Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah


Stunting merupakan gambaran status gizi yang bersifat kronik pada masa
pertumbuhan dan perkembangan sejak awal kehidupan. Keadaan ini dipresentasikan
dengan nilai z-score tinggi badan menurut umur (TB/U) kurang dari -2 standar deviasi
(SD) berdasarkan standar pertumbuhan (WHO, 2010)1
Menurut United Nations Children’s Fund (UNICEF) pravalensi stunting di
kawasan ASEAN 2015 peringkat pertama Laos 43,8%.2 Indonesia peringkat
kedua dengan angka 36,4%. Berdasarkan pantauan status gizi (PSG) 2017 balita
yang mengalami stunting tercatat sebanyak 26,6%. Dalam 1.000 hari pertama
merupakan usia emas bayi namun kenyataannya masih banyak balita usia 0-59
bulan pertama justru mengalami masalah gizi.3
Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007 menunjukkan balita
pendek di Indonesia sebesar 36,8%. Pada tahun 2010,sedikit penurunan menjadi
35,6%. Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat pada tahun 2013 yaitu
menjadi 37,2%. Berdasarkan hasil PSG tahun 2015, balita pendek di Indonesia
mencapai 29%. Angka ini mengalami penurunan pada tahun 2016 menjadi 27,5%.
Namun prevalensi balita pendek kembali meningkat menjadi 29,6% tahun 2017. 4
Menurut laporan survei Pemantauan Status Gizi (PSG) Provinsi Aceh
pada tahun 2015 prevalensi balita stunting di Aceh sebesar 31,6%. Pada tahun
tahun 2016 mengalami penurunam menjadi 26,4%. Pada tahun 2017 meningkat
menjadi 35,7%. Berdasarkan data yang didapatkan dari Pemantauan Status Gizi
(PSG) di kabupaten Aceh Selatan pada tahun 2015 kejadian stunting paling tinggi
sebanyak 43,7%, dan Kabupaten Nagan Raya dengan angka 40,3%. Pada tahun
2016 Kabupaten Bener Meriah mengalami peningkatan dengan angka 38,0%, dan
Kabupaten Bireun 36,6%. Pada tahun 2017 Kabupaten Subulussalam mengalami
peningkatan sebesar 47,3%, dan Kabupaten Aceh Selatan sebesar 44,9%.3
Status gizi ibu hamil sangat mempengaruhi keadaan kesehatan dan
perkembangan janin. Gangguan pertumbuhan dalam kandungan dapat

1
2

menyebabkan berat badan lahir rendah, dengan berat badan lahir rendah
mempunyai resiko yang lebih tinggi untuk terjadinya stunting. Faktor lain yang
berhubungan dengan stunting adalah asupan ASI Eksklusif pada balita. status
sosial ekonomi keluarga seperti pendapat keluarga, pendidikan orang tua,
pengetahuan ibu tentang gizi, dan jumlah anggota keluarga secara tidak langsung
dapat berhubungan dengan kejadian stunting. Penyebab penting timbulnya
stunting adalah defisiensi mikronutrien, seperti Zinc, Fe, Vit.A, dan Vit.D.5
Dampak dari kekurangan gizi pada awal kehidupan anak akan berlanjut
dalam siklus hidup manusia. Wanita usia subur (WUS) dan ibu hamil yang
mengalami kekurangan energi kronis (KEK) akan melahirkan bayi dengan berat
badan lahir rendah (BBLR). BBLR ini akan berkelanjutan menjadi balita gizi
kurang (stunting) dan berkelanjutan ke usia anak sekolah dengan berbagai
konsekuensinya. Kelompok ini akan menjadi generasi yang kehilangan masa emas
tumbuh kembangnya dari tanpa penanggulangan yang memadai kelompok ini
dikuartirkan lost generation. Kekurangan gizi pada hidup manusia perlu
diwaspadai dengan seksama, selain dampak terhadap tumbuh kembang anak
kejadian ini biasanya tidak berdiri sendiri tetapi diikuti masalah defisiensi zat gizi
mikro.6
Melihat banyaknya kasus stunting yang meningkat serta program
pemerintah dan tenaga kesehatan yang berupaya untuk menurunkan kasus
stunting, maka dari itu saya tertarik untuk mengidentifikasi “Bagaimana hubungan
berat badan lahir dengan kejadian stunting pada bayi usia 2-5 tahun di RSUD
Meuraxa tahun 2020 ”

1.2 Rumusan Masalah


Mengingat semakin meningkatnya kasus stunting pada anak dan
banyaknya komplikasi yang dapat terjadi, serta butuh peran aktif keluarga dalam
upaya stunting tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengidentifikasi
“Bagaimanakah hubungan berat badan lahir dengan kejadian stunting pada bayi
usia 2-5 tahun di RSUD Meuraxa tahun 2020 ”.
3

1.3 Pertanyaan penelitian


Bagaimana hubungan berat badan lahir dengan kejadian stunting pada bayi
usia 2-5 tahun di RSUD Meuraxa Tahun 2020

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan berat badan lahir dengan kejadian stunting
pada bayi usia 2-5 tahun.
1.4.2 Tujuan Khusus
a) Mengidentifikasi angka kejadian stunting pada bayi usia 2-5 tahun di
RSUD Meuraxa.
b) Mengetahui berat badan lahir pada bayi usia 2-5 tahun yang mengalami
stunting.
c) Mengetahui hubungan berat badan lahir dengan kejadian stunting pada
bayi usia 2-5 tahun.
d) Mengetahui status sosial keluarga dengan kejadian stunting pada bayi
usia 2-5 tahun.

1.5 Manfaat Penelitian


1.5.1 Peneliti
Penelitian ini dapat menambah pengetahuan peneliti dalam
mengembangkan kemampuan penelitian terutama dalam mengidentifikasi
hubungan berat badan lahir dengan kejadian stunting pada anak, serta menambah
pengetahuan dan pengalaman peneliti dibidang riset penelitian.
1.5.2 Institusi Pelayanan Kesehatan (Puskesmas)
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi bagi
Puskesmas dan tenaga kesehatan dalam perencanaan untuk membuat program-
program untuk ibu dan anak, terutama yang menderita stunting, khususnya
diwilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan.
4

1.5.3 Keluarga dengan anggota keluarga stunting


Sebagai bahan masukan bagi keluarga terlibat langsung dalam mengontrol
berat badan lahir pada anak penderita stunting dengan memperhatikan dukungan
informasional, dukungan penilaian, dukungan instrumental, dan dukungan
emosional pada anak.

1.5.4 Bagi institusi pendidikan khususnya Pendidikan Kedokteran


Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi dan kajian
untuk berperan serta dalam program pemerintah menurunkan angka kejadian
stuting pada anak dan khususnya untuk membuat program kesehataan dini untuk
anak dalam pencegahan stunting pada anak melalui kegiatan pengabdian kepada
masyarakat.
1.5.5 Institusi UPTD Dinas Kesehatan Kota Banda Aceh
Hasil peneitian ini dapat digunakan sebagai bahan informasi tentang
hubungan berat badan lahir terhadap kejadian stunting pada anak sesuai dengan
program pemerintah, khususnya diwilayah kerja Puskesmas yang bersangkutan.

1.5.6 Bagi peneliti lain


Penelitian ini sebagai dasar untuk penelitian lanjutan yang lebih spesifik
dan komprehensif mengenai hubungan berat badan lahir terhadap kejadian
stunting.
BAB II
TINJAUAN KEPUSTAKAAN

2.1 Konsep Stunting


2.1.1 Pengertian Stunting
Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak BALITA (Bayi dibawah
Lima Tahun) akibat dari kekurangan gizi kronis sehingga anak terlalu pendek
untuk usianya. Kekurangan gizi terjadi sejak bayi dalam kandungan dan pada
masa awal setelah bayi lahir akan tetapi, kondisi stunting baru nampak setelah
bayi berusia 2 tahun. Balita pendek (stunted) dan sangat pendek (severely stunted)
adalah balita dengan panjang badan (PB/U) atau tinggi badan (TB/U) menurut
umurnya dibandingkan dengan standar baku World Health Organization (WHO)-
MGRS (Multi Growth Reference Study) 2006. Sedangkan definisi stunting
menurut Kementrian Kesehatan (Kemenkes) adalah anak balita dengan nilai Z-
scorenya kurang dari -2SD/standar deviasi (stunted) dan kurang dari -3SD
(severly stunted).4
Stunting adalah masalah kurang gizi kronis yang disebabkan oleh asupan
gizi yang kurang dalam waktu cukup lama akibat pemberian makanan yang tidak
sesuai dengan kebutuhan gizi. Stunting adalah pertumbuhan linear yang gagal
mencapai potensi genetic sebagai hasil dari kesehatan atau kondisi gizi yang
suboptimal (Anisa, 2016). Stunting terjadi mulai janin masih dalam kandungan
dan baru nampak saaat anak berusia dua tahun. Kekurangan gizi pada usia dini
meningkatkan angka kematian bayi dan anak, menyebabkan penderitanya mudah
sakit dan memiliki postur tubuh tak maksimal saat dewasa. Kemampuan kognitif
para penderita juga berkurang, sehingga mengakibatkan kerugian ekonomi jangka
panjang bagi Indonesia. 7
2.1.2 Penyebab Stunting
Stunting disebabkan oleh faktor multi dimensi dan tidak hanya disebabkan oleh
faktor gizi buruk yang dialami oleh ibu hamil maupun anak balita, pola asuh,
riwayat ASI eksklusif, dan imunisasi.2 Faktor yang dapat menggambarkan

5
6

penyebab stunting adalah praktek pengasuhan yang kurang baik, termasuk


kurangnya pengetahuan ibu mengenai kesehatan dan gizi sebelum dan pada masa
kehamilan, serta setelah ibu melahirkan, serta masih terbatasnya layanan ANC-
Ante Natal Care (pelayanan kesehatan untuk ibu selama masa kehamilan) Post
Natal Care dan pembelajaran dini yang berkualitas. Serta masih kurangnya akses
rumah/kelurga ke makanan bergizi. Hal ini dikarenakan harga makanan bergizi di
Indonesia masih tergolong mahal. Dan kurangnya akses air bersih dan sanitasi.8

Berat badan lahir (BBLR) merupakan salah satu penyebab stunting Bayi
dengan berat lahir kurang dari 3000 gram berpeluang 3 kali penyebab stunting
dibandingkan dengan bayi berat lahir normal.
Salah satu penyebab penting timbulnya stunting adalah defisiensi
mikronutrien, seperti Zinc, Fe, Vit.A, dan Vit.D.1 Dimana zat nutrisi tersebut
terdapat dalam kandungan susu formula standar, dan diketahui bahwa susu
formula terutama yang berbasis susu sapi berhubungan dengan pertumbuhan
linear.5
2.1.3 Diagnosis dan Klasifikasi
Balita pendek (stunting) dapat diketahui bila seorang balita sudah diukur
panjang dan tinggi badannya,lalu dibandingkan dengan standar dan hasilnya
berada di bawah normal. Secara fisik balita akan lebih pendek dibandingkan balita
seumurannya (Kemenkes,RI 2016). Kerdil mengacu pada anak yang memiliki
indeks TB/U rendah. Pendek dapat mencerminkan baik variasi normal dalam
pertumbuhan ataupun defisit dalam pertumbuhan. Stunting adalah pertumbuhan
linear yang gagal mencapai potensi genetik sebagai hasil dari kesehatan atau
kondisi gizi yang suboptimal.
7

Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan tinggi badan/panjang


menurut umur ditunjukkan dalam Tabel tersebut :
Indeks Kategori status gizi Ambang batas z-score
Panjang badan menurut Sangat pendek <-3 SD
umur (PB/U)
Tinggi badan menurut Pendek -3 SD samapai dengan <-
umur (TB/U) 2 SD
Anak umur 0 - 60 bulan Normal -2SD sampai dengan 2SD
Tinngi >2SD
Sumber : standar antropometri penilaian status gizi anak
(Kemenkes RI)

2.1.4 Dampak stunting


Permasalahan stunting pada usia dini terutama pada periode 1000 Hari
Pertama Kehidupan (HPK), akan berdampak pada kualitas sumber daya manusia
(SDM). Stunting menyebabkan organ tubuh tidak tumbuh dan berkembang secara
optimal. Dalam jangka pendek stunting dapat menyebabkan gagal tumbuh
,hambatan perkembangan kognitif dan motorik, dan tidak optimalnya ukuran fisik
tubuh serta gangguan metabolisme. Dalam jangka panjang stunting menyebabkan
menurunnya kapasitas intelektual. Gangguan struktur dan fungsi saraf dan sel-sel
otak yang bersifat permanen dan menyebabakan penurunan kemampuan
menyerap pelajaran di usia sekolah yang akan berpengaruh pada produktivitas
saat dewasa. Selain itu, kekurangan gizi juga menyebabkan gangguan
pertumbuhan (pendek dan atau kurus) dan meningkatkan resiko penyakit tidak
menular seperti diabetes melitus, hipertensi, jantung kroner, dan stroke.9

2.2 Berat Badan Lahir


2.2.1 Pengertian Berat Badan Lahir
8

Berat bayi lahir (BBL) berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam
1 (satu) jam setelah lahir. Penimbangan ini perlu dilakukan untuk mengetahui
apakah berat bayi lahir normal atau rendah. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) atau
low birth weight infant didefinisikan sebagai semua berat bayi yang baru lahir
dengan berat kurang dari 2.500 gram.10
2.2.2 Faktor Berat Badan Lahir
Faktor Berat Badan Lahir (BBL) dipengaruhi oleh beberapa faktor antara
lain faktor maternal, faktor janin serta faktor lingkungan. Faktor maternal antara
lain usia ibu, status gizi ibu (tinggi dan berat badan, hemoglobin, tekanan darah
dst), paritas, jarak kehamilan, pendidikan ibu serta penyakit ibu. Faktor janin
meliputi hidramnion atau polihidramion, kehamilan ganda, dan kelainan janin.
Sementara faktor lingkungan antara lain fasilitas kesehattan, gaya hidup (perokok,
alcohol), serta keadaan sosial
2.2.3 Klasifikasi Berat Badan Lahir
Menurut IDAI (2016) Klasifikasi Berat Badan Lahir,yaitu :
a) BBLR (Bayi Berat Lahir Rendah)
BBLR dengan berat lahir <2500 gram tanpa mengandung masa
gestasi.
b) Bayi Berat Lahir Cukup / Normal
Berat lahir >2500 gram – 4000 gram.
c) Bayi Berat Lahir Lebih
Berat Lahir >4000 gram.
d) Bayi dengan Kurang Bulan (BKB)
Bayi lahir dengan masa gestasi kurang dari 37 minggu (<259 hari)
e) Bayi Cukup Bulan (BCB)
Bayi dengan lahir masa gestasi 37-42 minggu (259 hari-293 hari)
f) Bayi Lebih Bulan (BLB)
Bayi lahir dengan masa gestasi lebih dari 42 minggu (294 hari)11

2.3 Status Sosial Ekonomi


9

Status sosial ekonomi adala kedudukan atau posisi seseorang dalam


masyarakat. Sosial ekonomi adalah gambaran tentang keadaan seseorang atau
masyarakat yang ditinjau dari segi sosial ekonomi, gambaran itu seperti
tingkat pendidikan, pendapatan dan sebagainya. Status ekonomi kemungkinan
besar merupakan pembentuk gaya hidup keluarga. 12 pendapatan keluarga
yang tinggi dapat memenuhi kebutuhan pangan yang beragam, sehingga
asupan makanan balita tercukupi. Keluarga yang memiiki akses ekonomi dan
pemenuhan kebutuhan yang cukup akan berpengaruh terhadap meningkatnya
kualitas konsumsi pangan anggota keluarga yang merupakan gambaran dari
perilaku gizi yang baik.13
Tingkat sosial ekonomi mempengaruhi kemampuan keluarga untuk
mencukupi kebutuhan zat gizi balita, disamping itu keadaan sosial ekonomi
berpegaruh pada pemilihan macam maknan tambahan dan waktu pemberian
makanan serta kebiasaan hidup sehat. Hal ini sangat berpengaruh terhadap
kejadian stunting pada balita. 14
10

2.3 Kerangka Teori

Stunting

Asupan makan kurang Berat badan lahir Status kesehatan buruk Anak
(menderita penyakit)
11

K
Praktek e
Kualitas dan l
Pendapatan Jumlah dan pemberitahuan Pelayanan
kuantitas Perawatan u
keluraga struktur makanan pada air bersih
makanan yang kesehatan a
rendah keluarga bayi, sanitasi, dan
tidak r
dan perawatan g
a

Social
ekonomi Kesehatan
( infrastruktur pendidikan ( fasilitas
jalan, lapangan Lingkungan
( infrastruktur kesehatan,
pekerjaan, (air bersih, Masyarakat
sekolah, kualitas
sumber sanitasi)
kulitas perawatan
makan) kesehatan,

Sumber : United Nations Children’s Fund (UNICEF)

2.4 Kerangka Konsep

Variable Independent Variable Dependent

Berat Badan Lahir


12

Tinggi Badan Stunting


/Usia (TB/U)

Panjang
Badan/Usia
(PB/U)

2.5 Hipotesis Penelitian


Hipotesis adalah penjelasan sementara atas pertayaan atau masalah
penelitian atau penjelasan sementara dari suatu penelitian. Berdasarkan kerangka
konsep diatas maka yang menjadi hipotesa penelitian adalah sebagai berikut :
1. Hipotesis alternative (Ho) : tidak terdapat hubungan yang signifikan
antara berat badan lahir dengan kejadian stunting pada bayi usia 2-5
tahun di RSUD Meuraxa.
2. Hipotesis alternative (Ha) : terdapat hubungan yang signifikan antara
berat badan lahir dengan kejadian stunting pada bayi usia 2-5 tahun di
RSUD Meuraxa.
BAB III
METODELOGI PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian


Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan menggunakan
metode analisis korelasi yaitu untuk melihat hubungan antara dua atau lebih
variabel serta menentukan hubungan berat badan lahir dengan kejadian stunting
(Grove, Burns, & Gray, 2013) Desain penelitian ini menggunakan pendekataan
cross sectional study yaitu pengumpulan data dilakukan pada satu waktu artinya
hanya dilakukan satu kali pengukuran selama penelitian untuk mengetahui
bagaimana hubungan berat badan lahir dengan kejadian stunting ada usia 2-5
tahun di RSUD Meuraxa.

3.2 Populasi dan Sampel Penelitian


3.2.1 Populasi
Populasi adalah kelompok subjek yang memiliki karakteristik tertentu.
Populasi pada penelitian ini adalah keluarga yang memilki balita yang berumur 2-
5 tahun.
3.2.2 Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari populasi, yang diambil dengan menggunakan
cara-cara tertentu. Jumlah sampel yang akan diteliti adalah semua
populasi.Penelitian ini menggunakan teknik total sampling untuk mendapatkan
sampel .
Penelitian ini dilakukan pada balita yang memenuhi kriteria inklusi dan
eksklusi sebagai berikut.
Kriteria inklusi meliputi :
1. Keluarga yang bersedia menjadi responden
2. Anak berusia 2-5 tahun
3. Bayi dengan berat badan lahir rendah

13
14

Kriteria eksklusi meliputi :


1. Bayi dengan berat badan lahir normal
2. Keluarga responden yang tidak mau diwawancara
3. Keluarga responden yang memiliki anak berusia kurang dari 2 tahun
dan lebih dari 5 tahun

3.3 Variabel Penelitian


1. Variabel Independent
Variable independent: Berat badan lahir
2. Variabel Dependent
Variable dependent: variable terkai pada penilitan ini adalah kejadian
stunting

3.4 Definisi Operasional


Berikut klasifikasi status gizi stunting berdasarkan tinggi badan/panjang
menurut unur ditunjukkan dalam table tersebut :
Tabel 3.1 Definisi Operasional
Definisi Skala
No Variabel Alat ukur Cara Ukur Hasil Ukur
Operasional Ukur
1. Stunting Kondisi gagal Kuesioner wawancara Ordinal 1.stunting
tumbuh pada anak 2. tidak
balita akibat stunting
kekurangan gizi
kronis

2 Berat badan Berat bayi yang Kuesioner wawancara Rasio 1.berat badan
. lahir di timbang dalam lahir rendah
waktu 1 jam 2.berat badan
pertama kelahiran lahir normal

Sumber : standar antropometri penilaian status gizi anak (Kemenkes RI)


15

3.5 Instrumen Pengumpulan Data


Alat pengumpul data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner yang
disusun peneliti atas dua bagian, terdiri dari:
a. Bagian A merupakan data demografi responden meliputi: berat badan
lahir
b. Bagian B merupakan kuesioner yang dikembangkan sendiri oleh peneliti
dengan mengacu pada kerangka konsep dan berdasarkan literatur yang
telah disusun, digunakan untuk mengukur Hubungan Pemberian Berat
Badan Lahir Dengan Kejadian Stunting di RSUD Meuraxa.

3.6 Tempat dan Waktu Penelitian


3.6.1. Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di RSUD Meuraxa Kota Banda Aceh.
3.6.2. Waktu Penetian
Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Maret - April 2020 di RSUD
Meuraxa.

3.7 Rancangan Pengelolahan Data


Setelah data diperoleh dari responden lalu dilanjutkan dengan
melakukan pengolahan data. Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan
melalui beberapa langkah. Adapun langkah-langkah yang dilakukan sebagai
berikut:
3.7.1. Editing, yaitu mengoreksi kesalahan-kesalahan dalam pengisian atau
pengambilan data. Pada tahap ini data telah dikumpulkan lalu
dilakukan pengecekan identitas responden, mengecek kelengkapan
data dengan dan tidak ditemukan data yang missing (hilang).
3.7.2. Coding, yaitu memberikan kode berupa nomor pada setiap lembar
jawaban kuesioner dengan.
3.7.3. Transfering, yaitu data yang telah diberi kode disusun secara
berurutan dari responden pertama sampai responden terakhir untuk
16

dimasukkan kedalam master tabel dan data tersebutv diolah dengan


menggunakan program komputer.
3.7.4. Tabulating, yaitu mengelompokkan responden berdasarkan kategori
yang telah ditetapkan untuk tiap-tiap sub variabel yang diukur untuk
kemudian dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi.

3.8 Rancangan Analisis Data


3.8.1 Analisa univariat
Analisa univariat adalah suatu teknik analisis data terhadap satu variabel
secara mandiri, tiap variabel dianalisis tanpa dikaitkan dengan variabel lainnya.
Analisis univariat digunakan pada penilitian ini untuk mendeskripsikan hubungan
berat badan lahir dengan kejadian stunting pada bayi usia 2-5 tahun di RSUD
Meuraxa.
3.8.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan untuk mencari korelasi antara variabel
dependen dan independen. Dalam analisis ini dapat dilakukan pengujian
statistic salahsatunya dengan menggunakan Chi-square dan dalam
penelitian ini digunakan untuk mengukur hubungan berat badan lahir
dengan kejadian stunting pada bayi usia 2-5 tahun di RSUD Meuraxa

3.9 Etika Penelitian


Etika penelitian sangat penting dalam melakukan sebuah penelitian karena
penelitian yang dilakukan berhubungan langsung dengan manusia, sehingga
peniliti perlu memerhatikan hal-hal dalam penilitian ini meliputi :

1.Informed Consent
Merupakan suatu lembar persetujuan yang dapat di berikan kepada
setiap responden yang akan diteliti agar subjek yang di perlukan dapat
mengerti maksud dari tujuan penelitian yang dilakukan, dan membuat agar
responden bersedia untuk diteliti agar subjek penilitian. Apabila responden
17

tidak bersedia untuk dditeliti maka peneliti harus menghormati hak atau
keputusan responden.
2. Tanpa Nama
Pada penilitian yang dilakukan setiap penilitian mampu menjaga
kerahasian responden, boleh mencantumkan nama responden yang
diteliti dan hanya dapat menuliskan kode pada lembar kertas
pengumpulan data.
3. Kerahasiaan
Seluruh informasi yang telah dikumpulkan akan dijamin kerahasiaan
oleh peniliti, hanya saja kelompok data tertentu yang dapat dilaporkan
kepada pihak yang terkait dengan peniliti.
DAFTAR PUSTAKA

1. Nadhiroh SR. Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Stunting Pada


Balita. 2015;10(1):13-19.

2. Prevalensi Stunting Balita Indonesia Tertinggi Kedua di ASEAN.


2017:2017.

3. Aceh PK, Status M, Balita G, Hasil A. Poltekkes Kemenkes Aceh Bekerja


Sama Dengan Dinas Kesehatan Aceh. Dinkes Kesehatan Aceh dan Jurusan
Gizi Poltekkes Kemenkes Aceh; 2018.

4. Utama T. Situasi Balita Pendek (Stunting) Di Indonesia. Jakarta: kepala


Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI; 2018.

5. Mediana S, Pratiwi R. Hubungan Jumlah Konsumsi Susu Formula Standar


Terhadap Kejadian Stunting Pada Anak Usia 2-5 Tahun. J Kedokt
Diponegoro. 2016;5(4):1743-1751. doi:2540-8844

6. Hajar IDN ;Bachyar B ;Ibnu. Penilaian Status Gizi. EDISI 2. EGC; 2014.

7. Faktor Risiko Kejadian Stunting pada Anak Usia 6-24 Bulan di Daerah
Nelayan. J Kesehat Masy. 2018;6:496-507. doi:2356-3346

8. 100 Kabupaten/Kota Prioritas Untuk Intervensi Anak Kerdil (Stunting).


Jakarta; 2017.

9. Di T, Kota K. Intervensi Penurunan Stunting. 2018;(November).

10. Sofha E, Yasin H, Rahmawati R. Klasifikasi Data Berat Bayi Lahir


Menggunakan Probabilistic Neural Network dan Regresi Logistik (Studi
Kasus di Rumah Sakit Islam Sultan Agung Semarang Tahun 2014).
2015;4:815-824.

11. Lampung P, Oktober P. Hubungan Tingkat Preeklampsia dengan Kejadian


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) di RSUD DR. H. Abdul Moeloek
Privinsi Lampung Periode 1 Oktober 2015-1 Oktober 2016. 2017;2016.

12. Sebataraja LR, Oenzil F. Artikel Penelitian Hubungan Status Gizi dengan
Status Sosial Ekonomi Keluarga Murid Sekolah Dasar di Daerah Pusat dan
Pinggiran Kota Padang. 2014;3(2):182-187.

13. Nurmayasanti A, Mahmudiono T. Status Sosial Ekonomi dan Keragaman


Pangan Pada Balita Stunting dan Non- Stunting Usia 24-59 Bulan di
Wilayah Kerja Puskesmas Wilangan Kabupaten Nganjuk Socio-Economic
Status and Dietary Diversity in Stunting and Non-Stunting Underfive Aged

18
19

24-59 Months in Wilangan Health Center Working Area of Nganjuk


Regency. 2019:114-121. doi:10.2473/amnt.v3i2.2019.114-121

14. Balita P, Desa DI, Penelitian B, Kanigoro D, Kidul G. Hubungan Sosial


Ekonomi dengan Kejadian Stunting. 2015;X(4):65-70.

15. Grove, S.K., Burns, N., & Gray, J.R (2013). Designs for quantitative
nursing research: Quick-access chart descriptive study designs
correlational study designs quasi-experimental study designs. Elsevier

Anda mungkin juga menyukai