(Salsabila Shofi)
Hasil dari metabolisme karbohidrat yang paling penting adalah glukosa, karena
glukosa merupakan sumber energy yang penting bagi metabolism sel termasuk sel-sel imun
tubuh seperti sel leukosit dan sel NK. Gangguan transporter pada glukosa ini dapat
menyebabkan sel-sel imun termasuk sel NK kekurangan energy sehingga tidak dapat
berfungsi dengan baik, maka dari itu, diabetes mellitus dapat menyebabkan gangguan sel NK
sehingga dapat meningkatkan kerentanan pasien terhadap infeksi virus.
LO 2
(Salsabila Shofi)
Terdapat 39 macam gen yang berperan dalam menghasilkan protein reseptor yang
tidak terbentuk sehingga dapat mengakibatkan alergi.
LO
(Salsabila Shofi)
Eritema Multiformis dapat disebabkan oleh reaksi hipersensitivitas dengan munculnya
limfosit T sitotoksik dalam epitel yang menginduksi apoptosis pada keratinosit dan
menyebabkan nekrosis sel satelit.
LO 9 (salsabila Shofi)
Hipersensitifitas tipe I
Hipersensitivitas tipe I disebut juga dengan immediate hypersensitivity, karena responnya
sangat cepat. Reaksi ini dipicu oleh pengikatan antigen terhadap antibody IgE pada
permukaan sel mast. Terdapat dua kemungkinan yang terjadi pada mekanisme
hipersensitifitas tipe I, yaitu :
Pasien telah terpapar alergen sebelumnya sehinga alergen langsung terikat pada IgE
yang berada di permukaan sel mast atau basofil,
Respon dapat terjadi jika tubuh belum pernah terpapar alergen penyebab sebelumnya.
Hipersensitifitas tipe IV
Hipersensitivitas tipe IV disebut juga dengan (Cell-Mediated Hypersensitivities) atau
tipe lambat. Hipersensitivitas yang dimediasi oleh sel tipe ini disebabkan oleh sitokin yang
menyebabkan inflamasi dihasilkan oleh sel T CD4+ dan oleh sel T CD8+. Hipersensitivitas
yang dimediasi oleh sel T CD4+ diinduksi oleh lingkungan dan antigen sendiri yang menjadi
penyebab terbanyak penyakit inflamasi kronis yang termasuk penyakit autoimun. Sel T CD8+
juga terlibat dalam penyakit autoimun dan mungkin sel efektor dominan dalam reaksi
tertentu, seperti infeksi pada virus.
Mekanisme dari Hipersensitivitas tipe IV, yaitu :
Dimediasi oleh sel T CD4+, dimana sel T CD4+ merusak sel tubuh secara tidak
langsung yaitu melalui induksi inflamasi, dengan cara menghasilkan sitokin.
Kemudian sitokin tersebut mengaktivasi makrofag dan neutrophil yang dapat
menyerang sel melalui fagositosis
Dimediasi oleh sel T CD8+ atau cytotoxic T lymphocyte (CTLs), dimana sel T CD8+
dapat langsung membunuh sel target melalui produksi sitokin yang disebut sebagai
delayed type sensitivity atau hipersensitifitas tipe lambat, karena reaksinya baru
muncul setelah 24-48 jam setelah terpapar antigen. Reaksi berlangsung lambat karena
sel T memerlukan waktu untuk merespn antigen, berdiferensiasi, dan kemudian
menghasilkan sitokin, hingga akhirnya menimbulkan reaksi. CTLs juga berperan
dalam reaksi melawan virus. CTLs spesifik untuk antigen mengenali sel,
mengekspresikan sel target dan membunuh sel-sel lain, dan memproduksi IFN-gama
yang terlibat dalam reaksi inflamasi terutama sete;ah infeksi virus dan paparan
beberapa agen sensitisasi terhadap kontak.
Hipersensitivitas tipe IV bersifat kronik (penyakit yang diderita dalam jangka waktu
lama) dan bersifat progresif (semakin lama semakin parah), hal tersebut dikarenakan
reaksi sel T yang cenderung berkepanjangan; antigen berulang; dan proses fagositosis
antigen dalam tubuh yang tidak sempurna sehingga dapat memicu reaksi inflamasi
berikutnya.
LO 9 ( Maria F. Utha)
HIPERSENSITIVITAS TIPE II
Dafpus
Ristanti, Dian, dkk. 2019. Hubungan antara Kendali Glikemik pada Pasien Diabetes Melitus
Tipe 2 dengan Aktivasi Sel Natural Killer. Jurnal Penyakit Dalam Indonesia : 6(2)
Permatasari, Dewi Kania Intan, dkk. 2019. Perawatan Rekurensi HSV-1 dan Eritema
Multiforme yang Dipicu oleh Kapsaisin yang Terkandung dalam Cabai Rawit (Capsicum
frutescens). Jurnal Kedokteran Gigi Universitas Padjajaran : 31(3).