Anda di halaman 1dari 39

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM KOMUNITAS

KESEHATAN SEKOLAH

D
I
S
U
S
U
N
OLEH:
APRILIA IRAWATI SIHOMBING

PROGRAM STUDI NERS


FAKULTAS FARMASI DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MUTIARA INDONESIA
MEDAN 2020

1
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur kelompok ucapkan Kepada Tuhan Yang Maha Esa, yang
telah melimpahkan Kasih dan Rahmat-Nya sehingga kelompok dapat
menyelesaikaan makalah “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
AGREGAT DALAM KOMUNITAS KESEHATAN SEKOLAH” dengan
baik .
Dalam proses penyelesaian Asuhan Keperawatan Keluarga ini kelompok
banyak mendapatkan bantuan, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak,
sehingga pada kesempatan ini, kelompok menyampaikan terimakasih yang
setulusnya kepada yang terhormat Bapak/Ibu :
1. Perlindungan purba, SH, MM, selaku Ketua Yayasan Sari Mutiara Medan
2. Dr. Ivan Elisabeth Purba, M.Kes, selaku Rektor Universitas Sari Mutiara
Indonesia
3. Taruli Sinaga, SP, M.KM, selaku Dekan Fakultas Farmasi dan Ilmu
Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
4. Ns, Rinco Siregar, S.Kep. MNS, selaku Ketua Program Studi Ners
Fakultas Farmasi Dan Ilmu Kesehatan Universitas Sari Mutiara Indonesia
5. Ns, Rumondang Gultom, S.Kep, MKM, selaku dosen pengajar yang telah
memberikan bimbingan, arahan, dan saran dalam menyelesaikan makalah
ini.

Tim penulis menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari
kesempurnaan dari isi maupun susunanya, untuk tim penulis membuka diri
terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan
makalah ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya di
bidang keperawatan, akhir kata tim penulis mengucapkan terima kasih.

Medan, 17 Mei 2020

2
3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Tujuan pembangunan bidang kesehatan adalah terwujudnya derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Dalam kehidupan sosial yang beragam di
masyarakat, keluarga adalah unit sosial terkecil, oleh karena itu diperlukan
upaya untuk meningkatkan derajat kesehatan keluarga terutama kesehatan ibu
dan anak. Masa anak merupakan waktu yang tepat untuk meletakkan landasan
yang kokoh bagi terwujudnya manusia yang berkualitas.
Lingkungan tempat tinggal dan lingkungan sekolah merupakan dua
tempat utama yang digunakan oleh seorang anak untuk melakukan aktivitas.
Sekolah merupakan tempat anak-anak belajar, berkreasi, bersosialisasi dan
bermain. Sehingga tidak mengherankan jika sebagian besar waktu mereka
dihabiskan di sekolah. Oleh karena itu, konsep pemberian kesehatan di
sekolah akan lebih efektif terutama pada sasaran target anak sekolah. Jika
ditilik selama ini, peran perawat di sekolah masih sangat minimal. Hal ini
dipengaruhi oleh beberapa faktor di antaranya adalah kebijakan pemerintah
terhadap pengembangan peran perawat di sekolah juga masih belum ada.
Sehingga yang sering berhubungan dengan perawatan kesehatan sekolah
adalah petugas dari puskesmas.
Lingkungan sekolah yang sehat akan memberikan dampak yang positif
bagi perkembangan anak. Sekolah seharusnya memiliki kepedulian terhadap
kesehatan anak didiknya, termasuk memberikan pengertian mengenai
kesehatan itu sendiri, sehingga siswa dapat membiasakan dirinya untuk hidup
sehat. Mengingat begitu pentingnya arti kesehatan dalam kehidupan serta
begitu eratnya lingkungan sekolah dengan kehidupan anak yang sedang

4
berada dalam masa pertumbuhan, maka perlu digalakkan upaya perawatan
kesehatan sekolah dengan memaksimalkan peran perawat baik di puskesmas
maupun perawat yang terlibat langsung di sekolah tersebut.
Anak usia sekolah baik tingkat pra sekolah, sekolah dasar, sekolah
menengah pertama, dan sekolah menengah atas adalah suatu masa usia anak
yang sangat berbeda dengan usia dewasa. Didalam periode ini didapatkan
banyak permasalahan kesehatan yang sangat menentukan kualitas kesehatan
anak dikemudian hari. Masalah kesehatan tersebut meliputi kesehatan umum,
gangguan perkembangan, gangguan perilaku dan gangguan belajar.
Permasalahan kesehatan tersebut pada umumnya akan menghambat
pencapaian presentasi pada peserta didik di sekolah. Kesempatan belajar
tersebut membutuhkan kondidi fisik prima yaitu tubuh yang sehat, oleh karena
itu diperlukan suatu upaya kesehatan untuk anak sekolah agar anak dapat
tumbuh menjadi manusia yang berkualitas dibutuhkan pendidikan di sekolah,
salah satunya melalui UKS. Oleh karena itu kami tertarik untuk membahas
lebih lanjut mengenai peran UKS dalam anak yang sehat.
1.2 Tujuan
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan UKS
2. Untuk mengetahui tiga program UKS
3. Untuk mengetahui peran perawat kesehatan sekolah
4. Untuk mengetahui fungsi perawat kesehatan sekolah

5
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Keperawatan Kesehatan Sekolah

2.1.1 Pengertian

Usaha kesehatan di sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha


kesehatan pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha
kesehatan masyarakat yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak
didik beserta lingkungan sekolahnya sebagai sasaran utama. Usaha
kesehatan di sekolah juga berfungsi sebagai lembaga penerangan agar
anak tahu bagaimana cara menjaga kebersihan diri, menggosok gigi yang
benar, mengobati luka, merawat kuku, dan juga memperoleh pendidikan
seks yang sehat (Prasasti, 2008)
Usaha kesehatan di sekolah juga merupakan wadah untuk
meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan peserta
didik sedini mungkin. Usaha kesehatan di sekolah merupakan perpaduan
antara dua upaya dasar, yaitu upaya pendidikan dan upaya kesehatan,
yang pada gilirannya nanti diharapkan UKS dapat dijadikan sebagai
usaha untuk meningkatkan kesehatan anak usia sekolah pada setiap jalur,
jenis, dan jenjang pendidikan (P. Ananto, 2006)
Dapat disimpulkan bahwa yang di maksud dengan UKS adalah usaha
kesehatan sekolah yang di dalam lingkungan sekolah maupun yang di
sekitar lingkungan sekolah, yang sasaranya adalah peserta didik beserta
masyarakat sekolah yang lainya yang bertujuan untuk meningkatkan
kemampuan hidup sehat peserta didik sehingga peserta didik dapat
belajar, tumbuh dan berkembang secara harmonis serta optimal, menjadi
sumber daya manusia yang berkualitas.

6
2.1.2 Tujuan usaha kesehatan sekolah (UKS)

Menurut Suliha dkk (2002: 36) Tujuan UKS secara umum adalah
untuk meningkatkan kemampuan hidup sehat dan derajat kesehatan
peserta didik sedini mungkin serta menciptakan lingkungan sekolah yang
sehat sehingga memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan anak
yang harmonis dan optimal dalam rangka pembentukan manusia
indonesia yang berkualitas. Menurut Suliha dkk (2002: 57-58) Secara
khusus tujuan usaha kesehatan sekolah adalah untuk memupuk kebiasaan
hidup sehat dan mempertinggi derajat kesehatan peserta didik yang
mencakup memiliki pengetahuan, sikap, dan ketrampilan untuk
melaksanakan 12 prinsip hidup sehat, serta berpartisipasi aktif di dalam
usaha peningkatan kesehatan. Sehat fisik, mental, sosial maupun
lingkungan, serta memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap
pengaruh buruk, penyalahgunaan narkoba, alkohol dan kebiasaan
merokok serta hal-hal yang berkaitan dengan masalah pornografi dan
masalah social lainnya.
Jadi tujuan UKS yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan
kemampuan hidup sehat peserta didik agar dapat menciptakan lingkungan
yang sehat, sehingga memiliki pengetahuan, sikap dan keterampilan
untuk melaksanakan prinsip hidup sehat, baik fisik, mental, maupun
sosial serta memiliki daya hayat dan daya tangkal terhadap pengaruh
buruk, penyalahgunaan narkoba, menangani anak didik yang mengalami
kecelakaan ringan, melayani kesehatan dasar bagi anak didik selama
sekolah (pemberian imunisasi), memantau pertumbuhan dan status gizi
anak didik dan sebagainya.

7
2.1.3 Sasaran usaha kesehatan sekolah (UKS)

Sasaran pembinaan dan pengembangan UKS meliputi peserta didik


sebagai sasaran primer, guru pamong belajar/tutor orang tua, pengelola
pendidikan dan pengelola kesehatan serta TP UKS di setiap jenjang
sebagai sasaran sekunder. Sedangkan sasaran tertier adalah lembaga
pendidikan mulai dari tingkat pra sekolah/TK sampai SLTA, termasuk
satuan pendidikan luar sekolah dan perguruan tinggi agama serta pondok
pesantren beserta lingkungannya (Depkes, 2008). Sasaran lainnya adalah
sarana dan prasarana pendidikan kesehatan dan pelayanan kesehatan.
sasaran tertier lainnya adalah lingkungan yang meliputi lingkungan
sekolah, keluarga dan masyarakat sekitar sekolah. Sekolah sebagai
lembaga (institusi) pendidikan merupakan media yang penting untuk
menyalurkan segala bentuk pembaharuan tata cara dan kebiasaan hidup
sehat, agar lebih mudah tertanam pada anak-anak. Dengan demikian, akan
dapat memberikan pengaruh terhadap kehidupan keluarga, masyarakat
sekitarnya, bahkan masyarakat yang lebih luas lagi. Anak didik
dikemudian hari diharapkan akan memiliki sikap dan kebiasaan hidup
dangan norma-norma kesehatan. Pendidikan kesehatan di sekolah dasar
melalui program UKS mempunyai peranan yang sangat efektif sebab
Sekolah Dasar, sebagai lembaga pendidikan yang tersebar luas di daerah
pelosok tanah air, dari pedesaan hingga kota-kota besar. Di pandang dari
segi pembiayaan pemerintah dan harapan untuk masa depan, pelaksanaan
UKS di sekolah dasar adalah ekonomis. Apalagi untuk kepentingan ini
masyarakat (orang tua murid) selalu dilibatkan dalam berbagai bentuk,
melalui PGOM (persatuan guru dan orang tua murid). Menurut Depkes
RI (1982: 7) bahwa peserta didik dari tingkat sekolah dasar sampai
tingkat menengah termasuk perguruan tinggi beserta lingkungannya
merupakan sasaran utama dari pembinaan UKS. Didalam pembangunan

8
nasional, perhatian terhadap dunia anak-anak tidak dapat diabaikan.
Anak-anak merupakan penerus dalam bidang tenaga kerja, sehingga
pembinaan terhadap golongan ini perlu dimulai sedini mungkin.
Sehubungan dengan ini bidang pendidikan dan kesehatan mempunyai
peranan yang besar karena secara organisasai sekolah berada dibawah
departemen pendidikan nasional, Secara fungsional departemen kesehatan
bertanggung jawab atas kesehatan anak didik. Mengingat hal tersebut,
UKS dijalankan atas dasar titik tolak pemikiran bahwa :
1. Sekolah merupakan lembaga yang sengaja dihidupkan untuk
mempertinggi derajat bangsa dalam segala aspek
2. Usaha kesehatan melalui masyarakat sekolah mempunyai
kemungkinan yang lebih efektif diantara beberapa usaha yang ada,
untuk mencapai kebiasaan hidup sehat dari masyarakat pada
umumnya, karena masyarakat sekolah :
a) mempunyai prosentase yang tinggi.
b) merupakan masyarakat yang telah terorganisir, sehingga mudah
dicapai dalam rangka pelaksanaan usaha-usaha kesehatan
masyarakat.
c) peka terhadap pendidikan pada umumnya, dapat menyebarkan
modernisasi (sebagai agent of change), karena dalam usia ini
anak-anak sekolah berada dalam taraf perkembangan dan
pertumbuhan, mudah dibimbing dan dibina. Pada masa ini
adalah masa yang tepat untuk menanamkan kebiasaan-kebiasaan
hidup sehat dengan harapan agar mereka dapat meneruskan serta
mempengaruhi lingkungannya sekarang dan dimasa yang akan
datang. Masyarakat sehat yang akan datang merupakan salah
satu hasil dari sikap dan kebiasaan hidup sehat yang dimiliki
anak-anak pada waktu sekarang. (Soenaryo, 2002: 148).

9
2.1.4 Ruang lingkup usaha kesehatan sekolah (UKS)

Ruang luang lingkup UKS tercermin dalam tri program atau yang disebut
dengan TRIAS UKS yang meliputi :
a. Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan upaya memberikan bimbingan
kepada peserta didik untuk meningkatkan pengetahuan kemampuan
dan keterampilan peserta didik dalam melaksanakan perilaku hidup
bersih dan sehat agar dapat tumbuh dan berkembang dengan baik,
selain di bidang kesehatan peserta didik juga dibina dalam bidang
kesehatan lingkungan yang merupakan bagian yang sangat
mempengaruhi pembentukan pribadi peserta didik, adanya proses
kenaikan bagi peserta didik maka harus menyelenggarakan kegiatan
sosialisasi setiap tahun sehingga seluruh peserta didik terpapar materi
kesehatan dan kesehatan lingkungan.(Tim Pembina UKS, 2008,33)
Pendidikan kesehatan dilakukan secara intra kurikuler dan ekstra
kurikuler. Kegiatan intra kurikuler adalah melaksanakan pendidikan
pada saat jam pelajaran berlangsung sesuai dengan ketentuan yang
berlaku. Pendidikan ini tidak hanya diberikan pada saat mata pelajaran
Pendidikan Jasmani saja, namun bisa juga secara integratif pada saat
mata pelajaran lainnya disampaikan kepada peserta didik. Kegiatan
ekstrakurikuler adalah melaksanakan pendidikan di luar jam pelajaran
yang dilakukan di sekolah atau di luar sekolah. Misalnya,
melaksanakan penyuluhan tentang, gizi, narkoba, dan sebagainya
terhadap peserta didik, guru dan orangtua. Melaksanakan pelatihan
UKS bagi peserta didik, guru pembina UKS dan kader kesehatan.
Melaksanakan pendidikan dan kebiasaan hidup bersih melalui program
sekolah sehat.(Tim Pembina UKS,2008,26)
b. Pelayanan Kesehatan

10
(Tim Pembina UKS,2008, 28-29) Pelaksanaan pelayanan
kesehatannya meliputi kegiatan – kegiatan antara lain:
1) Kegiatan Peningkatan (Promotif), Latihan Keterampilan teknis
pemeliharaan kesehatan dan pembentukan peran serta aktif peserta
didik dalam pelajaran kesehatan, antara lain : Kader Kesehatan
Sekolah, Olahraga, Kesenian, Berkebun dan Lomba.
2) Pembinaan Sarana Lingkungan Sekolah, antara lain :
a) Pembinaaan Warung Sekolah (Kantin)
b) Lingkungan Sekolah yang terpelihara
c) Pembinaan Keteladan berperilaku hidup sehat
3) Kegiatan Pencegahan (Preventif)
4) Memelihara Kesehatan yang bersifat umum dan khusus
5) Penjaringan kesehatan bagi anak
6) Monitoring / memantau peserta didik
7) Usaha Pencegahan Penyakit Menular
8) Kegiatan Penyembuhan dan Pemulihan (Kuratif dan Rehabilitatif)
9) Diagnosa Dini
10) Pengobatan pada penyakit
11) P 3 K dan P 3 P
c. Pembinaan Lingkungan Sekolah Sehat
Pembinaan lingkungan sekolah sehat yang merupakan salah satu
unsur penting dalam membina ketahanan sekolah harus dilakukan,
karena lingkungan kehidupan yang sehat sangat diperlukan untuk
meningkatkan kesehatan seluruh komunitas sekolah serta peningkatan
daya serap siswa dalam proses belajar mengajar Maka pembinaan
lingkungan kehidupan sekolah sehat dilaksanakan melalui 6 K yaitu:
Keamanan Keindahan Kebersihan Kekeluargaan Ketertiban
Kerindangan (Tim Pembina UKS 2008, 75-76).

11
Menurut WHO (Depkes, 2008) adapun Pembinaan kepada peserta
didik agar dapat menerapkan pentingnya UKS Diantaranya dengan
melaksanakan kegiatan sebagai berikut:
1) Melaksanakan kerja bakti kebersihan sekolah secara rutin dan
terencana (Jumat Bersih, piket kapling, piket kelas)
2) Melaksanakan kerja bakti dengan lingkungan masyarakat sekitar
sekolah
3) Membuang sampah pada tempatnya dan pengadaan tempat sampah
di depan kelas, dipilah antara sampah organik dan anorganik
4) Mengolah sampah organik menjadi kompos
5) Tidak mencorat-coret dinding dan bangku
6) Menyiram jamban sampai bersih sesudah dipakai
7) Membuat dan memelihara kapling, kebun sekolah, TOGA, taman
sekolah
8) Mengikuti kegiatan Dinamika Kelompok (wisata, olah raga dan
kesenian).

2.1.5 Masalah kesehatan yang dapat dikurangi melalui kegiatan usaha


kesehatan sekolah (UKS) antara lain:
1) Imunisasi,
2) Kesehatan gigi,
3) Sanitasi dan air bersih,
4) Masalah gizi dan anemia,
5) Kekerasan dan kecelakaan,
6) Gangguan kesehatan mental,
7) Kebersihan diri maupun lingkungan,
8) Masalah kesehatan reproduksi remaja,
9) Merokok, alkohol dan penyalahgunaan narkoba,
10) Penyakit infeksi (malaria, gangguan saluran nafas).

12
2.1.6 Peran perawat dalam kesehatan sekolah
1. Sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah,perawat
mempunyai peran:
 Mengkaji masalah kesehatan dan keperawatan peserta didik
dengan melakukan pengumpulan data,analisa data,serta
perumusan dan prioritas masalah;
 Menyusun perencanaan kegiatan UKS bersama tim pembina
usaha kesehatan di sekolah(TPUKS);
 Melaksanakan kegiatan UKS sesuai dengan rencana kesehatan
yang di susun;
 Menilai dan memantau hasil kegiatan UKS
 Mencatat dan melaporkan sesuai dengan prosedur yang di
tetapkan.
2. Sebagai pengelola kegiatan UKS, perawat kesehatan yang bertugas
di puskesmas ,menjadi salah seorang anggota dalam TPUKS atau
dapat juga di tunjuk sebagai seorang koordinator UKS di tingkat
puskesmas.bila perawat kesehatan di tunjuk sebagai koordinator
maka pengelolaan pelaksanaan UKS menjadi tanggung jawabnya
atau paling tidak ikut terlibat dalam tim pengelola UKS.
3. Sebagai penyuluh dalam bidang kesehatan,peranan perawat
kesehatan dalam memberikan penyuluhan kesehatan dapat di
lakukan secara langsung (melalui penyuluhan kesehatan yang
bersifat umum dan klasikal) atau tidak langsung sewaktu
melakukan pemeriksaan kesehatan peserta didik secara
perseorangan.

13
2.1.7 Fungsi Perawat Dalam Usaha Kesehatan Sekolah
1. Memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di
sekolah.
2. Memberikan kontribusi untuk mempertahankan dan memperbaiki
lingkungan fisik dan sosial sekolah.
3. Menghubungkan program kesehatan sekolah dengan program
kesehatan masyarakat yang lain.

2.2. PROGRAM USAHA KESEHATAN SEKOLAH

Ada beberapa jenis kegiatan UKS dan jenis kegiatan UKS disini
dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu kegiatan yang berkaitan dengan
pengelolaan UKS, dan TRIAS UKS meliputi pendidikan kesehatan, pelayanan
kesehatan dan lingkungan sekolah yang sehat. Bagian-bagian jenis kegiatan
tersebut termasuk dalam program kegiatan UKS sebagai berikut :
2.2.1Pengelolaan UKS
1. Pembentukan Tim Pelaksana UKS
2. Terlibatnya unsure guru dan petugas puskesmas
3. Penyusunan program kerja UKS
4. Pengawasan pelaksanaan 7K
5. Laporan pembinaan dari Puskesmas
6. Penyuluhan tentang UKS
7. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pelaksana Program kerja
8. Penyediaan sarana pelayanan kesehatan
9. Pembuatan laporan pelaksana UKS kepada Tim Pembina UKS
10. Pelaksanaan rapat koordinasi dengan Tim Pembina UKS

14
2.2.2 Trias UKS
a. Pendidikan kesehatan
1. Pelaksanaan pemeriksaan berkala
2. Pelaksanaan pemeriksaan rutin
3. Pelaksanaan lomba pengetahuan kesehatan sekolah
4. Pelaksanaan pemeriksaan tinggi badan
5. Pengadaan alat peraga
6. Pelaksanaan dokter kecil
7. Pelaksanaan pemeriksaan berat badan
8. Pengadaan alat peraga UKS
9. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan badan
10. Pengadaan kegiatan lomba kebersihan ruang kelas
b. Pelayanan kesehatan
1. Kegiatan penjaringan anak sekolah (screening)
2. Pelaksanaan imunisasi
3. Pelaksanaan pemberantasan sarang penyakit
4. Pelaksanaan pemeriksaan kesehatan atau deteksi dini penyakit
5. Pengadaan upaya alih teknologi kesehatan
6. Pengadaan rujukan ke puskesmas
c. Lingkungan sekolah sehat
1. Pengadaan ruang/sudut UKS
2. Pembinaan kantin sekolah
3. Pengadaan sarana air bersih yang memenuhi syarat
4. Pengadaan tempat pembuanagn air limbah yang memenuhi syarat
5. Pengadaan kamar mandi/WC khusus siswa
Upaya peningkatan kesehatan disekolah melalui kegiatan yang
dilaksanakan melalui masyarakat disekolah dipandang lebih efektif
dibanding kegiatan lain yang dilakukan dalam masyarakat umum.
Menurut Soenaryo (2002: 2 ) program UKS sangat efektif karena:

15
1. Sekolah Dasar sebagai masyarakat sekolah, mempunyai
komunitas peserta didik yang sangat besar.
2. Sekolah Dasar sebagai lembaga pendidikan yang tersebar luas
seluruh pelosok tanah air.
3. Anak anak usia SD sangat peka terhadap perubahan dan
pembaharuan, bahkan anak anak mempunyai sifat yang
menyampaikan apa yang dia terima dan diperoleh dari orang lain.
4. Di pandang dari pembiayaan pemerintah dan harapan untuk masa
depan pelaksanaan UKS di sekolah dasar sangat ekonomis.

16
BAB 3

ASUHAN KEPERAWATAN PADA AGREGAT DALAM KOMUNITAS


KESEHATAN SEKOLAH

Asuhan keperawatan agregat anak sekolah yang dilakukan di SDN


Wonokromo IV Surabaya menggunakan pendekatan proses keperawatan yang
meliputi pengkajian status kesehatan anak sekolah, perumusan diagnosa
keperawatan, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Pemberian asuhan
keperawatan melibatkan kader UKS, guru pada institusi pendidikan, anak
sekolah dan orang tua, dan kepala sekolah.

a. Pengkajian
Pengkajian pada agregat anak sekolah menggunakan pendekatan
Community as partner meliputi : data inti komunitas dan subsystem. A.
Data inti komunitas, terdiri dari:
1. Demografi : Jumlah anak sekolah keseluruhan menurut data
Monografi SDN Wonokromo IV Surabaya untuk usia 6 – 12 tahun +
123 siswa, jumlah anak sekolah menurut jenis kelamin dan golongan
umur tergambar pada grafik di bawah ini.
Diagram 1 : Karakteristik anak sekolah Berdasarkan Umur dan Jenis
Kelamin di SDN Wonokromo IV Surabaya bulan November tahun 2012

30
25
20
15 Perempuan
10 Laki-laki
5
0
6 - 7 tahun 8 - 9 tahun 10 - 11 12 tahun
tahun

17
Dari 123 siswa SDN IV Wonokromo antara siswa laki-laki yang
berumur 8 – 9 tahun dan anak perempuan berumur 8 – 9 tahun
mempunyai prosentase yang hampir sama yaitu 20.5 % dan 20 %.

2. Status perkawinan
100% dari anak usia sekolah belum kawin.

3. Nilai, kepercayaan dan agama :

Agama yang dianut oleh anak sekolah tergambar pada diagram di


bawah ini :
Diagram 2 : Karakteristik anak usia sekolah Berdasarkan Agama di
SDN IV Wonokromo Surabaya pada November 2012

Kristen
3.1 %

Islam
96.9 %

Dari diagram di atas mayoritas responden beragama Islam yaitu 96,9


%.

Berdasarkan winshield survey dan data dari monografi didapatkan


tidak tersedia musala untuk tempat beribadah karena letak SD
bersebelahan dengan masjid, kegiatan keagamaan dilaksanakan di
masjid tersebut. Di sekoLah terdapat mata pelajaran Agama.
Sedangkan dari hasil wawancara dengan guru agama, menyatakan
bahwa nilai/norma/budaya yang dianut anak-anak SD baik, kehidupan

18
beragama berjalan dengan harmonis, dan anakanak rajin dan antusias
dalam mengikuti kegiatan keagamaan yang dilaksanakan.

 Data subsystem

Delapan subsistem yang dikaji sebagai berikut :


1. Lingkungan Fisik
Inpeksi Tipe sekolah permanen, tempatnya strategis
dekat dengan jalan raya. Kebersihan lingkungan
sekolah kurang terjaga dengan baik, terdapat 1
kantin di dalam sekolah yang menjual makanan
yang kurang terjamin kebersihannya. Terdapat
banyak penjual makanan di depan gerbang
sekolah. Jenis makanan yang dijual tidak
terjamin kebersihannya. Terdapat 2 kamar
mandi yang terpisah antara kamar mandi anak
laki-laki dan perempuan. Kondisi terawat
dengan baik.
Auskultasi Hasil wawancara dengan kepala sekolah, bahwa
di sekolah SDN IV

Wonokromo terdapat kegiatan ekstrakulikuler yang sudah lama


berjalan seperti olahraga meliputi sepak bola dan senam, kesenian
meliputi tari dan musik dan kegiatan keagamaan seperti pengajian.

Angket : Adanya kebiasaan pada lingkungan anak usia sekolah


yang kurang baik

bagi perkembangan anak yaitu orang tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi sebelum tidur sehingga
kebiasaan ini diikuti oleh anak usia sekolah

19
2. Pelayanan kesehatan dan pelayanan sosial

Pelayanan kesehatan di sekolah SDN IV Wonokromo terdapat


UKS untuk tempat istirahat dan pemeriksaan bagi anak yang sakit.
Selain itu juga terdapat ruang BK (Bimbingan Konseling) untuk
konsultasi siswa.
3. Ekonomi
Berdasarkan hasil wawancara kepada para siswa kebanyakan
orang tua para siswa mempunyai pekerjaan sebagai wiraswasta
dan berdagang untuk mencari nafkah.
4. Keamanan dan Transportasi
b. Keamanan
Terdapat satpam sekolah yang membantu anak sekolah
menyebrang jalan raya, akan tetapi ditemukan kebiasaan yang
mengancam kesehatan anak usia sekolah :
1) Kebiasaan jajan sembarangan
Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang
kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah
adalah sebagai berikut :
Diagram 3 : Kebiasaan jajan sembarangan yang dilakukan oleh anak
usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

20
Kebiasaan Jajan Sembarangan

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah memiliki kebiasaan


jajan sembarangan sebesar 98 anak (80%). Ini merupakan hal yang
negatif bagi kesehatan anak usia sekolah karena kebersihan makanan
dan kandungan gizi yang ada di dalam makanan tersebut bisa
menimbulkan berbagai macam masalah kesehatan untuk anak usia
sekolah.
2) Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah

Dari 123 angket yang terkumpul, didapatkan data tentang


kebiasaan jajan sembarangan pada anak usia sekolah adalah
sebagai berikut :
Diagram 4 : Jenis Jajanan yang dikonsumsi Anak Usia Sekolah SDN IV
Wonokromo.

21
50
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Perm en Coklat Snack

Pada diagram diketahui mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah


adalah permen sebanyak 50 anak (40,6 %). Ini merupakan hal yang
negatif bagi kesehatan gigi anak usia sekolah karena dalam permen
mengandung kandungan gula yang tinggi sehingga berisiko tinggi
terjadi kejadian karies gigi pada anak usia sekolah di SDN IV
Wonokromo.

3) Kebiasan menggosok gigi sebelum tidur

Diagram 5 : Kebiasaan menggosok gigi sebelum tidur yang dilakukan


oleh anak usia sekolah di sekolah SDN IV Wonokromo

22
Kebiasaan Menggosok Gigi

80
70
60
50
40
30
20
10
0
Ya Tidak

Pada diagram diketahui mayoritas anak usia sekolah tidak


menggosok gigi sebelum tidur sebanyak 92 anak (75 %). Ini
merupakan hal yang negatif bagi
perilaku anak usia sekolah karena kebiasaan ini harusnya
ditanamkan sejak dini, selain itu apabila tidak menggosok gigi
dapat menyebabkan berbagai macam masalah kesehatan gigi dan
mulut.
Berdasarkan wawancara dari petugas UKS menyatakan bahwa
anak-anak SDN IV Wonokromo sudah mendapat pengetahuan
tentang cara menggosok gigi. Alasan kebiasaan anak SD tidak
menggosok gigi sebelum tidur dapat dilihat pada tabel di bawah
ini.
Tabel 1: Frekuensi alasan anak SDN IV Wonokromo tidak menggosok
gigi sebelum tidur
Alasan tidak menggosok gigi jumlah Presentase
Malas 50 40.6%
Tidak di suruh ortu 30 49.7%
Lupa 13 10.5%
Total 127 100%

23
 Transportasi
Jenis transportasi yang digunakan anak-anak SDN IV
Wonokromo adalah sepeda, jalan kaki, dan diantar oleh orang
tua.
5. Politik dan pemerintahan

Pada subsystem politik dan pemerintahan bagi anak usia sekolah


adalah keikut sertaan anak dalam organisasi sosial di sekolah serta
kebijakan pemerintah terhadap masalah yang terkait dengan anak
usia sekolah. Keikutsertaan anak pada organisasi di sekolah yaitu
mengikuti kegiatan kepramukaan.
6. Komunikasi

a. Komunikasi formal
Media komunikasi yang digunakan oleh anak untuk memperoleh
informasi pengetahuan tentang gosok gigi berasal dari media,
para guru dan orang tua. Hasil pengkajian yang telah diperoleh
adalah sebagai berikut:

Diagram 6 : Sumber informasi yang digunakan anak usia sekolah untukmemperoleh


pengetahuan tentang gosok gigi di sekolah SDN IV Wonokromo.

24
45
40
35
30
25
20
15
10
5
0
Media Ortu Guru

Berdasarkan data di atas mayoritas anak mengetahui


mengenai informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber
dari media khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%.
Media informasi yang digunakan anak ini mempunyai dampak
positif dan negatif.
b. Komunikasi informal
Komunikasi informal yang dilakukan oleh anak usia sekolah di
sekolah SDN IV Wonokromo meliputi data tentang diskusi yang
dilakukan anak dengan orang tua, peran orang tua dalam
menyelesaikan dan mencegah masalah anak, keterlibatan orang
tua dan lingkungan dalam menyelesaikan masalah anak. Agar
lebih jelasnya dapat dilihat pada uraian dibawah ini :

25
60

50

40

30

20

10

0
Sering Jarang Tidak Pernah

Berdasarkan diagram di atas, maka mayoritas anak menjawab


jarang mengadakan diskusi dengan orang tua dalam mengatasi
masalah anak yaitu sebesar 74 responden (60%). Keadaan ini
sangat berisiko terhadap terjadinya perilaku anak untuk mencari
informasi melalui orang lain atau media yang belum tentu
kebenarannya. Sehingga diharapkan orang tua berperan sebagai
pendengar aktif dan pemberi solusi bagi permasalahan yang
dihadapi oleh anaknya.

Diagram 8 : Perlunya orang tua membantu mengatasi masalah anak di


sekolah SDN IV Wonokromo

26
Tidak perlu
1.0 %

Perlu
99.0 %

Pada gambar di atas dapat dilihat bahwa hampir 100 % responden


menyatakan perlu mendapatkan bantuan orang tuauntuk mengatasi
masalah yang terjadi pada dirinya.
7. Pendidikan

Semua anak bersekolah di sekolah SDN IV Wonokromo


Surabaya.

8. Rekreasi

Tempat rekreasi yang sering dimanfaatkan anak bersama orang


tuanya biasanya ke Kebun Binatang Surabaya (KBS), taman-
taman kota, Pantai Kenjeran, dan Taman Hiburan Remaja (THR).
Untuk pengembangan bakat anak di bidang olah raga dan seni di
sekolah SDN IV Wonokromo terdapat lapangan sepak bola,
sanggar senam, dan tari.

 Analisa data

Data Masalah

27
1. Lingkungan fisik : - Defisit kebersihan
- Adanya kebiasaan pada lingkungan diri dengan agregat
anak usia sekolah yang kurang baik anak usia sekolah
bagi perkembangan anak yaitu orang
tua dan lingkungan anak yang
membiasakan tidak menggosok gigi
sebelum tidur sehingga kebiasaan ini
diikutioleh anak usia sekolah
2. Keamanan dan transportasi :
a. Kebiasaan jajan sembarangan - Resiko terjadinya
- 80% anak usia sekolah memiliki kejadian karies gigi
kebiasaan jajan sembarangan agregat anak usia
- Mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah
sekolah adalah permen sebanyak 50
anak (40,6%)
- 45 murid yang bermasalah pada gigi
dengan persentase 36.5%
b. Kebiasaan menggosok gigi sebelum
tidur
- 75% anak usia sekolah tidak
menggosok gigi sebelum tidur
- Alasan tidak menggosok gigi karna
tidak disuruh oleh
- orang tuanya (48.7%)
3. Komunikasi
a. Kebiasaan formal
Anak mengetahui mengenai informasi
tentang gosok gigi sebelum tidur - Resiko

28
bersumber dari media khususnya penyalahgunaan
televisi tentang iklan pasta gigi sebesar media cetak
45% elektronik pada anak
untuk memperoleh
b. Komunikasi informal informasi yang tidak
- Sebesar 60% anak sekolah jarang sesuai dengan
diskusi dengan orang tuanya untukm perkembanganya
menyelesaikan masalah
- Sebesar 99% anak usia sekolah
menganggap perlu peran ortu untuk
mengatasi masalah anak

- Ketidakefektifan
komunikasi anak
dengan orangtua

b. Diagnosa Keperawatan Komunitas

a. Defisit kebersihan diri pada agregat anak usia sekolah b/d kebiasaan
pada lingkungan anak usia sekolah yang kurang baik
b. Risiko terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak usia sekolah
b/d kebiasaan anak usia sekolah tidak menggosok gigi sebelum tidur
sebesar 75%, mayoritas jenis jajanan anak usia sekolah adalah permen
sebanyak 50 anak (40,6 %), 45 murid yang
bermasalah pada gigi dengan persentase 36.5 % dan sebesar 48.7%
anak usia sekolah beralasan tidak menggosok gigi karena tidak
disuruh oleh orang tuanya
c. Risiko penyalahgunaan media cetak dan elektronik pada anak untuk
memperoleh informasi yang tidak sesuai dengan perkembangannya
b/d sumber informasi yang digunakan anak untuk mengetahui

29
informasi tentang gosok gigi sebelum tidur bersumber dari media
khusunya televisi tentang iklan pasta gigi sebesar 45%
d. Ketidakefektifan komunikasi anak dengan orang tua b/d anak jarang
diskusi dengan orang tua untuk menyelesaikan masalah sebesar 60%
dan perlunya peran ortu untuk mengatasi masalah anak sebesar 99%.

 Perencanaan
a. Prioritas masalah

Langkah awal dalam melakukan perencanaan adalah


memprioritaskan diagnosa keperawatan dengan menggunakan ranking
dari semua diagnosa yang telah ditemukan. Tujuan dari prioritas
masalah adalah untuk mengetahui diagnosa keperawatan komunitas
yang mana yang akan diselesaikan terlebih dahulu dengan masyarakat.
Prioritas untuk diagnosa komunitas pada agregrat anak usia sekolah di
SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya adalah sebagai
berikut :

30
Diagnosa keperawatan pada Pentingnya Perubahan Penyelesaian Total
agregat anak usia sekolah penyelesaian positif untuk untuk score
masalah penyelesaiandi Peningkatan
komunitas kualitas hidup
1 : rendah
0 : tidak ada 0 : tidak ada
2 : sedang
1 : rendah 1 : rendah
3 : tinggi
2 : sedang 2 : sedang

3 : tinggi 3 : tinggi

Defisit kebersihan diri pada 3 2 3 8


agregat anak usia
sekolah

Risiko terjadinya kejadian 3 3 3 9


karies gigi pada agregat
anak usia sekolah

Risiko penyalahgunaan 2 1 1 4
media cetak dan elektronik
pada anak untuk
memperoleh informasi yang
tidak sesuai dengan
perkembangannya

Ketidakefektifan 2 1 2 5
komunikasi anak dengan
orang tua

Kesimpulan : masalah komunitas yang menjadi prioritas adalah risiko kejadian karies gigi
pada agregat anak usia sekolah dan yang akan dijadikan implementasi adalah upaya
preventif dan promotif untuk mencegah terjadinya kejadian karies gigi pada agregat anak 
usia sekolah di SDN IV Wonokromo Kelurahan Wonokromo Surabaya.

31
c. Intervensi Keperawatan

Diagnosa keperawatan Tujuan Rencana Sasaran Metode Waktu Tempat


tindakan

1. Risiko terjadinya 1. Jangka panjang 1. Lakukan - Komunikasi - Komunikasi 3 SDN IV


kejadian karies gigi  pada Terbentuknya pendekatan secara dan informasi dan informasi Desember  Wonokromo
agregat anak usia sekolah kelompok anak  usia formal dengan 2012 Surabaya
- Ceramah - Ceramah
sekolah yang peduli kepala sekolah,
dan diskusi dan diskusi
terhadap kesehatan guru, dan petugas
gigi UKS - Edukasi dan - Edukasi dan
demonstrasi demonstrasi
2. Jangka pendek  2. Berikan
- Agregat anak usia penyuluhan
sekolah kesehatan tentang
tidak mengalami karies gigi pada
karies gigi kelompok
anak usia sekolah
- Agregat anak usia
sekolahmendapatkan 3.
pengetahuan yang Demonstrasikan
cukup cara menggosok
tentang pencegahan gigi dengan
masalahkaries gigi

32
 baik dan benar
pada kelompok
anak usia sekolah

4. Beri
kesempatan
padakelompok
anak usiasekolah
untuk
bersamasama
mempraktikan
cara menggosok
gigi dengan baik
dan benar 

- Kepala sekolah,
guru, dan petugas
UKS SDN IV
Wonokromo
Surabaya
- Kelompok anak

33
usia sekolah di
SDN IV
Wonokromo
Surabaya

- Komunikasi dan
informasi

- Ceramah dan
diskusi

- Edukasi dan
demonstrasi 3
Desember 2012
SDN IV
Wonokromo
Surabaya 29

5. Lakukan
kerjasama dengan
puskesmas
setempat untuk 
melakukan
monitoring

34
terhadap
kelompok anak 
usia sekolah di
SDN
IVWonokromo
Surabaya

35
d. Implementasi

Dx. Keperawatan Hari/tanggal Kegiatan

1. Risiko terjadinya Senin / 3 1. Melakukan pendekatan secara formal dengan


kejadian karies gigi Desember 2012 kepala sekolah, guru, dan petugas UKS. Kepala
pada agregat sekolah, seluruh guru, dan petugas UKS
anak usia sekolah mendukung diadakannya penyuluhan kesehatan
tentang karies gigi di SDN IV Wonokromo
Surabaya.

2. Memberikan penyuluhan kesehatan tentang


karies gigi pada kelompok  anak usia sekolah.
Seluruh anak antusias dan semangat untuk
mengikuti kegiatan penyuluhan kesehatan.

3. Mendemonstrasikan cara menggosok gigi


dengan baik dan benar pada kelompok anak
usia sekolah Seluruh anak antusias dan
semangat untuk cara menggosok gigi
dengan baik dan benar 

4. Memberi kesempatan pada kelompok anak


usia sekolah untuk bersamasama mempraktikan
cara menggosok gigi dengan baik dan benar .
Seluruh anak antusias dan semangat untuk
bersama-sama mempraktikan cara menggosok
gigi dengan baik dan benar 

e. Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi meliputi evaluasi proses dan hasi. Evaluasi proses dari pelaksanaan
diagnosa keperawatan pertama di SDN IV Wonokromo Surabaya adalah 100% peserta hadir,
90% peserta terlibat aktif dalam diskusi dan pelaksanaan kegiatan berjalan sesuai alokasi
waktu. Evaluasi hasi yang dapat diketahui adalah melalui peningkatan pengetahuan
kelompok anak usia sekolah tentang cara menggosok gigi dengan baik dan benar yang dapat

36
dilihat dari antusias anak usia sekolah dalam mempraktikan cara menggosok gigi dengan baik
dan benar.

37
BAB 4
PENUTUP

a. Kesimpulan

Usaha kesehatan di sekolah (UKS) merupakan salah satu usaha kesehatan


pokok yang dilaksanakan oleh puskesmas dan juga usaha kesehatan masyarakat
yang dijalankan di sekolah-sekolah dengan anak didik beserta lingkungan
sekolahnya sebagai sasaran utama.Untuk meningkatkan kesadaran hidup sehat dan
derajat kesehatan peserta didik, dilakukan upaya menanamkan prinsip hidup sehat
sedini mungkin melalui pendidikan kesehatan, pelayanan kesehatan, dan
pembinaan lingkungan sekolah sehat yang dikenal dengan istilah tiga program
pokok (trias) UKS. Peran perawat kesehatan sekolah yang paling utama yaitu
sebagai pelaksana asuhan keperawatan di sekolah. Salah satu fungsi peran perawat
sekolah yaitu memberikan pelayanan serta meningkatkan kesehatan individu dan
memberikan pendidikan kesehatan kepada semua populasi yang ada di sekolah.

b. Saran
Saat ini fungsi UKS di sekolah terutama sekolah dasar belumlah
maksimal.diharapkan dengan adanya pengetahuan tentang UKS agar mampu
menciptakan pribadi siswa yang sehat sehingga siswa dapat mengoptimalkan
proses belajar mereka.

38
DAFTAR PUSTAKA

Ananto, p.2006. usaha kesehatan sekolah di sekolah dasar dan madrasah


ibtidaiyah.bandung: yrama widya

Departemen kesehatan republik indonesia.2003.pedoman untuk tenaga


kesehatan, usaha kesehatan sekolah di tingkat sekolah dasar.jakarta:depkes RI.

Tim pembina UKS pusat.1996.pedoman pengembangan pembinaan


UKS.jakarta:depkes RI.

39

Anda mungkin juga menyukai