Anda di halaman 1dari 15

KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN

GANGGUAN SISTEM PERSEPSENSORI

Mata Kuliah : KMB III

Di Susun Oleh : 1.Bella Dinita Rusmandani

2.Mar’atus Sholihah

3.Ratna Nurhayati

4.Dewi Zakiyah

Prodi : S1 Keperawatan

Dosen Pembimbing :

Ns.Achmad Wahdi S.,M.Tr.Kep

STIKES BAHRUL ULUMTAMBAK-BERAS JOMBANG

2021/2022
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji kehadirat Allah SWT, pencipta alam semesta, tidak lupa
sholawat dan salam semoga dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. karena atas rahmat
dan karunia Allah tugas ini dapat kami selesaikan. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih
kepada dosen pembimbing, Ns. Achmad Wahdi, M.Kep dan teman–teman semua yang telah
berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini.

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas akademik terstruktur perspsi sensori
Program Studi S1 Keperawatan dan untuk memudahkan mahasiswa dalam memahami
makalah ini.

Demikianlah makalah ini kami susun. Dengan harapan dapat bermanfaat bagi siapa
saja yang membacanya. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan,
oleh karena itu, semua krtik dan saran senantiasa kami harapkan untuk kesempurnaan
makalah ini agar menjadi lebih baik.
DAFTAR ISI

Cover...................................................................................................................................1

Kata Pengantar..................................................................................................................2

Daftar Isi.............................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................4


1.2 Rumusan Masalah....................................................................................................
1.3 Tujuan......................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2..1................................................................................................................................. Defi
nisi...........................................................................................................................
2..2................................................................................................................................. Etio
logi...........................................................................................................................
2..3................................................................................................................................. Fakt
or Resiko..................................................................................................................
2..4................................................................................................................................. Phat
way...........................................................................................................................
2..5................................................................................................................................. Klas
ifikasi.......................................................................................................................
2..6................................................................................................................................. Man
ifestasi Klinis...........................................................................................................
2..7................................................................................................................................. Ko
mplikkasi.................................................................................................................
2..8................................................................................................................................. Pem
eriksaan Diagnostik.................................................................................................
2..9................................................................................................................................. Pen
atalaksanaan.............................................................................................................

BAB III ASKEP SEMU....................................................................................................

BAB IV PENUTUP............................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Retina pada mata seperti lapisan film pada kamera tempat obyek yang dilihat oleh
mata, merupakan strukturyang sangat terorganisasi, dengan kemampuan untuk memulai
pengolahan informasi penglihatan sebelum informasi tersebut ditransmisikan melalui
nervus opticus ke korteks visual. Begitu pentingnya fungsi retina, sehingga jika terdapat
gangguan atau kelainan pada retina dapat terjadi gangguan penglihatan dimana pasien
dapat mengalami penurunan baik pada visus maupun lapang pandangnya

Penglihatan turun mendadak tanpa disertai adanya radang ekstraokular dapat


disebabkan oleh beberapa kelainan. Kelainan ini dapat ditemui pada neuritis optik,
obstruksi vena retina sentral, oklusi arteri retina sentral, perdarahan badan kaca,
ambliopia toksik, histeria, retinopati serosa sentral, amaurosis fugaks dan koroiditis. Di
samping hal tersebut perlu pula dipikirkan adanya ablatio retina.

Ablasio retina merupakan suatu keadaan dimana sel kerucut dan sel batang retina
dari sel epitel pigmen retina terpisah. Pada keadaan ini sel epitel pigmen masih melekat
erat dengan membran Bruch. Sebenarnya, tidak terdapat perlekatan struktural antara sel
kerucut dan sel batang retina dengan koroid ataupun epitel pigmen retina, sehingga
merupakan titik lemah yang potensial untuk lepas secara embriologis.

Lepasnya retina atau sel kerucut dan sel batang dari epitel pigmen retina akan
mengakibatkan gangguan nutrisi retina dari pembuluh darah koroid yang bila
berlangsung lama akan mengakibatkan gangguan fungsi yang menetap. Dikenal 3 bentuk
ablasi retina, antara lain :

· Ablasi retina regmatogenosa

· Ablasi retina eksudatif

· Ablasi retina traksi

Pada ablasio retina ini bila tidak segera dilakukan tindakan akan mengakibatkan
cacat penglihatan atau kebutaan. Oleh karena itu, makalah ini membahas lebih lanjut
mengenai ablasio retina sehingga kelainan mata ini dapat dideteksi secara dini dan
kecacatan maupun kebutaan akibat penyakit ini dapat dihindarkan.

1.2 .Rumusan Masalah


Bagaimana tentang Konsep Asuhan Keperawatan Retinal Detechment?
1.3 Tujuan
Agar Mengetahui tenang Konsep Asuhan Keperawatan Retinal Detechment
BAB II

PEMBAHASAN

2..1 Definisi

Ablasio berasal dari bahasa Latin ablatio yang berarti pembuangan atau
terlepasnya salah satu bagian badan. Disebutkan demikian karena terdapat robekan retina
sehingga terjadi pengumpulan cairan retina antara lapisan basilus (sel batang) dan komus
(sel kerucut) dengan sel-sel epitelium pigmen retina. (Vera H. Darling dan Margaret R.
Thorpe, 1996)
                                            
Ablasio Retina merupakan lepasnya retina dari koroid, suatu membran yang
mengandung banyak pembuluh darah yang terletak diantara retina dan sklera.
(Keperawatan Medikal Bedah).

Ablatio Retina juga diartikan sebagai terpisahnya koroid di daerah posterior mata
yang disebabkan oleh lubang pada retina, sehingga mengakibatkan kebocoran cairan,
sehingga antara koroid dan retina kekurangan cairan (Barbara L. Christensen 1991).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Ablatio Retina adalah adanya robekan
retina/lepasnya retina dari koroid sehingga terjadi pengumpulan cairan retina antara sel
batang dan sel kerucut dan mengakibatkan kebocoran cairan.
2..2 Etiologi
Ablasio retina seringkali dihubungkan dengan adanya robekan atau lubang pada
retina sehingga cairan di dalam mata merembes melalui robekan atau lubang tersebut dan
menyebabkan terlepasnya retina dan jaringan dibawahnya.
Hal tersebut bisa terjadi akibat :
1. Malformasi kongenital
2. Kelainan metabolisme
3. Penyakit vaskuler
4. Inflamasi intraokuler
5. Neoplasma
6. Trauma mata
7. Perubahan degeneratif dalam viterous/retina (penyusutan)
2..3 Faktor Resiko

Faktor resiko terjadinya ablasio retina adalah :

1. Rabun dekat
2. Riwayat keluarga dengan ablasio retina
3. Dibetes yang tidak terkontrol
4. Trauma
2..4 Phatway
2..5 Klasifikasi

1.      Ablatio Retina Rhegmatogenous       


            Ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh
badan kaca air (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina
ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel
pigmen koroid.
            Ablasi terjadi akibat adanya robekan pada retina sehingga cairan masuk ke
belakang antara sel pigmen epitel dengan retina. Terjadi pendorongan retina oleh
badan kaca air (fluid vitreous) yang masuk melalui robekan atau lubang pada retina
ke rongga subretina sehingga mengapungkan retina dan terlepas dari lapis epitel
pigmen koroid.
2.      Ablatio Retina Eksudatif
            Ablasi retina yang terjadi akibat tertimbunnya eksudat di bawah retina dan
mengangkat retina. Penimbunan cairan subretina sebagai akibat keluarnya cairan
dari pembuluh darah retina dan koroid (ekstra vasasi).
            Kelainan ini dapat terjadi pada skleritis, koroiditis, tumor retrobulbar, radang
uvea, idiopati, toksemia gravidarum.
3.      Ablatio Retina Traksional
            Pada ablasi ini lepasnya jaringan retina terjadi akibat tarikan jaringan parut
pada badan kaca yang akan mengakibatkan ablasi retina dan penglihatan turun tanpa
rasa sakit. Pada badan kaca, terdapat jaringan fibrosis yang dapat disebabkan
diabetes mellitus proliferatif, trauma, trauma dan perdarahan badan kaca akibat
bedah atau infeksi.
2..6 Manifestasi Klinis
1.      Mata merah                                                     2.   Kehilangan lapang pandang

                                                             
 
3.Black curtain (Adanya lapisan yang menutupi sebagian/seluruh pandangan, seperti
terhalang tirai)

 
4.      Fotopsia (Adanya kilatan cahaya pada mata)

 
5.      Floaters (Adanya bintik bintik kecil yang mengapung pada mata)

2..7 Komplikasi
Jika pengobatan tertunda, perlepasan retina secara parsial dapat berlanjut sampai
seluruh retina terlepas. Ketika hal ini terjadi, penglihatan normal tidak dapat dipulihkan,
dan penurunan ketajaman visual atau kebutaan terjadi pada mata yang terkena.
Komplikasi lain dapat mencakup :
1.      Perdarahan ke dalam mata (perdarahan vitreous)
2.      Glaukoma (sudut tertutup)
3.      Peradangan
4.      Infeksi dan jaringan parut akibat operasi
5.      Kehilangan persepsi cahaya juga dapat terjadi
2..8 Pemeriksaan Diagnostik

1.      Pemeriksaan visus (pemeriksaan untuk melihat ketajaman penglihatan)


       SNELEN CART        E CHART

            Terjadi penurunan tajam penglihatan  akibat terlibatnya makula lutea ataupun


terjadi kekeruhan media penglihatan atau badan kaca yang menghambat sinar
masuk. Tajam penglihatan akan sangat menurun bila makula lutea ikut terangkat
2.      Pemeriksaan lapang pandang

            Pemeriksaan lapang pandang merupakan pemeriksaan pada keluasan pandang


klien terhadap aspek lateral, medial, superior, dan inferior penglihatan.
Akan terjadi lapangan pandang seperti tertutup tabir dan dapat terlihat skotoma relatif
sesuai dengan kedudukan ablasio retina.
3.      Pemeriksaan funduskopi

Pada pemeriksaan ini ablasio retina dikenali dengan hilangnya refleks fundus dan
pengangkatan retina. Retina tampak keabu-abuan yang menutupi gambaran vaskuler
koroid. Jika terdapat akumulasi cairan bermakna pada ruang subretina, didapatkan
pergerakkan undulasi retina ketika mata bergerak. Suatu robekan pada retina terlihat agak
merah muda karena terdapat pembuluh koroid dibawahnya. Mungkin didapatkan debris
terkait pada vitreus yang terdiri dari darah dan pigmen atau ruang retina dapat ditemukan
mengambang bebas.
4.      Pemeriksaan laboratorium
Dilakukan untuk mengetahui adanya penyakit antara lain glaukoma, diabetes mellitus,
maupun kelainan darah.
5. Pemeriksaan Ultrasonografi
Ultrasonografi medis adalah sebuah teknik diagnostik pencitraan menggunakan
suara ultra yang digunakan untuk mencitrakan organ internal dan otot, ukuran mereka,
struktur, dan luka patologi, membuat teknik ini berguna untuk memeriksa organ.
Sonografi obstetrik biasa digunakan ketika masa kehamilan.
2..9 Pentalaksanaan Medis

Penanganannya dilakukan dengan pembedahan,  pembedahan ablasio retina dapat


dilakukan dengan cara:

1. Retinopeksi pneumatic

      Digunakan pada ablasio retina regmatogenosa terutama jika terdapat robekan


tunggal pada superior retina. Teknik pelaksanaan prosedur ini adalah dengan
menyuntikkan gelembung gas ke dalam vitreus. Gelembung gas ini akan menutupi
robekan retina
2.Scleral Buckle
       Pertama-tama dilakukan kryopeksi atau laser untuk memperkuat perlengketan
antara retina sekitar dan epitel pigmen retina. Sabuk dijahit mengelilingi sklera
sehingga terjadi tekanan pada robekan retina sehingga terjadi penutupan pada robekan
tersebut. Penutupan retina ini akan menyebabkan cairan subretinal menghilang secara
spontan dalam waktu 1-2 hari. Ukuran dan bentuk sabuk yang digunakan tergantung
lokasi dan jumlah robekan retina. Sabuk ini biasanya terbuat dari spons silikon atau
silikon padat
3.Virektomi
Paling banyak digunakan pada ablasio akibat diabetes, ablasio regmatogenosa
yang disertai traksi vitreus atau hemoragik vitreus. Cara pelaksanaannya yaitu dengan
membuat insisi kecil pada bola mata kemudian memasukkan instrumen hingga ke
cavum  melalui pars plana. Setelah itu pemotongan vitreus dengan pemotong vitreus.
Teknik dan instrumen yang digunakan tergantung tipe dan penyebab ablasio. 
Penanganan setelah pasca operasi :
1. Aktivitas pasien harus dibatasi, hanya tirah baring dan ke kamar mandi saja
2. Bantu pasien turun dari tempat tidur untuk mencegah jatuh / terpeleset
3. Bila terdapat gelembung udara dalam mata, tidak boleh terlalu lama tidur dalam
keadaan terlentang, karena akan mendorong iris ke depan
BAB III

ASKEP SEMU

Anda mungkin juga menyukai