Anda di halaman 1dari 17

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN JIWA: HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Disusun Oleh :

Ester Ronauli Sihotang


2010721066

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL VETERAN JAKARTA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI NERS PROGRAM PROFESI
2021
LAPORAN PENDAHULUAN

I. Kasus (Masalah Utama)


Harga diri rendah kronis

II. Proses Terjadinya Masalah (Tinjauan Teori)


A. Definisi
Harga diri merupakan salah satu aspek penting dalam psikologi. Harga diri
seseorang dapat mengalami penurunan akibat evaluasi negatif terhadap diri sendiri
dan kemampuan diri. Perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri yang
berkepanjangan akibat evaluasi negatif inilah yang disebut dengan harga diri rendah
(low self-esteem). Individu dengan harga diri rendah memandang diri mereka sendiri
sebagai seseorang yang tidak kompeten, tidak dicintai, tidak aman dan tidak layak
(Townsend, 2009 dalam Sutejo, 2018)
Harga diri adalah penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan cara
menganalisis seberapa banyak kesesuaian tingkah laku dengan kesesuaian ideal
dirinya (Stuart & Laraia, 2016 dalam Tim Dosen Keperawatan Jiwa, 2020). Harga
diri adalah keadaan dimana individu mengalami atau berisiko mengalami evaluasi
diri negatif tentang kemampuan atau diri (Carpenito, 2001 dalam Tim Dosen
Keperawatan Jiwa, 2020).
Harga diri rendah adalah evaluasi diri dan perasaan tentang diri atau
kemampuan diri negatif yang dapat dideskripsikan secara langsung maupun tidak
langsung diekspresikan (Marry & Townsend, 2000 dalam Tim Dosen Keperawatan
Jiwa, 2020). Harga diri rendah kronis (chronic low self-esteem) merupakan perasaan
yang timbul akibat evaluasi diri atau perasaan tentang diri atau kemampuan diri
negatif yang sudah berlangsung lama (Townsend, 2009 dalam Sutejo, 2018). Harga
diri rendah kronik merupakan evaluasi diri atau perasaan negatif tentang diri sendiri
atau kemampuan diri yang berlangsung minimal tiga bulan (NANDA, 2018).

B. Proses Terjadinya Harga Diri Rendah Kronis


Harga diri kronis merupakan gangguan yang terjadi pada klien akibat harga diri
rendah situasional yang tidak diselesaikan atau ketiadaan feed back (umpan balik) positif
dari lingkungan mengenai perilaku klien sebelumnya. Selain itu, respons negatif dari
lingkungan juga turut berperan terhadap gangguan harga diri kronis. Klien awalnya
dihadapkan pada stresor (krisis) dan berusaha untuk menyelesaikannya, tetapi tidak
tuntas. Hal ini menimbulkan pikiran bahwa ia tidak mampu atau gagal dalam
menjalankan fungsi dan perannya. Penilaian negatif atas kegagalannya kemudian menjadi
harga diri rendah situasional yang kemudian menjadi harga diri rendah kronis akibat
ketiadaan dukungan positif atau penyalahan secara terus-menerus pada klien (Sutejo,
2018).
C. Etiologi
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai perasaan yang nagatif terhadap
diri sendiri, hilang kepercayaan, dan merasa gagal mencapai keinginan. Harga diri
rendah kronis diakibatkan sering merasa gagal dalam menghadapi kehidupan dan
berpandangan negatif terhadap dirinya dimana koping klien tidak efektif sehingga
klien mempunyai perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat
terhadap tindakan rasa bersalah terhadap diri sendiri merendahkan martabat
sehingga klien mengalami gangguan hubungan sosial seperti menarik diri (Tim
Dosen Keperawatan Jiwa, 2020).
Menurut Sutejo, 2018 penyebab terjadinya gangguan harga diri rendah kronis
dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya :
1. Faktor predisposisi
a. Faktor biologis
Dari faktor biologis, gangguan harga diri rendah kronis biasaya terjadi
karena adanya kondisi sakit fisik yang dapat mempengaruhi kerja hormon
secara umum hal ini juga berdampak pada keseimbangan neurotransmiter di
otak, seperti menurunnya kadar serotin yang dapat mengakibatkan klien
mengalami depresi. Pada kien depresi, kecenderungan harga diri rendah
kronis semakin besar karena klien lebih dikuasai oleh pikiran-pikiran
negatif dan tidak berdaya. Struktur otak yang mungkin mengalami
gangguan pada kasus harga diri rendah kronis adalah sistem limbik (pusat
emosi), hipotalamus yang mengatur mood dan motivasi, thalamus sebagai
sistem pengatur arus informasi sensori yang berhubungan dengan perasaan,
dan amigdala yang berhubungan dengan emosi.
b. Faktor psikologis
Berdasarkan faktor psikologis, harga diri rendah kronis berhubungan
dengan pola asuh dan kemampuan individu dalam menjalankan peran dan
fungsi. Dari segi psikologis, hal-hal yang dapat mengakibatkan individu
mengalami harga diri rendah kronis dapat meliputi penolakan orang tua,
harapan orang tua yang tidak realistis, orang tua ysng tidak percaya pada
anak, tekanan teman sebaya, peran yang tidak sesuai dengan jenis kelamin,
serta peran dalam pekerjaan.
c. Faktor sosial
Faktor sosial yang sangat mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah
kronis adalah status ekonomi, ingkungan, kultur sosial yang berubah.
Faktor kultural dapat dilihat dari tuntutan peran sesuai kebudayaan yang
sering menjadi pemicu meningkatnya kejadian harga diri rendah kronis,
seperti pada kasus wanita sudah harus menikah jika umur mencapai dua
puluhan ataupun perubahan kultur kearah gaya hidup individualisme.
2. Faktor presipitasi
Hilangnya sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk tubuh,
kegagalan, serta menurunnya produktivitas menjadi faktor presipitasi gangguan
harga diri rendah kronis.
D. Rentang Respon
Adaptif Maladaptif
Aktualisasi Konsep Harga Kerancuan Depersonalisasi
diri diri positif diri rendah identitas

Keterangan :
1. Aktualisasi diri merupakan pernyataan diri tentang konsep diri yang positif
dengan latar belakang pengalaman yang nyata, sukses, dan diterima
2. Konsep diri positif merupakan kondisi individu yang memiliki pengalaman
yang positif dalam beraktualisasi diri
3. Harga diri rendah merupakan transisi atau peralihan respon konsep diri adaptif
dengan konsep diri maladaptif
4. Identitas kacau adalah kegagalan individu dalam mengintegrasikan aspek-
aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial
kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
5. Depersonalisasi merupakan perasaan yang tidak realistis dan asing terhadap
diri sendiri yang memiliki kaitan dengan ansietas, kepanikan, serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain
(Sumber : Stuart, 2013 dalam Sutejo, 2018)
E. Stressor Penilaian/ Tanda dan Gejala
1. Batasan Karakteristik
NANDA (2018) menyatakan batasan karakteristik harga diri rendah kronis,
yaitu:
a. Bergantung pada pendapat orang lain
b. Melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
c. Secara berlebihan mencari penguatan
d. Rasa bersalah
e. Enggan mencoba hal baru
f. Perilaku bimbang
g. Perilaku tidak asertif
h. Sering kali mencari penegasan
i. Pasif
j. Kontak mata kurang
k. Menolak umpan balik positif
l. Kegagalan hidup berulang
m. Rasa malu
n. Meremehkan kemampuan mengatasi situasi
2. Aspek Kognitif
a. Klien merasa gagal
b. Klien merasa tidak berguna
c. Klien merasa tidak memiliki kemampuan positif
d. Klien merasa tidak mampu melakukan apapun
3. Aspek Afektif
Klien merasa malu, sedih, tidak berguna, dan murung.
4. Aspek Fisiologis
a. Klien sulit tidur
b. Nafsu makan menurun
c. Klien merasa lemas
d. Klien merasa pusing
e. Klien merasa mual
5. Perilaku
a. Klien menghindari orang lain
b. Menunduk
c. Bergerak lamban
d. Bicara pelan
e. Kurangnya kontak mata
6. Aspek Sosial
a. Klien lebih senang menyendiri
b. Klien membatasi interaksi dengan orang lain
c. Klien cenderung lebih banyak diam
7. Tanda dan Gejala
Klien dengan konsep harga diri rendah kronis memiliki batasan karakteristik
berikut ini (Sutejo, 2018) :
a. Ucapan-ucapan negatif atau kritik negatif terhadap diri sendiri
b. Ekspresi rasa malu atau rasa bersalah
c. Mengevaluasi diri sendiri sebagai akibat dari ketidakmampuan menghadapu
kejadian
d. Merasionalisasi penolakan atau adanya penolakan terhadap umpan balik
positif serta melebih-lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
e. Ragu-ragu untuk mencoba hal atau situasi baru
Selain batasan karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya, Townsend
(2009) dalam Sutejo (2018) menyatakan batasan karakteristik lainnya yang
meliputi:
a. Kurangnya keberhasilan dalam pekerjaan maupun peristiwa lainnya
b. Adaptasi yang bersifat eksesif atau berlebihan, sehingga terlalu
bergantung pada pendapat orang lain
c. Kurangnya kontak mata
d. Ketidakmampuan mengambil keputusan
e. Tindakan pencarian kenyamanan atau ketentraman yang berlebihan
Selain data tersebut, kita dapat mengenali penampilan seseorang dengan
harga diri rendah kronis. Klien atau individu tersebut akan terlihat kurang
memperhatikan perawatan diri, berpakaian tidak rapi, selera makan kurang,
tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak menunduk, bicara lambar
dengan bernada suara lemah.

F. Sumber Koping
Sumber koping harga diri rendah kronis mencakup empat aspek menurut Sutejo
(2018), yaitu :
1. Kemampuan personal (personal ability)
a. Klien mampu mengenal dan menilai aspek positif (kemampuan) yang
dimiliki
b. Klien mampu melatih kemampuan yang masih dapat dilakukan di rumah
sakit
c. Klien mampu melakukan aktivitas secara rutin di ruangan
2. Dukungan sosial (sosial support)
a. Keluarga mengetahui cara merawat klien dengan harga diri rendah
b. Klien mendapatkan dukungan dari masyarakat
3. Aset material (material assets)
a. Sosial ekonomi rendah
b. Rutin berobat
c. Adanya kader kesehatan jiwa
d. Jarak ke pelayanan kesehatan mudah dijangkau
4. Kepercayaan (beliefs)
a. Klien mempunyai keinginan untuk sembuh
b. Klien mempunyai keyakinan positif terhadap program pengobatan
G. Mekanisme Koping
Mekanisme jangka pendek harga diri rendah yang biasa dilakukan adalah
(Sutejo, 2018) :
1. Tindakan untuk lari sementara dari krisis, misalnya pemakaian obat-obatan,
kerja kerasm atau menonton televisi secara terus-menerus
2. Kegiatan mengganti identitas sementara, misalnya ikut kelompok sosial,
keagamaan, atau politik
3. Kegiatan yang memberi dukungan sementara, seperti mengikuti suatu
kompetisi atau kontes
4. Kegiatan mencoba menghilangkan anti identitas sementara, seperti
penyalahgunaan obat-obatan
Apabila mekanisme koping jangka pendek tidak memberi hasil pada individu, maka
individu akan mengembangkan mekanisme koping jangka panjang. Dalam mekanisme
koping jangka panjang inim individu menutup identitas; keadaan ketika individu terlalu
cepat mengadopsi identitas yang disenangi oleh orang-orang yang berarti tanpa
memperhatikan hasrat atau potensi diri sendiri. Selain penutupan identitas, mekanisme
koping jangka panjang yang dilakukan adalah identitas negatif: asumsi identitas yang
tidak sesuai dengan perasaan ansietas, bermusuhan, dan rasa bersalah (Stuart, 2013 dalam
Sutejo, 2018). Mekanisme pertahanan ego yang juga dilakukan adalah fantasi, regresi,
disasosiasi, isolasi, proyeksi, mengalihkan marah berbalik pada diri sendiri dan orang
lain.

III. Pohon Masalah

Perubahan sensori persepsi : halusinasi

Gangguan konsep diri : harga diri rendah kronis

Gangguan konsep diri : harga diri rendah situasional

IV. Analisa Data


No Data Masalah
1 Data Subjektif : Harga Diri Rendah Kronis
a. Menilai diri negatif (mis. Tidak berguna, tidak (NANDA 00119 Hal. 270)
tertolong)
b. Merasa malu/bersalah
c. Merasa tidak mampu melakukan apapun
d. Meremehkan kemampuan mengatasi masalah
e. Merasa tidak memiliki kelebihan atau
kemampuan positif
f. Melebih-lebihkan penialaian negatif tentang diri
sendiri
g. Menolak penialain positif tentang diri sendiri
h. Merasa sulit konsentrasi
i. Sulit tidur
j. Mengungkapkan keputusasaan

Data Objektif :
a. Enggan mencoba hal baru
b. Berjalan menunduk
c. Postur tubuh menunduk
d. Kontak mata kurang
e. Lesu dan tidak bergairah
f. Berbicara pelan dan lirih
g. Pasif
h. Perilaku tidak asertif
i. Mencari penguatan secara berlebihan
j. Bergantung pada pendapat orang lain
k. Sulit membuat keputusan
l. Sering kali mencari penegasan

V. Diagnosa Keperawatan
Harga Diri Rendah Kronis (NANDA 00119 Hal. 270)
VI. Intervensi Keperawatan
Format Rencana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah Kronis
(Menurut Sutejo, 2018)
Perencanaan
Diagnosis
Tujuan
Keperawatan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)
Gangguan konsep TUM : Klien menunjukan tanda- 1.1 Bina hubungan saling percaya dengan Kepercayaan dari kien
diri : harga diri Klien dan keluarga tanda percaya kepada mengemukakkan prinsip komunikasi merupakan hal yang
rendah kronis mampu mengatasi perawat melalui : terapeutik : akan memudah perawat
harga diri rendah a. Ekspresi wajah a. mengucapkan salam terapeutik. Sapa dalam melakukan
kronis yang dialami cerah, tersenyum klien dengan ramah, baik verbal maupun pendekatan keperwatan
klien b. Mau berkenalan non verbal atau intervensu
c. Ada kontak mata b. berjabat tangan dengan klien selanjutnya terhadap
TUK 1 : d. Bersedia c. perkenalkan diri dengan sopan klien
Kien dapat menceritakan d. tanyakan nama lengkap klien dan nama
membina hubungan perasaannya panggilan yang disukai klien
saling percaya e. Bersedia e. jelaskan tujuan pertemuan
mengungkapkan f. membuat kontrak topik, waktu, dan
masalah tempat setiap kali bertemu klien
g. tunjukkan sikap empati dan menerima
klien apa adanya
h. beri perhatian kepada klien dan perhatian
kebutuhan dasar klien
TUK 2 : Setelah 2x interaksi klien 2.1 Diskusikan dengan klien bahwa klien masih a. Diskusikan
Mengidentifikasi menyebutkan aspek positif memiliki sejumlah kemampuan yang dimiliki mengenai tingkat
kemempuan dan yang dimiliki klien, seperti klien kemampuan klien,
aspek positif yang kegiatan klien di rumah, 2.2 Bersama klien buat daftar tentang aspek seperti mernilai
masih dimiliki adanya keluarga, dan positif yang dimiliki klien, seperti kegiatan realistis, kontrol diri
klien lingkungan terdekat klien klien di rumah, adanya keluarga, dan atau integritas ego
lingkungan terdekat klien diperlukan sebagai
2.3 Hindari memberi penilaian negatif dasar asuhan
2.4 Beri pujian yang realistis atas kemampuan keperawatan
klien b. Penguatan
(reinforcement)
positif akan
meningkatkan harga
diri klien
c. Pujian yang realistis
tidak menyebabkan
klien melakukan
kegiatan hanya
karena ingin
mendapat pujian
TUK 3 : Setelah 2x interaksi, kien 3.1 Diskusikan dengan klien tentang kemampuan Keterbukaan dan
Klien dapat menilai menyebutkan kemampuan yang masih dapat digunakan selama sakit pengertian tentang
kemampuan yang yang dimilikinya yang 3.2 bantu klien menyebutkannya dan beri kemampuan yang
dimiliki untuk dapat dilaksanakan penguatan terhadap kemampuan diri yang dimiliki adalah
dilaksanakan diungkapkan klien prasyarat untuk
3.3 Perlihatkan respons yang kondusif serta berubah. Pengertian
jadilah pendengar yang aktif tentang kemampuan
yang dimiliki diri,
memotivasi klien untuk
tetap mempertahankan
penggunaannya

TUK 4 : Setelah 1x interaksi, klien 4.1 Tingkatkan kegiatan yang sesuai dengan a. Klien daoat berpikir
Membantu klien dapat merencanakan toleransi dan kondisi positif, sehingga
memilih kegiatan kegiatan yang sesuai 4.2 Rencanakan bersama klien suatu aktifitas bisa membuat klien
yang akan dilatih dengan kemampuan yang yang dapat dilakukan setiap hari sesuai percaya diri
sesuai dengan dimilikinya dengan kemampuan klien (kegiatan mandiri b. Contoh peran yang
kemampuannya dengan bantuan) dilihat klien akan
4.3 Beri contoh kegiatan yang boleh digunakan memotivasi klien
untuk melaksanakan
kegiatan
TUK 5 : Setelah 1x interaksi, klien e.1 Berdiskusi dengan klien untuk menetapkan a. Klien merupakan
Melatih klien dapat melakukan kegiatan urutan kegiatan (yang telah dipilih klien) individu yang
sesuai dengan sesuai jadwal yang dibuat yang akan dilatihkan bertanggung jawab
kegiatan yang e.2 Anjurkan klien untuk melaksanakan kegiatan terhadap dirinya
dipilih berdasarkan yang telah direncanakan b. Klien perlu
rencana yang e.3 Pantau kegiatan yang telah dilaksanakan bertindak secara
dibuat e.4 Diskusikan kemungkinan pelaksanaan realistis dalam
kegiatan setelah pulang kehidupannya
e.5 Memotivasi kien untuk memasukkan kegiatan c. Klien terbiasa
yang telah dilakukan ke dalam jadwal melakukan kegiatan
kegiatan harian yang dipilihnya
tersbut
TUK 6 : Kien mamanfaatkan sistem I.1 Beri pendidikan kesehatan pada keluarga a. Mendorong keluarga
Keluarga menjadi yang ada di keluarga tentang cara merawat klien dengan harga diri untuk mampu
sistem pendukung rendah kronis merawat klien
yang efektif bagi I.2 Diskusikan dengan keluarga tentang secara mandiri di
klien kemampuan yang dimiliki klien dan anjuran rumah
memunji klien atas kemampuannya secara b. Keluarga sebagai
realistis support sistem
I.3 Bantu keluarga memberikan dukungan dan (sistem pendukung)
motivasi klien dalam melakukan kegiatan akan sangat
yang sudah dilatihkan klien selama klien berpengaruh dalam
dirawat mempercepat proses
I.4 Bantu keluarga menyiapkan lingkungan di penyembuhan klien
rumah c. Meningkatkan peran
I.5 Anjurkan keluarga untuk mengamati keluarga dalam
perkembangan perubahan perilaku klien merawat klien di
rumah
Format Rencana Asuhan Keperawatan Pada Klien Dengan Harga Diri Rendah Kronis
(Menurut NANDA, NIC, NOC)

DIAGNOSA
NOC NIC
KEPERAWATAN
K Diagnosis K Hasil K Intervensi
DATA
o o o
d d d
e e e
Data Subjektif : NANDA Harga diri Setelah dilakukan NIC, 1. Peningkatan harga diri
a. Menilai diri negatif , 00119, rendah tindakan keperawatan 5400, a. Memonitor pernyataan pasien
(mis. Tidak berguna, Hal. 290 kronik selama ....... . Diharapkan Hal. mengenai harga diri
tidak tertolong) NOC, masalah harga diri rendah 326 b. Tentukan lokus kontrol pasien
b. Merasa malu/bersalah 1205, kronis dapat teratasi c. Tentukan kepercayaan diri
c. Merasa tidak mampu Hal. dengan kriteria hasil : pasien dalam hal penilaian diri
melakukan apapun 101 1. Harga diri d. Dukung pasien untuk bisa
d. Meremehkan a. Verbalisasi penerimaan mengidentifikasi kekuatan
kemampuan diri e. Bantu pasien untuk
mengatasi masalah b. Penerimaan terhadap menemukan penerimaan diri
e. Merasa tidak keterbatasan diri f. Dukung (melakukan) kontak
memiliki kelebihan c. Mempertahankan posisi mata pada saat berkomunikasi
atau kemampuan tegak dengan orang lain
positif d. Mempertahankan kontak g. Kuatkan kekuatan pribadi
f. Melebih-lebihkan mata yang diientifikasi pasien
penialaian negatif e. Gambaran diri h. Dukung pasien untuk terlibat
tentang diri sendiri f. Menghargai orang lain dalam memberikan afirmasi
g. Menolak penialain g. Komunikasi terbuka positif melalui pembicaraan
positif tentang diri h. Pemenuhan peran yang pada diri sendiri dan secara
sendiri signifikan secara pribadi verbal terhadap diri setiap hari
h. Merasa sulit i. Mempertahankan i. Berikan pengalaman yang
konsentrasi penampilan dan akan meningkatkan otonomi
i. Sulit tidur kebersihan diri pasien, dengan tepat
j. Mengungkapkan j. Keseimbangan dalam j. Bantu pasien untuk
keputusasaan berpartisipasi dan mengidentifikasi respon
mendengarkan dalam positif dari orang lain
Data Objektif : kelompok k. Jangan mengkritisi (pasien)
a. Enggan mencoba hal k. Tingkat kepercayaan diri secara negatif
baru l. Penerimaan terhadap l. Bantu pasien untuk mengatasi
b. Berjalan menunduk pujian dari orang lain bullying atau ejekan
c. Postur tubuh m. Respon yang diharapkan m. Sampaikan/ungkapkan
menunduk dari orang lain kepercayaan diri pasien dalam
d. Kontak mata kurang n. Penerimaan terhadap mengatasi situasi
e. Lesu dan tidak kritik yang membangun n. Bantu untuk mengatur tujuan
bergairah o. Keinginan untuk yang realistik dalam rangka
f. Berbicara pelan dan berhadapn muka orang mencapai harga diri yang lebih
lirih lain tinggi
g. Pasif p. Gambaran tenatnag o. Bantu pasien untuk menerima
h. Perilaku tidak asertif sukses dalam pekerjaan ketergantungan terhadap orang
i. Mencari penguatan q. Gambaran tentang sukses lain, dengan tepat
secara berlebihan di sekolah p. Bantu pasien untuk memeriksa
j. Bergantung pada r. Gambaran tentang sukses persepsi negatif terhadap diri
pendapat orang lain di kelompok sosial q. Dukung tanggung jawab pada
k. Sulit membuat s. Gambaran tentang bangga diri sendiri, dengan tepat
keputusan pada diri sendiri r. Bantu pasien untuk
l. Sering kali mencari t. Perasaan tentang nilai diri mengidentifikasi dampak dari
penegasan kelompok sejawat pada
perasaan dan harga diri
s. Eksplorasi pencapaian
keberhasilan sebelumnya
t. Eksplorasi alasan-alasan untuk
mengkritik diri atau rasa
bersalah
u. Dukung pasien untuk
mengevaluasi perilaku (nya)
sendiri
v. Dukung pasien untuk
menerima tantangan baru
w. Berikan hadiah atau pujian
terkait dengan kemajuan
pasien dalam mancapai tujuan
x. Fasilitasi lingkungan dan
aktivitas0aktivitas yang akan
meningkatkan harga diri
y. Bantu pasien untuk
mengidektifikasi dampak
budaya, agama, ras, jenis
kelamin, dan usia terhadap
harga diri
z. Instruksikan orang tua
mengenai pentingnya minat
dan dukungan mereka dalam
mengembangkan konsep diri
positif anak-anak
aa. Instruksikan orangtua untuk
menetapkan harapan yang
jelas dan untuk
mendefinisikan batasan yang
ada pada anak
bb. Instruksikan orang tua untuk
mengetahui pencapaian anak
cc. Monitor frekuensi verbalisasi
negatif terhadap diri
dd. Monitor kurangnya tindak
lanjut terkait dengan
pencapaian tujuan
ee. Monitor tingkat harga diri dari
waktu ke waktu, dengan tepat
ff. Buat peryataan positif
mengenai pasien
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, G.M., et al. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC) (Edisi 6).
Diterjemahkan oleh Nurjanah & Tumanggor. Elseiver Singapura Pte Ltd.

Moorhead, M., et al. 2016. Nursing Outcomes Classifications (NOC) (Edisi 5).
Diterjemahkan oleh Nurjanah & Tumanggor. Elseiver Singapura Pte Ltd.

NANDA International Inc. (2018). Diagnosis keperawatan: Definisi dan klasifikasi 2018-
2020. Jakarta. Penerbit buku kedokteran EGC

Sutejo. 2018. Keperawatan Jiwa: Asuhan dan Praktik Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta.Pustaka Baru Press

Tim Dosen Keperawatan Jiwa. 2020. Modul Pembelajaran Keperawatan Jiwa Profesi Ners :
Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Gangguan Jiwa.

Anda mungkin juga menyukai