OLEH :
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS TADULAKO
2020
KASUS LAPORAN KEUANGAN GARUDA INDONESIA
Pada tanggal 2 april 2019 adalah awal mula dari kisruh laporan keuangan Garuda
Indonesia. Hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku 2018 tercatat
bahwa Garuda Group Indonesia mebukukan laba bersih sebesar USD809,85 ribu atau
setara dengan Rp.11,33 miliar (asumsi kurs Rp.14.000 per dollar AS). Angka ini
melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD216,5 juta. Namun laporan
Chairal Tanjung dan Dony Oskaria, menganggap bahwa laporan keuangan 2018
Teknologi sendiri memiliki utang terkait pemasangan wifi yang belum dibayarkan.
Kemudian pada tanggal 30 april 2019 BEI memanggil jajaran direksi Garuda
Indonesia terkait kisruh laporan keuangan tersebut. Menteri keuangan Sri Mulyani
Indrawati mengaku belum bisa menetapkan sanksi kepada Kantor Akuntan Publik
resmi setelah laporan keuangannya ditolak oleh kedua komisarisnya. Maskapai inii
mengaku tidak akan melakukan audit ulang terkait laporan keuangan 2018 yang
dinilai tidak sesuai karena memasukkan keuntungan dari PT. Mahata Aero Teknologi.
Kemudian pada tanggal 8 mei 2019 Mahata Aero buka-bukaan soal kisruh laporan
keuangan Garuda Indonesia, Mahata sebuah perusahaan yang baru didirikan pada
tanggal 3 november 2017 dengan modal yang tidak lebih dari Rp.10 Miliar dinilai
USD239 juta kepada Garuda, dan oleh Garuda dicatatkan dalam laporan keuangan
mengatakan bahwa latar belakang mengenai laporan keuangan yang menjadi sangat
penyediaan layanan WIFI on-board yang dapat dinikmati secara gratis. Kerja sama
yang ditaken pada 31 oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang masih
berbentuk puitang sebesar USD239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD28
terhadap KAP Tanubrata Sutanto Fahmi Bambang & Rekan (Member of BDO
Internasional) terkait laporan keuangan tahun 2018 milik Garuda. KAP ini merupakan
auditor untuk laporan keuangan emiten berkode saham GIIA yang menuai polemik.
dengan pihak KAP disimpulkan adanya dugaan audit yang tidak sesuai dengan
OJK terkait penetapan sanksi yang bakal dijatuhkan kepada KAP Tanubrata Sutanto
Fahmi Bambang dan Rekan (Member of BDO Internasional), yang menjadi auditor
Dari penjabaran kasus diatas maka dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 kelalaian
dan lingkungannya.
Kemenkeu, dan BEI. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan
keuangan Garuda Indonesia, yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan
Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata, Sutanto, Fahmi, Bambang dan Rekan,
auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIIA) dan Entitas
Anak Tahun Buku 2018. Sanksi yang diberikan kemenkeu kepada auditor yaitu :
Dasar pengenaan sanksi yaitu Pasal 25 Ayat (2)dan Pasal 27 Ayat (1) UU Nomor 5
Selain itu, OJK juga akan dikenakan sanksi kepada jajaran Direksi dan Komisaris dari
Rp100 juta. Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang diberikan OJK. Yakni, Garuda
Indonesia harus membayar Rp100 juta. Selain itu, masing-masing Direksi juga
diharuskan membayarkan Rp100 juta. Selain sanksi dari Kementrian Keuangan dan
juga Otoritas Jasa Keuangan, Garuda Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh
Bursa Efek Indonesia. Sanksi tersebut salah satunya memberikan sanksi sebesar
Adapun strategi dari Kemenkeu agar kasus laporan keuangan yang terjadi pada
standar audit dan tidak mematuhi kode etik dapat menjadi lesson
dan kode etik yang berlaku. Dalam artian dengan begini KAP
https://economy.okezone.com/amp/2019/06/28/320/2072245/kronologi-kasus-
laporan-keuangan-garuda-indonesia-hingga-kena-sanksi?page=3
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190628110341-17-81303/kemenkeu-beri-
sanksi-ke-auditor-garuda-ini-lengkapnya
https://bisnis.tempo.co/amp/1257323/strategi-kemenkeu-agar-kasus-laporan-
keuangan-garuda-tidak-terulang
https://m.cnnindonesia.com/ekonomi/20190628124946-92-407304/kemenkeu-
beberkan-tiga-kelalaian-auditor-garuda-indonesia