Anda di halaman 1dari 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi

Pengetahuan adalah hasil dari tahu yang terjadi melalui proses sensoris

atau penginderaan khususnya mata dan telinga terhadap objek tertentu.

Penginderaan terjadi melalui pancaindra manusia. Pengetahuan atau kognitif

merupakan hal yang sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang

(overt behaviour).1,2 Akan tetapi, sebagian besar pengetahuan manusia

diperoleh melalui proses belajar dan membutuhkan bantuan seseorang yang

lebih menguasai suatu hal juga bantuan dari buku.3

Pengetahuan masyarakat terhadap pemeliharaan kesehatan mempengaruhi

tindakannya untuk mencapai pemeliharaan kesehatan yang optimal. Tindakan

ini tidak terlepas dari pengalaman, sikap, kepercayaan uang berada pada diri

individu. Pengetahuan menghasilkan suatu persepsi masyarakat terhadap

peningkatan kesehatan.1

2. Cara Memperoleh Pengetahuan

a. Cara tradisional atau non ilmiah

1) Cara coba-salah (trial and error)

Cara tersebut yaitu memperoleh pengetahuan dari cara coba atau

dengan kata lebih dikenal “trial and error”.1


2) Cara kekuasaan atau otoritas

Kebiasaan ini diwariskan turun temurun dari generasi ke generasi

berikutnya.1

3) Berdasarkan pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang terbaik, artinya bahwa pengalaman

itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan.1

b. Cara modern

Cara modern atau cara baru adalah cara memperoleh pengetahuan

yang lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut sebagai metode

penelitian ilmiah atau lebih populer disebut metodologi penelitian

(research methodology). Cara ini lebih praktis dan mudah dipahami

dengan mengalami dari beberapa sumber kajian-kajian ilmiah.1

3. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan didalam domain kognitif terdiri dari enam tingkatan,

yaitu:1,3

a. Tahu (Know )

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari

sebelumnya.Termasuk dalam pengetahuan ini adalah mengingat kembali

(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari

atau rangsangan yang telah diterima.


b. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara

benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan suatu

materi tersebut secara benar.

c. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi

yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

d. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau

suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih di dalam suatu

struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau

menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru dengan kata lain sintesis merupakan suatu kemampuan untuk

menyusun suatu formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.


4. Faktor Yang Mempengaruhi

Faktor-faktor yang memengaruhi pengetahuan adalah sebagai berikut:4

a. Umur

Peningkatan umur menambah kedewasaan seseorang yang terkait dengan

pengalaman hidupnya. Semakin banyak pengalaman hidup akan semakin

tinggi pengetahuannya.

b. Pendidikan

Pendidikan merupakan penuntun manusia untuk berbuat dan mengisi

hidupnya yang dapat digunakan untuk mendapatkan informasi, sehingga

meningkatkan kualitas hidupnya. Umumnya semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin mudah menerima informasi dan semakin tinggi

pengetahuannya.

c. Pekerjaan

Pekerjaan anggota keluarga merupakan satu sumber penghasilan bagi

keluarga untuk memenuhi kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual

keluarga. Orang yang bekerja di luar rumah akan banyak melihat dan

berinteraksi dengan lingkungannya, sehingga pengetahuannya semakin

bertambah.

d. Sumber informasi
Informasi dapat diperoleh dari berbagai sumber informasi dalam bentuk

media masa cetak dan media elektronik berupa koran, leaflet, buku,

poster, televisi, radio. Orang yang sering terpapar informasi

pengetahuannya semakin bertambah.

B. Kepatuhan

1. Definisi

Kepatuhan adalah istilah yang dipakai untuk menjelaskan ketaatan atau

pasrah pada tujuan yang telah ditentukan. Kepatuhan adalah tingkat pasien

dalam melaksanakan pengobatan dan perilaku yang direkomendasikan oleh

dokter atau tenaga medis yang lainnya. Kepatuhan berbanding lurus dengan

tujuan yang dicapai pada program pengobatan yang telah ditentukan.

Kepatuhan pada program kesehatan merupakan perilaku yang dapat

diobservasi sehingga dapat langsung diukur.5,6

2. Cara Meningkatkan Kepatuhan

a. Pasien memerlukan dukungan bukan disalahkan

b. Konsekuensi dari ketidakpatuhan terhadap terapi jangka panjang adalah

tidak tercapainya tujuan terapi dan meningkatkan biaya pelayanan

kesehatan

c. Peningkatan kepatuhan pasien dapat meningkatkan kualitas perawatan

d. Kepatuhan merupakan faktor penentu yang cukup penting dalam

mencapai efektivitas suatu sistem kesehatan


e. Memperbaiki kepatuhan merupakan intervensi terbaik dalam penanganan

secara efektif suatu penyakit kronis

f. Sistem kesehatan harus terus berkembang agar selalu dapat menghadapi

berbagai tantangan baru.

g. Diperlukan pendekatan secara multidisiplin dalam menyelesaikan

masalah ketidakpatuhan.6

3. Tipe Kepatuhan

Menurut Bastable terdapat lima tipe kepatuhan, yaitu :7

a) Otoritarian

Otoritarian yaitu suatu kepatuhan tanpa reserve yang artinya

kepatuhan yang “ikut-ikutan” atau sering disebut “bebekisme”.

b) Conformist

Kepatuhan conformist mempunyai 3 bentuk tipe meliputi :

1) Conformist yang directed yaitu penyesuaian diri terhadap masyarakat

atau orang lain.

2) Conformist hedonist yaitu kepatuhan yang berorientasi pada “untung-

ruginya” bagi diri sendiri,

3) Conformist integral yaitu kepatuhan yang menyesuaikan kepentingan

diri sendiri dengan kepentingan masyarakat.

c) Compulsive deviant
Compulsive deviant adalah kepatuhan yang tidak konsisten, atau apa yang

sering disebut “plinplan”.

d) Hedonic psikopatic.

Hedonic psikopatic adalah kepatuhan pada kekayaan tanpa

memperhitungkan kepentingan orang lain.

e) Supra moralist

Supra moralist adalah kepatuhan karena keyakinan yang tinggi terhadap

nilai-nilai moral.

4. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

Berdasarkan teori dasar dari Lawrence Green menjelaskan bahwa perilaku

kepatuhan kesehatan seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu :

a. Faktor predisposisi

1) Umur

Seseorang yang berumur lebih tua akan lebih bertanggung jawab

dan lebih teliti dalam segala hal dibandingkan dengan seseorang yang

berusia lebih muda. Hal ini terjadi dikarenakan usia yang lebih tua

memiliki lebih pengalaman dan telah mampu mengambil keputusan.8

2) Pendidikan
Tingkat pendidikan dapat mempengaruhi partisipasi dan peran

serta pasien dalam berperilaku. Seseorang yang memiliki pendidikan

lebih baik atau tinggi akan lebih mampu berpikir secara obyektif dan

rasional. Seseorang yang mampu berpikir secara rasional akan lebih

mudah menerima hal - hal baru yang dianggap menguntungkan bagi

dirinya.8

3) Pengetahuan

Pengetahuan sangat erat dikaitkan dengan tingkat pendidikan

dengan memiliki pendidikan yang tinggi maka seseorang akan

semakin luas pula pengetahuannya. Pengetahuan seseorang tidak

hanya diperoleh melalui pendidikan formal saja namun juga dapat

diperoleh dari pendidikan non formal.8

4) Sikap

Sikap adalah kesiapan atau kesediaan seseorang untuk bertindak.

Sikap seseorang dalam berperilaku juga dipengaruhi oleh

pengetahuan yang dimilikinya, dimana semakin tinggi tingkat

pengetahuan seseorang akan suatu hal maka semakin baik pula sikap

yang dimilikinya akan hal tersebut.8

b. Faktor Pemungkin (enabling factors)

Faktor pemungkin adalah faktor-faktor yang memungkinkan atau yang

memfasilitasi perilaku atau tindakan. Faktor pemungkin terwujud dalam


lingkungan fisik, yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana

kesehatan. Fasilitas yang memadai memungkinkan untuk seseorang

patuh dan taat dalam menjalankan pengobatannya.9,10

c. Faktor Pendorong atau Penguat (reinforcing factors)

Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mendorong atau

memperkuat terjadinya perilaku. Faktor pendorong terwujud dalam sikap

dan perilaku petugas kesehatan yang merupakan kelompok referensi dari

perilaku masyarakat.9,10

C. Diabetes Mellitus

1. Definisi

Penyakit Diabetes Mellitus berasal dari kata Diabetes yang berarti terus

mengalir dikarenakan penderita yang sering minum dalam jumlah banyak dan

disusul dengan sering kencing dalam jumlah yang banyak pula. Mellitus yang

berarti manis disebabkan air kencing yang keluar manis karena mengandung

gula. Penyakit ini di Indonesia disebut sebagai penyakit kencing manis.11

Diabetes Mellitus adalah gangguan metabolisme yang secara genetik dan

klinis terjadi hilangnya toleransi terhadap karbohidrat. Oleh sebab itu, tubuh

tidak dapat mengganti karbohidrat ataupun glukosa menjadi energi. Tubuh

tidak mampu atau kurang dalam memproduksi insulin yang menyebabkan

glukosa tidak dapat masuk ke dalam sel untuk diubah menjadi energi.12
Menurut WHO Diabetes Mellitus adalah penyakit kronis yang terjadi baik

ketika pankreas tidak cukup insulin atau ketika tubuh tidak dapat secara

efektif menggunakan insulin yang dihasilkan. 13 Sedangkan menurut

American Diabetes Assosiation mengatakan bahwa Diabetes Mellitus adalah

suatu kelompok penyakit metabolik serta kronis dengan karakteristik

terjadinya hiperglikemia yang disebabkan karena kelainan sekresi insulin,

kerja insulin ataupun kedua-duanya.12 Dari beberapa pengertian yang telah

disampaikan, dapat disimpulkan bahwa Diabetes Mellitus adalah penyakit

kroni yang menyebabkan terus mengalirnya cairan dalam tubuh berupa air

seni atau kencing yang banyak mengandung gula yang disebabkan karena

fungsi pankreas tidak dapat bekerja dengan efektif atau terganggunya kerja

insulin sehingga terjadinya resistensi insulin.

2. Klasifikasi

Klasifikasi Diabetes Mellitus menurut American Diabetes Association

berdasarkan patofisiologi yang mendasari, antara lain :6,12

a. Diabetes Mellitus Tipe 1 (Diabetes Insulin Dependent)

Diabetes Mellitus tipe 1 terjadi karena destruktif sel beta yang

mengakibatkan defisiensi insulin absolut yang disebabkan autoimon dan

idiopatik. Diabetes Mellitus tipe 1 terjadi karena sel beta di pankreas

mengalami kerusakan, sehingga memerlukan insulin eksogen seumur


hidup. Umumnya muncul pada usia muda. Penyebab penyakit tersebut

buka karena faktor keturunan melainkan karena faktor autoimun.

b. Diabetes Mellitus Tipe 2 (Diabetes Non Insulin Dependent)

Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi karena bermacam-macam penyebab,

mulai dari dominasi resistensi insulin yang disertai defisiensi insulin

relatif sampai yang dominan. Pada Diabetes Mellitus tipe 2 insulin dalam

jumlah cukup akan tetapi tidak dapat bekerja secara optimal sehingga

menyebabkan kadar gula darah tinggi di dalam tubuh. Diabetes Mellitus

tipe 2 merupakan tipe yang paling umum dikarenakan lebih banyak

penderitanya dibandingkan Diabetes Mellitus tipe 1. Munculnya penyakit

ini terjadi pada usia dewasa yang disebabkan beberapa faktor diantaranya

obesitas dan keturunan.

c. Diabetes Mellitus Gestasional

Diabetes Mellitus tipe ini timbul pada saat terjadi kehamilan. Faktor-

faktor penyebab terjadinya Diabetes Mellitus Gestasional diantaranya

adalah riwayat diabetes dari keluarga, obesitas atau kenaikan berat badan

pada saat kehamilan, faktor usia ibu pada saat hamil, riwayat melahirkan

bayi besar (>4000 gram) dan riwayat penyakit lain seperti hipertensi dan

abortus. Tanda dan gejala Diabetes Mellitus Gestasional sama seperti

Diabetes Mellitus secara klinis yaitu poliuria (sering kencing), polifagi

(nafsu makan meningkat), polidipsi (sering haus). Akibat dari penyakit ini

apabila tidak segera ditangani secara dini pada ibu akan terjadi
preeklamsia, komplikasi proses persalinan, risiko Diabetes Mellitus tipe 2

setelah melahirkan. Sedangkan risiko pada bayi adalah lahir dengan berat

badan >40 gram, pertumbuhan janin terhambat, hipokalesemia dan

kematian bayi dalam kandungan.

d. Diabetes Mellitus Tipe Lain

Penyebab Diabetes Mellitus tipe lain sangat bervariasi. Diabetes

Mellitus tipe ini dapat disebabkan oleh defek genetik fungsi sel beta,

defek genetik kerja insulin, penyakit eksokrin pankreas, endokrinopati

pankreas, obat, zat kimia, infeksi, kelainan imunologi dan sindrom

genetik lain yang berkaitan dengan Diabetes Mellitus.

3. Penegakan Diagnosa Diabetes Mellitus

Penegakan diagnosa Diabetes Mellitus dilakukan dengan pengukuran

kadar gula darah. Pemeriksaan gula darah yang dianjurkan adalah

pemeriksaan secara enzimatik dengan menggunakan bahan plasma darah

vena. Kriteria diagnosis Diabetes Mellitus meliputi 4 hal, yaitu :14

a) Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥ 126 mg/dl. Puasa dilakukan selama

minimal 8 jam.

b) Pemeriksaan glukosa plasma ≥ 200 mg/dl 2 jam setelah Tes Toleransi

Glukosa Oral (TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.

c) Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥ 200 mg/dl dengan keluhan fisik


d) Pemeriksaan HbA1c ≥ 6,5 % dengan menggunakan metode yang

terstandarisasi oleh National Glychohaemoglobin Standardization

Program (NGSP)

Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal maupun kriteria

Diabetes Mellitus maka digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang

terdiri dari Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa Darah Puasa

Terganggu (GDPT).

GDPT dapat terjadi jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara 100-125 mg/dl

b) Pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2 jam < 140 mg/dl.

TGT dapat terpenuhi jika memenuhi kriteria sebagai berikut :

a) Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 jam setelah TTGO antara 140-199

mg/dl

b) Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa <100 mg/dl.

4. Patofisiologi

a) Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 1

Pada Diabetes Mellitus tipe 1, sistem imunitas menyerang dan

menghancurkan sel yang memproduksi insulin beta pankreas. Kondisi

tersebut merupakan penyakit autoimun yang ditandani dengan

ditemukannya anti insulin atau antibodi sel anti islet dalam darah.
Kerusakan pankreas menyebabkan penurunan sekresi insulin sehingga

regulasi glukosa terganggu. Selain hilangnya sekresi insulin, kerusakan

akibat autoimun ini mengakibatkan abnormalitas sel-sel alpha pankreas

dimana terjadi sekresi glukagon yang berlebihan. Kedua hal ini

menyebabkan kondisi hiperglikemia yang berkepanjangan dan mulai

terjadi gangguan metabolik.12

b) Patofisiologi Diabetes Mellitus Tipe 2

Diabetes Mellitus Tipe 2 disebabkan karena kekurangan insulin namun

tidak terjadi defisiensi absolut seperti Diabetes Mellitus tipe 1. Pada

Diabetes Mellitus tipe 2 terjadi defisiensi insulin relatif yang artinya

pankreas masih bisa menghasilkan insulin yang kadarnya berbeda-beda

pada setiap orang. Tubuh tidak mampu memproduksi insulin yang cukup

untuk memenuhi kebutuhan yang ditandani dengan kurangnya sel beta

atau defisiensi insulin perifer.12

Perjalanan penyakit Diabetes Mellitus Tipe 2 terjadi penurunan fungsi

sel beta pankreas dan peningkatan resistensi insulin yang berlanjut

sehingga terjadi hiperglikemia kronik yang dapat memperburuk disfungsi

sel beta pankreas. Sel beta pankreas memproduksi insulin secukupnya

untuk mengkompensasi peningkatan resistensi insulin.15 Resistensi insulin

menunjukan penurunan sensitivitas jaringan dan penurunan reaksi

intraseluler, sehingga menyebabkan efektivitas insulin dapat menurun


dalam menstimulasi penyerapan glukosa oleh jaringan dan glukosa yang

tersimpan di hati akan dikeluarkan terusmenerus melebihi dari kebutuhan

di tubuh. Hal ini menjadikan kadar gula dalam darah menjadi tinggi atau

hiperglikemi.15,16

5. Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi

a) Faktor yang tidak dapat dikontrol

1) Usia

Manusida mengalami penurunan fisiologis setelah 40 tahun.

Diabetes Mellitus sering muncul setelah manusia memasuki usia

tersebut. Semakin bertambahnya usia, maka risiko menderita Diabetes

Mellitus akan meningkat terutama usia 45 tahun yang merupakan

kelompok risiko tinggi.12

2) Jenis Kelamin

Distribusi penderita Diabetes Mellitus menurut jenis kelamin

sangat bervariasi. Penderita Diabetes Melitus di Amerika Serikat lebih

banyak terjadi pada perempuan daripada laki-laki. Hal tersebut

disebabkan karena terjadi penurunan pada hormon estrogen dan

hormon progesteron pada saat masa menopause. Penurunan jumlah

hormon estrogen dan hormon progesteron akan meningkatkan jumlah

timbunan lemak dan perubahan profil lipid darah sehingga wanita

mempunyai risiko lebih besar terkena Diabetes Mellitus.12,17


3) Faktor Keturunan

Adanya riwayat Diabetes Mellitus dalam keluarga terutam orang

tua dan saudara kandung memilki risiko lebih besar terkena penyakit

ini dibandingkan dengan anggota keluarga yang tidak menderita

diabetes. Diabetes Mellitus merupakan penyakit yang terpaut pada

kromosom seks atau kelamin. Laki-laki menjadi penderita yang

sebenarnya sedangkan perempuan menjadi pihak yang membawa gen

untuk diwariskan kepada anak-anaknya.12

b) Faktor yang dapat dikontrol

1) Obesitas

Obesitas meruakan faktor predisposisi terjadinya resistensi insulin.

Semakin banyak jaringan lemak pada tubuh, maka tubuh semakin

resisten terhadap kerja insulin, terutama bila lemak tubuh terkumpul

di daerah sentral atau perut (central obesity). Lemak dapat memblok

kerja insulin sehingga glukosa tidak dapat diangkut ke dalam sel dan

menumpuk dalam pembuluh darah. Hal tersebut menyebabkan

peningkatan kadar glukosa darah.

2) Aktivitas fisik yang kurang

Aktivitas fisik yang dilakukan secar teratur dapat menambah

sensitifitas insulin. Semakin kurang aktivitas fisik, maka semakin

mudah seseorang terkena diabetes. Olahraga dapat membantu


mengontrol berat badan. Glukosa dalam darah akan dibakar oleh

tubuh menjadi energi, sehingga sel-sel tubuh menjadi lebih sensitif

terhadap insulin.12

3) Pola makan

Pola makan yang salah dapat mengakibatkan kurang gizi atau

kelebihan berat badan. Kurang gizi (malnutrisi) dapat mengganggu

fungsi pankreas dan mengakibatkan gangguan sekresi insulin.

Kelebihan berat badan dapat mengakibatkan gangguan dalam kerja

insulin.12

4) Alkohol

Alkohol dapat menyebabkan terjadinya inflamasi kronis pada

pankreas yang lebih dikenal dengan istilah pankreatitis. Penyakit

tersebut dapat menimbulkan gangguan pada produksi insulin dan

menyebabkan Diabetes Mellitus. Kandungan alkohol yaitu

karbohidrat dan kalori yang tinggi sehingga apabila alkohol

dikonsumsi berlebihan akan meningkatkan kadar gula dalam

darah.11,12

D. Coronavirus Disease 2019 (COVID-19)

1. Definisi

Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang

disebabkan oleh Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-


CoV 2). SARS-CoV-2 merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah

diidentifikasi sebelumnya pada manusia. Penyakit ini diawali dengan

munculnya kasus pneumonia yang tidak diketahui etiologinya di Wuhan,

China pada akhir Desember 2019.18

Virus ini berasal dari famili yang sama dengan virus penyebab SARS dan

MERS. Meskipun berasal dari famili yang sama, namun SARS-CoV-2 lebih

menular dibandingkan dengan SARS-CoV dan MERS-CoV. COVID-19

dapat menular dari manusia ke manusia melalui kontak erat

dan droplet (percikan cairan pada saat bersin dan batuk), tidak melalui udara.

Bentuk COVID-19 jika dilihat melalui mikroskop elektron (cairan saluran

nafas/ swab tenggorokan) dan digambarkan kembali bentuk COVID-19

seperti virus yang memiliki mahkota.19,20

2. Etiologi

Penyebab COVID-19 adalah virus yang tergolong dalam family

Coronavirus. Coronavirus merupakan virus RNA strain tunggal positif,

berkapsul dan tidak bersegmen. Terdapat 4 struktur protein utama pada

Coronavirus yaitu: protein N (nukleokapsid), glikoprotein M (membran),

glikoprotein spike S (spike), protein E (selubung). Coronavirus tergolong

ordo Nidovirales, keluarga Coronaviridae. Coronavirus ini dapat

menyebabkan penyakit pada hewan atau manusia.18


Coronavirus yang menjadi etiologi COVID-19 termasuk dalam genus

betacoronavirus, umumnya berbentuk bundar dengan beberapa pleomorfik,

dan berdiameter 60-140 nm. Hasil analisis filogenetik menunjukkan bahwa

virus ini masuk dalam subgenus yang sama dengan coronavirus yang

menyebabkan wabah SARS pada 2002-2004 silam, yaitu Sarbecovirus.

Berdasarkan hal tersebut, International Committee on Taxonomy of Viruses

(ICTV) memberikan nama penyebab COVID-19 sebagai SARS-CoV-2.18,19

Belum dipastikan berapa lama virus penyebab COVID-19 bertahan di atas

permukaan, tetapi perilaku virus ini menyerupai jenis-jenis coronavirus

lainnya. Lamanya coronavirus bertahan mungkin dipengaruhi kondisi-kondisi

yang berbeda seperti jenis permukaan, suhu atau kelembapan lingkungan.

SARS-CoV-2 dapat bertahan selama 72 jam pada permukaan plastik dan

stainless steel, kurang dari 4 jam pada tembaga dan kurang dari 24 jam pada

kardus. SARS-CoV-2 sensitif terhadap sinar ultraviolet dan panas. SARS-

CoV-2 dapat dinonaktifkan dengan pelarut lemak (lipid solvents) seperti

eter, etanol 75%, ethanol, disinfektan yang mengandung klorin, asam

peroksiasetat, dan khloroform (kecuali khlorheksidin).18

3. Penularan

Coronavirus merupakan zoonosis (ditularkan antara hewan dan manusia).

SARS ditransmisikan dari kucing luwak (civet cats) ke manusia dan MERS
dari unta ke manusia. Adapun, hewan yang menjadi sumber penularan

COVID-19 ini masih belum diketahui. Masa inkubasi COVID-19 rata-rata 5-

6 hari, dengan rata-rata antara 1 sampai dengan 14 hari. Risiko penularan

tertinggi terjadi di hari-hari pertama penyakit timbul karena disebabkan oleh

konsentrasi virus pada sekret yang tinggi. Orang yang terinfeksi dapat

langsung dapat menularkan sampai dengan 48 jam sebelum onset gejala atau

gejala memuncak (presimptomatik) dan sampai dengan 14 hari setelah onset

gejala. Selain itu, terdapat kasus konfirmasi yang tidak bergejala

(asimptomatik), meskipun risiko penularan sangat rendah akan tetapi masih

ada kemungkinan kecil untuk terjadi penularan.18,21

Berdasarkan studi epidemiologi dan virologi saat ini membuktikan bahwa

COVID-19 utamanya ditularkan dari orang yang bergejala (simptomatik) ke

orang lain yang berada jarak dekat melalui droplet. Droplet merupakan

partikel berisi air dengan diameter >5-10 µm. Penularan droplet terjadi ketika

seseorang berada pada jarak dekat (dalam 1 meter) dengan seseorang yang

memiliki gejala pernapasan (misalnya, batuk atau bersin) sehingga droplet

berisiko mengenai mukosa (mulut dan hidung) atau konjungtiva (mata).

Penularan juga dapat terjadi melalui benda dan permukaan yang

terkontaminasi droplet di sekitar orang yang terinfeksi. Oleh karena itu,

penularan virus COVID-19 dapat terjadi melalui kontak langsung dengan

orang yang terinfeksi dan kontak tidak langsung dengan permukaan atau
benda yang digunakan pada orang yang terinfeksi (misalnya, stetoskop atau

termometer).18,21,22

4. Pencegahan

Pencegahan penularan COVID-19 menurut Center for Disease Control

and Prevention adalah sebagai berikut:23

1) Mencuci tangan

Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir selama 40-60 detik.

Namun, apabila sabun tidak tersedia, gunakan hand sanitizer yang

mengandung 60% alcohol.

2) Hindari kontak dengan orang

Hindari kontak dengan orang terutama orang yang diluar rumah. Tetap

menjaga jarak kurang lebih sepanjang 6 kaki atau 2 lengan dari orang

lain.

3) Gunakan masker

Meskipun tidak sakit tetap gunakan masker terutama di ruang publik.

Masker dapat membantu mencegah penyebaran virus dari orang yang

mengenakannya kepada orang lain.

4) Menutup jika batuk dan bersin

Jika batuk dan bersin tutup dengan menggunakan tissue atau bagian

dalam dari siku. Buang tissue ke dalam tempat sampah dan cuci tangan

dengan sabun dan air mengalir atau hand sanitizer.


5) Jaga kebersihan

COVID 19 dapat dicegah dengan selalu membersihkan dan

mendesinfeksi benda-benda yang sering disentuh setiap hari seperti meja,

gagang pintu (handles), telepon genggam, kran, dan lain-lain.

6) Tetap di rumah

Stay at home atau tetap di rumah jika mempunyai gejala seperti

demam, batuk, dan gangguan pernapasan. Tetap di rumah dianjurkan pula

untuk masyarakat yang tidak memiliki gejala untuk mencegah

penyebaran COVID 19.

7) Segera kunjungi pelayanan kesehatan

Cari pelayanan kesehatan jika mengalami beberapa gejala gangguan

pernapasan, nyeri dada, pusing, susah tidur, kebiruan pada mulut dan

wajah. Hal tersebut merupakan tanda bahwa tubuh kekurangan oksigen

dalam darah atau sering disebut sianosis.

E. Penelitian Terkait

Tabel 1. Penelitian Terkait

Nama Peneliti dan


No. Judul Metode Hasil
Tahun Penelitian
1. 1.
2.
3.
F. Kerangka Teori

Faktor yang mempengaruhi


tingkat pengetahuan : Faktor yang mempengaruhi
Umur kepatuhan :
Pendidikan Faktor Predisposisi
Pekerjaan Umur
Sumber informasi Pendidikan
Pengetahuan
Sikap
Faktor Pemungkin :
Tersedia fasilitas kesehatan
Tingkat pengetahuan : Faktor Pendorong
Adanya contoh perilaku petugas
Tahu (Know ) kesehatan (role model)
Memahami (Comprehension)
Aplikasi (Application)
Analisis (Analysis)
Sintesis (Synthesis)
Evaluasi (Evaluation)

Kepatuhan pasien Diabetes


Mellitus dalam perawatan di masa
pandemi COVID-19

Gambar 2.1 Kerangka Teori1,3,4,8,9,10


REFERENSI

1. Asriawati, Irawati. Buku Ajar Antropologi Kesehatan dalam Keperawatan.


Sleman: Deepublish; 2019.
2. Pakpahan M, Hutapea A. Keperawatan Komunitas. Medan: Yayasan Kita
Menulis; 2020.
3. Saadah N, Suparji, Sulikah. Stimulasi Perkembangan Oleh Ibu Melalui
Bermain dan Rekreasi Pada Anak Usia Dini. Surabaya: Scopindo Media
Pustaka; 2020.
4. Surahman, Supardi S. Ilmu Kesehatan Masyarakat PKM. Jakarta: Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia; 2016.
5. Bastable S. Perawat Sebagai Pendidik Prinsip-Prinsip Pengajaran &
Pembelajaran. Jakarta: EGC;
6. Ulfa NM, Lubada EI, Darmawan R. Medication Picture Dan Pill Count Pada
Kepatuhan Minum Obat Penderita Diabetes Mellitus dan Hipertensi. Gresik:
Graniti; 2020.
7. Sanjaya W, Budimanjaya A. Paradigma Baru Mengajar [Internet]. Jakarta:
Kencana; 2017. Available from: http://repository.unimus.ac.id
8. Notoatmodjo S. Ilmu Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta; 2014.
9. Widiyaningsih D, Suharyanta D. Promosi dan Advokasi Kesehatan. Sleman:
Deepublish; 2020.
10. Nurachma E. Modul Promosi Kesehatan. Pekalongan: Nasya Expanding
Management; 2019.
11. Marewa LW. Kencing Manis (Diabetes Mellitus) di Sulawesi Selatan. Jakarta:
Yayasan Pustaka Obor Indonesia; 2015.
12. Fandinata S, Ernawati I. Management Terapi Pada Penyakit Degeneratif.
Gresik: Graniti; 2020.
13. World Health Organization. Diabetes [Internet]. 2017 [cited 2020 Jan 14].
Available from: https://www.who.int/en/news-room/fact-sheets/detail/diabetes
14. Pangribowo S. Tetap Produktif, Cegah dan Atasi Diabetes Melitus. Jakarta:
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia; 2020.
15. Decroli E. Diabetes Mellitus Tipe 2. Padang: Pusat Penerbitan Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Andalas; 2019.
16. Black JM, Hawks JH. Keperawatan Medikal Bedah. 8th ed. Singapura:
Elsevier; 2014. 455 p.
17. Aini N, Aridiana L. Asuhan Kepewaratan pada Sistem Endokrin dengan
Pendekatan Nanda NIC NOC. Jakarta: Salemba Medika; 2016.
18. Kementerian Kesehatan RI. Pedoman Pencegahan dan Pengendalian Corona
Virus Disease (Covid-19). Kementrian Kesehat [Internet]. 2020;5:178.
Available from: https://covid19.go.id/storage/app/media/Protokol/REV-
05_Pedoman_P2_COVID-19_13_Juli_2020.pdf
19. Centers for Disease Control and Prevention. About COVID-19 [Internet].
2020. Available from: https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-
ncov/cdcresponse/about-COVID-19.html
20. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Hindari Lansia Dari COVID 19
[Internet]. 2020. Available from:
http://www.padk.kemkes.go.id/article/read/2020/04/23/21/hindari-lansia-dari-
covid-19.html
21. World Health Organization. Coronavirus disease (COVID-19): How is it
transmitted? [Internet]. 2020. Available from:
https://www.who.int/emergencies/diseases/novel-coronavirus-2019q-a-
detail/coronavirus-disease-covid-19-how-is-it-transmitted
22. Centers for Disease Control and Prevention. How COVID-19 Spreads. 2020.
23. Centers for Disease Control and Prevention. Coronavirus Disease 2019
(COVID 19) [Internet]. Available from: https://www.cdc.gov/dotw/covid-
19/index.html

Anda mungkin juga menyukai