Anda di halaman 1dari 10

TUGAS KELOMPOK DASAR-DASAR PEMAHAMAN TINGKA LAKU

OLEH: KELOMPOK 3

 MARSELINA BANUR (11122008)


 ZEPHERINUS RENALDI KOA
 MARIA FLORIDA K. WEKING (11122018)
 YOHANES B. L. TUKAN (11122012)

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS KATOLIK WIDYA MANDIRA KUPANG

KUPANG
1. Konsep pokok menurut teori FREUD (Struktur,Dinamika,dan Perkembangan
Kepribadian)

Kepribadian adalah keseluruhan cara seorang individu bereaksi dan berinteraksi


denganindividu lain. Kepribadian itu sendiri bisa di deskripsikan dalam istilah sifat yang
bisa di ukuryang di tunjukan oleh seseorang .

a. Struktur Kepribadian

Pada tahun 1923 Freud mengenalkan tiga model struktural yang lain, yakni: 
id, ego dan super-ego..Tingkat Kehidupan Mental

 Id (Das Es)

Id adalah aspek biologis dalam diri manusia yang ada sejak


lahir, yang mendorong munculnya kebutuhan fisiologis seperti rasa
lapar, haus, dan nafsu seks. Id menggambarkan naluri manusia yang
secara biologis membutuhkan makanan, minuman, dan seks. Manusia
akan secara alami memenuhi kebutuhan tersebut untuk menghindari
tensi dan mencari kepuasan sesegera mungkin. Inilah yang disebut
bahwa unsur Id akan melakukan prinsip kepuasan (pleasure principle
atau immediate satisfaction).

 Superego

Superego adalah aspek psikologis pada diri manusia yang


menggambarkan sifat manusia untuk tunduk dan patuh kepada norma-
norma sosial, etika dan nilai-nilai masyarakat. Superego menyebabkan
manusia memperhatikan apa yang baik dan apa yang buruk bagi suatu
masyarakat dan perilakunya disesuaikan dengan apa yang baik menurut
lingkungan sosialnya.\

Superego adalan kecenderungan sifat manusia yang selalu ingin


berbuat baik sesuai dengan norma dan etika, serta aturan-aturan yang
ada di masyarakat. Superego bisa dianggap sebagai unsur yang berfungsi
untuk mengurangi atau menekan nafsu biologis (Id) yang ada dalam diri
manusia. Ketika kita berbuat kesalahan, sering kali secara tidak sadar
muncul dalam diri manusia rasa bersalah dan malu. Inilah contoh
bagaimana unsur superego bekerja menekan unsur Id, sehingga kita
tidak mengulangi perbuatan salah kembali. Id dan superego dianggap
sebagai dorongan yang tidak disadari oleh manusia.

 Ego

Ego berkembang dari id agar orang mampu menangani realita


sehingga ego beroperasi mengikuti prinsip realita (reality principle)
usaha memperoleh kepuasan yang dituntut id dengan mencegah
terjadinya tegangan baru atau menunda kenikmatan sampai ditemukan
objek yang nyata-nyata dapat memuaskan kebutuhan.

Ego adalah eksekutif atau pelaksana dari kepribadian, yang


memiliki dua tugas utama ; pertama, memilih stimuli mana yang hendak
direspon dan atau insting mana yang akan dipuaskan sesuai dengan
prioritas kebutuhan. Kedua, menentukan kapan dan bagaimana
kebutuhan itu dipuaskan sesuai dengan tersedianya peluang yang
resikonya minimal. Ego sesungguhnya bekerja untuk memuaskan id,
karena itu ego yang tidak memiliki energi sendiri akan memperoleh
energi dari id.

b. Dinamika Kepribadian

Dalam dinamika kepribadian, Freud menjelaskan tentang adanya tenaga


pendorong (cathexis) dan tenaga penekanan (anti–cathexis). Kateksis adalah
pemakaian energi psikis yang dilakukan oleh id untuk suatu objek tertentu untuk
memuaskan suatu naluri, sedangkan anti-kataeksis adalah penggunaan energi
psikis (yang berasal dari id) untuk menekan atau mencegah agar id tidak
memunculkan naluri–naluri yang tidak bijaksana dan destruktif. Id hanya
memiliki kateksis, sedangkan ego dan superego memiliki anti-kateksis, namun
ego dan superego juga bisa membentuk kateksis-objek yang baru sebagai
pengalihan pemuasan kebutuhan secara tidak langsung, masih berkaitan dengan
asosiasi–asosiasi objek pemuasan kebutuhan yang diinginkan oleh id.

Tingkat kehidupan mental dan wilayah pikiran mengacu pada struktur atau
komposisi kepribadian. Sehingga, Freud mengusulkan sebuah dinamika atau
prinsip motivasional untuk menerangkan kekuatan-kekuatan yang mendorong
tindakan manusia. Bagi Freud, manusia termotivasi untuk mencari kesenangan
serta menurunkan ketegangan dan kecemasan. Motivasi ini diperoleh dari energi
psikis dan fisik dari dorongan-dorongan dasar yang mereka miliki

 Insting Sebagai Energi Psikis

Insting adalah perwujudan psikologi dari kebutuhan tubuh yang


menuntut pemuasan misalnya insting lapar berasal da CCri kebutuhan
tubuh secara fisiologis sebagai kekurangan nutrisi, dan secara psikologis
dalam bentuk keinginan makan. Hasrat, atau motivasi, atau dorongan
dari insting secara kuantitatif adalah energi psikis dan kumpulan enerji
dari seluruh insting yang dimiliki seseorang merupakan enerji yang
tersedia untuk menggerakkan proses kepribadian.Energi insting dapat
dijelaskan dari sumber (source), tujuan (aim), obyek (object) dan daya
dorong (impetus) yang dimilikinya :

1) Sumber insting : adalah kondisi jasmaniah atau kebutuhan.


Tubuh menuntut keadaan yang seimbang terus menerus, dan
kekurangan nutrisi misalnya akan mengganggu keseimbangan
sehingga memunculkan insting lapar.
2) Tujuan insting : adalah menghilangakan rangsangan
kejasmanian, sehingga ketidakenakan yang timbul karena
adanya tegangan yang disebabkan oleh meningkatnya energi
dapat ditiadakan. Misalnya, tujuan insting lapar (makan) ialah
menghilangkan keadaan kekurangan makan, dengan cara
makan.

3) Obyek insting : adalah segala aktivitas yang menjadi perantara


keinginan dan terpenuhinya keinginan itu. Jadi tidak hanya
terbatas pada bendanya saja, tetapi termasuk pula cara-cara
memenuhi kebutuhan yang timbul karena isnting itu. Misalnya,
obyek insting lapar bukan hanya makanan, tetapi meliputi
kegiatan mencari uang, membeli makanan dan menyajikan
makanan itu.

4) Pendorong atau penggerak insting : adalah kekuatan insting itu,


yang tergantung kepada intensitas (besar-kecilnya) kebutuhan.
Misalnya, makin lapar orang (sampai batas tertentu) penggerak
insting makannya makin besar..

 Jenis-Jenis Insting

1) Insting Hidup (Life Instinct)

Insting hidup disebut juga Eros adalah dorongan yang


menjamin survival dan reproduksi, seperti lapar,haus dan seks.
Bentuk enerji yang dipakai oleh insting hidup itu disebut
“libido”. Walaupun Freud mengakui adanya bermacam-macam
bentuk insting hidup, namun dalam kenyataannya yang paling
diutamakan adalah insting seksual (terutama pada masa-masa
permulaan,sampai kira-kira tahun 1920). Dalam pada itu
sebenarnya insting seksual bukanlah hanya untuk satu insting
saja, melainkan sekumpulan insting-insting, karena ada
bermacam-macam kebutuhan jasmaniah yang menimbulkan
keinginan-keinginan erotis.

2) Insting Mati (Death Instinct)

Insting mati disebut juga insting-insting merusak


(destruktif). Insting ini berfungsinya kurang jelas jika
dibandingkan dengan insting hidup, karenanya tidak begitu
dikenal. Akan tetapi adalah suatu kenyataan yang tak dapat
dipungkiri, bahwa tiap orang itu pada akhirnya akan mati juga.
Inilah yang menyebabkan Freud merumuskan bahwa “Tujuan
semua hidup adalah mati” (1920). Suatu derivatif insting mati
yang terpenting adalah dorongan agresif. Sifat agresif adalah
pengrusakan diri yang diubah dengan obyek subtitusi.Insting
hidup dan insting mati dapat saling bercampur, saling
menetralkan. Makan misalnya merupakan campuran dorongan
makan dan dorongan destruktif, yang dapat dipuaskan dengan
menggigit, menguyah dan menelan makanan.

 Kecemasan

Kecemasan (anxiety) adalah variabel penting dari hampir


semua teori kepribadian. Kecemasan sebagai dampak dari konflik yang
menjadi bagian kehidupan yang tak terhindarkan, dipandang sebagai
komponen dinamika kepribadian yang utama. Kecemasan adalah fungsi
ego untuk memperingatkan individu tentang kemungkinan datangnya
suatu bahaya sehingga dapat disiapkan reaksi adaptif yang sesuai.
Biasanya reaksi individu terhadap ancaman ketidaksenangan dan
pengrusakan yang belum dihadapinya ialah menjadi cemas atau takut.
Kecemasan berfungsi sebagai mekanisme yang mengamankan ego
karena memberi sinyal ada bahaya di depan mata.

Kecemasan akan timbul manakala orang tidak siap menghadapi


ancaman. Hanya ego yang bisa memproduksi atau merasakan
kecemasan. Akan tetapi, baik id, superego, maupun dunia luar terkait
dalam salah satu dari tiga jenis kecemasan: realistis, neurotis dan moral.
Ketergantungan ego pada id menyebabkan munculnya kecemasan
neurosis, sedangkan ketergantungan ego pada superego memunculkan
kecemasan moral, dan ketergantungannya pada dunia luar
mengakibatkan kecemasan realistis.

1) Kecemasan Realistis (Realistic Anxiety)

Adalah takut kepada bahaya yang nyata ada di dunia


luar. Kecemasan ini menjadi asal muasal timbulnya
kecemasan neurotis dan kecemasan moral.

 Kecemasan Neurotis (Neurotic Anxiety)

Adalah ketakutan terhadap hukuman yang bakal


diterima dari orang tua atau figur penguasa lainnya
kalau seseorang memuaskan insting dengan caranya
sendiri, yang diyakininya bakal menuai hukuman.
Hukuman belum tentu diterimanya, karena orang tua
belum tentu mengetahui pelanggaran yang
dilakukannya, dan misalnya orang tua mengetahui
juga belum tentu menjatuhkan hukuman. Jadi,
hukuman dan figur pemberi hukuman dalam
kecemasan neurotis bersifat khayalan.

 Kecemasan Moral (Moral Anxiety)

Adalah kecemasan kata hati, kecemasan ini


timbul ketika orang melanggar standar nilai orang
tua. Kecemasan moral dan kecemasan neurotis
tampak mirip, tetapi memiliki perbedaan prinsip
yakni : tingkat kontrol ego pada kecemasan moral
orang tetap rasional dalam memikirkan masalahnya
sedang pada kecemasan neurotis orang dalam
keadaan distres – terkadang panik sehingga mereka
tidak dapat berfikir jelas.

 Mekanisme Pertahanan Ego

Freud mengartikan mekanisme pertahanan ego (ego defense


mechanism) sebagai strategi yang digunakan individu untuk mencegah
kemunculan terbuka dari dorongan-dorongan id maupun untuk
menghadapi tekanan superego atas ego, dengan tujuan agar kecemasan
bisa dikurangi atau diredakan.

Menurut Freud mekanisme pertahanan ego itu adalah


mekanisme yang rumit dan banyak macamnya, adapun mekanisme yang
banyak dipakai dalam kehidupan sehari-hari ada tujuh macam, yaitu :

1) Identifikasi (Identification)

Cara mereduksi tegangan dengan meniru (mengimitasi) atau


mengidentifikasikan diri dengan orang yang dianggap lebih berhasil
memuaskan hasratnya dibanding dirinya. Diri orang lain
diidentifikasi tetapi cukup hal-hal yang dianggap dapat membantu
mencapai tujuan diri. Terkadang sukar menentukan sifat mana yang
membuat tokoh itu sukses sehingga orang harus mencoba
mengidentifikasi beberapa sifat sebelum menemukan mana yang
ternyata membantu meredakan tegangan. Apabila yang ditiru sesuatu
yang positif disebut Introyeksi.Mekanisme pertahanan identifikasi
umumnya dipakai untuk tiga macam tujuan, yaitu :

 Merupakan cara orang dapat memperoleh kembali sesuatu


(obyek) yang telah hilang.
 Untuk mengatasi rasa takut.

 Melalui identifikasi orang memperoleh informasi baru


dengan mencocokkan khayalan mental dengan kenyataan.

2) Pemindahan/Reaksi Kompromi (Displacement/Reactions


Compromise)

Ketika obyek kateksis asli yang dipilih oleh insting tidak dapt
dicapai karena ada rintangan dari luar (sosial, alami) atau dari dalam
(antikateksis) insting itu direpres kembali ke ketidaksadaran atau ego
menawarkan kateksis baru, yang berarti pemindahan enerji dari
obyek satu ke obyek yang lain, sampai ditemukan obyek yang dapat
mereduksi tegangan.Proses mengganti obyek kateksis untuk
meredakan ketegangan, adalah kompromi antara tuntutan insting id
dengan realitas ego, sehingga disebut juga reaksi kompromi. Ada
tiga macam reaksi kompromi, yaitu :

 Sublimasi adalah kompromi yang menghasilkan prestasi


budaya yang lebih tinggi, diterima masyarakat sebagai
kultural kreatif.
 Subtitusi adalah pemindahan atau kompromi dimana
kepuasan yang diperoleh masih mirip dengan kepuasan
aslinya.

 Kompensasi adalah kompromi dengan mengganti insting


yang harus dipuaskan. Gagal memuaskan insting yang satu
diganti dengan memberi kepuasan insting yang lain.

3) Represi (Repression)

Represi adalah proses ego memakai kekuatan anticathexes


untuk menekan segala sesuatu (ide, insting, ingatan, fikiran) yang
dapat menimbulkan kecemasan keluar dari kesadaran.

4) Fiksasi dan Regresi (Fixation and Regression)

Fiksasi adalah terhentinya perkembangan normal pada tahap


perkembangan tertentu karena perkembangan lanjutannya sangat
sukar sehingga menimbulkan frustasi dan kecemasan yang terlalu
kuat. Orang memilih untuk berhenti (fiksasi) pada tahap
perkembangan tertentu dan menolak untuk bergerak maju, karena
merasa puas dan aman ditahap itu.

Frustasi, kecemasan dan pengalaman traumatik yang sangat


kuat pada tahap perkembangan tertentu, dapat berakibat orang
regresi : mundur ke tahap perkembangan yang terdahulu, dimana dia
merasa puas disana. Perkembangan kepribadian yang normal berarti
terus bergerak maju atau progresif. Munculnya dorongan yang
menimbulkan kecemasan akan direspon dengan regresi. Orang yang
puas berada ditahap perkembangan tertentu, tidak mau progres
disebut fiksasi. Progresi yang gagal membuat orang menarik diri
atau regresi

5) Proyeksi (Projection)

Proyeksi adalah mekanisme mengubah kecemasan neurotis


atau moral menjadi kecemasan realistis, dengan cara melemparkan
impuls-impuls internal yang mengancam dipindahkan ke obyek di
luar, sehingga seolah-olah ancaman itu terproyeksi dari obyek
eksternal kepada diri orang itu sendiri.

6) Introyeksi (Introjection)
Introyeksi adalah mekanisme pertahanan dimana seseorang
meleburkan sifat-sifat positif orang lain ke dalam egonya sendiri.
Misalnya, seorang anak yang meniru gaya tingkahlaku bintang film
menjadi introyeksi, kalau peniruan itu dapat meningkatkan harga diri
dan menekan perasaan rendah diri, sehingga anak itu merasa lebih
bangga dengan dirinya sendiri. Pada usia berapapun, manusia bisa
mengurangi kecemasan yang terkait dengan perasaan kekurangan
dengan cara mengadopsi atau melakukan introyeksi atas nilai-nilai,
keyakinan-keyakinan, dan perilaku orang lain.

7) Pembentukan Reaksi (Reaction Formation)

Tindakan defensif dengan cara mengganti impuls atau


perasaan yang menimbulkan kecemasan dengan impuls atau
perasaan lawan/kebalikannya dalam kesadaran, misalnya benci
diganti cinta, rasa bermusuhan diganti dengan ekspresi persahabatan.
Timbul masalah bagaimana membedakan ungkapan asli suatu
impuls dengan ungkapan pengganti reaksi formasi : bagaimana cinta
sejati dibedakan dengan cinta-reaksi formasi. Biasanya reaksi
formasi ditandai oleh sifat serba berlebihan, ekstrim, dan kompulsif

c. Perkembangan Kepribadian

Freud membagi perkembangan kepribadian menjadi tiga tahapan, yakni tahap


infantil (0-5 tahun), tahap laten (5-12 tahun), dan tahap genital (>12 tahun).
Tahap infantil yang paling menentukan dalam membentuk kepribadian, terbagi
menjadi tiga fase, yakni fase oral, fase anal, dan fase falis. Perkembangan
kepribadian ditentukan terutama oleh perkembangan biologis, sehingga tahap ini
disebut juga tahap seksual infantil. Perkembangan insting seks berarti perubahan
kateksis seks, dan perkembangan biologis menyiapkan bagian tubuh untuk
dipilih menjadi pusat kepuasan seksual (erogenus zone).

 Fase Oral (Usia 0 – 1 tahun)

Fase oral adalah fase perkembangan yang berlangsung pada


tahun pertama dari kehidupan individu. Pada fase ini, daerah erogen
yang paling penting dan peka adalah mulut, yakni berkaitan dengan
pemuasan kebutuhan dasar akan makanan atau air. Stimulasi atau
perangsangan atas mulut seperti mengisap, bagi bayi merupakan tingkah
laku yang menimbulkan kesenangan atau kepuasan.

 Fase Anal (Usia 1 – 2/3 tahun)

Fase ini dimulai dari tahun kedua sampai tahun ketiga dari
kehidupan. Pada fase ini, fokus dari energi libidal dialihkan dari mulut
ke daerah dubur serta kesenangan atau kepuasan diperoleh dari
kaitannya dengan tindakan mempermainkan atau menahan faeces
(kotoran) pada fase ini pulalah anak mulai diperkenalkan kepada aturan-
aturan kebersihan oleh orang tuanya melalui toilet training, yakni latihan
mengenai bagaimana dan dimana seharusnya seorang anak membuang
kotorannya.

 Fase Falis (Usia 2/3 – 5/6 tahun.

Fase falis (phallic) ini berlangsung pada tahun keempat atau kelima,
yakni suatu fase ketika energi libido sasarannya dialihkan dari daerah
dubur ke daerah alat kelamin. Pada fase ini anak mulai tertarik kepada
alat kelaminnya sendiri, dan mempermainkannya dengan maksud
memperoleh kepuasan. Pada fase ini masturbasi menimbulkan
kenikmatan yang besar. Pada saat yang sama terjadi peningkatan gairah
seksual anak kepada orang tuanya yang mengawali berbagai pergantian
kateksis obyek yang penting. Perkembangan terpenting pada masa ini
adalah timbulnya Oedipus complex, yang diikuti fenomena castration
anxiety (pada laki-laki) dan penis envy (pada perempuan). Oedipus
complex adalah kateksis obyek seksual kepada orang tua yang
berlawanan jenis serta permusuhan terhadap orang tua sejenis. Anak
laki-laki ingin memiliki ibunya (ingin memiliki perhatian lebih dari
ibunya) dan menyingkirkan ayahnya, sebaliknya anak perempuan ingin
memiliki ayahnya dan menyingkirkan ibunya.

 Fase Laten (Usia 5/6 – 12/13 tahun)

Fase ini pada usia 5 atau 6 tahun sampai remaja, anak


mengalami periode peredaan impuls seksual. Menurut Freud, penurunan
minat seksual itu akibat dari tidak adanya daerah erogen baru yang
dimunculkan oleh perkembangan biologis. Jadi, fase laten lebih sebagai
fenomena biologis, alih-alih bagian dari perkembangan psikoseksual.
Pada fase ini anak mengembangkan kemampuan sublimasi, yakni
mengganti kepuasan libido dengan kepuasan non seksual, khususnya
bidang intelektual, atletik, keterampilan, dan hubungan teman sebaya.
Dan pada fase ini anak menjadi lebih mudah mempelajari sesuatu dan
lebih mudah dididik dibandingkan dengan masa sebelum dan
sesudahnya (masa pubertas).

 Fase Genital

Fase ini dimulai dengan perubahan biokimia dan fisiologi


dalam diri remaja. Sistem endokrin memproduksi hormon-hormon yang
memicu pertumbuhan tanda-tanda seksual sekunder (suara, rambut, buah
dada, dll), dan pertumbuhan tanda seksual primer. Pada fase ini kateksis
genital mempunyai sifat narkistik : individu mempunyai kepuasan dari
perangsangan dan manipulasi tubuhnya sendiri, dan orang lain diingkan
hanya karena memberikan bentuk-bentuk tambahan dari kenikmatan
jasmaniah. Pada fase ini, impuls seks itu mulai disalurkan ke obyek
diluar, seperti : berpartisipasi dalam kegiatan kelompok, menyiapkan
karir, cinta lain jenis, perkawinan dan keluarga.

2. Pengaruh terhadap Perkembangan tingkah laku manusia.


Freud mengembangan psikoanalisis sebagai kerangka teoritis dan metode untuk
memahami dunia dalam jiwa manusia,memaparkanya hingkah menjadi sebuah teori
pesikologis umum yang menjadi kerangka pikir untuk menjelaskan tingkah
laku.pesikoanalisis freud mengambil pandangan biologisme dengan ansumsi manusia
sebagaimahluk yang digerakan naliri naluri dasar.naluri naluri itu terkandung dalam id
sebagai unsur asli psikis manusia, ketidaksadaran (unconsciousness) lebih berperan
mempengaruhi tingkah laku dibandingkan kesadaran (consciouness). Id bertempat
dalam wilayah ketidaksadaran,oleh karenanya naluri naluri dasar yang dikandungnya
pun bersifat tak sadar.

pengaruh dalam teori ini adalah motivasi, emosi dan aspek-aspek internal yang
mengasumsikan bahwa kepribadian berkembang ketika terjadi konflik-konflik dari aspek-
aspek psikologis tersebut, yang pada umumnya terjadi pada anak-anak atau usia dini.

Anda mungkin juga menyukai