Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

I. DEFINISI
Bayi Berat Lahir Renda ( BBLR ) merupakan bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2.500 gram (Prawironarjo,2006). BBLR Merupakan bayi
(neonatus) yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau
sampai dengan 2499 gram. (Hidayat, 2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah prematur atau dismatur yang
dapat menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas)
organ serta menimbulkan kematian.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah di
bedakan dalam :
a. BBLR = berat lahir 1.500-2.500 gram
b. BBLSR = berat lahir < 1.500 gram
c. BBLASR = berat lahir < 1.000 gram

II. KLASIFIKASI
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah
dibedakan dalam beberapa macam (Abdul Bari saifuddin,2001) :
1. Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), berat lahir 1500 gram-2500 gram.
2.  Bayi Berat Lahir Sangat Rendah (BBLSR),berat alhir kurang dari 1500 gram.
3. Bayi Berta Lahir Ekstrem Rendah (BBLER) berat lahir kurang dari 1000 gram.
Sedangkan menurut  WHO  membagi Umur kehamilan dalam tiga kelompok :
1. Preterm   : kurang dari 37 minggu lengkap.
2. Aterm     : mulai dari 37 minggu sampai kurang dari 42 minggu lengkap.
3. Pos term : 42 minggu lengkap atau lebih.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1. Prematuritas murni atau bayi yang kurang bulan (KB/SMK) : bayi yang
dilahirkan dengan umur kurang dari 37 minggu dengan berat badan sesuai.
2. Dismaturitas : bayi .lahir dengan berat badan kurang dari seharusnya untuk masa
gestasi itu.
III. FAKTOR PENYEBAB BBLR
a. Faktor ibu
Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur
:
1. Toksemia gravidarum (pre- eclampsia
2. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya,perdarahan antepartum dan
malnutrisi,anemia sel sabit
3. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis,inkompeten serviks)
4. Tumor (misal : mioma uteri,eistoma)
5. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
6. Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria ),kronis
(misal : TBC ,penyakit jantung,hipertensi,penyakit ginjal(glomerulonefritis aku
7. Trauma pada masa kehamilan
8. Kebiasaan ibu ( ketergantungan obat narkotika,rokok dan alkohol)
9. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
10. Bekerja terlalu berat
11. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
12. Perdarahan antepartum
b. Faktor Janin
Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain :
1. Kehamilan ganda
2. Hidramnion
3. Ketuban pecah dini
4. Cacat bawaan
5. Kelainan kromosom
6. Infeksi (rubella,sifilis,toksoplasmosis)
7. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus,golongan darah A,B, dan
O)
8. Infeksi dalam Rahim
c. Faktor Lain
Selain faktor ibu dan janin faktor lain adalah
1. Faktor plasenta
2. Plasenta privea
3. Solusi plasenta
4. Faktor lingkungan
5. Radiasi atau zat – zat beracun
6. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
7. Kebiasaan ( pekerjaan yang melelahkan dan merokok)
d. Kehamilan pada umur lebih dari 35 tahun juga mempunyai resiko lebih tinggi
untuk terjadinya kelahiran BBLR sehubungan dengan alat reproduksinya telah
berdegenerasi dan terjadi gangguan keseimbangan hormonal. Fungsi plasenta
yang tidak adekuat sehingga menyebabkan kurangnya produksi progesterone dan
mempengaruhi iritabilitas uterus, menyebabkan perubahan-perubahan serviks
yang pada akhirnya akan memicu kelahiran prematur. Umur ibu hamil yang lebih
tua juga dihubungkan dengan adanya penyakit-penyakit yang menyertainya.
e. GEJALA/TANDA
Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1. Berat badan lahir< 2500 gram, panjang badan≤ 45 Cm, lingkar dada< 30 Cm,
lingkar kepala< 33 Cm.
2. Masa gestasi< 37 minggu.
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi;
kepala relatif lebih besardari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo,
lemak sub kutan sedikit, osifikasi tengkoraksedikit, ubun-ubun dan sutu lebar,
genetalia immatur, otot masih hipotonik sehingga tungkaiabduksi, sendi lutut
dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur
dan sering terjadi  apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum
sempurna
Manifestasi klinis yang lain yaitu :
a. Berat badan kurang dari 2.500 gram
b. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar
c. Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang
d. Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
e. Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna
f. Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah
g. Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intracranial
h. Nafas belum teratur
i. Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak
j. Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik.
13. MASALAH KEPERAWATAN
 Resiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d. kegagalan mempertahankan suhu
tubuh, penurunan jaringan lemak subkutan
 Resiko infeksi b.d. pertahanan imunologis tidak adekuat
 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh & ketidakseimbangan
menerima nutrisi, imaturies peristaltic gastrointestinal.
 Resiko tidak efektivenya pola nafas b.d defesiensi
14. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Radiologi
a. Foto thoraks
Gambaran foto toraks pad bayi dengan penyakit membran hyaline karena
kekurangan surfaktan berupa terdapatnya retikulogranularpada parenkin dan
grukogram udara. Pada kondisi berat hanya tampak gambaran white long
b. USG kepala
Pada bayi dengan usia kehamilan 35 minggu dimulai pada umur 2 hari untuk
mengetahui adanya hidrosefalus atau perdarahan intra cranial dengan
menyisualisasi ventrikel dan struktur otak garis tengah dengan fontanel
anterior yang terbuka.
2. Darah Lengkap
a. Hematokrit ( HCT): bayi usia 1 hari 48 – 69 %, bayi usia 2 hari 48 – 75%, dan
bayi usia 3 hari 44 – 72 %
b. Hemoglobin (Hb) untuk bayi usia 1-3 hari 14,5 – 22,5 g/dl
c. Hb A>95% dari total atau 0,95 fiaksi Hb.
d. Jumlah Leukosit: bayi baru lahir 9,0 - 30,0 x 103 sel/mm3(NL), bayi usia 1 hari
/ 24 jam 9,4 - 43,0x 103 sel/mm3(NL), dan bayi usia 1 bulan 9,0 - 19,5
x103 sel/mm3 (NL).
e. Bilirubin
Kadar setelah 1 bulan sebagai berikut: terkonjungsi 0 - 0,3 mg/dl (0,5
Nmol/L) dan tak terkonjungsi 0,1 - 0,7 mg/dl (2-12 Nmol/L)
f. Glukosa (8-12 jam post natal) disebut hipoglikemia bila kosentrasi glukosa
plasma < 50 ml/dl
15. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Medis
Penanganan BBLR dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut.
 Mempertahankan suhu dengan ketat
 Mencegah infeksi dengan ketat
 Pengawasan nutrisi (ASI)
 Penimbangan ketat
2. Penatalaksanaan Keperawatan
Kementerian Kesehatan RI sendiri menjelaskan bahwa BBLR perlu mendapat
perhatian dan penanganan yang baik pada saat lahir, yaitu harus mendapat
pelayanan neonatal esensial yang terdiri atas:
 Persalinan yang bersih dan aman
 Stabilisasi suhu
 Inisiasi pernapasan spontan
 Pemberian ASI dini dan eksklusif
 Pencegahan infeksi dan pemberian imunisasi

16. ASUHAN KEPERAWATAN


A. Pengkajian
a. Pengkajian Fokus
1. Biodata atau identitas pasien: meliputi nama tempat tanggal lahir jenis
kelamin
2. Orangtua meliputi : nama ayah dan ibu, umur, agama, suku atau
kebangsaan, pendidikan, penghasilan pekerjaan, dan alamat
3. Riwayat Kesehatan
b. Riwayat Antenatal
1. Keadaan Ibu selama hamil dengan anemia, hipertensi, gizi buruk, merokok
ketergantungan obat-obatan atau dengan penyakit seperti diabetes mellitus,
kardiovaskuler dan paru
2. Kehamilan dengan resiko persalinan preterm misalnya kelahiran multiple,
kelainan kongenital, riwayat persalinan preterm.
3. Pemeriksaan kehamilan yang tidak kontinyuitas atau periksa tetapi tidak
teratur dan periksa kehamilan tidak pada petugas kesehatan.
4. Hari pertama haid terakhir tidak sesuai dengan usia kehamilan (kehamilan
postdate atau preterm).
c. Riwayat Intranatal
Komplikasi persalinan juga mempunyai kaitan yang sangat erat dengan
permasalahan pada bayi baru lahir. Yang perlu dikaji :
1. Kala I : perdarahan antepartum baik solusio plasenta maupun plasenta
previa.
2. Kala II : Persalinan dengan tindakan bedah caesar, karena pemakaian obat
penenang (narkose) yang dapat menekan sistem pusat pernafasan.
d. Riwayat Post Natal
Yang perlu dikaji antara lain :
1. Apgar score bayi baru lahir 1 menit pertama dan 5 menit kedua AS (0-3)
asfiksia berat, AS (4-6) asfiksia sedang, AS (7-10) asfiksia ringan.
2. Berat badan lahir : Preterm/BBLR < 2500 gram, untu aterm ³ 2500 gram
lingkar kepala kurang atau lebih dari normal (34-36 cm).
3. Adanya kelainan kongenital : Anencephal, hirocephalus anetrecial
aesofagal.
e. Pola eliminasi: Yang perlu dikaji pada neonatus adalah BAB : frekwensi,
jumlah, konsistensi. BAK : frekwensi, jumlah
f. Latar belakang sosial budaya: Kebudayaan yang berpengaruh terhadap BBLR
kebiasaan ibu merokok, ketergantungan obat-obatan tertentu terutama jenis
psikotropikaKebiasaan ibu mengkonsumsi minuman beralkohol, kebiasaan
ibu melakukan diet ketat atau pantang makanan tertentu
g. Hubungan psikologis: Sebaiknya segera setelah bayi baru lahir dilakukan
rawat gabung dengan ibu jika kondisi bayi memungkinkan. Hal ini berguna
sekali dimana bayi akan mendapatkan kasih sayang dan perhatian serta dapat
mempererat hubungan psikologis antara ibu dan bayi. Lain halnya dengan
BBLR karena memerlukan perawatan yang intensif
h. Keadaan umum : pada neonates dengan BBLR keadaannya lemah dan hanya
merintih.kesadaran neonates dapat dilihat dari responnya terhadap
rangsangan. Adanya BB yang stabil, panjang badan sesuai dengan usianya
tidak ada pembesaran lingkar kepala dapat menunjukan kondisi neonatos yang
baik.
i. Tanda-tanda vital : neonates post asfiksia berat kondisi akan baik apabila
penanganan asfiksia benar, tepat dan cepat. Suhu normal pada tubuh bayi n
(36 C-37,5C), nadi normal antara (120-140 x/m), untuk respirasi normal pada
bayi (40-60 x/m), sering pada bayi post asfiksia berat respirasi sering tidak
teratur.
j. Kulit : warna kulit tubuh merah, sedangkan ekstremitas berwarna biru, pada
bayi preterm terdapat lanugo dan verniks.
k. Kepala : kemungkinan ditemukan caput succedaneum atau cephal haematom,
ubun-ubun besar cekung atau cembung kemungkinan adanya peningkatan
tekanan intrakranial.
l. Mata : warna conjungtiva anemis atau tidak anemis, tidak ada bleeding
conjungtiva, warna sklera tidak kuning, pupil menunjukan refleksi terhadap
cahaya.
m. Hidung : terdapat pernafasan cuping hidung dan terdapat penumpukan lender.
n. Mulut : bibir berwarna pucat ataupun merah, ada lendir atau tidak.
o. Telinga : perhatiakan kebersihannya dan adanya kelainan.
p. Leher : perhatikan keberhasilannya karena leher neonates pendek.
q. Thorak : bentuk simetris,terdapat tarikan intercostals,perhatikan suara
wheezing dan ronchi,frekwensi bunyi jantung lebih dari 100x/m.
r. Abdomen : bentuk silindris,hepar bayi terletak 1-2 cm dibawah ascus costae
pada garis papilla mamae, lien tidak teraba, perut buncit berarti adanya asites
atau tumor, perut cekung adanya hernia diafragma,bising usus timbul 1-2 jam
setelah masa kelahiran bayi, sering terdapat retensi karena GI tract belum
sempurna.
s. Umbilicus : tali pusat layu, perhatikan ada perdarahan atau tidak adanya
tanda-tanda infeksi pada tali pusat.
t. Genetalia : pada neonates aterm testis harus turun, lihat adakah kelainan letak
muara uretra pada neonates laki-laki, neonates perempuan lihat labia mayir
dan labia minor, adanya sekresi mucus keputihan, kadang perdarahan.
u. Anus : perhatikan adanya darah dalam tinja,frekwensi buang air besar serta
warna dari feces.
v. Ekstremitas : warna biru,gerakan lemah, akral dingin, perhatikan adanya patah
tulang atau adanya kelumpuhan syraf atau keadaan jari-jari tangan serta
jumlahnya.
w. Reflex : pada neonates preterm post asfiksia berat rflek moro dan sucking
lemah. Reflek moro dapat memberi keterangan mengenai keadaan susunan
syaraf pusat atau adanya patah tulang.
x. Pola nutrisi: Yang perlu dikaji pada bayi dengan BBLR gangguan absorbsi
gastrointentinal, muntah aspirasi, kelemahan menghisap sehingga perlu
diberikan cairan parentral atau personde sesuai dengan kondisi bayi untuk
mencukupi kebutuhan elektrolit, cairan, kalori dan juga untuk mengkoreksi
dehidrasi, asidosis metabolik, hipoglikemi disamping untuk pemberian obat
intravena.
B. Diagnosa yang mungkin muncul
a. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
b. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan karakteristik
fisiologis imatur dari bayi preterm atau imaturitas
c. Ketidak efektifan Pola nafas berhubungan dengan imaturitas paru dan
neorumuskula
C. Rencana Keperawatan
a. Ketidak efektifan Pola nafas berhubungan dengan imaturitas paru dan
neorumuskula
Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien menunjukkan pola napas
efektif. Kriteria:
Jalan nafas tetap paten, tidak ada tarikan intercosta, frekuensi pernafasan 30-
60x/menit, oksigenasi adekuat :
INTERVENSI RASIONAL
 Obsevasi adanya tanda-tanda  Mengetahui adanya nafas cuping
distress pernafasan hidung, retraksi, takipnea, sianosia dan
 Observasi respon bayi terhadap SPO
terapi oksigenasi  Mengetahui manfaat dari terapi
  Berikan alat bantu pernafasan  Meningkatkan fungsi pernafasan
  Posisi untuk pertukaran udara yang  telungkup: posisi inimenghasil kan
optimal, seperti posisi telungkup perbaikan oksigenasi, pembrian makan
dan posisi telentang dengan leher ditoleransi dengan lebih baik, dan lebih
sedikit ekstensi dan hidung mengatur pola tidur. Telentang: untuk
menghadap ke atap dalam posisi mencegah adanya penyempitan jalan
“mengendus”. nafas
 Hindari hiperekstensi leher.  \Karena akan mengurangi diameter
 Lakukan pengisapan. trachea
 Hindari penggunaan posisi  Untuk menghilangkan mukus yang
Trendelenburg. terkumulasi dari nasofaring, trahkea,
 Gunakan posisi semi-telungkup dan selang endotrakheal. Karena ini
atau miring. akan menyebabkan peningkatan TIK
 Pertahankan suhu lingkungan yang dan menurunkan kapasitas paru akibat
netral. dari gravitasi yang mendorong organ ke
arah diafragma.  Untuk mencegah
aspirasi pada bayi dengan mukus
berlebihan atau yang sedang diberi
makan.
 Untuk menghemat penggunaan oksigen.
b. Resiko infeksi berhubungan dengan pertahanan imunologis yang kurang
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan klien tidak menunjukkan infeksi
nosokomial.
Bayi tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi nosokomial, tanda-tanda vital
dalam batas normal
INTERVENSI RASIONAL
 Pastikan bahwa semua pemberi  Untuk meminimalkan pemajanan
perawatan mencuci tangan sebelum pada organisme infektif.
dan setelah mengurus bayi .  Untuk meminimalkan pemajanan
 Pastikan bahwa semua alat kontak pada organisme infektif.
dengan bayi sudah bersih atau steril.  Untuk mencegah penularan
 Cegah personel dengan infeksi saluran penyakit dari petugas ke bayi.
pernafasan atas atau infeksi menular  Untuk mencegah penularan
agar tidak mengadakan kontak penyakit kepada bayi lain.
langsung dengan bayi.  Untuk mencegah infeksi
 Isolasi bayi lain yang mengalami nosokomial.
infeksi sesuai kebijakan institusional.  Untuk mematikan agen infeksius.
 Instruksikan pekerja perawatan  Untuk mencegah infeksi
kesehatan da orangtua dalam prosedur nosokomial.
kontrol infeksi.
 Beri terapi antibiotik sesuai instruksi.
 Pastikan aseptik ketat atau sterilisasi
seperti terapi IV perifer, pungsi limbal,
dan pemasangan kateter arteri atau
vena.
c. Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan karakteristik
fisiologis imatur dari bayi preterm atau imaturitas
Tujuan :
Setelah dilakukan intervensi keperawatan pasien menunjukkan hidrasi yang
adekuat.
Kriteria Hasil:
Tidak terdapat dehidrasi, hidrasi dapat tercapai. Tanda – tanda vital stabil (TD:
80/45 mmHg, HR:100-220x/menit, S:36,5-37,5°C, RR: 30-60x/menit), turgor kulit
normal, membrane mukosa lembab.
INTERVENSI RASIONAL
 Kaji stasus hidrasi (turgor kulit,  Untuk menentukan tingkat hidrasi.
tekanan darah, edema, berat badan,  Untuk menentukan IWL.
membrane mukosa, fontanel).  Untuk bukti dehidrasi atau hidrasi
  Pantau dengan ketat cairan dan berlebuhan.
elektrolit  Untuk mengatasi dehidrasi.
 Pantau keluaran urin dan nilai  Untuk menghindari dehidrasi,
laboratorium. hidrasi berlebihan atau
 Pastikan masukan cairan ekstravasasi.
oral/parenteral yang adekuat.  Untuk mencegah beban berlebihan
  Atur cairan parenteral dengan ketat. pada ginjal imatur dan vena yang
 Hindari pemberian cairan hipertonik. rapuh.
DAFTAR PUSTAKA

Depkes RI & ICA.1997.Buku kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta

Ladewig,es,dkk.2006.Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir.

Suriadi,dkk.2001.Asuhan keperawatan pada anak.Jakarta:Sagung Seto

Anik Maryunani.2014.Asuhan Neonatus,Bayi,Balita dan Anak Pra-Sekolah.Bogor: IN


MEDIA

Sharon J.Reeder.dkk.2008.Keperawatan Maternitas vol.1.EGC

Lia Yulianti,dkk.2008.Asuhan Neonatus.Jakarta : Trans info Media

Irene M.Bobak,2014.Keperawatan Maternitas edisi 4.EGC

Betz, C.L., Sowden, L.A. 2003. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta: EGC.

Hidayat, A. Aziz Alimul. 2005. Pengantar Ilmu Keperawatan Anak I. Jakarta: Salemba
Medika

Meddow, R. 2005. Luctere notes Pediatrika.Erlangga

Muslihatun, Wafi Nur. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Balita. Yogyakarta: Fitramaya

Anda mungkin juga menyukai