PENDAHULUAN
dampak negatif pada orang dewasa, tetapi juga anak-anak. Kempson (dalam
Nainggolan, dkk, 2012) melihat dampak kemiskinan pada empat bidang, meliputi:
berdaya, kemarahan, kecemasan dan perasaan bosan; (2) fisik, yakni kemiskinan
menjadi buruk karena stigma yang dikaitkan kepada orang miskin dapat
belanja dan pengasuhan anak. Anak mengalami dampak kemiskinan yang lebih
Indonesia pada Maret 2017 sebanyak 27,77 juta orang atau 10,64%, ada
peningkatan yang tidak terlalu signifikan dari bulan September 2016 yang sebesar
27,76 juta orang atau 10,70%. Pada Maret 2016 jumlah penduduk miskin yang
hampir 28 juta jiwa, sebanyak 40,22 persennya (11,26 juta jiwa) adalah anak-anak
pada Maret 2017 tidak jauh berbeda dengan Maret 2016. Artinya persentase anak
miskin pada Maret 2017 pun dapat dibilang tidak jauh dari sekitar 40 persen
1
2
jumlah penduduk miskin. Berdasarkan data tersebut, dapat dipahami bahwa anak
kemiskinan dan permasalahan psikologis pada anak. Anak yang berada dalam
psikologis (Townend & Grant dalam Aunillah & Adiyanti, 2015). Beberapa
permasalahan psikologis yang dialami anak akibat kemiskinan, antara lain: tidak
Salah satu isu adanya masalah ketahanan diri anak dari keluarga miskin
adalah pada kasus Yanto (13 tahun), seorang anak yang berhasil terselamatkan
dari usaha gantung diri karena malu tidak sanggup membayar iuran
ketahanan anak dari keluarga miskin lainnya adalah yang dialami Miftahul Jannah
(12 tahun) yang memilih gantung diri daripada harus menanggung malu karena
tidak dapat membayar iuran study tour (Unisosdem, 23/07/2007). Pada September
2016, seorang siswa SD (12 Tahun) di Pati Jawa Tengah nekat gantung diri
karena tidak tahan hidup miskin (Suara Merdeka, 21/9/2016). Berbagai isu
permasalahan yang dialami anak dari keluarga miskin ibarat fenomena gunung es
karena kemiskinan. Anak yang memiliki orangtua tunggal dan miskin mengalami
konflik dan tekanan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua dari keluarga
pada anak (McLoyd dalam Wandasari, 2012). Kombinasi keadaan miskin dan
Resiliensi merupakan unsur yang penting bagi anak dari keluarga single
Anak dari keluarga single parent miskin yang memiliki resiliensi, mampu
merespon situasi penderitaan dengan cara-cara yang tepat, lebih fokus dalam
proses belajar, serta dapat mengembangkan potensi yang dimiliki secara optimal.
kekuatan untuk bangkit dari keterpurukan. Lebih lanjut Nainggolan, dkk (2012)
sosial. Reivich & Shatte (2002) juga menyebutkan pentingnya resiliensi bagi anak
menemukan bahwa anak dari keluarga single parent karena perceraian, mampu
resilien dari situasi sulit karena miskin dan ketidaklengkapan orangtua. Resiliensi
keinginan, menganalisa situasi, empati dan optimisme (Reivich & Shatte, 2002).
miskin terbanyak di Jawa Tengah. Desa Somawangi merupakan salah satu desa di
Banjarnegara yang terdapat penduduk single parent miskin. Jumlah anak dengan
ditinggal meninggal oleh pasangan hidup, dan karena hamil diluar nikah.
kondisi yang memprihatinkan. Isu permasalahan anak dari keluarga single parent
miskin antara lain terkait dengan kualitas menu makanan yang rendah, pakaian
yang lusuh, keterlibatan anak dalam dunia kerja, dan putus sekolah. Isu
yang membuat anak single parent miskin menjadi rendah diri dan pesimis
terhadap ancaman. Isu masalah anak dari keluarga single parent miskin di Desa
keluarga single parent miskin menjadi pekerja anak, turun ke jalanan, dan
mencuri. Sehingga anak dari keluarga single parent miskin perlu memiliki daya
Jawa Tengah.
sebagai berikut:
2. Bagaimana pengaturan emosi anak dari keluarga single parent miskin di Desa
5. Bagaimana empati anak dari keluarga single parent miskin di Desa Somawangi
tentang resiliensi anak yang berasal dari keluarga single parent miskin di Desa
2. Pengaturan emosi anak dari keluarga single parent miskin di Desa Somawangi
anak dari keluarga single parent miskin. Hasil penelitian ini secara praktis
Sistematika penulisan dalam penelitian ini terdiri dari beberapa bab, yang
penelitian.
hasil penelitian.