PENANGANAN PELANGGARAN
PEMILIHAN TAHUN 2020”
Disampaikan Oleh:
• ADMINISTRASI 631
• PIDANA 44
KODE ETIK
7.6%
• HUKUM LAIN
PIDANA
1058 2.3%
PPDP tidak melaksanakan kegiatan Coklit daftar
1 144
Pemilih sesuai ketentuan perundangan undangan
Pemasangan spanduk/baliho Paslon tidak sesuai
2 39
dengan ketentuan pemasangan APK
Pengumuman Seleksi Penyelenggara Ad Hoc
3 Tidak Sesuai dengan Ketentuan/ Tidak 32
10 BESAR TREN Profesional
Calon Anggota PPK yang tidak memenuhi syarat
PELANGGARAN
4 30
(Parpol)
PPS tidak memberikan salinan DPHP kepada
ADMINISTRASI
5 30
Panwas Kelurahan/Desa
Calon Anggota PPS yang tidak memenuhi syarat
6 29
(Parpol)
Calon Anggota PPS menjabat sebagai PPS 2
7 20
periode
Paslon membuat dan menyebarkan APK/bahan
8 20
kampanye tidak sesuai ketentuan peruuan
Calon Anggota PPK menjabat sebagai PPK 2
9 18
periode
PPS tidak memberikan hasil DPHP kepada PPL/
10 18
PKD
PPK/PPS Tidak Profesional Dengan Memberikan Dukungan Dalam
1 14
Syarat Pencalonan Bakal Paslon
10 BESAR 4
PPS tidak profesional dalam proses verifikasi faktual dukungan Bakal
Calon Perseorangan
11
TREN Panwascam tidak netral atau menunjukkan keberpihakan kepada Parpol
PELANGGARAN 5
dan/atau Paslon
9
KODE ETIK
6 Panwascam menjadi Pengurus Parpol 7
PPS tidak profesional dengan menghadiri acara sosialisasi/tatap muka
7 6
bakal calon
PPK memberikan dukungan melalui media sosial kepada salah satu
8 5
Bakal Calon
Dugaan pelanggaran yang dilakukan oleh Panwascam dalam seleksi
9 4
Pengawas Kelurahan Desa
10 KPU Kabupaten tidak profesional dalam seleksi PPK 3
5 besar tren TINDAK PIDANA PEMILIHAN
PASAL PERBUATAN JUMLAH
PASAL 188 Setiap pejabat negara, pejabat Aparatur Sipil Negara, dan Kepala Desa atau 14
sebutan lain/Lurah yang dengan sengaja melanggar ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 71
PASAL 184 Setiap orang yang dengan sengaja memberikan keterangan yang tidak benar atau 9
menggunakan surat palsu seolah-olah sebagai surat yang sah tentang suatu hal
yang diperlukan bagi persyaratan untuk menjadi Calon
PASAL 185A AYAT (1) Setiap orang yang dengan sengaja memalsukan daftar dukungan terhadap calon 4
perseorangan
PASAL 198A Setiap orang yang dengan sengaja melakukan tindak kekerasan atau 4
menghalang-halangi Penyelenggara Pemilihan dalam melaksanakan tugasnya
PASAL 187A AYAT (1) Setiap orang yang dengan sengaja melakukan perbuatan melawan hukum 4
menjanjikan atau memberikan uang atau materi lainnya sebagai imbalan kepada
warga negara Indonesia baik secara langsung ataupun tidak langsung untuk
mempengaruhi Pemilih agar tidak menggunakan hak pilih, menggunakan hak
pilih dengan cara tertentu sehingga suara menjadi tidak sah, memilih calon
tertentu, atau tidak memilih calon tertentu
KASUS-KASUS PELANGGARAN OLEH CALON PETAHANA
100
70
kampanye yaitu pada
50
48
35
5 – 15 Oktober lalu
25
dengan jumlah
0
Pelanggaran Prokes Peringatan Tertulis Pembubaran Kampanye pelanggaran prokes
26 Sept - 5 Okt 6 -15 Okt 16-25 Okt
375 kasus.
PROBLEMATIKA REKOMENDASI DISKUALIFIKASI CALON
PETAHANA
• Pengkajian Pengawas di beberapa kasus kurang maksimal, khususnya mengenai pembuktian harus
adanya ijin tertulis oleh mendagri dalam melakukan tindakan penggantian pejabat. Misalnya di
Pegunungan Bintang, Papua. Bawaslu Kab/Kota tidak pernah memastikan hal itu kepada kemendagri
langsung, namun hanya berdasarkan keterangan pihak lain yang dimintai keterangan.
• KPU Kabupaten/Kota menindaklanjuti rekomendasi dengan melakukan pengujian atau menganalisa
kembali terhadap peristiwa, yang mengakibatkan terjadinya perbedaan penilaian antara Bawaslu dan
KPU. Dalam pandangan Bawaslu, seharusnya KPU melakukan pemeriksaan hanya sebatas terhadap isi
dari rekomendasi Bawaslu, bukan melakukan pengkajian lagi terhadap peristiwanya. KPU melalui
Rancangan PKPU tentang penyelesaian pelanggaran administrasi yang sedang disusun, tetap
mempertahankan pola tersebut. Di beberapa kesempatan dalam kegiatan harmonisasi perundang-
undangan, Bawaslu telah menyampaikan keberatan atas pola yang dibangun oleh KPU dan telah
menyampaikan pendapat secara tertulis kepada KPU.
• Kekeliruan Mahmakah Agung dalam menganulir Keputusan KPU Kabupaten yang menindaklanjuti
rekomendasi diskualifikasi Bawaslu Kabupaten. Contoh dalam Pemilihan Tahun 2020 adalah yang
terjadi di Kabupaten Ogan Ilir. MA melalui Perma Nomor 11 Tahun 2016 hanya memiliki kewenangan
memeriksa Putusan PT.TUN untuk kasus sengketa pemilihan dan Keberatan atas Keputusan KPU yang
mendiskualifikasi paslon karena terbukti melakukan pelanggaran administasi TSM. Namun dalam
kasus di Ogan Ilir, kasus yang terjadi bukan berasal dari putusan sengekta pemilihan atau putusan
Bawaslu Provinsi atas pelanggaran administrasi TSM.
PROBLEMATIKA penanganan tindak pidana pemilihan
• Tindak pidana pemilihan yang paling banyak terjadi pada Pemilihan Tahun 2020 adalah
Tindakan kepala desa yang melakukan Tindakan menguntungkan atau merugikan pasangan
calon (Pasal 71 ayat 1 UU Pemilihan). Namun di beberapa daerah, masih ada pandangan
dalam Gakkumdu yang menganggap norma tersebut bersifat materiel, atau harus terbukti
hasil dari tindakan menguntungkan atau merugikan tersebut. Hal ini tentu saja keliru,
karena jika pandangan tersebut dibenarkan, maka norma tersebut tidak bisa diterapkan.
• Terhentinya penanganan akibat Tersangka melarikan diri (bersembunyi) dan adanya
Putusan Praperadilan. Ini terjadi pada kasus pemalsuan dukungan calon perseorangan di
Rejang Lebong, Bengkulu. Ini merupakan problem hukum, yang mana di satu sisi
penanganan memilki batasan waktu, namun di sisi lain ketika penanganan dinyatakan cacat
prosedural, maka penanganan terhadap peristiwanya tidak dapat diperbaiki mengingat
waktunya telah habis. Pada kasus Rejang Lebong juga begitu terasa intervensi politiknya,
mengingat tersangka (calon perseorangan) merupakan anak dari kepala daerah aktif.
• Beberapa norma pidana perlu didiskusikan untuk menyamakan pemahaman seperti:
a. definisi “Kampanye”;
b. unsur “Materi lain” dalam kasus politik uang;
c. siapa yang dimaksud “Pejabat ASN”;
d. kata “dan” dalam sebuah norma apakah berarti kumulatif atau alternatif;
PROBLEMATIKA penanganan PELANGGARAN
PROTOKOL KESEHATAN COVID-19
• Intimidasi kepada pengawas pemilihan ketika memberikan peringatan
terhadap kegiatan kampanye yang dilarang atau melanggar protokol
kesehatan Covid-19. Untuk melindungi pengawas, tindakan intimidasi
itu harus diproses dengan dugaan tidak pidana pemilihan menghalang-
halangi tugas penyelengara pemilihan (Pasal 198A UU Pemilihan).
Berdasarkan data, sudah terdapat 4 kasus yang sudah masuk dalam
proses penyidikan.
• Tindakan penghentian dan/atau pembubaran sulit dilakukan mengingat
melibatkan banyak massa dan keterbatasan personil kepolisian dan
personil keamanan lainnya (Ini bisa juga akibat lemahnya koordinasi
dalam Pokja Covid-19);
• Minimnya penindakan atas pelanggaran protokol Covid-19 dengan
menggunakan pidana umum (UU Wabah, UU kekarantinaan Kesehatan,
KUHP), sehingga tidak mendorong adanya ketertiban masyarakat
PROBLEMATIKA teknis implementasi perbawaslu nomor
8 tahun 2020
• Mengingat Perbawaslu Nomor 8 Tahun 2020 merupakan produk hukum baru
dalam penanganan pelanggaran, maka bisa dimaklumi jika masih terdapat
kebingungan teknis dalam penanganan pelanggaran;
• Masalah-masalah yang sering di konsultasikan atau didiskusikan adalah sbb:
a. Mekanisme penanganan netralitas ASN;
b. Mekanisme penetapan dan penelusuran informasi awal;
c. Mekanisme penanganan tindak pidana pemilihan yang terjadi di lintas
daerah;
d. Mekanisme pengambilalihan laporan/temuan dari pengawas pemilihan di
jajaran bawah oleh pengawas di atasnya;
e. Dll
• Hal itu bisa diatasi oleh pengawas pemilihan dengan mencermati kembali isi
Perbawaslu, diskusi dalam bimtek/rakor, dan melakukan konsultasi dengan
jajaran pengawas di atasnya.
TANTANGAN PENGAWAS PEMILIHAN
• Menjaga integritas dan menolak adanya intervensi politik dalam
penanganan pelanggaran, mengingat hal itu dapat dirasakan
begitu kuat dalam pemilihan kepala daerah dibandingkan dalam
penyelenggaran pemilu;
• Menjaga soliditas di internal pengawas pemilihan dan bersikap
lebih hati-hati dalam memberikan pernyataan kepada publik;
• Memberikan pelayanan terbaik kepada pelapor atau pihak lain
yang terlibat dalam proses penanganan pelanggaran;
• Melakukan penanganan pelanggaran sesuai prosedur dan tertib
administrasi;
• Menguatkan koordinasi dengan lembaga lain, khususnya polisi
dan jaksa yang tergabung dalam gakkumdu, serta lembaga lain
yang tergabung dalam Pokja Covid;