Anda di halaman 1dari 18

MAKALAH

KEBAKARAN HUTAN

DISUSUN OLEH :
1. VIVI ARI ADIANTI
2. GREZY YULINAR SABILLA
3. DWI KURNIA FATMAWATI
4. EKA WULANDARI

SMA NEGERI 1 MANTUP


TAHUN PELAJARAN 2019/2020
MAKALAH
KEBAKARAN HUTAN

DISUSUN OLEH :
1. VIVI ARI ADIANTI
2. GREZY YULINAR SABILLA
3. DWI KURNIA FATMAWATI
4. EKA WULANDARI

SMA NEGERI 1 MANTUP


TAHUN PELAJARAN 2019/2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena hanya
dengan segala rahmat-Nyalah akhirnya kami bisa menyususn makalah ini tepat
dengan waktunya.
Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Noto, S.Pd selaku guru
pembimbing kami yang telah memberikan tugas ini sehingga kami mendaoatkan
banyak tambahan pengetahuan. Kami juga ucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah berkontribusi dengan memberikan ide-idenya sehingga makalah ini bisa
disusun dengan baik dan rapi
Kami selaku penyusun berharap semoga makalah ini bisa memberikan banyak
manfaat serta menambah pengetahuan para pembaca. Namun terlepas dari itu, kami
memahami bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna yang membutuhkan
perbaikan, sehingga kami sangat mengarapkan kritik serta saran yang bersifat
membagun demi terciptanya makalah selanjutnya yang lebih baik lagi.

Mantup, 11 November 2019

Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Judul......................................................................................................... i
Kata Pengantar......................................................................................................... ii
Daftar isi.................................................................................................................. iii
Bab I Pembahasan
A. Latar Belakang............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah........................................................................................ 2
C. Tujuan.......................................................................................................... 2
Bab II Pembahasan
A. Pengertian Kebakaran Hutan....................................................................... 3
B. Penyebab Kebakaran Hutan......................................................................... 3
C. Kerugian Kebakaran Hutan......................................................................... 4
D. Dampak Kebakaran Hutan........................................................................... 5
E. Pencegahan Kebakaran Hutan..................................................................... 6
F. Penanggulangan Kebakaran Hutan.............................................................. 10
Bab III Penutup
A. Kesimpulan..................................................................................................12
B. Saran............................................................................................................12
Lampiran.................................................................................................................. 13
Daftar Pustaka.......................................................................................................... 14

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Hutan  di  Indonesia  merupakan  sebuah  fenomena,  hutan  sebagai karuna
dan  amanah Tuhan Yang Maha Esa yang dianugerahkan kepada bangsa
Indonesia telah menempatkan Indonesia dikenal sebagai salah  satu negara 
pemilik  hutan  tropika  terbesar di dunia setelah Brazil dan Zaire. Suatu hal yang
patut disyukuri dan bangga sebagai  warga bangsa Indonesia, mengingat hutan
dapat memberikan manfaat ekonomis sebagai penyumbang devisa bagi
kelangsungan pembangunan di Indonesia serta memberikan jasa-jasa lingkungan
untuk menopang kehidupan di muka bumi. Tetapi di lain pihak, hutan yang
seharusnya diurus dan dimanfaatkan secara optimal dengan memperhatikan
aspek  kelestarian telah mengalami degradasi dan deforestasi yan cukup
mencengangka bagi dunia Internasional, ini satu lagi prestasi Indonesia yang
memprihatinkan,  Indonesia  masuk  dalam  daftar  rekor  dunia  guiness  yang 
dirilis  oleh  Greenpeace  sebagai negara yang mempunyai tingkat laju deforestasi
tahunan tercepat di  dunia, Sebanyak 72 persen dari hutan asli Indonesia telah
musnah  dengan 1.8 juta hektar  hutan dihancurkan per tahun antara tahun 2000
hingga 2005, sebuah tingkat kehancuran hutan sebesar 2% setiap tahunnya atau
51 km2 per hari atau dalam satu jam luas hutan Indonesia yang hancur setara
dengan 300 lapangan sepakbola.
Disaat  upaya  untuk   memulihkan  dan  mempertahankan  kondisi  hutan 
melalui mekanisme jasa hutan sebagai penyerap karbondioksida dilakukan,
sebuah prestasi Internasional tercatat kembali bagi bangsa Indonesia karena hutan
yang dimiliki. Kebakaran  hutan  di Indonesia telah menempatkan Indonesia
sebagai  negara yang termasuk  dalam  deretan negara penyumbang emisi CO2
terbesar di dunia. Kebakaran  hutan merupakan sebuah  tradisi  tahunan yang
terjadi di Indonesia pada saat  musim kemarau dan hal ini merupakan sebuah
fakta yang tidak bisa dipungkiri. Mengapa kebakaran hutan di Indonesia terus
tetap terjadi meski trilyunan rupiah telah dihabiskan untuk mengatasi kejadian
kebakaran ini baik  melalui  proyek  dalam  negeri  maupun  dari proyek luar 
negeri.
Berdasarkan  hal  ini,  sangat  diperlukan  memahami  bagaimana
kebakaran  hutan  itu  terjadi  dan  faktor  apa  yang  mempengaruhinya  sehingga 

1
tindakan ataupun strategi yang diambil untuk mencari solusi  terhadap
permasalahan kebakaran tidak salah sasaran. Berkaitan dengan hal  tersebut maka
dalam makalah ini diuraikan beberapa teori  yang mendasari bagaimana
kebakaran  hutan itu  terjadi  seperti  segitiga api, proses terjadinya kebakaran
hutan dan faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kebakaran hutan

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan  latar  belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
sebagai berikut :
1. Apa pengertian kebakaran hutan?
2. Bagaimana proses terjadinya kebakaran hutan?
3. Apa yang dapat menyebabkan timbulnya kebakaran hutan?
4. Apa akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan?
5. Bagaimana solusi untuk mengatasi kebakaran hutan?

C. Tujuan
Dari rumusan masalah tersebut dapat diketahui bahwa tujuan penulisan
makalah ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengertian kebakaran hutan.
2. Untuk mengetahui penyebab timbulnya kebakaran hutan.
3. Untuk mengetahui akibat yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan.
4. Untuk mengetahui solusi untuk mengatasi kebakaran hutan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Kebakaran Hutan


Istilah Kebakaran hutan di dalam Ensiklopedia Kehutanan Indonesia
disebut juga Api Hutan. Selanjutnya dijelaskan bahwa Kebakaran Hutan atau
Api Hutan adalah Api Liar yang terjadi di dalam hutan, yang membakar
sebagian atau seluruh komponen hutan. Kebakaran hutan merupakan salah satu
penyebab kerusakan hutan yang paling besar dan bersifat sangat merugikan.
Perbaikan kerusakan hutan akibat kebakaran memerlukan waktu yang lama,
terlebih lagi untuk mengembalikannya menjadi hutan kembali.
Kebakaran hutan merupakan suatu faktor lingkungan  dari api yang
memberikan pengaruh terhadap hutan, menimbulkan dampak negatif maupun
positif. kebakaran hutan yang terjadi adalah akibat ulah manusia maupun faktor
alam. Penyebab kebakaran hutan yang terbanyak karena tindakan dan  kelalaian
manusia. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa definisi Kebakaran
Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api sehingga berakibat
timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian lingkungan. Contoh
kebakaran hutan diantaranya adalah Kebakaran pada area hutan HPH, HPHTI
Hutan Lindung, Hutan suaka marga satwa, taman nasional dan sebagainya.

B. Penyebab Kebakaran Hutan


Kebakaran hutan terjadi disebabkan karena faktor alami dan kegiatan
manusia. Ada yang menyebutkan hampir 90% kebakaran hutan  disebabkan oleh
manusia sedangkan hanya 10% yang disebabkan oleh alam. 
1. Bahan bakar
Ada beberapa sifat bahan bakar yang mempengaruhi proses terjadinya
kebakaran yaitu ukuran bahan bakar, volume bahan bakar, jenis bahan bakar
dan kandungannya kadar air bahan bakar.
2. Cuaca
a. Angin
Angin merupakan faktor pemacu dalam lingkup api, angin akan
menurunkan kelembaban udara sehingga memperbesar ketersediaan
oksigen sehingga api dapat berkobar dan merambat cepat, serta adanya

3
angin akan mengarahkan lidah api ke bahan bakar yang belum terbakar
selain itu angin dapat menyebakan terjadinya lokasi kebakaran baru.
b. Suhu udara
Areal dengan intensitas penyinaran matahari yang tinggi akan
menyebabkan bahan baku cepat mengering, sehingga memudahkan
terjadinya kebakaran. Suhu yang tinggi menyebabkan rawan kebakaran,
lokasi dengan suhu tinggi yaitu lebih besar dari 153 C.
c. Curah hujan
Suatu daerah yang memiliki curah hujan tinggi berpengaruh terhadap
kembaban udara dan kadar air bahan bakar. Faktor hujan diduga
merupakan faktor pemicu utama terjadinya kebakaran hutan dan lahan.
d. Keadaan air tanah
Keadaan air tanah ini sangat penting terutama di daerah gambut. Pada
musim kemarau, kondisi air tanah bisa menurun. Permukaan air tanah
yang menurun menyebabkan lapisan permukaan atas gambut menjadi
kering. Dan hal ini menyebabkan lahan gambut rawan kebakaran..
3. Waktu
Pada waktu siang hari kelembaban udara relatif rendah dan sebaiknya pada
siang hari. Maka perlu diperhatikan waktu pembakaran  agar tidak beresiko
terjadinya kebakaran.
4. Sumber Api/Penyulut
Seperti telah diuraikan didepan bahwa sebagian besar sumber penyulut
terjadinya kebakaran hutan di Indonesia adalah oleh aktivitas manusia, entah
dengan sengaja atau tidak disengaja. Sedangkan untuk sumber api alami
dapat disebabkan oleh adanya petir dan gesekan.

C. Kerugian Yang Ditimbulkan


Kebakaran hutan akhir-akhir ini menjadi perhatian internasional sebagai
isu lingkungan dan ekonomi khususnya setelah terjadi kebakaran besar di
berbagai belahan dunia tahun 1997/98 yang menghanguskan lahan seluas 25 juta
hektar. Kebakaran tahun 1997/98 mengakibatkan degradasi hutan dan
deforestasi menelan biaya ekonomi sekitar US $ 1,6-2,7 milyar dan biaya akibat
pencemaran kabut sekitar US $ 674-799 juta. Kerugian yang diderita akibat
kebakaran hutantersebut kemungkinan jauh lebih besar lagi karena perkiraan
dampak ekonomi bagikegiatan bisnis di Indonesia tidak tersedia. Valuasi biaya

4
yang terkait dengan emisi karbon kemungkinan mencapai US $ 2,8 milyar
(Tacconi, 2003).
Hasil perhitungan ulang kerugian ekonomi yang dihimpun Tacconi
(2003), menunjukkan bahwa kebakaran hutan Indonesia telah menelan kerugian
antara US $ 2,84 milayar sampai US $ 4,86 milyar yang meliputi kerugian yang
dinilai dengan uang dan kerugian yang tidak dinilai dengan uang. Kerugian
tersebut mencakup kerusakan yang terkait dengan kebakaran seperti kayu,
kematian pohon, HTI, kebun, bangunan, biaya pengendalian dan sebagainya
serta biaya yang terkait dengan kabut asap seperti kesehatan, pariwisata dan
transportasi.

D. Dampak Kebakaran Hutan


Hutan merupakan sumberdaya alam yang tidak ternilai karena
didalamnya terkandung keanekaragaman hayati sebagai sumber, sumber hasil
hutan kayu dan non-kayu, pengatur tata air, pencegah banjir dan erosi serta
kesuburan tanah, perlindungan alam hayati untuk kepentingan ilmu
pengetahuan, kebudayaan, rekreasi, pariwisata dan sebagainya. Terjadinya
kebakaran hutan memberikan berbagai pengaruh baik bagi hutan itu sendiri
maupun masyarakat sekitar. Berikut dampak kebakaran hutan dari berbagai segi:
a. Dampak Terhadap Lingkungan Fisik
1. Dampak terhadap tanah
Kebakaran hutan dapat mengakibatkan kerusakan pada sifat fisik dan
kimia tanah. Terjadinya kebakaran hutan akan menghilangkan
vegetasi di atas tanah, sehingga apabila terjadi hujan, maka hujan
akan langsung mengenai permukaan atas tanah sehingga mendapat
energi pukulan air yang lebih besar, karena tidak lagi tersusup /
tertahan lagi oleh vegetasi penutup tanah.
2. Dampak terhadap kualitas udara
Kebakaran hutan dapat menghasilkan gas-gas seperti Nox, Cox dan
Sox yang dapat menurunkan kualitas udara.
b. Dampak Terhadap Kehidupan Flora dan Fauna
1. Dampak terhadap flora
Apabila api melahap hutan tropis Indonesia maka jelas akan
memusnahakan berbagai macam jenis tumbuhan yang merupakan
kekayaan dunia.

5
2. Dampak terhadap fauna
Apabila terjadi kebakaran hutan, maka pada umumnya satwa yang
bergerak lambat seperti jenis.
c. Dampak Lain-Lain
1. Dampak terhadap sosial ekonomi
Berdasarkan pengamatan pada beberapa responden, hasilnya ternyata
tanpa diminta sebutan responden mengungkapkan perasaan mendalam
mengenai kekacauan, ketidakadilan, keputusasaan dan
ketidakberdayaan, serta perasaan kehidupan menjadi tidak seimbang.
Bukan hanya uang atau fisik tetapi juga hilangnya rasa kebersatuan dan
keamanan hidup mereka.
2. Dampak tehadap kesehatan
Kebakaran hutan selalu menimbulkan asap. Asap inilah yang
merupakan dampak paling mengganggu kesehatan.

E. Pencegahan Kebakaran Hutan


Upaya untuk menangani kebakaran hutan ada dua macam, yaitu
penanganan yang bersifat represif dan penanganan yang bersifat preventif.
Penanganan kebakaran hutan yang bersifat represif adalah upaya yang dilakukan
oleh berbagai pihak untuk mengatasi kebakaran hutan setelah kebakaran hutan
itu terjadi. Penanganan jenis ini, contohnya adalah pemadaman, proses peradilan
bagi pihak-pihak yang diduga terkait dengan kebakaran hutan (secara sengaja),
dan lain-lain.
Sementara itu, penanganan yang bersifat preventif adalah setiap usaha,
tindakan atau kegiatan yang dilakukan dalam rangka menghindarkan atau
mengurangi kemungkinan terjadinya kebakaran hutan. Jadi penanganan yang
bersifat preventif ini ada dan dilaksanakan sebelum kebakaran terjadi. Selama
ini, penanganan yang dilakukan pemerintah dalam kasus kebakaran hutan, baik
yang disengaja maupun tidak disengaja, lebih banyak didominasi oleh
penanganan yang sifatnya represif. Berdasarkan data yang ada, penanganan yang
sifatnya represif ini tidak efektif dalam mengatasi kebakaran hutan di Indonesia.
Hal ini terbukti dari pembakaran hutan yang terjadi secara terus menerus.
Sebagai contoh : pada bulan Juli 1997 terjadi kasus kebakaran hutan. Upaya
pemadaman sudah dijalankan, namun karena banyaknya kendala, penanganan
menjadi lambat dan efek yang muncul (seperti : kabut asap) sudah sampai ke

6
Singapura dan Malaysia. Sejumlah pihak didakwa sebagai pelaku telah diproses,
meskipun hukuman yang dijatuhkan tidak membuat mereka jera.
Ketidakefektifan penanganan ini juga terlihat dari masih terus terjadinya
kebakaran di hutan Indonesia, bahkan pada tahun 2008 ini.
Oleh karena itu, berbagai ketidakefektifan perlu dikaji ulang sehingga
bisa menghasilkan upaya pengendalian kebakaran hutan yang efektif.
Menurut UU No 45 Tahun 2004, pencegahan kebakaran hutan perlu
dilakukan secara terpadu dari tingkat pusat, provinsi, daerah, sampai unit
kesatuan pengelolaan hutan. Ada kesamaan bentuk pencegahan yang dilakukan
diberbagai tingkat itu, yaitu penanggungjawab di setiap tingkat harus
mengupayakan terbentuknya fungsi-fungsi berikut ini :
1. Mapping : pembuatan peta kerawanan hutan di wilayah teritorialnya
masing-masing. Fungsi ini bisa dilakukan dengan berbagai cara, namun
yang lazim digunakan adalah 3 cara berikut:
 pemetaan daerah rawan yang dibuat berdasarkan hasil olah data dari
masa lalu maupun hasil prediksi.
 pemetaan daerah rawan yang dibuat seiring dengan adanya survai desa
(Partisipatory Rural Appraisal)
 pemetaan daerah rawan dengan menggunakan Global Positioning
System atau citra satelit
2. Informasi : penyediaan sistem informasi kebakaran hutan.
Hal ini bisa dilakukan dengan pembuatan sistem deteksi dini (early warning
system) di setiap tingkat. Deteksi dini dapat dilaksanakan dengan 2 cara
berikut :
 analisis kondisi ekologis, sosial, dan ekonomi suatu wilayah
 pengolahan data hasil pengintaian petugas
3. Sosialisasi : pengadaan penyuluhan, pembinaan dan pelatihan kepada
masyarakat.
Penyuluhan dimaksudkan agar menginformasikan kepada masyarakat di
setiap wilayah mengenai bahaya dan dampak, serta peran aktivitas manusia
yang seringkali memicu dan menyebabkan kebakaran hutan. Penyuluhan
juga bisa menginformasikan kepada masayarakat mengenai daerah mana
saja yang rawan terhadap kebakaran dan upaya pencegahannya. Pembinaan
merupakan kegiatan yang mengajak masyarakat untuk dapat meminimalkan
intensitas terjadinya kebakaran hutan. Sementara, pelatihan bertujuan untuk

7
mempersiapkan masyarakat, khususnya yang tinggal di sekitar wilayah
rawan kebakaran hutan,untuk melakukan tindakan awal dalam merespon
kebakaran hutan.
4. Standardisasi : pembuatan dan penggunaan SOP (Standard Operating
Procedure).
Untuk memudahkan tercapainya pelaksanaan program pencegahan
kebakaran hutan maupun efektivitas dalam penanganan kebakaran hutan,
diperlukan standar yang baku dalam berbagai hal berikut :
 Metode pelaporan
Untuk menjamin adanya konsistensi dan keberlanjutan data yang
masuk, khususnya data yang berkaitan dengan kebakaran hutan, harus
diterapkan sistem pelaporan yang sederhana dan mudah dimengerti
masyarakat. Ketika data yang masuk sudah lancar, diperlukan analisis
yang tepat sehingga bisa dijadikan sebuah dasar untuk kebijakan yang
tepat.
 Peralatan
Standar minimal peralatan yang harus dimiliki oleh setiap daerah harus
bisa diterapkan oleh pemerintah, meskipun standar ini bisa disesuaikan
kembali sehubungan dengan potensi terjadinya kebakaran hutan,
fasilitas pendukung, dan sumber daya manusia yang tersedia di daerah.
 Metode Pelatihan untuk Penanganan Kebakaran Hutan
Standardisasi ini perlu dilakukan untuk membentuk petugas
penanganan kebakaran yang efisien dan efektif dalam mencegah
maupun menangani kebakaran hutan yang terjadi. Adanya standardisasi
ini akan memudahkan petugas penanganan kebakaran untuk segera
mengambil inisiatif yang tepat dan jelas ketika terjadi kasus kebakaran
hutan
5. Supervisi : pemantauan dan pengawasan kepada pihak-pihak yang berkaitan
langsung dengan hutan. Pemantauan adalah kegiatan untuk mendeteksi
kemungkinan terjadinya perusakan lingkungan, sedangkan pengawasan
adalah tindak lanjut dari hasil analisis pemantauan. Jadi, pemantauan
berkaitan langsung dengan penyediaan data,kemudian pengawasan
merupakan respon dari hasil olah data tersebut. Pemantauan, menurut
kementerian lingkungan hidup, dibagi menjadi empat, yaitu :

8
 Pemantauan terbuka : Pemantauan dengan cara mengamati langsung
objek yang diamati. Contoh : patroli hutan
 Pemantauan tertutup (intelejen) : Pemantauan yang dilakukan dengan
cara penyelidikan yang hanya diketahui oleh aparat tertentu.
 Pemantauan pasif : Pemantauan yang dilakukan berdasarkan dokumen,
laporan, dan keterangan dari data-data sekunder, termasuk laporan
pemantauan tertutup.
 Pemantauan aktif : Pemantauan dengan cara memeriksa langsung dan
menghimpun data di lapangan secara primer. Contohnya : melakukan
survei ke daerah-daerah rawan kebakaran hutan. Sedangkan,
pengawasan dapat dilihat melalui 2 pendekatan, yaitu :
a. Preventif : kegiatan pengawasan untuk pencegahan sebelum
terjadinya perusakan lingkungan (pembakaran hutan). Contohnya :
pengawasan untuk menentukan status ketika akan terjadi kebakaran
hutan
b. Represif : kegiatan pengawasan yang bertujuan untuk
menanggulangi perusakan yang sedang terjadi atau telah terjadi
serta akibat-akibatnya sesudah terjadinya kerusakan lingkungan.
Untuk mendukung keberhasilan, upaya pencegahan yang sudah
dikemukakan diatas, diperlukan berbagai pengembangan fasilitas
pendukung yang meliputi :
1. Pengembangan dan sosialisasi hasil pemetaan kawasan rawan
kebakaran hutan Hasil pemetaan sebisa mungkin dibuat sampai
sedetail mungkin dan disebarkan pada berbagai instansi terkait
sehingga bisa digunakan sebagai pedoman kegiatan institusi yang
berkepentingan di setiap unit kawasan atau daerah.
2. Pengembangan organisasi penyelenggara Pencegahan Kebakaran
Hutan Pencegahan Kebakaran Hutan perlu dilakukan secara
terpadu antar sektor, tingkatan dan daerah. Peran serta masyarakat
menjadi kunci dari keberhasilan upaya pencegahan ini. Sementara
itu, aparatur pemerintah, militer dan kepolisian, serta kalangan
swasta perlu menyediakan fasilitas yang memadai untuk
memungkinkan terselenggaranya Pencegahan Kebakaran Hutan
secara efisien dan efektif.

9
3. Pengembangan sistem komunikasi
Sistem komunikasi perlu dikembangkan seoptimal mungkin
sehingga koordinasi antar tingkatan (daerah sampai pusat) maupun
antar daerah bisa berjalan cepat. Hal ini akan mendukung
kelancaran early warning system, transfer data, dan sosialisasi
kebijakan yangberkaitan dengan kebakaran hutan

F. Penangulangan Kebakaran Hutan


Penanggulangan hutan di Indonesia telah di atur dengan jelas di dalam Peraturan
Menteri Kehutanan Nomor: P.12/Menhut-Ii/2009 Tentang Pengendalian
Kebakaran Hutan. Adapun upaya penanggulangan yang dimaktub tersebut antara
lain:
1. Memberdayakan sejumlah posko yang bertugas menanggulangi kebakaran
hutan di semua tingkatan. Pemberdayaan ini juga harus disertai dengan
langkah pembinaan terkait tindakan apa saja yang harus dilakukan jika
kawasan hutan telah memasuki status Siaga I dan juga Siaga II.
2. Memindahkan segala macam sumber daya baik itu manusia, perlengkapan
serta dana pada semua tingkatan mulai dari jajaran Kementrian Kehutanan
hingga instansi lain bahkan juga pihak swasta.
3. Memantapkan koordinasi antara sesame instansi yang saling terkait melalui
dengan PUSDALKARHUTNAS dan juga di lever daerah dengan
PUSDALKARHUTDA tingkat I dan SATLAK kebakaran lahan dan juga
hutan.
4. Bekerjasama dengan pihak luar seperti Negara lainnya dalam hal
menanggulangi kebakaran hutan. Negara yang potensial adalah Negara yang
berbatasan dengan kita misalnya dengan Malaysia berama pasukan
BOMBA-nya. Atau juga dengan Australia bahkan Amerika Serikat.
Upaya penanggulangan kebakaran hutan ini tentunya harus sinkron dengan
upaya pencegahan. Sebab walau bagaimanapun, pencegahan jauh lebih baik
dari memanggulangi. Ada beragam cara yang bisa dilakukan dalam rangka
mencegah kebakaran hutan khususnya yang disebabkan oleh perbuatan
manusia seperti membuang punting rokok di wilayah yang kering, kegiatan
pembukaan lahan dan juga api unggun yang lupa dimatikan. Upaya
pencegahannya adalah dengan meningkatkan kesadaran masyarakat
khususnya mereka yang berhubungan langsung dengan hutan. Masyarakat

10
ini biasanya tinggal di wilayah hutan dan memperluas area pertaniannya
dengan membakar. Pemerintah harus serius mengadakan sosialisi agar hal
ini bisa dicegah.
Pada dasarnya upaya penanggulangan kebakaran hutan juga bisa
disempurnakan jika pemerintah mau memanfaatkan teknologi semacam bom
air. Atau bisa juga lebih lanjut ditemukan metode yang lebih efisien dan
ampuh menaklukkan kobaran api di hutan. Langkah yang paling baik adalah
dengan mengikutsertakan para perangkat pendidikan agar merancang
teknologi maupun metode yang membantu pemerintah di level praktis.
Sokongan dana dari pemerintah akan membuat program tersebut lebih baik
dan terarah.

11
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan 
Kebakaran Hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda api
sehingga berakibat timbulnya kerugian ekosistem dan terancamnya kelestarian
lingkungan. Pada dasarnya, peristiwa ini memberi dampak negatif maupun
positif. Namun, jika dicermati, dampak negatif  kebakaran hutan jauh lebih
mendominasi ketimbang dampak positifnya. Oleh sebab itu hal ini penting
untuk dicegah agar dampak negatifnya tidak merugikan manusia terlalu
banyak. Salah satu upaya pencegahan yang paling mendasar adalah dengan
memahami penyebab terjadinya kebakaran hutan di Indonesia.

B. Saran
Melalui pembahasan dalam paper ini diharapkan mahasiswa, maupun
para pembaca mampu dan mau mengetahui dan memahami tentang kebakaran
hutan, proses terjadinya kebakaran hutan, penyebab terjadinya kebakaran
hutan, akibat yang ditimbulkan, dan solusi dalam menanggulangi dampaknya.

12
LAMPIRAN

13
DAFTAR PUSTAKA

Purbowaseso, Bambang, Kebakaran Hutan (Suatu Pengantar), Rineka Cipta 2004


Pendidikan Profesi Guru Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Profesi Guru,
Pendidikan Lingkungan Hidup, UNNES, 2011.
http://www.artikellingkunganhidup.com/5-penyebab-kebakaran-hutan
penanganannya.html (diakses pada 10 Mei 2014 pukul 17.00 WIB)
http://nurainii13057.blog.teknikindustri.ft.mercubuana.ac.id/?p=215(diakses pada 10
Mei 2014 pukul 17.00 WIB)
http://awalinfo.blogspot.com/2013/08/cara-mencegah-kebakaran hutan.html(diakses
pada 10 Mei 2014 pukul 17.00 WIB)

14

Anda mungkin juga menyukai