Anda di halaman 1dari 8

TUGAS AUDIT II

“LAPORAN KEUANGAN PT GARUDA INDONESIA Tbk”

OLEH :

AGNES CABRIELA LIANTO C 301 18 148


AKUNTANSI III (C)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KASUS LAPORAN KEUANGAN GARUDA INDONESIA

Pada tanggal 2 april 2019 adalah awal mula dari kisruh laporan keuangan Garuda

Indonesia. Hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018 tercatat

bahwa Garuda Group Indonesia mebukukan laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau

setara dengan Rp.11,33 miliar (asumsi kurs Rp.14.000 per dollar AS). Angka ini

melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta. Namun laporan

keuangan tersebut menimbulkan polemik karena komisaris Garuda Indonesia yakni

Chairal Tanjung dan Dony Oskaria, menganggap bahwa laporan keuangan 2018

Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan

(PSAK). Pasalnya, Garuda indonesia memasukkan keuntungan dari PT Mahata Aero

Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum dibayarkan.

Kemudian pada tanggal 30 april 2019 BEI memanggil jajaran direksi Garuda

Indonesia terkait kisruh laporan keuangan tersebut. Menteri keuangan Sri Mulyani

Indrawati mengaku belum bisa menetapkan sanksi kepada Kantor Akuntan Publik

(KAP) Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO

Internasional). Selanjutnya OJK meminta kepada BEI untuk melakukan verivikasi

terhadap kebenaran atau perbedaan pendapat mengenai pengakuan pendapatan dalam

laporan keuangan Garuda 2018.

Tanggal 3 mei 2019 akhirnya Garuda Indonesia mengeluarkan pernyataan secara

resmi setelah laporan keuangannya ditolak oleh kedua komisarisnya. Maskapai inii
mengaku tidak akan melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang

dinilai tidak sesuai karena memasukkan keuntungan dari PT. Mahata Aero Teknologi.

Kemudian pada tanggal 8 mei 2019 Mahata Aero buka-bukaan soal kisruh laporan

keuangan Garuda Indonesia, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada

tanggal 3 november 2017 dengan modal yang tidak lebih dari Rp.10 Miliar dinilai

berani menandatangani kerja sama dengan Garuda Indonesia. Dengan

menandatangani kerja sama dengan Garuda, Mahata mencatatkan utang sebesar

USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam laporan keuangan

2018 pad kolom pendapatan.

Pada tanggal 21 mei 2019 Komisi VI DPR-RI memanggil Management Garuda

Indonesia untuk dimintai keterangan mengenai kisruh laporan keuangan. Dalam

penjelasan Direktur utama Garuda Indonesia I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra

mengatakan bahwa latar belakang mengenai laporan keuangan yang menjadi sangat

menarik adalah soal kerjasama dengan PT Mahata Aero Teknologi, terkait

penyediaan layanan WIFI on-board yang dapat dinikmati secara gratis. Kerja sama

yang ditaken pada 31 oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang masih

berbentuk puitang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28

juta diantaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.

Lalu pada tanggal 14 Juni 2019 Kemenkeu telah menyelesaikan pemeriksaan

terhadap KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional) terkait laporan keuangan tahun 2018 milik Garuda. KAP ini merupakan

auditor untuk laporan keuangan emiten berkode saham GIIA yang menuai polemik.

Sekretaris Jenderal Kemenkeu Hadiyanto menyatakan, berdasarkanhasil pertemuan

dengan pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai dengan

Standar Akuntansi. Kementrian Keuangan juga masih menunggu koordinasi dengan

OJK terkait penetapan sanksi yang bakal dijatuhkan kepada KAP Tanubrata Sutanto

Fahmi Bambang dan Rekan (Member of BDO Internasional), yang menjadi auditor

pada laporan keuangan Garuda Indonesia tahun 2018.


PENYELESAIAN KASUS

Dari penjabaran kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 kelalaian

yang dilakukan Auditor Garuda Indonesia yaitu :

1. AP bersangkutan belum secara tepat menilai substansi transaksi

untuk kegiatan perlakuan akuntansi, pengakuan pendapatan

piutang dan pendapatan lain-lain. Sebab AP ini sudah mengakui

pendapatan piutang meski secara nominal belum diterima oleh

perusahaan. Sehingga AP ini terbukti melanggar Standar Audit

(SA) 315 tentang Pengidentifikasian dan penilaian risiko

kesalahan penyajian material melalui pemahaman atas entitas

dan lingkungannya.

2. Akuntan publik juga belum sepenuhnya mendapatkan bukti audit

yang cukup untuk menilai perlakuan akuntansi sesuai dengan

substansi perjanjian transaksi tersebut. Hal ini juga melanggar

Standar Audit (SA) 500 tentang bukti audit.

3. Terakhir AP juga tidak bisa mempertimbangkan fakta-fakta

setelah tanggal laporan keuangan sebagai dasar perlakuan

akuntansi, dimana hal ini melanggar Standar Audit (SA) 560

tentang peristiwa kemudian.


Pada tanggal 28 Juni 2019 akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari OJK,

Kemenkeu, dan BEI. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan

keuangan Garuda Indonesia, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan

Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan,

auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIIA) dan Entitas

Anak Tahun Buku 2018. Sanksi yang diberikan kemenkeu kepada auditor yaitu :

1. Pembekuan izin selama 12 bulan (KMK No.312/KM.1/2019

Tanggal 27 juni 2019) terhadap AP Kasner Sirumapea karena

melakukan pelanggaran berat yang berpotensi berpengaruh

signifikan terhadapt opini Laporan Auditor Independen (LAI)

2. Peringatan tertulis dengan disertai kewajiban untuk melakukan

perbaikan terhadap Sistem Pengendalian Mutu KAP dan

dilakukan review oleh BDO Internasional Limited (Surat No.S-

210/MK.1PPPK/2019 tanggal 26 juni 2019) kepada KAP

Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan.

Dasar pengenaan sanksi yaitu Pasal 25 Ayat (2)dan Pasal 27 Ayat (1) UU Nomor 5

Tahun 2011 dan Pasal 55 Ayat (4) PMK N0 154/PMK.01/2017.

Selain itu, OJK juga akan dikenakan sanksi kepada jajaran Direksi dan Komisaris dari

Garuda Indonesia. Mereka diharuskan patungan untuk membayar denda sebesar

Rp100 juta. Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang diberikan OJK. Yakni, Garuda

Indonesia harus membayar Rp100 juta. Selain itu, masing-masing Direksi juga
diharuskan membayarkan Rp100 juta. Selain sanksi dari Kementrian Keuangan dan

juga Otoritas Jasa Keuangan, Garuda Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh

Bursa Efek Indonesia. Sanksi tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar

Rp250 juta kepada maskapai tersebut.

Adapun strategi dari Kemenkeu agar kasus laporan keuangan yang terjadi pada

Garuda Indonesia tak terjadi lagi yaitu :

1. Kemenkeu akan terus mendorong dan meningkatkan kualitas

pengawasan terhadap profesi keuangan, seperti kantor akuntan

publik, penilai, akuntan publik dan sebagainya. Bukan hanya itu

dengan memberi sanksi kepada KAP yang tidak melaksanakan

standar audit dan tidak mematuhi kode etik dapat menjadi lesson

learn bagi KAP-KAP lainnya untuk bekerja memenuhi standar

dan kode etik yang berlaku. Dalam artian dengan begini KAP

akan terus meningkatkan kualitas profesinya karena mematuhi

standar audit maupun kode etik.

2. Menjaga keterbukaan publik artinya memastikan sangat terbuka

dengan berbagai masukan yang ada.


DAFTAR PUSTAKA

https://economy.okezone.com/amp/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasus-

laporan-keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi?page=3

https://www.cnbcindonesia.com/market/20190628110341-17-81303/kemenkeu-beri-

sanksi-ke-auditor-garuda-ini-lengkapnya

https://bisnis.tempo.co/amp/1257323/strategi-kemenkeu-agar-kasus-laporan-

keuangan-garuda-tidak-terulang

https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20190628124946-92-407304/kemenkeu-

beberkan-tiga-kelalaian-auditor-garuda-indonesia

Anda mungkin juga menyukai