Anda di halaman 1dari 23

ABPK DAN KB SEDERHANA

Disusun Oleh Kelompok 1 :

1. Ayu Renza Pratiwi (P0 03402190 01)


2. Bella Lestari (P0 03402190 02)
3. Chintya Octa Wahyuni (P0 03402190 03)
4. Destri Mutiara Dwi P (P0 03402190 04)
5. Diana Fransiska (P0 03402190 05)
6. Dila Yulia Arlista (P0 03402190 06)
7. Dinda Lavenia (P0 03402190 07)
8. Dinda Putri Auriel (P0 03402190 08)
9. Ervika Gustina (P0 03402190 09)
10. Ester Naumi (P0 03402190 10)

Dosen pengampu : Kurniyati, SST, M. Keb

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN CURUP
T.A 2020/2021

1
KATA PENGANTAR

Salam sejahtera,
Puji dan syukur penyusun panjatkan ke hadirat Allah yang Maha Kuasa karena berkat
hidayah dan karunia-Nyalah penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “ABPK
dan KB Sederhana” tepat pada waktunya.

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari Mata Kuliah Kesehatan Perempuan
dan Perencanaan Keluarga. Dalam penyusunan makalah ini penyusun mengalami banyak
kesulitan terutama dalam hal penyusunan karena adanya keterbatasan referensi. Oleh karena
itu penyusun mengucapkan banyak terima kasih kepada Bunda Kurniyati selaku dosen
pengampu mata Mata Kuliah Kesehatan Perempuan dan Perencanaan Keluarga yang telah
memberikan tugas ini kepada kami. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-
pihak yang telah membantu poses penulisan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna masih
banyak kesalahan dan kekurangannya, oleh karena itu penyusun mohon maaf serta mohon
saran dan masukan yang bersifat membangun demi kesempurnaan penyusunan makalah ini.

Curup,……April 2021

Penyusun

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL........................................................................................................1

KATA PENGANTAR.....................................................................................................2

DAFTAR ISI....................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang..................................................................................................4
B. Rumusan masalah.............................................................................................4
C. Tujuan...............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
1. ABPK dan KB Sederhana……………………………………………………5
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan.....................................................................................................21
B. Saran ..............................................................................................................21

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................22

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
ABPK merupakan salah satu bentuk implementasi kebijakan yaitu tindakan yang
dilakukan oleh pemerintah dan swasta baik secara individu maupun secara kelompok
yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan yang telah digariskan dalam keputusan
kebijakan. Tahap implementasi kebijakan tidak akan dimulai sebelum tujuan-tujuan dan
saran-saran ditetapkan atau diidentifikasi oleh keputusan-keputusan kebijakan. Dengan
demikan, tahap implementasi terjadi hanya setelah undang-undang ditetapkan dan dana
disediakan untuk membiayai implementasi kebijakan tersebut.
Keluarga Berencana (KB) dapat dipahami sebagai suatu program nasional yang
dijalankan pemerintah untuk mengurangi populasi penduduk, karena diasumsikan
pertumbuhan populasi penduduk tidak seimbang dengan ketersediaan lapangan pekerjaan
dan pertumbuhan ekonomi secara nasional.  Pertumbuhan dan perkembangan kehidupan
ummat manusia di muka bumi ini menunjukkan bahwa seiring berjalannya waktu,
manusia akan menghadapi keadaan yang terus berbeda. Dimulai dari segi sosiologi,
norma hidup manusia, keilmuan tekhnologi dan perubahan lainnya. Perubahan ini
menunjukkan bahwa semakin berkembangnya manusia maka diperlukannya pula sikap
dan usaha bagaimana cara menghadapinya dan mencari solusinya.

B. Rumusan Masalah
1) Bagaimana penggunaan ABPK dan KB sederhana?

C. Tujuan
1) Untuk mengetahui penggunaan ABPK dan KB sederhana

4
BAB II

PEMBAHASAN

A. APBK
1. Pengertian
Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber KB merupakan suatu alat bantu yang digunakan
oleh pemberi pelayanan KB untuk membantu peserta dalam membuat keputusan
mengenai metode kontrasepsi yang akan digunakan, memberikan informasi yang lengkap
mengenai pilihan metode kontrasepsi, dan diharapkan nantinya peserta akan
menggunakan metode kontrasepsi pilihannya dengan baik. ABPK ini merupakan suatu
model alat bantu interaktif yang dapat membantu pemberi pelayanan dalam upaya
pendekatan terhadap peserta dalam proses konseling KB (WHO, 2006).
2. Tujuan ABPK
a. Meningkatkan keterlibatan peserta secara penuh dalam pengambilan keputusan
keluarga berencana sehingga mereka membuat keputusan mengenai metode
kontrasepsi sesuai dengan pilihan dengan kebutuhan mereka.
b. Meningkatkan kualitas informasi yang akurat yang diberikan oleh pemberi pelayanan
kepada peserta dalam program konseling KB dan kesehatan reproduksi
c. Meningkatkan keterampilan konseling dan komunikasi pemberi pelayanan sehingga
mereka dapat berinteraksi lebih baik dan positif kepada peserta dan memberikan
kualitas pelayanan KB yang baik (WHO, 2006).
3. Fungsi ABPK
ABPK merupakan alat bantu yang berfungsi ganda, sebagai :
a. Membantu pengambilan keputusan metode KB
b. Membantu pemecahan masalah dalam penggunaan KB
c. Alat bantu kerja bagi pemberi pelayanan
d. Menyediakan referensi/info teknis
e. Alat bantu visual untuk pelatihan pemberi pelayanan baru (BKKBN, 2015).
4. Kelebihan ABPK
ABPK dalam pelayanan KB merupakan suatu alat bantu yang berbeda dari flipchart
biasa, karena dalam ABPK ini mempunyai kelebihan diantaranya :
a. Membimbing pengambilan keputusan dan menyediakan informasi.

5
b. Fokus pada pemilihan dan penggunaan metode KB sekaligus mencakup isu
HIV/AIDS dan kesehatan reproduksi lainnya.
c. Proses tanggap/berorientasi terhadap peserta.
d. Tiap peserta hanya melihat pada halaman yang relevan baginya.
e. Berguna bagi peserta kunjungan ulang dan peserta dengan kebutuhan khusus
(BKKBN, 2015)
5. Prinsip ABPK
Penggunaan ABPK dalam program KB, menggunakan prinsip konseling yang baik,
diantaranya adalah :
a. Keputusan pilihan metode KB ada di tangan peserta.
b. Pemberi pelayanan membantu peserta dalam mengambil keputusan.
c. Pemberi pelayanan menghormati keinginan peserta.
d. Pemberi pelayanan menanggapi pertanyaan, pernyataan dan kebutuhan peserta.
e. Pemberi pelayanan mendengar peserta secara aktif (WHO, 2006; BKKBN, 2012).
6. Isi ABPK
Isi dalam ABPK di Indonesia diadopsi dari panduan WHO (2006) yang telah didasari
oleh evidence based bidang medis, komunikasi dan ilmu sosial, yaitu :
a. Informasi teknis pada penggunaan kontrasepsi. Informasi ini diambil dari WHO dari
dua dasar pedoman keluarga berencana, kriteria kelayakan medis untuk penggunakan
kontrasepsi (WHO, 2004), dan praktek rekomendasi penggunaan kontrasepsi (WHO,
2005).
b. Informasi teknis tambahan mengenai kontrasepsi dan topik-topik kesehatan
reproduksi lainnya yang berasal dari panduan keluarga berencana, teknologi
kontrasepsi essensial (JHU/PKC, 2003) dan pedoman kesehatan reproduksi WHO
lainnya, yang termasuk bimbingan mengenai kontrasepsi darurat dan seksual infeksi
menular.
c. Proses konseling dalam penggunaan ABPK didasarkan pada model normatif
pengambilan keputusan, dikembangkan oleh WHO dan JHUPKC, berdasarkan
penelitian pada komunikasi kesehatan dan konseling. Dalam ABPK, terdapat
beberapa bagian modul, yaitu :
a. Modul 1, yang berisi konseling pada peserta baru.
b. Modul 2 dan 3, berisi konseling pada peserta yang melakukan kunjungan ulang,
baik pada peserta yang mengalami masalah pada metode kontrasepsi yang
digunakan ataupun pada peserta yang ingin mendapatkan metode ulang.
6
c. Modul 4, berisi perlindungan ganda pada peserta yang menginginkan metode
kontrasepsi dan ingin melindungi dari penularan penyakit menular seksual.
d. Modul 5, berisi lembar tambahan ABPK
e. Modul 6, berisi konseling pada peserta yang memiliki kebutuhan khusus yaitu
remaja, masa mendekati menopause, nifas, dan peserta yang menderita HIV/
AIDS (BKKBN, 2011).
7. Dalam menggunakan ABPK, seorang pemberi pelayanan harus memperhatikan beberapa
hal sebagai berikut (BKKBN, 2015) :
a. Setiap lembar ABPK terdiri dari dua sisi yaitu satu sisi merupakan sisi yang dapat
dibaca oleh pemberi pelayanan, sedangkan sisi lain merupakan hal yang dapat dibaca
oleh peserta.
b. Perhatikan halaman daftar isi yang terletak pada 4 halaman pertama APBPK.
c. ABPK dilengkapi tab pemisah untuk memudahkan pemberi pelayanan menemukan
topik yang dibutuhkan, yaitu :
1) Bagian pertama ABPK, ditandai dengan tab di sisi kanan membantu peserta baru
dalam membuat keputusan tentang suatu metode KB serta membantu peserta yang
melakukan kunjungan ulang dalam memecahkan masalah/efek samping yang
mungkin timbul.
2) Bagian kedua, tab di sisi bawah berisi informasi mengenai masing-masing metode
KB bagi peserta. Informasi tersebut dapat memastikan pilihan pilihan peserta dan
membantu peserta menggunakan metode dengan benar. Masing-masing bab
metode dalam ABPK berisi informasi tentang kriteria persyaratan medis, efek
samping, cara pakai, waktu kunjungan ulang dan hal yang perlu diingat oleh
peserta selama menggunakan metode KB.
d. Bagian kiri atas tiap halaman ABPK merupakan judul dari topik yang dipilih.
e. Perhatikan petunjuk yang terdapat pada bagian bawah halaman sebelum, membuka
halaman berikutnya sesuai kebutuhan peserta.
f. Perhatikan nomor halaman yang berbeda untuk tiap topik yang berbeda.
8. Menggunakan ABPK untuk kondisi peserta KB yang berbeda
Bagian awal dalam ABPK yang digunakan dalam pelayanan KB membantu pemberi
pelayanan dalam melaksanakan konseling pada peserta,KB dengan berbagai keluhan dan
kebutuhan yang berbeda, yaitu :

7
a. Peserta baru memerlukan bantuan untuk memilih metode yang paling sesuai dengan
kebutuhan mereka. Tab pemilihan metode dapat membantu pemberi pelayanan dalam
membahas kebutuhan tersebut dan membantu peserta baru membuat keputusan.
b. Semua peserta KB harus mempertimbangkan kebutuhan metode perlindungan ganda,
yaitu perlindungan terhadap risiko penularan infeksi menular seksual (IMS),
HIV/AIDS dan virus hepatitis B serta perlindungan terhadap kehamilan. Dengan
melihat perkembangan saat ini risiko penularan IMS, HIV/AID dan Hepatitis B
tinggi, setiap peserta harus memahami risiko dan upaya perlindungan diri. Apabila
terjadi kesulitan dalam memulai konseling mengenai hal tersebut, pemberi pelayanan
harus menggunakan ketrampilan yang baik dalam membuka percakapan.
c. Pada peserta dengan kebutuhan khusus, yang mencakup peserta dengan usia muda,
ibu hamil/nifas, pasca aborsi,dan peserta yang menderita HIV/AIDS perlu dilakukan
konseling secara khusus sesuai dengan kondisinya.
d. Peserta yang melakukan kunjungan ulang dan memiliki masalah dalam penggunaan
metode KB, atau peserta yang hanya ingin mendapatkan metode ulangan, maka tab
klien dapat membantu memenuhi kebutuhan mereka (BKKBN, 2012).
Berikut adalah ringkasan langkah kunci yang perlu pemberi pelayanan lakukan dengan
berbagai jenis kondisi peserta KB yang berbeda :
a. Pertama, bukalah tab selamat datang, dan temukan alasan kunjungan pada tab yang
sesuai.
b. Tab dengan warna hijau, yaitu pada peserta baru yang ingin memilih metode,
tanyakan apakah sudah ada gambaran tentang metode pilihannya. Jika ada apakah
pilihannya tersebut sesuai dengan kebutuan dan situasi peserta. Kaji mengenai
kebutuhan perlindungan ganda. Jika tidak ada gambaran, diskusikan mengenai
kebutuhan dan situasi peserta, kaji mengenai kebutuhan perlindungan ganda dan
beberapa pilihan metode yang berbeda. Selanjutnya bukalah tab metode untuk
mengkaji metode secara lengkap dan memastikan pilihan peserta. Kemudian berikan
metode yang telah dipilih peserta.
c. Tab warna pink untuk peserta yang memerlukan perlindungan terhadap IMS, buka tab
perlindungan ganda dan jelaskan kepada peserta, kemudian buka tab diskusikan
pilihan peserta ,jika diperlukan bantu peserta menilai risiko, dan kecocokan pilihan.
Selanjutnya bukalah tab metode untuk mengkaji metode secara lengkap dan
memastikan pilihan peserta. Kemudian berikan metode yang telah dipilih peserta.

8
d. Tab warna biru untuk peserta dengan kebutuhan khusus, buka halaman yang sesuai di
bagianmremaja, klien usia 40-an, hamil/post partum, post aborsi, dan yang menderita
HIV/AIDS.
e. Tab warna ungu untuk peserta yang melakukan kunjungan ulang, tanyakan metode
yang dipakai adakah keluhan atau tidak. Bila tidak ada ‘keluhan periksa kondisi
kesehatan peserta dan kemungkinan perlu perlindungan ganda, berikan metode
ulangan. Bila ada keluhan, bantu atasi efek samping atau apabila peserta ingin ganti
cara buka tab metode untuk peserta baru.
f. Pada halaman dengan tab warna orange, terdapat penjelasan mengenai metode KB
yaitu tinjauan dan informasi dasar, kriteria persyaratan medis, kemungkinan efek
samping, cara pakai, waktu memulai metode dan hal yang harus diingat.
9. Persiapan dan Cara Menggunakan ABPK
a. Lembar balik ABPK diletakkan berdiri, sehingga pemberi pelayanan,dan peserta KB
bisa melihat halaman tersebut pada sisi masing-masing. Halaman pada sisi peserta dan
pemberi pelayanan beri kata-kata yang sama dengan lebih banyak informasi dan saran
pada sisi pemberi pelayanan dan lebih banyak gambar pada sisi peserta KB.
b. Pemberi pelayanan harus mempelajari terlebih dahulu media ABPK agar bisa
membiasakan diri dengan informasi dan cara menggunakannya.
c. ABPK hanya berisi hal pokok, upayakan ketika melakukan konseling dengan peserta
gunakan komunikasi efektif dengan melibatkan peserta.
d. Beberapa kata atau gambar kemungkinan tidak sesuai dengan keadaan tempat
pelayanan, seperti metode KB yang tersedia, maka dalam ABPK bisa dicoret.
e. Gunakanlah kalimat sendiri, informasi dalam ABPK hanya sebagai kata kunci.
f. Pemberi pelayanan dapat membacakan informasi untuk peserta dan
mendiskusikannya sesuai dengan kebutuhan.

B. KB Sederhana
Pantang Berkala
Pantang berkala adalah tidak melakukan persetubuhan pada masa subur
istri. Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana
alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli
kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender
ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita.
Macam
9
Terdapat cara dalam melakukan metode KB pantang berkala, yaitu:
1. Sistem kalender
Merupakan salah satu cara kontrasepsi alamiah yang dapat dikerjakan sendiri
oleh pasangan suami-isteri tanpa pemeriksaan medis terlebih dahulu. Caranya dengan
memperhatikan masa subur isteri melalui perhitungan haid. Masa berpantang dapat
dilakukan pada waktu yang sama dengan masa subur dimana saat mulainya dan
berakhirnya masa subur dengan perhitungan kalender.
a) Cara menghitung masa subur
1) Sebelum menerapkan metode ini, seorang wanita harus mencatat jumlah
dari dalam tiap satu siklus haid selama 6 bulan (6 siklus haid)
2) Hari pertama siklus haid selalu dihitung sebagai hari ke satu
3) Jumlah hari terpendek selama 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini
menentukan hari pertama subur.
4) Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini
menentukan hari terakhir masa subur
b) Kelebihan
1) Sekali mempelajari metode ini dapat mencegah kehamilan atau untuk
merencanakan ingin punya anak
2) Tanpa biaya
3) Tanpa memerlukan pemeriksaan medis
4) Dapat diterima oleh pasangan suami - isteri yang menolak atau putus asa
terhadap metode KB lain
5) Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping hormonal
6) Melibatkan partisipasi suami dalam KB
c) Keterbatasan
1) Masa berpantang untuk sanggama sangat lama sehingga menimbulkan rasa
kecewa dan kadang - kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa
mentaati
2) Tidak tepat untuk ibu - ibu yang mempunyai siklus haid yang tidak teratur.
3) Memerlukan waktu 6 sampai 12 kali siklus haid untuk menentukan masa
subur sebenarnya.
4) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS.

10
2. Pengamatan lendir vagina
Metode ini merupakan metode pantang sanggama pada masa subur. Untuk
mengetahui masa subur dilakukan dengan cara mengamati lendir vagina yang
diambil pada pagi hari. Metode ini dikenal sebagai metode ovulasi billing. Metode
ini sangat efektif jika pasangan suami isteri menerapkan dengan baik dan benar.
Metode lendir/ mukosa serviks adalah metode KB alamiah melalui
pengamatan lendir vagina yang diambil pada pagi hari. Caranya dengan
memantau lendir servik yang keluar dari vagina, pengamatan sepanjang hari dan
ambil kesimpulan pada malam hari. Periksa lendir dengan jari tangan atau tisu
diluar vagina dan perhatikan perubahan perasaan kering -basah. Tidak dianjurkan
untuk periksa ke dalam vagina.
a. Cara mengetahui kesuburan
1) Pengamatan lendir vagina yang keluar setiap hari dari mulut rahim
2) Satu hari atau lebih setelah haid, vagina akan terasa kering, sampai
kemudiaan timbul lendir yang pekat, padat, dan kental
3) Dengan melihat perbedaan lendir, dari sifat lengket berubah basah dan
licin, beberapa hari kemudian lendir semakin licin, elastis dan encer,
hal ini berlangsung 1- 2 hari. Hari ke -2 perasaan licin adalah hari yang
paling subur (puncak), yang ditandai dengan pembengkakan vulva
sampai kemudian lendir menjadi berkurang.
4) Sanggama dilakukan sesudah hari ke 4 dan perasaan paling licin, atau
senggama boleh dilakukan jika 3 hari berturut - turut dikenali sebagai
masa tidak subur, yaitu jika : tidak ada lagi cairan yang licin pada
vulva yang terjadi sejak hari ke 4 sesudah puncak kelicinan
b. Kelebihan Sekali mempelajari metode ini dapat mencegah kehamilan :
1) Tidak memerlukan biaya
2) Tidak memerlukan pemeriksaan medis
3) Memungkinkan setiap kehamilan direncanakan
4) Dapat diterima oleh pasangan suami-isteri yang menolak atau putus asa
dengan metode KB lain

11
5) Tidak mempengaruhi ASI dan tidak ada efek samping hormonal,karena tidak
menggunakan alat kontrasepsi atau obat kimia (Ekarini, 2008).

c. Keterbatasan
1) Masa berpantang sanggama sangat lama sehingga menimbulkan rasa
kecewa dan kadang - kadang berakibat pasangan tersebut tidak bisa
mentaati.
2) Perlu kesabaran serius dan kemauan dalam menjalankan metode itu.
3) Tidak melindungi pasangan dari penyakit menular seksual termasuk
HIV/AIDS.

3. Pengukuran suhu badan


Pengukuran suhu badan merupakan salah satu metode pantang berkala pada
masa subur. Untuk mengetahui masa subur dilakukan dengan cara mengukur suhu
badan. Pengukuran dilakukan pada pagi hari, saat bangun tidur dan belum
melakukan kegiatan apapun. Cara ini akan efektif apabila dilakukan secara baik
dan benar.
a. Cara pengukuran suhu badan
1) Dilakukan pada jam yang sama setiap pagi hari sebelum turun dari
tempat tidur
2) Pada masa subur, suhu badan meningkat 0,2 sampai 0,50 C.
3) Pasangan suami isteri tidak boleh melakukan sanggama pada masa
subur ini sampai 3 hari setelah peningkatan suhu badan tersebut atau
menggunakan kondom.
b. Kelebihan
1) Tidak memerlukan pemeriksaan medis
2) Dapat diterima oleh pasangan suami isteri yang menolak atau
putus asa terhadap cara KB lain
3) Tidak mempengaruhi produksi ASI dan tidak ada efek samping
hormonal
4) Melibatkan partisipasi suami dalam KB

12
c. Keterbatasan
1) Tidak selalu berhasil
2) Beberapa pasangan suami - istri sukar untuk memenuhi cara ini
3) Cara ini membingungkan jika isteri demam atau infeksi pada
kemaluan yang menyebabkan suhu badan meningkat.
4) Tidak melindungi pasangan dari PMS termasuk HIV/AIDS
4. Sanggama Terputus
Konsep ’metode senggama terputus” adalah mengeluarkan kemaluan
menjelang terjadinya ejakulasi. Senggama terputus merupakan metode tertua di
dunia, karena telah tertulis pada kitab tua dan diajarkan kepada masyarakat. Di
Perancis abad ke 17, metode senggama terputus merupakan metode utama untuk
menghindari kehamilan.
Coitus interuptus (senggama terputus) adalah metode keluarga berencana
tradisional, dimana pria mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina
sebelum pria mencapai ejakulasi. Sanggama terputus merupakan suatu metode
pencegahan terjadinya kehamilan yang dilakukan dengan cara menarik penis dari
liang senggama sebelum ejakulasi, sehingga sperma dikeluarkan di luar liang
senggama. Metode ini akan efektif bila dilakukan dengan baik dan benar.
a. Kelebihan
1) Tanpa biaya
2) Tidak perlu menggunakan alat/obat kontrasepsi
3) Tidak perlu pemeriksaan medis terlebih dahulu
4) Tidak berbahaya bagi fisik
5) Mudah diterima, merupakan cara yang dapat dirahasiakan pasangan
suami - isteri dan tidak perlu meminta nasihat pada orang lain
6) Dapat dilakukan setiap saat tanpa memperhatikan masa subur maupun
tidak subur, jika dilakukan dengan baik dan benar
b. Keterbatasan
1) Memerlukan kesiapan mental pasangan suami isteri
2) Memerlukan penguasaan diri yang kuat
3) Kemungkinan ada sedikit cairan mengadung sperma tertumpah dari
zakar dan masuk ke dalam vagina, sehingga dapat terjadi kehamilan

13
4) Secara psikologis mengurangi kenikmatan dan menimbulkan
gangguan hubungan seksual Jika salah satu dari pasangan tersebut
tidak menyetujuinya, dapat menimbulkan ketegangan, sehingga
dapat merusak hubungan seksual. Metode ini tidak selalu berhasil.

5. Metode Amenorea Laktasi (MAL)


MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian ASI secara
eksklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa tambahan makanan atau minuman
apapun lainnya (Setya & Sujiyatini, 2009, hal. 68). MAL menggunakan praktik
menyusui untuk menghambat ovulasi sehingga berfungsi sebagai kontrasepsi.
Apabila seorang wanita memiliki seorang bayi berusia kurang dari 6 bulan dan
amenore serta menyusui penuh, kemungkinan kehamilan terjadi hanya sekitar
2%. Namun, jika tidak menyusui penuh atau tidak amenorea, risiko kehamilan
akan lebih besar. Banyak wanita akan memilih bergantung pada metode
kontrasepsi lain seperti pil hanya progesteron serta MAL (Everett, 2007, hal. 51).

Syarat MAL
MAL dapat dipakai sebagai kontrasepsi bila :
a) Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian > 8 x sehari.
b) Belum haid.
c) Umur bayi kurang dari 6 bulan (Saifuddin, dkk, 2006, hal. MK-

Cara kerja MAL


Proses menyusui dapat menjadi metode kontrasepsi alami karena hisapan
bayi pada puting susu dan areola akan merangasang ujung-ujung saraf
sensorik, rangsangan ini dilanjutkan ke hipotalamus, hipotalamus akan
menekan pengeluaran faktor-faktor yang menghambat sekresi prolaktin namun
sebaliknya akan merangsang faktor-faktor tersebut merangsang hipofise
anterior untuk mengeluarkan hormon prolaktin. Hormon prolaktin akan
merangsang sel–sel alveoli yang berfungsi untuk memproduksi susu.

14
Bersamaan dengan pembentukan prolaktin, rangsangan yang berasal dari
isapan bayi akan ada yang dilanjutkan ke hipofise anterior yang kemudian
dikeluarkan oksitosin melalui aliran darah, hormon ini diangkut menuju uterus
yang dapat menimbulkan kontraksi pada uterus sehingga terjadilah proses
involusi. Oksitosin yang sampai pada alveoli akan merangsang kontraksi dari
sel akan memeras ASI yang telah terbuat keluar dari alveoli dan masuk ke
sistem duktulus yang selanjutnya mengalirkan melalui duktus laktiferus masuk ke
mulut bayi (Anggraini, 2010, hal. 11-12).

Hipotesa lain yang menjelaskan efek kontrasepsi pada ibu menyusui


menyatakan bahwa rangsangan syaraf dari puting susu diteruskan ke
hypothalamus, mempunyai efek merangsang pelepasan beta endropin yang
akan menekan sekresi hormon gonadotropin oleh hypothalamus. Akibatnya
adalah penurunan sekresi dari hormon Luteinizing Hormon (LH) yang
menyebabkan kegagalan ovulasi
a. Keuntungan Kontrasepsi
1) Efektivitas tinggi (keberhasilan 98% pada enam bulan
pascapersalinan) / Segera efektif
2) Tidak mengganggu senggama
3) Tidak ada efek samping secara sistemik
4) Tidak perlu pengawasan medis
5) Tidak perlu obat atau alat
6) Tanpa biaya

b. Keuntungan Non Kontrasepsi


1. Untuk bayi
1) Mendapat kekebalan pasif (mendapatkan antibodi perlindungan
lewat ASI)
2) Sumber asupan gizi yang terbaik dan sempurna untuk tumbuh
kembang bayi yang optimal
3) Terhindar dari keterpaparan terhadap kontaminasi dari air, susu
lain atau formula, atau alat minum yang dipakai
2. Untuk ibu
1) Mengurangi pendarahan pasca persalinan

15
2) Mengurangi risiko anemia
3) Meningkatkan hubungan psikologi ibu dan bayi

c. Keterbatasan
1) Perlu persiapan sejak perawatan kehamilan agar segera menyusui
dalam 30 menit pasca persalinan
2) Mungkin sulit dilaksanankan karena kondisi sosial
3) Efektivitas tinggi hanya sampai kembalinya haid atau sampai
dengan 6 bulan Tidak melindungi terhadap infeksi menular seksual
(IMS) termasuk virus hepatitis B/HBV dan HIV/AIDS
Yang dapat menggunakan MAL adalah ibu yang menyusui secara eksklusif,
bayinya berumur kurang dari 6 bulan dan belum mendapat haid setelah melahirkan.
Sebaliknya yang seharusnya tidak menggunakan MAL adalah ibu yang sudah
mendapat haid setelah bersalin, tidak menyusui secara eksklusif, bayinya sudah
berumur lebih dari 6 bulan, ibu yang bekerja dan terpisah dari bayi lebih lama dari
6 jam.
6. Kondom
Kondom adalah salah satu alat kontrasepsi yang terbuat dari karet/lateks,
berbentuk tabung tidak tembus cairan dimana salah satu ujungnya tertutup rapat dan
dilengkapi kantung untuk menampung sperma. Kebanyakan kondom terbuat dari
karet/lateks tipis, tetapi ada yang membuatnya dari jaringan hewan (usus kambing)
atau plastik.
Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu
berfungsi untuk menampung sperma. Diameternya ± 31-36,5 mm dan panjangnya ±
19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang mempunyai sifat spermatisid.
a. Macam-macam kondom
1) Kulit
Terbuat dari membran usus biri-biri, tidak meregang atau mengkerut,
menjalarkan panas tubuh sehingga dianggap tidak mengurangi
sensitivitas selama senggama. Harganya lebih mahal.
2) Lateks
Kondom ini paling banyak dipakai, elastis, dan murah.

16
3) Plastik
Kondom ini sangat tipis (0.025-0.035 mm), dapat menghantarkan
panas tubuh, dan lebih mahal dari kondom lateks.

b. Keuntungan kondom
1) Mencegah kehamilan
2) Memberi perlindungan terhadap IMS
3) Dapat diandalkan
4) Tidak ada efek samping
5) Relatif murah
6) Sederhana, ringan, disposable, reversible
7) Tidak memerlukan pemeriksaan medis, supervisi, atau follow up
8) Pria ikut secara aktif dalam program KB

c. Kerugian kondom
1) Angka kegagalan relatif tinggi
2) Perlu menghentikan sementara aktifitas dan spontanitas hubungan seks
untuk memasang kondom
3) Perlu dipakai secara konsisten, hati-hati, dan terus-menerus setiap
senggama (kurang praktis)

7. Diafragma (Diaphragma)

Diafragma adalah kap berbentuk bulat, cembung, terbuat dari lateks (karet)
yang dimasukan ke dalam vagina sebelum koitus dan menutupi serviks.

a) Jenis-jenis diafragma

17
(1) Flat spring (diafragma pegas datar): jenis ini cocok untuk vagina
normal dan disarankan untuk pemakaian pertama kali. Memiliki pegas
jam yang kuat dan mudah dipasang.
(2) Coil spring (diafragma pegas kumparan): jenis ini cocok untuk
wanita yang vaginanya kencang dan peka terhadap tekanan. Jenis ini
memiliki pegas kumparan spiral dan jauh lebih lunak dari pegas datar.
(3) Arching spring: jenis ini bermanfaat pada dinding vagina yang
tampak kendur atau panjang dan posisi serviks menyebabkan
pemasangan sulit. Tipe ini merupakan kombinasi dari Flat spring dan,
dan menimbulkan tekanan yang kuat pada dinding vagina.

b) Cara kerja
Alat kontrasepsi metode barier yang berupa diafragma ini mempunyai
cara kerja sebagai berikut:
(1) Mencegah masuknya sperma melalui kanalis servikalis ke uterus dan
saluran telur.
(2) Sebagai alat untuk menempatkan spermisida.
c) Manfaat
Alat kontrasepsi diafragma memberikan dua manfaat secara
kontrasepsi dan non kontrasepsi.
Manfaat kontrasepsi :
(1) Efektif bila digunakan dengan benar
(2) Tidak mengganggu produksi ASI
(3) Tidak mengganggu hubungan seksual karena telah dipersiapkan
sebelumnya
(4) Tidak mengganggu kesehatan klien
(5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik

18
d) Manfaat non kontrasepsi:
(1) Memberikan perlindungan terhadap penyakit menular seksual
(2) Dapat menampung darah menstruasi, bila digunakan saat haid

e) Pemasangan Diafragma
Tahap 1: Kosongkan kandung kemih dan cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Pastikan diafragma tidak berlubang. Oleskan spermisida pada kap
difragma secara merata.
Tahap 2: Cari posisi yang nyaman pada saat pemasangan diafragma. Posisi
dapat dengan mengangkat satu kaki ke atas kursi, duduk di tepi kursi,
berbaring ataupun sambil jongkok. Pisahkan bibir vulva. Tepi diafragma
melipat menjadi dua dengan sisi yang lain. Letakkan jari telunjuk di tengah
kap untuk pegangan yang kuat. Spermisida harus berada di dalam kap.
Tahap 3: Masukan diafragma ke dalam vagina jauh ke belakang, dorong
bagian depan pinggir ke atas, dibalik tulang pubis. Masukan jari ke dalam
vagina sampai menyentuh serviks. Sarungkan karetnya dan pastikan serviks
telah terlindungi.
Perhatian: diafragma masih terpasang dala vagina sampai 6 jam setelah
berakhir hubungan seksual. Jika hubungan seksual berlangsung di atas 6 jam
setelah pemasangan, tambahkan spermisida ke dalam vagina. Jangan
meninggalkan diafragma ke dalam vagina lebih dari 24 jam.
f) Pelepasan diafragma
Tahap 1: Sebelum melepas difragma cuci tangan dengan sabun dan air
mengalir. Kait bagian ujung diafragma dengan bagian telunjuk dan tengah
untuk mmemegang penampung.
Tahap 2: Tarik diafragma turun dan tarik keluar. Cuci dengan sabun dan air
kemudian keringkan sebelum disimpan kembali ditempatnya.
8. Kap Serviks (Cervical cap)
Yaitu suatu alat yang hanya menutupi serviks saja. Dibandingkan diafragma,
kap serviks lebih dalam atau lebih tinggi kubahnya tetapi diameternya lebih kecil,
dan umumnya lebih kaku. Zaman dahulu, kap serviks terbuat dari logam atau
plastik, sekarang yang banyak adalah dari karet.
1. Efek samping

19
Hanya ada satu efek samping minor yaitu timbulnya sekret yang sangat
berbau bila kap serviks dibiarkan terlalu lama di dalam vagina.
Yang selalu harus dipikirkan adalah kemungkinan :
a) Sindrom Syok Toksik
b) Infeksi traktus urinarius yang berulang-ulang
c) Bertambahnya abnormalitas serviks sehubungan dengan HPV
(Humam Papilloma Virus).

9. Spons (Sponge)
Sponge berbentuk bantal, satu sisi dari sponge berbentuk cekung yang
dimaksudkan untuk menutupi serviks dan mengurangi kemungkinan perubahan
letak spons selama senggama. Sisi lainnya mempunyai tali untuk mempermudah
pengeluarannya.
1. Efek samping dan komplikasi
a) Iritasi atau reaksi alergi yang umumnya disebabkan oleh
spermisidnya.
b) Kemungkinan infeksi vagina oleh jamur bertambah besar.
c) Kemungkinan timbulnya Sindrom Syok Toksik.
2. Catatan penting untuk Akseptor
a) Jaga kebersihan tangan sebelum memasang sponge dan saat
mengeluarkannya.
b) Jangan melampaui batas waktu 24 jam untuk membiarkan
sponge in situ.
c) Jangan menggunakan sponge bila sedang haid, bila ada
perdarahan pervaginal atau apabila ada flour albus.
d) Jangan menggunakan sponge selama 6-12 minggu post partum
(pakailah kondom).
e) Perhatikan tanda-tanda bahaya Sindrom Syok Toksik.

10. Kimiawi (Spermisida)


Spermisida adalah bahan kimia yang digunakan untuk membunuh sperma.
Yang dikemas dalam bentuk:
1) Aerosol (busa)

20
2) Tablet vaginal, suppositoria, atau dissolvable film
3) Krim
a. Cara kerja
Menyebabkan sel membran sperma pecah, memperlambat pergerakan
sperma, dan menurunkan kemampuan pembuahan sel telur.
b. Manfaat Kontrasepsi:
1) Efektif seketika (busa dan krim)
2) Tidak mengganggu produksi ASI
3) Bisa digunakan sebagai pendukung metode yang lain
4) Tidak mengganggu kesehatan klien
5) Tidak mempunyai pengaruh sistemik
6) Mudah digunakan
7) Meningkatkan lubrikasi selama hubungan seksualTidak perlu resep
dokter atau pemeriksaan kesehatan khusus
c. Non Kontrasepsi: Merupakan salah satu perlindungan terhadap IMS
termasuk HBV dan HIV/AIDS.
1. Keterbatasan
(1) Efektivitas kurang (3-21 kehamilan per 100 perempuan per
tahun pertama)
(2) Efektivitas sebagai kontrasepsi tergantung pada kepatuhan
mengikuti cara penggunaan
(3) Ketergantungan penggunaan dari motivasi berkelanjutan
dengan memakai setiap melakukan hubungan seksual
(4) Pengguna harus menunggu 10-15 menit setelah aplikasi
sebelum melakukan hubungan seksual
(5) Efektivitas aplikasi hanya 1-2 jam

21
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Alat Bantu Pengambilan Keputusan ber KB merupakan suatu alat bantu yang
digunakan oleh pemberi pelayanan KB untuk membantu peserta dalam membuat keputusan
mengenai metode kontrasepsi yang akan digunakan, memberikan informasi yang lengkap
mengenai pilihan metode kontrasepsi, dan diharapkan nantinya peserta akan menggunakan
metode kontrasepsi pilihannya dengan baik. ABPK ini merupakan suatu model alat bantu
interaktif yang dapat membantu pemberi pelayanan dalam upaya pendekatan terhadap peserta
dalam proses konseling KB.

Faktor pendorong masyarakat memilih metode kontrasepsi sederhana tanpa alat


adalah metode ini tidak memerlukan biaya sehingga dapat menghemat pengeluaran, terhindar
dari efek merugikan bahan kimia yang terkandung di dalam alat kontrasepsi, menghindari
kemungkinan alergi yang ditimbulkan oleh karena pemakaian alat kontrasepsi, tidak merubah
siklus menstruasi pada wanita, tidak bertambahnya berat badan bagi penggguna, tidak
mempengaruhi kesuburan dalam jangka panjang, dan tidak menyakitkan.
22
Setiap metode KB tentunya memilki kelebihan & kekurangan, dan dalam
penerapannya pun berbeda. Untuk dapat mencapai keberhasilan dalam melaksanakan
program KB, perlu adanya penggunaan program KB lain disamping sudah menggunakan satu
program KB, khususnya program KB metode sederhana ini.

B. Saran
Sebagai penyusun merasa masih ada kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Oleh
karena itu, Penyusun mengharapkan kritik dan saran dari pembaca agar dalam penyusunan
makalh ini dapat menjadi lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin,BA.2014. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi.Jakarta: Yayasan


Bina Pustaka.
Varney, Helen : Asuhan Kebidanan. Jakarta : EGC, 2012.
Wiknjosastro, Hanifa : Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawiroharjo, 2055.
Handayani, S. 2016. Buku Ajar Pelayanan Keluarga Berencana. Yogyakarta: Pustaka
Rihama
Elisabeth Siwi Wahyuni, Amd. Keb, Endang Purwoastuti, S.Pd, APP. 2015. Modul
Pedoman Penggunaan ABPK. Yogyakarta:PT.PUSTAKA BARU.

Satrianegara, M. Faiz. 2009. Buku Ajar Organisasi dan Manajemen Pelayanan Kesehatan
Serta Kebidanan. Jakarta: Salemba Medika.

Syafrudin. 2009. Sosial Budaya Dasar. Jakarta:TIM.

Nurul Eko. 2010. Etika profesi dan Hukum Kebidanan. Yogyakarta: Fitramaya.

1.

23

Anda mungkin juga menyukai