pengukuran, dan tes. Di sini kedudukan evaluasi lebih luas ruang lingkupnya daripada penilaian,
sedangkan penilaian lebih terfokus pada aspek tertentu saja yang merupakan bagian dari ruang
lingkup tersebut. Jika hal yang ingin dinilai adalah sistem pembelajaran, maka ruang lingkupnya
adalah semu komponen pembelajaran, dan istilah yang tepat untuk menila sistem pembelajaran
adalah evaluasi, bukan penilaian. Kalau evaluasi dan penilaian bersifat kualitatif, maka
pengukuran bersifat kuantitatif yang diperoleh dengan menggunakan suatu alat ukur atau
instrumen yang standar (baku).
Mengenai istilah pengukuran, Ahmann dan Glock dalam S.Hamid Hasan (1988)
menjelaskan “in the last analysis measurement is only a part, although a very substansial part of
evoluation. It provides information upon which an evoluation can be based... Educational
measurement is the process that attemps to obtain a quantified representation of the degree to
which a trait is possessed by a pupil.” Pendapat ini hampir sama dengan pendapat Thorndike dan
Hagen (1972), Mehrens dan Hagen (1978), Nitko (1983), dan Walsh dan Betz (1985).[1]
Dari beberapa pengertian tersebut mengenai tentang pengukuran adalah suatu proses atau
kegiatan untuk menentukan kuantitas sesuatu. Kata “sesuatu” bisa berarti peserta didik, guru,
gedung sekolah, meja belajar, white board, dan lain sebagainya. dalam proses pengukuran, tentu
guru harus menggunakan alat ukur (tes atau non tes). Dan alat ukur tersebut harus standar, yaitu
memiliki derajat validitas dan realibilitas yang tinggi.
Istilah penilaian merupakan alih bahasa dari istilah assessment, bukan dari istilah
evaluation. Depdikbud (1994) mengemukakan penilaian adalah suatu kegiatan untuk
memberikan berbagai informasi secara berkesinambungan dan menyeluruh tentang proses dan
hasil yang telah dicapai siswa. Sementara itu, Anthony J. Nitko (1996) menjelaskan “assessment
is a broad term defined as a process for obtaining information that is used for making decisions
abaout student.” Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa penilaian adalah suatu proses atau
kegiatan yang sistematis dan berkesinambungan untuk mengumpulkan informasi tentang proses
dan hasil belajar peserta didik dalam rangka membuat keputusan-keputusan berdasarkan kriteria
dan pertimbangan tertentu. Keputusan tersebut yang dimaksud adalah keputusan tentang peserta
didik, seperti nilai yang akan diberikan atau juga keputusan tentang kenaikan kelas dan lulusan.
[2]
Berikutnya tentang istilah evaluasi, yang dikemukakan oleh Carl H. Witherington (1952)
“an evaluation is adeclaration that something har or does not have value of something”.
Sedangkan Guba dan Lincoln (1985), bahwa evaluasi sebagai “a process for describing an
evaluand and judging its merit and worth”. Dari beberapa pengertian evaluasi di atas pada
hakikatnya evaluasi adalah suatuproses yang sistematis dan berkelanjutan untuk menentukan
kualitas (nilai dan arti) dari sesuatu, berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu dalam rangka
pembuatan keputusan. Berdasarkan pengertian, ada beberapa hal yang perlu dijelaskan lebih
lanjut, yaitu :
1. Evaluasi adalah suatu proses bukan suatu hasil (produk). Hasil yang diperoleh dari evaluasi
adalah kualitas sesuatu, baik yang menyangkut tentang nilai tau arti.
2. Tujuan evaluasi adalah untuk menentukan kualitas sesuatu, terutama yang berkaitan dengan nilai
dan arti.
Oleh karena itu, pengertian evaluasi pembelajaran adalah suatu proses atau kegiatan yang
sistematis, berkelanjutan, dan menyeluruh dalam rangka pengendalian, penjaminan, dan
penetapan kualitas (nilai dan arti) pembelajaran terhadap berbagai komponen pembelajaran,
berdasarkan pertimbangan dan kriteria tertentu, sebagai bentuk pertanggungjawaban guru dalam
melaksanakan pembelajaran, sedangkan penilaian hasil belajar adalah suatu proses atau kegiatan
yang sistematis, berkelanjutan dan menyeluruh dalam rangka pengumpulan dan pengolahan
informasi untuk menilai pencapaian proses dan nilai belajar peserta didik.
Oleh karena itu, yang dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan agama Islam adalah
pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan agama islam guna melihat
sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai islam sebagai tujuan dari
pendidikan islam itu sendiri.[5] Atau lebih singkatnya yang dimaksud dengan evaluasi disini
adalah evaluasi tentang proses belajar mengajar dimana guru berinteraksi dengan siswa.[6]
Pendidikan dalam konteks islam yaitu bimbingan terhadap perkembangan rohani dan
jasmani menurut ajaran islam dengan hikmah mengarahkan, melatih, mengasuh, dan mengawasi
berlakunya semua ajaran islam.[7]Menurut Abdul Fatah Jalal, tujuan umum pendidikan Islam
ialah terwujudnya manusia sebagai hamba Allah. Jadi menurut Islam, pendidikan haruslah
menjadikan seluruh manusia yang menghambakan kepada Allah. Yang dimaksud
menghambakan diri ialah beribadah kepada Allah.
Jalal menyatakan bahwa sebagian orang mengira ibadah itu terbatas pada menunaikan
shalat, shaum pada bulan Ramadhan, mengeluarkan zakat, ibadah Haji, serta mengucapkan
syahadat. Tetapi sebenarnya ibadah itu mencakup semua amal, pikiran, dan perasaan yang
dihadapkan (atau disandarkan) kepada Allah. Aspek ibadah merupakan kewajiban orang islam
untuk mempelajarinya agar ia dapat mengamalkannya dengan cara yang benar.
Ibadah ialah jalan hidup yang mencakup seluruh aspek kehidupan serta segala yang
dilakukan manusia berupa perkataan, perbuatan, perasaan, pemikiran yang disangkutkan dengan
Allah.
1. Tujuan yang berkaitan dengan individu, mencakup perubahan yang berupa pengetahuan, tingkah
laku masyarakat, tingkah laku jasmani dan rohani dan kemampuan-kemampuan yang harus
dimiliki untuk hidup di dunia dan di akhirat.
2. Tujuan yang berkaitan dengan masyarakat, mencakup tingkah laku masyarakat, tingkah laku
individu dalam masyarakat, perubahan kehidupan masyarakat, memperkaya pengalaman
masyarakat.
3. Tujuan profesional yang berkaitan dengan pendidikan dan pengajaran sebagai ilmu, sebagai seni,
sebagai profesi, dan sebagai kegiatan masyarakat.
Menurut Asma hasan Fahmi, tujuan akhir pendidikan islam dapat diperinci menjadi :
Jadi, tujuan evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar (termasuk belajar
mengajar pendidikan agama) adalah untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi taraf
perkembangan dan kemajuan yang diperoleh murid, dalam rangka mencapai tujuan yang telah
ditetepkan dalam kurikulum. Disamping itu agar guru dapat menilai daya guna pengalaman dan
kegiatan-kegiatan yang telah dilaksanakan sekaligus mempertimbangkan hasilnya serta metode
mengajar dan sistem pengajaran yang dipergunakan apakah sudah sesuai dengan yang
diharapkan dalam kurikulum.[9]
Sebagai salah satu komponen penting dalam pelaksanaan pendidikan Islam, evaluasi
berfungsi sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui sejauh mana efektifitas cara belajar dan mengajar yang telah dilakukan benar-
benar tepat atau tidak, baik yang berkenaan dengan sikap pendidik/guru maupun anak
didik/murid.
2. Untuk mengetahui hasil prestasi belajar siswa guna menetapkan keputusan apakah bahan
pelajaran perlu diulang atau dapat dilanjutkan.
3. Untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi tentang taraf perkembangan dan kemajuan
yang diperoleh murid dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetapkan dalam kurikulum
pendidikan Islam.
4. Sebagai bahan laporan bagi orang tua murid tentang hasil belajar siswa. Laporan ini dapat
berbentuk buku raport, piagam, sertifikat, ijazah, dan lain sebagainya.
5. Untuk membandingkan hasil pembelajaran yang diperoleh sebelumnya dengan pembelajaran
yang dilakukan sesudah itu, guna meningkatkan pendidikan.[10]
Prof. Dr. S. Nasution menyatakan, bahwa fungsi evaluasi pendidikan sebagai berikut:
a. Mengetahui kesanggupan anak, sehingga anak itu dapat dibantu memilih jurusan, sekolah atau
jabatan yang sesuai dengan bakatnya.
b. Mengetahui hingga manakah anak itu mencapai tujuan pelajaran dan pendidikan.
c. Menunjukkan kekurangan dan kelemahan murid-murid sehingga mereka dapat diberi bantuan
yang khusus untuk mengatasi kekurangan itu. Murid-murid memandang tes juga sebagai usaha
guru untuk membantu mereka.
d. Menunjukkan kelemahan metode mengajar yang digunakan oleh guru. Kekurangan murid sering
bersumber pada cara-cara mengajar yang buruk. Setiap tes atau ulanagan merupaan alat penilaian
hasil karya murid dan guru.
Macam-macam jenis evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar pendidikan
agama di sekolah dapat dibedakan ke dalam:[12]
Evaluasi Formatif yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan satu pokok
bahasan. Dengan demikian evaluasi hasil belajar jangkan pendek. Dalam pelaksanaannya di
sekolah evaluasi formatif ini merupakan ulangan harian.
Evaluasi Sumative yaitu evaluasi yang dilakukan sesudah diselesaikan beberapa pokok
bahasan. Dengan demikian evaluasi sumative adalah evaluasi hasil belajar jangka panjang.
Dalam pelaksanaannya di sekolah, kalau evaluasi formative dapat disamakan dengan ulangan
harian, maka evaluasi sumative dapat disamakan dengan ulangan umum yang biasanya
dilaksanakan pada tiap akhir catur wulan atau akhir semester.
KESIMPULAN
Kesimpulan
Pengertian Evaluasi Pembelajaran PAI.yang dimaksud dengan evaluasi dalam pendidikan
agama Islam adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan agama
islam guna melihat sejauh mana keberhasilan pendidikan yang selaras dengan nilai-nilai islam
sebagai tujuan dari pendidikan islam itu sendiri.
Tujuan evaluasi hasil belajar dalam proses belajar mengajar (termasuk belajar mengajar
pendidikan agama) adalah untuk mengetahui atau mengumpulkan informasi taraf perkembangan
dan kemajuan yang diperoleh murid, dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditetepkan dalam
kurikulum.
DAFTAR PUSTAKA
hmad Saebani, Hasan, Basyri dan Beni. 2010. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: CV Pustaka Setia.
Arifin, Zainal. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
mai, Arif. 2002. Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Agama Islam. Jakarta: Ciputat Press.
asyiruddin,Usman. 2002. Metodologi Pembelajaran Agama Islam. Jakarta: Ciputat Pers.
Zuhairini dkk. 1993. Metodologi Penelitian Agama. Solo: Ramadhani.
[12]Ibid., 151.
[13] Hasan, Basyri dan Beni, Ahmad Saebani, Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2010), 210.
[14] Ibid., 152.