Anda di halaman 1dari 70

LAPORAN PRAKTEK KOMUNITAS TERPADU

(PENDEKATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA)


DI RT 003 RW 006 DESA NGIJO KECAMATAN KARANGPLOSO
KABUPATEN MALANG

OLEH :
GHIVARI IRZYA ALLIF
NIM 181227

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHTAN RS dr. SOEPRAOEN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PRAKTEK KOMUNITAS TERPADU
(PENDEKATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA)
DI RT 003 RW 006 DESA NGIJO KECAMATAN KARANGPLOSO
KABUPATEN MALANG

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktek Komunitas


Terpadu

OLEH :

GHIVARI IRZYA ALLIF


NIM 181227

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHTAN RS dr. SOEPRAOEN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT. Sehingga


penulis dapat menyelesaikan laporan praktek komunitas berdasarkan
kunjungan yang di laksanakan pada komunitas warga di Perumahan
Arjuno Gumilang RT.006 RW.009 Desa Ngijo Kecamatan Karangploso
Kabupaten Malang dengan tepat waktu.
Salah satu tujuan penulis dalam menulis laporan praktek komunitas
ini adalah sebagai dokumentasi terkait status kesehatan komunitas warga
di Perumahan Arjuno Gumilang RT.006 RW.009 Desa Ngijo Kecamatan
Karangploso dengan didasarkan perolehan data-data yang valid.
Penulis menyampaikan terima kasih pada beberapa pihak yang ikut
membantu dan mendukung proses pembuatan laporan praktek komunitas
ini hingga selesai, yaitu :
1. Ibu Ns. Apriliyani Puji Hastuti, M.Kep selaku Ketua Program Studi
Keperawatan Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS. dr.
Soepraoen Malang.
2. Ibu Ns. Hanim Mufarokhah, M.Kep selaku Koordinator Praktek Profesi
Institut Teknologi Sains Dan Kesehatan RS. dr. Soepraoen Malang.
3. Bapak Ns. Heny Nurmayunita, S.Kep., MMRS selaku pembimbing
yang telah memberikan arahan dan masukan dalam menyusun
laporan praktek komunitas.
4. Bapak Didik selaku Ketua RT 006 Perumahan Arjuno Gumilang Desa
Ngijo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang.
5. Warga di Perumahan Arjuno Gumilang RT 006 RW 009 Desa Ngijo
Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang.Penulis menyadari atas
ketidaksempurnaan penyusunan laporan praktek komunitas. Demi
kemajuan penulis juga mengharapkan adanya masukan berupa kritik
dan saran dari semua pihak.

Malang, Februari 2021

Penulis
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Praktek Komunitas Di Perumahan Arjuno Gumilang RT.006

RW.009 Desa Ngijo Kecamatan Karangploso Kabupaten Malang

Telah diperiksa dan disahkan oleh:

Pembimbing Ketua RT Perum. Arjuno


Gumilang

Ns. Heny Nurmayunita, S.Kep.,


MMRS Didik
DAFTAR ISI

COVER………………………………………………………………………….....
KATA PENGANTAR……………………………………………………………...
DAFTAR ISI………………………………………………………………………..
LEMBAR PENGESAHAN………………………………………………………..
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang……………………………………………………………......
1.2 Tujuan…………………………………………………………………..……..
1.2.1 Tujuan Umum………………………………………………………...
1.2.2 Tujuan Khusus……………………………………………………….
1.3 Manfaat………………………………………………………………………..

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA


2.1 Konsep Kesehatan Komunitas………………...……………………………
2.1.1 Konsep Keperawatan Komunitas……………………………….......
2.1.2 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas……………………….....
2.1.3 Falsafah Keperawatan Komunitas……………………………….....
2.1.4 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas……………………...
2.1.5 Sasaran Keperawatan Komunitas……………………………….....
2.1.6 Strategi Keperawatan Komunitas…………………………………..
2.1.7 Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas…………………………....
2.1.8 Peran Perawat Komunitas…………………………………………..
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS
3.1 Pengkajian…………….…………………………………………………
3.2 Analisa Data……………………………………………………………..
3.3 Daftar Masalah…………………………………………………………..
3.4 Rencana Tindakan………………………………………………………
DOKUMENTASI............................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep pendekatan dalam upaya penanganan kesehatan penduduk
mengalami banyak perubahan sejalan dengan pemahaman dan
pengetahuan kita bagaimana suatu masyarakat menghayati dan
menghargai bahwa kesehatan itu merupakan “Human Capital” yang
sangat besar nilainya. Konsep sehat-sakit senantiasa berubah sejalan
dengan pemahaman kita tentang nilai, peran, penghargaan dan
pemahaman kita terhadapkesehatan. Dimulai pada zaman keemas an
Yunani bahwa sehat merupakan keadaan standard yang harus dicapai
dan dibanggakan. Sedangkan sakit sebagai sesuatu yang tak bermanfaat.
Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit, Batasan sehat
jugaberubah, seseorang disebut sehat apabila setelah diadakan
pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan penyebab penyakit.
Hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat
sehingga WHO tahun 2000 menunjukkan sekitar972 juta orang atau 26,4
penduduk dunia menderita hipertensi. Sedangkan menurut Riset
Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi diindonesia tahun
2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 – 14%, sedangkan pada tahun
2008 meningkat menjadi 16 – 18%. Secara nasional provinsi jawa tengah
menempati peringkat ketiga setelah jawa timur dang bangka Belitung.
Data riskesdas 2010 juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab
kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberculosis, jumlah nya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur
diindonesia (Depkes, 2010).
Hipertensi bisa dikategorikan menjadi 2 jenis, primer dan seunder,
dengan penyebab yang berbeda yaitu hipertensi primer sekitas 90% dari
kasus hipertensi adalah hipertensi primer, tidak ada penyebab yang
diidentifikasi dan sebagian besar terkait dengan factor keturunan,
kepribadian, stress mental, dan obesitas. Sedangkan hipertensi sekunder
disebabkan oleh penyakit lain atau perubahan pada kondisi kesehatan,
misalnya penyakit ginjal dan gangguan endokrin ( gangguan kelenjar
endokrin yang mengeluarkan hormone). Tekanan darah pasien akan
kembali normal jika tidak terkendali bisa menyebabkan komplikasi seperti,
anteriosclerosis, aneurisma, gagal janung, stroke, gagal ginjal, dan
retinopati (Hospital, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan kegiatan Pembangunan Kesehatan masyarakat Desa
(PKMD) di Gabungan desa di Kabupaten dan Kota Malang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal
melalui asuhan keperawatan komunitas secara komprehensif dengan
melibatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam melaksanakan
perilaku kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam asuhan keperawatan komunitas ini adalaha :
a. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kesehatan ibu
dan anak secara koprehensif
b. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kesehatan
Lansia secara koprehensif
c. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kesehatan
Remaja secara koprehensif
d. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kesehatan
Kesehatan Lingkungan secara koprehensif
e. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Pemberantasan
Penyakit Menular secara koprehensif
1.3 Manfaat
a. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan informasi dan data terbaru tentang kesehatan
masyarakat dusun gabungan serta menjadi salah satu dasar untuk
menentukan kebijakan selanjutnya yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat.
b. Bagi Dusun
Memberikan informasi tentang permasalahan didusun gabungan
khususnya berkaitan dengan kesehatan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan masukan yang bermanfaat dan menambah referensi
bagi institusi Pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kesehatan Komunitas


2.1.1 Konsep Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun et. al, 2006).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,
masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan
sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya
kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010). Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah
individu, keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya
kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan
masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup
mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat
kesehatan optimal (Elisabeth, 2007). Peran serta masyarakat diperlukan
dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan
masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga
kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan
meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak,2005).

2.1.2 Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &
Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
a. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan
salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri.
3) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota
keluarga tersebut.

c. Masyarakat Sebagai Klien


Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur
oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki
identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam
keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses
yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif.
Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air,
udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah
mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut
saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam
menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas
dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh
perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang
mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara
komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat
baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan
dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat,
dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia.
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya
dan lingkungan spiritual.

2.1.3 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

a. Upaya Promotif

Untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan


masyarakat dengan jalan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur

5) Rekreasi

6) Pendidikan seks

b. Upaya Preventif

Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap


individu keluaga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi masal terhadap bayi dan balita

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,


maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun
di rumah

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui

c. Upaya Kuratif

Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok yang


menderita penyakit ataupun masalah kesehatan melalui:

1) Perawatn orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatn orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari


Puskesmas dan Rumah Sakit

3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu bersalin dan
nifas

4) Perawatan tali pusat bayi baru lahir

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di rumah


maupun terhadap kelompok kelompok tertentu yang menderita penyakit
yang sama.

1) Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti penderita


kusta, patah

tulang, kelainan bawaan

2) Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,


seperti TBC,

pelatihan nafas dan batuk, penderita struk melalui fisioterafi

e. Upaya Resosialitatif

Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok khusus


kedalam

pergaulan masyarakat.
2.1.4 Falsafah Keperawatan Komunitas

Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi


pedoman untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang
luhur dan manusiawi. Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan
komunitas, yaitu:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian


integral dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat
di terima oleh semua orang.

b. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan


upaya kuratif dan rehabilitatif.

c. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara

berkelanjutan.

d. Perawat sebagai provider dan klien sebagai consumer pelayanan


kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan.

e. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat


direncanakan berkesinambungan.

f. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas


kesehatannya. Lain harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi
secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

2.1.5 Filosofi Keperawatan Komunitas

Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi sebagai


berikut:
a. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang

b. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan

c. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu

meningkatkan kesehatannya

d. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat


bagi dirinya

e. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas
yang berbeda pada waktu yang berbeda

f. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung


pada latar belakang budaya, agama dan sosial klien

g. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang


berbeda pada waktu yang berbeda

h. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan


rangsang internal dan eksternal

i. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan

j. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan


lingkungannya

k. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada


waktu yang berbeda.

l. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu


klien bergerak kea rah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan
menggunakan kerangka teori dan pendekatan sistematik

m. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang


waktu akan merubah kebutuhan kesehatan

2.1.6 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan
kesehatan yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan
peningkatan derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan
keperawatan langsung (direction) terhadap individu, keluarga dan
kelompok didalam konteks komunitas serta perhatian lagsung terhadap
kesehatan seluruh masyarakatdan mempertimbangkan masalah atau isu
kesehatan masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat.

a. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara


meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat

2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka
mengatasi masalah keperawatan

3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan


pembinaan dan asuhan keperawatan

4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan


pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat

5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut


dan asuhan keperawatan di rumah

6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko


tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah
dan di Puskesmas

7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan social untuk


menuju keadaan sehat optimal
c. Fungsi

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi


kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan

kebutuhannya dibidang kesehatan

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan


masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan


permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).

2.1.7 Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk


individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas

terdiri dari tiga tingkat yaitu:

a. Tingkat Individu

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang


mempunyai masalah

kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di


poliklinik,
Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah
kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.

b. Tingkat Keluarga

Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang


mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber
daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada
keluarga rawan yaitu:

- Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga


dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong
oleh dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular
yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit
kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental
atau fisik).

- Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%)
ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko
tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita
dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia
lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.

c. Tingkat Komunitas

Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien :

1) Pembinaan kelompok khusus

2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah


2.1.8 Strategi Keperawatan Komunitas

Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas perlu


digunakan strategi sebagai berikut:

a. Locality Development: yang menekankan pada peran serta masyarakat


danm masyarakat terlibat langsung dalam proses pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

b. Social Planning: dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan
menggunakan birokrasi

c. Social Action: adanya proses perubahan yang berfokus pada


masyarakat atau program yang dibuat oleh pemerintah untuk perubahan
yang mendasar. Sedangkan dalam melaksanakan program pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas perlu juga diberi strategi:

1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola


perawatan kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana puskesmas
melalui kegiatan penataran.

2) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector, melalui


kegiatan temu karya dan forum pertemuan di kecamatan ataupun
puskesmas.

3) Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan


melalui pendidikan kesehatan pada keluarga, memberikan bimbingan
teknis dalam bidang kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.

4) Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.

5) Sesuai dengan teori Blum bahwa derajat kesehatan seseorang dapat


dipengaruhi oleh 4 faktor:

- Lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling keluarga


dimana ia tumbuh dan berkembang. Factor ini mencakup lingkungan.
Fisik, social budaya, dan biologi.
- Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil dalam
masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota keluarga tersebut.

- Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan keluarga baik


sebagai upaya professional maupun sebagai upaya pelayanan swadaya
masyarakat dan atau keluarga sendiri.

- Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada keluarga

2.1.9 Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas

Pada perawatan kesehatan masyarakat harusmempertimbangkan


beberapa prinsip,yaitu:

a. Kemanfaatan

Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat


yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).

b. Kerjasama

Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat


berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007).

c. Secara langsung

Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,


klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

d. Keadilan

Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas


dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau
tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak,
2005).

e. Otonomi

Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan


beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada (Mubarak, 2005).

2.1.10 Peran Perawat Komunitas

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan


masyarakat

diantaranya adalah:

a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah


skeperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang
telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok


dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Konseling adalah proses membantu klien untuk
menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual. Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan
dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat
mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk
belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi
pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat
(Mubarak,2005).

c. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang


baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru
dan dicontoh oleh masyarakat.

d. Sebagai pembela (Client Advocate)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat


komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hakhak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hakhak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)

Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai


kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.
f. Sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara


bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan
proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).

g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani


perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini
dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi
kesehatan.

h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)


Melaksanakan monitoring terhadap perubahanperubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta
berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,


merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2005).

j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent


and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada
dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa
peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.


Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien
untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).

k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care


Provider And Researcher)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada


masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Riwayat atau Sejarah Perkembangan Desa

a. Demografi
Secara administratif Desa Ngijo terletak diwilayah Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang dengan posisi dibatas wilayah desa-desa
tetangga. Jarak tempuh Desa Ngijo ke Ibukota Kecamatan sekitar 7-8 km
dengan waktu tempuh sekitar 18 menit. Sedangkan jarak tempuh Desa
Ngijo ke Ibukota Kabupaten Malang adalah sekitar 32 km dengan waktu
tempuh sekitar 55 menit.

b. Kondisi dan Ciri Geografis


Desa Ngijo merupakan satu kesatuan wilayah hukum dan
masyarakat yang tidak terpisahkan, terletak diwilayah Kecamatan
Karangploso Kabupaten Malang Provinsi Jawa Timur, dengan luas 3,1
km2. Wilayah Desan Ngijo dibatasi oleh Desa Ngenep sebelah timur,
Desa Girimoyo sebelah utara, Desa Kepuharjo sebelah selatan dan Desa
Ampeldenta sebelah barat. Desa Ngijo terdiri dari 15 RW (Rukun Warga)
dan 8 (delapan) dusun, yaitu : Dusun Kagrengan, Dusun Kedawung,
Dusun Ngijo, Dusun Ngepeh, Dusun Takeran Dusun Kendalsari, Dusun
Lesen dan Dusun Perum GPA.

3.1.2 Demografis / Kependudukan


Berdasarkan data dari setiap anggota kelompok jumlah penduduk
dari survey di dapatkan bahwa :

1. Jumlah Kepala Keluarga : 10 Kepala Keluarga


2. Jumlah Anggota Keluarga : 31 jiwa yang terbagi menjadi :
a. Jumlah Laki-laki : 16 Orang
b. Jumlah perempuan : 15 Orang
I. DATA DEMOGRAFI
Tabel 3.1 Data Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga dan Kepala Keluarga

No. Hasil Survey Jumlah


1. Jumlah Kepala Keluarga 10
2. Jumlah Anggota Keluarga 31
3. Jumlah Rumah 10
Berdasarkan tabel diatas jumlah kepala keluarga dari setiap
anggota kelompok adalah 10 Kepala Keluarga dan jumlah anggota dari
Kepala Keluarga adalah 31 dan jumlah rumah 10.

Tabel 3.2 Data Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin


Warga dari Setiap Anggota Kelompok

Anggota Keluarga Frekuensi Presentase


Laki-laki 16 52
Perempuan 15 48
Jumlah 31 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diinterpretasikan
bahwa anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin sebagian besar laki-
laki yaitu 16 orang atau (52%) dan hampir setengahnya adalah jenis
kelamin perempuan yaitu 15 orang atau (48%).

Tabel 3.3 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Agama Setiap Anggota Keluarga

Agama Total Presentase


Islam 31 100%
Kristen 0 0
Hindu 0 0
Budha 0 0
Jumlah 31 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa di tiap anggota keluarga berdasarkan agama sebagian besar yaitu
31 orang atau (100%) mayoritas adalah agam Islam.

Tabel 3.4 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Presentase


Tidak Sekolah 6 19
SD 2 7
SMP 3 10
SMA 6 19
PT 14 45

Jumlah 31 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa tingkat pendidikan tiap anggota keluarga hampir setengahnya yaitu
14 orang atau (45%) adalah pendidikan SMA dan sebagian kecil yaitu 2
orang atau (7%) adalah pendidikan SD.

Tabel 3.5 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pekerjaan

Pekerjaan Frekuensi Presentase


PNS/ABRI 7 23
Swasta 7 23
Wiraswasta 1 3
Petani 0 0
Buruh 2 6
Tidak bekerja 14 45
Jumlah 31 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


anggota keluarga berdasarkan pekerjaan sebagian besar yaitu 14 orang
atau (45%) adalah tidak bekerja dan tidak satupun yaitu 1 orang atau (3%)
adalah petani.

Tabel 3.6 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Penghasilan

Penghasilan Frekuensi Presentase

<1.000.000 0 0
1.0000.000-2.000.000 0 0
2.000.000-3.000.000 2 20
3.000.000-4.000.000 1 10
4.000.000-5.000.000 1 10
>5.000.000 6 60

Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan bahwa


anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 10 KK atau (60%) adalah
berpenghasilan >5.000.000 dan sebagian kecil yaitu 2 KK atau (20%)
adalah berpenghasilan 3.000.000-4.000.000 dan 4.000.000-5.000.000

Tabel 3.7 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Penyakit 6 Bulan Terakhir

Penyakit Frekuensi Presentase


Hipertensi 4 13
Diabetes 1 3
Asam urat 3 10
Maag 1 3
Jantung 1 3
Batuk pilek 1 3
Tidak Berpenyakit 20 65
Jumlah 31 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa sebagian besar yaitu 20 orang atau (65%) tidak berpenyakit dan
sebagian kecil yaitu 1 orang atau (3%) mengalami penyakit jantung,
maag, batuk pilek dan diabetes meilitus.

Tabel 3.8 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tujuan Berobat

Bila Sakit Berobat ke Frekuensi Presentase


Petugas kesehatan 31 100%
Non petugas 0 0
kesehatan
Jumlah 31 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 31 orang atau (100%) bila sakit
berobat ke petugas kesehatan dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) bila
sakit tidak berobat ke non petugas kesehatan.

Tabel 3.9 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Kebiasaan Sebelum Berobat

Kebiasaan Frekuensi Presentase


Beli obat bebas 31 100%
Jamu 0 0
Lain-lain 0 0
Jumlah 31 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 31 orang atau (100%) ketika
sakit membeli obat bebas di toko sebelum diperiksakan.

II. Kesehatan Ibu dan Anak

Tabel 3.10 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Adanya Pasangan Usia Subur dalam Keluarga (20-44 tahun)

Jumlah PUS Frekuensi Presentase


Ya 5 50
Tidak 5 50
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 5 orang atau (50%) adalah
pasangan usia subur PUS dan sebagian besar yaitu 5 orang atau (50%)
adalah pasangan tidak usia subur.

Tabel 3.11 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Keluarga Menjadi Akseptor KB

Jumlah PUS Frekuensi Presentase


Ya 2 40
Tidak 3 60
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 3 orang atau (60%) adalah
tidak menjadi akseptor KB dan hampir setengahnya yaitu 2 orang atau
(40%) adalah menjadi akseptor KB.

Tabel 3.12 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Jenis Kontrasepsi Yang Dipakai

Jenis Kontrasepsi Frekuensi Presentase


MOW 0 0
MOD 0 0
IUD 0 0
Kondom 0 0
Pil 0 0
Suntik 1 50
Implan 1 50
Tidak KB 0 0
Jumlah 2 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga setengahnya yaitu 2 orang atau (100%) adalah
menggunakan KB suntik dan implant.
Tabel 3.13 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan
Alasan Tidak Menjadi Akseptor KB

Alasan tidak ber-KB Frekuensi Presentase


Tidak ada 0 0
Ingin Punya Anak 1 33
Takut 0 0
Prinsip Hidup 2 77
Medis 0 0
Lain-lain 0 0
Jumlah 3 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 2 orang atau (77%) adalah
prinsip hidup alasan untuk tidak ber KB dan sebagian kecil yaitu 1 orang
(33%) adalah ingin punya anak.

Tabel 3.14 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang KB

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase


KB
Baik 2 40
Cukup 3 60
Kurang 0 0
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 3 orang atau (60%) adalah
memiliki pengetahuan KB cukup dan hampir setengahnya yaitu 2 orang
(40%) memiliki pengetahuan KB baik.

Tabel 3.15 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Penolong Dalam Persalinan

Penolong Frekuensi Presentase


Dokter 0 0
Bidan 9 90
Dukun 1 10
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 9 orang atau (90%)
adalah saat persalinan ditolong bidan dan sebagian kecil yaitu 1 orang
atau (10%) saat persalinan ditolong dukun.

Tabel 3.16 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tempat Dalam Persalinan

Tempat persalinan Frekuensi Presentase


Rumah Sakit 0 0
Rumah 7 70
bersalin/Polindes
Puskesmas 2 20
Rumah 1 10
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 7 orang atau (70%) adalah
ketika bersalin pergi ke rumah bersalin atau polindes dan sebagian kecil
yaitu 1 orang atau (10%) adalah ketika bersalin di rumah.

Tabel 3.17 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Riwayat Ibu Dalam Persalinan

Riwayat persalinan Frekuensi Presentase


yang lalu
Lancar 10 100
Sulit 0 0
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 10 orang (100%) adalah tidak
mengalami kesulitan saat bersalin dan yaitu 0 orang (0%) adalah tidak
megalami kesulitan dalam persalinan.
Tabel 3.18 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan
Jumlah Anak Balita

Balita Frekuensi Presentase


Ada 5 50
Tidak ada 5 50
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga setengahnya yaitu 5 orang atau (50%) adalah
memiliki anak balita dan setengahnya yaitu 5 orang (50%) adalah tidak
memiliki anak balita.

Tabel 3.19 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Ibu Meneteki Anak Usia Kurang Dari 2 Tahun

Meneteki Frekuensi Presentase


Iya 2 40
Tidak 3 60
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 3 orang atau (60%) adalah
tidak meneteki anak bayi dan hampir setengahnya yaitu 2 orang atau
(40%) adalah meneteki anak bayi.

Tabel 3.20 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Alasan Tidak Meneteki

Alasan tidak Jumlah


meneteki
Gangguan kesehatan 0
Puting tidak nampak 0
Ibu bekerja 0
Lain-lain 3
Jumlah 3
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga tidak meneteki karena anak sudah memasuki
usia batita keatas.

Tabel 3.21 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Status Imunisasi Bayi

Status Imunisasi Frekuensi Presentase


Bayi
BCG 5 20
PENTABIO 5 20
Polio 5 20
Campak 5 20
Hepatitis 5 20
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga yang memiliki anak balita rata-rata sudah
melakukan imunisasi secara lengkap.

Tabel 3.22 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Kepemilikan Kartu Menuju Sehat (MKS) Pada Bayi

Kepemilikan KMS Frekuensi Presentase


Memiliki 5 100
Tidak Memiliki 0 0
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 5 orang atau (100%) adalah
memiliki KMS.

Tabel 3.23 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Persepsi Keluarga Tentang KMS

Persepsi KMS Frekuensi Presentase


Benar 5 100
Salah 0 0
Jumlah 5 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 5 orang atau (100%) adalah
memilki pengetahuan Baik tentang KMS.

Tabel 3.24 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pemberian ASI Eksklusif

Asi Eksklusif Frekuensi Presentase


Iya 5 100
Tidak 0 0
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 5 orang atau (100%) adalah
memberi ASI eksklusif.

Tabel 3.25 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


ASI Yang Diberikan Sesuai Umur

Asi yang diberikan Frekuensi Presentase


sampai umur
(<2 tahun) 5 100
(>2 tahun) 0 0
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 5 orang atau (100%)
adalah memberi ASI sesuai umur.

Tabel 3.26 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pemberian MP-ASI Pada Balita

MP-ASI Frekuensi Presentase


Nasi Pisang 1 20
Sari Buah 0 0
Bubur Susu 0 0
Nasi Tim Saring 1 20
Nasi Tim 0 0
Nasi 3 60
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir sebagian besar yaitu 3 orang atau (60%)
adalah memberi MP-ASI pada balita nasi dan sabagian kecil yaitu 1
orang atau (20%) adalah memberi MP-ASI nasi pisang dan nasi tim
saring.

Tabel 3.27 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Status Gizi Pada Balita

Status Gizi Frekuensi Presentase


Baik 3 60
Cukup 2 40
Kurang 0 0
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir sebagian besar yaitu 3 orang atau (60%)
adalah memiliki status gizi yang baik dan hampir setengahnya yaitu 2
orang atau (40%) adalah tidak memiliki status gizi yang cukup.

Tabel 3.28 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pengetahuan tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Pengetahuan Frekuensi Presentase


Baik 5 100
Cukup 0 0
Kurang 0 0
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 5 orang atau (100%) adalah
memiliki pengetahuan perkembangan dan pertumbuhan yang baik.

Tabel 3.29 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Balita
Pengetahuan Frekuensi Presentase
Normal 5 100
Tidak Normal 0 0
Jumlah 5 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 5 orang atau (100%) adalah
pola pertumbuhan dan perkembangan normal.

Tabel 3.30 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Status Rumah

Status Frekuensi Presentase


Milik Sendiri 10 100
Kontrak 0 0
Kos 0 0
Menumpang 0 0
Jumlah 10 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 10 orang atau (100%)
adalah memiliki rumah sendiri.

Tabel 3.31 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Luas Bangunan Rumah

Luas Bangunan Frekuensi Presentase


<21m² 0 0
21-36m² 9 90
>36m² 1 10
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 9 orang atau (90%)
adalah memiliki luas bangunan 21-36m² dan sabagian kecil yaitu 1 orang
(10%) adalah memiliki luas bangunan >36m².

Tabel 3.32 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Jenis Lantai

Lantai Frekuensi Presentase


Tegel 10 100
Semen 0 0
Tanah 0 0
Papan 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 10 orang atau (100%) adalah
memiliki jenis lantai tegel.

Tabel 3.33 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Jenis Dinding di Setiap Rumah

Dinding Frekuensi Presentase


Tembok 10 100
Papan 0 0
Bambu 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 10 orang (100%) adalah
memiliki jenis dinding tembok dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
memiliki jenis dinding papan dan bambu.

Tabel 3.34 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Jenis Ventilasi di Setiap Rumah

Jenis Ventilasi Frekuensi Presentase


Jendela Terbuka 8 80
Jendela Tertutup 2 20
Angin-angin 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 8 orang atau (80%)
adalah memiliki jenis ventilasi jendela terbuka dan sabagian kecil yaitu 2
orang atau (20%) adalah memiliki jenis ventilasi jendela tertutup.
Tabel 3.35 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan
jenis Penerangan di Setiap Rumah

Jenis Penerangan Frekuensi Presentase


Listrik 10 100
Non Listrik 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 10 orang atau (100%) adalah
memiliki jenis penerangan listrik dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
adalah memiliki penerangan non listrik.

Tabel 3.36 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Keberadaan Perkarangan Setiap Rumah

Keberadaan Frekuensi Presentase


Pekarangan
Ada 6 60
Tidak 4 40
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 6 orang atau (60%) adalah
memiliki pekarangan rumah dan hampir setengahnya yaitu 4 orang atau
(40%) adalah tidak memiliki pekarangan rumah.

Tabel 3.37 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Keadaan Perkarangan di Setiap Rumah

Keadaan Pekarangan Frekuensi Presentase


Bersih 9 90
Kotor 1 10
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 9 orang atau (90%)
adalah memiliki pekarangan rumah bersih dan sebagian kecil yaitu 1
orang atau (10%) adalah memiliki pekarangan rumah kotor.
Tabel 3.38 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan
Pemanfaatan Perkarangan di Setiap Rumah

Pemanfaatan Frekuensi Presentase


Pekarangan
T.produktif 5 50
T.non Produktif 1 10
Lain-lain 0 0
Jumlah 6 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga setengahnya yaitu 5 orang (50%) adalah
memiliki tanaman produktif dan sebagian kecil yaitu 1 orang (10%) adalah
memiliki tanaman non produktif.

Tabel 3.39 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Asal Air Bersih di Setiap Rumah

Asal Air Bersih Frekuensi Presentase


Perpipaan 10 100
Sumur Gali/Bor 0 0
Sumber 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 10 orang atau (100%)
adalah memiliki asal air bersih dari perpipaan dan tidak satupun yaitu 0
orang atau (0%) yang memiliki sumber air dari sumur ataupun dari bor.

Tabel 3.40 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Status Air Bersih

Status Air Bersih Frekuensi Presentase


Milik Sendiri 10 100
Umum 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 10 orang (100%) adalah
memiliki status air milik sendiri dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) yang
tidak menggunakan sumber air milik umum.
Tabel 3.41 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan
Tempat Penampungan

Tempat Frekuensi Presentase


Penampungan
Bak 0 0
Gentong 6 60
Ember 0 0
Lain-lain 4 40
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 6 orang atau (60%) adalah
memiliki memiliki tempat penampungan bak dan hampir setengahnya
yaitu 4 orang atau (40%) adalah memiliki penampungan lain-lain.

Tabel 3.42 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Keluargaan Jamban dan Septic tank

Jamban Dan Septic Frekuensi Presentase


tank
Ada 10 `100
Tidak ada 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 10 orang atau (100%) adalah
memiliki jamban dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) adalah tidak
memiliki jamban.

Tabel 3.43 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Kepala Keluargaan jarak Septic tank

Jarak Septic tank Frekuensi Presentase


<10m 10 100
>10m 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 10 orang (100%) adalah
memiliki jarak septic tank <10m dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
adalah memiliki jarak septic tank >10m.

Tabel 3.44 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Jenis Jamban di Setiap Hari

Jenis Jamban Frekuensi Presentase


Leher Angsa 10 100
Cemplung Terbuka 0 0
Cemplung Tertutup 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 10 orang (100%) adalah
memiliki jamban leher angsa dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) adalah
memiliki jamban cemplung terbuka dan tertutup.

Tabel 3.45 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Status Jamban

Status Jamban Frekuensi Presentase


Milik Sendiri 10 100
Menumpang 0 0
Umum 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 10 orang (100%) adalah
memiliki status jamban milik sendiri dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
adalah memiliki status jamban menumpang dan umum.

Tabel 3.46 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Sistem Pembuangan Air Limbah

SPAL Frekuensi Presentase


Terbuka 10 100
Tertutup 0 0
Jumlah 10 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 10 kepala
keluarga seluruhnya system pembuangan air limbah terbuka sebanyak 10
kepala keluarga atau (100%).

Tabel 3.47 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tempat Pembuangan Air Limbah

Tempat Pembuangan Air Frekuensi Presentase


Limbah
Parit/Selokan 10 100
Halaman 0 0
Pembuangan 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 10 kepala
keluarga sebagian besar tempat pembuanghan air limbah di selokan yaitu
10 kepala keluarga atau (66%) dan tidak satupun keluarga tempat
pembuangan air limbah di pembuangan atau halaman yaitu 0 keluarga
atau (0)%.

Tabel 3.48 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tempat Sampah

No. Tempat Sampah Frekuensi Presentase


1. Bak Sampah 10 100
2. Lubang Sampah 0 0
3. Di sembarang tempat 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 10 kepala
keluarga seluruhnya membuang sampah pada bak sampah yaitu 10
kepala keluarga atau (100%) dan tidak satupun membuang sampah di
lubang sampah yaitu 0 kepala keluarga atau (0%).

III REMAJA

Tabel 3.49 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Punya


anak Remaja
Ada Anak Remaja Frekuensi Presentase
Ya 4 40
Tidak 6 60
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 10 kepala
keluarga setengahnya mempunyai sebagian besar tidak mempunyai anak
remaja yaitu 5 kepala keluarga atau (60%) dan anak remaja yaitu 4 kepala
keluarga atau (40%).

Tabel 3.50 Data Distribusi Frekuensi Pensusuk Berdasarkan Usia


Remaja Saat ini

Usia Saat Ini Frekuensi Presentase


10-14 tahun 4 100
15-17 tahun 0 0
18-19 tahun 0 0
Jumlah 4 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 4 kepala
keluarga dengan jumlah remaja 4 jiwa yaitu seluruhnya berusia 10-14
tahun.

Tabel 3.51 Data Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Anak


Warga

Pendidikan Frekuensi Presentase


SD 3 75
SMP 1 25
SMA/SMK 0 0
PT 0 0
Jumlah 4 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 4 anak yang
masih bersekolah hampir seluruhnya bersekolah di jenjang SD dan
sebagian kecil sekolah pada jenjang SMP.

Tabel 3.52 Data Distribusi Penduduk Berdasarkan Kegiatan Anak


Diluar Sekolah Warga

Kegiatan Diluar Frekuensi Presentase


Keagamaan 3 75
Karang Taruna 0 0
Olah Raga 1 25
Lain-lain 0 0
Jumlah 4 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data dari 4 anak berkegiatan
diluar sekolah sebagian besar melakukan kegiatan keagamaan (mengaji)
yaitu 3 anak atau (75%) dan hampir sebagian kecil melakukan kegiatan
karang taruna yaoitu 1 anak (25%).

Tabel 3.53 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Ada


Anak Yang Menderita Penyakit Warga

Menderita Penyakit Frekuensi Presentase


Ya 0 0
Tidak 4 100
Jumlah 4 100
berdasarkan tabel diatas didapatkan data dari 4 anak seluruhnya
tidak menderita penyakit yaitu 4 anak atau (100%).

Tabel 3.54 Data Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Penduduk


Berdasarkan Penggunaan Waktu Luang Warga

Kegiatan Anak Frekuensi Presentase


Musik/TV 3 30
Olah Raga 0 0
Karang Taruna 0 0
Keagamaan 7 70
Jumlah 10 100
Berdasarkan data diatas didapatkan data dari 10 KK sebagian
besar penggunaan waktu luangnya adalah keagamaan (mengaji/acara
tahlil) yaitu 7 orang atau (70%), hampir setengahnya melakukan
penggunaan waktunya mendengarkan musik ataupun meonton tv yaitu 3
orang atau (30%).

Tabel 3.55 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Kebiasaan Remaja Warga

Kebiasaan Frekuensi Presentase


Merokok 0 0
Alkohol 0 0
Narkoba 0 0
Lain-lain 4 100
Jumlah 4 100
Berdasarkan tabel diatas didapatlan data dari data 4 remaja
seluruhnya tidak melakukan kebiasaan seperti merokok, alkhohol, dan
narkoba yaitu 4 anak atau (100%).

IV. GIZI PADA KELUARGA


Table 3.56 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan
Makanan Pokok Warga
Makanan Pokok Frekuensi Presentasi
Beras 10 100
Jagung 0 0
Roti 0 0
Umbi-umbi 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi penduduk berdasarkan makanan pokok warga yaitu seluruh
angota keluarga mengkonsumsi makanan pokok berupa beras yaitu 10
jiwa atau (100%).

Tabel 3.57 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Lauk Pauk yang


Sering Dikonsumsi Sehari-hari Warga
Lauk Pauk Frekuensi Presentase
Daging 2 20
Ikan 2 20
Telur 2 20
Tahu/Tempe 4 40
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi penduduk berdasarkan lauk paik yang sering dikonsumsi oleh
anggota keluarga adalah hampir setengahnya mengkonsumsi lauk pauk
tempe/tahu yaitu 4 jiwa atau (40%) dan sebagian kecil mengkonsumsi
ikan dan telur yaitu 5 jiwa atau (20%).

Tabel 3.58 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Sayuran yang Sering


Dikonsumsi Sehari-hari Warga
Sayuran Frekuensi Presentase
Sayuran Hijau 8 80
Kacang-kacangan 2 20
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi sayuran yang sering di konsumsi adalah hampir seluruhnya
mengkonsumsi sayuran hijau yaitu 45 jiwa (84%) dan yang
mengkonsumsi kacang-kacangan yaitu 9 jiwa (16%).

Tabel 3.59 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pengolahan


Sayuran Warga
Pengolahan Sayur Frekuensi Presentase
Dipotong baru dicuci 0 0
Dicuci baru dipotong 10 100
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi pengelolahan sayuran penduduk adalah seluruhnya dengan
cara dicuci baru dipotong dengan 10 jiwa (100%).

Tabel 3.60 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Buah-buahan yang


Sering Dikonsumsi Sehari-hari Warga
Buah Frekuensi Presentase
Pepaya 2 20
Jeruk 1 10
Pisang 5 50
Apel 2 20
Lain-lain 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah setengahnya
adalah pisang yaitu 5 KK atau (50%) dan sebagian kecil yaitu 1 KK atau
(10%) mengkonsumsi jeruk.

Tabel 3.61 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Kebiasaan


Minum Susu Warga
Kebiasaan Minum Frekuensi Prosentase
Susu
Biasa 6 60
Tidak Biasa 4 40
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi anggota keluarga yang tidak memiliki kebiasaan minum susu
ada 33 jiwa (61%) dan yang memiliki kebiasaan minum susu ada 21 jiwa
(39%)

Tabel 3.62 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Penggunaan


Garam Warga
Penggunaan Garam Frekuensi Presentase
Beryodium 10 100
Tidak Beryodium 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi anggota keluarga yang menggunakan garam beryodium
seluruhnya dengan 10 KK atau (100%)

Tabel 3.63 Data Distribusi Frekuensi anggota keluarga Kebiasaan


Minum Warga
Kebiasaan Minum Frekuensi Presentase
Dimasak 10 100
Tidak Dimasak 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi anggota keluarga yang memiliki kebiasaan air minum yang
dimasak yaitu seluruhnya 10 KK atau (100%).

Tabel 3.64 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Pengetahuan Tentang


Garam Beryodium Warga
Pengetahuan Frekuensi Presentase
Baik 3 30%
Cukup 6 60%
Kurang 1 10%
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi kepala keluarga yang pengetahuannya baik tentang garam yang
beryodium yaitu sebagian besar 6 kepala keluarga atau (60%) dan
sebagian kecil yang pengetahuannya kurang sebagian kecil 1 kepala
keluarga atau (10%).

V. PSIKOSOSIAL LANSIA
Tabel 3.65 Data Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Hubungan
dengan orang lain Warga
Hubungan Frekuensi Presentase
Mampu Berinteraksi 6 60
Mampu Kerja Sama 4 40
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi lansia yang mampu berinteraksi sebagian besar ada 6 kepala
keluarga atau (60%) dan hampir setengahnya yaitu 4 kepala keluarga
atau (40%).

Tabel 3.66 Data Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Stabilitas


Emosi Warga
Stabilitas Emosi Frekuensi Presentase
Stabil 10 100
Standrat 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi lansia seluruhnya mampu mengatasi emosinya dengan stabil
yaitu 10 kepala keluarga atau (100%).

Tabel 3.67 Data Distribusi Frekuensi ada atau tidak Lansia Warga
Ada/Tidak Lansia Frekuensi Presentase
Ada 3 30
Tidak Ada 7 70
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi tiap kepala keluarga sebagian besar tidak ada lansia yaitu 7 KK
atau (70%) dan hampior setengahnya 3 KK atau (30%) memiliki lansia

Tabel 3.68 Data Distribusi Frekuensi Usia Lansia Warga


Usia Frekuensi Presentase
Middleage 5 50
Eldearly 2 20
Very Old 3 30
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi setengahnya usia lansia middle age tiap keluarga yaitu 5 KK
atau (50%),dan sebagian kecil 2 KK atau (20%) terdapat lansian dengan
usia eldearly.
Tabel 3.69 Data Distribusi Frekuensi Lansia Memiliki Keluhan
Penyakit pada Lansia Warga
Keluhan Penyakit Frekuensi Presentase
Lansia
Iya 5 50
Tidak 5 50
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi lansia yang memiliki keluhan penyakit seluruhnya ada 12 lansia
(100%) di setiap kepala keluarga

Tabel 3.70 Data Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit pada Lansia


Warga
Jenis Penyakit Frekuensi Presentase
Asma 0 0
TBC 0 0
Hipertensi 4 40
Kencing Manis 1 10
Rheumatik/arthritis 3 30
Katarak 0 0
Osteoporosis 0 0
Penyakit kulit 0 0
Jantung 1 10
Liver 0 0
Lain-lain 1 10
Jumlah 10 100
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data ditribusi frekuensi
penyakit yang dialami oleh lansia hampir setengahnya 4 lansia atau (40%)
mengalami hipertensi dan sebagian kecil yaitu 1 lansia atau (10%)
mengalami kencing manis, jantung dan lain-lain.

Tabel 3.71 Data Distribusi Frekuensi Upaya Yang Dilakukan Pada


Lansia Warga
Upaya yang Frekuensi Presentase
dilakukan
Berobat ke sarana 10 100
kesehatan
Berobat ke non medis
0 0
Diobati sendiri
0 0
Lain-lain
0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi seluruh nya yaitu 10 lansia atau (100%) berobat ke sarana
kesehatan bila mengalami sakit.

Tabel 3.72 Data Distribusi Frekuensi Penggunaan Waktu Senggang


Lansia Warga
Penggunaan waktu Frekuensi Presentase
senggang
Berkebun/pekerjaan 5 50
rumah
Jalan-jalan
2 20
Senam
3 30
Lain-lain
0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa distribusi frekuensi
penggunaan waktu senggang lansia yang berkebun/pekerjaan rumah
setengahnya 5 lansia atau (50%), yang jalan-jalan sebagian kecil 2 lansia
atau (20%).

Tabel 3.73 Data Distribusi Frekuensi Keberadaan Posyandu Lansia


Ada Atau Tidak Lansia Warga
Keberadaan Frekuensi Presentase
posyandu
Iya 1 100
Tidak 0 0
Jumlah 1 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi keberadaan posyandu lansia seluruhnya yaitu 1 posyandu lansia
atau (100%).

Tabel 3.74 Data Distribusi Frekuensi Alasan Lansia Ikut Serta


Posyandu Lansia Warga
Ikut Posyandu Frekuensi Presentase
Ya 3 30
Tidak 7 70
Jumlah 10 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi sebagian besar 7 lansia atau (70%) tidak mengikuti posyandu
lansia dan 3 lansia atau (30%) lansia mengikuti posyandu lansia secara
rutin.

Tabel 3.75 Data Distribusi Frekuensi Alasan Lansia Tidak Ikut Serta
Posyandu Lansia Warga
Alasan lansia Frekuensi Presentase
Tidak mau 7 100
Tidak tahu 0 0
Jumlah 7 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data dstribusi frekuensi
seluruhnya 7 lansi atau (100%) tidak mau mengikuti posyandu lansia.

Tabel 3.76 Data Distribusi Frekuensi Kebutuhan Nutrisi Lansia Warga


Kebutuhan Nutrisi Frekuensi Presentase
Baik 7 70
Cukup 3 30
Kurang 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi sebagian besar 7 lansia atau (70%) kebutuhan nutrisi lansia baik
dan hampir setengahnya 3 lansia atau (30%) memiliki kebutuhan lansia
cukup.

Tabel 3.77 Data Distribusi Frekuensi Kualitas Makan Lansia Warga


Kualitas makan Frekuensi Presentase
Baik 10 100
Cukup 0 0
Kurang 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi seluruhnya 10 lansia atau (100%) kualitas makan lansia memiliki
frekuensi baik.

Tabel 3.78 Data Distribusi Frekuensi IMT Lansia Warga


Indeks masa tubuh Frekuensi Presentase
Lebih 0 0
Normal 10 100
Kurang 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi seluruhnya 10 lansia atau (100%) memiliki frekuensi IMT dalam
batas normal.

Tabel 3.79 Data Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Lansia Warga


Kebiasaan makan Frekuensi Presentase
Tinggi garam 4 40
Tinggi Lemak 3 30
Tinggi Purin 2 20
Tinggi Gula 1 10
Jumlah 10 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi kebiasaan makan lansia hampir setengahnya 4 lansia atau
(40%) memiliki kebiasaan makan tinggi garam dan sebagian kecil 1 lansia
atau (10%) memiliki kebiasaan makan tinggi gula.

Tabel 3.80 Data Distribusi Frekuensi Psikososial Lansia Warga


Psikososial Frekuensi Presentase
Baik 10 100
Tidak 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi psikososial seluruhnya 10 lansia atau (100%) memiliki
psikososial yang baik.

Tabel 3.81 Data Distribusi Frekuensi Rekreasi Dalam Keluarga Warga


Rekreasi Frekuensi Presentase
Selalu 0 0
Jarang 10 100
Tidak Pernah 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi rekreasai seluruhnya 10 lansia atau (100%) jarang Meluangkan
waktu untuk rekreasi.

Tabel 3.82 Data Distribusi Frekuensi Merokok Dalam Keluarga Warga


Merokok Frekuensi Presentase
Iya 5 50
Tidak 5 50
Kadang-kadang 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi yang merokok setengahnya 5 KK atau (50%) memiliki kebiasaan
merokok dan setengahnya 5 KK atau (50%) tidak memiliki kebiasaan
merokok.

Tabel 3.83 Data Distribusi Frekuensi Minuman Keras Dalam Keluarga


Warga
Minuman Keras Frekuensi Presentase
Iya 0 0
Tidak 10 100
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi seluruhnya 10 KK atau (100%) tidak memiliki kebiasaan minum-
minuman keras.

Tabel 3.84 Data Distribusi Frekuensi Cuci Tangan Sebelum dan


Sesudah BAB Dalam Keluarga Warga
Cuci Tangan Frekuensi Presentase
Iya 10 100
Tidak 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi seluruhnya 10 KK atau (100%) cuci tangan sebelum dan
sesudah BAB.

Tabel 3.85 Data Distribusi Frekuensi Kebiasaan Minum Jamu Dalam


Keluarga Warga
Kebiasaan Minum Frekuensi Presentase
Jamu
Iya 0 0
Tidak 10 100
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi seluruhnya 10 KK atau (100%) tidak mamiliki kebiasaan
meminum jamu.

Tabel 3.86 Data Distribusi Frekuensi Menggunakan Jamban Jika BAB


Dalam Keluarga Warga
Penggunaan Jamban Frekuensi Presentase
Iya 10 100
Tidak 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi seluruhnya 12 kepala keluarga atau (100%) menggunakan
jamban jika BAB.

Tabel 3.87 Data Distribusi Frekuensi Menggunakan Air Bersih Dalam


Keluarga Warga
Penggunaan Air Frekuensi Prosentasi (%)
Bersih
Selalu 12 100%
Kadang-kadang 0 0%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi yang selalu menggunakan air bersih seluruhnya 12 di setiap
kepala keluarga (100%).
No Kelompok data Penyebab Masalah
.
1. Ds : sebagian besar keluarga dengan Kurangnya koping
anggota keluarga yang mengalami pengetahuan komunitas tidak
hipertensi mengatakan jika mereka keluarga efektif
kurang mengetahui bagaimana upaya tentang
dalam mengatasi hipertensi yang penyakit
dialami dan kurang mengetahui degeneratif
bagaimana cara mencegah terjadinya (hipertensi)
hipertensi pada anggota keluarga
lainnya, yang memiliki risiko terkena
hipertensi yang diperoleh berdasarkan
faktor keturunan.

Do : berdasarkan hasil pengumpulan


data di Rt.003 10 kepala keluarga
dengan 31 jiwa yang terbagi menjadi
laki-laki 16 orang dan perempuan 15
orang.
Berdasarkan hasil pengumpulan data,
didapatkan warga yang menderita
hipertensi sebanyak 4 warga denga
presentase 13%
Berdasarkan hasil pengumpulan data,
didapatkan rata-rata tekanan darah
warga dengan hipertensi Rt.003
Systole 160-200 mmHg dan Dystole
100-120
2. Ds : Berdasarkan wawancara terhadap Keterbatasan Defisit
kader kesehatan masyarakat, sumber daya kesehatan
didapatkan data bahwa banyak warga (pelayanan komunitas
yang mengeluh menderita tekanan kesehatan)
darah tinggi dan pada usia lansia,
hipertensi menjadi penyakit yang paling
sering dijumpai. Juga ada kebiasaan
lansia mengkonsumsi makanan tinggi
garam

Do : Berdasarkan hasil pengumpulan


data, didapatkan warga yang menderita
hipertensi sebanyak 4 warga dengan
presentase 13%
Berdasarkan hasil pengumpulan data,
didapatkan rata-rata tekanan darah
warga dengan hipertensi Rt.003
Systole 160-200 mmHg dan Dystole
100-120.
Tidak adanya tenaga kesehatan
dilingkungan komunitas
3.3 Analisa data
3.4 Perencanaan Tindakan
N DX Tujuan Kriteria Hasil Intervensi Tangg Tempat Metode Media Penanggung
O Keperawatan al Jawab
1. Koping Setelah 1. Keberdayaan 1. Identifikasi 26 Rumah Door to Leaflet Seluruh
komunitas tidak dilakukan komunitas kesiapan februa warga door / anggota
efektif tindakan 1x24 2. Perencanaan menerima ri 2021 penyulu Kelompok
jam diharapkan komunitas informasi han dan Ketua RT
warga di 3. Partisipasi 2. Identifikasi
beberapa masyarakat faktor faktor
wilayah dapat yang dapat
memahami meningkatkan
tentang dan
pentingnya menurunkan
peran keluarga motovasi
dalam perilaku hidup
menyelesaikan bersih dan
masalah dan sehat
pengetahuan 3. Sediakan
mengenai materi dan
masalam yang media
dialami. pendidikan
kesehatan
4. Berikan
kesempatan
untuk bertanya
5. ajarkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
6. ajarkan strategi
yang dapat
digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan
sehat
2. Defisit Tujuan Umum : Masyarakat akan 1. Identifik 26 Rumah Door to Leaflet Seluruh
Kesehatan Setelah meningkatkan asi masalah febuari warga door / anggota
Komunitas dilakukan status Kesehatan atau isu 2021 penyulu kelompok
berhubungan tindakan komunitas kesehatan dan han dan ketua RT
dengan keperawatan 1. Partisipasi prioritasnya
kurangnya (pengembanga dalam program 2. Identifik
sumber daya n kesehatan kesehatan asi perilaku
ditandai masyarakat) komunitas upaya
dengan selama 1 tahun 2. Penurunan kesehatan
terjadinya diharapkan prevelensi yang dapat
masalah status hipertensi ditingkatkan
kesehatan yang kesehatan 3. Berikan
dialami komunitas kesempatan
komunitas meningkat kepada setiap
ditandai pada anggota
usia lansia masyarakat
hipertensi untuk
mengalami berpartisipasi
penurunan sesuai aset
prevelensi yang dimiliki
Tujuan 4. Berikan
Khusus : lingkungan
Setelah yang
dilakukan mendukung
tindakan kesehatan
keperawatan 5. Orienta
(pengembanga si pelayanan
n kesehatan keshatan yang
masyarakat) dapat
selama 1 tahun dimanfaatkan
diharapkan : 6. Anjurka
1. Terja n makan sayur
di dan buah
peningkatan setiap hari
kemampuan 7. Anjurka
masyarakat n melakukan
dalam aktivitas fisik
pengelolaan setiap hari
faktor risiko 8. Anjurka
hipertensi n mengurangi
2. Kelo makanan asin/
mpok banyak
pendukung mengandung
terlibat garam
dalam
kegiatan
pelayanan
kesehatan
3. Kelo
mpok
pendukung
terlibat
dalam
kegiatan
kunjungan
rumah
3.5 Implementasi dan evaluasi

NO DX Waktu IMPLEMENTASI Respon sasaran (evaluasi Rencana tindak Pelaksana


keperawat dan proses saat dilakukan lanjut
an tempat tindakan)
1. Penuruan Tgl 26 1. Mengidentifikasi 1. Warga kooperatif 1. Penyuluhan Seluruh
koping februari kesiapan 2. Warga door to door anggota
komunitas 2021 di menerima memperhatikan 2. Penyuluhan kelompok
tidak rumah informasi secara seksama pada kepala
efektif warga 2. Mengidentifikasi 3. Warga memberikan keluarga
faktor faktor yang umpan balik berupa
dapat pertanyaan
meningkatkan
dan menurunkan
motovasi perilaku
hidup bersih dan
sehat
3. Menyediakan
materi dan media
pendidikan
kesehatan
4. Memberikan
kesempatan
untuk bertanya
5. Mengajarkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
6. Mengajarkan
strategi yang
dapat digunakan
untuk
meningkatkan
perilaku hidup
bersih dan sehat
2. Defisit 26 1. Mengidentifikasi 1. Warga kooperatif 1. Penyuluhan Seluruh
kesehatan februari masalah atau isu 2. Warga door to door anggota
komunitas 2021 di kesehatan dan memperhatikan 2. Penyuluhan kelompok
rumah prioritasnya secara seksama pada kepala
warga 2. Mengidentifikasi 3. Warga memberikan keluarga
perilaku upaya umpan balik berupa
kesehatan yang pertanyaan
dapat
ditingkatkan
3. Memberikan
kesempatan
kepada setiap
anggota
masyarakat
untuk
berpartisipasi
sesuai aset yang
dimiliki
4. Memberikan
lingkungan yang
mendukung
kesehatan
5. Mengorientasi
pelayanan
keshatan yang
dapat
dimanfaatkan
6. Menganjurkan
makan sayur dan
buah setiap hari
7. Menganjurkan
melakukan
aktivitas fisik
setiap hari
8. Menganjurkan
mengurangi
makanan asin/
banyak
DAFTAR PUSTAKA

Doengoes, Marilynn E. 2000. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk


Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Imam, S Dkk.2005. Asuhan Keperawatan Keluarga. Buntara Media: Malang
Mc Closkey, C.J., et all. 1996. Nursing Interventions Classification (NIC) Second
Edition. New Jersey: Upper Saddle River
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006.
Jakarta: Prima Medika
Smet, Bart.1994. Psikologi Kesehatan. Pt Grasindo: Jakarta

Anda mungkin juga menyukai