Anda di halaman 1dari 2

Rangkuman 1: Water

Peningkatan kadar CO2 di atmosfer, memengaruhi banyaknya CO2 yang "dihirup" oleh
lautan.
CO2 menyebabkan air laut menjadi asam, sehingga merusak cangkang makhluk2 kecil,
fitoplankton, yang berperan besar dalam menghasilkan up to 70% O2 di atmosfer

Selain itu, perilaku nelayan yg melakukan "bottom trawling" yakni memancing hingga ke
dasar lautan, menyebabkan kerusakan pada seabed, juga mengancam kelangsungan hidup
spesies ikan laut dalam yang utk bereproduksi memerlukan waktu lama.

Titik terang: US Northwest Hawaiian Island National Marine Monument didirikan utk
memulihkan kembali ekosistem laut yang rusak.

Rangkuman 2. Land
Di China, peningkatan pesat bidang agrikultur dan sedikitnya curah hujan menyebabkan
kesuburan tanah di sana berkurang. Yang bila mana tertiup angin, hanya menyisakan lapisan
tanah yang tidak subur dan menjadi gurun.
Gurun ini menyebabkan debu kecoklatan yang bertiup hingga kota besar seperti Beijing
menyebabkan masalah pernapasan dan mata.

Di Afrika, terjadi proses desertifikasi. Penyebabnya, penebangan hutan secara besar2an.


Padahal pohon berperan untuk menstabilkan tanah dan menjaga kelembabannya. Selain itu,
kebakaran hutan menyebabkan peningkatan CO2 di udara.

Titik terang : Green Belt Movement oleh Wangari Maathai berusaha menanam 2 juta
pohon.

Rangkuman 3. Population
Di sebuah desa di Filipina, penebangan hutan secara besar-besaran di lereng gunung
menyebabkan destabilisasi,sehingga terjadi tanah longsor yang menewaskan hingga 900
jiwa.

Piala Dunia 2006 di Jerman diprediksi menghasilkan hingga 100k ton CO2. Sebagai solusinya,
pemerintah Jerman melakukan Carbon Offsets, yaitu mengompensasi peningkatkan emisi
CO2 di Jerman dengan mengurangi emisinya di daerah lain. Dalam hal ini, Tamil Nadu di
India, di mana generation energi dari Biogas digencarkan. Selain mengurangi kebutuhan
kayu untuk kompor, juga mengurangi gas-gas hasil pembakaran yang berbahaya bagi
kesehatan.

Rangkuman 4 : Air Pollution


Smog yang meliputi kota San Franscisco setelah ditelusuri ternyata merupakan partikulat
yang bergerak sejauh 6000 mil (dalam 3 hari) dari China. Smog ini berasal dari penambahan
power line dan kendaraan bermotor secara masif di China. Smog ini berpindah dengan
cepat ("fickle") layaknya angin, dibuktikan dengan adanya awan cokelat setebal 3 km di
Samudera Hindia, jauh dari sumber polusi manapun.
Yang jadi masalah, menyingkirkan awan" ini justru ditengarai dapat mempercepat global
warming. Sebab, awan2 ini rupanya berperan menghadang panas dari sinar matahari, agar
tidak diserap lautan.

Selain itu, hasil temuan menunjukkan ozone depletion 60% lebih dari yang seharusnya,
menciptakan lubang sebesar USA+Rusia. Hal ini diakibatkan emisi gas" yang dapat
menyebabkan lubang pada ozone.

Titik terang: Montreal Protocol membatasi penggunaan bahan2 kimia yang dapat melubangi
ozone. (c: CFC)

Rangkuman 5. Climate Change


Intinya, kalau salju dan es sifatnya memantulkan kembali panas matahari. Sebaliknya, air
laut justru "menelan" panas matahari. Saat es di Arctic mencair, meluasnya lautan justru
makin mempercepat pencairan es.

Beruang kutub biasanya memangsa anjing laut. Mereka tinggal menunggu anjing laut naik
ke permukaan, melalui lubang pada es, untuk bernapas, baru mereka tangkap. Tapi karena
esnya sedikit, mereka makin sulit menangkap anjing laut. Polar bear betina akhirnya jadi
terlampau kurus dan tak bisa bereproduksi --> terancam punah.

Anda mungkin juga menyukai