2 Landasan Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka yang dilakukan, bahwasanya penelitian
mengenai perancangan sistem pembumian pada peralatan di gardu induk ini telah
banyak dilakukan. Hal ini dilakukan agar tidak terjadi kesamaan judul atau adanya
pengulangan penelitian yang berkaitan dengan judul perancangan sistem pembumian
pada transformator tersebut. Adapun nama-nama dan judul penelitain mengenai
perancangan sistem pembumian gardu induk yang diketahui, yaitu:
Surya tulis disini ya
Hasian disini.Sekalin tolong sumber nya dilengkapi. Makasih ya
Penelitian yang dilakukan oleh Sasmito Teguh Prihatnolo (2011), dari
Universitas Diponegoro dengan skripsinya yang berjudul “Menganalisa Pengukuran
Tegangan Tembus Dielektrik Udara Pada Berbagai Sela Dan Bentuk Elektroda
Dengan Variasi Temperatur Sekitar”. Penelitian ini dilakukan pada medan tidak
seragam dengan menggunakan elektroda jarum-bidang dan bola-bidang, yang mana
elektroda bola berdiameter 25 mm, elektroda plat berdiameter 50 mm dan elektroda
jarum dengan panjang jarum 50 mm dan ujung jarung membentuk sudut 30˚.Dimana
jarak sela berjarak 2 mm, 4 mm, 6mm, 8 mm, 10 mm, 12 mm, 14 mm, 16 mm, 18
mm, 20 mm. Pada pengukuran tegangan tembus dielektrik udara ini dilakukan pada
kondisi ruang dengan temperature 20˚C, 30˚C, dan 40˚C.
Penelitian yang dilakukan oleh Luqman Kumara (2011), dari Institut
Teknologi Sepuluh Nopember dengan skripsinya yang berjudul “Efek Polaritas dan
Fenomena Stres Tegangan Sebelum Kegagalan Isolasi pada Sela Udara Jarum - Plat”.
Penelitian ini dilakukan pada arah polaritas dari tegangan berdasarkan arah kaki
dioda. Adapun Elektroda yang digunakan dalam pengujian ini adalah elektroda
jarum-plat. Elektroda ini terbuat dari bahan stainless steel. Elektroda jarum
dimanfaatkan sebagai anoda sedangkan elektroda plat sebagai katodanya. Diameter
dari elektroda jarum yang digunakan yaitu 0.2 mm, 0.4 mm dan 0.6 mm, dan
sebagai pembandingnya akan digunakan elektroda yang lebih besar diameter
permukaannya yaitu elektroda Rod 5 mm.
Berdasarkan silsilah penelitian yang telah dilakukan, penulis melakukan
penelitian tentang pembangkitan dan pengukuran tegangan tinggi ac, pembangkitan
dan pengukuran tegangan tinggi dc, kegagalan dielektrik udara, dan pengujian
pengaruh polaritas.
Dari gambar diatas ditunjukkan suatu rangkaian untuk mengkur dengan tepat
dan secara kontinu nilai puncak tegangan tinggi bolak-balik terhadap bumi (chubb
dan fortesque 1913). Arus i yang bergantung pada laju perubahan tegangan u(t)
mengalir melalui kapasitor tegangan tinggi C dan dilalukan mejuju bumi dan
penyearah V1 dan V2 yamg terpasang antiparalel. Nilai rata rata I1 dari arus i1 diukur
dengan piranti kumaran putar, pada kondisi tertentu nilaiI 1 sebanding dengan nilai
npuncak tegangan tinggi U. Kekurangan metode ini untuk pengukuran teknis ialah
ketergantungan pembacaan paa frekuensi serta memerlukan pengamatan kurva.
3. Pengukuran nilai puncak dengan pembagi tegangan kapasitif
Kini telah dikembangkan beberapa rangkaian penyearah untuk mengukur
puncak tegangan tinggi bolak-balik dengan bantuan kapasitif.Metode-metode ini
lebuh menguntungkan dibandingkan dengan rangkaian chubb-Fortesque dikarenakan
nilai terukur tidak bergantung pada frekuensi serta membolehkan pengukuran dengan
banyak puncak tegangan dalam setiap setengah periode.Ketelitian secara keseluruhan
tidak hanya bergantung pada sifat-sifat rangkaian ukur pada sisi tegangan rendah,
tetapi juga ada kapasitor tegangan tinggi.Kapasitor ukur untuk tegangan yang sangat
tinggi sering tidak dilapis dengan sempurna sehingga menimbulkan galat tambahan
akibat medan-medan bocor(liihrmann,1970).
4. Pengukuran dengan trafo tegangan
Dengan trafo tegangan dapat diukur nilai sesaat tegangan tinggi bolak-balik
secara sangat teliti. Meskipun piranti tersebut banyak digunkan dalam sistem tenaga
namun jarang digunakan dalam laboratorium untuk penggunaan diatas 100 kV
(a) (b)
Pada gambar diatas ditunjukkan rangkaian dasar dari trafo tegangan induktif
dan kapasitif untuk mengukur besar tegangan terhadap bumi.Untuk tegangan yang
sangat tinngi serta frekuensi yang relatif rendah (50) Hz maka perkalian fluksi
maknetik dan jumlah lilitan dari belitan tegangan tinggi induktif untuk tegangan yang
sangat tinggi menjadi mahal.Trafo tegangan kapasitif yang banyak digunakan dalam
sistem tenaga sering dipandang tidak sesuai untuk keperluan pengujian normal
terutama karna trafo tersebut memiliki beban kapasitif yang besar terhadap sumber
tegangan.
Jadi, trafo tegangan induktif dan kapasitif hanya akan digunakan dalam
laboratorium jika diperlukan pengukuran-pengukuran tegangan menengah yang
sangat teliti. Bentuk tegangan sekunder dari trafo tegangan akan serupa dengan
tegangan primer tanpa terpengaruh oleh beban sekunder. Bergantung pada jenis alat
ukur yang digunakan maka dimungkinkan untuk mengukur nilai puncak, nilai efektif
atau kurva tegangan tinggi.
VB
Vs =
d
2.1
Dimana :
VS= tegangan lompatan pada keadaan standar VB= tegangan lompatan yang
diukurpadakeadaan sebenarnya
d= kepadatan udara relatif (relative air density)
Vs = VB • KH 2.2
Keterangan :
VS= Tegangan tembus standar ( kV )
VB= Tegangan tembus yang diukur pada keadaansebenarnya ( kV )
KH= Faktor koreksi
Gambar 2.4 (a) Polaritas Jarum Positif, (b) Polaritas Jarum Negatif
Sumber: Prihatnolo, 2019