Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata Pendekatan Studi Islam
Dosen Pengampu
DR. M. SAMSUL HADY, M.Ag.
Di susun Oleh.
Muhammad Mursyidul Azmi
200101210006 http://www.free-powerpoint-templates-design.com
FOKUS PEMBAHASAN
01 Siapakah Munawir Syadjali
Diringkas dari Munawir Sjadzali, “Dari Lembah Kemiskinan” dalam Muhammad Wahyuni Nafis dkk
(editor),Kontekstualisasi Ajaran Islam, 70 tahun Prof.Dr. H. Munawir Sjadzali, MA (Jakarta: Paramadina,
1995), hlm. 1-115. Baca juga BahtiarEffendy dkk, “Munawir Sjadzali, M.A; Pencarian Ketegangan Ideologis”,
dimuat dalamAzyumardi Azra dan Saiful Umam. Menteri-Menteri Agama RI
Biografi Sosial-Politik, cet.I, (Jakarta : INIS, 1998), hlm. 372-384.
baca Iqbal Sentosa. “Prof. Dr. Munawir Sjadzali, M.A.: Hidup yang takTerbayangkan”,
PERTA, No. 2/Vol. III/2000, hlm. 62-63.
“
Selama berkarier di Deplu, Munawir sempat mengikuti
Kursus Diplomatik dan Konsuler Angkatan II (1951) selama 10 bulan,
danpendidikan ilmu politik selama satu tahun di University College
ofSouth West of England, Exeter (1953). Waktu bertugas di Amerika,
“
Munawir menyempatkan mengikuti kuliah pascasarjana di
UniversitasGeorgetown dalam bidang Hubungan Internasional dan
mendapat Master tahun 1959 dengan tesis:Indonesia’s Muslim Political
Parties and Their Political Concept.
Latar belakang pemikiran munawir sjadali
Latar belakang pemikiran munawir sjadali
“
Reaktualisasi Al-Qur’an atau reaktualisasi ajaran Islam sebenarnya
berangkat dari asumsi, bahwa Al-Qur’an atau ajaran Islam itu diturunkan
empat belas abad yang lalu sehingga menimbulkan pertanyaan,
masih relevankah Al-Qur’an atau ajaran Islam digunakan untuk saat
“
ini? Mereka yang mengusung gagasan reaktualisasi memandang bahwa
Al-Qur’an atau ajaran Islam itu sudah usang dan tidak relevan lagi,
kecuali jika yang usang dan tidak relevan tersebut diaktualkan kembali
sehingga cocok untuk kondisi kekinian dan kedisinian
11
i s a ayat
-N
sur at A n
Hasbullah Mursyid,”Menelusuri Faktor Sosial yang Mungkin
ur ’an
Berpengaruh” dalam Muh. Wahyuni Nafis (ed), Al Q
Kontekstualisasi Ajaran Islam..., h.205.
C D
Hal ini terbukti dengan banyaknya penyimpangan
dari ketentuan waris tersebut baik dilakukan oleh Kemudian oleh karena pada masa modern ini wanita
orang awam maupun ulama, dengan cara memberikan peran yang sama dengan laki-laki di
melakukan hailah, yakni dengan cara masyarakat, maka merupakan suatu yang logis bila
menghibahkan harta bendanya kepada putera- warisannya ditingkatkan agar sama dengan laki-laki
puterinya ketika orang tua tersebut hidup.
Di kutip dari Hasbullah Mursyid,”Menelusuri Faktor Sosial
yang Mungkin Berpengaruh” dalam Muh. Wahyuni Nafis
(ed), Kontekstualisasi Ajaran Islam..., h.205.
Text Here
Sebenarnya dalam konteks zaman sekarang bukan
hanya suami yang bisa mencari nafkah. Perkembangan
zaman menuntut perempuan untuk bisa lebih maju dan
mandiri. Sehingga wilayah mencari nafkah dilakukan
oleh kaum perempuan merupakan hal yang biasa. Bila
dalam kondisi demikian ketentuan hukum waris masih
diterapkan 2:1, itu dianggap sebagai bentuk ketidak
adilan.
Reaktualisasi Ajaran Islam dalam Pembaruan Hukum Islam di Indonesia.
Kasus Bunga Bank
Bisa dipahami, bahwa konsep reaktualisasi yang dilontarkan oleh Munawir Pada dasarnya disini
sebenarnya tidak menghapus apa yang ada dalam Alquran, jadi pada dasarnya Munawir ingin
bukan sesuatu yang baru. Mengingat pada sekitar abad 12, Abu Yusuf, murid menegaskan bahwa
Imam Hanifah menyatakan bahwa kalau ada nash yang didasarkan oleh berijtihad menemukan
adat, kemudian adat tersebut berubah, maka petunjuk yang terkandung dalam sesuatu hukum baru
nash tersebut juga ikut berubah dari Alquran adalah
Ibid bukan hal yang
pertama dia lakukan.
Dua Mufassir besar abad 20, yaitu Mustofa Al-Maraghi dan Muhammad Rasyid Para tokoh-tokoh dan
Ridho menyatakan bahwa hukum itu semata-mata diundangkan untuk kepentingan ulama sebelumnya
manusia, sementara kepentingan manusia dapat berubah sesuai perkembangan sudah menerapkan hal
zaman, maka sangat mungkin terjadi muncul hukum yang baru yang bisa itu, bahkan pada masa
disesuaikan dngan kondisi masyarakat setempat Umar bin Khattab
sekalipun.
Ibid., h.44.
Demikian juga Muhammad Abduh mengawali sebuah makalahnya yang
berjudul Al-Islah al-Diny (Reformasi Keagamaan) dengan kalimat sebagai
berikut : “Kita harus berani membebaskan belenggu pikiran kita dari belenggu
taqlid dan berusaha memahami agama dengan mempergunakan akal sebagai
sesuatu yang paling utama
Metodologi Ijtihad Munawir Sjadzali
Joseph Schacht, An Introduction to Islamic Law,
(Oxford: The Clarendon Press,1964), h.62
Munawir sering mengutip pendapat Mufassir besar seperti Ibn Katsir, al-
Maraghi, Muhammad Rasyid Ridha dan Sayyid Qutb. Menurut para mufassir
tersebut, nasakh merupakan suatu perubahan hukum sangat erat kaitannya
dengan perubahan tempat dan waktu,
Adapun teori Abu Yusuf yang sering dijadikan rujukan oleh Munawir
adalah kaidah ushuliyah yang berbunyi : Al-Hukmu yadurru ma‟a
illatihi wujudan wa adaman, yaitu bahwa hukum itu beredar menurut
illat baik ada maupun tidak adanya. Begitu juga dengan kaidah :
Taghayyurul ahkam bi taghayyuril amkinat wal azman.
Kaidah ushuliyah ini masih bisa dikembangkan dalam rangka
reaktualisasi hukum Islam sekarang ini. Adat, nasakhh dan
maslahah yang menjadi landasan metodologis Munawir dalam
melakukan ijtihad, kadang diterapkan secara terpisah, namun juga
tidak jarang digunakan secara bersamaan.
Beberapa kritik munawir sjadali
Beberapa kritik pemikiran munawir sjadali
One
Para intelektual Muslim Indonesia nampaknya menangkap semangat pembaruan
yang dilontarkan oleh Munawir. Beberapa menyambut positif gagasan-gagasan
progresifnya, namun banyak juga kalangan ulama dan intelektual yang memberikan
Columns
kritik maupun catatan atas ide tersebut
Seperti yang di kutip dari Ibrahim Hosein, “Beberapa Catatan tentang Reaktualisasi ajaran islam”,
Designed
dalam Muh. Wahyuni nafis, Kontekstualisasi ajaran Islam”, h. 258 –260 .
Ibid Lebih lanjut dikatakan bahwa -seperti yang dikutip Munawir dari abu Yusuf-
bahwa nash sekalipun, kalau dasarnya adat, dan adat tersebut kemudian telah
berubah, maka gugur pula hukum yang terkandung dalam nash tersebut.
Menurut Ibrahim, adat yang dijadikan dasar hukum yang kemudian berubah tidak
berhubungan dengan substansi hukum, melainkan hanya berupa penjelasan dan
penerapan saja Ibrahim Hosein, “Beberapa Catatan tentang Reaktualisasi ajaran
islam”, dalam Muh. Wahyuni nafis, Kontekstualisasi ajaran Islam”, h. 258 –260.
Beberapa kritik
Pemikiran munawir sjadali
01 02
Pemikiran reaktualisasi Munawir Sjadzali sedikit banyak Salah satu contoh hasil keputusan hukum pada masa
memberi pengaruh terhadap perkembangan pemikiran jabatannya adalah munculnya UU No. 7 tahun 1989 tentang
Islam di Indonesia. Loncatan cara berpikirnya, yang jarang Peradilan Agama, menyusul diterbitkannya KHI
dimiliki oleh para ulama semasanya, memberikan suatu (Kompilasi Hukum Islam, merupakan suatu pengakuan
energi bagi umat Islam yang sudah lama “tertidur” dalam terhadap eksistensi Hukum Islam di Indonesia yang
kebekuan kerangka tekstualitas sebelumnya tidak punya kewenangan mutlak.
Terwujudkan landasan hukum tadi merupakan suatu landasan baru, bahwa fikh bisa
disesuaikan dengan zaman dan tempat sesuai dengan kemaslahatan masing-masing
wilayah
Terlepas dari pro dan kontra, sumbangan pemikiran Munawir sudah barang tentu akan memotivasi para
pemikir Muslim berikutnya untuk selalu menggali dan menyelaraskan nashdan pesan dalam Alquran dengan
situasi lokal dan temporal masyarakat Indonesia
Thank you
Insert the title of your subtitle Here