Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KLIEN ICU

Dosen: Ns.Duma.L.T, M.Kep, Sp.Kep.J

Disusun oleh:

1. Mira Putri Salsabila 1910711038


2. Talita Alifa Salsabila 1910711043
3. Endah Dwi Cahyani 1910711044
4. Fida Nabilah Aulya 1910711068

Program Studi S-1 Keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jakarta
Tahun 2020
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur terhadap Tuhan yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat membuat dan
menyelesaikan makalah Komunikasi Keperawatan ini.

Makalah yang berjudul “KOMUNIKASI TERAUPETIK PADA KLIEN ICU” ini ditulis
untuk memenuhi tugas mata kuliah Komunikasi Keperawatan. Pada kesempatan yang baik ini,
kami menyampaikan rasa hormat dan ucapan terimakasih kepada semua pihak yang telah
memberikan bantuan kepada kami dalam pembuatan makalah ini.

Kami berharap semoga makalah ini bisa menambah pengetahuan para pembaca. Namun
terlepas dari itu semua, kami memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Sehingga kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang bersifat membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi.

Jakarta, Desember 2020

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
DAFTAR ISI...................................................................................................................................3
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah.............................................................................................................4
1.3 Tujuan Penulisan...............................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.1 Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar..........................................................................6
2.2 Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar..............................................................6
2.3 Teknik Berkomunikasi Dengan Pasien yang Tidak Sadar................................................8
2.4 Prinsip-Prinsip Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar................................................10
2.5 Peran Perawat Kritis/ICU................................................................................................10
2.6 Contoh Komunikasi Teraupetik Pada Klien ICU...........................................................12
BAB III..........................................................................................................................................14
KESIMPULAN..............................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14
3.2 Saran................................................................................................................................15
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................16
1 BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Intensive Care Unit (ICU) adalah ruang rawat rumah sakit dengan staf dan perlengkapan
khusus ditujukan untuk mengelola pasien dengan penyakit, trauma atau komplikasi yang
mengancam jiwanya sewaktu-waktu karena kegagalan atau disfungsi satu organ atau sistem
masih ada kemungkinan dapat disembuhkan kembali melalui perawatan dan pengobatan intensif
(Musliha, 2010). Kondisi pasien yang masuk ruang ICU antara lain pasien sakit kritis, pasien
tidak stabil yang memerlukan terapi intensif, pasien yang mengalami gagal nafas berat, pasien
bedah jantung, pasien yang memerlukan pemantauan intensif, invasive dan noninvasive agar
komplikasi berat dapat dihindari atau dikurangi, juga pasien yang memerlukan terapi intensif
untuk mengatasi komplikasi akut (Haliman & Wulandari, 2012).

Terpisahnya anggota keluarga dengan pasien, dapat menimbulkan stress dan kecemasan
bagi anggota keluarga. Keluarga harus menggantungkan dan memberikan kepercayaan kepada
perawat untuk pelayanan keperawatan pasien tanpa menunjukkan sikap pro dan kontra. Bila
keluarga psien sudah percaya kepada kita, maka keluarga pasien akan lebih mudah terbuka
kepada kita. Hal ini akan membuka saluran komunikasi, mempejelas pengiriman dan penerimaan
informasi, serta memperluas komunikan untuk mencapai maksudnya (Wulandari, 2009).

Bagi keluarga pasien yang berada dalam keadaan kritis (critical care paients) dalam
kenyataannya memiliki stress emosional yang tinggi. Mendapatkan informasi tentang kondisi
medis pasien dan hubungan dengan petugas pemberi pelayanan merupakan prioritas utama yang
diharapkan dan diperlukan oleh keluarga pasien. Disamping itu perawatan pasien diruang ICU
menimbulkan stress bagi keluarga pasien juga karena lingkungan rumah sakit, dokter dan
perawat merupakan bagian yang asing, bahasa medis yang sulit dipahami dan terpisahnya
anggota keluarga dengan pasien. Untuk itu pelayanan keperawatan perlu memberikan perhatian
untuk memenuhi kebutuhan keluarga dalam frekuensi, jenis, dan dukungan komunikasi. Sejalan
dengan itu, pelayanan keperawatan juga perlu memahami kepercayaan, niali-nilai keluarga,
menghormati struktur, fungsi, dan dukungan keluarga (Potter & Perry, 2009).
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan komunikasi dengan pasien tidak sadar?
2. Apa fungsi komunikasi dengan pasien tidak sadar?
3. Bagaimana cara/teknik berkomunikasi dengan pasien yang tidak sadar?
4. Apa saja prinsip-prinsip komunikasi dengan pasien yang tidak sadar?
5. Apa saja peran perawat kritis/ICU?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Mengetahui apa itu komunikasi dengan pasien yang tidak sadar.


2. Mengetahui Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar
3. Mengetahui Teknik Berkomunikasi Dengan Pasien yang Tidak Sadar
4. Mengetahui Prinsip-Prinsip Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar
5. Mengetahui Peran Perawat Kritis/ICU
2 BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar

Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan
teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami
penurunan sehingga seringkali stimulus dari luar tidak dapat diterima klien dan klien tidak dapat
merespons kembali stimulus tersebut.
Pasien yang tidak sadar atau yang sering kita sebut dengan koma, dengan gangguan
kesadaran merupakan suatu proses kerusakan fungsi otak yang berat dan dapat membahayakan
kehidupan. Pada proses ini susunan saraf pusat terganggu fungsi utamanya mempertahankan
kesadaran. Gangguan kesadaran ini dapat disebabkan oleh beragam penyebab, yaitu baik primer
intrakranial ataupun ekstrakranial, yang mengakibatkan kerusakan struktural atau metabolik di
tingkat korteks serebri, batang otak keduanya.
Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien tidak
dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar.

2.2 Fungsi Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar

Menurut Pastakyu (2010), Komunikasi dengan klien dalam proses keperawatan memiliki
beberapa fungsi, yaitu:
A. Mengendalikan Perilaku

Pada klien yang tidak sadar, karakteristik pasien ini adalah tidak memiliki respon dan
klien tidak ada prilaku, jadi komunikasi dengan pasien ini tidak berfungsi sebagai
pengendali prilaku. Secara tepatnya pasien hanya memiliki satu prilaku yaitu pasien
hanya berbaring, imobilitas dan tidak melakukan suatu gerakan yang berarti. Walaupun
dengan berbaring ini pasien tetap memiliki prilaku negatif yaitu tidak bisa mandiri.
B. Perkembangan Motivasi

Pasien tidak sadar terganggu pada fungsi utama mempertahankan kesadaran, tetapi klien
masih dapat merasakan rangsangan pada pendengarannya. Perawat dapat menggunakan
kesempatan ini untuk berkomunikasi yang berfungsi untuk pengembangan motivasi pada
klien. Motivasi adalah pendorong pada setiap klien, kekuatan dari diri klien untuk
menjadi lebih maju dari keadaan yang sedang ia alami. Fungsi ini akan terlihat pada
akhir, karena kemajuan pasien tidak lepas dari motivasi kita sebagai perawat, perawat
yang selalu ada di dekatnya selama 24 jam. Mengkomunikasikan motivasi tidak lain
halnya dengan pasien yang sadar, karena klien masih dapat mendengar apa yang
dikatakan oleh perawat.

C. Pengungkapan Emosional

Pada pasien tidak sadar, pengungkapan emosional klien tidak ada, sebaliknya perawat
dapat melakukannya terhadap klien. Perawat dapat berinteraksi dengan klien. Perawat
dapat mengungkapan kegembiraan, kepuasan terhadap peningkatan yang terjadi dan
semua hal positif yang dapat perawat katakan pada klien. Pada setiap fase kita dituntut
untuk tidak bersikap negatif terhadap klien, karena itu akan berpengaruh secara tidak
langsung/langsung terhadap klien. Sebaliknya perawat tidak akan mendapatkan
pengungkapan positif maupun negatif dari klien. Perawat juga tidak boleh
mengungkapkan kekecewaan atau kesan negatif terhadap klien. Pasien ini
berkarakteristik tidak sadar, perawat tidak dapat menyimpulkan situasi yang sedang
terjadi, apa yang dirasakan pada klien pada saat itu. Kita dapat menyimpulkan apa yang
dirasakan klien terhadap apa yang selama ini kita komunikasikan pada klien bila klien
telah sadar kembali dan mengingat memori tentang apa yang telah kita lakukan
terhadapnya.
D. Informasi

Fungsi ini sangat lekat dengan asuhan keperawatan pada proses keperawatan yang akan
kita lakukan. Setiap prosedur tindakan keperawatan harus dikomunikasikan untuk
menginformasikan pada klien karena itu merupakan hak klien. Klien memiliki hak penuh
untuk menerima dan menolak terhadap tindakan yang akan kita berikan. Pada pasien
tidak sadar ini, kita dapat meminta persetujuan terhadap keluarga, dan selanjutnya pada
klien sendiri. Pasien berhak mengetahui apa saja yang akan perawat lakukan pada klien.
Perawat dapat memberitahu maksud tujuan dari tindakan tersebut, dan apa yang akan
terjadi jika kita tidak melakukan tindakan tersebut kepadanya.

Hampir dari semua interaksi komunikasi dalam proses keperawatan menjalankan satu
atau lebih dari ke empat fungsi di atas. Dengan kata lain, tujuan perawat berkomunikasi
dengan klien yaitu untuk menjalankan fungsi tersebut. Dengan pasien tidak sadar
sekalipun, komunikasi penting adanya. Walau, fungsi yang dijalankan hanya salah satu
dari fungsi di atas. Dibawah ini akan diuraikan fungsi-fungsi berkomunikasi dengan
klien, terhadap klien tidak sadar. Untuk dipertegas, walau seorang pasien tidak sadar
sekali pun, ia merupakan seorang pasien yang memiliki hak-hak sebagai pasien yang
harus tetap kita penuhi.

Komunikasi yang dilakukan perawat bertujuan untuk membentuk hubungan saling


percaya, empati, perhatian, autonomi dan mutualitas. Pada komunikasi dengan pasien
tidak sadar kita tetap melakukan komunikasi untuk meningkatkan dimensi ini sebagai
hubungan membantu dalam komunikasi terapeutik.

2.3 Teknik Berkomunikasi Dengan Pasien yang Tidak Sadar

Menurut Pastakyu (2010), Cara berkomunikasi dengan klien dalam proses keperawatan adalah
berkomunikasi terapeutik. Pada klien tidak sadar perawat juga menggunakan komunikasi
terapeutik. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan secara sadar, bertujuan
dan kegiatannya dipusatkan untuk kesembuhan klien. Dalam berkomunikasi kita dapat
menggunakan teknik-teknik terapeutik, walaupun pada pasien tidak sadar ini kita tidak
menggunakan keseluruhan teknik. Teknik terapeutik, perawat tetap dapat terapkan. Adapun
teknik yang dapat terapkan, meliputi:

A. Menjelaskan
Dalam berkomunikasi perawat dapat menjelaskan apa yang akan perawat lakukan
terhadap klien. Penjelasan itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan kepada klien.
Dengan menjelaskan pesan secara spesifik, kemungkinan untuk dipahami menjadi lebih
besar oleh klien.

B. Memfokuskan
Memfokuskan berarti memusatkan informasi pada elemen atau konsep kunci dari pesan
yang dikirimkan. Perawat memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien untuk
menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi.

C. Memberikan Informasi
Fungsi berkomunikasi dengan klien salah satunya adalah memberikan informasi. Dalam
interaksi berkomunikasi dengan klien, perawat dapat memberi informasi kepada klien.
Informasi itu dapat berupa intervensi yang akan dilakukan maupun kemajuan dari status
kesehatannya, karena dengan keterbukaan yang dilakukan oleh perawat dapat
menumbuhkan kepercayaan klien dan pendorongnya untuk menjadi lebih baik.

D. Mempertahankan ketenangan
Mempertahankan ketengan pada pasien tidak sadar, perawat dapat menujukkan dengan
kesabaran dalam merawat klien. Ketenagan yang perawat berikan dapat membantu atau
mendorong klien menjadi lebih baik. Ketenagan perawat dapat ditunjukan kepada klien
yang tidak sadar dengan komunikasi non verbal. Komunikasi non verbal dapat berupa
sentuhan yang hangat. Sentuhan adalah transmisi pesan tanpa kata-kata, merupakan salah
satu cara yang terkuat bagi seseorang untuk mengirimkan pasan kepada orang lain.
Sentuhan adalah bagian yang penting dari hubungan antara perawat dan klien.
Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah
komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai
pengirim dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta
tanpa feed back pada penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri,
yaitu pada point ini pasien tidak sadar. Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus
seperti ini, keefektifan komunikasi lebih diutamakan kepada perawat sendiri, karena
perawat lah yang melakukan komunikasi satu arah tersebut.

2.4 Prinsip-Prinsip Komunikasi dengan Pasien Tidak Sadar

Menurut Pastakyu (2010), Pada saat berkomunikasi dengan klien yang tidak sadar, hal-hal
berikut perlu diperhatikan, yaitu:

A. Berhati-hati melakukan pembicaraan verbal di dekat klien, karena ada keyakinan bahwa
organ pendengaran merupakan organ terkhir yang mengalami penurunan penerimaan,
rangsangan pada klien yang tidak sadar. Klien yang tidak sadar seringkali dapat
mendengar suara dari lingkungan walaupun klien tidak mampu meresponnya sama sekali.

B. Ambil asumsi bahwa klien dapat mendengar pembicaraan perawat. Usahakan


mengucapkan kata dan menggunakan nada normal dan memperhatikan materi ucapan
yang perawat sampaikan dekat klien.

C. Ucapkan kata-kata sebelum menyentuh klien. Sentuhan diyakini dapat menjadi salah satu
bentuk komunikasi yang sangat efektif pada klien dengan penurunan kesadaran.

D. Upayakan mempertahankan lingkungan setenang mungkin untuk membantu klien fokus


terhadap komunikasi yang perawat lakukan.

2.5 Peran Perawat Kritis/ICU

Keperawatan kritis adalah suatu bidang yang memerlukan perawatan pasien yang
berkualitas tinggi dan komprehensif. Untuk pasien yang kritis, waktu adalah sesuatu hal yang
vital. Proses keperawatan memberikan suatu pendekatan yang sistematis, dimana perawat
keperawatan kritis dapat mengevaluasi masalah pasien dengan cepat (Talbot, 1997).
ICU atau intensive care unit dimulai pertama kali pada tahun 1950-an. Kegawat
daruratan dalam keperawatan berkembang sejak tahun 1970-an. Sebagai contoh, kegawatan
di unit operasi kardiovaskuler, pediatric, dan unit neonates. Keperawatan gawat darurat
secara khusus berkonsentrasi pada respon manusia pada masalah yang mengancam hidup
seperti trauma atau operasi mayor. Pencegahan terhadap masalah kesehatan merupakan hal
penting dalam praktik keperawatan gawat darurat. (Hartshorn et all, 1997). Peran perawat
kritis sebagai berikut:

1. Advokat
Perawat juga berperan sebagai advokat atau pelindung klien, yaitu membantu
mempertahankan lingkungan yang aman bagi klien dan mengambil tindakan untuk
mencegah terjadinya kecelakaan dan melindungi klien dari efek yang tidak diinginkan
yang berasal dari pengobatan atau tindakan diagnostik tertentu (Potter dan Perry, 2005).

2. Care giver
Perawat memberikan bantuan secara langsung pada klien dan keluarga yang mengalami
masalah kesehatan (Vicky, 2010).

3. Kolaborator
Peran ini dilakukan perawat karena perawat bekerja bersama tim kesehatan lainnya
seperti dokter, fisioterapis, ahli gizi, apoteker, dan lainnya dalam upaya memberikan
pelayanan yang baik (Vicky, 2010).

4. Peneliti
Peran sebagai pembaharu dan peneliti dilakukan dengan mengadakan perencanaan,
kerjasama, perubahan sistematis, dan terarah sesuai metode pemberian pelayanan (Vicky,
2010). Selain itu juga meningkatkan pengetahuan dan mengembangkan ketrampilan, baik
dalam praktik maupun dalam pendidikan keperawatan (Aryatmo, 1993).

5. Koordinator
Peran ini dilaksanakan dengan mengarahkan, merencanakan, dan mengorganisasi
pelayanan kesehatan dari tim kesehatan sehingga pemberian layanan dapat terarah serta
sesuai kebutuhan (Vicky, 2010).

6. Konsultan
Perawat sebagai narasumber bagi keluarga dalam mengatasi masalah keperawatan
terutama mengenai keamanan pasien dan keluarga (Vicky, 2010).

2.6 Contoh Komunikasi Teraupetik Pada Klien ICU


PERAWAT DENGAN PASIEN

Perawat :

Fase Orientasi : “Selamat pagi ibu, perkenalkan saya perawat Fida, kebetulan saya yang
bertugas hari ini ibu. Bagaimana keadaan ibu sekarang? Saya berharap ibu cepat siuman. Baik
ibu kedatangan saya kesini untuk memberikan obat sekaligus memberikan nutrisi kepada ibu
dimana tujuannya agar ibu tetap bisa makan walaupun dalam keadaan koma ya buk. disini kira-
kira saya membutuhkan waktu 5-10 menit ya ibu.”

Fase Kerja : “Permisi ya ibu, saya suntik terlebih dahulu, mungkin akan terasa sedikit sakit yaa
bu.”

Fase Terminasi : “Baik ibu saya sudah selesai melakukan prosedur ibu, saya berharap ibu cepat
siuman, cepat melakukan aktifitas seperti sedia kala, rupanya keluarga ibu sudah tidak sabar lagi
ingin melihat ibu cepat melewati masa kritis ini, diluar sana keluarga ibu sangat semangat
menjaga ibu disini ada suami ibu dan saudara ibu yang setia menemani ibu diluar sana. Ibu harus
kuat menjalini semua ini. Saya yakin ibu pasti bisa melewati ini semua. Baik ibu saya permisi
dulu yaa, nanti siang saya akan kembali lagi untuk memeriksa ibu. Selamat pagi bu.”

PERAWAT DENGAN KELUARGA PASIEN

Perawat : (memanggil keluarga yang berada di ruang umum tunggu untuk keluarga yang sudah
disediakan oleh rumah sakit tersebut) “Keluarga dari Ny. Mira”

Keluarga: “iya sus.”

Perawat : “Selamat pagi ibu, Perkenalkan saya perawat Fida, kebetulan saya yang bertugas hari
ini dari jam 08.00-13.00. Saya ingin untuk meminta izin untuk memberikan obat kepada Ny.
Mira melalui suntikan ini.

Keluarga : “Baik sus, silahkan.”


Perawat : “Baik ibu, kalau begitu saya permisi dulu.”

Beberapa saat kemudian

Perawat : “Permisi ibu saya sudah selesai melakukan prosedur kepada Ny. Mira”

Keluarga : “Oh iya sus, bagaimana keadaan kakak saya? Padahal dokter bilang bahwa besok hari
terakhir beliau melewati masa kritisnya tapi kenapa sampe sekarang masih belom sadar ya?”

Perawat : “Sabar ya bu, mungkin saja sebentar lagi kakak ibu akan segera sadar. Lebih baik ibu
sekarang banyak berdoa agar kakaknya segera sadar dan bisa berkumpul sama keluarga seperti
dulu. Kami disini juga telah mengupayakan yang terbaik untuk kesembuhan kakak ibu.”

Keluarga : “Aamiin semoga saja sus. Tapi kira-kira sampai kapan sus?”

Perawat : “Kalau masalah itu saya belom bisa memastikan bu, tapi yang pasti kami akan
berusaha merawat Ny.Mira sebaik mungkin agar membantu proses penyembuhan Ny.Mira.”

Keluarga : “Baik suster, terima kasih yaa”

Perawat : “Sama-sama ibu, ada yang di tanyakan lagi?”

Keluarga : “Sudah tidak ada sus.”

Perawat : “Baik jika memang sudah tidak ada saya mohon izin pamit terlebih dahulu yaa”

Keluarga : “Iya sus”


3 BAB III

KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan

Komunikasi dengan pasien tidak sadar merupakan suatu komunikasi dengan menggunakan
teknik komunikasi khusus/teurapetik dikarenakan fungsi sensorik dan motorik pasien mengalami
penurunan. Ada karakteristik komunikasi yang berbeda pada klien tidak sadar ini, kita tidak
menemukan feed back (umpan balik), salah satu elemen komunikasi. Ini dikarenakan klien tidak
dapat merespon kembali apa yang telah kita komunikasikan sebab pasien sendiri tidak sadar.

Fungsi komunikasi dengan pasien yang tidak sadar adalah mengendalikan perilaku,
pengembangan motivasi klien karena pada pasien yang tidak sadar ia masih dapat mendengar,
yang ketiga pengungkapan emosional seperti mengungkapkan kegembiraan terhadap
peningkatan yang terjadi, dan yang terakhir memberi informasi untuk setiap tindakan yang akan
kita berikan karena itu merupakan hak klien.

Teknik komunikasi dengan pasien yang tidak sadar yaitu pertama menjelaskan apa yang
akan kita lakukan pada klien, lalu memfokuskan informasi yang akan diberikan pada klien untuk
menghilangkan ketidakjelasan dalam komunikasi, selanjutnya memberikan informasi kepada
klien berupa kemajuan kesehatannya, dan yang terakhir mempertahankan ketenangan dengan
komunikasi non verbal seperti sentuhan yang hangat.

Pada dasarnya komunikasi yang akan dilakukan pada pasien tidak sadar adalah
komunikasi satu arah. Komunikasi yang hanya dilakukan oleh salah seorang sebagai pengirim
dan diterima oleh penerima dengan adanya saluran untuk komunikasi serta tanpa feed back pada
penerima yang dikarenakan karakteristik dari penerima sendiri, yaitu pada point ini pasien tidak
sadar. Untuk komunikasi yang efektif dengan kasus seperti ini, keefektifan komunikasi lebih
diutamakan kepada perawat sendiri, karena perawat lah yang melakukan komunikasi satu arah
tersebut.
3.2 Saran
Sebagai perawat kita harus bisa menguasai teknik-teknik komunikasi teraupetik,
contohnya komunikasi teraupetik pada klien ICU. Walaupun terlihat sepele karena komunikasi
hanya satu arah, namun sebenarnya komunikasi ini sangat penting untuk kemajuan kesembuhan
klien. Sebagai perawat kita harus professional dan memperhatikan hak-hak klien seperti
mendapat informasi atas tindakan yang kita lakukan walaupun pasien tidak sadar.
4 DAFTAR PUSTAKA

Fega, Mulyadi, Vandri. 2017. HUBUNGAN KOMUNIKASI TERAPEUTIK PERAWAT


DENGAN TINGKAT KEPERCAYAAN KELUARGA PASIEN DI INTENSIVE CARE
UNIT (ICU) RSU GMIM KALOORAN AMURANG. e-journal Keperawatan (e-Kp).
Volume 5(1).

Firda. 19 Desember 2017. Contoh Komunikasi Teraupetik Pada Klien ICU. Diakses tanggal 13
November 2020.

Mungin, B (2008), Sosiologi Komunikasi : Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi


Komunikasi di Masyarakat, PT. Kencana, Jakarta, Bab III Hal. 57

Ners Indonesia Blog. 9 Desember 2016. Konsep ICU. Diakses tanggal 13 November 2020

Pastakyu (2010), Komunikasi Dengan Pasien Tidak Sadar,

Potter, Patricia A. (2005). Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktik. Edisi 4.


Jakarta: EGC

Riswandi (2009), Ilmu Komunikasi, Edisi Pertama, Graha Ilmu, Universitas Mercu Buana,
Yogyakarta, Bab I Hal. 1

Suryani.(2005). Komunikasi Terapeutik; Teori dan Praktik. Jakarta: EGC

Wiryanto (2004), Pengantar Ilmu Komunikasi, PT. Gramedia Widiasarana Indonesia, Jakarta.


Bab II. Hal 28

Anda mungkin juga menyukai