi orng lain yang
penyakit tuberculosis.
(22.2%).
bahwa status gizi dengan nilai p = 0.096, variabel dengan Odds Ratio
memiliki status gizi yang buruk kemungkinan lebih besar untuk terjadi
pasien MDR-TB dan TB non MDR. Status gizi pasien MDR-TB lebih
lebih besar untuk menderita MDR –TB dibandingkan dengan status gizi
normal.
diderita oleh responden yang memiliki IMT <18,5. Status gizi yang
adjusted 3,3 yang artinya pasien TB dengan IMT < 18,5 berisiko 3,2
status gizi yang buruk banyak ditemukan pada pasien yang mengalami
Status gizi yang buruk dapat menyebabkan kuman yang semakin cepat
C Keterbatasan Peneliti
dependen pada waktu yang sama sehingga tidak bisa melihat adanya
PENUTUP
A. Kesimpulan
berikut :
MDR
MDR
MDR
MDR.
111
112
B. Saran
ke pelayanan kesehatan.
lain dan memiliki sampel yang lebih banyak dan lebih luas sehingga
Danusantoso, H.(2012). Buku Saku Ilmu Penyakit Paru, edisi 2, EGC, Jakarta.
Friedman, M., Bowden, V. & Jones, E.(2014). Buku Ajar Keperawatan Keluarga
Riset, Teori, & Praktik, Jakarta : Buku Kedokteran EGC
Gough, A.,& Garri K.(2011). Pulmonary Tuberculosis: clinical features and
patient management. Nursing Standard. July 27: vol 25, no 47, page 48-
56.
Rab, Tabrani. (2016). Ilmu Penyakit Paru. Jakarta: Trans Info Medika
Rumah Sakit Umum Daerah Labuang Baji Makassar Provinsi Sulawesi Selatan
(2019)
Smeltzer, S.C., & Bare, B.G. (2015). Medical Surgical Nursing (Vol 1). LWW
A. Identitas Responden
Inisial Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Berilah tanda cek ( √ ) pada jawaban yang anda anggap paling benar..
minum obat ?
6. Apa Anda selalu minum obat sesuai dengan jenis obat yang
skor tertinggi :1
Skor Terendah :0
( ) ( )
=
( )
=
=3
KUSIONER B
A. Identitas Responden
Inisial Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan `` :
Pekerjaan :
Berilah tanda cek ( √ ) pada jawaban yang anda anggap paling benar.
telan?
minum obat ?
skor tertinggi :1
Skor Terendah :0
( ) ( )
=
( )
=
=2
KUESIONER C
PENGETAHUAN PENGOBATAN
Identitas Responden :
Inisial Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
a. < 6 bulan
b. 6-8 bulan
c. 8-12 bulan
3. Apakah akibatnya jika obat TB tidak diminum secara teratur hingga habis?
c. Tidak tahu
a. Akan sembuh
b. Tidak apa-apa
c. Penyakit kambuh
7. Jika anda mengalami tidak ada nafsu makan, mual, sakit perut setelah minum
obat, sebaiknya?
8. Jika anda mengalami Warna kemerahan pada air seni (urine), sikap anda?
a. Diamkan saja
c. Lanjutkan pengobatan
9. Pada saat setelah anda minum obat, kegiatan apa yang tidak boleh
dikerjakan?
a. tidak mematuhi instruksi penggunaan obat secara benar dan harga obat
Jumlah pertayaan : 11
skor tertinggi :1
Skor Terendah :0
( )
= = 5,5
KUESIONER D
Kebiasaan Merokok
Identitas Responden :
Inisial Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan :
Pekerjaan :
a. Ya, lansung no 2
b. Tidak, lansung no 7
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
a. ya
b. tidak
a. Ya
b. Tidak
a. Ya
b. Tidak
Jumlah pertayaan :7
skor tertinggi :1
Skor Terendah :0
( )
= = 3,5
LEMBAR OBSERVASI PENELITIAN
STATUS GIZI
KETERANGAN
UMUR JK PD SP KEPATUHAN MINUM OBAT PENGAWAS MENELAN OBAT PENGETAHUAN PENGOBATAN KEBIASAAN MEROKOK
1. 17 - 25 = REMAJA 1. PEREMPUAN 1. SD 1. MENIKAH 1. BAIK= SKOR ≥ 3 1. BERFUNGSI= SKOR ≥ 1.MENGERTI = SKOR ≥ 5,5 1. AKTIF = SKOR ≥3,5
2. 26 - 45 = DEWASA 2. LAKI - LAKI 2. SMP 2. BELUM MENIKAH 2. KURANG BAIK = SKOR ≤ 3 2. TIDAK BERFUNSI =SKOR ≤ 2 2. TIDAK MENGERTI = SKOR ≤5,5 2. PASIF= SKOR ≤3,5
3. 46 - 65 = LANSIA 3. SMA
4. PT
2
ATAN JML KODE KEBIASAAN MEROKOK JML KODE STATUS GIZI
P9 P10 P 11 P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 BB TB
0 0 1 3 2 0 0 0 0 1 1 1 3 2 31 155
0 1 1 10 1 0 0 0 0 1 1 1 3 2 39 154
0 0 1 2 2 0 0 0 0 1 1 1 3 2 42 157
0 0 1 6 1 0 0 0 0 1 1 1 3 2 41 156
0 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 49 167
0 0 1 8 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 47 165
1 1 1 10 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 51 172
0 0 1 4 2 1 1 1 1 1 1 1 7 1 52 170
1 1 1 8 1 1 1 1 1 1 1 0 6 1 40 160
0 0 1 9 1 1 1 1 1 1 1 1 7 1 47 168
1 0 1 10 1 0 0 0 0 1 1 1 3 2 38 156
1 0 1 10 1 0 0 0 0 1 1 1 3 2 51 153
1 1 1 7 1 0 0 0 0 1 1 0 2 2 39 159
1 1 1 10 1 0 0 0 0 1 1 0 2 2 53 165
1 1 1 11 1 0 0 0 0 1 1 1 3 2 49 156
0 0
0 0
0
0
0
0
0
0
1 1
0
0
0
0
0
0
0
0
0
STATUS GIZI
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Samsudin
Tempat, tanggal lahir : Balung Lama, Sabah, 12 November 1994
Jenis kelamin : Laki-laki
Status : Belum Kawin
Agama : Islam
Alamat : Jalan Mappatoba Karaeng Batara Lr. 2 No. 9
No. HP : 0853 4688 8864
Email : sudin7087@gmail.com
PENDIDIKAN FORMAL
Sekolah Dasar : Tahun 2002-2008 SD 010 Tanjung Palas Timur
Kabupaten Bulungan
Sekolah Menengah Pertama : Tahun 2008-2011 SMPN 7 Tanjung Palas
Timur Kabupaten Bulungan
Sekolah Menengah Atas : Tahun 2011-2014 SMAN 1 Tanjung Palas
Timur Kabupaten Bulungan
Perguruan Tinggi : -Tahun 2014-2017 Fakultas Kesehatan Jurusan
DIII Keperawatan Universitas Borneo Tarakan
- Tahun 2018-2020 Program S1 Keperawatan
STIKES Panakkukang Makassar