Malnutrisi ditandai dengan body mass index (BMI) dibawah 18.5 kg/m2.
Gizi kurang: tidak cukup mendapatkan nutrisi. Ini berarti seseorang tidak mencukupi
asupan protein, kalori, vitamin, atau mineral yang dibutuhkannya. Efek dari kekurangan
asupan ini adalah gizi kurus atau wasting, stunting, dan berat badan kurang.
Gizi lebih: mendapatkan nutrisi tertentu yang berlebihan. Konsumsi protein, lemak atau
kalori yang berlebihan juga berimbuh kepada malnutrisi. Pada kondisi ini, yang terjadi
adalah berat badan berlebih atau obesitas.
Gizi buruk bisa mengakibatkan masalah kesehatan yang serius, mulai dari stunting, diabetes,
hingga penyakit jantung.Menurut data Riset Kesehatan Dasar 2018, jumlah balita dengan gizi
buruk di Indonesia adalah sebanyak 3,9% dan gizi kurang adalah 13,8%.
Penurunan berat badan yang tidak disengaja. Kehilangan 5-10% berat tubuh dalam waktu
6 bulan merupakan tanda utama dalam gizi buruk.
Berat badan rendah, orang dengan indeks massa tubuh (IMT) dibawah 18,5
kg/m2 berisiko malnutrisi. (IMT adalah rasio antara berat badan (kg) dan tinggi badan (m)
kuadrat)
Pada anak, tidak tumbuh seperti yang diharapkan atau tidak menambah berat badan
seperti yang diharapkan
Pada beberapa tipe gizi kurang, ada gejala khas yang ditunjukkan.Pada kasus defisiensi protein
yang parah atau dikenal sebagai busung lapar, maka perut akan membesar oleh karena cairan
yang terperangkap di tubuh.Tipe lainnya, yaitu marasmus terjadi ketika kekurangan asupan
kalori sehingga otot serta lemak menyusut drastis dan wasting.
Ciri-ciri dan gejala gizi lebih
Ciri-ciri utama gizi lebih adalah kelebihan berat badan dan obesitas. Namun, berat badan
berlebih bukan berarti kebutuhan vitamin dan mineral terpenuhi. Ini karena makanan yang sering
dikonsumsi orang dengan gizi lebih adalah makanan yang dikategorikan sebagai junk food.
Makanan ini meskipun mengandung banyak kalori, namun sebenarnya tidak bergizi.
Kondisi jangka panjang yang menyebabkan kehilangan nafsu makan, sakit, muntah, atau
perubahan kebiasaan usus (diare) – termasuk kanker, penyakit hati dan penyakit paru-
paru seperti PPOK.
Kondisi kesehatan mental seperti depresi atau skizofrenia yang mempengaruhi mood dan
keinginan makan.
Kondisi yang mengganggu kemampuan untuk mencerna makanan atau menyerap nutrisi
seperti penyakit Crohn atau kolitis ulserati
Demensia, yang dapat menyebabkan penderita mengabaikan kesehatan dan lupa makan.
Penyakit gangguan makan, seperti anoreksia.
Selain karena penyebab-penyebab di atas, malnutrisi juga bisa terjadi ketika tubuh membutuhkan
energi yang lebih banyak dari biasanya. Contohnya adalah saat pascaoperasi atau cedera serius
seperti luka bakar yang cukup luas, atau ketika tubuh mengalami gerakan involunter (bekerja di
luar kesadaran) seperti tremor.Obat-obatanBeberapa obat memiliki efek samping, seperti
kehilangan nafsu makan, diare, atau mual yang dapat menyebabkan penderita kurang makan atau
tidak menyerap nutrisi dari makanan.Faktor risiko
Orang dengan kondisi kesehatan jangka panjang yang mempengaruhi nafsu makan, berat
badan atau seberapa baik nutrisi dapat diserap oleh usus. Seperti penyakit Crohn.
Orang yang terisolasi sosial, memiliki mobilitas terbatas atau pendapatan yang rendah
Orang yang membutuhkan energi tambahan dengan fibrosis kistik, pulih dari cedera atau
luka bakar.
Cara mengobati gizi buruk
Pengobatan tergantung pada kesehatan seseorang dan derajat malnutrisi. Saran diet berupa:
Selang makanan
Jika secara tidak sengaja kehilangan berat selama lebih dari 3–6 bulan
MATERI PRA
3. RKD ( Rencana Kegiatan Desa ) Instrumen RKD merupakan sarana dan metode belajar
masyarakat petani agar mereka berkemampuan dalam berorganisasi dan membangun kerjasama
antar kelompok dan jejaringan kerjasama antar kelompok dan jejaringan kemitraan usaha dengan
opihak –pihak lainnya dalam satu wilayah Desa.
4. RKPD ( Rencana Kegiatan Penyuluhan Desa ) merupakan instrumen pembelajaran petani
untuk mampu merencanakan dan merumuskan kegiatan belajarnya berdasarkan kebutuhan
mereka sendiri.
5. Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan Pertanian yang dikelola oleh Petani
6. Monitoring dan Evaluasi ( Monev) Partisipatif
DAUR ULANG