Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN PRAKTEK KOMUNITAS TERPADU

(PENDEKATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA)


DI DUSUN GABUNGAN KOTA DAN KABUPATEN MALANG

OLEH :
KELOMPOK 18

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHTAN RS dr. SOEPRAOEN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN 2021
LAPORAN PRAKTEK KOMUNITAS TERPADU
(PENDEKATAN PEMBANGUNAN KESEHATAN MASYARAKAT DESA)
DI DUSUN GABUNGAN KOTA DAN KABUPATEN MALANG

Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Praktek Komunitas


Terpadu

OLEH :

VERINTA SARI.Y.D (181217) YUSRIL IZHAK.M (181223)


YASHINTA MARGARETA.A (181218) ZENDIO PUTRA.A (181224)
YAYUK RINIKA.M (181219) ZIHAN PUTRI.D.H (181225)
YOLANDA FITRIA.M (181220) ZOHARA.M (181226)
YULANDA WAHYU.A (181221) GHIVARI IRZYA.A (181227)
YUNITA TRI.A (181222) WINDY YUNIA.P (181228)

INSTITUT TEKNOLOGI SAINS DAN KESEHTAN RS dr. SOEPRAOEN


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
TAHUN 2021
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Konsep pendekatan dalam upaya penanganan kesehatan penduduk
mengalami banyak perubahan sejalan dengan pemahaman dan
pengetahuan kita bagaimana suatu masyarakat menghayati dan
menghargai bahwa kesehatan itu merupakan “Human Capital” yang
sangat besar nilainya. Konsep sehat-sakit senantiasa berubah sejalan
dengan pemahaman kita tentang nilai, peran, penghargaan dan
pemahaman kita terhadapkesehatan. Dimulai pada zaman keemas an
Yunani bahwa sehat merupakan keadaan standard yang harus dicapai
dan dibanggakan. Sedangkan sakit sebagai sesuatu yang tak bermanfaat.
Setelah ditemukan kuman penyebab penyakit, Batasan sehat
jugaberubah, seseorang disebut sehat apabila setelah diadakan
pemeriksaan secara seksama tidak ditemukan penyebab penyakit.
Hipertensi telah menjadi masalah utama dalam kesehatan masyarakat
sehingga WHO tahun 2000 menunjukkan sekitar972 juta orang atau 26,4
penduduk dunia menderita hipertensi. Sedangkan menurut Riset
Kesehatan Dasar tahun 2010, prevalensi hipertensi diindonesia tahun
2004 sekitar 14% dengan kisaran 13,4 – 14%, sedangkan pada tahun
2008 meningkat menjadi 16 – 18%. Secara nasional provinsi jawa tengah
menempati peringkat ketiga setelah jawa timur dang bangka Belitung.
Data riskesdas 2010 juga menyebutkan hipertensi sebagai penyebab
kematian nomor tiga setelah stroke dan tuberculosis, jumlah nya
mencapai 6,8% dari proporsi penyebab kematian pada semua umur
diindonesia (Depkes, 2010).
Hipertensi bisa dikategorikan menjadi 2 jenis, primer dan seunder,
dengan penyebab yang berbeda yaitu hipertensi primer sekitas 90% dari
kasus hipertensi adalah hipertensi primer, tidak ada penyebab yang
diidentifikasi dan sebagian besar terkait dengan factor keturunan,
kepribadian, stress mental, dan obesitas. Sedangkan hipertensi sekunder
disebabkan oleh penyakit lain atau perubahan pada kondisi kesehatan,
misalnya penyakit ginjal dan gangguan endokrin ( gangguan kelenjar
endokrin yang mengeluarkan hormone). Tekanan darah pasien akan
kembali normal jika tidak terkendali bisa menyebabkan komplikasi seperti,
anteriosclerosis, aneurisma, gagal janung, stroke, gagal ginjal, dan
retinopati (Hospital, 2016).
Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis tertarik untuk
mengadakan kegiatan Pembangunan Kesehatan masyarakat Desa
(PKMD) di Gabungan desa di Kabupaten dan Kota Malang.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat secara optimal
melalui asuhan keperawatan komunitas secara komprehensif dengan
melibatkan peran serta masyarakat secara aktif dalam melaksanakan
perilaku kesehatan.
1.2.2 Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam asuhan keperawatan komunitas ini adalaha :
a. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kesehatan ibu
dan anak secara koprehensif
b. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kesehatan
Lansia secara koprehensif
c. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kesehatan
Remaja secara koprehensif
d. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Kesehatan
Kesehatan Lingkungan secara koprehensif
e. Melaksanakan Asuhan Keperawatan Komunitas pada Pemberantasan
Penyakit Menular secara koprehensif
1.3 Manfaat
a. Bagi Puskesmas
Dapat memberikan informasi dan data terbaru tentang kesehatan
masyarakat dusun gabungan serta menjadi salah satu dasar untuk
menentukan kebijakan selanjutnya yang berkaitan dengan kesehatan
masyarakat.
b. Bagi Dusun
Memberikan informasi tentang permasalahan didusun gabungan
khususnya berkaitan dengan kesehatan.
c. Bagi Institusi Pendidikan
Memberikan masukan yang bermanfaat dan menambah referensi
bagi institusi Pendidikan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Kesehatan Komunitas


2.1.1 Konsep Keperawatan Komunitas
Komunitas (community) adalah sekelompok masyarakat yang
mempunyai persamaan nilai (values), perhatian (interest) yang merupakan
kelompok khusus dengan batas-batas geografi yang jelas, dengan norma
dan nilai yang telah melembaga (Sumijatun et. al, 2006).
Misalnya di dalam kesehatan di kenal kelompok ibu hamil,
kelompok ibu menyusui, kelompok anak balita, kelompok lansia, kelompok
masyarakat dalam suatu wilayah desa binaan dan lain sebagainya.
Sedangkan dalam kelompok masyarakat ada masyarakat petani,
masyarakat pedagang, masyarakat pekerja, masyarakat terasing dan
sebagainya (Mubarak, 2006).
Keperawatan komunitas sebagai suatu bidang keperawatan yang
merupakan perpaduan antara keperawatan dan kesehatan masyarakat
(public health) dengan dukungan peran serta masyarakat secara aktif
serta mengutamakan pelayanan promotif dan preventif secara
berkesinambungan tanpa mengabaikan perawatan kuratif dan rehabilitatif
secara menyeluruh dan terpadu yang ditujukan kepada individu, keluarga,
kelompok serta masyarakat sebagai kesatuan utuh melalui proses
keperawatan (nursing process) untuk meningkatkan fungsi kehidupan
manusia secara optimal, sehingga mampu mandiri dalam upaya
kesehatan (Mubarak, 2006).
Proses keperawatan komunitas merupakan metode asuhan
keperawatan yang bersifat alamiah, sistematis, dinamis, kontiniu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan klien,
keluarga, kelompok serta masyarakat melalui langkah-langkah seperti
pengkajian, perencanaan, implementasi, dan evaluasi keperawatan
(Wahyudi, 2010). Sasaran pelayanan kesehatan masyarakat adalah
individu, keluarga/ kelompok dan masyarakat dengan fokus upaya
kesehatan primer, sekunder dan tersier. Oleh karenanya pendidikan
masyarakat tentang kesehatan dan perkembangan sosial akan membantu
masyarakat dalam mendorong semangat untuk merawat diri sendiri, hidup
mandiri dan menentukan nasibnya sendiri dalam menciptakan derajat
kesehatan optimal (Elisabeth, 2007). Peran serta masyarakat diperlukan
dalam hal perorangan. Komunitas sebagai subyek dan obyek diharapkan
masyarakat mampu mengenal, mengambil keputusan dalam menjaga
kesehatannya. Sebagian akhir tujuan pelayanan kesehatan utama
diharapkan masyarakat mampu secara mandiri menjaga dan
meningkatkan status kesehatan masyarakat (Mubarak,2005).

2.1.2 Paradigma Keperawatan Komunitas


Paradigma keperawatan komunitas terdiri dari empat komponen
pokok, yaitu manusia, keperawatan, kesehatan dan lingkungan (Logan &
Dawkins, 1987). Sebagai sasaran praktik keperawatan klien dapat
dibedakan menjadi individu, keluarga dan masyarakat.
a. Individu Sebagai Klien
Individu adalah anggota keluarga yang unik sebagai kesatuan utuh
dari aspek biologi, psikologi, social dan spiritual. Peran perawat pada
individu sebagai klien, pada dasarnya memenuhi kebutuhan dasarnya
yang mencakup kebutuhan biologi, sosial, psikologi dan spiritual karena
adanya kelemahan fisik dan mental, keterbatasan pengetahuan,
kurangnya kemauan menuju kemandirian pasien/klien.
b. Keluarga Sebagai Klien
Keluarga merupakan sekelompok individu yang berhubungan erat
secara terus menerus dan terjadi interaksi satu sama lain baik secara
perorangan maupun secara bersama-sama, di dalam lingkungannya
sendiri atau masyarakat secara keseluruhan. Keluarga dalam fungsinya
mempengaruhi dan lingkup kebutuhan dasar manusia yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai, harga diri dan
aktualisasi diri. Beberapa alasan yang menyebabkan keluarga merupakan
salah satu fokus pelayanan keperawatan yaitu:
1) Keluarga adalah unit utama dalam masyarakat dan merupakan lembaga
yang menyangkut kehidupan masyarakat.
2) Keluarga sebagai suatu kelompok dapat menimbulkan, mencegah,
memperbaiki ataupun mengabaikan masalah kesehatan didalam
kelompoknya sendiri.
3) Masalah kesehatan didalam keluarga saling berkaitan. Penyakit yang
diderita salah satu anggota keluarga akan mempengaruhi seluruh anggota
keluarga tersebut.

c. Masyarakat Sebagai Klien


Masyarakat memiliki ciri-ciri adanya interaksi antar warga, diatur
oleh adat istiadat, norma, hukum dan peraturan yang khas dan memiliki
identitas yang kuat mengikat semua warga. Kesehatan dalam
keperawatan kesehatan komunitas didefenisikan sebagai kemampuan
melaksanakan peran dan fungsi dengan efektif. Kesehatan adalah proses
yang berlangsung mengarah kepada kreatifitas, konstruktif dan produktif.
Menurut Hendrik L. Blum ada empat faktor yang mempengaruhi
kesehatan, yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
keturunan. Lingkungan terdiri dari lingkungan fisik dan lingkungan sosial.
Lingkungan fisik yaitu lingkungan yang berkaitan dengan fisik seperti air,
udara, sampah, tanah, iklim, dan perumahan. Contoh di suatu daerah
mengalami wabah diare dan penyakit kulit akibat kesulitan air bersih.
Keturunan merupakan faktor yang telah ada pada diri manusia yang
dibawanya sejak lahir, misalnya penyakit asma. Keempat faktor tersebut
saling berkaitan dan saling menunjang satu dengan yang lainnya dalam
menentukan derajat kesehatan individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat. Keperawatan dalam keperawatan kesehatan komunitas
dipandang sebagai bentuk pelayanan esensial yang diberikan oleh
perawat kepada individu, keluarga, dan kelompok dan masyarakat yang
mempunyai masalah kesehatan meliputi promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitative dengan menggunakan proses keperawatan untuk mencapai
tingkat kesehatan yang optimal. Keperawatan adalah suatu bentuk
pelayanan professional sebagai bagian integral pelayanan kesehatan
dalam bentuk pelayanan biologi, psikologi, sosial dan spiritual secara
komprehensif yang ditujukan kepada individu keluarga dan masyarakat
baik sehat maupun sakit mencakup siklus hidup manusia. Lingkungan
dalam paradigm keperawatan berfokus pada lingkungan masyarakat,
dimana lingkungan dapat mempengaruhi status kesehatan manusia.
Lingkungan disini meliputi lingkungan fisik, psikologis, sosial dan budaya
dan lingkungan spiritual.

2.1.3 Ruang Lingkup Keperawatan Komunitas

a. Upaya Promotif

Untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga, kelompok, dan


masyarakat dengan jalan:

1) Penyuluhan kesehatan masyarakat

2) Peningkatan gizi

3) Pemeliharaan kesehatan perorangan

4) Pemeliharaan kesehatan lingkungan, olahraga secara teratur

5) Rekreasi

6) Pendidikan seks

b. Upaya Preventif

Untuk mencegah terjadinya penyakit dan gangguan kesehatan terhadap


individu keluaga, kelompok dan masyarakat melalui kegiatan:

1) Imunisasi masal terhadap bayi dan balita

2) Pemeriksaan kesehatan secara berkala melalui posyandu, puskesmas,


maupun kunjungan rumah
3) Pemberian vitamin A, yodium melalui posyandu, puskesmas, ataupun
di rumah

4) Pemeriksaan dan pemeliharaan kehamilan, nifas, dan menyusui

c. Upaya Kuratif

Untuk merawat dan mengobati anggota-anggota keluarga, kelompok yang


menderita penyakit ataupun masalah kesehatan melalui:

1) Perawatn orang sakit di rumah (home nursing)

2) Perawatn orang sakit sebagai tindak lanjut keperawatan dari


Puskesmas dan Rumah Sakit

3) Perawatan ibu hamil dengan kondisi patologis di rumah ibu bersalin dan
nifas

4) Perawatan tali pusat bayi baru lahir

d. Upaya Rehabilitatif

Upaya pemulihan kesehatan bagi penderita yang dirawat di rumah


maupun terhadap kelompok kelompok tertentu yang menderita penyakit
yang sama.

1) Pelatihan fisik bagi yang mengalami gangguan fisik seperti penderita


kusta, patah

tulang, kelainan bawaan

2) Pelatihan fisik tertentu bagi penderita-penderita penyakit tertentu,


seperti TBC,

pelatihan nafas dan batuk, penderita struk melalui fisioterafi

e. Upaya Resosialitatif

Upaya untuk mengembalkan individu, keluarga, dan kelompok khusus


kedalam

pergaulan masyarakat.
2.1.4 Falsafah Keperawatan Komunitas

Falsafah adalah keyakinan terhadap nilai – nilai yang menjadi


pedoman untuk mencapai suatu tujuan atau sebagai pandangan hidup.
Falsafah keperawatan memandang keperawatan sebagai pekerjaan yang
luhur dan manusiawi. Penerapan falsafah dalam keperawatan kesehatan
komunitas, yaitu:

a. Pelayanan keperawatan kesehatan komunitas merupakan bagian


integral dari upaya kesehatan yang harus ada dan terjangkau serta dapat
di terima oleh semua orang.

b. Upaya promotif dan preventif adalah upaya pokok tanpa mengabaikan


upaya kuratif dan rehabilitatif.

c. Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada klien berlangsung secara

berkelanjutan.

d. Perawat sebagai provider dan klien sebagai consumer pelayanan


kesehatan, menjalin suatu.hubungan yang saling mendukung dan
mempengaruhi perubahan dalam kebijaksanaan dan pelayanan
kesehatan.

e. Pengembangan tenaga keperawatan kesehatan masyarakat


direncanakan berkesinambungan.

f. Individu dalam suatu masyarakat ikut bertanggungjawab atas


kesehatannya. Lain harus ikut mendorong, medidik, dan berpartisipasi
secara aktif dalam pelayanan kesehatan mereka sendiri.

2.1.5 Filosofi Keperawatan Komunitas

Menurut Helvie (1991) keperawatan komunitas memiliki filosofi sebagai


berikut:
a. Kesehatan dan hidup produktif lebih lama adalah hak semua orang

b. Semua penduduk mempunyai kebutuhan belajar kesehatan

c. Beberapa klien tidak mengenal kebutuhan belajarnya dapat membantu

meningkatkan kesehatannya

d. Penduduk menerima dan menggunakan informasi yang bermanfaat


bagi dirinya

e. Kesehatan adalah suatu yang bernilai bagi klien dan memiliki prioritas
yang berbeda pada waktu yang berbeda

f. Konsep dan nilai kesehatan berbeda pada setiap orang bergantung


pada latar belakang budaya, agama dan sosial klien

g. Autonomi individu dan komunitas dapat diberikan prioritas yang


berbeda pada waktu yang berbeda

h. Klien adalah fleksibel dan dapat berubah dengan adanya perubahan


rangsang internal dan eksternal

i. Klien dimotivasi menuju pertumbuhan

j. Kesehatan adalah dinamis bagi klien terhadap perubahan


lingkungannya

k. Klien bergerak dalam arak berbeda sepanjang rentang sehat pada


waktu yang berbeda.

l. Fungsi terbesar keperawatan kesehatan komunitas adalah membantu


klien bergerak kea rah kesejahteraan lebih tinggi yang dilakukan dengan
menggunakan kerangka teori dan pendekatan sistematik

m. Pengetahuan dan teknologi kesehatan baru yang terjadi sepanjang


waktu akan merubah kebutuhan kesehatan

2.1.6 Tujuan dan Fungsi Keperawatan Komunitas


Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan kesehatan
yang dilakukan sebagai upaya dalam pencegahan dan peningkatan
derajat kesehatan masyarakat melalui pelayanan keperawatan langsung
(direction) terhadap individu, keluarga dan kelompok didalam konteks
komunitas serta perhatian lagsung terhadap kesehatan seluruh
masyarakatdan mempertimbangkan masalah atau isu kesehatan
masyarakat yang dapat mempengaruhi individu, keluarga serta
masyarakat.

a. Tujuan Umum

Meningkatkan derajat kesehatan dan kemampuan masyarakat secara


meyeluruh dalam memelihara kesehatannya untuk mencapai derajat
kesehatan yang optimal secara mandiri.

b. Tujuan Khusus

1) Dipahaminya pengertian sehat dan sakit oleh masyarakat

2) Meningkatnya kemampuan individu, keluarga, kelompok dan


masyarakat untuk melaksanakan upaya perawatan dasar dalam rangka
mengatasi masalah keperawatan

3) Tertanganinya kelompok keluarga rawan yang memerlu¬kan


pembinaan dan asuhan keperawatan

4) Tertanganinya kelompok masyarakat khusus/rawan yang memerlukan


pembinaan dan asuhan keperawatan di rumah, di panti dan di masyarakat

5) Tertanganinya kasus-kasus yang memerlukan penanganan tindaklanjut


dan asuhan keperawatan di rumah

6) Terlayaninya kasus-kasus tertentu yang termasuk kelompok resiko


tinggi yang memerlukan penanganan dan asuhan keperawatan di rumah
dan di Puskesmas

7) Teratasi dan terkendalinya keadaan lingkungan fisik dan social untuk


menuju keadaan sehat optimal
c. Fungsi

1) Memberikan pedoman dan bimbingan yang sistematis dan ilmiah bagi


kesehatan masyarakat dan keperawatan dalam memecahkan masalah
klien melalui asuhan keperawatan.

2) Agar masyarakat mendapatkan pelayanan yang optimal sesuai dengan

kebutuhannya dibidang kesehatan

3) Memberikan asuhan keperawatan melalui pendekatan pemecahan


masalah, komunikasi yang efektif dan efisien serta melibatkan peran serta
masyarakat

4) Agar masyarakat bebas mengemukakan pendapat berkaitan dengan


permasalahan atau kebutuhannya sehingga mendapatkan penanganan
dan pelayanan yang cepat dan pada akhirnya dapat mempercepat proses
penyembuhan (Mubarak, 2006).

2.1.7 Sasaran Keperawatan Komunitas

Sasaran keperawatan komunitas adalah seluruh masyarakat termasuk


individu, keluarga, dan kelompok yang beresiko tinggi seperti keluarga
penduduk di daerah kumuh, daerah terisolasi dan daerah yang tidak
terjangkau termasuk kelompok bayi, balita dan ibu hamil. Menurut
Anderson (1988) sasaran keperawatan komunitas

terdiri dari tiga tingkat yaitu:

a. Tingkat Individu

Perawat memberikan asuhan keperawatan kepada individu yang


mempunyai masalah

kesehatan tertentu (misalnya TBC, ibu hamil d1l) yang dijumpai di


poliklinik,

Puskesmas dengan sasaran dan pusat perhatian pada masalah


kesehatan dan pemecahan masalah kesehatan individu.
b. Tingkat Keluarga

Sasaran kegiatan adalah keluarga dimana anggota keluarga yang


mempunyai masalah kesehatan dirawat sebagai bagian dari keluarga
dengan mengukur sejauh mana terpenuhinya tugas kesehatan keluarga
yaitu mengenal masalah kesehatan, mengambil keputusan untuk
mengatasi masalah kesehatan, memberikan perawatan kepada anggota
keluarga, menciptakan lingkungan yang sehat dan memanfaatkan sumber
daya dalam masyarakat untuk meningkatkan kesehatan keluarga.
Prioritas pelayanan Perawatan Kesehatan Masyarakat difokuskan pada
keluarga rawan yaitu:

- Keluarga yang belum terjangkau pelayanan kesehatan, yaitu keluarga


dengan: ibu hamil yang belum ANC, ibu nifas yang persalinannya ditolong
oleh dukun dan neo¬natusnya, balita tertentu, penyakit kronis menular
yang tidak bisa diintervensi oleh program, penyakit endemis, penyakit
kronis tidak menular atau keluarga dengan kecacatan tertentu (mental
atau fisik).

- Keluarga dengan resiko tinggi, yaitu keluarga dengan ibu hamil yang
memiliki masalah gizi, seperti anemia gizi berat (HB kurang dari 8 gr%)
ataupun Kurang Energi Kronis (KEK), keluarga dengan ibu hamil resiko
tinggi seperti perdarahan, infeksi, hipertensi, keluarga dengan balita
dengan BGM, keluarga dengan neonates BBLR, keluarga dengan usia
lanjut jompo atau keluarga dengan kasus percobaan bunuh diri.

c. Tingkat Komunitas

Dilihat sebagai suatu kesatuan dalam komunitas sebagai klien :

1) Pembinaan kelompok khusus

2) Pembinaan desa atau masyarakat bermasalah

2.1.8 Strategi Keperawatan Komunitas

Dalam melaksanakan program asuhan keperawatan komunitas perlu


digunakan strategi sebagai berikut:
a. Locality Development: yang menekankan pada peran serta masyarakat
danm masyarakat terlibat langsung dalam proses pengkajian,
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi

b. Social Planning: dapat berubah dan dibuat oleh para ahli dengan
menggunakan birokrasi

c. Social Action: adanya proses perubahan yang berfokus pada


masyarakat atau program yang dibuat oleh pemerintah untuk perubahan
yang mendasar. Sedangkan dalam melaksanakan program pelayanan
keperawatan kesehatan komunitas perlu juga diberi strategi:

1) meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tenaga pengelola


perawatan kesehatan komunitas serta tenaga pelaksana puskesmas
melalui kegiatan penataran.

2) Meningkatkan kerjasama lintas program dan lintas sector, melalui


kegiatan temu karya dan forum pertemuan di kecamatan ataupun
puskesmas.

3) Membantu masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan


melalui pendidikan kesehatan pada keluarga, memberikan bimbingan
teknis dalam bidang kesehatan khususnya pelayanan keperawatan.

4) Mengadakan buku-buku pedoman pelayanan keperawatan.

5) Sesuai dengan teori Blum bahwa derajat kesehatan seseorang dapat


dipengaruhi oleh 4 faktor:

- Lingkungan, yaitu segala sesuatu yang berada disekeliling keluarga


dimana ia tumbuh dan berkembang. Factor ini mencakup lingkungan.
Fisik, social budaya, dan biologi.

- Perilaku dari keluarga, baik sebagai satu kesatuan terkecil dalam


masyarakat, maupun perilaku dari tiap anggota keluarga tersebut.
- Pelayanan kesehatan, terutama pelayanan kesehatan keluarga baik
sebagai upaya professional maupun sebagai upaya pelayanan swadaya
masyarakat dan atau keluarga sendiri.

- Keturunan, yaitu sifat genetika yang ada dan diturunkan kepada keluarga

2.1.9 Prinsip Dasar Keperawatan Komunitas

Pada perawatan kesehatan masyarakat harusmempertimbangkan


beberapa prinsip,yaitu:

a. Kemanfaatan

Semua tindakan dalam asuhan keperawatan harus memberikan manfaat


yang besar bagi komunitas. Intervensi atau pelaksanaan yang dilakukan
harus memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi komunitas, artinya ada
keseimbangan antara manfaat dan kerugian (Mubarak, 2005).

b. Kerjasama

Kerjasama dengan klien dalam waktu yang panjang dan bersifat


berkelanjutan serta melakukan kerja sama lintas program dan lintas
sektoral (Riyadi, 2007).

c. Secara langsung

Asuhan keperawatan diberikan secara langsung mengkaji dan intervensi,


klien dan lingkunganya termasuk lingkungan sosial, ekonomi serta fisik
mempunyai tujuan utama peningkatan kesehatan (Riyadi, 2007).

d. Keadilan
Tindakan yang dilakukan disesuaikan dengan kemampuan atau kapasitas
dari komunitas itu sendiri. Dalam pengertian melakukan upaya atau
tindakan sesuai dengan kemampuan atau kapasitas komunitas (Mubarak,
2005).

e. Otonomi

Klien atau komunitas diberi kebebasan dalam memilih atau melaksanakan


beberapa alternatif terbaik dalam menyelesaikan masalah kesehatan yang
ada (Mubarak, 2005).

2.1.10 Peran Perawat Komunitas

Banyak peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan


masyarakat

diantaranya adalah:

a. Sebagai penyedia pelayanan (Care provider)

Memberikan asuhan keperawatan melalui mengkaji masalah


skeperawatan yang ada, merencanakan tindakan keperawatan,
melaksanakan tindakan keperawatan dan mengevaluasi pelayanan yang
telah diberikan kepada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat.

b. Sebagai Pendidik dan konsultan (Nurse Educator and Counselor)

Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok


dan masyarakat baik di rumah, puskesmas, dan di masyarakat secara
terorganisir dalam rangka menanamkan perilaku sehat, sehingga terjadi
perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai derajat
kesehatan yang optimal. Konseling adalah proses membantu klien untuk
menyadari dan mengatasi tatanan psikologis atau masalah sosial untuk
membangun hubungan interpersonal yang baik dan untuk meningkatkan
perkembangan seseorang. Di dalamnya diberikan dukungan emosional
dan intelektual. Proses pengajaran mempunyai 4 komponen yaitu :
pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Hal ini sejalan
dengan proses keperawatan dalam fase pengkajian seorang perawat
mengkaji kebutuhan pembelajaran bagi pasien dan kesiapan untuk
belajar. Selama perencanaan perawat membuat tujuan khusus dan
strategi pengajaran. Selama pelaksanaan perawat menerapkan strategi
pengajaran dan selama evaluasi perawat menilai hasil yang telah didapat
(Mubarak,2005).

c. Sebagai Panutan (Role Model)

Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang


baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat ditiru
dan dicontoh oleh masyarakat.

d. Sebagai pembela (Client Advocate)

Pembelaan dapat diberikan kepada individu, kelompok atau tingkat


komunitas. Pada tingkat keluarga, perawat dapat menjalankan fungsinya
melalui pelayanan sosial yang ada dalam masyarakat. Seorang pembela
klien adalah pembela dari hak-hak klien. Pembelaan termasuk di
dalamnya peningkatan apa yang terbaik untuk klien, memastikan
kebutuhan klien terpenuhi dan melindungi hakhak klien (Mubarak, 2005).
Tugas perawat sebagai pembela klien adalah bertanggung jawab
membantu klien dan keluarga dalam menginterpretasikan informasi dari
berbagai pemberi pelayanan dan dalam memberikan informasi hal lain
yang diperlukan untuk mengambil persetujuan (Informed Concent) atas
tindakan keperawatan yang diberikan kepadanya. Tugas yang lain adalah
mempertahankan dan melindungi hakhak klien, harus dilakukan karena
klien yang sakit dan dirawat di rumah sakit akan berinteraksi dengan
banyak petugas kesehatan (Mubarak, 2005).

e. Sebagai Manajer kasus (Case Manager)


Perawat kesehatan masyarakat diharapkan dapat mengelola berbagai
kegiatan pelayanan kesehatan puskesmas dan masyarakat sesuai
dengan beban tugas dan tanggung jawab yang dibebankan kepadanya.

f. Sebagai kolaborator

Peran perawat sebagai kolaborator dapat dilaksanakan dengan cara


bekerjasama dengan tim kesehatan lain, baik dengan dokter, ahli gizi, ahli
radiologi, dan lain-lain dalam kaitanya membantu mempercepat proses
penyembuhan klien Tindakan kolaborasi atau kerjasama merupakan
proses pengambilan keputusan dengan orang lain pada tahap proses
keperawatan. Tindakan ini berperan sangat penting untuk merencanakan
tindakan yang akan dilaksanakan (Mubarak, 2005).

g. Sebagai perencana tindakan lanjut (Discharge Planner)

Perencanaan pulang dapat diberikan kepada klien yang telah menjalani


perawatan di suatu instansi kesehatan atau rumah sakit. Perencanaan ini
dapat diberikan kepada klien yang sudah mengalami perbaikan kondisi
kesehatan.

h. Sebagai pengidentifikasi masalah kesehatan (Case Finder)


Melaksanakan monitoring terhadap perubahanperubahan yang terjadi
pada individu, keluarga, kelompok dan masyarakat yang menyangkut
masalah-masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta
berdampak terhadap status kesehatan melalui kunjungan rumah,
pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.

i. Koordinator Pelayanan Kesehatan (Coordinator of Services)

Peran perawat sebagai koordinator antara lain mengarahkan,


merencanakan dan mengorganisasikan pelayanan kesehatan yang
diberikan kepada klien. Pelayanan dari semua anggota tim kesehatan,
karena klien menerima pelayanan dari banyak profesional (Mubarak,
2005).
j. Pembawa perubahan atau pembaharu dan pemimpin (Change Agent
and Leader)
Pembawa perubahan adalah seseorang atau kelompok yang berinisiatif
merubah atau yang membantu orang lain membuat perubahan pada
dirinya atau pada sistem. Marriner torney mendeskripsikan pembawa
peubahan adalah yang mengidentifikasikan masalah, mengkaji motivasi
dan kemampuan klien untuk berubah, menunjukkan alternative, menggali
kemungkinan hasil dari alternatif, mengkaji sumber daya, menunjukkan
peran membantu, membina dan mempertahankan hubungan membantu,
membantu selama fase dari proses perubahan dan membimibing klien
melalui fase-fase ini (Mubarak, 2005).

Peningkatan dan perubahan adalah komponen essensial dari perawatan.


Dengan menggunakan proses keperawatan, perawat membantu klien
untuk merencanakan, melaksanakan dan menjaga perubahan seperti :
pengetahuan, ketrampilan, perasaan dan perilaku yang dapat
meningkatkan kesehatan (Mubarak, 2005).

k. Pengidentifikasi dan pemberi pelayanan komunitas (Community Care


Provider And Researcher)

Peran ini termasuk dalam proses pelayanan asuhan keperawatan kepada


masyarakat yang meliputi pengkajian, perencanaan, pelaksanaan dan
evaluasi masalah kesehatan dan pemecahan masalah yang diberikan.
Tindakan pencarian atau pengidentifikasian masalah kesehatan yang lain
juga merupakan bagian dari peran perawat komunitas.
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

3.1 Pengkajian

3.1.1 Riwayat atau Sejarah Perkembangan Desa

a. Demografi

Secara administratif desa yang telah dikaji oleh setiap anggota


kelompok yakni ada dari beberapa wilayah di Kabupaten dan Kota
Malang. Berikut adalah wilayah-wilayah yang dikaji oleh anggota
kelompok, yakni ada dari Desa Jabung Kecamatan Jabung, Desa
Klampok Kecamatan Singosari, Desa Permanu Kecamatan Pakisaji, Desa
Kaliuling Kecamatan Tempursari, Desa Purwodadi Kecamatan
Donomulyo,
b. Kondisi dan Ciri Geografis

3.1.2 Demografis / Kependudukan

Berdasarkan data dari setiap anggota kelompok jumlah penduduk


dari survey di dapatkan bahwa :

1. Jumlah Kepala Keluarga : 12 Kepala Keluarga


2. Jumlah Anggota Keluarga : 55 jiwa yang terbagi menjadi :
a. Jumlah Laki-laki :
b. Jumlah perempuan :
I. DATA DEMOGRAFI
Tabel 3.1 Data Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Anggota
Keluarga dan Kepala Keluarga

No. Hasil Survey Jumlah


1. Jumlah Kepala Keluarga 12
2. Jumlah Anggota Keluarga 55
3. Jumlah Rumah 12

Intrepetasi : Berdasarkan tabel diatas jumlah kepala keluarga dari setiap


anggota kelompok adalah 12 Kepala Keluarga dan jumlah anggota dari
Kepala Keluarga adalah 55 dan jumlah rumah 12.

Tabel 3.2 Data Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin


Warga dari Setiap Anggota Kelompok

Anggota Keluarga Frekuensi Presentase


Laki-laki 26 48,1
Perempuan 28 51
Jumlah 54 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diinterpretasikan


bahwa anggota keluarga berdasarkan jenis kelamin sebagian besar
perempuan yaitu 28 orang (51%) dan hampir setengahnya adalah jenis
kelamin laki-laki yaitu 26 orang (48,1%).
Tabel 3.3 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan
Agama Setiap Anggota Keluarga

Agama Total Presentase


Islam 54 100%
Kristen 0 0
Hindu 0 0
Budha 0 0
Jumlah 54 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa di tiap anggota keluarga berdasarkan agama sebagian besar yaitu
54 orang (100%) mayoritas adalah agam Islam.

Tabel 3.4 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tingkat Pendidikan

Pendidikan Frekuensi Presentase


Tidak Sekolah 2 4
TK 3 5,5
SD 12 22,2
SMP 10 18,5
SMA 18 33,3
PT 9 16,5

Jumlah 54 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa tingkat pendidikan tiap anggota keluarga hampir setengahnya yaitu
18 orang (33,3%) adalah pendidikan SMA dan sebagian kecil yaitu 2
orang (4%) adalah pendidikan tidak sekolah.

Tabel 3.5 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pekerjaan
Pekerjaan Frekuensi Presentase
PNS/ABRI 4 7,4
Swasta 10 18,5
Wiraswasta 8 15
Petani 4 7,4
Buruh 0 0
Tidak bekerja 28 52
Jumlah 54 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


anggota keluarga berdasarkan pekerjaan sebagian besar yaitu 28 orang
(52%) adalah tidak bekerja dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) adalah
buruh.

Tabel 3.6 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Penghasilan

Penghasilan Frekuensi Presentase


Tidak berpenghasilan 43 80
<1.000.000 1 1,85
1.0000.000-2.000.000 1 1,85
2.000.000-3.000.000 2 3,7
3.0000-4.000.000 2 3,7
4.000.000-5.000.000 3 5,5
>5.000.000 2 3,7

Jumlah 54 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan bahwa


anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 43 orang (80%) adalah tidak
berpenghasilan dan sebagian kecil yaitu 1 orang (1,85%) adalah
berpenghasilan <1.000.000 dan 1.000.000-2.000.000

Tabel 3.7 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Penyakit 6 Bulan Terakhir

Penyakit Frekuensi Presentase


Hipertensi 6 11,1
Diabetes 0 0
Asam urat 3 5,5
Maag 2 3,7
Jantung 1 1,85
Tidak Berpenyakit 42 77,7

Jumlah 54 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan bahwa


anggota keluarga yang tidak berpenyakit sebagian besar yaitu 42 orang
(77,7%) dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) tidak memiliki penyakit
Diabetes.

Tabel 3.8 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tujuan Berobat

Bila Sakit Berobat ke Frekuensi Presentase


Petugas kesehatan 54 100%
Non petugas 0 0
kesehatan
Jumlah 54 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 54 orang (100%) bila sakit
berobat ke petugas kesehatan dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) bila
sakit tidak berobat ke non petugas kesehatan.

Tabel 3.9 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Kebiasaan Sebelum Berobat

Kebiasaan Frekuensi Presentase


Beli obat bebas 48 89%
Jamu 6 11%
Lain-lain 0 0
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 48 orang (89%) ketika
sakit membeli obat bebas di toko dan sebagian kecil yaitu 6 orang (11%)
ketika sakit meminum jamu.

II. Kesehatan Ibu dan Anak

Tabel 3.10 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Adanya Pasangan Usia Subur dalam Keluarga (20-44 tahun)

Jumlah PUS Frekuensi Presentase


Ya 7 59
Tidak 5 41
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 7 orang (59%) adalah
pasangan usia subur PUS dan hampir setengahnya yaitu 5 orang (41%)
adalah pasangan tidak usia subur.

Tabel 3.11 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Keluarga Menjadi Akseptor KB

Jumlah PUS Frekuensi Presentase


Ya 9 75
Tidak 3 25
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 9 orang (75%) adalah
akseptor KB dan sebagian kecil yaitu 3 orang (25%) adalah bukan
akseptor KB.
Tabel 3.12 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan
Jenis Kontrasepsi Yang Dipakai

Jenis Kontrasepsi Frekuensi Presentase


MOW 2 17
MOD 0 0
IUD 0 0
Kondom 2 17
Pil 2 17
Suntik 1 8,3
Implan 1 8,3
Tidak KB 4 33,3
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir setengahnya yaitu 4 orang (33,3%)
adalah tidak ber KB dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) adalah KB MOD
dan IUD.

Tabel 3.13 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Alasan Tidak Menjadi Akseptor KB

Alasan tidak ber-KB Frekuensi Presentase


Tidak ada 8 66,6
Ingin Punya Anak 2 16,6
Takut 2 16,6
Prinsip Hidup 0 0
Medis 0 0
Lain-lain 0 0
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 8 orang (66,6%) adalah
tidak ada alasan tidak ber KB dan sebagian kecil yaitu 2 orang (16,6%)
adalah ingin punya anak dan takut ber KB.
Tabel 3.14 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan
Tingkat Pengetahuan Ibu Tentang KB

Tingkat Pengetahuan Frekuensi Presentase


KB
Baik 6 50
Cukup 4 33,3
Kurang 2 16,6
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga setengahnya yaitu 6 orang (50%) adalah
memiliki pengetahuan KB yang baik dan sebagian kecil yaitu 2 orang
(16,6%) adalah kurang memiliki pengetahuan KB.

Tabel 3.15 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Penolong Dalam Persalinan

Penolong Frekuensi Presentase


Dokter 3 25
Bidan 9 75
Dukun 0 0
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 9 orang (75%) adalah
saat persalinan ditolong bidan dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) saat
persalinan ditolong dukun.

Tabel 3.16 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tempat Dalam Persalinan

Tempat persalinan Frekuensi Presentase


Rumah Sakit 5 41,6
Rumah 4 33,3
bersalin/Polindes 2 17
Puskesmas 1 8,3
Rumah
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan bahwa


anggota keluarga hampir setengahnya yaitu 5 orang (41,6%) adalah
ketika bersalin pergi ke RS dan sebagian kecil yaitu 1 orang (8,3%) adalah
ketika bersalin di rumah

Tabel 3.17 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Riwayat Ibu Dalam Persalinan

Riwayat persalinan Frekuensi Presentase


yang lalu
Lancar 12 100
Sulit 0 0
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah tidak
mengalami kesulitan saat bersalin dan yaitu 0 orang (0%) adalah tidak
megalami kesulitan dalam persalinan.

Tabel 3.18 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Jumlah Anak Balita

Balita Frekuensi Presentase


Ada 9 75
Tidak ada 3 25
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 9 orang (75%) adalah
memiliki anak balita dan sabagian kecil yaitu 3 orang (25%) adalah tidak
memiliki anak balita.
Tabel 3.19 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan
Ibu Meneteki Anak Usia Kurang Dari 2 Tahun

Meneteki Frekuensi Presentase


Iya 2 16,6
Tidak 10 83,3
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 10 orang (83,3%)
adalah tidak meneteki anak bayi dan sabagian kecil yaitu 2 orang (16,6%)
adalah meneteki anak bayi.

Tabel 3.20 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Alasan Tidak Meneteki

Alasan tidak Jumlah


meneteki
Gangguan kesehatan 0
Puting tidak nampak 0
Ibu bekerja 0
Lain-lain 0
Jumlah 0

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga tidak satupun yaitu 0 orang (0%) tidak memiliki
alasan tidak meneteki anak bayi.

Tabel 3.21 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Status Imunisasi Bayi

Status Imunisasi Frekuensi Presentase


Bayi
BCG 3 25
PENTABIO 3 25
Polio 2 16,6
Campak 2 16,6
Hepatitis 2 16,6
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian kecil yaitu 3 orang (25%) adalah
berstatus imunisasi BCG dan PENTABIO dan sisanya yaitu 2 orang
(16,6%) bestatus imunisasi polio, campak dan hepatitis.

Tabel 3.22 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Kepemilikan Kartu Menuju Sehat (MKS) Pada Bayi

Kepemilikan KMS Frekuensi Presentase


Memiliki 5 42
Tidak Memiliki 7 58

Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 7 orang (58%) adalah
memiliki KMS dan sabagian kecil yaitu 5 orang (42%) adalah tidak
memiliki KMS.

Tabel 3.23 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Persepsi Keluarga Tentang KMS

Persepsi KMS Frekuensi Presentase


Benar 6 50
Salah 6 50
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir setengahnya yaitu 6 orang (50%) adalah
memilki pengetahuan tentang KMS dan sabagian kecil yaitu 6 orang
(50%) adalah tidak memiliki pengetahuan KMS.

Tabel 3.24 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pemberian ASI Eksklusif

Asi Eksklusif Frekuensi Presentase


Iya 8 67
Tidak 4 33

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 8 orang (67%) adalah
memberi ASI eksklusif dan hampir setengahnya yaitu 4 orang (33%)
adalah tidak memberi ASI eksklusif.

Tabel 3.25 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


ASI Yang Diberikan Sesuai Umur

Asi yang diberikan Frekuensi Presentase


sampai umur
(<2 tahun) 6 50
(>2 tahun) 6 50
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 6 orang (50%) adalah
memberi ASI sesuai umur dan sisanya yaitu 6 orang (50%) adalah tidak
memiliki anak balita

Tabel 3.26 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pemberian MP-ASI Pada Balita

MP-ASI Frekuensi Presentase


Nasi Pisang 1 8,3
Sari Buah 1 8,3
Bubur Susu 3 25
Nasi Tim Saring 2 16,6
Nasi Tim 4 33,3
Nasi 1 8,3
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 4 orang (33,3%) adalah
memberi MP-ASI pada balita nasi tim dan sabagian kecil yaitu 1 orang
(8,3%) adalah memberi MP-ASI nasi pisang, sari buah dan nasi.
Tabel 3.27 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan
Status Gizi Pada Balita

Status Gizi Frekuensi Presentase


Baik 10 83,3
Cukup 2 16,6
Kurang 0 0
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 10 orang (83,3%)
adalah memiliki status gizi yang baik dan tidak satu pun yaitu 0 orang
(0%) adalah tidak memiliki status gizi yang kurang.

Tabel 3.28 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pengetahuan tentang Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Pengetahuan Frekuensi Presentase


Baik 8 66,6
Cukup 4 33,3
Kurang 0 0
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 8 orang (66,6%) adalah
memiliki pengetahuan perkembangan dan pertumbuhan yang baik dan
tidak satupun yaitu 0 orang (0%) memiliki pengetahuan perkembangan
dan pengetahuan yang kurang.

Tabel 3.29 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Balita

Pengetahuan Frekuensi Presentase


Normal 12 100
Tidak Normal 0 0
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah pola
pertumbuhan dan perkembangan normal dan tidak satupun yaitu 0 orang
(0%) pola pertumbuhan dan perkembangan tidak normal.

Tabel 3.30 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Status Rumah

Status Frekuensi Presentase


Milik Sendiri 10 83,3
Kontrak 2 16,6
Kos 0 0
Menumpang 0 0
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 10 orang (83,3%)
adalah memiliki rumah sendiri dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
adalah bertempat tinggal kos dan menumpang.

Tabel 3.31 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Luas Bangunan Rumah

Luas Bangunan Frekuensi Presentase


<21m² 2 16,6
21-36m² 4 33,3
>36m² 6 50
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga setengahnya yaitu 6 orang (50%) adalah
memiliki luas bangunan >36m² dan sabagian kecil yaitu 2 orang (16%)
adalah memiliki luas bangunan <21m².

Tabel 3.32 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Jenis Lantai

Lantai Frekuensi Presentase


Tegel 8 66,6
Semen 2 16,6
Tanah 1 8,3
Papan 1 8,3
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 8 orang (66,6%) adalah
memiliki jenis lantai tegel dan sabagian kecil yaitu 1 orang (8,3%) adalah
memiliki jenis lantai tanah dan papan.

Tabel 3.33 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Jenis Dinding di Setiap Rumah

Dinding Frekuensi Presentase


Tembok 12 100
Papan 0 0
Bambu 0 0
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah
memiliki jenis dinding tembok dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
memiliki jenis dinding papan dan bambu.

Tabel 3.34 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Jenis Ventilasi di Setiap Rumah

Jenis Ventilasi Frekuensi Presentase


Jendela Terbuka 8 66,6
Jendela Tertutup 2 16,6
Angin-angin 2 16,6
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 8 orang (66,6%) adalah
memiliki jenis ventilasi jendela terbuka dan sabagian kecil yaitu 2 orang
(16,6%) adalah memiliki jenis ventilasi jendela tertutup dan angin-angin.
Tabel 3.35 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan
jenis Penerangan di Setiap Rumah

Jenis Penerangan Frekuensi Presentase


Listrik 12 100
Non Listrik 0 0
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah
memiliki jenis penerangan listrik dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
adalah memiliki penerangan non listrik.

Tabel 3.36 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Keberadaan Perkarangan Setiap Rumah

Keberadaan Frekuensi Presentase


Pekarangan
Ada 12 100
Tidak 0 0
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah
memiliki pekarangan rumah dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) adalah
tidak memiliki pekarangan rumah.

Tabel 3.37 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Keadaan Perkarangan di Setiap Rumah

Keadaan Pekarangan Frekuensi Presentase


Bersih 12 100
Kotor 0 0
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah
memiliki pekarangan rumah bersih dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
adalah memiliki pekarangan rumah kotor.

Tabel 3.38 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Pemanfaatan Perkarangan di Setiap Rumah

Pemanfaatan Frekuensi Presentase


Pekarangan
T.produktif 6 50
T.non Produktif 6 50
Lain-lain 0 0
Jumlah 12 100%

Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan


bahwa anggota keluarga setengahnya yaitu 6 orang (50%) adalah
memiliki tanaman produktif dan sisanya yaitu 6 orang (50%) adalah
memiliki tanaman non produktif.

Tabel 3.39 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Asal Air Bersih di Setiap Rumah

Asal Air Bersih Frekuensi Presentase


Perpipaan 5 41,6
Sumur Gali/Bor 5 41,6
Sumber 2 16,6
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga hampir setengahnya yaitu 5 orang (41,6%)
adalah memiliki asal air bersih dari perpipaan dan sumur gali/bor dan
sebagian kecil yaitu 2 orang (16,6%) memiliki asal air bersih dari sumber.

Tabel 3.40 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Status Air Bersih

Status Air Bersih Frekuensi Presentase


Milik Sendiri 10 83,3
Umum 2 16,6
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga hampir seluruhnya yaitu 10 orang (83,3%)
adalah memiliki status air milik sendiri dan sebagian kecil yaitu 2 orang
(16,6%) adalah memiliki status air milik umum.

Tabel 3.41 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Tempat Penampungan

Tempat Frekuensi Presentase


Penampungan
Bak 7 58,3
Gentong 5 41,6
Ember 0 0
Lain-lain 0 0
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga sebagian besar yaitu 7 orang (58,3%) adalah
memiliki memiliki tempat penampungan bak dan tidak satupun yaitu 0
orang (0%) adalah memiliki penampungan ember.

Tabel 3.42 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Keluargaan Jamban dan Septic tank

Jamban Dan Septic Frekuensi Presentase


tank
Ada 12 `100
Tidak ada 0 0
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah
memiliki jamban dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%) adalah tidak
memiliki jamban.

Tabel 3.43 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Kepala Keluargaan jarak Septic tank

Jarak Septic tank Frekuensi Presentase


<10m 12 100
>10m 0 0
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah
memiliki jarak septic tank <10m dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
adalah memiliki jarak septic tank >10m.

Tabel 3.44 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Jenis Jamban di Setiap Hari

Jenis Jamban Frekuensi Presentase


Leher Angsa 0 0
Cemplung Terbuka 0 0
Cemplung Tertutup 12 100
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah
memiliki jamban cemplung tertutup dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
adalah memiliki jamban leher angsa dan cemplung terbuka.

Tabel 3.45 Data Distribusi frekuensi Anggota keluarga Berdasarkan


Status Jamban

Status Jamban Frekuensi Presentase


Milik Sendiri 12 100
Menumpang 0 0
Umum 0 0
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel distribusi frekuensi diatas dapat diintrepetasikan
bahwa anggota keluarga seluruhnya yaitu 12 orang (100%) adalah
memiliki status jamban milik sendiri dan tidak satupun yaitu 0 orang (0%)
adalah memiliki status jamban menumpang dan umum.

Tabel 3.46 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Sistem Pembuangan Air Limbah

SPAL Frekuensi Presentase


Terbuka 0 0
Tertutup 12 100%
Jumlah 12 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 12 kepala
keluarga seluruhnya system pembuangan air limbah tertutup sebanyak 12
kepala keluarga (100%).

Tabel 3.47 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tempat Pembuangan Air Limbah

Tempat Pembuangan Air Frekuensi Presentase


Limbah
Parit/Selokan 4 34%
Halaman 0 0
Pembuangan 8 66%
Jumlah 12 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 12 kepala
keluarga sebagian besar tempat pembuanghan air limbah di pembuangan
yaitu 8 kepala keluarga (66%) dan hampir setengahnya tempat
pembuangan air limbah di parit atau selokan yaitu 4 kepala keluarga
(34%).

Tabel 3.48 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Berdasarkan


Tempat Sampah

No. Tempat Sampah Frekuensi Presentase


1. Bak Sampah 10 84%
2. Lubang Sampah 2 16%
3. Di sembarang tempat 0 0
Jumlah 12 100

Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 12 kepala keluarga


hampir seluruhnya membuang sampah pada bak sampah yaitu 10 kepala
keluarga (84%) dan sebagian kecil membuang sampah di lubang sampah
yaitu 2 kepala keluarga (16%)

IV REMAJA

Tabel 3.49 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Punya


anak Remaja

Ada Anak Remaja Frekuensi Presentase


Ya 6 50%
Tidak 6 50%
Jumlah 12 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 12 kepala
keluarga setengahnya mempunyai anak remaja yaitu 6 kepala keluarga
(50%) dan setengahnya tidak mempunyai anak remaja yaitu 6 kepala
keluarga (50%).

Tabel 3.50 Data Distribusi Frekuensi Pensusuk Berdasarkan Usia


Remaja Saat ini

Usia Saat Ini Frekuensi Presentase


6-10 tahun 2 14%
11-15 tahun 7 47%
16-21 tahun 6 39%
Jumlah 15 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 12 kepala
keluarga dengan jumlah remaja 15 jiwa yaitu hampir setengahnya berusia
11-15 tahun yaitu 7 jiwa (47%), hampir setengahnya berusia 16-21 tahun
(39%), dan sebagian kecil berusia 6-10 tahun yaitu 2 jiwa (14%).
Tabel 3.51 Data Distribusi Penduduk Berdasarkan Pendidikan Anak
Warga

Pendidikan Frekuensi Presentase


SD 5 30%
SMP 4 24%
SMA/SMK 3 16%
PT 5 30%
Jumlah 17 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data dari 17 anak yang
masih bersekolahhampir setengahnya bersekolah di jenjang SD dan
Perguruan Tinggi yaitu 5 orang anak (30%), sebagian kecil anak
bersekolah di jenjang SMP yaitu 4 anak (24%), dan sebagian kecil
bersekolah di jenjang SMA yaitu 3 anak (16%)

Tabel 3.52 Data Distribusi Penduduk Berdasarkan Kegiatan Anak


Diluar Sekolah Warga

Kegiatan Diluar Frekuensi Presentase


Keagamaan 7 70%
Karang Taruna 3 30%
Olah Raga 0 0
Lain-lain 0 0
Jumlah 10 100
Berdasarkan tabel diatas didapatkan data dari 10 anak berkegiatan
diluar sekolah sebagian besar melakukan kegiatan keagamaan (mengaji)
yaitu 7 anak (70%) dan hampir setengahnya melakukan kegiatan karang
taruna yaoitu 3 anak (30%)

Tabel 3.53 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan Ada


Anak Yang Menderita Penyakit Warga

Menderita Penyakit Frekuensi Presentase


Ya 0 0
Tidak 12 100%
Jumlah 12 100
berdasarkan tabel diatas didapatkan data dari 12 anak seluruhnya
tidak menderita penyakit yaitu 12 anak (100%)

Tabel 3.54 Data Distribusi Frekuensi Kepala Keluarga Penduduk


Berdasarkan Penggunaan Waktu Luang Warga

Kegiatan Anak Frekuensi Presentase


Musik/TV 2 17%
Olah Raga 0 0
Karang Taruna 3 25%
Keagamaan 7 58%
Jumlah 12 100
Berdasarkan data diatas didapatkan data dari 12 anak sebagian
besar penggunaan waktu luangnya adalah keagaamaan (mengaji) yaitu 7
anak (58%), sebagian kecil melakukan penggunaan waktu luangnya
adalah karang taruna yaitu 3 anak (25%), dan sebagian kecil penggunaan
waktunya mendengarkan music atau menonton tv yaitu 2 anak (17%)

Tabel 3.55 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan


Kebiasaan Remaja Warga

Kebiasaan Frekuensi Presentase


Merokok 0 0
Alkohol 0 0
Narkoba 0 0
Lain-lain 12 100
Jumlah 12 100

Berdasarkan tabel diatas didapatlan data dari data 12 remaja


seluruhnya tidak melakukan kebiasaan seperti merokok, alkhohol, dan
narkoba yaitu 12 anak (100%).

V. Gizi pada Keluarga


Table 3.56 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Berdasarkan
Makanan Pokok Warga
Makanan Pokok Frekuensi Prosentasi (%)
Beras 54 100%
Jagung 0 0
Roti 0 0
Umbi-umbi 0 0
Jumlah 54 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi penduduk berdasarkan makanan pokok warga yaitu seluruh
angota keluarga mengkonsumsi makanan pokok berupa beras yaitu 54
jiwa (100%).

Tabel 3.57 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Lauk Pauk yang


Sering Dikonsumsi Sehari-hari Warga
Lauk Pauk Frekuensi Prosentasi (%)
Daging 3 6%
Ikan 6 12%
Telur 7 13%
Tahu/Tempe 38 69%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi penduduk berdasarkan lauk paik yang sering dikonsumsi oleh
anggota keluarga adalah sebagian besar mengkonsumsi lauk pauk
tempe/tahu yaitu 38 jiwa (69%), dilanjut dengan mengkonsumsi telur
sejumlah 7 jiwa (13%), selanjutnya ikan 6 jiwa (12%) dan yang paling
jarang dikonsumsi yaitu daging dengan 3 jiwa (6%).

Tabel 3.58 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Sayuran yang Sering


Dikonsumsi Sehari-hari Warga
Sayuran Frekuensi Prosentasi (%)
Sayuran Hijau 8 67%
Kacang-kacangan 4 33%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi sayuran yang sering di konsumsi adalah hamper seluruhnya
mengkonsumsi sayuran hijau yaitu 45 jiwa (84%) dan yang
mengkonsumsi kacang-kacangan yaitu 9 jiwa (16%).

Tabel 3.59 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Pengolahan


Sayuran Warga
Pengolahan Sayur Frekuensi Prosentasi (%)
Dipotong baru dicuci 7 58%
Dicuci baru dipotong 5 42%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi pengelolahan sayuran penduduk adalah sebagian besar dengan
cara dipotong baru dicuci dengan 7 jiwa (58%) dan hamper setengahnya
dengan cara dicuci baru dipotong dengan 5 jiwa (42%)

Tabel 3.60 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Buah-buahan yang


Sering Dikonsumsi Sehari-hari Warga
Buah Frekuensi Prosentasi (%)
Pepaya 14 26%
Jeruk 11 21%
Pisang 14 26%
Apel 10 19%
Lain-lain 5 8%
Jumlah 54 100%

Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi


frekuensi buah-buahan yang sering dikonsumsi adalah hamper
setengahnya adalah papaya dan pisang yaitu 14 jiwa (26%) selanjutnya
adalalah jeruk 11 jiwa (21%) lalu apel 10 jiwa (19%) dan yang sedikit
dikonsumsi adalah buah lain lain yaitu 5 jiwa (8%).

Tabel 3.61 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Kebiasaan


Minum Susu Warga
Kebiasaan Minum Frekuensi Prosentasi (%)
Susu
Biasa 21 39%
Tidak Biasa 33 61%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi anggota keluarga yang tidak memiliki kebiasaan minum susu
ada 33 jiwa (61%) dan yang memiliki kebiasaan minum susu ada 21 jiwa
(39%)

Tabel 3.62 Data Distribusi Frekuensi Anggota Keluarga Penggunaan


Garam Warga
Penggunaan Garam Frekuensi Prosentasi (%)
Beryodium 54 100%
Tidak Beryodium
Jumlah 54 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi anggota keluarga yang menggunakan garam beryodium
seluruhnya dengan 54 jiwa (100%)

Tabel 3.63 Data Distribusi Frekuensi anggota keluarga Kebiasaan


Minum Warga
Kebiasaan Minum Frekuensi Prosentasi (%)
Dimasak 25 46%
Tidak Dimasak 29 54%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi anggota keluarga yang memiliki kebiasaan air minum yang
dimasak yaitu sebagian besar 29 jiwa (54%) dan yang memiliki kebiasaan
air minum yang tidak dimasak yaitu sebagian besar 25 jiwa (46%)

Tabel 3.64 Data Distribusi Frekuensi Penduduk Pengetahuan Tentang


Garam Beryodium Warga
Pengetahuan Frekuensi Prosentasi (%)
Baik 6 50%
Cukup 3 25%
Kurang 3 25%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi kepala keluarga yang pengetahuannya baik tentang garam yang
beryodium yaitu setengahnya 6 kepala keluarga (50%) dan yang
pengetahuannya cukup dan kurang sebagian kecil 3 kepala keluarga
(25%)

IV. PSIKOSOSIAL LANSIA


Tabel 3.65 Data Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Hubungan
dengan orang lain Warga
Hubungan Frekuensi Prosentasi (%)
Mampu Berinteraksi 8 67%
Mampu Kerja Sama 4 33%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi lansia yang mampu berinteraksi sebagian besar ada 8 kepala
keluarga (67%) dan yang mampu kerja sama hamper setengahnya yaitu 4
kepala keluarga (33%).

Tabel 3.66 Data Distribusi Frekuensi Lansia Berdasarkan Stabilitas


Emosi Warga
Stabilitas Emosi Frekuensi Prosentasi (%)
Stabil 8 67%
Standrat 4 33%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi lansia yang mampu mengatasi emosinya dengan stabil sebagian
besar ada 8 kepala keluarga (67%) dan hampir setengahnya ada 4
kepala keluarga (33%)

Tabel 3.67 Data Distribusi Frekuensi ada atau tidak Lansia Warga
Ada/Tidak Lansia Frekuensi Prosentasi (%)
Ada 7 58%
Tidak Ada 5 42%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi tiap kepala keluarga sebagian besar ada 7 lansia dalam setiap
kepala keluarga (58%) dan yang tidak ada lansianya yaitu hampir
setengahnya ada 5 lansia dalam setiap kepala keluarga (42%).

Tabel 3.68 Data Distribusi Frekuensi Usia Lansia Warga


Usia Frekuensi Prosentasi (%)
Middleage 0 0%
Eldering 12 100%
Very Old 0 0%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi usia lansia middle age tiap keluarga tidak satupun 0%, yang
seluruhnya termasuk eldering ada 12 lansia (100%), dan tidak satupun
yang termasuk very old.

Tabel 3.69 Data Distribusi Frekuensi Lansia Memiliki Keluhan


Penyakit pada Lansia Warga
Keluhan Penyakit Frekuensi Prosentasi (%)
Lansia
Iya 12 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi lansia yang memiliki keluhan penyakit seluruhnya ada 12 lansia
(100%) di setiap kepala keluarga

Tabel 3.70 Data Distribusi Frekuensi Jenis Penyakit pada Lansia


Warga
Jenis Penyakit Frekuensi Prosentasi (%)
Asma 0 0%
TBC 0 0%
Hipertensi 10 66%
Kencing Manis 0 0%
Rheumatik/arthritis 5 34%
Katarak 0 0%
Osteoporosis 0 0%
Penyakit kulit 0 0%
Jantung 0 0%
Liver 0 0%
Lain-lain 0 0%
Jumlah 15 100%
Berdasarkan table di atas didapatkan bahwa data ditribusi frekuensi
penyakit yang dialami oleh lansia sebagian besar 10 lansia (66%) dan
yang mengalami rematik hampir setengahnya ada 5 lansia (34%).

Tabel 3.71 Data Distribusi Frekuensi Upaya Yang Dilakukan Pada


Lansia Warga
Upaya yang Frekuensi Prosentasi (%)
dilakukan
Berobat ke sarana 12 100%
kesehatan
0 0%
Berobat ke non medis
0 0%
Diobati sendiri 0 0%
Lain-lain
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi upaya yang dilakukan lansia berobat ke sarana kesehatan
seluruhnya ada 12 lansia dalam kepala keluarga (100%)

Tabel 3.72 Data Distribusi Frekuensi Penggunaan Waktu Senggang


Lansia Warga
Penggunaan waktu Frekuensi Prosentasi (%)
senggang
Berkebun/pekerjaan 5 42%
rumah
2 16%
Jalan-jalan
5 42%
Senam
0
Lain-lain
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa distribusi frekuensi
penggunaan waktu senggang lansia yang berkebun/pekerja rumah hampir
setengahnya 5 lansia (42%), yang jalan-jalan sebagian kecil 2 lansia
(16%) dan yang senam hampir setengahnya 5 lansia (42%)

Tabel 3.73 Data Distribusi Frekuensi Keberadaan Posyandu Lansia


Ada Atau Tidak Lansia Warga
Keberadaan Frekuensi Prosentasi (%)
posyandu
Iya 0 0%
Tidak 12 100%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi keberadaan posyandu lansia sebagian besar tidak ada
seluruhnya ada 12 lansia dalam kepala keluarga (100%)

Tabel 3.74 Data Distribusi Frekuensi Alasan Lansia Ikut Serta


Posyandu Lansia Warga
Ikut Posyandu Frekuensi Prosentasi (%)
Ya 0 0%
Tidak 12 100%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi alasan lansia tidak ikut serta posyandu lansia dengan alasan
tidak ikut serta seluruhnya ada 12 lansia dalam kepala keluarga (100%)

Tabel 3.75 Data Distribusi Frekuensi Alasan Lansia Tidak Ikut Serta
Posyandu Lansia Warga
Alasan lansia Frekuensi Prosentasi (%)
Tidak mau 0 0%
Tidak tahu 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data dstribusi frekuensi
alasan lansia tidak ikut serta posyandu lansia dengan alasan tidak tahu
seluruhnya ada 12 lansia dalam kepala keluarga (100%)

Tabel 3.76 Data Distribusi Frekuensi Kebutuhan Nutrisi Lansia Warga


Kebutuhan Nutrisi Frekuensi Prosentasi (%)
Baik 5 42%
Cukup 5 42%
Kurang 2 16%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi kebutuhan nutrisi lansia yang baik dan cukup hampir setengah
ada 5 jiwa (42%), dan yang kurang sebagian kecil ada 2 jiwa (16%)

Tabel 3.77 Data Distribusi Frekuensi Kualitas Makan Lansia Warga


Kualitas makan Frekuensi Prosentasi (%)
Baik 5 42%
Cukup 5 42%
Kurang 2 16%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi kualitas makan lansia yang baik dan cukup hampir setengah ada
5 jiwa (42%), dan yang kurang sebagian kecil ada 2 jiwa (16%)

Tabel 3.78 Data Distribusi Frekuensi IMT Lansia Warga


Indeks masa tubuh Frekuensi Prosentasi (%)
Lebih 6 50%
Normal 4 33%
Kurang 2 17%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi IMT lansia yang lebih ada setengahnya 6 lansia (50%) , yang
normal hampir setengahnya 4 lansia (33%) dan yang kurang ada 2 lansia
(17%)

Tabel 3.79 Data Distribusi Frekuensi Kebiasaan Makan Lansia Warga


Kebiasaan makan Frekuensi Prosentasi (%)
Tinggi garam 8 53%
Tinggi Lemak 4 27%
Tinggi Purin 0 0%
Tinggi Gula 3 20%
Jumlah 15 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi kebiasaan makan lansia sebagian besar yang memiliki
kebiasaan makan tinggi garam ada 8 lansia (53%) dan hampir
setengahnya tinggi lemak ada 4 lansia (27%), dan sebagian kecil tinggi
gula ada 3 lansia (20%)

Tabel 3.80 Data Distribusi Frekuensi Psikososial Lansia Warga


Psikososial Frekuensi Prosentasi (%)
Baik 7 58%
Tidak 5 42%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi psikososial lansia yang baik sebagian besar 7 lansia dalam
kepala keluarga (58%) dan yang tidak baik hampir setengahnya ada 5
lansia dalam kepala keluarga (42%)

Tabel 3.81 Data Distribusi Frekuensi Rekreasi Dalam Keluarga Warga


Rekreasi Frekuensi Prosentasi (%)
Selalu 0 0%
Jarang 3 25%
Tidak Pernah 9 75%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan table diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi yang tidak pernah rekreasi sebagian besar ada 9 kepala
keluarga (75%) dan yang jarang rekreasi sebagian kecil ada 3 kepala
keluarga (25%).

Tabel 3.82 Data Distribusi Frekuensi Merokok Dalam Keluarga Warga


Merokok Frekuensi Prosentasi (%)
Iya 21 39%
Tidak 12 22%
Kadang-kadang 21 39%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi yang merokok hampir setengahnya 21 jiwa (39%), dan yang
tidak merokok sebagian kecil ada 12 jiwa (22%) dan yang kadang kadang
merokok hampir setengahnya 21 jiwa (39%)

Tabel 3.83 Data Distribusi Frekuensi Minuman Keras Dalam Keluarga


Warga
Minuman Keras Frekuensi Prosentasi (%)
Iya 0 0%
Tidak 54 100%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi yang tidak meminum minuman keras seluruhny ada 54 jiwa
(100%)

Tabel 3.84 Data Distribusi Frekuensi Cuci Tangan Sebelum dan


Sesudah BAB Dalam Keluarga Warga
Cuci Tangan Frekuensi Prosentasi (%)
Iya 54 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi yang melakukan cuci tangan sebelum dan sesudah BAB
seluruhnya ada 54 jiwa (100%).

Tabel 3.85 Data Distribusi Frekuensi Kebiasaan Minum Jamu Dalam


Keluarga Warga
Kebiasaan Minum Frekuensi Prosentasi (%)
Jamu
Iya 2 17%
Tidak 10 83%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi yang tidak kebiasaan minum jamu hampir seluruh 10 dalam
kepala keluarga (83%) dan yang kebiasaan minum jamu sebagian kecil
ada 2 dalam kepala keluarga (17%).

Tabel 3.86 Data Distribusi Frekuensi Menggunakan Jamban Jika BAB


Dalam Keluarga Warga
Penggunaan Jamban Frekuensi Prosentasi (%)
Iya 12 100%
Tidak 0 0%
Jumlah 54 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi yang menggunakan jamban seluruhnya 12 kepala keluarga
(100%)

Tabel 3.87 Data Distribusi Frekuensi Menggunakan Air Bersih Dalam


Keluarga Warga
Penggunaan Air Frekuensi Prosentasi (%)
Bersih
Selalu 12 100%
Kadang-kadang 0 0%
Jumlah 12 100%
Berdasarkan tabel diatas didapatkan bahwa data distribusi
frekuensi yang selalu menggunakan air bersih seluruhnya 12 di setiap
kepala keluarga (100%).
TABEL RENCANA TINDAKAN
No Dx Tujuan Kriteria Intervensi Waktu Tempat Metode Media Penanggung
Keperawat Hasil Jawab
an
1 Penurunan Setelah 1. Anggota keluarga Penyuluhan 08-00 Rumah Door to leaflat Seluruh
koping dilakukan dari setiap tentang Warga door anggoa
keluarga tindakan 1x24 kelompok mampu pentingnya keluarga dari
jam di harapkan memahami tentang peran setiap
warga di pentingnya peran keluarga kelompok
beberapa keluarga dalam dalam
wiayah menyelesaikan penyelesaia
memahami masalah kesehatan n masalah
tentang 2. Anggota keluarga
pentingnya dari setiap
peran keluarga kelompok
dalam mengungkapkan
menyelesaikan mau ikut serta
masalah dan dalam meninkatkan
pengetahuan koping keluarga
mengenai
masalah yang
dialami
2 Ketidakpat Setelah 1. Anggota keluarga Penyuluhan 08.00- Rumah Door to leaflat Seluruh
uhan dilakuan dari setiap tentang selesai Warga door anggota
tindakan 1x24 kelompok mampu pentingnya keluarga dari
jam di harapkan memahami pengecekan setiap
anggota tentang kesehatan kelompok
keluarga dari pentingnya secara rutin
setiap kelompok menjaga dan berkala
di beberaa kesehatan tubuh
wilayah dan pentingnya
memahami pengeckan
tentang keehatan ecara
pentingnya berkala dan rutin
kepatuhan 2. Anggota keluarga
dalam dari setiap
penanganan kelompok
masalah mengungkapkan
hipertesi mau rutin kontrol
kesehatan ke
petugas
kesehatan
3 Kurangnya Setelah 1. Anggota keluarga Penyuluhan 16.00- Rumah Penyulu leaflat Seluruh
pengetahu dilakukan dari setiap kelom tentang KB selesai Warga han dan anggota
an tentang tindakan 1x24 pok mampu tanya keluarga dari
KB jam di harapkan memahami jawab setiap
anggota tentang KB kelompok
keluarga setiap 2. Anggota keluarga
kelompok dari setiap kelom
memahami pok
tentang KB mengungkapkan
memehami betapa
pentingnya KB
4 Kurangnya Setelah 1. Anggota keluarga Penyuluhan 16.00- Rumah Door to leaflat Seluruh
pengetahu dilakukan dari setiap tentang selesai warga door anggota
an tentang tindakan 1x24 kelompok mampu bahaya keluarga dari
merokok jam di harapkan memahami merokok setiap
anggota bahaya merokok kelompok
keluarga dari 2. Anggota keluarga
setiap kelompok dari setiap
memahami kelompok
tentang bahaya mengungkapkan
merokok memahami betapa
bahayanya
merokok
3. Anggota keluarga
dari setiap
kelompok
mengatakan akan
mengurangi
konsumsi rokok
5 Difisit Setelah 1. Anggota keluarga Penyuluhan 08.00- Rumah Penyulu leaflat Seluruh
pengetahu dilakukan dari setiap tentang selesai Warga han dan anggota
an tentang tindakan 1x24 kelompok mampu hipertensi tanya keluarga dari
hipertensi jam di harapkan memahami jawab setiap
anggota informasi tentang kelompok
keluarga dari hipertensi
setiap kelompok 2. Anggota keluarga
memahami dari setia
tentang kelompok
hipertensi mengungkapkan
mau merubah
gaya hidupnya
gua meminimalkan
risiko terkena
hipertensi
6 Difisit Setelah 1. Anggota keluarga Penyuluhan 08.00- Rumah Penyulu leaflat Seluruh
pengetahu dilakukan 1x24 dai setiap tentang selesai Warga han dan anggota
an jam diharapkan kelompok mampu penolahan tanya keluarga dari
tentangpen anggota memahami inforas sampah jawab setiap
golahan keluarga dari tentang cara kelompok
sampah setiap kelompok pengolahan
memahami sampah
tentang 2. Anggota keluarga
bagaimana cara dari setiap
pengolahan kelompok
sampah mengungkapkan
mau merubah
bagaimana dalam
pemanfaatan
sampah
7 Ketidakefe Setelah 1. Anggta Penyuluhan 08.00- Rumah Door to Audio Seluruh
ktifan dilakukan keluarga dari tentang selesai Warga door anggota
pemelihara tindakan 1x24 setiap pentingnya keluarga dari
an jam di harapkan kelompok posyandu setiap
kesehatan anggota mampu lansia kelompok
lansia keluarga dari memahami
setiap kelompok tentang
memahami pentingnya
tentang posyandu
pentingnya lansia
menjaga 2. Anggota
kesehatan keluarga dari
lansia dengan setiap
memaksimalkan kelompok
fasilitas yang mengungkapka
tersedia n mau ikut
serta dalam
posyanu lansia

Anda mungkin juga menyukai