Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PEMBUKAAN

A. Latar Belakang Masalah


Filsafat ilmu atau pembahasan epistimologis merupakan hal yang tidak kunjung
habis dibahas dan selalu menjadi hal yang menarik untuk dibahas. Di Eropa setelah
masa renaisains hingga saat ini telah muncul berbagai macam aliran dalam filsafat,
baik yang membahas ontologis atau metafisis, epistimologis, maupun aksiologis.
Aliran yang kian banyak memunculkan berbagai macam pendapat, yang kadang
bertentangan satu sama lain.

Dalam makalah ini saya akan membahas satu dari aliran dari aliran yang kian
banyak tersebut, yaitu aliran filsafat konstruktivisme. Aliran filasafat
konstruktivisme sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru bagi para filosof 1,
walaupun aliran ini baru dikenal pada abad 19, aliran ini merupakan aliran yang
sudah dipakai beberapa abad silam dan terus menerus mengalami revolusi tetapi baru
sampai pada kemapanan teorinya pada abad 19 tersebut.

Kontrukstivisme merupakan aliran filsafat yang lebih cenderung membahas


masalah epistimologis. Aliran ini berpendapat bahwasannya ilmu merupakan hasil
konstruksi ( ciptaan ) manusia. Maka aliran ini mengganggap manusia itu sendirilah
yang menciptakan ilmunya.Untuk lebih jelasnya pemakalah akan memaparkannya
dalam bab pembahasan.

1
Adib, Mohammad. Filsafat Ilmu. PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta;2010. Hlm. 124
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Konstruktivisme

Konstruktivisme adalah suatu filsafat pengetahuan yang memiliki anggapan


bahwa pengetahuan adalah hasil dari konstruksi (bentukan) manusia itu sendiri.
Manusia menkonstruksi pengetahuan mereka melalui interaksi mereka dengan objek,
fenomena, pengalaman dan lingkungan mereka. Suatu pengetahuan dianggap benar
bila pengetahuan itu dapat berguna untuk menghadapi dan memecahkan persoalan
yang sesuai (Suparno, 2008:28).2

Teori konstruktivisme didefinisikan sebagai pembelajaran yang bersifat


generatif, yaitu tindakan mencipta sesuatu makna dari apa yang dipelajari. 3

Adapun dalam buku lain dikatakan, konstruktivisme merupakan satu diantara


paham yang menyatakan bahwa positivism dan postpositivisme merupakan paham
yang keliru dalam mengungkapkn realitas dunia.4karena pandangan ini cenderung
menolak generalisasi terhadap suatu realitas. 5 Maka dapat dikatakan konstruktivism
merupakan lawan dari positivisme dan postpositivisme.

Maka dapat kita definisikan bahwasannya konstruktivisme merupakan aliran


filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan merupakan bentukan manusia itu
sendiri dan bersifat majemuk yang mana sangat sulit untuk digeneralisasikan,
Karenanya makna yang didapatkan seseorang atau ilmu merupakan bentukan dari apa
yang dipelajari orang tersebut sebagaimana realitas bagi dirinya sendiri, dan tidak
berlaku bagi semua orang.
2
http://cor-amorem.blogspot.com/2010/01/filsafat-konstruktivisme.html. Pada hari senin, tanggal
2015-05-04, jam 16.00.
3
Adib, Mohammad. Filsafat Ilmu. PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta;2010. Hlm. 124
4
Muslih, Muhammad. Filsafat Ilmu. Cetakan ke II. BELUKAR, Yogyakarta;2005. Hlm. 82
5
Ibid. hlm. 83
B. Sejarah dan Tokoh Filsafat Konstruktivisme

Konstruktivisme oleh sebagian orang dikatakan bukanlah sebuah barang baru


atau gagasan baru.6 Karena teori teori dalam konstruktivisme merupakan sesuatu
yang sudah sering kita dengar, hanya saja terus menerus berevolusi dan akhirnya
mencapai suatu istilah yaitu konstruktivisme.

revolusi konstruktivisme mempunyai akar sejarah yang panjang. Pendekatan


yang dilandasi teori konstruktivisme ini sumber utamanya adalah karya Jean Piaget
dan Lev Vigotsky.7 Jean piaget merupakan seorang tokoh psikologi perkembangan. Ia
dilahirkan di Neuchatel, di Switserland. Dan mendapatkan gelar Ph.D di universitas
8
switserland.

Bila ditarik kembali teori konstruktivisme merupakan barang lama yang mana
terus menerus berevolusi dan akhirnya menjadi sebuah aliran filsafat konstruktivisme.
Aliran fisafat konstruktivisme kini banyak digunakan dalam pendidikan dan proses
belajar mengajar. Maka aliran filsafat ini sekarang cenderung lebih kepada filsafat
dalam pendidikan dan belajar.

C. Teori Teori Dalam Filsafat Konstruktivime

Teori teori dalam filsafat konstruktivisme pada dasarnya lahir daripada penolakan
terhadap prinsip prinsip dasar yang dikembangkan oleh paradigma positivistik, yang
pertama, aliran ini mengatakan bahwasannya ilmu merupakan upaya mengungkap
realitas. Yang kedua, dalam penelitian, hubungan antara subjek dan objek penelitian
harus dapat dijelaskan. Dan yang ketiga, hasil penelitian dapat dikatakan ilmu atau

6
http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruktivisme. Pada hari senin, tanggal 2015-05-04, jam 16.00.

7
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/02/sejarah-teori-konstruktisme.html. Pada hari
senin, tanggal 2015-05-04, jam 16.00.
8
Sarwono, Sarlito Wirawan. Berkenalan Dengan Aliran – Aliran dan Tokoh – Tokoh Psikologi. BULAN
BINTANG, Jakarta; 1978. Hlm. 123
sebuah temuan menurut konstrukstivisme hanya jika memungkinkan untuk
digunakan proses generalisasi pada waktu dn tempat yang berbeda.9

Selain daripada prinsip, paradigma ini mengembangkan sejumlah indikator sebagi


pijakan dalam melaksanakan penelitian pengembangan ilmu. Beberapa indikator itu
antara lain. (1) Penggunaan metode kualitatif dalam proses pengumpulan data dan
kegiatan analisis data; (2) mencari relevansi indikator kualitas untuk mencari data
data lapangan; (3) teori – teori yang dikembangkan harus lebih bersifat membumi
( grounded theory); (4) kegiatan ilmu haruis bersifat natural ( apa adanya ) dalam
pengamatan dan menghindarkan diri dengan kegiatan penelitian yang telah diatur dan
serta berorientasi laboratorium; (5) pola pola yang diteliti dan berisi kategori kategori
jawaban menjadi unit analisis dari variabel variabel penelitian yang kaku dan steril;
(6) penelitian lebih bersifat partisipatif dari mengontrol sumber sumber informasi
lainnya.10

1) Teori Teori Aliran konstrukstivisme dalam belajar

Belajar merupakan proses konstruksi pengetahuan melalui keterlibatan fisik


dan mental peserta didik secar aktif, dan juga merupakan proses asimilasi dan
menghubungkan bahan yang dipelajari dengan pengalaman-pengalaman yang
dimiliki seseorang sehingga pengetahuannya mengenai objek tertentu menjadi lebih
kokoh. Semua peserta didik benar-benar mengkonstruksikan pengetahuan untuk
dirinya sendiri, dan bukan pengetahuan yang datang dari pendidik “diserap” oleh
murid. Ini berarti bahwa setiap peserta didik akan mempelajari sesuatu yang sedikit
berbeda dengan pelajaran yang diberikan (Muijs dan Reynolds, 2008:97)
Selanjutnya Muijs dan Reynolds  mengemukakan bahwa peserta didik adalah
konstruktor pengetahuan aktif yang memiliki sejumlah konsekuensi yaitu:
a. Belajar selalu merupakan sebuah proses aktif. Peserta didik secara aktif
mengkonstrusikan belajarnya dari berbagai macam input yang diterimanya.
9
Muslih, Muhammad. Filsafat Ilmu. Cetakan ke II. BELUKAR, Yogyakarta;2005. Hlm. 82
10
Ibid.
Ini menyiratkan bahwa belajar harus bersikap aktif agar dapat belajar secara
efektif. Belajar adalah tentang membantu perta didik untuk
mengkonstruksikan makna mereka sendiri, bukan tentang “mendapatkan
jawaban yang benar”.
b. Bagi konstruktivis, belajar adalah pencarian makna. Peserta didik secara aktif
berusaha mengkonstruksikan makna. Dengan demikian, pendidik mestinya
berusaha mengkonstruksi berbagai kegiatan belajar di seputar ide-ide besar
eksplorasi yang memungkinkan peserta didik untuk mengkonstruksi makna.
c. Konstruksi pengetahuan bukan sesuatu yang bersifat individual semata.
Belajar juga dikonstruksikan secara sosial, melalui interaksi dengan teman
sebaya, pendidik, orang tua, dan sebagainya. Dengan demikian yang terbaik
adalah mengkonstruksikan siatuasi belajar secara sosial, dengan mendorong
kerja dan diskusi kelompok
d. Elemen lain yang berakar pada fakta bahwa peserta didik secara individual
dan kolektif mengkonstruksikan pengetahuan. Agar efektif pendidik harus
memiliki pengetahuan yang baik tentang perkembangan anak dan teori
belajar, sehinggga mereka dapat menilai secara akurat belajar seperti apa yang
dapat terjadi
e. Di samping itu, belajar selalu dikonseptualisasikan. Kita tidak mempelajari
fakta-fakta secara abstrak, tetapi sealalu dalam hubungannya dengan apa yang
telah kita ketahui.
f. Belajar secara betul-betul mendalam berarti mengkonstruksikan pengetahuan
secara menyeluruh, dengan mengeksplorasi dan menengok kembali materi
yang kita pelajari dan bukan dengan cepat pindah satu topik ke topik lain.
Peserta didik hanya dapat mengkonstruksikan makna bila mereka dapat
melihat keseluruhannya, bukan hanya bagian-bagiannya
g. Mengajar adalah tentang memberdayakan peserta didik, dan memungkinkan
peserta didik untuk menemukakan dan melakukan refleksi terhadap
pengalaman-pengalaman realistis. Ini akan menghasilkan pembelajaran yang
otentik/ asli dan pemahaman yang lebih dalam. Ini juga membuat kaum
konstruktivis percaya bahwa lebih baik menggunakan bahan-bahan hands-on
daripada tekxbook.11

Prinsip-prinsip konstruktivisme ini telah banyak digunakan dalam pendidikan


sains dan matematika, namun demikian sekarang prinsip-prinsip tersebut dapat
diterapkan ke dalam semua mata pelajaran. Dan berkaitan dengan diberlakukannya
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) di Indonesia yang memberikan
kewenangan kepada sekolah dan para guru untuk menyusun sendiri kurikulum
pembelajaran yang akan dijalankan, prinsip-prinsip konstruktivisme tentu dapat
menjadi roh dari setiap silabus yang disusunnya serta
mewujudnyatakandalampembelajaran.Namun tetap harus diperhatikan bahwa model
pembelajaran konstruktivistik ini harus didukung oleh lingkungan yang tepat dan
didukung oleh institusi pendidikan yang berwawasan luas, Institusi pendidikan
harus ikut menciptakan situasi masyarakat pebelajar dengan menyiapkan sarana-
prasarana, lingkungan, SDM dan elemen pendukung lainnya. Semua elemen
didorong menjadi manusia pebelajar. Model konstruktivistik akan mencapai hasil
optimal jika diterapkan dalam lingkungan manusia yang sedang belajar.12

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
11
http://zainal354.blogspot.com/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Pada hari senin, tanggal
2015-05-04, jam 16.00.
12
http://cor-amorem.blogspot.com/2010/01/filsafat-konstruktivisme.html. Pada hari senin, tanggal
2015-05-04, jam 17.00
Maka dapat kita definisikan bahwasannya konstruktivisme merupakan aliran
filsafat yang beranggapan bahwa pengetahuan merupakan bentukan manusia itu
sendiri dan bersifat majemuk yang mana sangat sulit untuk digeneralisasikan,
Karenanya makna yang didapatkan seseorang atau ilmu merupakan bentukan dari apa
yang dipelajari orang tersebut sebagaimana realitas bagi dirinya sendiri, dan tidak
berlaku bagi semua orang.
Dalam filsafat konstruktivisme terdapat prinsip prinsip dasar yang mana
merupakan sebab munculnya aliran ini. yang pertama, aliran ini mengatakan
bahwasannya ilmu merupakan upaya mengungkap realitas. Yang kedua, dalam
penelitian, hubungan antara subjek dan objek penelitian harus dapat dijelaskan. Dan
yang ketiga, hasil penelitian dapat dikatakan ilmu atau sebuah temuan menurut
konstrukstivisme hanya jika memungkinkan untuk digunakan proses generalisasi
pada waktu dn tempat yang berbeda. Lain daripada itu terdapat pula beberapa
indikator dasar kontrukstivisme yaitu (1) Penggunaan metode kualitatif dalam proses
pengumpulan data dan kegiatan analisis data; (2) mencari relevansi indikator kualitas
untuk mencari data data lapangan; (3) teori – teori yang dikembangkan harus lebih
bersifat membumi ( grounded theory); (4) kegiatan ilmu haruis bersifat natural; (5)
variabel variabel penelitian yang kaku dan steril; (6) penelitian lebih bersifat
partisipatif dari mengontrol.
Adapun dalam teori pendidikannya dapat kita simpulkan bahwa prinsip dasar
pembelajaran konstruktivisme adalah sebagai berikut :
a) Pengetahuan dibangun oleh peserta didik sendiri, baik secara personal
maupun sosial.
b) Pengetahuan tidak dapat dipindahkan dari pendidik atau pembelajar ke peserta
didik, kecuali melalui keaktifan peserta didik sendiri untuk menalar.
c) Peserta didik aktif mengkonstruksi secara terus menerus, sehingga selalu
terjadi perubahan konsep menuju ke yang lebih rinci, lengkap, serta sesuai
dengan konsep ilmiah
d) Pendidik atau pembelajar sekedar membantu menyediakan sarana dan situasi
agar proses konstruksi peserta didik dapat terlaksana.13

BAB IV
REFERENSI

Adib, Mohammad. Filsafat Ilmu. PUSTAKA PELAJAR, Yogyakarta;2010.


Muslih, Muhammad. Filsafat Ilmu. Cetakan ke II. BELUKAR, Yogyakarta;2005.

13
http://zainal354.blogspot.com/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html. Pada hari senin, tanggal
2015-05-04, jam 16.00.
Sarwono, Sarlito Wirawan. Berkenalan Dengan Aliran – Aliran dan Tokoh – Tokoh
Psikologi. BULAN BINTANG, Jakarta; 1978.
http://cor-amorem.blogspot.com/2010/01/filsafat-konstruktivisme.html.
http://id.wikipedia.org/wiki/Konstruktivisme.
http://penelitiantindakankelas.blogspot.com/2012/02/sejarah-teori-konstruktisme.html.
http://zainal354.blogspot.com/2012/10/v-behaviorurldefaultvmlo.html.

Anda mungkin juga menyukai