Anda di halaman 1dari 20

BAB V

USULAN PROGRAM

5.1 Dasar Pemikiran

Resiliensi merupakan kemampuan daya lenting yang dapat ditumbuh-

kembangkan melalui kegiatan bermain. Bermain mengajarkan bagaimana anak

single parent miskin harus mampu menghadapi masalah meskipun ada tantangan,

hambatan atau rintangan untuk mencapai suatu kemenangan bermain. Bermain

kelompok (group play atau group game) yaitu kegiatan bermain yang ditandai

dengan upaya permainan yang menerapkan prinsip kompetisi atau persaingan

dengan orang lain. Cara tersebut mengajarkan bahwa dalam situasi yang sulit,

seseorang dipacu untuk mengembangkan ketrampilan dan strategi yang tepat

untuk memperoleh kemenangan. Karena itu, bermain memberi pengaruh positif

untuk pengembangan resiliensi dalam diri setiap orang yang terlibat dalam

permainan, terutama bermain kelompok (Dion dan Gray, 2014).

Hurlock (2009) menyatakan bahwa anak memiliki pemahaman yang baik

terhadap diri mereka sendiri dan kehidupan yang ada di sekitar mereka.

Pemahaman anak terhadap kehidupan mereka tidak selalu sama dengan

pandangan orangtua atau orang dewasa di sekitarnya. Berbagai peristiwa yang

traumatis dalam pandangan anak-anak dengan bahasa mereka yang sederhana,

tidak selalu menunjukkan kesederhanaan pemikiran anak single parent miskin.

Hal inilah yang mendorong perlunya suatu proses terapi bagi anak yang

136
137

disesuaikan dengan karakteristik khusus anak, karena anak berbeda dengan

karakteristik dan kebutuhan orang dewasa dalam menyelesaikan masalah.

Berbagai kondisi yang dialami anak single parent miskin mendorong

perlunya penanganan yang dilakukan sejak dini guna meningkatkan kondisi emosi

yang kondusif agar anak memiliki kompetensi sosial yang lebih baik pada masa

selanjutnya. Hurlock (2009) menegaskan bahwa kemampuan kanak-kanak awal

untuk mengelola emosi amat penting tidak hanya sebagai fondasi untuk masa

depan, tetapi juga memiliki fungsi sosial anak dengan orangtua, guru, dan teman

sebaya. Anak yang sejak usia dini telah mengembangkan dominasi emosi positif

dalam diri akan berkembang menjadi pribadi yang memiliki dominasi emosi

positif pada masa dewasa (Hurlock, 2009). Sementara play therapy merupakan

suatu teknik pekerjaan sosia dengan kelompok yang diberikan kepada anak-anak

dengan didasari oleh konsep bermain sebagai suatu cara untuk mengungkapkan

ekspresi yang sifatnya alami. Cara ini digunakan untuk mengintervensi atau

mengajak dialog dengan anak, sehingga tercipta perasaan yang lebih baik dan

mengembangkan kemampuan untuk mengatasi masalah.

Resiliensi anak dari kelurga miskin single parent dipengaruhi oleh

lingkungan terkecil yaitu keluarga atau orangtua. Orangtua adalah pihak pertama

yang memberikan pengalaman bagi anak single parent miskin. Pengalaman yang

diperoleh dari orangtua tersebut menentukan pola pikir, karakter dan sifat alami

anak untuk dapat resilien. Sebaik apapun program yang direncanakan untuk

meningkatkan resiliensi anak, jika tidak didukung oleh tindakan dan sikap orang

tua/keluarga secara kondusif dan edukatif, menjadi kurang sempurna. Hal ini
138

karena dukungan keluarga memiliki sumbangan terbesar dalam membantu anak

mencapai resiliensi (Hill, Malcolm dan Stafford, dan Seaman, dan Nicola Ross

dan Brigid Daniel, 2007).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa orangtua belum terlihat berperan

dalam terwujudnya resiliensi anak single parent miskin. Anak single parent

miskin hanya dapat menunjukkan kemampuan resiliensinya pada asepek

pengaturan emosi, pengendalian keinginan, menganalisa situasi, dan empati.

Sementara kemampuan anak single parent pada aspek optimisme kurang

memadai. Hal tersebut disebabkan karena orangtua cenderung membuat anak

menjadi pesimis. Sehingga upaya meningkatkan resiliensi anak single parent

miskin perlu memfokuskan pada peningkatan orangtua sebagai target sasaaran.

Peningkatan orangtua dalam hal ini terkait kapaitas pengasuhan. Hal ini karena

orangtua dapat menjadi faktor yang memberi keseimbangan atau melindungi dari

adanya risiko yang ada pada anak (Luthar, 2003).

Sejumlah studi telah menjelaskan keterkaitan antara pengasuhan orangtua

dengan resiliensi anak. Orangtua memiliki kontribusi secara langsung maupun

tidak langsung dalam meminimalisir dampak-dampak buruk/ kesulitan yang

dialami oleh seorang anak berisiko (Hill, Malcolm dan Stafford, dan Seaman, dan

Nicola Ross dan Brigid Daniel, 2007). Secara garis besar pengetahuan dan

keterampilan single parent miskin mengenai pengasuhan anak masih dirasakan

belum memadai karena kurangnya faktor informasi dan latihan. Sehingga selain

melatih kemampuan anak, juga diperlukan keterampilan pengasuhan bagi single

parent miskin agar tercipta resiliensi yang matang pada diri anak.
139

5.2 Nama Program

Berdasarkan penjelasan pada dasar pemikiran, peneliti mengusulkan

program Gerakan Terpadu Pengembangan Resiliensi Anak Single Parent

Miskin (GARDU PERSAMI). Program tersebut dirancang secara terapadu untuk

meningkatkan resiliensi anak single parent miskin melalui dua bentuk kegiatan,

yaitu kegiatan intervensi yang ditujukan pada anak dan orangtua. Fokus garapan

program tetap pada anak tanpa mengesampingkan peran penting orangtua dalam

rangka peningkatan resiliensi anak single parent miskin.

Peningkatan resiliensi dengan sasaran anak single parent miskin dilakukan

melalui terapi kelompok bermain (play group therapy). Hal ini sesuai dengan

karakteristik anak usia 6-17 tahun yang merupakan usia bermain. Kegiatan ini

merupakan upaya meningkatkan keterampilan resiliensi anak single parent

miskin melalui kegiatan bermain dalam kelompok yang didalamnya memiliki

nilai terapeutik. Kegiatan ini dibagi menjadi dua bagian, meliputi terapi bermain

(play therapy) dan bermain peran (role playing). Terapi bermain merupakan

sarana bagi anak single parent miskin untuk meningkatkan keterampilan

mengatasi masalah-masalah emosi negatif. Sedangkan role playing merupakan

upaya untuk meningkatkan optimisme anak single parent miskin melalui

kekuatan-kekuatan terapeutik dalam permainan peran.

Sedangkan peningkatan resiliensi anak single parent miskin dengan sasaran

orangtua dilakukan melalui pelatihan good parenting. Kegiatan ini merupakan

upaya menambah pengetahuan, memperluas wawasan, serta meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan single parent miskin dalam membangun resiliensi


140

anak melalui pengasuhan yang baik. Kegiatan ini merupakan parenting skilll

education bagi single parent miskin melalui media educational group.

5.3 Tujuan Program

Tujuan umum program GARDU PERSAMI adalah meningkatnya resiliensi anak

dari keluarga single parent miskin.

Tujuan khusus program yaitu:

a. Meningkatnya kemampuan anak single parent miskin dalam mengatasi

masalah-masalah emosi negatif.

b. Meningkatnya optimisme anak single parent miskin.

c. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan single parent miskin tentang

cara-cara pengasuhan yang baik untuk tercipatanya resiliensi anak.

5.4 Sasaran

Sasaran dalam program ini adalah anak dari keluarga single parent miskin

usia 6-17 tahun, serta orangtua/ single parent miskin.

5.5 Sistem Partisipan dan Pengorganisasian Program

Sistem partisipan dan pengorganisasian merupakan seluruh sistem atau

pelaku yang terlibat secara aktif dalam pelaksanaan program. Sistem partisipan

dan pengorganisasian terdiri dari organisasi pengendali, pelaksana teknis, dan

sistem pendukung. Sitem partisipan dan pengorganisasian program yang

disusulkan dapat dilihat pada tabel 5.1.


141

Tabel 5.1 Sistem Partisipan dan Pengorganisasian Program GARDU PERSAMI

No Sistem Pelaku Peran dan Tanggung


Partisipan Jawab
1 Organisasi Kepala Desa Somawangi Penanggung Jawab dan
Pengendali Pengawas Program
2 Pelaksana Tim Kerja yang Terdiri dari: Melaksanakan program
Teknis a. Kepala Urusan Kesejahteraan secara teknis, termasuk
Sosial (Kaur Kesra) Desa merancang susunan acara
Somawangi; dan kepanitiaan.
b. Forum Masyarakat Peduli Anak
Desa Somawangi;
c. Karang Taruna Desa Somawangi;
3 Sistem a. Praktisi Pekerja Sosial Anak Sebagai terapis dan
Pendukung Profesional narasumber
b. Dinas Sosial Kab. Banjarnegara

Mengacu pada tabel 5.1, selanjutnya bersama dengan sistem partisipan

mengorganisasikan kepanitiaan untuk memudahkan koordinasi. Paparan tugas

panitia diuraikan sebagai berikut:

1. Penanggung jawab, memiliki tanggung jawab untuk memberikan arahan dan

saran kepada ketua pelaksana mengenai program yang akan dijalankan.

Penasihat dalam program ini tepat disematkan kepada Kepala Desa

Somawangi.

2. Ketua, memiliki tugas untuk memandu jalannya kegiatan dan memiliki

tanggung jawab untuk mencapai kesuksesan program, mulai dari tahapan

persiapan hingga pengakhiran.


142

3. Sekretaris, berkaitan dengan administrasi untuk keluar masuk surat dan

arsiparis. Selain itu juga sekretaris memiliki tanggung jawab untuk menyusun

laporan kegiatan.

4. Bendahara memiliki tugas untuk menerima dan mengeluarkan biaya yang

dibutuhkan maupun yang dihasilkan dari seksi dana usaha. Biaya yang

dikeluarkan untuk perlengkapan kegiatan dan pemasukan yang didapat dari

donatur serta sponsor dilaporkan oleh bendahara dalam bentuk laporan

pertanggungjawaban (LPJ) yang akan dipaparkan di akhir kegiatan.

5. Bidang Intervensi pada Anak (BIPA), merupakan seksi urusan kegiatan

pengembangan resiliensi dengan sasaran anak. Bidang ini terdiri dari ketua

bidang dan anggota. Panitia pada bidang ini juga bertugas sebagai pelaksana

kegiatan intervensi pada anak.

6. Bidang Intervensi pada Orangtua (BIPO), merupakan seksi urusan kegiatan

pengembangan resiliensi dengan sasaran orangtua. Bidang ini terdiri dari ketua

bidang dan anggota. Panitia pada bidang ini juga bertugas sebagai pelaksana

kegiatan intervensi pada orangtua.

7. Bidang Logistik (BILOG), memiliki tugas bertanggung jawab penyediaan

kebutuhan fisik narasumber, peserta, dan panitia yaitu berkaitan dengan

makanan yang diberikan, konsep penyajian makanan agar tidak salah waktu

serta disesuaikan pula dengan kebutuhan, serta memastikan penyediaan sarana

dan prasarana sesuai dengan kebutuhan program.

8. Pendukung program, adalah pihak yang memberikan dukungan berupa materi

maupun pengetahuan, diantaranya terdiri dari tenaga pekerja sosial


143

profesional/terapis, Dinas Sosial, dan Lembaga Swadaya Masyarakat di bidang

perlindungan anak dan perempuan, seperti Mitra Wacana.

Berdasarkan penjelaskan tentang peran tugas panitia, agar dapat lebih jelas

terkait dengan struktur organisasi panitia penyelenggara program dapat dilihat

melalui bagan 5.1 berikut:

Penanggung Jawab

Ketua

Praktisi Pekerja Sosial, Sekretaris


Dinas Sosial,
NGO Mitra Wacana.
Bendahara

BIPA BIP0
BILOG
(Bid. Intervensi pada (Bid. Intervensi pada
(Bid. Logistik)
Anak) Orangtua)

Ketua Bidang: Ketua Bidang: Ketua Bidang:


Anggota: Anggota: Anggota:

Gambar 5.1 Organisasi Pelaksana Program Gardu Persami

5.6 Metode dan Teknik

Metode pekerjaan sosial yang digunakan dalam pelaksanaan program

pemecahan masalah ini adalah Group Work, yaitu metode pekerjaan sosial yang

bertujuan untuk membantu anak single parent miskin dapat meningkatkan


144

resiliensi melalui aktivitas dan pengalaman kelompok. Sementara teknik yang

digunakan dalam program play therapy ini yaitu role playing.

a. Terapi Bermain (Play Therapy)

Terapi bermain merupakan sarana katarsis yang ditujukan agar anak

single parent miskin mampu mengatasi emosi-emosi negatif. Teknik terapi ini

mengajarkan anak untuk memiliki perilaku yang diinginkan dalam pengaturan

emosi. Terapis memanfaatkan kekuatan-kekuatan terapeutik dari kegiatan

bermain, sehingga anak single parent miskin memperoleh perasaan senang dan

mendapatkan pengalaman dari aktifitas kelompok.

b. Bermain Peran (Role Playing)

Teknik ini digunakan sebagai upaya pemecahan masalah dalam bentuk

permainan peran. Permainan peran dilakukan tanpa naskah dan merupakan

suatu katariss (bentuk mengekspresikan perasaan). Permainan peran ditujukan

untuk membangkitkan/ meningkatkan motivasi anak single parent miskin

terhadap cita-cita masa depan. Anak dapat memainkan peran dalam berbagai

profesi, seperti, pekerja sosial, dokter, guru, pilot, dan lain sebagainya,

sehingga dapat menemukan sikap dan tindakan yang tepat dalam kehidupan

sehari-hari.

c. Teknik Mengubah Kognisi

Teknik ini digunakan untuk merubah pemikiran single parent miskin.

Permasalahan yang dihadapi kelompok biasanya sangat berhubungan dengan

apa yang anggota pikirkan. Salah satu tipe kognisi yang sangat penting adalah

atribusi yaitu sesuatu yang diyakini oleh seseorang tentang penyebab


145

perilakunya atau perilaku orang lain. Pekerja sosial memanfaatkan kelompok

untuk merubah pemikiran anggotanya, melalui umpan balik dari penilaian

anggota kelompok terhadap anggota lain.

5.7 Langkah-langkah Pelaksanaan

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan program Gardu

Persami terbagi dalam tiga kegiatan, meliputi kegiatan play therapy dan role

playing, dan pelatihan good parenting.

a. Langkah-langkah Pelaksanaan Play Therapy

Pelaksanaan play therapy didukung oleh beberapa prosedur. Bahan yang

digunakan dalam terapi bermain antara lain: (1) alat dan bahan: misalnya balok

kayu, air, pasir, tanah liat, bola, kelereng, bola sodok, rumah-rumahan; (2)

bentuk gerakan: jongkok, berdiri, loncat, jalan, lari, merangkak, melempar,

meniti papan, lari muncur, dll; (3) aktivitas kesenian: misalnya menari,

menyanyi, melukis, deklamasi, drama atau sandawara. Sementara ruangan

dirancang agar memenuhi standar keamanan untuk anak-anak.

Pelaksanaan play therapy terdiri dari tiga tahap, meliputi tahap awal,

pelaksanaan, dan tahap akhir.

1) Tahap Awal (Persiapan):

a) Membangun keakraban antara terapis dengan anak, agar anak merasa

aman dengan terapis selama proses terapi. Kehadiran terapis merupakan

situasi yang menyenangkan, melindungi dan bersahabat dengan anak.

b) Menentukan jenis mainan yang akan digunakan sesuai dengan tujuan

terapi.
146

2) Tahap Pelaksanaan:

a) Gunakan permainan yang memungkinkan terapis untuk banyak

berdialog dengan anak (terapis bisa menggunakan air, menggambar,

permainan bongkar pasang, boneka tangan, dan sebagainya).

b) Terapis menawarkan kepada anak permainan yang disediakan, anak

diberi kebebasan memilih. Saat terapis bermain bersama anak, terapis

menyampaikan beberapa pertanyaan yang kira-kira bisa

mengungkapkan perasaan yang sedang dirasakan anak (gunakan juga

informasi dari hasil diskusi dengan orangtua sebagai acuan mengajukan

pertanyaan).

c) Terapis membuat cacatan hasil dialog dengan anak untuk dijadikan

sebagai alat mengidentifiasi kelebihan yang dimilki anak, masalah yang

dialami anak (Terapis dapat membandingkan dengan catatan hasil

diskusi dengan orangtua).

d) Setelah terapis mengidentifikasi masalah yang dialami anak, terapis

dapat masuk pada fase berikutnya, yaitu mengatasi masalah.

3) Tahap Akhir

Kegiatan yang dilakukan pada tahap akhir yaitu:

a) Berdasarkan catatan terapis, kemudian memilih permainan yang dapat

memberikan stimulasi secara optimal untuk mengatasi perkembangan

atau masalah anak yang terhambat.


147

b) Terapis mendampingi anak secara terus-menerus memberikan stimulasi

misalnya dengan caramengajukan berbagai pertanyaan yang dapat

menggali/ eksploratif masalah anak.

c) Terapis dapat melibatkan orangtua untuk membiasakan mereka.

d) Ketika anak sudah mulai memperlihatkan adanya perubahan kearah

positif, terapis dapat mengakhiri permainan.

e) Terapis dapat menawarkan ke anak serta orangtua dan membuat janji

untuk mengikuti sesi bermain (terapi) berikutnya.

f) Orangtua diharapkan dapat mendampingi anak bermain, dengan cara

memberikan berbagai stimulasi yang sudah dicontohkan terapis.

g) Mengakhiri sesi bermain (terapi), kondisikan situasi emosi anak agar

mempunyai ketertarikan mengikuti sesi berikutnya.

b. Pelaksanaan Role Playing

Langkah-langkah pelaksanaan role playing terdiri dari tiga tahap,

meliputi tahap awal, pelaksanaan, dan tahap akhir.

1) Tahap Awal (Persiapan)

a) Mempersiapkan orang yang akan menjadi terapis.

b) Menentukan tokoh-tokoh yang akan bermain peran.

c) Menentukan topik yang akan diperankan.

d) Menentukan kelompok yang akan menjadi pengamat/ observer.

2) Tahap Pelaksanaan

a) Tahap pelaksanaan dilakukan kira-kira selama 30 menit, kegiatan diawali

terapis menyampaikan pengantar (kurang lebih 10 menit) tentang tujuan


148

kegiatan yang akan dilaksanakan, dan memberikan motivasi kepada

peserta mengenai kegiatan yang akan dilaksanakan.

b) Kelompok yang akan bermain peran diberian kesempatan untuk

mempersiapkan diri di luar tempat.

c) Kelompok yang akan mengamati diberikan penjelasan oleh terapis untuk

mengamati proses permainan berdasarkan lembaran instrumen

pengamatan sebagai panduan dalam mengobservasi jalannya permainan

peran.

d) Salah satu anggota kelompok yang memainkan peranan sebagai pemain

membacakan tokoh-tokoh yang akan berperan serta karakternya.

e) Masing-masing anggota kelompok memainkan peranannya berdasarkan

imajinasinya.

f) Pemain diharapkan daoat meperagakan , mengekspresikan sikap-sikap

tertentu sesuai dengan peranan yang dimainkan.

c. Tahap Akhir

Terapis melakukan evaluasi proses permainan peran dengan cara refleksi,

diskusikan mengenai pelaksanaan bermain pernan berdasarkan hasil observasi

serta tanggapan-tanggapan dari para pemain. Saat evaluasi dilakukan hal-hal

yang bisa ditanyakan atau apa yang ingin para pemain peran dan pengamat

ekspresikan misalnya bagaimana perasaan dan pemikiran masing-masing

mengani kegiatan permainan peran yang telah dilakukan.


149

d. Pelaksanaan Pelatihan Good Parenting

Langkah-langkah yang dilakukan dalam pelaksanaan peningkatan

resiliensi anak single parent miskin melalui Good Parenting terbagi dalam

beberapa tahap yaitu sebagai berikut:

1) Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah mempersiapkan

pelaksanaan kegiatan yang telah direncanakan sebelumnya. Kegiatan-

kegiatan dalam tahap persiapan dilakukan secara tersistem dan melibatkan

berbagai pihak. Kegiatan dalam tahap persiapan dilakukan dengan tahapan

meliputi:

a) Membentuk tim pelaksana kegiatan (team work) dan menentukan pihak-

pihak yang terlibat dalam kegiatan. Kegiatan ini merupakan

pembentukan kepanitiaan. Didalamnya melibatkan perwakilan dari single

parent miskin.

b) Menetapkan waktu pelaksanaan, tempat, serta anggaran biaya

pelaksanaan program kegiatan. Waktu pelaksanaan untuk program ini

adalah selama dua kali pertemuan dalam dua hari, bertempat di Balai

Desa Somawangi.

c) Melakukan koordinasi dengan pihak-pihak terkait seperti pelaksana dan

penanggung jawab maupun pengisi acara serta pihak lainnya.

d) Sosialisasi program dengan mengundang dan memberitahu kepada calon

peserta yaitu para single parent miskin di Desa Somawangi melalui surat

undangan.
150

2) Tahap Pelaksanaan

Program dilaksanakan sesuai dengan rencana kegiatan yang telah dirancang.

Pelaksanaan program pelatihan Good Parenting bagi single parent miskin

dilakukan pada Minggu, 14 Oktober 2017 pukul 09.00 WIB sampai pukul 12.00

WIB bertempat di Balai Desa Somawangi.

3) Tahap Pengakhiran

Pada tahap pengakhiran ini dibagi ke dalam tiga tahap yakni monitoring dan

evaluasi, pelaporan dan terminasi sebagai berikut:

a. Monitoring dan Evaluasi

Monitoring dan evaluasi dilakukan pada setiap proses kegiatan, mulai

dari tahap persiapan, pelaksanaan sampai hasil yang telah dicapai dari

pelaksanaan kegiatan. Hambatan dan kendala dari berbagai pelaksanaan

kegiatan juga merupakan salah satu pembahasan dalam evaluasi ini.

b. Pelaporan

Pelaporan merupakan bentuk pertanggungjawaban kegiatan yang atas

pelaksanaan kegiatan. Pelaporan meliputi laporan proses dan laporan hasil

kegiatan serta faktor-faktor pendukung dan penghambat yang ditemui dalam

pelaksanaan kegiatan sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan

dalam penyempurnaan program yang akan datang.


151

Tabel 5.2 Jadwal Rencana Program Gardu Persami


No Waktu (wib) Kegiatan Sasaran Pelaksana Tempat
1 Hari Pertama Pelaksanaan Play Anak Terapis dan Outdoor
(Minggu Therapy Single Panitia
Pertama) Parent BIPA
Miskin
15.00-15.15 Tahap Awal
15.15-16.00 Tahap Pelaksanaan
16.00-16.30 Tahap Akhir
2 Hari Kedua Pelaksanaan Role Anak Terapis dan Indoor
(Minggu Playing Single Panitia
Pertama) Parent BIPA
Miskin
09.00-09.15 Tahap Awal
09.15-10.30 Tahap Pelaksanaan
10.30-11.00 Tahap Akhir
3 Hari Ketiga Good Parenting Orangtua/ Aula Desa
(Minggu Single
Kedua) Parent Kades
09.30-09.40 Pembukaan: Miskin
Somawangi
Sambutan Kepala
Desa Somawangi
09.40-09.45 Penjelasan oleh Panitia
pemandu BIPO
(moderator)
Pembentukan
Kelompok
10.00-11.00 Pemberian Pekerja
pengetahuan dan Sosial
pelatihian tentang
Good parenting
untuk
Meningkatkan
Resiliensi Anak
Single Parent
Miskin.
11.30-12.00 Refleksi dan Penutup Panitia

5.8 Rencana Anggaran Biaya

Rencana anggaran biaya atau biasanya disingkat dengan RAB merupakan

estimasi untuk memperkirakan pengeluaran yang dibutuhkan dalam suatu

kegiatan. RAB dalam program Gardu Persami dapat dilihat pada tabel 5.3.
152

Tabel 5.3 Rencana Anggaran Program Gardu Persami


Biaya Satuan Total Biaya
No Keperluan Volume
(Rp) (Rp)
1. Alat Tulis dan Benda 1 Paket 300.000 300.000
dalam Terapi
Bermain
2. Honor Terapis dan 3 Orang 1.000.000 3.000.000
Pelatih/ Pemateri
3. Snack
a. Pelatih/ Pemateri 2 Orang 15.000 30.000
b. Peserta 30 Orang 10.000 x 2 kali 600.000
c. Panitia 10 Orang 10.000 x 2 kali 300.000
4. Sepanduk 1 Buah 100.000 100.000
Total Anggaran 4.330.000

Biaya yang dibutuhkan untuk mengadakan Program GARDU PERSAMI

menghabiskan dana kurang lebih sebesar Rp. 4.330.000,00. Sumber dana dapat

diperoleh dari anggaran pemerintahan desa untuk bidang penanganan kemiskinan

dan perlindungan anak melalui kepala urusan kesejahteraan rakyat.

5.9 Rencana Evaluasi

Kegiatan evaluasi mencakup seluruh tahapan mulai dari persiapan sampai

dengan pelaksanaan program. Kegiatan ini dilakukan melalui rapat evaluasi

pelaksana program bersama dengan panitia. Evaluasi program dilakukan

menggunakan sistem evaluasi proses dan hasil sebagai berikut:

5.9.1 Evaluasi Proses

Kegiatan ini dilakukan untuk mengetahui apakah proses kegiatan yang telah

dilaksanakan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan. Evaluasi ini berkaitan

dengan hal-hal sebagai berikut:

a. Program yang diberikan telah sesuai atau tidak dengan kebutuhan sasaran

kegiatan.
153

b. Sejauhmana ketepatan metode dan teknik yang digunakan dalam masing-

masing kegiatan sesuai permasalahan yang dialami.

c. Faktor penghambat dan pendukung yang dapat mempengaruhi pelaksanaan

kegiatan, sehingga akan sangat bermanfaat untuk menyusun program

berikutnya.

d. Ketepatan alokasi waktu dalam pelaksanaan kegiatan.

5.9.2 Evaluasi Hasil

Bentuk evaluasi hasil pada program ini dilakukan dengan menyajikan

laporan dari seluruh rangkaian pelaksanaan kegiatan. Laporan tersebut ditulis

untuk mengetahui kesesuaian antara tujuan yang ingin dicapai dengan realisasi di

lapangan. Laporan tersebut dapat berguna sebagai bahan pembelajaran untuk

pengembangan program.

5.9.3 Terminasi

Terminasi biasanya dilakukan ketika berada dalam situasi bila tujuan telah

dicapai dan pelayanan telah lengkap atau bila peserta telah merasa mampu

melaksanakan tujuan tanpa pertolongan pihak penyelenggara atau peserta merasa

bahwa kegiatan telah cukup diberikan atau bila kegiatan lebih lanjut tidak ada

lagi, dan atau tidak ada kemajuan atau tidak ada potensi perubahan. Terminasi

dilakukan oleh penyelenggara program dengan melihat indikator-indikator yang

telah ditetapkan sebelumnya, ketika indikator tersebut tercapai, maka terminasi

butuh dilakukan.
154

5.10 Analisis Kelayakan

Analisis kelayakan merupakan alat untuk menguji layak atau tidaknya

program untuk dijalankan. Analisis kelayakan yang digunakan adalah analisis

SWOT yang didalamnya mengandung unsur kekuatan, kelemahan, peluang, dan

ancaman.

Tabel 5.4 Analisis SWOT untuk Kelayakan Program PERSAMI


Peluang (O) Ancaman (T)
1. Dekat dengan sistem 1. Perasaan sungkan dan
sumber “Mitra Wacana” malu pada diri peserta
Eksternal NGO bidang perlindungan dapat mempengaruhi
anak dan perempuan; keberhasilan tujuan
2. Anggota partisipan kegiatan.
memiliki kenalan pekerja 2. Waktu bekerja dapat
Internal sosial anak profesional menjadi kendala orangtua
yang biasa dengan kegiatan menghadiri program.
terapis bagi anak. 3. Berkembangnya mindset
„akan dikasih bantuan‟
saat mengajak sasaran
untuk mengikuti
program.

1. Anak menjadi Strategi (SO) Strategi (ST)


fokus/ sasaran 1. Menghadirkan Pekerja 1. Setting tempat dan acara
utama intervensi Sosial Anak Profesional dibuat santai dan tidak
Kekuatan (S)

program sebagai Terapis; terlalu formal.


2. Tidak 2. Menghadirkan Mitra 2. Kegiatan disesuaikan
mengabaikan Wacana untuk memberikan dengan
orangtua sebagai pelatihan good parenting mempertimbangkan waktu
sasaran program. bagi orangtua/single parent luang dan kesepatakan
3. Dijalankan miskin peserta.
bersama warga 3. Kegiatan diorganisir oleh 3. Kegiatan tidak dilakukan
masyarakat peduli. Pemerintah Desa bersama dalam durasi waktu yang
4. Dukungan warga masyarkat peduli. lama.
anggaran dana desa
1. Tersegmentasi dan Strategi (WO) Strategi (WT)
bersifat parsial 1. Mengajak orangtua untuk 1. Penguatan sosialisasi dan
Kelemahan (W)

antara kegiatan menyaksikan kegiatan pendekatan pada sasaran


untuk anak dan terapi bermain dan terapi sebelum pelaksanaan
orangtua. bermain peran. kegiatan program.
2. Membatasi 2. Memberikan kesempatan 2. Dalam acara dilakukan
penanganan peserta konsultasi secara personal dinamika kelompok atau
secara personal/ jika peserta merasa perlu. ice breaking.
klinis.
155

5.11 Indikator Keberhasilan

Keberhasilan suatu program dapat dilihat dari indikator yang sudah dibuat

dan dirancang dalam pelaksanaan program. Keberhasilan program Gardu Persami

adalah meningkatnya resiliensi anak single parent miskin. Indikator yang dibuat

untuk mengukur keberhasilan program antara lain:

a. Anak single parent miskin mampu menemukan cara-cara mengatasi masalah-

masalah emosi negatif yang diperoleh setelah kegiatan terapi bermain.

b. Meningkatnya optimisme anak single parent miskin dalam menggapai cita-cita

masa depan yang diperoleh dari pengalaman kegiatan terapi bermain peran.

c. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan single parent miskin tentang

cara-cara pengasuhan yang baik untuk tercipatanya resiliensi anak.

Anda mungkin juga menyukai