Anda di halaman 1dari 22

SHARING JOURNAL

MATA KULIAH KEPERAWATAN GERONTIK

Disusun Oleh :
Kelompok 3
Bella Cendie Asteria 195070209111006
Agresia Laras Puspita 195070209111008
Ravika Purwanti 195070209111009
Rahani Ayu Amalia 195070209111011
Nindy Claudia A 195070209111019
Aulia Putri Atisya 195070209111020
Wardatul Ummah 195070209111021
Hidah Rohmahwati 195070209111034
Victoria Ingmadia 195070209111035
Zuhliqatin Nauratuz Zayanah 195070209111039

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA MALANG
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah


melimpahkan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga
menyelesaikan tugas makalah tentang sharing journal sebagai salah satu
tugas untuk mata kuliah Keperawatan Gerontik.

Terima kasih penulis ucapkan kepada pihak-pihak yang telah


membantu penulis selama proses pembuatan makalah ini, sehingga penulis
dapat menyelesaikan makalah

Sebagai manusia yang dhaif, apapun yang ada dan tertera pada
makalah ini tentunya memiliki banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari teman-teman
semua agar kedepannya penulis bisa lebih baik lagi dan meningkatkan
pengetahuan serta pengalaman dalam menyelesaikan makalah selanjutnya.

Atas kritik dan sarannya penulis mengucapkan terima kasih.


Semoga ilmu yang tertuang dalam makalah ini bisa mendatangkan manfaat
bagi saya terutama sebagai penulis dan bagi teman-teman semua yang
membacanya.

Malang, 11 November 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN........................................................................... 1
1.1 Topik.............................................................................................1
1.2 Latar Belakang..............................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan...........................................................................2
BAB 2 ISI.....................................................................................................3
2.1 Identitas Journal............................................................................3
2.2 Metode..........................................................................................3
2.3 Hasil Penelitian.............................................................................4
BAB 3 Pembahasan......................................................................................6
3.1 Aplikasi di Indonesia....................................................................6
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................8

ii
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Topik

Pengaruh intervensi senam kegel terhadap inkontinensia urine pada


lansia.

1.2 Latar Belakang

Peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang optimal untuk


mencapai suatu kehidupan yang sosial dan ekonomi yang produktif,
meningkatkan mutu kesehatan penduduk, antara lain meningkatkan umur
harapan hidup yang dapat menambah jumlah penduduk usia lanjut
(Maryam, 2010). Di seluruh dunia, jumlah lanjut usia diperkirakan lebih
dari 629 juts jiwa, negara maju lebih siap menghadapi pertambahan
populasi/ pendudukan lanjut usia dengan aneka tantangannya, namun saat
ini negara berkembang mulai menghadapi masalah yang sama yang akan
mengalami perkembangan populasi lanjut usia, termasuk Indonesia
(Nugroho, 2008). Fenomena tersebut jelas mendatangkan sejumlah
konsekuensi, meliputi timbulnya masalah fisik, mental, dan sosial pada
lansia yang salah satunya adalah inkontinensia. Masalah inkontinensia
adalah masalah yang meluas dan merugikan sehingga menjadi faktor utama
untuk banyak keluarga menempatkan lansia di panti jumpo untuk
mendapatkan perawatan yang layak.
Kelainan inkontinensia urine tidak akan mengancam nyawa, tetapi
berpengaruh pada kualitas hidup yang disebabkan oleh faktor psikologis dan
sosoal yang sulit diatasi. Penderita merasa rendah diri karena selalu basah
akibat urine keluar saat batuk, bersin, mengangkat barang, dan menahan dari
kamar ke kamar mandi sehingga menjadi problematika kehidupan baik dari

1
medis, sosial, ekonomi, maupun psikologis di lingkungan dan keluarga
(Agoes, 2010). Inkontinensia urine mempunyai kemungkinan besar untuk
disembuhkan terutama pada penderita dengan mobilitas dan status sosial
mental yang cukup baik melalui terapi non farmakologis, salah satunya
latihan perilaku mengontrol kandung kemih dan otot sfingter dengan latihan
otot dasar panggul/ senam kegel (Darmojo, 2011).

Senam kegel adalah senam untuk menguatkan otot panggul yang


bertujuan memperkuat otot-otot dasar panggul terutama otot pubococcygeal.
Senam kegel juga dapat menyembuhkan ketidakmampuan menahan kecing
dan dapat mengencangkan dan memulihkan otot di daerah alat genital dan
anus (Yuliana 2011). Berdasarkan uraian diatas, penulis ingin membahas
pengaruh intervensi senam kegel terhadap inkontinensia urine pada lansia.

1.3 Tujuan Penulisan

Untuk mengetahui pengaruh senam kegel terhadap frekuensi BAK pada


lansia dengan inkontinensia urine
BAB 2 ISI

2.1 Identitas Journal

1. Judul artikel:
Pengaruh Senam Kegel terhadap Frekuensi BAK pada Lansia dengan
Inkontinensia Urine
2. Pengarang: Milya Novera
3. Tanggal publiksasi: 21 Januari 2017
4. Penerbit: Jurnal IPTEKS Terapan
5. No. ISSN/ E-ISSN: 1979-9292/ 2460-5611
6. Partisipan/ peserta:
Lansia yang menderita inkontinensia urine yang berada di Panti
Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin sebanyak 12 orang
7. Intervensi: sebelum diberikan teknik senam kegel akan dilakukan
pengukuran awal (pre test), setelah itu diberikan perlakukan dan akan
dilakukan pengukuran lagi (post test) untuk mengetahui perubahan
pada inkontinensia urine dari perlakuan tersebut.
8. Pengumpulan data:
Lansia yang berumur 60-85 tahun, menderita inkontinensia urine,
mobilitas, dan status sosial mental yang cukup baik, bersedia
diberikan intervensi senam kagel.

2.2 Metode

Desain penelitian ini adalah Quasy eksperiment dengan rancangan


one group pretest-postest design yaitu tidak ada kelompok pembanding atau
kontrol.
2.3 Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan rerata frekuensi BAK


dengan inkontinensia urine sebelum dilakukan senam kegel pada lansia
mean 10.58 dengan nilai standar deviasi adalah 2.065. Seiring dengan
bertambahnya usia mengakibatkan terjadinya perubahan anatomi dan
fungsi organ kemih antara lain disebabkan oleh melemahnya otot dasar
panggul, kebiasaan mengejan yang salah ataupun karena penurunan
hormon esterogen pada usia 50 tahun ke atas yang menyebabkan
terjadinya penurunan tonus otot puboccygeal dan otot pintu saluran kemih
uretra.
Frekuensi buang air kecil yang lebih dari normal, disebabkan karena
terjadinya perubahan pada sistem perkemihan Lansia yang terjadi pada
ginjal, dimana ginjal mengalami pengecilan dan nefron menjadi atrofi.
Aliran ginjal menurun, fungsi tubuh berkurang mengakibatkan BUN
meningkat, berat jenis urin menurun serta nilai ambang ginjal terhadap
glukosa meningkat. Pada kandung kemih otot-otot menjadi lemah sehingga
kapasitasnya menurun yang menyebabkan frekuensi urine
meningkat.Terjadinya kelemahan pada otot dan dasar panggul ini lah yang
mengakibatan terjadinya inkontinensia urine yaitu buang air kecil yang
lebih dari 8 kali sehari.
Berdasarkan hasil penelitian Rerata frekuensi BAK dengan
inkontinensia urine sesudah dilakukan senam kegel pada lansia mean 8.00
nilai dengan nilai standar deviasi adalah 2,796. Dalam penelitian ini terlihat
bahwa terjadi penurunan frekuensi buang air kecil rata-rata 1-5 kali dalam
24 jam setelah dilakukan senam kegel pada lansia selama 4 minggu. Hal ini
terjadi karena senam kegel dapat memperkuat sfingter dan kandung kemih
otot dasar panggul terutama otot pubococcygeal supaya otot lebih kuat
dan kontraksi menjadi lebih baik untuk menahan keluarnya urine sehingga
frekuensi buang air kecil akan mengalami penurunan.
Pada penelitian ini setelah dilakukan senam kegel dengan frekuensi
sesudah senam kegel < 8 adalah 41,6% hanya separoh mengalami
penurunan atau perubahan berbeda dengan penemuan teori dari Arnold
Kegel yang mengatakan senam kegel dapat menyembuhkan inkontinensia
urine 84% mengalami kesembuhan. Terdapat perbedaan dalam penelitian
yang dilakukan peneli dengan peneltiitian yang dikemukakan oleh Arnold
Kegel. Dalam penelitian ini responden lebih dari separoh berusia lebih dari
71-80 tahun (66,6%), lansia yang berusia diatas 70 tahun pasti mengalami
mobilitas dan status kesehatan yang tidak cukup baik. Sehingga saat
melakukan senam kegel Lansia sering mengalami lupa dan rasa malas
melakukan senam kegel jika tidak diingatkan setiap hari.
Hasil penelitian menunjukan terdapat pengaruh inkontinensia urine
sebelum dan sesudah dilakukan senam kegel pada lansia di Panti Werdha
Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2015. Pada penelitian ini penurunan
frekuensi buang air kecil disebabkan karena keteraturan dalam melakukan
senam kegel secara rutin. Inkontinensia urine mempunyai kemungkinan
besar untuk disembuhkan, terutama pada penderita dengan mobilitas dan
status sosial mental yang cukup baik.
BAB 3 PEMBAHASAN

3.1 Aplikasi di Indonesia

Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine secara spontan pada


sembarang waktu diluar kehendak (involunter), keadaan ini umumnya
dijumpai pada manula (Agoes, 2010). Terjadinya kelemahan atau penurunan
otot dasar panggul inilah yang memicu terjadinya inkontinensia urine yaitu
buang air kecil berkali-kali lebih dari 8 kali per hari (Junita, 2013). Menurut
Arnold Kegel (Darmojo,2011) latihan senam kegel yang dilakukan secara
rutin dengan keadaan mobilitas dan status kesehatan yang baik akan
berdampak pada perubahan dan penurunan inkontinensia urine dari latihan
senam kegel yang dilakukan setiap hari.

Di Indonesia, prevalensi atau jumlah perempuan yang menderita


inkontinensia urin sebesar 5,8%, sedangkan pria hanya 5 %. Pada wanita
manula, bahkan prevalensi gangguan berkemih meningkat menjadi 35 %-
45% (Soetojo, 2006). Melihat semakin meningkatnya masalah inkontinensia
urine pada lansia, latihan senam kegel yang dilakukan setiap hari dan secara
teratur dapat membantu menangani gangguan inkontinensia urin pada lansia
di Indonesia. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Junita (2010)
menyatakan bahwa sebelum dilakukan senam kegel memilki rerata
frekuensi inkontinensia urine 12 kali/24 jam sedangkan frekuensi
inkontinensia urine setelah dilakukan senam kegel memilki rerata 10 kali/24
jam. Hasil penelitian tersebut membuktikan bahwa terjadi penurunan
frekuensi buang air kecil dilakukan senam kegel pada lansia.

Senam kegel bukanlah suatu senam yang susah untuk dilakukan


karena tanpa orang lain tahu sudah bisa untuk melakukan senam kegel
dimana pun dan kapan pun dan saat melakukan apapun dapat dilakukan.
Latihan senam kegel ini telah diaplikasikan pada lansia di Indonesia dengan
tujuan untuk memperbaiki ketidakmampuan berkemih sehingga kualitas
hidup penderita meningkat, karena jika tidak tanggani dengan cepat
inkontinensia urine akan memperburuk keaadaan lansia dan mengakibatkan
terjadinya problematika kehidupan baik dari segi medis, sosial, ekonomi,
maupun psikologi di lingkungan dan keluarga (Agoes, 2010)
DAFTAR PUSTAKA

Hartinah, D., & Yulisetyaningrum. (2016). Kegel Exercise Terhadap


Penurunan Inkontinensia Urine Pada Lansia Di Desa Undaan Lor
Kecamatan Undaan Kabupaten Kudus. JIKK, 7, 5–9.

Novera, M. (2017). Pengaruh Senam Kegel Terhadap Frekuensi BAK Pada


Lansia Dengan Inkoninensia Urine. Jurnal IPTEKS Terapan, 3, 240–
245.
JURNAL IPTEKS TERAPAN
ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i3 (240 -245)
E-ISSN:2460-5611

PENGARUH SENAM KEGEL TERHADAP FREKUENSI BAK PADA LANSIA


DENGAN INKONTINENSIA URINE
1)
Milya Novera ,
1
Stikes Alifah Padang
email: milya_novera87@yahoo.co.id

Submission: 12-11-2016, Reviewed: 02-12-2016, Accepted: 21-01-2017


https://doi.org/10.22216/jit.2017.v11i3.589

Abstract
Because of the increasing age, it causes the changes of anatomy and function of the urinary organs
caused by weakening of the pelvic muscles. About 12 million people, 34% occurred in men and 60%
in women. Indonesia 32.2% in the Elderlies suffers urinary incontinence. The aims of this study was
to determine the effect of Kegel Exercise toward urinary in continence on the elderlies.The design of
this study is Quasy experiment with design of one group pretest-posttest. This research was
conducted in January-August 2015. The population in this research was 110 Elderlies, based on
inclusion criteria were 12 people taken by total sampling techniques. The Data was collected by
using questionaire and checklist sheets. Data were analyzed by using univariate and bivariate
statistical dependent T-test with Shapiro Wilk normality test. The result showed that the frequency of
urinary incontinence in the elderlies before doing Kegel exercises had the average about 10.58 with
deviation 2,065. Freqency of urinary incontinence in the elderlies after doing Kegel exercises had
the average about 8.00 with standard deviation 2,796. After doing the statistical, there is the effect
of urinary incontinence before and after doing Kegel exercises in the elderlies. Kegel exercises can
reduce urinary incontinence. It can be applied as the daily activities at social institution every day.

Abstrak
Seiring dengan bertambahnya usia mengakibatkan terjadinya perubahan anatomi dan fungsi
organ kemih yang disebabkan karena melemahnya otot dasar panggul. Di Indonesia 32,2 %
lansia mengalami inkontinensia yang merupakan salah satu masalah kesehatan atau keluhan
utama pada penderita lanjut usia. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui pengaruh senam
kegel terhadap frekuensi BAK pada lansia dengan inkontinensia urine di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun 2015.Jenis penelitian ini adalah Quasy
Eksperiment dengan desain one group Pretest-postest yang dilaksanakan pada bulan Januari
– Agustus 2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh lansia di Panti Sosial Tresna
Werdha Sabai Nan Aluih dengan jumlah sampel yaitu 12 orang dengan teknik pengambilan
sampel total sampling. Data dianalisis secara univariat dan untuk bivariat menggunakan uji
statistik T- test dependent dengan uji normalitas Shapiro-Wilk. Hasil penelitian didapatkan
bahwa frekuensi bak inkontinensia urine pada lansia sebelum dilakukan senam kegel
memiliki rerata 10.58, sesudah dilakukan senam kegel memiliki rerata 8.00 dan terdapat
pengaruh inkontinensia urine sebelum dan sesudah dilakukan senam kegel pada
lansia.Senam kegel dapat mengurangi inkontinensia urine disarankan agar dapat diterapkan
sebagai kegiatan harian yang dilakukan di panti.
Keywords: Dysmenorrhea, Music Therapy

Kopertis Wilayah X 240


JURNAL IPTEKS TERAPAN
ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i3 (240 -245)
E-ISSN:2460-5611

Kopertis Wilayah X 241


JURNAL IPTEKS TERAPAN
ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i3 (240 -245)
E-ISSN:2460-5611
kehidupan baik dari segi medis, sosial,
PENDAHULUAN ekonomi, maupun psikologi di lingkungan dan
Peningkatkan derajat kesehatan masyarakat keluarga (Agoes, 2010).
yang optimal untuk mencapai suatu kehidupan Inkontinensia urine mempunyai
yang sosial dan ekonomi yang produktif, kemungkinan besar untuk disembuhkan,
meningkatkan mutu kesehatan penduduk, terutama pada penderita dengan mobilitas dan
antara lain meningkatnya umur harapan hidup status sosial mental yang cukup baik.Bahkan
yang mengakibatkan bertambahnya jumlah bila dapat diobati sempurna, inkontinensia
penduduk usia lanjut (Maryam, 2010). urine selalu dapat diupayakan lebih baik,
Saat ini, di seluruh Dunia, jumlah lanjut sehingga kualitas hidup penderita meningkat
usia diperkirakan lebih dari 629 juta jiwa (satu dan meringankan beban yang merawat. Lansia
dari 10 orang berusia lebih dari 60 tahun), tidak menyadari bahwa ada pilihan lain dalam
negara maju lebih siap mengahadapi penanganan inkontinensia urine dengan terapi
pertambahan populasi/penduduk lanjut usia non farmakoligis, salah satu nya terapi non
dengan aneka tantangannya, namun saat ini farmakoligis yaitu dengan teknik/latihan
negara berkembang pun mulai menghadapi prilaku mengontrol kandung kemih dan otot-
masalah yang sama yang akan mengalami otot sfingter dengan latihan otot dasar panggul
perkembangan populasi lanjut usia, termasuk (senam kegel) (Darmojo, 2011).
Indonesia(Nugroho, 2008). Senam kegel adalah senam untuk
Fenomena ini jelas mendatangkan sejumlah menguatkan otot panggul atau senam yang
konsukuensi, antara lain timbulnya masalah bertujuan untuk memperkuat otot-otot dasar
fisik, mental dan sosial pada lansia panggul terutama otot pubococcygeal sehingga
Hasil sensus penduduk tahun 2010 seorang wanita dapat memperkuat otot-otot
menunjukan bahwa jumlah penduduk lanjut saluran kemih. Senam kegel juga dapat
usia Indonesia adalah 18,52 juta jiwa, menyembuhkan ketidakmampuan menahan
meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang kencing (inkontinensia urine) dan dapat
sebanyak 14,44 juta jiwa. Di Sumatra Barat mengencangkan dan memulihkan otot di
jumlah penduduk lanjut usia sebanyak 12,443 daerah alat genital dan anus (Yuliana, 2011).
jiwa, Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Aktivitas prilaku seperti senam kegel
Indonesia akan terus bertambah sekitar (latihan otot dasar panggul), yang dikemukan
450.000 jiwa per tahun (Junita, 2013). oleh Arnold kegel, melaporkan
Masalah inkontinensia adalah salah satu perbaikan/kesembuhan sampai 84% dengan
masalah yang meluas dan merugikan, Penyakit latihan otot dasar panggul untuk wanita dan
ini merupakan salah satu faktor utama yang pria dengan berbagai macam tipe
membuat banyak keluarga menempatkan inkontinensia. Setelah 4-6 minggu melakukan
manula tersebut di panti jompo untuk latihan ini dengan teratur, akan terasa
mendapatkan perawatan yang layak. Biaya berkurangnya kebocoran urine, semua latihan
untuk perawatan di panti atau rumah sakit diatas akan memberikan kontrol yang baik
merupakan implikasi ekonomis yang sangat terhadap kandung kemih. biarpun memakan
bervariasi (Agoes, 2010) waktu dan kesabaran, hasilnya cukup
Kelainan inkontinensia urine tidak akan memuaskan (Darmojo, 2011).
mengancam jiwa penderita tetapi berpengaruh Dari hasil wawancara kepada pengurus
pada kualitas hidup yang disebabkan oleh Panti Sosial Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
faktor gangguan psikologis dan faktor sosial Sicincin mengatakan penyakit inkontinensia
yang sulit diatasi, penderita merasa rendah diri urine karena penderita menganggap itu adalah
karena selalu basah akibat urine yang keluar, proses penuaan, dan merasa malu untuk
mungkin pada saat batuk, bersin, menganggkat melaporkannya, maka peneliti mengumpulkan
barang berat dan menahan urine dari kamar ke data dengan wawancara pada Lansia dari
wc. Mengakibatkan terjadinya problematika wisma ke wisma. Lansia yang menderita

Kopertis Wilayah X 242


JURNAL IPTEKS TERAPAN
ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i3 (240 -245)
E-ISSN:2460-5611

Kopertis Wilayah X 243


JURNAL IPTEKS TERAPAN
ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i3 (240 -245)
E-ISSN:2460-5611
inkontinensia urine mengatakan bahwa mereka Hasil interprestasi kemaknaan adalah 2,49 (p>
buang air kecil lebih dari 8 kali dalam 24 jam, 0,05) maka data berdistribusi normal dan uji
dan buang air kecil dicelana sebelum sampai hipotesis yang digunakan adalah uji
ke toilet karena mereka tidak dapat menahan Parametrik yaitu menggunakan uji T-test
rasa ingin kencing selain itujuga mengatakan dependent.
tidak mengetahui cara mengobati
inkontinensia. Berdasarkan latar belakang HASIL DAN PEMBAHASAN
tertarik untuk melakukan penelitian dengan
tujuan mengetahui pengaruh senam kegel
terhadap frekuensi bak pada Lansia dengan Berdasarkan hasil penelitian didapatkan
inkontinensia urine di Panti Sosial Tresna rerata frekuensi BAK dengan
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun
inkontinensia urine sebelum dilakukan
2015.
. senam kegel pada lansia mean 10.58
dengan nilai standar deviasi adalah
METODE PENELITIAN 2.065.Seiring dengan bertambahnya usia
Desian pada penelitian ini adalahQuasy mengakibatkan terjadinya perubahan
eksperiment dengan rancangan one group anatomi dan fungsi organ kemih antara
pretest-postest design yaitu tidak ada lain disebabkan oleh melemahnya otot
kelompok pembanding atau (kontrol), dasar panggul, kebiasaan mengejan yang
Sebelum diberikan teknik senam kegel akan
salah ataupun karena penurunan hormon
dilakukan pengukuran awal (pre-test),
kemudian setelah diberikan perlakuan akan esterogen pada usia 50 tahun ke atas yang
dilakukan pengukuran lagi (post-test) untuk menyebabkan terjadinya penurunan tonus
mengetahui perubahan pada inkontinensia otot puboccygeal dan otot pintu saluran
urine dari perlakuan tersebut. Penelitian kemih uretra. Kelemahan otot dasar
dilaksanakan di Panti Sosial Tresna Werdha panggul dapat juga terjadi karena
Sabai Nan Aluih Sicincin Kabupaten Padang kehamilan, karena proses persalinan
Pariaman, pada bulan Januari - Agustus 2015, membuat otot dasar panggul rusak akibat
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh regangan otot dan jaringan penunjang serta
lansia di Panti Sosial Tresna Werda Sabai Nan robekan jalan lahir, kegemukan (obesitas),
Aluih Sicincin. . dan menopause dapat meningkatkan
Sampel pada penelitian ini adalah lansia
terjadinya inkontinensia urine (Potter,
yang menderita inkontinensia urine yang
berada di Panti Sosial Tresna Werdha Sabai 2005).
Nan Aluih Sicincin yaitu sebanyak 12 Inkontinensia urine merupakan
orang.Teknik pengambilan sampel pengeluaran urine involunter (tidak
menggunakan teknik total sampling yang disadari/mengompol) pada waktu dan
memenuhi kriteria inklusi; berumur 60-85 tempat yang tidak tepat diluar
tahun, menderita inkontinensia urine, keinginan.Inkontinensia urine adalah
mobilitas dan status sosial mental yang cukup pengeluaran urine secara spontan pada
baik, bersedia diberikan intervensi senam
sembarang waktu diluar kehendak
kegel.Pasien yang mengalami penyakit
diabetes mellitus, gangguan pendengaran,
(involunter).keadaan ini umumnya
diensia berat dan depresidikeluarkan pada dijumpai pada manula (Agoes, 2010).
penelitian ini. Terjadinya kelemahan atau penurunan otot
Untuk Uji hipotesis peneliti melakukan uji dasar panggul inilah yang memicu
normalitas data menggunakan Uji shapiro wilk terjadinya inkontinensia urine yaitu buang
dengan jumlah responden sebanyak 12 orang.

Kopertis Wilayah X 244


JURNAL IPTEKS TERAPAN
ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i3 (240 -245)
E-ISSN:2460-5611

Kopertis Wilayah X 245


JURNAL IPTEKS TERAPAN
ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i3 (240 -245)
E-ISSN:2460-5611
air kecil berkali-kali lebih dari 8 kali per panggul dan daerah genital, terutama otot
(Junita, 2013). pubococcygeal, sehingga seorang wanita dapat
Sensasi pertama ingin berkemih memperkuat otot-otot saluran kemih. Senam
kegel juga dapat menyembuhkan
biasanya timbul pada saat volume kandung
ketidakmampuan menahan kencing
kemih mencapai antara 150-350 ml, (inkontinensia urine) dan dapat
kapasitas kandung kemih normal mengencangkan otot di daerah alat genital dan
bervariasi sekitar 300-600 ml, umumnya anus (Yuliana, 2011)
kandung kemih dapat menampung urine Latihan ini dilakukan dengan cara
lebih kurang 500 ml tanpa adanya pada setiap posisi yang dianggap nyaman,
kebocoran (Darmojo, 2011). Fungsi paling baik duduk atau ditempat tidur dengan
normal berkemih 3 jam sekali dan tidak catatan posisi antara kedua kaki sedikit
lebih dari 8 kali sehari (Padila, 2013). renggang, kontraksikan otot dasar panggul
seperti menahan defekasi dan berkemih, otot
Frekuensi buang air kecil yang
panggul di kencangkan untuk menutup sfingter
lebih dari normal, disebabkan karena kandung kemih, tahan dengan kuat selama
terjadinya perubahan pada sistem mungkin 3-10 detik, tetap bernafas normal
perkemihan Lansia yang terjadi pada selama kontraksi ini. Relaks dan istirahat
ginjal, dimana ginjal mengalami selama 3-10 detik dan ulangi secara perlahan
pengecilan dan nefron menjadi atrofi. sebanyak 3-4 kali setiap hari (Junita, 2013).
Aliran ginjal menurun, fungsi tubuh Selama 4-6 minggu melakukan latihan ini
berkurang mengakibatkan BUN dengan teratur akan terasa berkurangnya
meningkat, berat jenis urin menurun serta kebocoran urin (Agoes, 2010).
nilai ambang ginjal terhadap glukosa Hasil Penelitian yang dilkukan oleh
Junita (2010) menyatakan bahwa sebelum
meningkat. Pada kandung kemih otot-otot
dilakukan senam kegel memilki rerata
menjadi lemah sehingga kapasitasnya frekuensi inkontinensia urine 12 kali/24 jam
menurun yang menyebabkan frekuensi dengan standar deviasi 1,73 sedangkan
urine meningkat.Terjadinya kelemahan frekuensi inkontinensia urine setelah
pada otot dan dasar panggul ini lah yang dilakukan senam kegel memilki rerata 10
mengakibatan terjadinya inkontinensia kali/24 jam dengan standar deviasi 1,55.
urine yaitu buang air kecil yang lebih dari Dalam penelitian ini terlihat bahwa terjadi
8 kali sehari. penurunan frekuensi buang air kecil rata-rata
Berdasarkan hasil penelitian Rerata 1-5 kali dalam 24 jam setelah dilakukan senam
frekuensi BAK dengan inkontinensia urine kegel pada lansia selama 4 minggu. Hal ini
sesudah dilakukan senam kegel pada lansia terjadi karena senam kegel dapat memperkuat
mean 8.00 nilai dengan nilai standar deviasi sfingter dan kandung kemih otot dasar panggul
adalah 2,796. terutama otot pubococcygeal supaya otot
Senam kegel merupakan suatu upaya lebih kuat dan kontraksi menjadi lebih baik
untuk mencegah timbulnya inkontinensia untuk menahan keluarnya urine sehingga
urine, mekanisme kontraksi dan meningkatnya frekuensi buang air kecil akan mengalami
tonus otot dapat terjadi karena adanya penurunan.
rangsangan sebagai dampak latihan. Senam Pada penelitian ini setelah dilakukan
kegel adalah latihan yang bertujuan untuk senam kegel dengan frekuensi sesudah senam
memperkuat sfingter kandung kemih dan otot kegel < 8 adalah 41,6% hanya separoh
dasar panggul, yaitu otot-otot yang berperan mengalami penurunan atau perubahan berbeda
mengatur miksi dan gerakan yang dengan penemuan teori dari Arnold Kegel
mengencangkan, melemaskan kelompok otot yang mengatakan senam kegel dapat
menyembuhkan inkontinensia urine 84%

Kopertis Wilayah X 246


JURNAL IPTEKS TERAPAN
ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i3 (240 -245)
E-ISSN:2460-5611

Kopertis Wilayah X 247


JURNAL IPTEKS TERAPAN
ISSN: 1979-9292
Research of Applied Science and Education V11.i3 (240 -245)
E-ISSN:2460-5611
mengalami kesembuhan. Terdapat perbedaan melakukan senam kegel dimana pun dan
dalam penelitian yang dilakukan peneli dengan kapan pun dan saat melakukan apapun dapat
penelitian yang dikemukakan oleh Arnold dilakukan. Pada beberapa orang Lansia tidak
Kegel. Dalam penelitian ini responden lebih mengalami penurunan frekuensi BAK.Hal ini
dari separoh berusia lebih dari 71-80 tahun disebabkan karena Lansia tersebut dalam
(66,6%), lansia yang berusia diatas 70 tahun melakukan senam kegel tidak teratur walaupun
pasti mengalami mobilitas dan status sudah di ingatkan, ini terlihat dari lembar
kesehatan yang tidak cukup baik. Sehingga checklist yang tidak terisi penuh dan
saat melakukan senam kegel Lansia sering perubahan yang terjadi pada lansia.
mengalami lupa dan rasa malas melakukan Tabel 1
senam kegel jika tidak diingatkan setiap hari. Pengaruh Senam Kegel Terhadap
Menurut Arnold Kegel (Darmojo,2011) latihan Frekuensi Bak Dengan Inkontinensia
senam kegel yang dilakukan secara rutin
Urine Pada Lansia di Panti Sosial
dengan keadaan mobilitas dan status kesehatan
yang baik akan berdampak pada perubahan Tresna Werdha Sabai Nan Aluih
dan penurunan inkontinensia urine dari latihan
Eks Mean N SD p
senam kegel yang dilakukan setiap hari.
Perbedaan kedua dalam penelitian ini value
adalah lama waktu penelitian. dimana dalam Pre- 10.58 12 2.065 0,000
penelitian ini hanya dilakukan 4 minggu test
dengan latihan 3 – 4 kali dalam sehari, Post 8.00 12 2.796
sedangkan Arnold Kegel melakukan penelitan test
4 – 6 minggu dengan latihan 50 – 60 kali
secara teratur, jumlah kontraksi otot panggul Hasil penelitian menunjukan terdapat
sebanyak 24 samapai 160 kali setiap harinya. pengaruh inkontinensia urine sebelum dan
Pada jenis inkontinensia stress dan urgensi sesudah dilakukan senam kegel pada lansia di
dilakukan senam kegel dengan latihan paling Panti Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun
sedikit 3 – 6 bulan dengan mobilitas yang baik 2015. Senam kegel meliputi penciutan dan
dan keteraturan dalam melakukan senam kegel pengenduran otot dasar panggul dengan cara
setiap hari(Galischa, 2012). Hasil penelitian mengkontraksikan rectum dan uretra yang
ini hampir sama dengan penelitian yang ditahan selama 3-10 detik kemudian
dilakukan oleh Widynigsih, 2009 bahwa direlaksasikan dan diulangi sebanya 3-4 kali
setelah dilakukan latihan senam kegel terjadi selama 4 minggu (Mustofa, 2009).
penurunan frekuensi inkontinensia urine dan Inkontinensia urine akan memperburuk
ada pengaruh latihan kegel terhadap frekuensi keaadaan lansia jika tidak tanggani dengan
inkontinensia urine pada lansia. cepat akan menyebabkan komplikasi seperti
Pada penelitian ini penurunan frekuensi terjadinya infeksi saluran kemih, iritasi kulit
buang air kecil disebabkan karena keteraturan daerah kemaluan, gangguan tidur, dan
dalam melakukan senam kegel secara dekubitus. Senam kegel merupakan salah satu
rutin.Inkontinensia urine mempunyai stresor terhadap fisik, psikologis maupun
kemungkinan besar untuk disembuhkan, imunologis yang pada akhirnya menimbulkan
terutama pada penderita dengan mobilitas dan respon baik bagi tubuh (Stanlay, 2006). Pada
status sosial mental yang cukup baik.Bahkan penelitian ini penurunan frekuensi buang air
bila dapat diobati sempurna, inkontinensia kecil disebabkan karena keteraturan dalam
urine selalu dapat diupayakan lebih baik, melakukan senam kegel secara
sehingga kualitas hidup penderita meningkat. rutin.inkontinensia urine mempunyai
Lansia mengatakan senam kegel bukan lah kemungkinan besar untuk disembuhkan,
suatu senam yang susah untuk dilakukan terutama pada penderita dengan mobilitas dan
karena tanpa orang lain tahu sudah bisa untuk status sosial mental yang cukup baik. Bahkan

Kopertis Wilayah X 248


bila dapat diobati sempurna, inkontinensia Semarang. FIKKES Jurnal
urine selalu dapat diupayakan lebih baik, Keperawatan, 2(2), 7.
sehingga kualitas hidup penderita meningkat. Nugroho, W. (2008). Keperawatan
Gerontik dan Geriatrik. Jakarta:
SIMPULAN Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Berdasarkan hasil penelitian diatas dapat Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan
disimpulkan Terdapat pengaruh senam kegel Gerontik. Yogyakarta: Nuha
terhadap Frekuensi BAK pada Lansia dengan Medika
inkontinensia urine di Panti Sosial Tresna Potter, P. (2005). Fundamental
Werdha Sabai Nan Aluih Sicincin Tahun Keperawatan Konsep Proses dan
2015. Diharapkan bagi pengasuh dan institusi Praktik. . Jakarta: Penerbit Buku
yang terkait di Panti Sosial Tresna Werdha Kedokteran EGC.
Sabai Nan aluih sicincin dapat menerapkan Stanlay, M. (2006). Buku Ajar
kegiatan senam kegel sebagai aktifitas rutin Keperawatan Gerontik (edisi 2).
yang dilakukan dan sebagai pengasuh panti
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran
untuk dapat selalu mengingatkan lansia dalam
melakukan kegiatan senam kegel tersebut EGC.
. Yuliana, D. (2011). Pengaruh Senam
Kegel Terhadap Perubahan Tipe
REFERENSI Inkontinensia Urine Pada Lansia
Di Panti Sosial Tresna Werdha
Agoes, A. (2010). Penyakit Di Usia Tua. Sabai Nan Aluih Sicincin.
Jakarta: Penerbit Buku EGC. Retrieved from
Darmojo, B. (2011). Geriatrik (Ilmu http://repository.unand.ac.id/18023
Kesehatan Usia Lanjut. In F. K. U. /
I. FKUI (Ed.), (edisi ke-4 ed.).
Jakarta.
Galischa. (2012). Senam Kegel Sebagai
Terapi Non-Farmakology Pada
Inkontinensia Urine Retrieved from
http://galischa.blogspot.com/2012/
09/senam-kegel-sebagai-terapi-
non.html
Junita, I. (2013). Pengaruh Senam Kegel
Terhadap Gangguan Eliminasi
Urine ( Inkontinensia Urine) Pada
Lansia di Posyandu Lansia Durian
Ratus Kelurahan Kurao Pagang
Wilayah Kerja Puskesmas
Nanggalo Padang. Stikes
Mercubaktijaya, Padang.
Mustofa, A. (2009). Pengaruh Latihan
Kegel Terhadap Frekuensi
Inkontinensia Urine Pada Lansia di
Panti Werdha Pucang Gading

Anda mungkin juga menyukai