Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH

PENGEMBANGAN PROSES PEMBELAJARAN KIMIA

“Menganalisis Karakteristik Meteri Kimia”

Kelompok 1 :

Nadiya Qotrunnada Tohiri (A1C118073)

Jony Erwin Situmorang (A1C118098)

Dosen Pengampu :

Dra. Fatria Dewi, M.Pd.

Dr. Dra. M. Dwi Wiwik Ernawati, M. Kes

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS JAMBI

2020
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala
kebesarannya dan limpahan nikmat yang diberikan sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu.

Makalah ini dibuat serta merta untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Pengembangan
Proses Pembelajaran Kimia. Selain itu juga, makalah ini nantinya akan memberikan kita dan
juga teman-teman tentang pengetahuan ataupun wawasan mengenai menganlisis karakterstik
materi kimia.

Dalam penulisan makalah ini berbagai hambatan telah penulis alami, oleh karena
itu terselesaikannya makalah ini tentu saja bukan karena kemampuan penulis semata,
namun karena adanya dukungan dari pihak-pihak terkait.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari pengetahuan dan pengalaman


kami sangat terbatas. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran dari
berbagai pihak yang bersifat membangun agar makalah ini lebih sempurna kedepannya.
Akhir kata kami ucapkan terimakasih.

Jambi, 17 September 2020

Tim penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................i

DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................1

1.1. Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2. Rumusan Masalah................................................................................................................1

1.3. Tujuan...................................................................................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................2

2.1 Karakteristik Pembelajaran Kimia.........................................................................................2

2.2 Pengertian Proses Pembelajaran Kimia....................................................................5

2.3. Karateristik Materi Kimia....................................................................................................6

2.4 Pengaruh Karateristik Kimia dalam Proses Pembelajaran Kimia.......................................11

BAB III PENUTUP.......................................................................................................................12

3.1 Kesimpulam.........................................................................................................................12

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Belajar kimia bertujuan untuk dapat memahami berbagai peristiwa
alam yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, mengetahui hakekat materi
serta perubahannya, menanamkan metode ilmiah, mengembangkan
kemampuan mengajukan gagasan; dan memupuk ketekunan serta ketelitian
bekerja. Sebagian aspek kimia bersifat kasat mata yang artinya dapat dibuat
fakta konkritnya dan sebagian bersifat abstrak atau tidak kasat mata, artinya
tidak dapat dibuat fakta konkritnya. Namun demikian, aspek kimia yang
abstrak harus kasat logika artinya kebenaran dapat dibuktikan dengan logika
matematika sehingga secara rasional dapat dirumuskan.
Karena itulah kimia yang bersifat teoritis menggunakan teori
kebenaran koherensi, sedang dalam hal-hal yang berhubungan dengan fakta
konkrit atau data empiris menggunakan teori kebenaran korespondensi.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana karakteristik pembelajaran kimia?
2. Bagaimana proses pembelajaran kimia?
3. Bagaimana Karateristik Materi Kimia?
4. Bagimana Pengaruh Karateristik Kimia dalam Proses Pembelajaran Kimia?

1.3 Tujuan
1. Dapat mengetahui karekteristik dari pembelajaran kimia
2. Dapat mengetahui proses pembelajaran kimia
3. Dapat mengetahui karakteristik materi kimia
4. Dapat mengetahui pengaruh karakteristik materi kimia dalam proses
pembelajaran kimia.

1
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Karakteristik Pembelajaran Kimia

Ilmu kimia merupakan salah satu pelajaran tersulit bagi kebanyakan siswa
menengah. Kesulitan mempelajari ilmu kimia ini terkait dengan ciri-ciri ilmu kimia itu
sendiri yang disebutkan oleh Kean dan Middlecamp (1985) sebagai berikut:

1. Sebagian besar ilmu kimia bersifat abstrak


Atom, molekul, dan ion merupakan materi dasar kimia yang tidak
nampak, yang menurut siswa membayangkan keberadaan materi
tersebut tanpa mengalaminya secara langsung. Karena atom merupakan
pusat kegiatan kimia, maka walaupun kita tidak dapat melihat atom
secara langsung, tetapi dalam angan-angan kita dapat membentuk suatu
gambar untuk mewakili sebuah atom oksigen kita gambarkan secara
bulatan.

2. Ilmu kimia merupakan penyederhanaan dari yang sebenarnya


Kebanyakan objek yang ada di dunia ini merupakan campuran zat-zat
kimia yang kompleks dan rumit. Agar segala sesuatunya mudah
dipelajari, maka pelajaran kimia dimulai dari gambaran yang
disederhanakan, di mana zat-zat dianggap murni atau hanya
mengandung dua atau tiga zat saja. Dalam penyederhanaanya
diperlukan pemikiran dan pendekatan tertentu agar siswa tidak
mengalami salah konsep dalam menerima materi yang diajarkan tersebut.
3. Sifat ilmu kimia berurutan dan berkembang dengan cepat
Seringkali topik-topik kimia harus dipelajari dengan urutan tertentu.
Misalnya, kita tidak dapat menggabungkan atom-atom untuk
membentuk molekul, jika atom dan karakteristiknya tidak dipelajari
terlebih dahulu. Disamping itu, perkembangan ilmu kimia sangat cepat,
seperti pada bidang biokimia yang menyelidiki tentang rekayasa
genetika, kloning, dan sebagainya. Hal ini menuntut kita semua untuk

2
lebih cepat tanggap dan selektif dalam menerima semua kunjungan
tersebut.
4. Ilmu kimia tidak hanya sekedar memecahkan soal-soal
Memecahkan soal-soal yang terdiri dari angka-angka (soal
numerik) merupakan bagian yang penting dalam mempelajari kimia.
Namun, kita juga harus mempelajari deskripsi seperti fakta-fakta kimia,
aturan-aturan kimia, peristilahan kimia, dan lain-lain.
5. Bahan/materi yang dipelajari dalam ilmu kimia sangat banyak
Dengan banyaknya bahan yang harus dipelajari, siswa dituntut untuk dapat
merencanakan belajarnya dengan baik, sehingga waktu yang tersedia
dapat digunakan seefisien mungkin.

Kesulitan dalam mempelajari ilmu kimia dapat bersumber pada:

1. Kesulitan dalam memahami istilah


Kesulitan ini timbul karena kebanyakan siswa hanya hafal akan istilah dan
tidak memahami dengan benar istilah yang sering digunakan dalam
pengajaran kimia.
2. Kesulitan dalam memahami konsep kimia
Kebanyakan konsep-konsep dalam ilmu kimia maupun materi kimia
secara keseluruhan merupakan konsep atau materi yang bersifat abstrak
dan kompleks, sehingga siswa dituntut untuk memahami konsep-konsep
tersebut dengan benar dan mendalam.
3. Kesulitan angka.
Dalam pengajaran kimia kita tidak terlepas dari perhitungan secara
matematis, di mana siswa dituntut untuk terampil dalam rumusan matematis.
Namun, sering dijumpai siswa yang kurang memahami rumusan tersebut.

Dua kesalahpahaman umum yang dipegang oleh instruktur kimia:

1. Tujuan utama untuk pencapaian siswa dalam suatu kursus adalah meningkatkan

3
pengetahuan konten dalam disiplin.
2. Siswa hendaknya dapat belajar dengan efektif dari alat pengantar berkualitas tinggi
seperti buku teks, ceramah, buku pedoman laboratorium, dan presentasi multimedia.

Kimia mempelajari gejala alam, khususnya tentang struktur, susunan, sifat, dan
perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan materi. Pembahasan tentang
struktur materi mencakup struktur partikel penyusun materi, yaitu atom, molekul, ion,
dan bagaimana partikel-partikel penyusun materi yang sangat kecil itu bergabung satu
sama lain membentuk materi yang berukuran lebih besar sehingga kemungkinan dapat
diamati. Misalnya senyawa ion, dapat tumbuh membesar menjadi suatu kristal.
Pembahasan tentang susunan materi mencakup komponen penyusun materi dan
perbandingan banyaknya tiap komponen dalam materi itu. Sifat materi yang
dideskripsikan dalam kimia mencakup sifat fisis, yaitu wujud dan tampilannya, serta
sifat kimia yang merupakan suatu kecenderungan, yaitu perubahan yang menimbulkan
materi baru. Pembahasan tentang energi yang menyertai perubahan materi mencakup
jenis dan jumlah energi, serta perubahan dari bentuk energi yang satu ke bentuk yang
lain.

Dalam konteks pemecahan masalah, Bodner dan Domin (dalam Rosengrant, Van
Heuleven, & Etkina, 2006) membedakan internal representasi dengan eksternal
representasi.Internal representasi merupakan cara seseorang yang memecahkan masalah
menyimpan komponen-komponen internal dari masalah dalam pikirannya (model
mental ). Eksternal representasi adalah sesuatu yang berkaitan dengan simbolisasi atau
merepresentasikan obyek atau dan/atau proses. Dalam hal ini, representasi digunakan
untuk memanggil kembali pikiran melalui deskripsi, penggambaran atau imajinasi
(Chittleborough & Treagust,2006).Terjadinya kesalahan konsep disebabkan kesulitan
representasi visuospatial eksternal  dan internal  Dengan demikian, isu kunci untuk
mengembangkan multiple representasi dalam konteks belajar sains/kimia konsisten
dengan prinsip-prinsip umum untuk mencapai pedagogi yang efektif dan teori belajar di
masa kini.

4
Prinsip-prinsip ini memperkuat pentingnya menyediakan kebutuhan belajar
melalui berbagai sumber daya representasional  yang relevan seperti visualisasi,
verbalisasi dan numerisasi, sehingga pebelajar memiliki literasi sains. Pebelajar perlu
memahami keanekaragaman mode representasi dari konsep dan proses sains. Ia harus
mampu menerjemahkan berbagai mode berbeda ke mode yang lain melalui kooordinasi
pengetahuan yang dimilikinya, sehingga mampu merepresentasikan pengetahuan
ilmiahnya untuk digunakan dalam pemecahan masalah yang merupakan salah satu
keterampilan berpikir tingkat tinggi.

2.2 Pengertian Proses Pembelajaran Kimia

Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik, guru, dengan
lingkungannya, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Perubahan perilaku
tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), keterampilan
(psikomotorik), maupun menyangkut nilai dan sikap (afektif). Interaksi yang terjadi selama
pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik faktor internal yang datang dari dalam diri
individu, maupun faktor eksternal yang datang dari lingkungan. Namun secara umum
pembelajaran dapat diartikan sebagai proses yang mengandung serangkaian kegiatan guru dan
peserta didik atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi yang mendukung
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Sedangkan pembelajaran yang bermakna
merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat
dalam struktur kognitif siswa.
Ilmu kimia secara umum termasuk kedalam rumpun IPA yang mempelajari tentang
susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut.
Contohnya besi berkarat, kayu terbakar, nasi menjadi basi, proses penggaraman, air menjadi
oksigen dan hidrogen dan masih banyak contoh-contoh ilmu kimia dalam kehidupan sehari-hari
yang sering kita jumpai.
Menurut Pusporini (2012:36) ilmu kimia merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban atas pertanyaan apa, mengapa dan
bagaimana gejala-gejala alam, khususnya berkaitan dengan komposisi, struktur, sifat,
transformasi, dinamika dan energetika tentang materi. Oleh karena itu, kimia mempelajari segala

5
sesuatu tentang materi dan perubahanya yang melibatkan keterampilan dan penalaran.
Pelajaran Kimia, materinya sebagian besar bersifat abstrak. Struktur atom, sistem
periodik, ikatan kimia, stokiometri, redoks, larutan elektrolit dan non elektrolit, serta senyawa
hidrokarbon adalah topik-topik pembelajaran kimia yang sarat dengan konsep yang bersifat
abstrak. Dari sudut pandang ilmu kimia, semua topik tersebut tidak cukup dikaji dari aspek
makroskopis karena topik-topik tersebut memiliki tingkat keabstrakan yang tinggi. Jika
pengkajian materi pembelajaran tidak tepat, maka materi yang bersifat abstrak dapat membuat
siswa mengalami miskonsepsi. Materi kimia yang bersifat abstrak inilah yang menyebabkan
siswa sulit mempelajari kimia (Djamarah & Zain, 2002; MPBPTIK, 2010) dalam (Sandi,
2012:242).
Pembelajaran kimia dapat diartikan sebagai cara untuk memberikan pemahaman kepada
siswa tentang kimia. Namun bila dilihat dari perannya dalam mewujudkan tujuan pembelajaran,
peran pembelajaran kimia memiliki peran yang lebih dari itu. Pembelajaran kimia sebenarnya
dapat digunakan untuk melatih siswa untuk dapat menggunakan konsep yang diterimanya dalam
konteks yang sebenarnya. Pemahaman konsep bukan tujuan akhir dari pembelajaran kimia tetapi
lebih jauh bagaimana pemahaman konsep itu digunakan dalam proses pemecahan masalah yang
dihadapinya di lingkungan.

2.3 Karateristik Materi Kimia

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang gejala alam
secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa
fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses
penemuan. Ilmu kimia merupakan bagian dari IPA, yang berkembang berdasarkan pada
fenomena alam. Ada tiga hal yang berkaitan dengan kimia, yaitu kimia sebagai produk
(pengetahuan yang berupa fakta, konsep, prinsip, dan teori), kimia sebagai proses, dan kimia
sebagai sikap. Oleh sebab itu pembelajaran kimia harus memperhatikan karakteristik kimia
sebagai produk, proses,dan sikap.

A. Kimia sebagai produk

Dalam rangka pemenuhan kebutuhan manusia, terjadi interaksi antara manusia

6
dengan alam lingkungannya. Interaksi itu memberikan pembelajaran kepada manusia
sehinga menemukan pengalaman yang semakin menambah pengetahuan dan
kemampuannya serta berubah perilakunya. Dalam wacana ilmiah, hasil-hasil
penemuan dari berbagai kegiatan penyelidikan yang kreatif dari pada ilmuwan
dinventarisir, dikumpulkan dan disusun secara sistematik menjadi sebuah kumpulan
pengetahuan yang kemudian disebut sebagai produk atau “a body of knowledge”.
Pengelompokkan hasil-hasil penemuan itu menurut bidang kajian yang sejenis
menghasilkan ilmu pengetahuan yang kemudian disebut sebagai fisika, kimia dan
biologi. Untuk kimia, kumpulan pengetahuan itu dapat berupa fakta, konsep, prinsip,
dan teori.

a. Fakta

Fakta adalah keadaan atau kenyataan yang sesungguhnya dari segala peristiwa
yang terjadi di alam. Fakta merupakan dasar bagi konsep, prinsip, hukum,
teori. Sebaliknya kita juga dapat menyatakan bahwa, konsep, prinsip, hukum,
teori, adalah untuk menjelaskan dan memahami fakta.

b. Teori

Teori disusun untuk menjelaskan sesuatu yang tersembunyi atau tidak dapat
langsung diamati, misalnya teori atom, teori kinetik gas, teori relativitas. Teori
tetaplah teori tidak mungkin menjadi hukum atau fakta. Teori bersifat tentatif
sampai terbukti tidak benar dan diperbaiki. Hawking (1988) yang dikutip oleh
Collette dan Chiappetta (1994) menyatakan bahwa “kita tidak dapat
membuktikan kebenaran suatu teori meskipun banyak hasil eksperimen
mendukung teori tersebut, karena kita tidak pernah yakin bahwa pada waktu
yang akan datang hasilnya tidak akan kontradiksi dengan teori tersebut,
sedangkan kita dapat membuktikan ketidakbenaran suatu teori cukup dengan
hanya satu bukti yang menyimpang. Jadi, teori memiliki fungsi yang berbeda
dengan fakta, konsep maupun hukum”

Contoh dari teori kimia adalah: Teori asam dan basa Arrhenius

7
- Asam adalah zat yang menghasilkan ion hidrogen dalam larutan.
- Basa adalah zat yang menghasilkan ion hidroksida dalam larutan.

c. Prinsip
Prinsip merupakan asas, kebenaran yang menjadi pokok dasar orang berfikir,
bertindak, dan sebagainya. Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau
kebenaran umum maupun individual yang dijadikan oleh seseorang/
kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau bertindak. Sebuah
prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan
merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah
obyek atau subyek tertentu.
Contoh : Prinsip Titrasi, Titrasi atau disebut juga volumetri merupakan
metode analisis kimia yang cepat, akurat dan sering digunakan untuk
menentukan kadar suatu unsur atau senyawa dalam larutan. Dimana proses
titrasi bergantung pada jumlah titran dan titrat yang digunakan.

d. Konsep
Karakteristik konsep ilmu kimia berbeda dengan konsep ilmu lainnya. Kimia
berisi hitungan, fakta yang harus diingat, kosakata khusus, hukum-hukum
yang mengaitkan satu ide dengan ide yang lain yang harus dipahami secara
benar dan tepat. Konsep-konsep kimia merupakan konsep yang berjenjang,
berkembang dari konsep-konsep yang sederhana menuju konsep-konsep yang
lebih kompleks. Dengan demikian untuk memahami konsep yang lebih tinggi
tingkatannya perlu pemahaman yang benar terhadap konsep dasar yang
membangun konsep tersebut. Pemahaman konsep yaitu kemampuan seseorang
dalam mengkonstruk atau menyusun suatu konsep berdasarkan pengetahuan
awal yang dimilikinya dari apa yang dialaminya, atau menyatukan atau
menyusun pengetahuan yang baru ke dalam skema yang ada dalam
pikirannya. Karena dengan menyusun skema baru akan membentuk suatu
konsep yang utuh. Umumnya jenis konsep dikelompokkan menjadi dua, yaitu
konsep konkrit dan konsep abstrak. Konsep konkrit menunjukan suatu sifat

8
objek seperti warna dan bentuk. Namun dalam ilmu kimia, terdapat banyak
konsep yang sukar dikelompokkan dengan jelas kedalam konsep konkrit
ataupun abstrak. Oleh karena itu Herron (1977) mengembangkan jenis-jenis
konsep, yaitu sebagai berikut:
1. Konsep konkrit, yaitu konsep yang atribut kritis dan atribut variabel
dapat diidentifikasi, sehingga relatif mudah dimengerti, mudah dianalisis
dan mudah memberikan contoh dan noncontoh. Contoh konsep konkrit
antara lain: gelas kimia, tabung reaksi, batu baterai, sel aki, sel Volta
2. Konsep abstrak, yaitu konsep yang atribut kritis dan atribut variabelnya
sukar dimengerti dan sukar dianalisis, sehingga sukar menemukan contoh
dan noncontoh. Konsep seperti ini relatif sukar untuk diajarkan/dipelajari,
karena tidak mungkin mengkomunikasikan informasi tentang atribut
kritis konsep ini melalui pengamatan langsung. Oleh karena itu,
diperlukan model-model atau ilustrasi yang mewakili contoh dan
noncontoh. Contoh konsep abstrak antara lain: atom, molekul, inti atom,
ion, proton, neutron.
3. Konsep abstrak dengan contoh konkrit, yaitu konsepnya mudah dikenali,
namun mengandung atribut sukar dimengerti, sehingga sukar
membedakan contoh dan noncontoh. Contohnya antara lain: unsur,
senyawa, elektrolit.
4. Konsep berdasarkan prinsip, yaitu konsep yang memerlukan prinsip-
prinsip pengetahuan untuk menggunakan dan membedakan contoh dan
noncontoh. Contohnya antara lain: konsep mol, beda potensial.
5. Konsep yang menyatakan simbol, yaitu konsep yang mengandung
representasi simbolik berlandaskan aturan tertentu. Contohnya antara lain:
rumus kimia, rumus, persamaan.
6. Konsep yang menyatakan nama proses, yaitu konsep yang menunjukkan
terjadinya suatu tingkah-laku tertentu. Contohnya antara lain: destilasi,
elektrolisis, disosiasi, oksidasi, meleleh.

9
7. Konsep yang menyatakan sifat dan nama atribut. Konsep-konsep seperti:
massa, berat,muatan listrik, muatan, frekuensi, bilangan oksidasi, dan
mudah terbakar merupakan atribut atau ciri-ciri suatu obyek.
8. Konsep yang menyatakan ukuran atribut. Sama seperti diatas, namun
bentuknya berupa satuan ukuran untuk atribut. Contohnya antara lain
satuan konsentrasi : molaritas, molalitas, normalitas, ppm, pH.

B. Kimia sebagai Proses


IPA sebagai proses atau juga disebut sebagai “a way of investigating”
memberikan gambaran mengenai bagaimana para ilmuwan bekerja melakukan
penemuan-penemuan, jadi IPA sebagai proses memberikan gambaran mengenai
pendekatan yang digunakan untuk menyusun pengetahuan. Dalam IPA dikenal
banyak metoda yang menunjukkan usaha manusia untuk menyelesaikan masalah.
Sampai pada tahap ini kiranya cukup jelas bahwa, untuk memahami fenomena alam
dan hukum-hukum yang berlaku, perlu dipelajari objek-objek dan kejadian-kejadian
di alam itu. Objek-objek dan kejadian-kejadian alam itu harus diselidiki dengan
melakukan eksperimen dan observasi serta dicari penjelasannya melalui proses
pemikiran untuk mendapatkan alasan dan argumentasinya. Jadi pemahaman kimia
sebagai proses adalah pemahaman mengenai bagaimana informasi ilmiah dalam
kimia diperoleh, diuji, dan divalidasikan.
Dari uraian di atas kiranya dapat disimpulkan bahwa pemahaman kimia sebagai
proses sangat berkaitan dengan kata-kata kunci fenomena, dugaan, pengamatan,
pengukuran, penyelidikan, dan publikasi. Kimia sebagai proses berarti bahwa kimia
merupakan suatu proses untuk mendapatkan pengetahuan, dengan cara melakukan
kerja atau sesuatu yang harus diteliti. Proses tersebut berupa suatu keterampilan yang
bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada
dalam diri siswa. Keterampilan-keterampilan dasar tersebut dalam IPA disebut
dengan keterampilan proses sains, seperti keterampilan mengamati,
mengkomunikasikan, mengklasifikasikan, menafsirkan, meramalkan, dan
menyimpulkan.

C. Kimia Sebagai Sikap


10
Kimia sebagai sikap yang berarti kimia dipandang sebagai sikap yang mencakup
rasa ingin tahu, berusaha untuk membuktikan, menerima perbedaan, bersifat
kooperatif dan menerima kegagalan sebagai suatu hal yang positif sehingga dapat
mengembangkan sikap tekun, teliti, terbuka dan jujur. Sikap-sikap itulah yang
kemudian memaknai hakekat kimia sebagai sikap atau “a way of thinking”. Oleh para
ahli psikologi kognitif, pekerjaaan dan pemikian para ilmuwan IPA termasuk kimia di
dalamnya, dipandang sebagai kegiatan kreatif, karena ide-ide dan penjelasan-
penjelasan dari suatu gejala alam disusun dalam fikiran. Oleh sebab itu, pemikiran
dan argumentasi para ilmuwan dalam bekerja menjadi rambu-rambu penting dalam
kaitannya dengan hakekat kimia sebagai sikap.

2.4 Pengaruh Karateristik Kimia dalam Proses Pembelajaran Kimia

Guru harus mampu memahami dengan baik apa sebenarnya karateristik materi kimia
sehingga guru dapat memilah, membagi dan menentukan model pembelajaran apa yang akan
digunakan dalam proses pembelajaran. Pemahaman karateristik materi kimia yang baik akan
meningkatkan pemahaman belajar siswa dalam proses pembelajaran kimia. Pemahaman yang
baik ini akan membuat tujuan proses pembelajarn akan tercapai secara maksimal. Dengan
demikian tujuan utama belajar kimia adalah agar peserta didik memiliki kemampuan berpikir dan
bertindak berdasarkan pengetahuan kimia yang dimilikinya, atau lebih dikenal sebagai
keterampilan generik kimia (Liliasari, 2007) dalam ((Utomo, 2011:4).

BAB III

11
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
Pembelajaran itu sendiri merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh guru dan
siswa melalui interaksi timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai
tujuan pembelajaran. Membutuhkan komunikasi dua arah antara siswa dengan guru agar proses
pembelajaran berjalan secara efektif.

Pembelajaran kimia dapat diartikan sebagai cara untuk memberikan pemahaman kepada
siswa tentang kimia. Namun bila dilihat dari perannya dalam mewujudkan tujuan pembelajaran,
peran pembelajaran kimia memiliki peran yang lebih dari itu. Pembelajaran kimia sebenarnya
dapat digunakan untuk melatih siswa untuk dapat menggunakan konsep yang diterimanya dalam
konteks yang sebenarnya. Pemahaman konsep bukan tujuan akhir dari pembelajaran kimia tetapi
lebih jauh bagaimana pemahaman konsep itu digunakan dalam proses pemecahan masalah yang
dihadapinya di lingkungan.

Ilmu kimia secara umum termasuk kedalam rumpun IPA yang mempelajari tentang
susunan, struktur, sifat, perubahan materi, serta energi yang menyertai perubahan tersebut.
Materi kimia sebagian besar bersifat abstrak, jika hal yang bersifat abstrak tersebut tidak dikaji
dengan benar, maka akan terjadi miskonsepsi.

DAFTAR PUSTAKA

12
Pusporini, dkk. 2012. Pembelajaran Kimia Berbasis Problem Solving Menggunakan
Laboratorium Riil dan Virtuil Ditinjau dari Gaya Belajar dan Kemampuan Berpikir
Kritis Siswa. Jurnal Inkuiri. Vol (1) No (1). Surakarta: Universitas Sebelas Maret

Pienta. J, dkk. 2005. Chemist,s Guide to Effective Teaching. United State of America : Prentice
Hall

Rochmah dan Wisudawati. 2013. Analisis Soal Tipe Higher Order Thinking Skill (HOTS) dalam
Soal UN Kimia SMA Rayon B Tahun 2012/2013. Jurnal Pendidikan. Vol. XI No.1.
Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga

Sandi, G. 2012. Pengaruh Blended Learning Terhadap Hasil Belajar Kimia Ditinjau Dari
Kemandirian Siswa. Jurnal Pendidikan dan Pengajaran. Jilid (45) No (3). Denpasar :
SMA 5 Denpasar. Hal: 241-251

Utomo, P. 2011. Adaptasi Pelaksanaan Praktikum Kimia Negara Oecd. Jurnal Pendidikan.
Yogyakarta : Universitas Negri Yogyakarta. Hal: 1-7

13

Anda mungkin juga menyukai