Anda di halaman 1dari 2

Tugas Individu_Faiz Saifany_17/415339/SV/13204

Konflik Kepentingan

1. Seberapa jauh dapat dikatakan telah terjadi penyimpangan manakala karena posisi
jabatannya seorang profesional menerima hadiah dari pemasok barang atau klien
lainnya?
Jawab :
Seseorang dapat dikatakan telah menyimpang apabila apabila menerima pemberian yang
dilakukan karena berhubungan dengan jabatannya dan berlawanan dengan kewajiban atau
tugasnya. Hal hal terkait pemberian sebuah barang,cinderamata, dan sebagainya seperti
contoh di atas dapat dikategorikan sebagai gratifikasi.
Gratifikasi diatur dalam Pasal 12B Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun
2001,tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang
Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi, Dalam penjelasan pasal tersebut, gratifikasi
didefinisikan sebagai suatu pemberian dalam arti luas, yakni meliputi pemberian uang,
barang, rabat, komisi, pinjaman tanpa bunga, tiket perjalanan, fasilitas penginapan,
perjalanan wisata, pengobatan cuma-cuma, dan fasilitas lainnya, yang diterima di dalam
negeri maupun yang di luar negeri dan yang dilakukan dengan menggunakan sarana
elektronika maupun tanpa sarana elektronika.
Faktor yang menjelaskan seberapa jauh seseorang dapat dikatakan telah melakukan
penyimpangan sehingga dapat dikategorikan sebagai gratifikasi yang dianggap suap yakni.
i. Tujuan/Motif Pemberian : Diberikan karena alasan yang dibenarkan
secara sosial seperti Dilakukan untuk untuk menjalankan hubungan baik
ii. Hubungan antara Pemberi Penerima : Setara (Bukan atasan maupun
bawahan)
iii. Timbulnya Konflik Kepentingan : Umumnya tidak ada
iv. Situasi Pemberian : Acara-acara yang sifatnya sosial berakar
pada adat stiadat dan peristiwa kolektif
v. Resiprositas (Sifat Timbal Balik) : Bersifat ambigu dalam persepktif bias
respirokal & kadang kadang tidak respirokal
vi. Kesenjangan waktu : Memungkinkan kesenjangan waktu
yang panjang pada saat pemberian kembali (membalas pemberian)
vii. Sifat Hubungan : Aliansi social untuk mencari pengakuan
social
viii. Ikatan yang terbentuk : Sifatnya jangka panjang dan emosional
ix. Kecenderungan adanya Sirkulasi Produk : Terjadi sirkulasi barang/produk
x. Nilai atau Harga Pemberian : Menitikberatkan pada nilai intrinsic
social
xi. Metode Pemberian : Umumnya langsung bersifat terbuka
xii. Mekanisme Penentuan Nilai/Harga : Berdasarkan kewajaran/kepantasan
secara social (masyarkat)
xiii. Akuntabilitas social : Akuntabel dalam arti sosial
2. Seberapa besar sebuah nilai cindera mata itu masih dalam batas batas kewajaran, dan
seberapa pula yang bisa dianggap melanggar etika?
Jawab :

Batas kewajaran dari nilai cindera mata ataupun barang yang diberikan, dan dianggap
sebagai melanggar etika telah diatur juga di dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 20 Tahun 2001 Pasal 12 B ayat 1a. yang dimana nilai dari barang tersebut tidak
boleh melebihi Rp. 10.000.000,- atau kurang dari Rp 10.000.000,-

Sedangkan yang dianggap melanggar etika bahkan peraturan perundang undangan, yakni
pemberian cindera mata yang bernilai lebih dari Rp. 10.000.000,-

Sumber :

Komisi Pemberantas Korupsi. Buku Saku Memahami Gratifikasi. 2014. Komisi


Pemberantas Korupsi.

Anda mungkin juga menyukai