Anda di halaman 1dari 69

HAKIKAT

MANUSIA
Mengapa
MANUSIA
harus dididik?
Adakah MANUSIA
yang menjadi dewasa
tanpa (bantuan)
orang lain?
Adakah MANUSIA
yang menjadi
manusia tanpa
(dididik oleh)
manusia lain?
Jasmani dan Rohani

Siapakah
Manusia itu?
Jasmani dan Rohani

Apakah manusia itu?


Dibuat dari apa manusia itu?
Dari bahan apa manusia itu?
Ini mengarah pada memahami
manusia secara material yakni zat
pembentuk manusia.
Jasmani dan Rohani

Tuhan menciptakan dua hukum:


1. Hukum alam nyata (hukum sebab-
akibat; materi, zat); manusia:
fisik/raga/badan
2. Hukum alam gaib (alam roh, jiwa);
manusia: roh/jiwa
Jasmani dan Rohani

Tuhan menciptakan dua hukum:


1. Hukum alam nyata (hukum sebab-
akibat; materi, zat); manusia:
fisik/raga/badan
2. Hukum alam gaib (alam roh, jiwa);
manusia: roh/jiwa
Aliran monisme

Faham materialisme
Menurut faham ini semua yang ada,
dapat diamati, adalah materi. Manusia
sebagai makhluk alamiah, juga adalah
materi, yang terdiri dari zat (darah,
daging, tulang) yang tunduk kepada
hukum sebab akibat alam semesta
(hukum aksi-reaksi)
Aliran monisme

Faham materialisme

Semua yang ada = materi = dapat


diamati.
Manusia = materi = zat (darah, daging,
tulang), tunduk
kepada hukum sebab
akibat
Aliran monisme
Faham materialisme

Chip
Manusia = materi = zat /jiwa
(darah, daging, tulang),
tunduk kepada hukum Robot/
sebab akibat badan
Aliran monisme

Faham materialisme
Memandang manusia = makhluk reaksi
Tidak mengakui ada potensi inisiatif dan
kreativitas.
Tidak mengakui adanya rohani atau jiwa
Psikologi materialisme = psikologi tanpa jiwa
= Behaviorisme.
Mengakui adanya mind fisik mind
(susunan saraf
fisik) bukan jiwa.
Aliran monisme

Faham materialisme
Manusia = makhluk reaksi
pola reaksi = hubungan stimulus
response.
Tingkah laku = response terhadap stimulus.
Implikasi:
Pendidikan = latihan dan pengalaman (drill,
training).
Belajar = proses conditioning atau
reconditioning
Aliran monisme
Faham materialisme
Manusia adalah makhluk reaksi yang pola
reaksinya disimpulkan sebagai pola hubungan
stimulus response. Jadi tingkah laku manusia
adalah sebagai response terhadap stimulus yang
efektif. Implikasi asas teori ini dalam pendidikan
ialah bahwa manusia hanya membutuhkan
latihan-latihan dan pengalaman (drill, training).
Demikian pula belajar hanyalah sebuah proses
conditioning atau reconditioning
Aliran monisme

Faham idealisme
Tingkah laku manusia = fungsi
mental.
Tubuh = alat mental (jiwa) untuk
melaksanakan tujuan, keinginan,
atau dorongan jiwa manusia.
Aliran monisme
Faham idealisme

Manusia adalah roh atau Chip


jiwa; tubuh hanyalah alat /jiwa
jiwa untuk melaksanakan Robot
tujuan, keinginan, atau
dorongan jiwa manusia
Aliran monisme

Faham idealisme
Jiwa = asas primer yang menggerakkan
semua aktivitas manusia,
Jasmani tanpa jiwa  tidak berdaya
Kepribadian manusia ditentukan oleh
potensi rohani, jiwa manusia.
Aliran monisme
Faham idealisme
Pendidikan bukanlah semata-mata
faktor luar (pengalaman), tetapi amat
ditentukan oleh faktor dalam (potensi
dan hereditas).
Mengembangkan kepribadian terutama
bersumber atas perkembangan fungsi
rohani/jiwa seperti inteligensi,
kemauan, perasaan.
Aliran dualisme

Alam semesta = sintesa animate

dan inanimate (makhluk hidup


dan makhluk tak hidup).
Manusia merupakan kesatuan
jiwa dan raga (rohani dan
jasmani).
Aliran Dualisme

Chip
Manusia merupakan
jiwa
kesatuan jiwa dan raga
(rohani dan jasmani). Robot
Badan
Aliran dualisme

Prinsip psikologi pendidikanmeliputi:


1. asas rasional sebagai fenomena mental
atau fungsi aktivitas mental;
2. asas dinamis sebagai fenomena fisik
yakni aktivitas gerak dan tingkah laku
jasmani.

Keduanya merupakan satu integritas


dalam pengalaman pribadi manusia.
Aliran dualisme

Pendidikan = latihan jiwa (mind), yakni


daya-daya jiwa.
Jasmani tetap berperan aktif dalam
semua aktivitas.
Aktivitas manusia = hasil kerjasama
rohaniah dan jasmaniah.
Mind mendorong syaraf dan badan
untuk melakukan sesuatu fungsi.
Pendidikan?

PENDIDIKAN

Chip

Robot
Kepribadian?
Syaraf

Jiwa

Raga
Manusia menurut Pandangan Agama (Islam)

Makhluk
sempurna
Manusia menurut Pandangan Agama (Islam)

Nafsu
Manusia menurut Pandangan Agama (Islam)

Akal

Nafsu
Manusia menurut Pandangan Agama (Islam)

Nilai
Agama

Akal

Nafsu
Manusia menurut Pandangan Agama (Islam)

Agama/
PENDIDIKAN nilai

Akal

Nafsu
Kepribadian Manusia menurut Pandangan Islam

Nilai
Agama

Akal

Nafsu
a. Manusia menurut pandangan ilmu pengetahuan
Pandangan Sigmund Freud tentang jiwa (kepribadian) manusia:

Bahwa struktur jiwa merupakan satu integritas


tiga lapisan, yang secara teoritis dibedakan
sebagai berikut:
Das Es atau bagian dasar.
Das Es = Id adalah bagian a-sadar;
merupakan sumber nafsu kehidupan yakni
hasrat-hasrat biologis. Das Es terisolasi dari
dunia luar, ia mementingkan diri sendiri
(egocentris) yang menuntut pemuasan nafsu-
nafsu biologis berupa kesenangan dan
kepuasan.
a. Manusia menurut pandangan ilmu pengetahuan

bagian a-sadar;
• sumber nafsu
kehidupan/hasrat-
hasrat biologis.
terisolasi dari dunia
luar
Das Es mementingkan diri
sendiri (egocentris)
(Id) menuntut pemuasan
nafsu-nafsu biologis
berupa kesenangan
dan kepuasan
Pandangan Sigmund Freud tentang jiwa (kepribadian) manusia:

Semua tuntutan das es semata-mata demi


kepuasan, tanpa mempertimbangkan baik
dan buruk, tanpa terkendalikan. Jika
manusia semata-mata menuruti dorongan
das es ini maka martabat manusia tidak
berbeda dengan makhluk alamiah lainnya.
Bagian jiwa (das es) ini dapat dianggap
sebagai aspek individual manusia.
Pandangan Sigmund Freud tentang jiwa (kepribadian) manusia:

Das Ich
Das Ich = ego, terletak diantara das es dan
das uber ich. Das ich berfungsi sebagai
sensor antara kehendak-kehendak das es
yang tak terkendali(tanpa moral) dengan
tujuan-tujuan das uber ich yang normatif.
Dengan adanya fungsi das ich yang realistis
dan obyektif ini maka kepribadian seseorang
akan seimbang, harmonis. Bagian jiwa (das
ich) ini dapat disamakan dengan aspek sosial
kepribadian manusia.
Das Ich
(ego)

Das Es
(id)
Pandangan Sigmund Freud tentang jiwa (kepribadian) manusia:

Das Uber Ich


Das uber ich = super ego, bagian jiwa yang
paling tinggi, sifatnya sadar norma dan luhur.
Bagian ini lazim disamakan dengan budi nurani
manusia. Super ego ini mengerti dan
mendukung norma-norma sosial, yakni nilai-
nilai yang berlaku di masyarakat. Watak super
ego ini susila, atau etis, dapat juga diartikan
sadar nilai religius. Ini berarti bahwa
kepribadian manusia secara kodrati bersifat
luhur (suci, etis, religius). Ini dapat disebut
aspek susila dari kepribadian manusia.
Pandangan Sigmund Freud tentang jiwa (kepribadian) manusia:

Super
Ego

Das Ich
(ego)

Das Es
(id)
Pandangan Sigmund Freud tentang jiwa (kepribadian) manusia:

Super
PENDIDIKAN
Ego

Das Ich
(ego)

Das Es
(id)
Kepribadian Manusia menurut Pandangan Islam

Super
Ego

Ego

Das Es
Pandangan antropologi metafisika tentang
manusia

Manusia adalah integritas antara


kesadaran-kesadaran :

Manusia sebagai makhluk individu

Manusia sebagai makhluk sosial

Manusia sebagai makhluk susila.


Manusia sebagai makhluk individu

Manusia = sebagai makhluk pribadi


(individuality and personality)

Individuality = wujud berdiri sendiri dan


sifat otonom serta unik dari pribadi.

Personality = manusia dalam antar-


hubungan dan antaraksi dengan
lingkungannya.
Manusia sebagai makhluk individu

Individu
Manusia sebagai makhluk individu
Manusia sebagai makhluk individu memiliki
hak asasi sebagai kodrat alami atau sebagai
anugerah Tuhan kepadanya. Hak asasi
manusia sebagai pribadi terutama hak hidup,
hak kemerdekaan, dan hak milik. Karena
manusia menyadari adanya hak hak asasi itu
maka manusia menyadari bahwa manusia
mengemban kewajiban dan tanggungjawab
sosial dan tanggungjawab moral sebagai
konsekuensinya.
Manusia sebagai makhluk sosial

Perwujudan manusia sebagai makhluk


sosial terutama nampak dalam
kenyataan bahwa tak pernah ada
manusia yang mampu hidup tanpa
bantuan orang lain. Realita ini
menunjukkan bahwa manusia hidup
dalam kondisi interdependensi, dalam
antar-hubungan dan antaraksi.
Manusia sebagai makhluk sosial

Di dalam kehidupan manusia


selanjutnya, selalu ia hidup sebagai
warga suatu kesatuan hidup, warga
masyarakat, warga negara, warga suatu
kelompok kebudayaan, warga suatu
kepercayaan, warga suatu ideologi
politik, dan sebagainya.
Manusia sebagai makhluk sosial

Sifat interdependensi merupakan watak


inheren kesadaran sosial. Sebab manusia
tidak hanya interdependensi dalam arti
material-ekonomis demi kebutuhan hidup
biologis jasmani; melainkan lebih
mengandung makna psikologis, yakni
dorongan cinta dan dicintai, di mana
kebahagiaan terutama terletak dalam
kepuasan rohani tersebut.
Manusia sebagai makhluk sosial

Hidup bersama dalam antar hubungan,


antaraksi dan interdependensi itu mengandung
pula konsekuensi-konsekuensi sosial baik
dalam arti positif maupun negatif. Ideal dalam
hidup bersama itu ialah keadaan harmonis,
rukun sejahtera. Proses disharmoni terjadi
hanyalah sebagai akibat pergeseran yang
tajam dan pertentangan yang terjadi di dalam
proses antar hubungan dan antaraksi sosial
karena sifat individualitas manusia.
Manusia sebagai makhluk sosial

Sosial

Individu
Manusia sebagai makhluk susila

Asas pandangan bahwa manusia


sebagai makhluk susila bersumber pada
kepercayaan bahwa budi nurani manusia
secara a priori adalah sadar nilai dan
pengabdi norma-norma.
Manusia sebagai makhluk susila

Susila

Sosial

Individu
Manusia sebagai makhluk susila

PENDIDIKAN Susila

Sosial

Individu
Kepribadian Manusia menurut Pandangan Islam

Susila

Sosial

Individu
Kepribadian Manusia dan pendidikan

Manusia sebagai subyek pendidikan:


Manusia dewasa yang berkebudayaan bertanggung
jawab menyelenggarakan pendidikan, berkewajiban moral
atas perkembangan pribadi anak-anak mereka, bertanggung
jawab melaksanakan misi pendidikan sesuai dengan nilai-
nilai yang dikehendaki masyarakat bangsa.
Manusia sebagai obyek pendidikan:
Manusia yang belum dewasa adalah sasaran atau
obyek yang dibina (dididik).
Kepribadian Manusia dan pendidikan
Kesimpulan ilmu pengetahuan dan filsafat tentang
hakekat manusia, dijadikan dasar untuk
pembinaan kepribadian manusia.
Dengan mengerti struktur jiwa dan hakekat
manusia pembinaan aspek-aspek kepribadian
menjadi lebih terarah pada sasaran yang tepat,
dan pendidikan adalah prasarana usaha
pembinaan kepribadian itu.
Peranan pendidikan dalam pembinaan kepribadian
terutama tersimpul dalam usahanya merealisasi
tujuan pendidikan.
Kepribadian Manusia dan pendidikan
Esensi kepribadian manusia, tersimpul dalam integrasi
aspek-aspek:
nafsu, akal, agama
Roh /
das es, das ich, das uber ich
jiwa
individualitas, sosialitas, dan moralitas

realita kepribadian manusia nampak dalam


Jasmanitingkah laku, sikap.

Pendidikan dalam kenyataannya selalu bertujuan


membina kepribadian manusia, baik demi tujuan
sementara maupun tujuan akhir yaitu kesempurnaan
pribadi.
Kepribadian Manusia dan pendidikan
Tujuan pendidikan secara umum, adalah untuk
membina kepribadian manusia yang
sempurna. Pengertian dan kriteria sempurna
itu ditentukan oleh dasar pandangan pribadi,
masyarakat, bangsa pada satu tempat dan
waktu. Karena itu penentuan tujuan
pendidikan bersumber atau ditentukan oleh
asas-asas pandangan ontologis dan axiologis.
Jadi penetapan itu berlatar belakang filosofis.
Kepribadian Manusia dan pendidikan
PENDIDIKAN
Kepribadian manusia = integrasi aspek-aspek:

Agama Super
Susila
Ego

Akal Sosial
Das Ich
(ego)

Nafsu Individ
Das Es u
(id)
Manusia memanusiakan manusia

Manusia
Dewasa

Nilai-
nilai

Anak
Kepribadian Manusia dan pendidikan
Pendidikan dalam kenyataannya selalu
bertujuan membina kepribadian manusia,
baik demi tujuan akhir maupun tujuan-tujuan
sementara. Tujuan akhir pendidikan adalah
kesempurnaan pribadi.
Esensi kepribadian manusia, yang tersimpul
dalam aspek-aspek: individualitas,
sosialitas, dan moralitas hanya mungkin
menjadi realita (tingkah laku, sikap) melalui
pendidikan yang diarahkan kepada masing-
masing esensi tersebut.
Manusia
Dari mana asal manusia?
Apa tujuan hidup manusia di dunia ini?
Ke mana manusia kelak akan pergi?
Potensi Kehidupan Manusia
Keistimewaan manusia
Jasmani
Naluri
Akal dan fikiran
Bandingkan:
Nafsu
Akal
Agama/norma
Hubungan antara aspek individu, sosial,
dan susila

Hubungan kepribadian manusia dan


pendidikan -- (akal …………..)

Apakah pandangan Aristoteles (manusia


adalah hewan ……. ) tidak bertentangan
dengan ilmu agama (Islam)
Persoalan jasmani-rohani terpecahkan – selesai
tugas filsafat, mengapa?
Persoalan jasmani-rohani selalu menjadi
persoalan filsafat
Apa yang terjadi apabila pendidikan tidak
dilaksanakan berdasarkan kodrat dan kebutuhan
asas rohani?
Apakah filsafat dapat mempelajari asal mula
penciptaan manusia? Tanah? Air? Tujuan?
Bagaimana proses pendidikan yang
memanusiakan manusia? Realitanya?
Kesempurnaan seperti apa yang ingin dicapai oleh
pendidikan?
• Kemukakan sedikitnya lima pertanyaan
yang ingin dijawab oleh ontologi
• Kemukakan sedikitnya lima pertanyaan
yang ingin dijawab oleh epistemologi
• Kemukakan sedikitnya empat pertanyaan
yang ingin dijawab oleh axiologi
• Apa manfaat/peran nilai dalam
pendidikan?

Anda mungkin juga menyukai