Anda di halaman 1dari 14

MATEMATIKA SD 2

BAB XIII
SIFAT-SIFAT PELUANG DAN PENGANTAR
STATISTIKA

Dosen :
Drs. Sutiyarso S.Pd M.pd

A. SIFAT - SIFAT PELUANG

Dari sekelompok mahasiswa baru pada akhir semester pertama ternyata 16% gagal dalam
mata kuliah matematika, 12% gagal dalam mata kuliah bahasa inggris, dan 6% gagal dalam
kedua mata kuliah baik matematika maupun bahasa inggris. Seorang konselor ingin
mengetahui berapa % mahasiswa baru yang gagal dalam mata kuliah matematika atau gagal
dalam mata kuliah bahasa Inggris.

Dengan memperhatikan ruang sampel serta peristiwa A dan peristiwa B. Diperoleh:

a) A ∩ B = { (4 ,3) }
b) A ∩ B = { (1 ,6) , (2 ,5) , (3 ,4) , (4 ,3) , (5 ,2) , (6 ,1) , (1 ,3) , (2 ,3) , (3 ,3) , (5 ,3) ,
(6 ,3) }

c) B = adalah peristiwa di mana dadu biru tidak muncul sisi bernomor 3 .

Contoh :

Sebuah kartu diambil dari satu set krtu bridge. Berapakah peluangnya kartu yang
terambil adalah As atau wajik (diamond)

Penyelesaian :

Kartu wajik sebanyak 13 dan ada satu As yang bergambar wajik, jadi ada 16 kartu
yang bergambar wajik atau As. Bila A himpunan kartu As dan W himpunan kartu wajik,
maka:

1
16
P (A U W) =
25

13 4
Padahal P ( W ) = dan P (As) =
52 52

1
Ada sebuah As wajik, jadi P (A ∩ W) =
52

16 13 4 1
Ternyata
52
= 52
+ 52
- 52

Dengan demikian :

P (A U W) = P (A) + P (W) – P (A ∩ W)

Dari contoh tersebut diperoleh salah satu sifat. Untuk 2 peristiwa A dan B berlaku:

P (A U B) = P (A) + P (B) – P (A ∩ B)

Kalau dua peristiwa tidak memiliki hasil persekutuan (yang dimiliki bersama) atau
A ∩ B = ф maka P (A ∩ B) = 0. Dua peristiwa demikian disebut peristiwa yang saling asing.
Jika peristiwa A dan B saling asing, maka:

P (A U B) = P (A) + P (B) , sebab P (A ∩ B) = 0

Contoh 1:

Jika dua dadu dilemparkan bersama, berapakah besarnya peluang muncul peristiwa di
mana nomor sisi dadu I ditambah nomor sisi dadu II berjumlah 7 atau 8.

Penyelesaian:

Ruang sampel adalah :

S = { (1 ,1) , (1 ,2) , (1, 3) , (1, 4) , (1, 5) , (1, 6)

(2 ,1) , (2 ,2) , (2 ,3) , (2 ,4) , (2 ,5) , (2 ,6)

(3 ,1) , (3 ,2) , (3 ,3) , (3 ,4) , (3 ,5) , (3 ,6)

(4 ,1) , (4 ,2) , (4 ,3) , (4 ,4) , (4 ,5) , (4 ,6)

(5 ,1) , (5 ,2) , (5 ,3) , (5 ,4) , (5 ,5) , (5 ,6)

(6 ,1) , (6 ,2) , (6 ,3) , (6 ,4) , (6 ,5) , (6 ,6) }

P (7 U 8) = P (7) + P (8)

2
6 5 11
=
36
+ 36
= 36

Contoh 2 :

Berapakah besarnya peluang dalam mengambil sebuah kartu dari satu set kartu
bridge akan memperoleh bukan kartu As?

Penyelesaian:

P (bukan as) = 1 - P (As)

4 48
= 1 -
52
= 52

B. PENGANTAR STATISTIKA
1. Penyajian Data dengan Distribusi Frekuensi

Dalam kejadian sehari hari kita sering terbuai oleh hal-hal yang indah melalui televisi,
radio, dan surat kabar. Hal hal yang indah dan membuai itu merupakan data atau informasi
yang pada umumnya data itu dinyatakan dengan angka-angka atau bilangan. Namun
seringkali kita tidak mampu mengorganisasikan serta memahami pesan yang disampaikan
melalui data tadi. Yang menjadi tujuan pertama dan utama dari para ahli statistika adalah
bagaimana mewujudkan kesan atau penyikapan terhadap data dalam jumlah besar. Misalkan
diberikan bilangan-bilangan pada tabel 9.4 menyatakan banyaknya anak dari 30 pasang
suami-isteri dari sebuah Rukun Tetangga.

Tabel 9.4

7 1 1 0 3 4 5 5 3 2 3 3 6 6 2

4 2 1 0 0 3 4 5 6 3 1 4 1 3 4

Selisih antara data terbesar dengan data terkecil dari himpunan data disebut rentang. Pada
kasus ini besarnya rentang = 7 – 0 = 7. Agar dapat dipahami secara lebih berarti akan
disajikan daftar bilangan-bilangan tersebut ke dalam sebuah daftar yang dinamakan daftar
distribusi frekuensi.

Tabel 9. 5

3
Banyaknya anak Turus Frekuensi
0 ǀǀǀ 3

1 ǀǀǀǀ 5

2 ǀǀǀ 4

3 ǀǀǀǀ ǀǀ 7

4 ǀǀǀǀ 5

5 ǀǀǀ 3

6 ǀǀǀ 3

7 ǀ 1

Jumlah = 30

Sebuah contoh lain suatu kumpulan bilangan yang merupakan data tentang skor 40
mahasiswa pada tes matematika, seperti tabel 9 .6

Tabel 9 .6

35 42 51 69 61 62 73 84 91 39

45 55 64 74 85 95 49 55 64 75

85 96 57 65 75 86 96 60 64 75

87 91 65 75 61 78 69 79 80 89

Dari data ini dapat dihitung nilai rentang = 96 – 35 = 61 . Data pada table 9.6 di atas dapat
disajikan ke dalam suatu tabel distribusi frekuensi dan agar lebih sederhana kita dapat
mengubahnya dengan mengelompokkan dalam kelas-kelas interval seperti terlihat pada tabel
9.7.

Tabel 9 .7

Kelas Interval Frekuensi

31 - 40 2
41 - 50 3
51 - 60 5

4
61 - 70 10
71 - 80 9
81 - 90 6
91 - 100 5

Jumlah 40

Untuk menentukan banyaknya kelas interval pada sebuah tabel distribusi frekuensi dipakai
beberapa acuan , antara lain:

Jika m banyaknya kelas interval, maka :

10 < m < 20 ( J.P. Guilford)

atau m = 1 + 3,322 log N (H. A. Sturges)

dengan N = banyaknya data,

Misalkan untuk N = 40 seperti data pada tabel 9.6 , maka

m = 1 + 3,22 log 40

= 1 + (3 ,322) (1 ,6021)

Kira-kira sama dengan 6 atau 7.

Cara menentukan batas-batas interval kelas, panjang interval kelas dan titik tengah kelas
interval.

Untuk data pada tabel 9 .7

31 40 41 50 51 60 61

a) Batas-batas interval kelas


Untuk kelas interval 31 - 40, batas bawahnya 30, 5 dan batas atasnya 40,5
Untuk kelas interval 41 - 50, batas bawahnya 40,5 dan batas atasnya 50,5

Untuk kelas-kelas interval selanjutnya dapat dicari dengan cara yang sama.

b) Panjang interval kelas.


Diperoleh dari selisih antara batas atas dikurangi batas bawah kelas yang
bersangkutan. Jadi misalnya untuk kelas interval 41 - 50 panjang interval kelasnya
= 50,5 - 40, 5 = 10.

5
c) Titk tengah kelas interval.
Yaitu nilai yang terletak di tengah-tengah antara batas bawah dan batas atas suatu
40,5+50,5
kelas interval. Untuk kelas interval 41 - 50 titik tengah kelas interval = =
2
45,5
Titik tengah kelas interval ini disebut juga nilai tengah atau tanda kelas.

2. Penyajian Data dengan Grafik

Daftar distribusi frekuensi memang tepat untuk penyajian data, tetapi penyajian melalui
grafik mungkin di perlukan. Seringkaliorang lebih tertarik dan lebih cepat menangkap pesan
yang disampaikan dengan melalui peragaan visual. Sebenarnya baik tabel distribusi maupun
grafik sebagai alat penyajian data masing-masing mempunyai keunggulan dan kelemahan.
Itulah sebabnya harus digunakan secara bersama/bergantian sesuai maksud dan tujuannya.

Dalam bagian ini akan dibicarakan serba singkat dan sederhana tentang diagram batang,
histogram, grafik garis, diagram lingkaran, dan polygon frekuensi.

a. Diagram Batang
Contoh 1 : Gambarlah diagram batang data pada tabel 9.8 berikut:
Tabel 9.8

Jumlah siswa menurut tingkat sekolah


Di kota X. Keadaan tahun 1991

Banyaknya siswa
Tingkat sekolah Jumlah
Laki - laki Perempuan
SD 990 1.004 1.994
SLTP 735 870 1.605
SLTA 760 790 1.55
TOTAL 2.489 2.664 5.149

Diagram batang data pada tabel 9.8 adalah terlihat pada gambar 9.4 berikut :

6
2500

2000

1605 1550
1500

1000

500

0
SD SLTP SLTA

Gambar 9.4

Dapat juga dibuat diagramnya sebagai gambar 9.5 berikut :

1000
990 1004
900

800 735

700

600

500

7
Gambar 9.5

Ket :

: Laki – laki : Perempuan

b. Grafik Garis

Grafik garis hamper mempunyai peran seperti diagram batang, tetapi mempunyai
kelebihan yaitu dapat menunjukkan secara cepat dan jelas yaitu dapat menunjukkan arah laju
perubahan data pada suatu saat ke saat lain (berikutnya). Berikut ini adalah grafik garis :

c. Piktogram
Piktogram sering di sebut diagram gambar atau diagram lambang. Digunakan untuk
mendapatkan gambaran kasar suatu hal. Sebagai alat visual bagi orang awam. Setiap
satuan jumlah tertentu dibuat sebuah lamabang atau gambar sesuai dengan macam
datanya.

Contoh :Sebuah pictogram yang menggambarkan jumlah karyawan pada 4 perusahaan di


kota “X” pada tahun 1990.

8
d. Histogram

Diagram yang sangat tepat untuk menyajikan data berkelompok adalah histogram.
Untuk melukis sebuah histogram, pertama-tama harus diketahui besarnya frekuensi pada tiap
kelas interval, kemudian nyatakan secara tepat tiap batas interval (batas atas dan batas bawah)
pada sumbu x (sumbu mendatar)

Kelas interval Frekuensi


(usia dalam tahun)
15 - 19 4
20 - 24 7
25 - 29 5
30 - 34 2
35 - 39 2

Histogram dari data pada tabel 9.9 adalah seperti pada gambar 9.9 berikut :

Keterangan : Batas – batas dalam suatu histogram sesuai dengan batas-batas interval
kelasnya.

e. Poligon Frekuensi

9
Jika histogram dapat dikatakan sebagai diagram batang data berkelompok, maka
grafik garis data berkelompok seringkali disebut sebagai poligon frekuensi.

19,5−14,5
Ket : 17 diperoleh dari yaitu nilai tengah dari kelas interval 15 – 19
2

f. Diagram Lingkaran

Cara melukis diagram lingkaran cukup membagi luas lingkaran menjadi juring-juring,
dengan perbandingan masing-masing luas juring sesuai dengan perbandingan frekuensi-
frekuensi yang diwakilinya.

Contoh : Lukislah digram lingkaran untuk data pada tabel 9.10

Tabel 9.10

Jumlah penduduk daerah x menurut agama yang dianut

Keadaan tahun 1990

Agama Jumlah penganut %


(dalam jutaan)
Islam 15 75
Kristen 2 10
Katholik 1 5
Budha 1 5
Hindhu 1 5
Jumlah 20 100

Diagram lingkaran dari data pada


tabel 9.10 dilukiskan sebagai
gambar 9.11 berikut :

10
3. Nilai Kecenderungan Memusat

Nilai kecenderungan memusat terdiri dari 3 nilai rata-rata yang paling dikenal,
yaitu : rata-rata hitung (arithmetic mean), rata-rata ukur dan rata-rata harmonis. Dari
ketiga rata-rata ini, yang paling sering digunakan adalah rata-rata hitung. Disamping
itu masih ada ukuran yang lain yaitu median dan modus.

a. Rata-rata hitung

Rata-rata hitung dari n buah ukuran adalah jumlah dari semua (n buah) hasil
pengukuran tersebut dibagi n.

Rumus rata-rata hitung dilambangi adalah :

Sedangkan untuk data berkelompok dengan data X1 sebanyak f1 , X2

Sebanyak f 2 . . . . X k sebanyak f k rumusnya, adalah :

Contoh 1 : a) Rata rata hitung untuk bilangan-bilangan

8 , 16 , 4 , 12 , dan 10

8+16+ 4+12+10 50
= = = 10
5 5

11
b) Jika datanya merupakan data berkelompok sebagai berikut :

X 4 14 24 34
f 2 8 20 10
Maka rata rata hitungnya dengan rumus :

b. Rata-rata Ukur
Rata-rata ukur dari n buah ukuran adalah akar pangkat n dari hasil kali antar n
buah ukurn tersebut,

Misalkan nilai-nilai tersebut adalah X 1 , X 2 , .. . . , X n

Maka RU =

Contoh : rata-rata ukur dari 4, 2, 8 ialah

c. Rata-rata Harmonis
Rata-rata harmonis dari n buah ukuran adalah nilai yang diperoleh dari n
dibagi dengan jumlah dari kebalikan n buah ukuran tersebut.

Contoh : Rata-rata harmonis dari 2, 4 ,10, 4 ialah

d. Median
Jika X1, X2, X3, . . . . Xn adalah merupakan kumpulan data yang telah diurutkan
tempatnya sesuai dengan besar nilai data, maka median adalah nilai yang terletak
ditengah-tengah dalam urutan nilai-nilai tersebut. Apabila banyak data n ganjil

12
maka median adalah nilai data yang ditengah dari urutan n buah data tadi; sedang
1
jika n genap, maka median = dari jumlah dua nilai yang ditengah.
2
Contoh :
Hitunglah median dari tabel 9.12 berikut:
Tabel 9.12

Kelas Interval Frekuensi


31 - 40 5
41 - 54 4
55 - 64 10
Kel Medium 65 - 74 8
75 - 85 7
86 - 100 6

Jumlah 40

40
Median berada pada kelas interval 65 – 74, sebab data ke berada pada kelas
2
interval 65 - 74 yang memuat data ke 20 sampai dengan ke 27.

(40/2−19)
Med = 64,5 + . 10 = 65,75
8
e. Modus

Modus suatu kumpulan hasil ukuran adalah nilai yang paling sering
muncul dalam pengamatan. Dengan perkataan lain modus adalah suatu nilai yang
mempunyai frekuensi terbesar. Apabila suatu pengukuran menghasilkan dua
frekuensi terv=besar yang sama, maka data tersebut bimodal, artinya memiliki dua
modus. Jika ada 3 atau lebih frekuensi terbesar yang sama, dinamakan polumoal
atau bermodus banyak.
Contoh :
Hitunglah modus data dari tabel 9.13 berikut:
Tabel 9.13

Kelas Interval Frekuensi


31 - 40 3
41 - 54 4
55 - 64 10
Kelas Modus 65 - 74 8
75 - 85 7
86 - 100 6

Jumlah 40
Modus berada pada kelas interval 55 – 64 , sebab frekuensinya terbesar. Sedang d1 =
10 – 4 dan d2 = 10 – 8 , i =10.

13
6
Jadi Mo = 54,5 +( ) 10 = 62
6+2

f. Ukuran pencaran

Ukuran pencaran adalah ukuran tentang penyebaran atau perserakan dari himpunan
data. Rentang adalah ukuran pencaran yang sangat kasar, sedangkan varians dan
simpangan baku adalah ukuran ukuran penyebaran yang paling akurat sehingga
digunakan juga pada perhitungan statistic inferensial.

Lambang simpangan baku adalah s dan lambang varians adalah s2.

Jika data x1, x2 ,x3 .. . . . . xn mempunyai rata rata , yang dimaksud dengan varians

Contoh : Data 3 , 4 , 5 , 6 , 7 , mempunyai rata –rata = 5

Simpangan masing masing data terhadap rata- rata : 2, 1, 0, -1 , -2

Varians

Jika ditanya berupa X1 sebanyak f1 , X2 sebab f2 , X3 sebanyak f3 dan seterusnya sampai


dengan Xk sebabnya fk , maka rumus untuk menghitung varians nya adalah:

14

Anda mungkin juga menyukai