Anda di halaman 1dari 61

Congestive Heart Failure

(Gagal Jantung)
Disusun Oleh :

Miqdad 1910711059
Muhammad Helmy Maulani 1910711066
Angga Bhakti Samudra 1910711067
Bayu Sri Ramadhan 1910711069
Rahma Dewi Sulistyawati 1910711072
Putri Widiana Puspitasari 1910711076
Fadhia Syaharani Ardira 1910711077
KASUS
Seorang pasien berusia 63 tahun dirawat diruangan ICU dirumah sakit
pemerintah. Pasien dirawat dengan keluhan sesak nafas berat sejak 4 jam
SMRS disertai dengan batuk berdahak. Seorang perawat melakukan
anamnesa, didapatkan hasil sebagai berikut pasien mengatakan cepat capek
bila melakukan aktivitas yang ringan, pasien mempunyai riwayat hipertensi
tidak terkontrol sejak 4 tahun yang lalu, pasien terlihat gelisah, terdapat
edema ektremitas (+), pitting edema (+), akral dingin, PND (+).TTV : TD
155/100 mmHg, HR : 120x/menit, RR : 32 x/menit. Hasil Pemeriksaan lab
diperoleh BNP150g/ml, AGD : pH : 7, 50, PO2 : 85 %, PCO2 : 30 %,
HCO3 : 26. Hasil Rongten thorax menandakan terjadinya overload dan
kardiomegali. Hasil Echokardiografi menunjukan fraksi ejeksi : 30 %
dengan status volume berlebih. Pasien mendapatkan diuretik dan terapi
oksigen dengan menggunakan NRM 10liter/menit. Pasien mendapatkan
terapi cairan asering10 tetes/menit. Pasien dan keluarga bertanya kenapa
bisa terkena penyakit ini. Diagnosa medis pasien CHF, perawat dan dokter
serta paramedic lainnya yang terkait melakukan perawatan secara integrasi
untuk menghindari /Mengurangi resiko komplikasi lebih lanjut.
TERMINOLOGI
1. BNP (Brain Natriuretic Peptide) : tes yang mengukur jumlah hormon BNP dalam darah. BNP
dihasilkan oleh jantung dan menunjukkan seberapa baik jantung Anda bekerja.
2. PND (Paroxismal noctural dyspnea) : sesak yang terjadi secara tiba-tiba selama tidur. Umumnya
terjadi 2 hingga 4 jam setelah tidur dan disertai dengan diaforesis, batuk, kadang-kadang wheezing.
3. Kardiomegali : kondisi ketika jantung mengalami pembesaran akibat penyakit tertentu, misalnya 
hipertensi, dan dapat terlihat melalui tes pencitraan, seperti foto Rontgen.
4. Pitting Edema : Cekungan atau lekukan yang timbul setelah bagian kulit yang bengkak ditekan
menggunakan ujung jari.
5. SMRS : Sebelum Masuk Rumah Sakit
6. Ekokardiografi (USG Jantung) : sebuah metode pemeriksaan dengan menggunakan gelombang
suara berfrekuensi tinggi untuk menangkap gambar struktur organ Jantung
7. AGD (Analisa Gas Darah) : tes darah yang diambil melalui pembuluh darah arteri untuk mengukur
kadar oksigen, karbon dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam darah.
DEFINISI,GRADE,
KLASIFIKASI CHF
Pendahuluan
Perkembangan peradaban dunia, kemajuan teknologi, semakin meningkatnya kemakmuran, dan pertumbuhan ekonomi yang cepat berpengaruh terhadap
kejadian dan jenis penyakit. Terjadi pergeseran jenis penyakit, pada awalnya jenis penyakit infeksi yang mendominasi, akan tetapi pada saat ini penyakit
non infeksi semakin meningkat salah satunya yaitu penyakit Congestive Heart Failure (CHF) (Depkes RI, 2012). Congestive Heart Failure (CHF)
merupakan ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Faktor pengetahuan
merupakan faktor domain yang sangat penting untuk terbentuknya sebuah tindakan dalam menjalani diet jantung. Jika seseorang mengetahui bahwa diet
jantung sangat penting bagi kesembuhan penyakitnya maka hal ini akan memotivasi penderita Congestive Heart Failure (CHF) untuk melakukan diet
jantung secara teratur (Notoatmodjo, 2010)
Terdapat hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur, umur
>45 tahun berjumlah (39,4%), kemudian umur 30-35 tahun dan 41-45 tahun masingmasing
berjumlah (27,3%) sedangkan umur 36-40 tahun berjumlah (6,1%). Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin perempuan berjumlah (72,7%) sedangkan responden laki-laki
berjumlah (27,3%). Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan SMA sebanyak (75.8%)
dan paling sedikit DIPLOMA/PT sebanyak (6.1%). Karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak (51,5%) dan pekerjaan paling sedikit adalah
sebagai pegawai swasta sebanyak (9,1%). Didalamnya terdapat hasil penelitian terhadap
pengetahuan sebelum diberikan konseling diet jantung sebanyak 2 orang berkategori cukup.
Kemudian pengetahuan berkategori kurang sebanyak 31 orang. Terdapat perubahan setelah
diberikan konseling diet jantung yaitu pengetahuan berkategori cukup sebanyak 28 orang
(90,3%) dan pengetahuan berkategori kurang sebanyak 2 orang (6,5%) serta 1 orang (3.2%)
berpengetahuan baik. Didapatkan nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan konseling
jantung sebesar 47,87 dan dapat berubah menjadi 63,63. Kemudian setelah diberikan konseling
diet jantung, hasil nilai hitung menunjukkan angka 13,656 atau lebih besar dati t tabel sebesar 1,
697 yang artinya terdapat pengaruh konseling diet jantung terhadap pengetahuan tentang diet
jantug pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Poli Jantung RSUP NTB tahun
2019. Nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan konseling diet jantung sebesar 47,87 dan
berubah menjadi 63,63 setelah diberikan
DEFINISI CHF
Gagal jantung kongesif adalah Congestive Heart Failure/ Gagal Jantung adalah
ketidakmampuan jantung untuk ketiadakmampuan jantung untuk
mempertahankan curah jantung yang adekuat
memompa darah yang adekuat
guna memenuhi kebutuhan metabolic dan
untuk memenuhi kebutuhan kebutuhan oksigen pada jaringan meskipun
jaringan akan oksigen dan aliran balik vena adekuat (Stillwell, 2011).

nutrisi (Smletzer, 2002)

Congestive heart failure (CHF) adalah suatu


kondisi dimana jantung mengalami Jadi, gagal jantung kongesif secara garis besar
kegagalan dalam memompa darah guna adalah suatu kondisi dimana jantung mengalami
mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh akan kegagalan memompa darah untuk mencukupi
nutrient dan oksigen secara adekuat. Sebagai sel-sel tubuh akan nutrisi dan oksigen secara
akibatnya, ginjal sering merespon dengan adekuat.
menahan air dan garam. Hal ini akan
mengakibatkan bendungan cairan dalam
beberapa organ tubuh seperti tangan, kaki,
paru, atau organ lainnya sehingga tubuh
klien menjadi bengkak (congestive) (Udjianti,
2010).
KLASIFIKASI

STAGE A STAGE B
Stage A, merupakan klasifikasi dimana pasien Stage B, Pasien dikatakan mengalami gagal jantung stage B apabila
mempunyai resiko tinggi, tetapi belum ditemukannya ditemukan adanya kerusakan struktural pada jantung tetapi tanpa
kerusakan struktural pada jantung serta tanpa adanya menunjukkan tanda dan gejala dari gagal jantung tersebut. Stage B
tanda dan gejala (symptom) dari gagal jantung tersebut. pada umumnya ditemukan pada pasien dengan infark miokard,
Pasien yang didiagnosa gagal jantung stage A disfungsi sistolik pada ventrikel kiri ataupun penyakit valvular
umumnya terjadi pada pasien dengan hipertensi, asimptomatik.
penyakit jantung koroner, diabetes melitus, atau pasien
yang mengalami keracunan pada jantungnya
(cardiotoxins).

Berdasarkan American Heart Association


(Yancy et al., 2013):
KLASIFIKASI
STAGE C STAGE D

Stage C, menunjukkan bahwa telah terjadi kerusakan Stage D, Pasien dengan stage D adalah pasien yang
struktural pada jantung bersamaan dengan membutuhkan penanganan ataupun intervensi khusus
munculnya gejala sesaat ataupun setelah terjadi dan gejala dapat timbul bahkan pada saat keadaan
kerusakan. Gejala yang timbul 12 dapat berupa nafas istirahat, serta pasien yang perlu dimonitoring secara
pendek, lemah, tidak dapat melakukan aktivitas berat. ketat
KLASIFIKASI
Kelas I, Aktivitas fisik tidak
dibatasi, melakukan aktivitas fisik Kelas III, Aktivitas fisik sangat
secara normal tidak menyebabkan dibatasi, melakukan aktivitas fisik
dyspnea, kelelahan, atau sedikit saja mampu menimbulkan
palpitasi. gejala yang berat (moderate CHF).

Kelas II, Aktivitas fisik sedikit dibatasi, Kelas IV, Pasien dengan diagnosa kelas IV tidak
melakukan aktivitas fisik secara normal dapat melakukan aktivitas fisik apapun, bahkan
menyebabkan kelelahan, dyspnea, palpitasi, dalam keadaan istirahat mampu menimbulkan
serta angina pektoris (mild CHF). gejala yang berat (severe CHF).

The New York Heart Association


(Yancy et al., 2013)
Etiologi,Patofisiologi
, Tanda&Gejala
• Muhammad Helmy Maulani 1910711066
• Fadhia Syaharani Ardira 1910711077
Etiologi CHF
Gagal jantung terjadi saat jantung tidak mampu memompa darah secara efisien untuk memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh.
Gagal jantung adalah kondisi yang terjadi ketika otot jantung rusak karena beberapa alasan. Biasanya, perlemahan ini pada
dasarnya disebabkan oleh jantung, atau keadaan pembuluh darah, atau campuran dari keadaan berikut.

Kerja Jantung
CAD Berlebih
Serangan
Jantung Hipertensi

Iskemia/Infark
Kardiomiopati Miokard
Penyakit Katup
jantung
Faktor Risiko CHF

01 02 03
Kurang Proses
Kebiasaan hidup
Merokok
olahraga
Obesitas Pengobatan
Ketidak patuhan pada pengobatan atau terapi bagi
Minum minuman beralkohol Serta hal yang menyertai penyakit koroner masalah jantung ringan.
 

04 05 06
Hipoksia Anemia Konsumsi garam
Ketidakcukupan kadar O2 Hematokrit serum <25%
berlebih
Tanda&Gejala CHF

1 2 4 5
Rasa
Dispnea Ortopnea Batuk. mudah
lelah
7

3 Edema
(pembengkakan) 6

Paroxysmal Gangguan
Nocturnal Dyspnea pencernaan
(PND)
Patofisiologi CHF
Bila jantung tidak adekuat dalam memenuhi kebutuhan metabolik tubuh,
maka jantung gagal untuk melakukan tugasnya sebagai pompa yang
mengakibatkan terjadinya gagal jantung. Pada kebanyakan penderita gagal
jantung disfungsi sistolikdan disfungsi diastolik ditemukan bersama. Pada
disfungsi sistolik kekuatan kontraksi ventrikel kiri terganggu sehingga ejeksi
darah berkurang, menyebabkan curah jantung berkurang. Pada disfungsi
diastolik relaksasi dinding ventrikel terganggu sehingga pengisian darah
berkurang menyebabkan curah jantung berkurang.
Patofisiologi CHF
Gangguan kemampuan jantung sebagai pompa tergantung pada
bermacam-macam faktor yang saling terkait. Menurunnya kontraktilitas
miokard memegang peran utama pada gagal jantung. Bila terjadi gangguan
kontraktilitas miokard atau beban hemodinamik berlebih diberikan pada
ventrikel normal, maka jantung akan mengadakan sejumlah mekanisme
untuk meningkatkan kemampuan kerjannya sehingga curah jantung dan
tekanan darah dapat dipertahankan. Adapun mekanisme kompensasi
jantung yaitu:
1. Peningkatan Aktivitas Adrenergik Simpatis
2. Aktivasi Rennin-Angiotensin-Aldosteron
3. Hipertropi Miokardium dan Dilatasi Ventrikel
Patofisiologi Gagal Jantung Dibagi Menjadi

Aktivasi sistem Renin


Berdasarkan bagian
Angiotensin
jantung yang mengalami
Aldosteron (RAAS)
kegagalan (failure)
1. Gagal jantung kiri (Left-Sided
Meningkatkan retensi garam dan air di ginjal,
Heart Failure) akibatnya cairan didalam tubuh ikut meningkat
2. Gagal jantung kanan (Right-Sided inilah yang mendasari timbulnya edema cairan
Heart Failure)
pada gagal jantung kongestif .

Cardiac remodeling
Mekanisme
neurohormonal Cardiac remodeling merupakan suatu
Renin sebagai respon dari penurunan perubahan pada ukuran, bentuk dan fungsi
curah jantung dan peningkatan jantung setelah adanya stimulasi stress
aktivasi sistem syaraf simpatik. ataupun cedera yang melibatkan molekuler,
seluler serta interstitial.
Pathway (Terlampir)

01

02

03
KOMPLIKASI CHF
1. PROSES TERJADINYA
ARITMIA
TEKANAN SISTOLE ↑

Beban kerja jantung ↑

Hipertrofi otot jantung

Kardiomiopati

Peregangan jaringan atrium dan ventrikel

Kelistrikan jantung terganggu

Fibrilasi atrium

Aritmia
2. PROSES TERJADINYA
SYOK KARDIOGENIK

Gagal jantung kiri



Ventrikel kiri tidak mampu mengosongkan
Peningkatan volume yang adekuat

Pembesaran ventrikel kiri

Bendungan

Curah jantung

Perfusi jaringan perifer

Syok kardiogenik
PEMERIKSAAN
PENUNJANG
Pemeriksaan Brain Peptide Natriuretik BNP

Brain Natriuretic Peptide (BNP) adalah tes yang dilakukan untuk


mengukur jumlah hormon B-type natriuretic peptide (BNP) di dalam
darah.Kadar BNP di dalam darah cenderung meningkat karena kondisi
gagal jantung yang semakin parah, tetapi bisa juga meningkat seiring
bertambahnya usia. Menguji kadar BNP adalah salah satu cara yang
paling efektif untuk mengetahui seberapa baik perawatan gagal jantung
berjalan. 

Selama melakukan tes BNP, perawat membutuhkan sampel darah yang


akan diambil dari pembuluh darah vena. Kemudian darah yang diambil
akan dipindahkan ke dalam mesin yang bisa mendeteksi kadar BNP atau
NT-pro-BNP di dalam darah.
Nilai Normal BNP
Kadar BNP < 100 pg/mL menandakan tidak ada indikasi gagal jantung.
Kadar BNP 100-300 pg/ML menandakan adanya indikasi gagal jantung.
Kadar BNP 300 pg/mL menandakan adanya indikasi gagal jantung
ringan.
Kadar BNP > 600 pg/ML menandakan adanya indikasi gagal jantung
sedang.
Kadar BNP > 900 pg/ML menandakan adanya indikasi gagal jantung
parah.
Pemeriksaan Analisa Gas Darah

Analisa gas darah (AGD) merupakan


pemeriksaan laboratorium yang sangat penting
untuk mengukur kadar oksigen, karbon
dioksida, dan tingkat asam basa (pH) di dalam
darah. Hal ini bertujuan untuk mengetahui
status oksigenasi pasien, status keseimbangan
asam basa, fungsi paru dan status metabolisme
pasien.
Sampel untuk pemeriksaan analisa gas darah adalah
darah arteri yang diambil dari arteri brachialis atau
arteri radialis atau arteri femoralis (pergelangan
tangan, lengan atau pangkal paha). Sampel darah 
dianalisa oleh alat analisa gas darah yang ada di
laboratorium. Sampel darah harus dianalisis dalam
waktu 10 menit dari waktu pengambilan untuk
memastikan hasil tes yang akurat. Analisa gas darah
meliputi pemeriksaan PO2, PCO3, PH, HCO3, dan
saturasi O2.
Secara umum, nilai normal analisa gas darah adalah
sebagai berikut:

• pH darah normal (arteri): 7,38-7,42


• Bikarbonat (HCO3): 22-28 miliekuivalen per liter
• Tekanan parsial oksigen: 75 sampai 100 mm Hg
• Tekanan parsial karbon dioksida (pCO2): 38-42 mm Hg
• Saturasi oksigen: 94 sampai 100 persen.
Pemeriksaan Foto Rontgen

Rontgen dada atau rontgen thorax adalah pemeriksaan


dengan menggunakan radiasi gelombang
elektromagnetik guna menampilkan gambaran bagian
dalam dada. Tujuan dari pemeriksaan ini agar dapat
melihat ukuran dan bentuk jantung yang bisa berubah
menjadi pertanda dari penyakit gagal jantung, masalah
katup jantung, ataupun cairan di sekitar jantung (efusi
perikardial).
Pemeriksaan Echokardiografi

Echocardiography merupakan suatu prosedur


yang sering digunakan sebagai pemeriksaan
penunjang pada berbagai penyakit
kardiovaskular, misalnya gagal jantung.
Echocardiography bekerja menggunakan
gelombang ultrasound. Echocardiography
mampu menunjukkan pergerakan, ukuran dan
bentuk jantung, serta seberapa baik bilik dan
katup jantung bekerja. Echocardiography juga
dapat menunjukkan area otot jantung yang tidak
berkontraksi adekuat karena suplai darah yang
buruk atau terdapat suatu cedera akibat infark
miokard sebelumnya.
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengidentifikasi perubahan yang terkait dengan pembesaran ventrikel dan
mendeteksi disritmia, iskemia miokardium, atau infark. Gelombang impuls yang tercatat mesin EKG pada
kertas grafik ditunjukkan dengan gelombang P, QRS, dan T.
 gelombang P mewakili DEPOLARISASI ATRIUM
 gelombang kompleks QRS mewakili DEPOLARISASI VENTRIKEL
 gelombang T mewakili REPOLARISASI VENTRIKEL.
PENATALAKSANAAN
MEDIS
Tujuan dasar penatalaksanaan pasien
dengan gagal jantung
Meningkatkan oksigenasi dengan terapi
O2 dan menurunkan konsumsi oksigen 01
dengan pembatasan aktivitas

Meningkatkan kontraksi (kontraktilitas)


otot jantung dengan digitalisasi. 02

Menurunkan beban jantung dengan diet


rendah garam, diuretik, dan vasodilator. 03
Terapi Oksigen dan Pembatasan
aktivitas fisik
● Meningkatkan oksigenasi dengan pemberian oksigen dan menurunkan konsumsi O 2 melalui
istirahat/ pembatasan aktifitas
● Teknik non-rebreathing oxygen mask (NRM) yang benar meliputi pemasangan selang ke sumber
oksigen, memastikan kantung reservoir mengembang, dan memastikan terdapat katup satu arah
yang berfungsi baik.

Non rebreathing mask mengalirkan oksigen konsentrasi oksigen sampai 80-100% dengan kecepatan
aliran 10-12 liter/menit.

Membatasi aktivitas fisik. Latihan/aktivitas akan meningkatkan beban jantung dan juga meningkatkan
kebutuhan jaringan terhadap oksigen. Pada pasien yang fungsi jantungnya mengalami tekanan, latihan
dapat menimbulkan kongesti. Karena itu maka kerja jantung harus diturunkan dengan istirahat atau
membatasi aktivitas.
Glikosida jantung (digitalis)

Meningkatkan kekuatan kontraksi otot jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Efek yang
dihasilkan: peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena dan volume darah dan peningkatan
diuresisi dan mengurangi edema. Saat curah jantung meningkat, volume cairan lebih besar dikirim ke
ginjal untuk filtrasi dan ekskresi dan volume intravaskuler menurun.

a. Dosis digitalis
• Digoksin oral untuk digitalisasi cepat 0,5 mg dalam 4 - 6 dosis selama 24 jam dan dilanjutkan 2x0,5
mg selama 2-4 hari.
• Digoksin IV 0,75 - 1 mg dalam 4 dosis selama 24 jam.
• Cedilanid IV 1,2 - 1,6 mg dalam 24 jam.

b.Dosis penunjang untuk gagal jantung: digoksin 0,25 mg sehari. untuk pasien usia lanjut dan gagal
ginjal dosis disesuaikan.

c. Dosis penunjang digoksin untuk fibrilasi atrium 0,25 mg.

d. Digitalisasi cepat diberikan untuk mengatasi edema pulmonal akut yang berat:
•Digoksin: 1 - 1,5 mg IV perlahan-lahan.
•Cedilamid 0,4 - 0,8 IV perlahan-lahan.
Diet Rendah Garam
Diet tanpa penggunaan garam dapur baik dalam proses pengolahan makanan
maupun saat makanan tersebut akan dikonsumsi. Selain itu, konsumsi makanan
dengan kandungan Natrium yang tinggi juga dikurangi. Bahan makanan yang
diolah dengan menggunakan garam seperti kecap, margarin, mentega, keju,
terasi, petis,dan sebagainya tidak boleh dikonsumsi.
Pada pasien yang mengalami CHF, aktivitas renin-angiotensi-aldosteron
mengalami peningkatan. Hal tersebut akan merangsang ginjal untuk menahan
natrium dan air sehingga ekskresi natrium dan air akan berkurang. Bila ditambah
pakan yang mengandung natrium tinggi maka retensi air dan peningkatan volume
darah akan semakin parah, dan pada gilirannya akan menimbulkan kongesti dan
edema.
Cara yang bisa dilakukan untuk diet
rendah garam, antara lain :
● Kurangi pemakaian garam saat memasak.
● Jika membeli makanan olahan, baca label kemasan produk. Pilih makanan dengan kadar natrium
(sodium) yang Makanan sangat rendah natrium kandungannya kurang dari 35 mg/penyajian,
sedangkan rendah natrium 140 mg/penyajian.
● Konsumsi lebih banyak makanan segar, seperti sayuran dan buah-buahan, karena memiliki
kandungan garam alami yang Jika ingin mengonsumsi daging, pilihlah daging segar ketimbang
daging olahan seperti bacon atau sosis.
● Ketika memasak, Anda bisa mengganti garam sebagai bumbu masakan dengan bahan-bahan
seperti lada, bawang putih, jahe, cabai, jeruk nipis, adas, tomat, paprika, oregano, seledri.
● Jika Anda makan di restoran, minta agar jumlah garam, penyedap rasa, maupun saus untuk
dikurangi.
● Batasi penggunaan bumbu atau saus yang mengandung natrium seperti kecap, saus salad, saus
tomat, mostar, dan lain-lain
Diuretik
Diuretik adalah obat yang berfungsi untuk membuang kelebihan garam dan air
dari dalam tubuh melalui urine. Diuretik umumnya digunakan untuk mengobati
penyakit yang menyebabkan terjadinya penumpukan cairan dalam tubuh
(edema).
Vasodilator
Obat-obat fasoaktif digunakan untuk mengurangi impedansi tekanan terhadap
penyemburan darah oleh ventrikel. Obat ini memperbaiki pengosongan ventrikel
dan peningkatan kapasitas vena sehingga tekanan pengisian ventrikel kiri dapat
diturunkan.
ASUHAN
KEPERAWA
TAN
ANALISA
DATA
No.DX Data Fokus Masalah Etiologi
Ds :
1. Klien mengatakan cepat capek bila
Penurunan Curah 1. Perubahan
Jantung Kontraktilitas
melakukan aktifitas yang ringan.
(D.4,K.4 Kode 2. Perubahan
Do : 00029) Frekuensi
TTV : Jantung
 TD : 155/100mmHg 3. Perubahan
 HR: 120x/menit Volume Sekuncup
 RR : 32x/menit
 Hasil EKG fraksi ejeksi : 30%

Ds :
2. Pasien mengeluh sesak nafas berat
Ketidakefektifan 1. Hiperventilasi
sejak 4 jam SMRS disertai dengan Pola Nafas 2. Keletihan
batuk berdahak.
(D.4,K.4,Kode
Do : 00032)
TTV :
 RR : 32x/menit
Hasil lab :
 AGD :
 Ph 7,50
 PO2 : 85%
 PCO2 : 30%
 HCO3 26%.
 PND (+)
Lanjutan…

No. Data Fokus Masalah Etiologi


DX
3. Ds : - Kelebihan Gangguan
 
Do : Volume Mekanisme
Pitting edema (+) Cairan Regulasi
Edema ekstrimitas (+) (D.2, K.5
Terapi Diuretik
terapi cairan asering 10
Kode
teter/menit 00026)
Hasil Radiologi :
Hasil Rongten torax
menandakan terjadinya
overload dan kardiomegali
Lanjutan…

No. Data Fokus Masalah Etiologi


DX
4. Ds : Klien mengatakan Intoleransi 1. Masalah
cepat capek bila
melakukan aktifitas yang Aktivitas sirkulasi
ringan. (D.4,K.4 2. Ganggua
Kode n
Do :
TTV :
00092) pernafasa
 TD : 155/100mmHg n
 HR: 120x/menit
 RR : 32x/menit
 Hasil EKG fraksi ejeksi :
30%
 
DIAGNOSA
Diagnosa Keperawatan
No.Dx Diagnosa Keperawatan Tanggal ditemukan Paraf dan nama
jelas
1. Penurunan Curah Jantung B.d 19 November
Perubahan Kontraktilitas, Perubahan
Frekuensi Jantung, Perubahan Volume 2020
Sekuncup (D.4,K.4 Kode 00029)

2. Ketidakefektifan Pola Nafas 19 November


B.d 2020
hiperventilasi,keletihan(D.4,K4.
Kode 00032)

3. Kelebihan Volume Cairan B.d Gangguan 19 November


Mekanisme Regulasi (D.2,K.5,Kode
00026) 2020
INTERVENSI
No.D Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi
x
1. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Perawatan Jantung
selama 2x24 jam masalah penurunan curah
jantungdapat teratasi, dengan kriteria hasil : a. Monitor EKG, adakah perubahan
1. Keefektifan Pompa Jantung segmen ST sebagaimana mestinya.
a. Tekanan darah systole : dipertahankan b. Lakukan penilaian komprehensif pada
pada 2 (cukup besar) dari kisaran normal sirkulasi perifer (misalnya cek nadi
ditingkatkan ke 4 (ringan). perifer, dema, pengisian ulang kapiler,
b. Tekanan darah diastole : dipertahankan warna dan suhu ekstremitas) secara rutin
pada 2 (cukup besar) dari kisaran normal sesuai kebijakan agen.
ditingkatkan ke 4 (ringan). c. Catat tanda dan gejala penurunan curah
c. Fraksi ejeksi : dipertahankan pada 3 jantung.
(sedang) dari kisaran normal ditingkatkan d. Monitor nilai laboratorium yang tepat
ke 5 (normal). (enzim jantung dan nilai elektrolit).
d. Ukuran jantung : dipertahankan pada 3 e. Monitor sesak napas, kelelahan,
(sedang) dari kisaran normal ditingkatkan takipneu, dan ortopneu.
ke 5 (normal).
2. Monitor Tanda-Tanda Vital
Monitor irama dan tekanan jantung.
No.D Tujuan & Criteria Hasil Intervensi
x
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 1. Terapi Oksigen
selama 1x24 jam masalah a. Monitor aliran oksigen
Ketidakefektifan pola napas dapat
teratasi, dengan kriteria hasil : 2. Monitor pernapasan
Status Pernapasan : b. Monitor pola napas (misalnya bradipneu,
Kepatenan Jalan Napas takipneu, hiperventilasi, pernapasan
a. Frekuensi pernapasan : kusmaul, pernapasan 1:1, apneustik,
b. Gangguan kesadaran respirasi biot, dan pola ataxic)
c. Kemampuan untuk mengeluarkan c. Monitor peningkatan kelelahan,
sekret kecemasan, dan kekurangan udara pada
  pasien.
Status Pernapasan : Pertukaran Gas d. Monitor keluhan sesak napas pasien,
d. Tekanan parsial oksigen di darah termasuk kegiatan yang meningkatkan
arteri (P2O2) atau memperburuk sesak napas tersebut.
e. Tekanan parsial karbondioksida di
darah arteri (PaCO2)
f. pH arteri
g. Hasil rontgen dada
No.D Tujuan & Criteria Hasil Intervensi
x
2. Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3. Bantuan ventilasi
selama 1x24 jam masalah Ketidakefektifan a. Posisikan untuk meminimalkan upaya
pola napas dapat teratasi, dengan kriteria bernapas (misalnya mengangkat kepala
hasil : tempat tidur dam memberikan overbed table
Status Pernapasan : bagi pasien untuk bersandar).
Kepatenan Jalan Napas b. Monitor kelelahan otot pernapasan
a. Frekuensi pernapasan : c. Mulai dan pertahankan oksigen tambahan,
b. Gangguan kesadaran seperti yang ditentukan.
c. Kemampuan untuk mengeluarkan d. Beri obat (misalnya bronkodilator dan
sekret inhaler) yang meningkatkan patensi jalan
  napasdan pertukaran gas.
Status Pernapasan : Pertukaran Gas
d. Tekanan parsial oksigen di darah arteri
(P2O2) 4. Monitor Tanda-Tanda Vital
e. Tekanan parsial karbondioksida di darah e. Monitor tekanan darah, nadi, suhu, dan
arteri (PaCO2) status pernapasan dengan tepat
f. pH arteri f. Monitor tekanan darah, denyut nadi, dan
g. Hasil rontgen dada pernapasan sebelum, selama, dan setelah
beraktivitas dengan tepat
g. Monitor irama dan tekanan jantung.
h. Monitor sianosis sentral dan perifer
No.Dx Tujuan & Criteria Hasil Intervensi
3. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Hipervolemia
selama 1x24 jam masalahkelebihan
volume cairan dapat teratasi, dengan a. Monitor status hemodinamik, meliputi
kriteria hasil : denyut nadi, tekanan darah, MAP, CVP,
PAP, PCWP, CO dan CI, jika tersedia.
Status Jantung Paru b. Monitor edema perifer.
a. Pergerakan sputum : dipertahankan c. Berikan obat yang diresepkan untuk
pada 3 (sedang) dari kisaran normal mengurangi preload (misalnnya morphine,
ditingkatkan ke 5 (normal). spironolakton, dan nitroglicerin).
b. Somnolen : dipertahankan pada 3 d. Monitor adanya efek pengobatan yang
(sedang) dari kisaran normal berlebihan (dehidrasi, hipotensi, takikardi,
ditingkatkan ke 5 (normal). dan hipokalemia).
e. Berikan infus IV (misalnya cairan, produk
Keparahan Cairan Berlebihan darah) secara perlahan untuk mencegah
c. Edema tangan : dipertahankan pada 2 peningkatan preload yang cepat.
(cukup berat) ditingkatkan ke 4 (ringan)
d. Edema pergelangan kaki :
dipertahankan pada 2 (cukup berat)
ditingkatkan ke 4 (ringan)
e. Edema kaki : dipertahankan pada 2
(cukup berat) ditingkatkan ke 4 (ringan)
3. Pengetahuan : Manajemen Gagal
Jantung
a. Tanda dan gejala awal penyakit :
dipertahankan pada 2 (pengetahuan
terbatas) ditingkatkan ke 4
(pengetahuan banyak)
b. Strategi untuk mengelola edema :
dipertahankan pada 2 (pengetahuan
terbatas) ditingkatkan ke 4
(pengetahuan banyak)
c. Manfaat olahraga teratur :
dipertahankan pada 2 (pengetahuan
terbatas) ditingkatkan ke 4
(pengetahuan banyak)
d. Diet yang dianjurkan : dipertahankan
pada 2 (pengetahuan terbatas)
ditingkatkan ke 4 (pengetahuan
banyak)
e. Intake cairan yang direkomendasikan :
dipertahankan pada 2 (pengetahuan
terbatas) ditingkatkan ke 4
(pengetahuan banyak)
No.D Tujuan & Criteria Hasil Intervensi
x
4. Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Energi
selama 1x24 jam masalah intoleran
aktivitasdapat teratasi, dengan kriteria hasil a. Monitor system kardio respirasi pasien
: selama kegiatan (misalnya takikardia,
disritmia yang lain, dispneu, diaphoresis,
Toleransi Terhadap Akivitas pucat, tekanan hemodinamik, frekuensi
a. Frekuensi nadi ketika beraktivitas : pernapasan).
dipertahankan pada 3 (cukup b. Bantu pasien memprioritaskan kegiatan
terganggu) ditingkatkan ke 5 (tidak untuk mengakomodasi energy yang
terganggu) diperlukan.
b. Frekuensi pernapasan ketika c. Batasi jumlah dan gangguan pengunjung
beraktivitas : dipertahankan pada 3 dengan tepat.
(cukup terganggu) ditingkatkan ke 5 d. Evaluasi secara bertahap kenaikan level
(tidak terganggu) aktivitas pasien.
c. Frekuensi systole ketika beraktivitas : .
dipertahankan pada 3 (cukup
terganggu) ditingkatkan ke 5 (tidak
terganggu)
TELAAH
JURNAL
Pendahuluan
Perkembangan peradaban dunia, kemajuan teknologi, semakin meningkatnya kemakmuran, dan pertumbuhan ekonomi yang cepat berpengaruh terhadap
kejadian dan jenis penyakit. Terjadi pergeseran jenis penyakit, pada awalnya jenis penyakit infeksi yang mendominasi, akan tetapi pada saat ini penyakit
non infeksi semakin meningkat salah satunya yaitu penyakit Congestive Heart Failure (CHF) (Depkes RI, 2012). Congestive Heart Failure (CHF)
merupakan ketidakmampuan jantung memompakan darah untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrisi ke jaringan tubuh. Faktor pengetahuan
merupakan faktor domain yang sangat penting untuk terbentuknya sebuah tindakan dalam menjalani diet jantung. Jika seseorang mengetahui bahwa diet
jantung sangat penting bagi kesembuhan penyakitnya maka hal ini akan memotivasi penderita Congestive Heart Failure (CHF) untuk melakukan diet
jantung secara teratur (Notoatmodjo, 2010)
Terdapat hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur, umur
>45 tahun berjumlah (39,4%), kemudian umur 30-35 tahun dan 41-45 tahun masingmasing
berjumlah (27,3%) sedangkan umur 36-40 tahun berjumlah (6,1%). Karakteristik responden
berdasarkan jenis kelamin perempuan berjumlah (72,7%) sedangkan responden laki-laki
berjumlah (27,3%). Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan SMA sebanyak (75.8%)
dan paling sedikit DIPLOMA/PT sebanyak (6.1%). Karakteristik responden berdasarkan
pekerjaan IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak (51,5%) dan pekerjaan paling sedikit adalah
sebagai pegawai swasta sebanyak (9,1%). Didalamnya terdapat hasil penelitian terhadap
pengetahuan sebelum diberikan konseling diet jantung sebanyak 2 orang berkategori cukup.
Kemudian pengetahuan berkategori kurang sebanyak 31 orang. Terdapat perubahan setelah
diberikan konseling diet jantung yaitu pengetahuan berkategori cukup sebanyak 28 orang
(90,3%) dan pengetahuan berkategori kurang sebanyak 2 orang (6,5%) serta 1 orang (3.2%)
berpengetahuan baik. Didapatkan nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan konseling
jantung sebesar 47,87 dan dapat berubah menjadi 63,63. Kemudian setelah diberikan konseling
diet jantung, hasil nilai hitung menunjukkan angka 13,656 atau lebih besar dati t tabel sebesar 1,
697 yang artinya terdapat pengaruh konseling diet jantung terhadap pengetahuan tentang diet
jantug pada pasien Congestive Heart Failure (CHF) di Ruang Poli Jantung RSUP NTB tahun
2019. Nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan konseling diet jantung sebesar 47,87 dan
berubah menjadi 63,63 setelah diberikan
Resume Jurnal
Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan seseorang yaitu dengan memberikan konseling. Konseling adalah
proses interaksi dengan seseorang yang menyediakan informasi dan reaksi untuk merangsang kemampuan dalam mengembangkan
pengetahuan, pemahaman, dan kesadaran untuk bertingkah laku yang memungkinkan seseorang berperan lebih efektif bagi dirinya dan
lingkungannya (Prayitno, 2012). Melalui konseling ini diharapkan pasien Congestive Heart Failure (CHF) mengetahui bahwa diet jantung
sangat penting bagi kesembuhan penyakitnya maka hal ini akan memotivasi penderita Congestive Heart Failure (CHF) untuk melakukan
diet jantung secara teratur (Notoatmodjo, 2010).
Terdapat hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik responden berdasarkan umur, umur >45
tahun berjumlah (39,4%), kemudian umur 30-35 tahun dan 41-45 tahun masingmasing berjumlah
(27,3%) sedangkan umur 36-40 tahun berjumlah (6,1%). Karakteristik responden berdasarkan jenis
kelamin perempuan berjumlah (72,7%) sedangkan responden laki-laki berjumlah (27,3%). Karakteristik
Responden berdasarkan Pendidikan SMA sebanyak (75.8%) dan paling sedikit DIPLOMA/PT sebanyak
(6.1%). Karakteristik responden berdasarkan pekerjaan IRT (Ibu Rumah Tangga) sebanyak (51,5%) dan
pekerjaan paling sedikit adalah sebagai pegawai swasta sebanyak (9,1%). Didalamnya terdapat hasil
penelitian terhadap pengetahuan sebelum diberikan konseling diet jantung sebanyak 2 orang berkategori
cukup. Kemudian pengetahuan berkategori kurang sebanyak 31 orang. Terdapat perubahan setelah
diberikan konseling diet jantung yaitu pengetahuan berkategori cukup sebanyak 28 orang (90,3%) dan
pengetahuan berkategori kurang sebanyak 2 orang (6,5%) serta 1 orang (3.2%) berpengetahuan baik.
Didapatkan nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan konseling jantung sebesar 47,87 dan dapat
berubah menjadi 63,63. Kemudian setelah diberikan konseling diet jantung, hasil nilai hitung
menunjukkan angka 13,656 atau lebih besar dati t tabel sebesar 1, 697 yang artinya terdapat pengaruh
konseling diet jantung terhadap pengetahuan tentang diet jantug pada pasien Congestive Heart Failure
(CHF) di Ruang Poli Jantung RSUP NTB tahun 2019. Nilai rata-rata pengetahuan sebelum diberikan
konseling diet jantung sebesar 47,87 dan berubah menjadi 63,63 setelah diberikan
Kesimpulan
rata-rata tingkat pengetahuan penderita gagal jantung sebelum diberikan konseling kesehatan tentang diet jantung berada pada kategori
kurang 93.9% . Rata-rata tingkat pengetahuan penderita gagal jantung setelah diberikan konseling kesehatan tentang diet jantung berada
pada kategori cukup 84.8%. Terdapat perbedaan antara tingkat pengetahuan sebelum diberikan konseling diet jantung dengan setelah
diberikan konseling diet jantung di Poli Jantung Rumah SAkit Umum Provinsi NTB tahun 2019. Penelitian ini memberikan rekomendasi
untuk meneliti lebih lanjut dapat berupa penelitian eskperimen dengan tingkat estimasi yang lebih akurat melibatkan kelompok kontrol,
menggunakan sampel yang lebih besar, menambah atau mengganti variabel sehingga dapat diketahui pengaruh konseling kesehatan tentang
diet jantung terhadap pengetahuan pada variabel lain dan mengatasi faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan diet jantung
EDUKASI
Edukasi

01 02 03
Edukasi Non- Pembatasan asupan sodium American
Heart Association(AHA) menyarankan Edukasi Pasien
agar asupan Sodium tak melebihi 1,5
farmakologik gram/hari Dan Keluarga
Modifikasi diet dan pembatasan cairan Pemantauan Berat Badan

04 05 06
Lakukan aktifitas atau olahraga yang dapat Jika kamu memiliki tekanan
Berhenti merokok jika kamu seorang darah tinggi atau kolestrol
membuat jantung sehat, seperti bersepeda atau
perokok. Jika kamu bukan perokok, jauhi tinggi, segera lakukan
berjalan kaki minimal dua setengah
asap rokok agar terhindar dari perokok pasif penanganan/ke dokter
jam/minggu

Anda mungkin juga menyukai