Anda di halaman 1dari 5

ULKUS FUNGAL

Etiologi
Etiologi ulkus fungal mencakup banyak jamur termasuk tetapi tidak terbatas pada
Candida spp., jamur berfilamen dengan septa seperti Aspergillus spp., Fusarium spp.,
Cladosporium, spp., Curvularia, dan non septated seperti Rhizopus. Candida Spp merupakan
etiologi tersering ulkus fungal

Patofisiologi
Infeksi mungkin dimulai ketika integritas epitel rusak karena trauma atau penyakit ocular
surface, kemudian organisme memperoleh akses ke jaringan kornea dan berkembang biak.
Enzim proteolitik, antigen jamur, dan racun dilepaskan ke dalam kornea dengan nekrosis yang
dihasilkan dan kerusakan pada strukturnya sehingga mengganggu integritas dan fungsi mata.

Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi umum termasuk penyakit ocular surface yang kronis, penggunaan
steroid topikal jangka panjang (sering bersamaan dengan transplantasi kornea sebelumnya),
pemakaian lensa kontak, imunosupresi sistemik dan diabetes. Keratitis filamen mungkin terkait
dengan trauma pada mata akibat tanaman atau alat berkebun/pertanian.

Manifestasi Klinis
Pasien dengan ulkus fungal cenderung memiliki tanda dan gejala inflamasi lebih sedikit
selama periode awal dibandingkan pasien dengan ulkus bakterial dan mungkin memiliki sedikit
atau tidak ada injeksi konjungtiva saat presentasi awal. Di sisi lain, nyeri pada keratitis fungal
mungkin tidak sebanding dengan kornea yang relatif tidak meradang. Gejala lain seperti
fotofobia, pandangan kabur, dan keluarnya cairan berair atau mukopurulen sering menyertai
ulkus fungal. Ulkus fungal berfilamen sering bermanifestasi sebagai infiltrat berwarna putih
keabu-abuan, tampak kering yang memiliki tepi berbulu atau berserabut tidak teratur. Lesi
superfisial mungkin tampak abu-abu putih; meninggikan permukaan kornea; dan memiliki
tekstur kering, kasar, atau berpasir yang terdeteksi pada saat pengikisan kornea diagnostik
(corneal scraping). Kadang-kadang dapat dijumpai infiltrat multifokal atau satelit. Selain itu,
infiltrat stroma dalam dapat terjadi dengan adanya epitel yang utuh. Plak endotel dan/atau
hipopion juga dapat terjadi jika infiltrasi jamur cukup dalam atau besar atau telah menembus ke
bilik mata depan

Gambar 2. Keratitis fungal akibat infeksi F solani


Ulkus yang disebabkan oleh ragi (seperti Candida spp) memiliki batas yang lebih jelas
dan mungkin terlihat mirip dengan infeksi bakteri. Infeksi jamur tetap terlokalisasi,
menyebabkan ulserasi epitel yang relatif kecil (ulserasi punctate).

Pemeriksaan Penunjang
Pada ulkus jamur dilakukan pemeriksaan kerokan kornea dengan spatula kimura dari
dasar dan tepi ulkus dengan biomikroskop dilakukan pewarnaan KOH, gram atau Giemsa. Lebih
baik lagi dengan biopsy jaringan kornea dan diwarnai dengan periodic acid Schiff. Selanjutnya
dilakukan kultur dengan agar sabouraud atau agar ekstrak maltosa.
Karena gambaran klinis tidak dapat digunakan untuk membuat diagnosis etiologik secara
spesifik, diperlukan pemeriksaan mikrobiologik, sebelum diberikan pengobatan empirik dengan
antibiotika. Pengambilan spesimen harus dari tempat ulkusnya, dengan membersihkan jaringan
nekrotik terlebih dahulu; dilakukan secara aseptik menggunakan spatula Kimura, lidi kapas
steril, kertas saring atau Kalsium alginate swab. Pemakaian media penyubur BHI (Brain Heart
Infusion Broth) akan memberikan hasil positif yang lebih baik daripada penanaman langsung
pada medium isolasi. Medium yang digunakan adalah medium pelat agar darah, media coklat,
medium Sabaraud untuk jamur dan Thioglycolat. Selain itu dibuat preparat untuk pengecatan
gram. Hasil pewarnaan gram dapat memberikan informasi morfologik tentang kuman penyebab
yaitu termasuk kuman gram (+) atau Gram (-) dan dapat digunakan sebagai dasar pemilihan
antibiotika awal sebagai pengobatan empirik

Tatalaksana
Ulkus kornea adalah keadaan darurat yang harus segera ditangani oleh spesialis mata agar tidak
terjadi cedera yang lebih parah pada kornea.
1. Penatalaksanaan non-medikamentosa:
a. Jika memakai lensa kontak, secepatnya untuk melepaskannya
b. Jangan memegang atau menggosok-gosok mata yang meradang
c. Mencegah penyebaran infeksi dengan mencuci tangan sesering mungkin dan
mengeringkannya dengan handuk atau kain yang bersih
d. Menghindari asap rokok, karena dengan asap rokok dapat memperpanjang proses
penyembuhan luka.
2. Penatalaksanaan medikamentosa :
Anti jamur
Terapi medikamentosa di Indonesia terhambat oleh terbatasnya preparat komersial yang tersedia.
Berdasarkan jenis keratomitosis yang dihadapi bisa dibagi:
a. Jamur berfilamen: topikal amphotericin B, Thiomerosal, Natamicin, Imidazol
b. Ragi (yeast): Amphotericin B, Natamicin, Imidazol, Micafungin 0,1% tetes mata14,15
c. Actinomyces yang bukan jamur sejati: golongan sulfa, berbagai jenis antibiotik.

Komplikasi
Komplikasi yang paling sering timbul berupa:
1. Kebutaan parsial atau komplit karena endoftalmitis
2. Prolaps iris
3. Sikatrik kornea
4. Katarak
5. Glaukoma sekunder.
DAFTAR PUSTAKA
1. AAO. 2019. Basic and Clinical Science Course. Section 8: External Disease and Cornea.
2. Jack J Kanski. 2020. Clinical Ophthalmology: A Systematic Approach 9th Edition. Elsevier: Singapore
3. Jetton, J.A., Ding, K., Stone, DU. Effects of tobacco smoking on human corneal wound healing.
Cornea. 2014 May;33(5):453-6.
4. Kunwar M, Adhikari, R.K., Karki, D.B. Microbial flora of corneal ulcers and their drug sensitivity.
MSJBH.2013;12(2):14-16.
5. Lalitha, P., Sun, C.Q., Prajna, N.V., Karpagam, R., Geetha, M., O’Brien, K.S., et al. In vitro susceptibi-
lity of filamentous fungal isolates from a corneal ulcer clinical trial. Am J Ophtalmol. 2014
Feb;157(2):318- 26.
6. Matsumoto, Y., Dogru, M., Goto, E., Fujishima, H., Tsubota, K. Successful topical application of a
new antifungal agent, micafungin, in the treatment of refractory fungal corneal ulcers: report of
three cases and literature review. Cornea. 2005 Aug;24(6):748-53.

Anda mungkin juga menyukai